• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangaan Industri Kreatif Berbasis. pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengembangaan Industri Kreatif Berbasis. pdf"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak

Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo merupakan kecamatan yang memiliki potensial dibidang industri tas dan koper. Namun seiring dengan puncak kejayaannya, terdapat beberapa permasalahan, sehingga pengrajin banyak yang mengalami kerugian. Untuk itu dibutuhkan pengembangan industri kreatif berbasis tas dan koper dengan pendekatan ekonomi lokal. Penelitian ini ditujukan untuk arahan pengembangan industri kreatif berbasis tas dan koper dengan pendekatan pengembangan ekonomi lokal di Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara mengetahui faktor pengembangan industri kreatif dan merumuskan arahan untuk pengembangan industri kreatif berbasis tas dan koper dengan pendekatan pengembangan ekonomi lokal di Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo.

Analisa yang digunakan dalam penelitian ini melalui 2 (dua) tahapan analisa, tahap pertama

menggunakan analisis delphi yang digunakan untuk mengetahui faktor pengembangan industri berbasis tas dan koper. Sedangkan tahap kedua

menggunakan analisis deskripif kualitatif yang digunakan untuk merumuskan arahan untuk pengembangan industri kreatif berbasis tas dan koper dengan pendekatan pengembangan ekonomi lokal di Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo.

Kata Kunci : industri kreatif berbasis tas dan koper, pengembangan ekonomi lokal

I. PENDAHULUAN

embangunan suatu wilayah sangat terkait dengan pembangunan ekonomi daerah.

Memasuki era otonomi daerah muncul kebutuhan akan instrumen dan metode dalam perencanaan pembangunan yang lebih sesuai dengan kebutuhan pemerintah dan masyarakat di daerah. Hal ini menyebabkan terjadi pegeseran dari pendekatan

“membangun di daerah” menuju orientasi “membangun daerah”. Dimana proses

pembangunan ekonomi harus berasal dari inisiatif masyarakat di daerah tersebut, atau pembangunan daerah didominasi oleh aspirasi daerah sendiri.

Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakat dalam mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta sebagai upaya menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut (Mudrajat, 2004, h.120).

Dalam pengembangan ekonomi wilayah, selama ini pendekatan yang diterapkan adalah melalui pendekatan perwilayahan dan penetapan pusat-pusat pertumbuhan, sentra-sentra produksi, termasuk kawasan pengembangan ekonomi terpadu, disusun dan ditetapkan dari Pusat. Salah satu tujuan pengembangan wilayah adalah pemerataan kesejahteraan antar wilayah. Kesejahteraan suatu wilayah dapat dilihat melalui tingkat pertumbuhan ekonomi wilayahnya. Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan nilai tambah yang terjadi (Tarigan 2005, dalam Andriansari, Ratih Putri, 2010).

Kabupaten Sidoarjo merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang berada di antara dua sungai besar pecahan Kali Brantas, yakni Kali Mas dan Kali Porong, sehingga dikenal dengan sebutan Kota Delta (Kemalekaw, 2013). Ekonomi menjadi salah satu sendi kehidupan yang tidak mungkin ditinggalkan di Kabupaten

Pengembangan Industri Kreatif Berbasis Tas dan Koper

dengan Pendekatan Pengembangan Ekonomi Lokal

(Studi Kasus : Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo)

Desi Ariani

Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia

e-mail: ariani.desi25@yahoo.com

(2)

Sidoarjo (Moch. Shofwan, Sri Murtini, 2012). Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sidoarjo Tahun 2009-2029 dijelaskan bahwa kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan strategis di wilayah Kabupaten Sidoarjo, salah satunya adalah kawasan industri kecil dan menengah, dan kreatif yang berada di Kecamatan Tanggulangin. Oleh karena itu, dibutuhkan pengembangan industri kreatif tas dan koper untuk menunjang sebagai penetapan kawasan strategis.

Sektor industri yang berkembang cukup baik, salah satunya adalah sentra industri tas dan koper di Kecamatan Tanggulangin Tanggulangin (Kemalekaw, 2013). Kawasan INTAKO, merupakan sentra industri kerajinan kulit yang memproduksi tas, koper, sepatu, dompet, dan lain sebagainya yang berlokasi di Kecamatan Tanggulangin 6 km kearah selatan Kota Sidoarjo. Tempat wisata belanja dan pusat kerajinan tersebut sudah terkenal dan bertaraf internasional (Kemalekaw, 2013). Namun, seiring dengan puncak kejayaannya, banyak permasalahan yang terjadi seperti akibat pasar bebas, sehingga banyak produk china yang masuk di kawasan industri tas dan koper. Selain itu disebabkan adanya bencana lumpur lapindo, sehingga menghambat aksesibilitas menuju kawasan industri dan berdampak pada perekonomian Kabupaten Sidoarjo turut menurun. Akibat bencana tersebut, sekitar 70% pengrajin tas dan koper mengalami kerugian dan banyak yang gulung tikar. Penutupan usaha kerajinan tas dan koper mengakibatkan pengangguran meningkat dan kemiskinan bertambah (Moch. Shofwan, Sri Murtini, 2012).

Dengan adanya permasalahan diatas, maka diperlukan pengembangan industri kreatif berbasis tas dan koper dengan pendekatan pengembangan ekonomi lokal.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengembangan Wilayah

Pengembangan wilayah merupakan proses memformulasikan tujuan-tujuan sosial dan pengaturan ruang untuk kegiatan-kegiatan pembangunan dalam rangka mencapai tujuan tersebut (Friedman, 1979). Definisi lain dari pengembangan wilayah adalah rangkaian upayan untuk mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan berbagai sumberdaya, merekatkan dan

menyeimbangkan pembangunan nasional, meningkatkan keserasian antar kawasan, keterpaduan antar sektor pembangunan melalui proses penataan ruang dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan yang berkelanjutan dalam wadah NKRI (Direktur Jenderal Penataan Ruang Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah). Dalam pengembangan wilayah senantiasa disertai dengan perubahan struktural (Parr, 1999). Proses dalam pengembangan wilayah terjadi sangat kompleks, yakni melibakan aspek ekonomi, aspek sosial, serta aspek lingkungan dan pemerintah.

Friedman mengemukakan bahwa suatu wilayah dikatakan mengalami pengembangan, jika terdapat kegiatan-kegiatan untuk tujuan pengembangan wilayah tersebut. Dan untuk mewujudkan kegiatan-kegiatan untuk pengembangan wilayah dibutuhkan suatu kegiatan yang memanfaatkan sumberdaya. Namun, pemanfaatan sumberdaya tersebut tidak akan mengembangkan suatu wilayah, jika tidak dikembangkan melalui aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.

B. Industri Kreatif

Industri Kreatif merupakan sektor industrial yang berasal dari pemanfaatan kreatifitas, ketrampilan, dan bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan dan lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreatifitas individu, ketrampilan, dan bakat yang mempunyai potensi kekayaan, serta penciptaan peluang pekerjaan (Santoso, Agnessia Puteri , 2014).

Berbeda dengan karakteristik industri pada umumnya, Industri Kreatif merupakan kelompok industri yang terdiri dari berbagai jenis industri yang masing-masing memiliki keterkaitan dalam proses pengeksploitasian ide atau kekayaan intelektual (intellectual property) menjadi nilai ekonomi tinggi yang dapat menciptakan kesejahteraan dan lapangan pekerjaan.

(3)

C. Pengembangan Ekonomi Lokal

Pembangunan ekonomi lokal merupakan upaya pemberdayaan masyarakat ekonomi dalam suatu wilayah dengan bertumpukan kepada kekuatan lokal, baik itu kekuatan nilai lokasi, sumber daya alam, sumber daya manusia, teknologi, kemampuan manajemen kelembagaan maupun aset pengalaman (Haeruman, 2001). Sedangkan Blakely dan Bradshaw (1994), menjelaskan bahwa Pengembangan Ekonomi Lokal merupakan proses dimana pemerintah lokal dan organsisasi masyarakat terlibat untuk mendorong, merangsang, memelihara aktivitas usaha untuk menciptakan lapangan pekerjaan.

Blakely (2002) menjelaskan bahwa komponen-komponen yang harus ada dalam pengembangan ekonomi lokal, meliputi material, sumberdaya Manusia, pasar, manajemen, modal. Dengan demikian, dapat dirumuskan bahwa komponen-komponen tersebut dapat dijadikan sebagai faktor dalam pengembangan industri kreatif berbasis tas dan koper dengan pendekatan ekonomi lokal.

III. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan 2 (dua) jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini berdasarkan pengamatan atau observasi yaitu cara mengumpulkan data berlandaskan pada pengamatan langsung terhadap gejala fisik objek penelitian. Dengan metode observasi, informasi dapat dikumpulkan dari pengamatan fisik dan mekanis terhadap hal yang dijadikan obyek penelitian (M. Hum, Drs. Wardiyanta, 2006 : 32). Selain itu, pengumpulan data juga dapat dilakukan berdasarkan wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan cara bertanya langsung dengan responden. Dalam berwawancara terdapat proses interaksi antara pewawancara dengan responden (M.Ec, Dr, Soeratno, dan M.Sc, Dr. Lincolin Arsyad, 1988 : 86).

Teknik wawancara dapat dibagi menjadi wawancara secara terstruktur melalui kuesioner maupun tidak terstruktur. Sedangkan pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan cara survei instansional dan kajian literatur yang berkaitan dengan penelitian. Kajian literatur dapat diperoleh melalui media internet, jurnal, buku, penelitian, dan lain sebagainya.

Metode analisis yang digunakan untuk mengola data dan melakukan analisis terhadap saaran untuk mencapai tujuan antara lain : 1. Analisis Delphi

Analisis dilakukan melalui wawancara terhadap responden yang telah dipilih dalam analisis stakeholders.Wawancara pada analisis delphi ini terkait faktor pengembangan industri berbasis tas dan koper.

Adapun langkah-langkah metode delphi dpat dijelaskan sebagai berikut :

1. Tabulasi Data: Dalam tahap ini peneliti akan mencari seluruh data yang terkait dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian secara umum.

2. Reduksi data: Pada tahap ini peniliti mereduksi kembali data yang telah diperoleh dimana data yang sudah diperoleh akan dikoreksi kembali untuk mengurangi data yang kurang penting yang telah di dapat dalam penelitian ini

3. Pengelompokan Data: Data yang telah di reduksi akan dikatagorikan kembali sesuai dengan permasalahan yang di jabarkan. 4. Penyajian data: Setelah diklasifikasi data

tersebut akan di deskripsikan serta dikaji secara deskriptif kualitatif.

5. Penarikan Simpulan:Dalam tahap ini, peneliti selalu melakukan uji kebenaran setiap makna yang muncul dari data.

Selanjutnya, dilakukan analisis deksriptif kualitatif yang digunakan untuk merumuskan arahan pengembangan industri kreatif berbasis industri tas dan koper dengan pendekatan ekonomi lokal di Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo. Pada tahap nalisis ini, analisis yang digunakan adalah analisis dekskriptif kualitatif, yaitu mendeskripsikan hasil dari analisis-analisis sasaran sebelumnya.

IV. GAMBARAN UMUM

Wilayah penelitian terletak di Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo. Kecamatan Tanggulangin Sidoarjo memiliki luas lahan sebesar 3.229 Ha dengan ketinggian 4 meter. Kecamatam Tanggulangin terdiri dari 19 desa/kelurahan. Kecamatan Tanggulangin berada dibagian tengah selatan dengan batas-batas :

(4)

Barat : Kecamatan Tulangan

Berikut dapat dilihat batas-batas administrasi wilayah penelitian :

Gambar 1.1

Peta Batas Administrasi Wilayah Penelitian

Sumber : Penelusuran Google, 2014

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Menentukan Faktor Pengembangan Industri berbasis Tas dan Koper di Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo.

Untuk mendapatkan faktor pengembangan industri di wilayah penelitian digunakan analisis delphi, dimana responden yang digunakan dalam wawancara adalah responden yang telah dipilih melalui analisis stakeholders. Pada tahap awal analisis delphi adalah eksplorasi. Eksplorasi dilakukan mengenai faktor pengembangan yang telah didapat pada sintesa tinjaun pustaka. Pada tahap awal ini ditemukan faktor baru yang berasal dari responden. Pada tahapawal ini tidak semua responden sepakat dengan faktor yang didapakan pada sintesa tinjauan pustaka.

Oleh karena itu, dibutuhkan analisis delphi tahap 2 (iterasi I). Para responden diberi kuesioner yang berisi faktor yang belum menemukan kesepakatan dan faktor baru yang didapatkan pada analisis delphi I. Pada tahap II ini, faktor yang belum disepakati dan faktor baru telah mendapatkan kesepakatan.

Dari tahap-ahap analisis delphi diatas, maka dapat diperoleh faktor pengembangan industri berbasis tas dan koper di Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo, yaitu :

a. Material

b. Sumberdaya Manusia c. Pasar

d. Manajemen e. Modal

2. Merumuskan Arahan Pengembangan Industri Berbasis Tas dan Koper di Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo.

Arahan pengembangan dirumuskan dengan menggunakan analisa deskriptif kualitatif. Arahan pengembangan diutamakan untuk faktor pengembangan industri kreatif berbasis tas dan koper. Arahan dalam pengembangan industri kreatif berbasis tas dan koper di Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo, antara lain :

 Promosi, membuat target strategi promosi berbasis pada identifikasi pasar potensial.

 Inovasi, meningkatkan pertumbuhan desain produk industri kreatif berbasis tas dan koper yang lebih inovatif dan sukses secara bisnis.

 Persaingan, mengidentifikasi potensi market.

 Pengembangan, yakni mengembangkan jaringan yang lebih baik antara lembaga dan industri.

VI. KESIMPULAN

1. Faktor pengembangan industri kreatif berbasis tas dan koper dengan pendekatan pengembangan ekonomi lokal di Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo meliputi Material, Sumberdaya Manusia, Pasar, Manajemen, dan Modal.

2. Arahan pengembangan industri kreatif berbasis tas dan koper dengan pendekatan pengembangan ekonomi lokal di Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo, antara lain :

 Promosi, membuat target strategi promosi berbasis pada identifikasi pasar potensial.

 Inovasi, meningkatkan pertumbuhan desain produk industri kreatif berbasis tas dan koper yang lebih inovatif dan sukses secara bisnis.

 Persaingan, mengidentifikasi potensi market.

Pengembangan, yakni mengembangkan jaringan yang lebih baik antara lembaga dan industri

Ucapan Terima Kasih

Penulis Desi Ariani mengucapkan terima kasih kepada Bapak selaku dosen mata kuliah

(5)

memberikan materi-materi dalam menyelesaikan penelitian ini. Serta selaku asisten dosen yang telah memberikan materi-materi dalam menyelesaikan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Andriansari, Ratih Putri. 2010. Arahan Pengembangan Agroindustri Berbasis Potensi Sumber Daya Lokal di Kabupaten Trenggalek. PWK, FTSP, ITS.

Blakely, Edward J. (1994) Planning Local Economic Development (Theory and Practice). California. Sage Publications, Inc. Blakely and Bradshaw. 2002. Planning Local

Economic Development: Theory and Practice, 3rd Ed. SAGE Publication.

California-USAFriedmann, J. and M. Douglass .1976. Agropolitan Development: Towards a New Strategy for Regional Planning in Asia.

Haeruman. 2001. Kemitraan dalam Pengembangan Ekonomi Lokal. Jakarta : Yayasan Mitra Pembangunan Desa-Kota. Kabupaten Trenggalek Dalam Angka, 2009.

M.Ec, Dr, Soeratno, dan M.Sc, Dr. Lincolin Arsyad. 1988. Metodologi Penelitian : Untuk Ekonomi dan Bisnis. Penerbit : Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen, YPKN. Yogyakarta.

Mudrajad Kuncoro. 2004. Metode Kuantitatif : Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta : UPP AMP YKPN. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sidoarjo

Tahun 2009-2029

Sofwan, M., Murtini, S., 2012. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Eksistensi Industri Tas Dan Koper di Desa Kedensari Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo. Skripsi. Jurusan Pendidikan Geografi-FIS-Unesa. Surabaya.

M. Hum, Drs. Wardiyanta, 2006. Metode Penelitian Pariwisata. Penerbit : CV.Andi OFFSET.Yogyakarta.

Santoso, Agnessia Puteri. 2014. Perkembangan Industri Kreatif di Indonesia.

Halaman Internet

Kemalekaw.2013. Diakses 26 Des 2014).

Gambar

Gambar 1.1

Referensi

Dokumen terkait

Melihat persoalan tersebut, saat ini Fakul- tas Ekonorni Unpad mulai mengarahkan pa- da pengajaran kewirausahaan agar ekonomi berkembang dan industri kreatif dijadikan se- bagai

Hasil dari penelitian ini adalah WebGIS Industri Kreatif Berbasis Budaya Kota Surakarta yang menyajikan informasi mengenai lokasi, atribut, serta industri kreatif

Unit analisis yang dikaji dalam penelitian ini, yaitu tari Jaipong karya Rumingkang yang dijadikan sebagai media industri kreatif berbasis seni tradisi. Unit

Hasil dari penelitian ini adalah WebGIS Industri Kreatif Berbasis Budaya Kota Surakarta yang menyajikan informasi mengenai lokasi dan atribut dari industri kreatif

Aspek ekonomi sangat berperan penting dalam pengembangan industri kreatif rumah tangga dalam memberikan kontribusi berupa analisis terhadap produk industri yang

hasil dari penelitian adalah berkembangnya industri kreatif kerajinan pigura melalui inovasi produk berbasis syariah yaitu kerajinan yang tidak hanya mempunyai nilai seni

BAB VI ANALISIS KONSEP PERANCANGAN PUSAT PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF ……… 83.. ANALISIS

2 Skema Hubungan Antar Stakeholder terkait Pengembangan Kawasan Pariwisata berbasis Industri Rumah Tangga Kreatif Kerajinan Sangkar Burung di Kelurahan Mojosongo ... 3