• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN Penguatan Demokrasi TA 2016 FINAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "LAPORAN Penguatan Demokrasi TA 2016 FINAL"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

i   

DAFTAR I SI

Daftar isi... i

Daftar gambar ... ii

Daftar tabel ... iii

Bab I Pendahuluan ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan Dasar ... 2

1.3. Ruang Lingkup Kegiatan ... 2

1.4. Keluaran ... 3

1.5. Metodologi ... 3

1.6. Pelaksana Kegiatan ... 4

Bab I I Pembahasan dan Analisis ... 5

2.1 Kegiatan Koordinasi dalam Rangka Penguatan Demokrasi I ndonesia Tahun 2016, Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah 2017 Bidang Politik dan Komunikasi ... 5

2.2. Kegiatan Koordinasi dalam Rangka Penguatan Demokrasi I ndonesia Tahun 2016, Media Monitoring Substansi Politik Dalam Negeri dan Komunikasi I nformasi Publik ... 67

2.3. Kegiatan Koordinasi dalam Rangka Penguatan Demokrasi I ndonesia Tahun 2015, Koordinasi dalam Penyusunan I ndeks Demokrasi I ndonesia (I DI ) 2014 ... 72

2.4. Kegiatan Koordinasi dalam Rangka Penguatan Demokrasi I ndonesia Tahun 2015 Lainnya, Kerjasama South South Triangular, Koordinasi Dalam Rangka Penyelenggaraan Pilkada Serentak ... 74

Bab I I I Kesimpulan dan Rekomendasi ... 84

3.1. Kesimpulan ... 84

(3)

ii   

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Konsolidasi Demokrasi dan Efektivitas Diplomasi ... 11

Gambar 2.2 Distribusi Pemanfaatan Tambahan Alokasi ... 13

Gambar 2.3 Program Prioritas Penguatan Lembaga Demokrasi ... 14

Gambar 2.4 Program Prioritas Pemenuhan Kebebasan Sipil dan Hak Hak Politik ... 15

Gambar 2.5 Program Prioritas Pencegahan Konflik Sosial dan Penanggulangan Terorisme ... 16

Gambar 2.6 ... 45

Gambar 2.7 ... 81

Gambar 2.8 Komponen Pendapatan Negara 2015 dan 2016 ... 82

(4)

iii   

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1Jadwal Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah 2017 ... 6

Tabel 2.2Sasaran Pembangunan Kondisi Perlu Polhukhankam ... 10

Tabel 2.3Alokasi pada Prioritas Pembangunan Nasional ... 12

Tabel 2.4Kegiatan Prioritas Penguatan Lembaga Demokrasi ... 14

Tabel 2.5 Kegiatan Prioritas Pemenuhan Kebebasan Sipil dan Hak Hak Politik ... 15

Tabel 2.6Kegiatan Prioritas Pencegahan Konflik Sosial dan Penanggulangan Terorisme .. 16

Tabel 2.7Pembahasan Trilateral Meeting Bappenas, Kemenkeu, Kemendagri (Ditjen Polpum)... 17

Tabel 2.8Pembahasan Trilateral Meeting Kementerian/ Lembaga : Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) ... 19

Tabel 2.9Kebutuhan Anggaran pelaksanaan Pilkada serentak tahun 2017 tanggal 15 Februari 2017 serta penyelesaian sengketa hukum serta penyelesaian laporan. ... 23

Tabel 2.10Kebutuhan Tambahan Anggaran Persiapan dan Pelaksanaan Pilkada 2018 sebesar Rp 99.159.698.000 ... 23

Tabel 2.11Kebutuhan Sosialisasi Pemilukada Serentak ... 24

Tabel 2.12Pembahasan Trilateral Meeting Bappenas, Kemenkeu dan Kemenkopolhukam ... 26

Tabel 2.13Peningkatan Keterbukaan I nformasi dan Komunikasi Publik ... 34

Tabel 2.14Peningkatan Kualitas Konten I nformasi Publik ... 35

Tabel 2.15 Peningkatan SDM Komunikasi dan I nformasi ... 35

Tabel 2.16Catatan Trilateral Meeting Kemkominfo 2 Maret 2016 ... 37

Tabel 2.17Catatan Trilateral Meeting Lanjutan Kemkominfo 2 Maret 2016 ... 40

Tabel 2.18Sasaran Utama dan I ndikator untuk sub bidang politik luar negeri ... 46

Tabel 2.19Pembahasan Lengkap Trilateral Meeting Bappenas, Kemenkeu dan Kemlu ... 48

Tabel 2.20Pembahasan Meeting Bappenas, Kemenkeu dan DPR ... 54

Tabel 2.21Pembahasan Lengkap Trilateral Meeting Bappenas, Kemenkeu dan MPR ... 56

Tabel 2.22Pembahasan Trilateral Meeting Bappenas, Kemenkeu dan DPD tanggal 29 April 2016 ... 62

(5)

1

LAPORAN KEGI ATAN

PENGUATAN DEMOKRASI I NDONESI A

TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah (Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional). Disamping itu, perencanaan pembangunan nasional disusun secara sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan. Dalam Undang-Undang tersebut juga disebutkan bahwa Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional bertujuan untuk mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan; menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antardaerah, antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah; menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan; mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.

Berbagai pendekatan dilakukan dalam penyusunan Perencanaan Pembangunan Nasional seperti pendekatan yang bersifat politik, teknokratik, partisipatif, dan

top-down &

bottom-up

. Perencanaan dengan pendekatan teknokratik dilaksanakan dengan menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu. Perencanaan dengan pendekatan partisipatif dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan (

stakeholders

) terhadap pembangunan. Pelibatan mereka adalah untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki. Sedangkan pendekatan atas-bawah dan bawah-atas dalam perencanaan dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan. Rencana hasil proses atas-bawah dan atas-bawah-atas diselaraskan melalui musyawarah yang dilaksanakan baik di tingkat Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, dan Desa.

Memperhatikan tujuan pembangunan dan tuntutan yang harus diperhatikan dalam perencanaan pembangunan, koordinasi merupakan suatu keharusan dan syarat mutlak dalam sebuah perencanaan pembangunan. Aspek koordinasi menjadi sangat penting agar sebuah perencanaan dapat disusun dengan berbagai pendekatan secara komprehensif dan terpadu.

(6)

2

pengambilan keputusan, namun tidak merupakan bagian/tidak terlibat dalam struktur proses sebuah kebijakan.. Untuk itu perlu dilakukan koordinasi, sinkronisasi, dan harmonisasi kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh semua kementerian/lembaga pemerintah. Tugas ini menjadi salah satu tanggungjawab dan wewenang Bappenas sebagai lembaga perencana pusat.

Direktorat politik dan komunikasi mempunyai fungsi untuk melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi, sinkronisasi serta penyusunan dan evaluasi perencanaan pembangunan nasional dibidang politik, komunikasi dan informasi publik. Sesuai dengan fungsi dan kewenangannya Direktorat Politik dan Komunikasi perlu melakukan serangkaian koordinasi bersama stakeholders terkait antara lain dengan pemerintahan pusat/daerah, LSM/Tokoh/Masyarakat, Universitas, Swasta, Mitra Pembangunan dan instansi lainnya yang terkait dalam proses perencanaan pembangunan Politik dalam rangka penguatan demokrasi Indonesia di tahun 2016 dalam kerangka penyusunan RKP 2016 dan kerangka RPJMN 2015-2019.

Serangkaian kegiatan koordinasi yang akan dilakukan sepanjang tahun 2016 tidak terlepas dari lingkup pembangunan demokrasi mencakup Bidang Politik Dalam Negeri, Politik Luar Negeri serta Bidang Komunikasi dan Informasi Publik. Koordinasi dan sinkronisasi yang dilakukan untuk membahas dan mendiskusikan berbagai isu, kebijakan dan program-program/kegiatan mitra Direktorat Politik dan Komunikasi baik di Bappenas atau di instansi/lembaga lain. Koordinasi dan sinkronisasi juga dilakukan pada kegiatan pemberdayaan dan penguatan kapasitas dalam kerangka penguatan demokrasi yang bekerja sama dengan mitra pembangunan (termasuk Indeks Demokrasi Indonesia)

1.2 TUJUAN DAN SASARAN

Kegiatan Penguatan Demokrasi Indonesia yang dilakukan Direktorat Politik dan Komunikasi bertujuan untuk terciptanya koordinasi antar pemangku kepentingan serta sinkronisasi program/kegiatan agar dapat terwujudnya rencana pembangunan bidang politik dan komunikasi yang sinergis, terpadu, berkeseinambungan, serta adanya kesesuaian antara RKP 2017 dengan RPJMN 2015-2019. Kegiatan penguatan demokrasi juga bertujuan agar terciptanya sinergi pelaksanaan pembangunan yang dilakukan antar instansi/lembaga sesuai dengan RKP 2016.

1.3. RUANG LI NGKUP KEGI ATAN

Kegiatan penguatan demokrasi Indonesia dilaksanakan untuk mendukung komponen kebijakan percepatan pembangunan dengan indikator persentase (%) jumlah kementerian/lembaga/pemda yang melaksanakan penugasan sesuai dengan rencana. Adapun ruang lingkup pelaksanaan kegiatan ini yaitu:

(7)

3

2. Menyelenggarakan pertemuan dengan K/L mitra kerja, pemerintah daerah, LSM/Tokoh/Masyakat, Akademisi, Swasta dan mitra terkait lainnya untuk melakukan diskusi berupa FGD, Wawancara mendalam serta pengumpulan data dan informasi guna koordinasi antar pihak serta sinkronisasi program/kegiatan pembangunan yang dilakukan kementerian/lembaga/pemda yang mendukung program/kegiatan penguatan demokrasi;

3. Menyelenggarakan pertemuan dengan K/L mitra kerja, pemerintah daerah, LSM/Tokoh/Masyakat, Akademisi, Swasta dan mitra terkait lainnya untuk melakukan diskusi berupa FGD, Wawancara mendalam serta pengumpulan data dan informasi dalam rangka monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan pembangunan di tahun berjalan;

4. Menyelenggarakan pertemuan dengan K/L mitra kerja, pemerintah daerah, LSM/Tokoh/Masyakat, Akademisi, Swasta dan mitra terkait lainnya untuk melakukan diskusi berupa FGD, Wawancara mendalam serta pengumpulan data dan informasi dalam rangka mendapatkan

feedback

dan rekomendasi rekomendasi untuk pelaksanaan pembangunan selanjutnya;

5. Melakukan diseminasi rencana pembangunan bidang politik dan komunikasi baik jangka panjang, menengah dan tahunan ke berbagai institusi/lembaga termasuk kepada LSM, Organisasi Masyarakat Sipil, kalangan akademisi/pelajar/mahasiswa/swasta dan kalangan lain yang diperlukan;

6. Melakukan koordinasi berkelanjutan pada kegiatan penguatan demokrasi bersama mitra pembangunan (Penyusunan Indeks Demokrasi Indonesia).

1.4. KELUARAN

Keluaran ataupun output dari kegiatan penguatan demokrasi Indonesia berupa laporan pelaksanaan penguatan demokrasi Indonesia.

Outcome

yang diharapkan dari kegiatan penguatan demokrasi Indonesia adalah adanya akses informasi yang sama antara Ditpolkom dengan mitra kerja, dan sebaliknya; serta terwujudnya sinergitas kegiatan perencanaan yang komprehensif. Penerima manfaat dari kegiatan ini antara lain mitra kerja Direktorat Politik dan Komunikasi, Mitra Pembangunan serta stakeholders lainnya bidang politik dan komunikasi.

1.5 METODOLOGI

Metode untuk melakukan kegiatan penguatan demokrasi Indonesia adalah :

1. Pertemuan banyak pihak (

multilateral meeting

) dengan mitra kerja direktorat dalam perencanaan pembangunan lingkup bidang politik dan komunikasi;

2. Studi dokumen, untuk analisis data dan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber, antara lain : RPJMN 2015-2019 serta RKP tahun 2016, dokumen hasil pelaksanaan/laporan program/kegiatan mitra k/l, serta dokumen terkait lainnya; 3. Menyelenggarakan diskusi, baik dalam rangka pencarian bahan, data, dan informasi

(8)

4

4. wawancara mendalam dengan pejabat KL/mitra kerja ntuk memperoleh data dan informasi tentang pelaksanaan program/kegiatan dimaksud;

5. Mengadakan

Focused Group Discussion

(FGD) untuk rekonsiliasi data, serta klarifikasi informasi capaian pelaksanaan kegiatan/program;

6. Melakukan observasi/kunjungan lapangan ke beberapa daerah yang dianggap perlu untuk menjaring masukan dan rekomendasi bagi kebijakan bidang politik dan komunikasi;

7. Pertemuan dengan mitra kerja dan pemangku kepentingan lainnya baik di pusat dan/atau di daerah untuk mendiseminasikan dan mengkomunikasikan program/kegiatan bidang politik dan komunikasi;

8. Melakukan analisis dan menyusun laporan.

1.6 PELAKSANA KEGI ATAN

(9)

5

BAB 2. PEMBAHASAN DAN ANALI SI S

Kegiatan Penguatan Demokrasi di tahun 2016 merupakan kelanjutan dari kegiatan Penguatan Demokrasi di tahun tahun sebelumnya. Pelaksanaan Penguatan Demokrasi meliputi kegiatan koordinasi dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah 2017 Bidang Politik dan Komunikasi yang melibatkan 10 (sepuluh) mitra Direktorat Politik dan Komunikasi yaitu Kementerian Luar Negeri, Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Indonesia, Badan Pengawas Pemilu, Komisi Pemilihan Umum, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Kementerian Dalam Negeri (Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum), Kementerian Komunikasi dan Informatika (Non Infrastruktur) serta mencakup 3 (tiga) Lembaga Quasi yaitu Komisi Penyiaran Indonesia, Komisi Informasi Pusat, dan Dewan Pers. Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah 2017 juga melibatkan 3 (tiga) lembaga tinggi Negara yaitu Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD), namun hasil perencanaannya tidak secara langsung dituangkan dalam RKP 2017.

2.1. Kegiatan Koordinasi dalam Rangka Penguatan Demokrasi I ndonesia Tahun 2016, Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah 2017 Bidang Politik dan Komunikasi

Kegiatan Koordinasi penguatan demokrasi Indonesia tahun 2016 dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Bidang Politik dan Komunikasi berlangsung sejak awal tahun di penyusunan draft RKP di Bulan Januari hingga Bulan Pertengahan Juli saat penetapan Perpres RKP 2017. Secara umum, RKP 2017 masih sama dengan RKP 2016, namun memuat narasi yang lebih singkat dan padat yang berisikan arah kebijakan, sasaran dan strategi pembangunan di tiap sektor dan kewilayahan. Selain itu RKP 2017 memuat lampiran program/kegiatan dari Kementerian/Lembaga (K/L) yang hanya merupakan Prioritas Nasional saja berbeda dengan tahun tahun sebelumnya dimana lampiran RKP memuat semua Program/Kegiatan K/L baik termasuk prioritas Nasional, Bidang, prioritas K/L lainnya secara lengkap.

Kegiatan Koordinasi di awal bulan Januari dilakukan dengan serangkaian pertemuan meeting yaitu multilateral, bilateral dan trilateral meeting antara Bappenas bersama Pemerintahan Pusat (mencakup kementerian dan lembaga teknis, Kantor Staf Presiden) dan Pemerintahan Daerah (Bappeda dan dinas daerah terkait) untuk merumuskan program program Nasional besar yang akan dilakukan di tahun 2017 sesuai dengan tema RKP 2017 yaitu “Memacu Pembangunan Infrastruktur dan Ekonomi untuk Meningkatakan Kesempatan Kerja serta Mengurangi Kemiskinan dan Kesenjangan Antarwilayah”. Tema RKP 2017 sejalan sengan tema RKP 2016 yaitu “Mempercepat Pembangunan Infrastruktur Untuk Memperkuat Fondasi Pembangunan Yang Berkualitas”.

(10)

6

anggaran belanja yang dilakukan tidak berdasarkan money follow function dimana semua tugas dan fungsi (tusi) harus dibiayai secara merata. Arahan Presiden lainnya dalam penyusunan RKP 2017 yaitu bahwa setiap menteri dan Kepala Lembaga wajib mengendalikan anggaran di setiap K/L yang dipimpinnnya (tidak boleh pembagian anggaran hanya diserahkan ke Biro Perencanaan), Anggaran negara harus berorientasi pada manfaat untuk rakyat dan pada prioritas untuk mencapai tujuan pembangunan nasional, serta memangkas program yang memiliki nomenklatur yang tidak jelas manafaatnya kurang langsung tertuju pada rakyat (mencermati nama kegiatan yang ambigu seperti fasilitasi, pemberdayaan, peningkatan kapasitas dan lainnya). Adapun serangkaian rapat koordinasi yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.1 Jadwal Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah 2017

Tanggal Rapat Koordinasi Agenda Pembahasan

10 Februari Sidang Kabinet Perumusan Tentang Tema, Arah

Kebijakan dan Prioritas Pembangunan RKP 2017

22 Februari 2016 Rapat Kerja

Kementerian/Lembaga dan Temu Konsultasi Triwulanan Bappenas-Bappeda

Penyampaian tentang Tema, Arah Kebijakan, dan Prioritas Pembangunan RKP 2017

23-30 Februari 2016

Multilateral Meeting - Pembahasan Prioritas Nasional

- Pencapaian kesepakatan terhadap Program dan Kegiatan Prioritas

4- 11 Maret 2016 Bilateral Meeting Pencapaian kesepakatan masing-masing

K/L terhadap sasaran, program dan kegiatan K/L, indikator sasaran untuk mendukung Program dan Kegiatan Prioritas

5 April 2016 Sidang Kabinet Penetapan Rancangan Awal Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2017

April 2016 Rapat Koordinasi

Pembangunan Tingkat Pusat (Rakorbangpus)

Penyampaian Rancangan Awal RKP TA 2017 dan Pagu Indikatif 2017 (SB MenPPN/Bappenas – Menkeu

I April s.d Minggu III April 2016

Rangkaian Musrenbang Provinsi

Penyampaian masing-masing prioritas nasional dalam Rancangan Awal RKP 2017 untuk masing-masing provinsi Minggu IV April 2016 Musrenbang Nasional

(11)

7

Proses kerangka penyusunan RKP 2017 mengalami perubahan dari penyusunan RKP 2017. Kerangka penyusunan RKP 2017 terdiri dari 3 tahapan yaitu:

1. Rencana Awal RKP dan Pagu Indikatif RKP 2017 (Januari-Maret)

Prinsip Money folow Program yaitu dengan mengamankan alokasi pada prioritas, melakukan efisiensi sebesar 39,1 T (implikasi 61 dari 87 K/L alokasi non operasionalnya turun dari APBN 2016), serta memanfaatkan efisiensi dan tambahan belanja untuk belanja prioritas yang sesuai dengan tema RKP 2017.

Hal yang perlu diperkuat dalam proses ini adalah mensortir program/kegiatan prioritas yang masih terlalu banyak, serta melakukan integrasi mendalam berbagai sumber pendanaan K/L, Subsidi/PSO, Hibah, DAK, Dana Desa, dan pembiayaan BUMN). Selain itu perlu dilakukan pembahasan mendetail untuk kesiapan proyek.

Mitra Direktorat Politik dan Komunikasi secara umum mempunyai tugas dan fungsi dalam kewenangan pusat, oleh karena itu proses penyusunan program dan anggaran pembangunan tidak terlalu terlibat dengan alokasi anggaran antara lain Subsidi, PSO, Hibah, DAK, Dana Desa dan pembiayaan BUMN.

2. Penajaman Rancangan RKP dan Pagu Indikatif RKP 2017 (maret-Juni)

Pada Tahapan ini dilakukan penajaman program/kegiatan prioritas (termasuk penyederhanaan nomenklatur) yang memfokuskan pada kegiatan yang berdampak signifikan bagi pencapaian sasaran pembangunan serta pada kegiatan yang dapat diselesaikan pada masa periode kabinet kerja. Proses integrasi juga dilakukan pada sumber sumber pendanaan antara lain belanja K/L, Subsidi/PSO, hibah, DAK, Dana Desa dan Pembiayaan BUMN. Proses penajaman juga akan membahas detail kesiapan pelaksanaan proyek yang meliputi Lahan, Detail Engineering dan Design (DED). Penajaman rancangan RKP dan Pagu indikatif tersebut dilakukan melalui: • Multilateral Meeting II (Bappenas dan instansi terkait)

• Bilateral Meeting II (Bappenas dan instansi terkait (K/L – non K/L) • Trilateral Meeting (Bappenas, Kemkeu dan K/L)

• Rangkaian Musrenbang (Bappenas, K/L dan Pemerintah Daerah)

3. Perpres RKP dan Penyiapan Nota Keuangan/RAPBN 2017 (juli-agustus)

Tahap terakhir adalah finalisasi dokumen RKP baik narasi dan lampiran program/kegiatan nasional serta alokasi anggaran tahun 2017 dan estimasi kebutuhan anggaran di tahun selanjutnya.

(12)

8

Dimensi pembanhunan dalam dokumen RKP 2017 dapat dijabarkan sebagai berikut:

A. Pembangunan Manusia dan Masyarakat

Pembangunan Manusia dan Masyarakat meliputi pembahasan terkait revolusi mental, Kesehatan, Pendidikan. Kebijakan utama dalam pembangunan manusia dan masyarakat yaitu:

- pengarustamaan revolusi mental dalam setiap prioritas dan kegiatan pembangunan

- Mempertahankan anggaran pendidikan dan kesehatan masing-masing 20% APBN dan 5 % APBN (kebijakan pokok antara lain distribusi guru yang merata yang sekaligus akan mengendalikan biaya gaji dan tunjangan guru yang saat ini sudah sekitar separuh anggaran pendidikan

- Melanjutkan pembangunan perumahan yang sudah dimulai di APBN P 2015 dengan program sejuta rumah

Sedangkan arah kebijakan dalam pembangunan revolusi mental mencakup arah kebijakan di bidang penegakan hokum dan kelembaan politik; Reformasi Birokrasi Pemerintahan; Peningkatan Kemandirian Ekonomi dan Daya Saing Bangsa; Peneguhan Jati Diri dan Karakter Bangsa; Penguatan Daya Rekat Sosial dalam Kemajemukan.

B. Pembangunan Sektor Unggulan

Penekanan sektor unggulan sudah dimulai sejak APBN-P 2015 yaitu meliputi kebijakan untuk pembangunan di bidang kedaulatan pangan, kedaulatan energi, kemaritiman dan kelautan, serta pengembangan kawasan pariwisata dan industri. Arah kebijakan pembangunan sektor unggulan ini antara lain untuk peningkatan produksi energi primer, peningkatan cadangan penyangga dan operasional energi, peningkatan peranan energi baru terbarukan dalam bauran energi, peningkatan aksesibilitas dan peningkatan efisiensi dalam penggunaan energi.

C. Pembangunan Pemerataan dan Kewilayahan

Dokumen RKP 2017 memuat pembangunan pemerataan dan kewilayahan terkait dengan pengelompokan bidang Antar Kelompok Pendapatan, Reforma Agraria, Daerah Perbatasan, Daerah Tertinggal, Desa dan Kawasan Pendesaan, Perkotaan dan Konektivitas. Kebijakan terkait pembangunan pemerataan dan kewilayahan ini antara lain:

- Pencapaian pemerataan pendapatan antarkelompok penduduk perlu dilakukan secara terintegrasi dengan cara memutus siklus ketimpangan antargenerasi - Menjamin peningkatan kualitas hidup masyarakat miskin dalam kondisi

perekonomian yang masih tumbuh antara 5-6% melalui peningkatan penerima Bantuan Tunai Bersyarat dalam RKP 2017 dan mempertahankan dukungan unuk mengurangi beban penduduk miskin dan rentan.

(13)

9

legalisasi aset redistribusi tanah seiring dengan meningkatnya Kepastian Hukum Hak Atas Tanah.

- Pembangunan kawasan perbatasan difokuskan pada 2 (dua) sasaran pembangunan yaitu meningkatkan pertahanan dan keamanan serta pengembangan pusat ekonomi perbatasan untuk mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat.

- Pengurangan kesenjangan secara tegas diamanatkan Nawacita ke tiga dengan membangun dari pinggiran dengan memperkuat daerah dan desa serta pengentasan daerah tertinggal. Pembangunan Indonesia (Indonesia sentris) lebih diutamakan dibandingkan pembangunan di Jawa (Jawa Sentris), walaupun RoI lebih tinggi di Jawa. Pendulum pembangunan harus banyak bergerak ke luar Jawa.

- Menekankan konektivitas antar wilayah dalam RKP 2017 pada penyelesaiaan proyek-proyek yang akan menurunkan biaya logistik dan mendukung pembangunan kawasan.

D. Pembangunan Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan

Pembangunan Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan (Polhukhankam) merupakan kondisi perlu dalam dokumen RKP 2017.

Hal –hal utama yang menjadi sasaran utama dalam Pembangunan Polhukhankam yaitu:

- Memenuhi secara bertahap

Minimum Essential Forces

dengan peran industri pertahanan dalam negeri yang makin meningkat

- Memantapkan kepastian dan penegakan hukum - Memantapkan reformasi birokrasi

- Memantapkan konsolidasi demokrasi melalui penguatan aspek-aspek demokrasi termasuk komunikasi dan informasi publik serta menguatkan efektivitas diplomasi dalam menjaga stabilitas keamanan kawasan, perlindungan WNI/BHI, pelaksanaan diplomasi ekonomi dan kerjasama pembangunan, termasuk Kerjasama Selatan-Selatan dan Triangular

Pembangunan bidang Polhukhankam terbagi yaitu Konsolidasi Demokrasi dan Efektivitas Diplomasi Sasaran dan Arah Kebijakan; Stabilitas Keamanan dan Ketertiban; Kepastian dan Penegakan Hukum; Reformasi Birokrasi.

(14)

10 Tabel 2.2 Sasaran Pembangunan Kondisi Perlu Polhukhankam

No Sasaran 2015 2016 2017 2018 2019

1. Indeks Demokrasi Indonesia 73,04 74 74,3 74,6 75

2. Penyelesaian sengketa informasi

publik

60% 60% 70% 80% 90%

3. Berkurangnya jumlah konflik berlatar belakang isu SARA

<5 <5 <5 <5 <5

4. Persentase peningkatan daya tangkal masyarakat dari pengaruh radikal teroris

n.a 30% 40% 50% 60%

5. Tingkat pengaruh Indonesia di dunia internasional

89% 89% 89% 89% 89%

Pembangunan Konsolidasi Demokrasi dan Efektivitas Diplomasi merupakan hasil pembahasan penyusunan RKP yang disusun oleh Direktorat Politik dan Komunikasi. Arah kebijakan dalam pembangunan konsolidasi demokrasi dan efektivitas diplomasi yaitu meliputi: peningkatan kualitas lembaga demokrasi dan hak-hak politik, serta kebebasan sipil; Peningkatan efektivitas penanggulangan konflik kekerasan dan ancaman terorisme; Peningkatan akses dan kualitas informasi publik; Pemeliharaan stabilitas keamanan kawasan; Perlindungan WNI/BHI di luar negeri; Penguatan diplomasi ekonomi dan kerjasama pembangunan, termasuk Kerjasama Selatan-Selatan dan Triangular; Pemantapan peran di ASEAN dan efektivitas politik luar negeri yang bebas aktif.

(15)

11 Gambar 2.1 Konsolidasi Demokrasi dan Efektivitas Diplomasi

E. Pembangunan Ekonomi

Dokumen RKP menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi diperkirakan dapat mencapai 5,6 – 5,9 persen di tahun 2017. Asumsi ini didasari oleh sisi penawaran yaitu Pemulihan ekonomi global baik di AS dan Uni Eropa mendorong pertumbuhan ekspor hingga mencapai 4,5 – 5,0 persen terutama ekspor produk nonmigas; Membaiknya iklim investasi dan peluang pasar domestik yang luas mendorong investasi tumbuh 6,0 - 6,6 persen ; Tingkat inflasi yang stabil di kisaran 4,0 persen akan meningkatkan daya beli masyarakat sehingga pada akhirnya akan mendorong konsumsi masyarakat tumbuh 5,4 - 5,5 persen; Konsumsi pemerintah tumbuh 6,7 persen yang didorong oleh penyerapan anggaran yang merata dan berkualitas dengan program-program pembangunan yang semakin efisien. Selain itu asumsi penawaran dari industri pengolahan yang diperkirakan akan tumbuh sebesar 6,0 -6,5 % dengan investasi tahun 2017 yang diperkirakan akan sebesar . 4.498-4.617 triliun yang disumbang oleh investasi pemerintah dan investasi masyarakat sebesar 11,3 persen dan 88,7 persen.

F. Pembangunan Bidang Lainnya

(16)

12

terkait dengan pembahasan pembangunan nasional yang sebelumnya sudah dijelaskan baik terkait pembangunan manusia, sektor unggulan, pembangunan Pemerataan dan Kewilayahan pembangunan Polhukhankam, pembangunan ekonomi.

G. Kerangka Ekonomi Makro, Arah Pengembangan Wilayah dan Pendanaan Pembangunan.

Alokasi pada prioritas pembangunan nasional terbagi dalam 6 prioritas nasional yang dapat terlihat dalam tabel dibawah ini:

Tabel 2.3 Alokasi pada Prioritas Pembangunan Nasional

No Prioritas Nasional 2016 2017 SELI SI H

1 Pembangunan Pariwisata

123.751,0 144.059,1 20.308,1

2 Pelayanan Pendidikan 83.259,7 99.735,0 16.475,4

3 Percepatan Pertumbuhan Industri dan Kawasan Ekonomi (KEK)

92.643,8 107.688,7 15.044,9

4 Pelayanan Kesehatan 132.444,3 146.428,9 13.984,7

5 Antar Kelompok

pendapatan

75.248,1 88.116,8 12.868,6

6 DaerahTertinggal 132.946,2 143.899,1 10.952,9

15 PRI ORI TAS LAI NNYA

480.737,2 524.469,6 43.732,4

TOTAL 1.121.030,3 1.254.397,3 133.367,0

(17)

13 Gambar 2.2 Distribusi Pemanfaatan Tambahan Alokasi

Dalam penyusunan RKP 2017 khususnya pembangunan Konsolidasi Demokrasi dan Efektivitas Diplomasi telah dilaksanakan serangkaian koordinasi baik multilateral meeting, bilateral meeting serta trilateral meeting yang dihadiri oleh Bappenas, Kemenkeu serta kementerian teknis terkait. Pembahasan selanjutnya adalah hasil catatan penting dari trilateral meeting yang telah dilaksanakan oleh Direktorat Politik dan Komunikasi bersama mitra kerja.

2.1.1 Penyusunan RKP 2017 Sub Bidang Politik Dalam Negeri ( Trilateral Meeting)

Penyusunan RKP Sub Bidang Politik Dalam Negeri adalah Konsolidasi Demokrasi dengan pengukuran Indeks Demokrasi Indonesia. RKP 2017 Sub Bidang Politik Dalam Negeri terdiri dari 3 Program Prioritas yaitu Penguatan Lembaga Demokrasi, Pemenuhan Kebebasan Sipil dan Hak-Hak Politik, Pencegahan Konflik Sosial Politik dan Penanggulangan Terorisme.

Hasil pembahasan Multilateral, Bilateral dan Trilateral meeting disepakati untuk ketiga program prioritas ini mempuyai kegiatan prioritas antara lain: Penguatan kelembagaan penyelenggara pemilu; Peningkatan peran parpol melalui bantuan keuangan parpol; Revisi UU Kepemiluan; Peningkatan Hak Memilih dan Dipilih Kelompok Marjinal; Pengawasan Partisipatif Masyarakat terhadap Pemilu; Pusat Pendidikan Pemilih; Peningkatan Peran Forum-Forum Dialog Masyarakat; Pemantapan Wawasan Kebangsaan dan Karakter bangsa di Kalangan Aparatur Negara Melalui Pelaksanaan Renaksi; Peningkatan Peran Pusat Pendidikan Wawasan Kebangsaan (PPWK); Penguatan Tim Terpadu Penanganan Konflik; Peningkatan Upaya Deradikalisasi dan Kontra Radikal Terorisme; Peningkatan Penegakan Hukum pada Organisasi Terorisme.

PEMBANGUNAN

PARIWISATA

26,8%

PENDIDIKAN

21,8%

PERCEPATAN

PERTUMBUHAN

INDUSTRI

&

KEK

19,9%

KESEHATAN

18,5%

ANTAR

KELOMPOK

PENDAPATAN

17,0%

DAERAH

TERTINGGAL

14,5%

(18)

14

Adapun Pengeleompon kegiatan prioritas dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Gambar 2.3 Program Prioritas Penguatan Lembaga Demokrasi

(19)

15 Gambar 2.4 Program Prioritas Pemenuhan Kebebasan Sipil dan Hak Hak Politik

(20)

16 Gambar 2.5 Program Prioritas Pencegahan Konflik Sosial dan Penanggulangan Terorisme

(21)

17

Adapun Hasil Pertemuan Trilateral Meeting Mitra Direktorat Politik dan Komunikasi Sub Direktorat Politik Dalam Negeri telah dilakukan dengan BNPT, Ditjen Polpum (Kemendagri), KPU, Bawaslu, Kemenkopolhukam di awal Tahun pada bulan Maret- Juni 2016.

Direktorat Jenderal Kesbangpol Kementerian Dalam Negeri

Pertemuan Trilateral Meeting yang dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 2016 membahas seluruh program/Kegiatan Direktorat Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum, Kementerian Dalam negeri guna disesuaikan dengan norma dan standar. Dalam pembahasan Trilateral meeting Ditjen Polpum mengusulkan adanya tambahan anggaran sebesar 8.96 Triliun yang akan dialokasikan untuk pendanaan urusan pemerintahan umum pada Pendanaan pelaksanaan urusan Pemerintahan Umum pada 34 Provinsi dan 514 Kabupaten/Kota melalui instansi vertikal, sebesar Rp.8,940 Trilyun; Pendanaan 3 (tiga) Unit Kerja Eselon II baru yang akan dibentuk pada Ditjen Polpum, sebesar Rp.20 Milyar.

Tabel 2.7 Pembahasan Trilateral Meeting Bappenas, Kemenkeu, Kemendagri (Ditjen Polpum)

Program Pembinaan Politik dan Penyelenggaraan Pemerintahan Umum Catatan

Kementerian Dalam Negeri

Ditjen Polpum mengusulkan tambahan anggaran sebesar Rp.8,96 Trilyun, yang akan dialokasikan untuk:

a. Pendanaan pelaksanaan urusan Pemerintahan Umum pada 34 Provinsi dan 514 Kabupaten/Kota melalui instansi vertikal, sebesar Rp.8,940 Trilyun.

b. Pendanaan 3 (tiga) Unit Kerja Eselon II baru yang akan dibentuk pada Ditjen Polpum, sebesar Rp.20 Milyar.

Catatan Kementerian PPN/ Bappenas:

1. Semua usulan tersebut harus dikaitkan dukungan terhadap pencapaian target Prioritas Nasional;

2. Memperhatikan kemampuan fiskal Negara;

3. Mempertimbangkan kesesuaian dengan kewenangan dan Tusi Kemendagri (merupakan kewenangan Pusat);

4. Memperhatikan kesiapan pelaksanaan;

5. Terkait dengan pembangunan sarpras Kementerian

PPN/Bappenas meminta agar dikoordinasikan dengan Kemenkeu sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku serta memperhatikan kebijakan moratorium pembangunan gedung baru;

Catatan Kementerian Keuangan:

1. Usulan agar mempertimbangkan tupoksi dan skala prioritas penggunaan anggaran disertai justifikasi urgensinya dengan memperhatikan kemampuan penyerapan serta pelaksanaan kegiatan;

2. Semua pengusulan harus mempertimbangkan kemampuan fiskal Negara, kesiapan pelaksanaan (kapasitas sumber daya yang tersedia).

(22)

18

Badan Nasional Pemberantasan Terorisme

Pertemuan Trilateral Meeting yang dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 2016 membahas seluruh program/Kegiatan BNPT guna disesuaikan dengan norma dan standar. Adapun catatan penting dari hasil pembahasan Trilateral Meeting tersebut antara lain:

1. Alokasi anggaran berdasarkan Rancangan Pagu Indikatif 2017 untuk BNPT sebesar 441,992 juta rupiah, sedangkan berdasarkan SB Pagu Indikatif 2017, BNPT mendapatkan tambahan anggaran sebesar 63,600 juta rupiah. Sehingga total alokasi anggaran BNPT TA 2017 sebesar 505,592 juta rupiah. Tambahan anggaran sebesar 63 miyar dialokasikan untuk 3 kegiatan Prioritas Nasional dan 1 kegiatan non Prioritas Nasional sebagai berikut:

Program Kegiatan Rancangan Pagu Indikatif (dlm juta

Rp)

Tambahan Alokasi (dlm juta

rupiah)

Alokasi Pagu Indikatif (dlm juta

rupiah)

Program Penanggulangan Terorisme

(BAGIAN ANGGARAN 113)

441,992 63,600 505,592

Kegiatan Bidang Pencegahan (5096)

180,498 25,000 205,498

Kegiatan Bidang Penindakan (5097)

129,817 31,600 161,417

Kegiatan Bidang Kerjasama Internasional (5098)

40,048 7,000 47,048

Kegiatan Dukungan Adminsitrasi dan SDM (5099)

89,514 - 89,514

2. Penambahan alokasi anggaran tersebut berimplikasi pada kegiatan pencegahan terorisme, kegiatan penindakan terorisme, dan kegiatan kerjasama internasional.

No Program/Kegiatan/Indikator Semula Menjadi

Target Alokasi Target Alokasi

Program Penanggulangan Terorisme

1. Kegiatan Pencegahan Terorisme

a. Jumlah Operasi Intelijen Pencegahan dan Kontra Propaganda

19 Operasi

57.296,664 26 Operasi

(23)

19

b. Jumlah napi teroris, mantan napi, mantan

teroris, keluarga dan jaringannya serta perorangan

dan kelompok yang berpotensi radikal yang meninggalkan ideologi radikal dan aksi kekerasan

2. Kegiatan Penindakan Terorisme

a. Jumlah operasi penindakan, operasi intelijen, dan

penyiapan satuan dalam kesiapsiagaan nasional terhadap aparat penegak hukum dan saksi serta korban dalam penanganan perkara tindak pidana terorisme

3 Kegiatan Kerjasama Internasional

a. Jumlah laporan pengembangan jejaring intelijen, monitoring dan analisa perkembangan terorisme internasional, diplomasi, sharing informasi dan kesepakatan dengan negara mitra kerja

6 Laporan

15.728,900 9 Laporan

22.728,900

Tabel 2.8 Pembahasan Trilateral Meeting Kementerian/Lembaga : Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)

Seluruh kegiatan telah sesuai dengan Norma dan Standar

(24)

20

- Alokasi anggaran berdasarkan Rancangan Pagu Indikatif 2017 untuk BNPT sebesar 441,992 juta rupiah, sedangkan berdasarkan SB Pagu Indikatif 2017, BNPT mendapatkan tambahan anggaran sebesar 63,600 juta rupiah. Sehingga total alokasi anggaran BNPT TA 2017 sebesar 505,592 juta rupiah. Tambahan anggaran sebesar 63 miyar dialokasikan untuk 3 kegiatan Prioritas Nasional dan 1 kegiatan non Prioritas Nasional sebagai berikut :

PROGRAM /

441,992 63,600 505,592

Kegiatan Bidang Pencegahan (5096)

180,498 25,000 205,498

Kegiatan Bidang Penindakan (5097)

129,817 31,600 161,417

Kegiatan Bidang Kerjasama Internasional (5098)

40,048 7,000 47,048

Kegiatan

- Penambahan alokasi anggaran ini memberikan konsekuensi pada perubahan target indicator masing-masing kegiatan, sebagai berikut :

N o

Program/ Kegiatan / I ndikator

Semula Menjadi

Target Alokasi Target Alokasi

Program Penanggulangan Terorisme

(25)

21

NO POKOK BAHASAN

CATATAN PEMBAHASAN

a a. Jumlah Operasi Intelijen Pencegahan

b Jumlah napi teroris, mantan napi, mantan teroris, keluarga dan jaringannya serta perorangan

dan kelompok yang berpotensi radikal yang meninggalkan ideologi radikal dan aksi

2 Kegiatan Penindakan Terorisme

a Jumlah operasi

penindakan, operasi

intelijen, dan

b Jumlah fasilitasi dan koordinasi

perlindungan terhadap aparat penegak hukum dan saksi serta korban dalam penanganan perkara tindak pidana terorisme

3 Kegiatan Kerjasama Internasional

a Jumlah laporan

pengembangan

jejaring intelijen, monitoring dan analisa perkembangan negara mitra kerja

6

- Disepakati untuk melakukan realokasi anggaran dari Belanja Non

Operasional ke Belanja Operasional sebesar 16,82 Milyar untuk pemenuhan kebutuhan layanan perkantoran yaitu untuk keperluan sebagai berikut : - Pembiayaan sewa gedung kantor BNPT di Jakarta sebesar 16,82 Milyar

(26)

22

Komisi Pemilihan Umum

Hasil pembahasan Trilateral Meeting KPU yang utama adalah kebutuhan tambahan anggaran mendesak untuk pemilukada serentak tahun 2017 dan tahapan pemilukada 2018, serta Sosialisasi Pemilukada Serentak Tahun 2017 yang masih membutuhkan tambahan anggaran sebesar 100 Miliar. Berikut Pembahasan trilateral meeting KPU terkait program/kegiatan yang masih membutuhkan tambahan anggaran:

1. Pemilukada Serentak Tahun 2017 dan Tahapan Pemilukada 2018

- Alokasi anggaran Non Operasional KPU berdasarkan Rancangan PI Tahun 2017

sebesar Rp 300.069,6 juta belum termasuk untuk memenuhi kebutuhan anggaran Pemilukada Serentak Tahun 2017.

- Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2015 Pasal 8 “Penyelenggaraan Pemilihan/Pilkada

menjadi tanggung jawab bersama KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota”. Sedangkan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tanggal 18 Maret 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang pada Pasal 8 “Penyelenggaraan Pemilihan menjadi tanggung jawab bersama KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota dan Pasal 10A “KPU memegang tanggung jawab akhir atas penyelenggaraan Pemilihan oleh KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK, PPS, KPPS, dan petugas pemutakhiran data Pemilih

- Pasal 9 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015, KPU dalam Pemilukada

mempunyai tugas dan wewenang untuk (a) menyusun dan menetapkan pedoman teknis untuk setiap tahapan Pemilihan setelah berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat dan Pemerintah; (b) mengkoordinasi dan memantau tahapan Pemilihan; (c) melakukan evaluasi penyelenggaraan Pemilihan; (d) menerima laporan hasil Pemilihan dari KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota; (e) memfasilitasi pelaksanaan tugas KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota dalam melanjutkan tahapan pelaksanaan Pemilihan jika Provinsi, Kabupaten, dan Kota tidak dapat melanjutkan tahapan Pemilihan secara berjenjang; dan (f) melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diberikan oleh peraturan perundang-undanga tugas untuk supervisi dan monitoring serta pengawasan kegiatan Pilkada 2017.

- Untuk melaksanakan tugas dan wewenang tersebut, alokasi anggaran yang

(27)

23 Tabel 2.9 Kebutuhan Anggaran pelaksanaan Pilkada serentak tahun 2017 tanggal 15

Februari 2017 serta penyelesaian sengketa hukum serta penyelesaian laporan.

1 Pelaporan Dana Hibah Pemilihan Gubernur, Bupati Dan Walikota Tahun 2017

5.278.459.000 2

Penyelesaian revisi anggaran Hibah Pemilihan

2.750.000.000 3 Evaluasi Pelaksanaan Pemilihan Gubernur/Bupati/Walikota

Tahun 2017

5.250.000.000 4 Perhitungan Suara Pemilihan Gubernur/Bupati/Walikota

Tahun 2017

7.017.780.000 5 Pengawasan Anggaran Pemilihan Gubernur/Bupati/Walikota

Tahun 2017

3.287.669.000 6 Penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilihan Gubernur dan

Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Walikota dan Wakil Walikota Tahun 2017 serta Pengadaaan Jasa Konsultan Hukum

6.479.166.000

7 Pelaksanaan Komunitas Peduli Pemilu pelaksanaan Pemilihan Serentak

4.566.726.000 8 Bimbingan teknis, Supervisi dan Monitoring pemilihan 16.210.502.000

JUMLAH 50.840.302.000

Tabel 2.10 Kebutuhan Tambahan Anggaran Persiapan dan Pelaksanaan Pilkada 2018 sebesar Rp 99.159.698.000

1 Penyusunan dan bimtek Pedoman Pengelolaan Dana Hibah Pemilihan Gubernur, Bupati Dan Walikota Tahun 2017

9.556.919.000 2 Penyusunan dan bimbingan Teknis Standar Kebutuhan Barang

dan Jasa serta Honorarium Pilkada

8.500.000.000 3 Penyusunan Program, Anggaran dan Bimtek Tata Cara Revisi

Anggaran Hibah Pemilihan

8.266.905.000

4 Pengelolaan dan penyelesaian revisi anggaran Hibah Pemilihan

5.500.000.000 5 Evaluasi Pelaksanaan Pemilihan Gubernur/Bupati/Walikota Tahun

2017

3.899.896.000 6 Bimbingan Teknis Tata Cara Perhitungan Suara Pemilihan

Gubernur/ Bupati/ Walikota Tahun 2017

5.017.780.000 7 Pemungutan suara secara elektronik/TI : Bimtek Operator, IT dan

Pelaksanaan Tabulasi Penghitungan Suara.

7.037.945.000 8 Pengawasan Anggaran Pemilihan Gubernur/Bupati/Walikota

Tahun 2017 bekerjasama dengan BPKP.

4.575.338.000 9 Bimtek penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilihan Gubernur dan

Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Walikota dan Wakil Walikota Tahun 2017 serta Pengadaaan Jasa Konsultan Hukum

(28)

24

10 Pembentukan Relawan Demokrasi pelaksanaan Pemilihan Serentak

8.000.000.000 11 Bimbingan teknis, Supervisi dan Monitoring Pelaksanaan

Pemilihan

29.421.005.000

JUMLAH

99.159.698.000

2. Sosialisasi Pemilukada Serentak Tahun 2017

KPU meminta tambahan anggaran untuk kebutuhan sosialisasi pemilukada serentak tahun 2017. Sosialiasi ini diperlukan agar pelaksanaan pemilukada berjalan efektif dan lancer serta tingkat partisipasi masyarakat sesuai dengan target RPJMN yaitu 77%. Adapun tabel usulan tambahan anggaran tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.11 Kebutuhan Sosialisasi Pemilukada Serentak

1 Pembentukan Rumah Pintar Pemilu

7.650.250.000 2 Riset Tingkat Partisipasi Masyarakat

6.050.600.000 3 Pengembangan Komunitas Peduli Pemilu

4.630.250.000 4 Fasilitasi Kegiatan Partisipasi Masyarakat Pemilu

3.640.000.000

5 Kerjasama Dengan LSM/Ormas

2.456.300.000 6 Penggalangan Partisipasi Pemilih Melalui Aktivitas Massal

(Sosial, Budaya dan Keagamaan) dalam Pilkada

9.653.000.000 7 Penggalangan Relawan Demokrasi dalam Pilkada

6.500.700.000 8 Fasilitasi Pemantau, Lembaga Survey, Hitung Cepat Pilkada

6.530.450.000 9 Penayangan Iklan Advertorial/Iklan Layanan Masyarakat di

media cetak dan elektronik

25.906.210.000

10 Penerbitan Bahan Informasi dan bahan sosialisasi Pilkada 12.875.000.000 11 Peliputan, pemberitaan dan dokumentasi Pilkada

6.575.650.000

12 Penerbitan Majalah dan Jurnal KPU

7.531.590.000

JUMLAH

(29)

25

Badan Pengaw as Pemilu

Hasil pembahasan Trilateral Meeting antara Bappenas, Kemenkeu dan Bawaslu RKP 2017 yang utama antara lain mengenai usulan tambahan anggaran dengan pertimbangan adanya peningkatan kegiatan Bawaslu di tahun 2017. Adapun catatan penting dari pembahasan trilateral Meeting tersebut antara lain:

1. Terkait dengan keterbatasan jumlah pegawai ASN di Bawaslu dan meningkatnya kegiatan pada Tahun 2017 sebagai konsekuensi dari tahapan Pemilu Tahun 2019 dan Pilkada Serentak Tahun 2018, maka diperlukan penambahan tenaga pendukung sehingga Bawaslu mengusulkan untuk menambah belanja operasional pegawai dan belanja barang.

Dalam tahapan Pemilu 2019 dan Pilkada 2018 yang bersamaan dengan tahapan dan pelaksanaan Pilkada 2017, karena keterbatasan ASN di lingkup Sekretariat Bawaslu RI, Bawaslu Provinsi dan Panwas Kab/kota diperlukan penambahan tenaga pendukung untuk mendukung kegiatan tahapan Pemilu dan Pilkada tersebut dimana kebutuhan Bawaslu RI sebanyak 80 orang (kebutuhan sebear 3,36 Miliar) dan kebutuhan Bawaslu Provinsi sebesar 34 orang (kebutuhan anggara sebesar 12,240 Miliar).

2. Kebutuhan operasional untuk perekrutan Ketua dan Anggota Bawaslu Provinsi di 33 Provinsi yang masa jabatannya akan berakhir di tahun 2017, belum terakomodasi kepada usulan baseline Bawaslu kepada DJA.Anggaran yang diperlukan dalam perekrutan Bawaslu Provinsi yang akan dilaksanakan pada tahun 2017 yaitu: 25 Provinsi x Rp. 500.000.000,- = Rp. 12.500.000.000,-.

3. Pelaksanaan kegiatan dalam mendukung penyelenggaraan pengawasan Pemilu Tahun 2019 yang tahapannya dimulai tahun 2017. Perkiraan anggaran dukungan tahapan penyelenggaraan Pemilu Tahun 2019 berdasarkan alokasi pagu penyelenggaraan Pileg dan Pilpres Tahun 2014 sebesar Rp.4.200.000.000.000 untuk memenuhi kebutuhan: Pembentukan Panwaslu Kabupaten/Kota, Panwascam, PPL, Pengawas TPS, dan PPLN; Honorarium dan operasional perkantoran lembaga ad-hoc; Penguatan kapasitas aparatur Panwas dan sekretariat baik ditingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan, Pengawas TPS, serta PPLN; Pengawasan Tahapan Pileg baik ditingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan, Pengawas TPS, serta PPLN; Sosialisasi/pengawasan partisipatif dalam rangka pileg dan pilpres; Advokasi hukum; Musyawarah Penyelesaian Sengketa; Kegiatan Sentra Gakkumdu; Penegakan kode etik penyelenggara Pemilu.

4. Pembinaan dan supervisi Pengawasan Tahapan Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota serentak Tahun 2018. Dalam rangka penguatan kapasitas aparatur Pengawas dan sekretariat lingkup Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk menghadapi pelaksanaan Pengawasan Tahapan Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota serentak Tahun 2018 dibutuhkan anggaran sebesar Rp.5.000.000.000

(30)

26

sekretariat lingkup Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk menghadapi pelaksanaan Pengawasan Tahapan Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota serentak Tahun 2018.

6. Terkait dengan kegiatan pengembangan dan sosialisasi pengawasan Pemilu partisipatif, Bawaslu RI masih menunggu perkembangan dari revisi UU Penyelengara Pemilu yang kemungkinan akan digabung menjadi Kitab UU Pemilu.

Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan

Alokasi belanja prioritas KemenkoPolhukam berdasarkan PI 2016 sebesar 101,4M, lebih kecil dibanding baseline 2016 RPJMN 2015-2019 sebesar 118,2M. KemenkoPolhukam perlu memperhitungkan capaian target indikator pelaksanaan kegiatan prioritas dengan alokasi anggaran yang ada. Adapun tugas dan fungsi Kemenkopolhukam mendukung sasaran utama antara lain: 1) Penguatan lembaga penyelenggara pemilu, melalui fasilitasi bagi penguatan dan pembentukan regulasi terkait pelaksanaan pemilu dan pilkada langsung serentak, serta mendorong percepatan pembentukan Pusat Pendidikan Pemilih dan pengawasan pemilu yang partisipatif; 2) Penguatan fasilitasi bagi penyelesaian Peraturan Pemerintah untuk melaksanakan UU No 17 Tahun 2013 tentang Ormas setelah terbitnya hasil judicial review Mahkamah Konstitusi terkait ormas; 3)Pemantapan kelembagaan penanganan konflik sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah No.2 Tahun 2015 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial; 4)Pemantapan pelaksanaan keterbukaan informasi publik secara konsisten pada semua badan publik di pusat maupun daerah; 5) Penataan regulasi untuk memperkuat upaya penanggulangan terorisme, termasuk pengkajian bagi undang-undang baru untuk penguatan lembaga koordinasi penanggulangan terorisme. Adapun pembahasan Trilateral Meeting dapat dilihat dibawah ini:

Tabel 2.12 Pembahasan Trilateral Meeting Bappenas, Kemenkeu dan Kemenkopolhukam

No. Lingkup terkait pegawai dan barang adalah hal utama yang mesti dicukupi sebelum memperhitungkan hal lainnya. Belanja operasional harus dapat dipenuhi secara on top, tidak mengandalkan realokasi dari belanja prioritas. Hal ini yang seharusnya menjadi setiap tahun akan otomatis dihitung dan dikeluarkan setelah ada cadangan sisa anggaran dari

Kemenkeu yang akan di Perpreskan

kemudian

Belanja Operasional KemenkoPolhukam berdasar PI 2016 adalah Belanja Pegawai

Rp 47.589.080.195,- (meliputi: Gaji dan

Alokasi anggaran Komjak sebesar Rp. 3.035.209.250,- dan Bakamla sebesar Rp.

(31)

27 adalah pada tahun sebelumnya dihitung masih menjadi CPNS, di tahun depannya sudah menjadi PNS (pengalihan status), dan setelah dihitung kembali hasilnya naik 2,5M Uang makan dan uang lembur sebesar

Rp2.989.312.000,-) dan Belanja Barang Rp 31.943.697.877,- (untuk Biaya

pemeliharaan Gedung dan Bangunan; Biaya pemeliharaan

Peralatan dan Mesin; Langganan Daya dan Jasa, dan lain-lain), serta Belanja non-operasional berkarakteristrik operasional tidak ada.

Belum ada melebihi PI yang ada maka bisa refocusing atau diusulkan sebagai usulan tambahan. KemenkoPolhukam perlu untuk

menyampaikan kebutuhan riil belanja pegawainya untuk dapat diakomodasi dalam Pagu Anggaran.

(32)

28 ini, tidak dilakukan dengan refocusing dengan memotong anggaran dari kegiatan-kegiatan lain, agar pekerjaan Kemenkopolhukam berdasarkan PI 2016 sebesar 101,4M, lebih kecil dibanding baseline 2016 RPJMN 2015-2019 sebesar anggaran yang ada. Apabila dengan alokasi anggaran yang ada, dirasa belum dapat

mencapai target yang telah ditetapkan

Berdasarkan PI 2016, Belanja Non anggaran TA, 2016 sebesar 19,3 Triliun. Sisa ini diperhitungkan untuk mengakomodasi hasil Musrenbang yang baru saja dilaksanakan. Jika Kemenkopolhukam mempunyai program prioritas yang sangat penting, maka bisa diusulkan untuk mendapatkan alokasi tambahan anggaran

(33)

29 sasaran utama TA. 2016 sesuai RPJMN 2015-2019, yaitu: lainnya yang tidak menjadi prioritas.

(34)

30 badan publik di pusat maupun anggaran oleh K/L harus diperkuat dengan dasar dari RPJMN 2015 – 2019 dan Nawa Cita, sehingga jika memang dasar substansi dan dasar hukum

pelaksanaanya kuat, maka kita tegaskan di catatan Trilateral Meeting ini, untuk nantinya akan dibawa ke forum

Dalam hal terdapat usul-usul baru yang lebih prioritas, maka pendanaannya dilakukan melalui penajaman prioritas, refocusing, dan realokasi dari dana yang ada, serta

didiskusikan/disepakati di dalam forum

trilateral meeting. Pagu Indikatif bersifat ancar-ancar sebagai dasar penyusunan Rencana Kerja K/L.

(35)

31

yang lebih tinggi, yaitu sidang kabinet dan pada akhirnya sidang DPR untuk RAPBN. Untuk itu pimpinan di Kemenko dapat mengirim surat ke Menteri Keuangan agar usulan

tambahan anggaran dari Trilateral Meeting ini dapat segera disesuaikan.

Alokasi per program, di luar yang bersifat wajib dipenuhi dan wajib dialokasikan, merupakan ancar-ancar dan bersifat indikatif, sehingga

permasalahan ini yaitu BNPP. BNPP program yang akan dilakukan BNPP di daerah perbatasan.

Sebenarnya, setiap tahun sudah ada penghematan terhadap perjalanan dinas. Namun, kebijakan ini adalah kebijakan top down langsung dari Presiden melalui Inpres dan Permenpan yang

(36)

32

penyerapan APBN dan penghitungan APBN-P 2015, terutama untuk K/L yang besar-besar seperti KemenPU dan Kemendagri yang mempunyai kantor-kantor wilayah yang tersebar di seluruh Indonesia. Inpres dan Perpres. Biasanya,

pertimbangan kami akan lebih dalam jika terlampir dasar hukum pelaksanaan tersebut

kegiatan-kegiatan intelijen di luar negeri. Walaupun, intelijen tersebut

4. Program Tematik

5. Catatan Lainnya

Secara teoritis, Pagu Indikatif TA. 2016 belum final, oleh karena itu menyesuaikan catatan hasil Trilateral Meeting hari ini.

Kemenhan dan TNI memang bukan mitra langsung Ditpolkom, Bappenas. Namun, catatan dari Trilateral Meeting ini akan disampaikan kepada Direktorat lain yang bermitrakan

Kemenhan dan TNI. Sehingga, Direktorat terkait dapat

mengetahui

Pagu Indikatif TA. 2016 adalah perkiraan berapa/baseline besar jumlah APBN yang akan keluar pada tahun 2016.

Apabila terdapat hal-hal yang menjadi prioritas di K/L dan belum tertera di Matrik K/L, maka segera di refocusing penajaman prioritas.

Pada saat

penghitungan Pagu Indikatif TA. 2016 sebenarnya ada peningkatan yang cukup dari APBN TA. 2015.

Lampiran 6 disediakan

Kemenkopolhukam mempunyai dua Satker yaitu

Kemenkopolhukam dan Barkorkamla.

(37)

33 muncul di Trilateral Meeting hari ini, terkait dengan K/L yang menjadi mitranya.

Harus ada kejelasan dari BPKP untuk memberikan review persetujuannya kepada Kemenkeu, agar segera

ditindaklanjuti untuk mengejar waktu yang terus berjalan ini sebelum sidang kabinet.

khusus untuk mengakomodasi usulan-usulan tambahan dari K/L dengan mempertajam prioritas programnya dan diusulkan berapa kebutuhan

anggarannya.

Terkait tunjangan kinerja, kami setuju dihitung sesuai dengan prestasi kinerja K/L, namun sekarang kita tinggal menunggu

Perpresnya.

Untuk pemanfaatan dana optimalisasi, Kemenkeu meminta K/L untuk di review terlebih dahulu dari BPKP agar sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu. Hasil review dari BPKP akan disampaikan ke Kemenkeu, dan jika sudah memenuhi kriteria akan dicairkan dan yang belum sesuai kriteria belum akan dicairkan. gedung tidak dapat dilaksanakan, serta Bakorkamla

mendapat pinjaman gedung dari Pemda DKI.

Realisasi anggaran Kemenkopolhukam pada tahun 2014 adalah 77%, namun jika dirinci lebih jauh penyerapan yang rendah terdapat di Satker Bakorkamla yaitu hanya sekitar 63%.

Terdapat perbedaan Pagu Indikatif TA. 2016 dari Surat Bersama Menkeu

Sesuai dengan hasil

Trilateral Meeting

(38)

34

2.1.2 Penyusunan RKP 2016 Sub Bidang Komunikasi dan I nformasi Publik ( Trilateral Meeting)

Hasil penyusunan RKP 2017 terkait dengan sub Direktorat Komununikasi dan Informasi Publik yaitu untuk penyusunan program prioritas Peningkatan Akses dan Kualitas Informasi Publik. Hasil pembahasan melalui multilateral, bilateral dan trilateral meeting dihasilkan 3 kegiatan prioritas dalam peningkatan akses dan kualitas informasi publik yaitu:

1. Peningkatan Keterbukaan Informasi dan Komunikasi Publik

Tabel 2.13 Peningkatan Keterbukaan Informasi dan Komunikasi Publik

K/L Program K/L Kegiatan K/L

Kemkomino Program Pengembangan Informasi dan Komunikasi Publik

- Pelayanan Informasi kenegaraan melalui media publik

- Pembinaaan dan Pengembangan Kemitraan lembaga komunikasi

- Pelayanan informasi kenegaraan melalui media publik

- Pembinaan dan pengembangan kebijakan komunikasi nasional Komisi

Informasi Pusat

Program Dukungan manajemen dan

pelaksanaan tugas treknis lainnya kementerian komunikasi dan informatika

Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya Komisi Informasi (KI) pusat (penyelesaian sengketa informasi publik, peningkatan keterbukaan informasi di badan publik

Kemenkopol hukam

Program peningkatan koordinasi bidang politik, hukum dan keamanan

Koordinsai informasi publik dan media massa

(39)

35

memanfaatkan media sesuai kebutuhannya; 250 peserta Bimtek PPID untuk implementasi Undang-Undang KIP; SDM Pengelola Informasi dan Dokumentasi di Badan Publik Negara yang meningkat kemampuannya dalam implementasi UU KIP; 3.500 orang (masyarakat) yang meningkat pemahamannya tentang UU KIP.

2. Peningkatan Kualitas Konten Informasi Publik

Tabel 2.14 Peningkatan Kualitas Konten Informasi Publik

K/L Program K/L Kegiatan K/L

Kemkominfo Program Pengembangan Informasi dan

Komunikasi Publik

- Pengelolaan dan Penyediaan informasi

Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya Komisin Penyiaran Indonesia (KPI)

(penyelesaian pengaduan masalah konten siaran, penyusunan indeks kualitas siaran televisi

Dewan Pers Program Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas treknis lainnya

kementerian komunikasi dan informatika

Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya Dewan Pers (Penyusunan Indeks

Kemerdekaan Pers, Pelaksanaan World Press Freedom Day

Target utama dari kegiatan prioritas peningkatan kualitas konten informasi publik yaitu: 90 % Penyelesaian Pengaduan Masalah Konten Siaran; Pemantauan langsung program/isi siaran pada lembaga penyiaran yang melaksanakan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3-SPS) di 15 TV Berjaringan + 4 TV Berlangganan + 20 Radio; 5 Publikasi pemeringkatan (rating) kualitas program/isi siaran televisi di Media Nasional; 1 Dokumen Indeks Kemerdekaan Pers;

World Press Freedom

Day

(800 peserta).

3. Peningkatan SDM Komunikasi dan Informasi

Tabel 2.15 Peningkatan SDM Komunikasi dan Informasi

K/L Program K/L Kegiatan K/L Kemkominfo Program

Penelitian dan pengembanga Komunikasi dan

Informatika

- Pengembangan Literasi dan profesi serta pengembangan SDM Komunikasi dan Informatika

- Penelitian dan pengembangan komunikasi dan informatika dan pengembangan SDM komunikasi dan Informatika B2P2KI - Pelatihan dan pengembangan teknologi

(40)

36

Target utama dari kegiatan prioritas peningkatan kualitas peningkatan SDM Komunikasi dan Informasi yaitu: 250 peserta bimbingan teknis literasi komunikasi bagi SDM (aparat, industri, masyarakat); 288 penerima beasiswa Dalam Negeri/Luar Negeri; 3.000 peserta peningkatan literasi TIK untuk disabilitas, wanita, dan anak usia sekolah; 8000 peserta pelatihan dan sertifikasi berbasis SKKNI bidang Kominfo.

Adapun catatan penting Bilateral dan Trilateral meeting antara Bappenas, Kemenkeu, dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (termasuk KPI, KIP dan dewan pers) adalah sebagai berikut:

1. Seluruh Program/Kegiatan telah dicermati dan telah memenuhi Norma dan Standar 2. Penyelenggaraan World Press Freedom Day memerlukan persiapan teknis dengan

melibatkan berbagai K/L terkait diantaranya Bappenas, Kemkominfo, Kemkeu, Kemlu, UNESCO Pendidikan, Kemdikbud, Kemsetneg.

3. Program/Kegiatan Kemkominfo Tahun Anggaran 2017 akan berkontribusi dan mendukung pencapaian : Prioritas Nasional Pembangunan Manusia (Revolusi mental, Pendidikan, Kesehatan); Prioritas Nasional Pembangunan sektor unggulan (pariwisata dan kawasan industri dan KEK); Prioritas Nasional Pembangunan Pemerataan dan Kewilayahan (pemerataan antar kelompok pendapatan, Perbatasan negara dan daerah tertinggal dan perdesaan dan perkotaan, konektivitas nasional); serta Kondisi Perlu (Stabilitas keamanan dan ketertiban, demokrasi dan efektivitas diplomasi, ketertiban, kepastian dan penegakkan hukum, reformasi birokrasi).

4. Sehubungan dengan berlakunya Inpres No. 9 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Komunikasi Publik, Kementerian Komunikasi dan Informatika mempunyai kegiatan-kegiatan prioritas terkait

Government Public Relations

(Penyiapan narasi tunggal, termasuk database infografis dan videografis yang mudah dipahami oleh masyarakat), Tenaga Humas Pemerintah.

5. Bulan Maret 2016 Kemkominfo sedang mengusulkan untuk melakukan konversi PNBP menjadi Rupiah Murni sebesar Rp 316 Miliar yang direncanakan akan dipergunakan untuk Program/Kegiatan di SDPPI 164 Miliar dan di PPI sebesar 152 miliar, hal ini akan berimplikasi pada perubahan alokasi anggaran dan target baik RKP/Renja 2016 maupun penyusunan RKP 2017. Konversi PNBP dapat dilaksanakan pada bulan juli 2017.

6. Tahun 2016 merupakan kelanjutan proses penyusunan UU Perlindungan Data Pribadi pada RKP 2017.

(41)

37 Tabel 2.16 Catatan Trilateral Meeting Kemkominfo 2 Maret 2016

NO POKOK PEMBAHASAN CATATAN PEMBAHASAN

1. Konfirmasi Norma dan Standar

Seluruh kegiatan telah sesuai dengan Norma dan Standar (Pembahasan terlampir)

2. Kebutuhan Tambahan

Mendesak (difokuskan pada prioritas pertama dan diurutkan berdasarkan skala prioritas)

-3. Dukungan Sumber

pendanaan lainnya

Pagu Indikatif Kemkominfo TA 2017 sebesar

Rp5.086.842,630 Juta dengan rincian sebagai berikut:

a. Berdasarkan Jenis Belanja :

i) Belanja Operasional sebesar Rp 671.425,465 Juta, terdiri dari :

‐ Belanja Operasional Pegawai (komponen 001) sebesar Rp367.871,496 Juta;

‐ Belanja Operasional Non Pegawai (komponen 002) sebesar Rp303.553,969 Juta;

ii) Belanja Non Operasional sebesar Rp 4.415.417,165 Juta, terdiri dari :

‐ RM Belanja Non Operasional Lainnya : Rp580.449,400 Juta;

‐ PNBP : Rp1.169.024,954 Juta;

‐ BLU : Rp2.619.142,815

‐ PLN : Rp46.799,996 Juta; b. Berdasarkan Program :

i) Program Dukungan Manajemen Dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya sebesar Rp 310.285,512 Juta, terdiri dari :

‐ Belanja Operasional Pegawai : Rp63.249,414 Juta;

‐ Belanja Operasional Non Pegawai : Rp74.877,130 Juta;

‐ RM Belanja Non Operasional Lainnya : Rp170.702,200 Juta;

‐ PNBP : Rp1.456,768 Juta;

ii) Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur sebesar Rp 26.667,921 Juta, terdiri dari :

‐ Belanja Operasional Pegawai : Rp10.009,093 Juta;

‐ Belanja Operasional Non Pegawai : Rp2.166,528 Juta;

‐ RM Belanja Non Operasional Lainnya : Rp14.492,300 Juta;

iii)Program Pengelolaan Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika sebesar Rp 1.128.644,318 Juta, terdiri dari :

‐ Belanja Operasional Pegawai : Rp 133.183,437 Juta;

‐ Belanja Operasional Non Pegawai : Rp 151.277,693 Juta;

‐ PNBP : Rp 844.183,188 Juta;

(42)

38 Rp 131.283,202 Juta, terdiri dari :

‐ Belanja Operasional Pegawai : Rp 21.658,360 Juta;

‐ Belanja Operasional Non Pegawai : Rp 5.666,842 Juta;

‐ RM Belanja Non Operasional Lainnya : Rp 103.958,000 Juta;

v) Program Penyelenggaraan Pos dan Informatika sebesar Rp 3.041.512,697 Juta, terdiri dari :

‐ Belanja Operasional Pegawai : Rp 35.290,732 Juta;

‐ Belanja Operasional Non Pegawai : Rp 27.175,613 Juta;

‐ PNBP : Rp 313.103,541 Juta;

‐ BLU : Rp 2.619.142,815 Juta;

‐ PLN : Rp 46.799,996 Juta;

vi)Program Penelitian dan Pengembangan SDM sebesar Rp 301.531,533 Juta, terdiri dari :

‐ Belanja Operasional Pegawai : Rp 68.325,295 Juta;

‐ Belanja Operasional Non Pegawai : Rp 29.115,481 Juta;

‐ RM Belanja Non Operasional Lainnya : Rp 193.809,300Juta;

‐ PNBP : Rp 10.281,457 Juta;

Termasuk Anggaran Pendidikan Rp 50.000,000 Juta vii) Program Pengembangan Informasi dan Komunikasi

Publik sebesar Rp 146.417,447 Juta, terdiri dari :

‐ Belanja Operasional Pegawai : Rp 36.155,165 Juta;

‐ Belanja Operasional Non Pegawai : Rp 13.274,682 Juta;

‐ RM Belanja Non Operasional Lainnya : Rp 96.987,600 Juta;

viii) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur sebesar Rp 500,000 Juta, terdiri dari :

‐ RM Belanja Non Operasional Lainnya : Rp 500,000 Juta;

c. Berdasarkan Sumber Dana :

oRupiah Murni : Rp 1.251.874,865 Juta  PNBP : Rp 1.169.024,954 Juta;

 BLU : Rp 2.619.142,815

 PLN : Rp 46.799,996 Juta;

(43)

39 Perangkat Pos dan Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika, pada saat penyusunan Pagu Anggaran 2017 (sekitar bulan Juni 2016). Kemkominfo agar segera menyampaikan usulan penggunaan RM hasil konversi PNBP tersebut, baik dari satker penghasil PNBP maupun satker lain, ke Kementerian Keuangan cq Ditjen Anggaran.

Pagu Anggaran 2017 Kemkominfo akan diusulkan agar mengakomodir perubahan KMK tentang Ijin Penggunaan Sebagian PNBP pada Ditjen SDPPI dan Ditjen PPI, dimana sesuai Berita Acara yang ditandatangani oleh Direktur PNBP, Ditjen Anggaran Kemenkeu, dan Kepala Biro Keuangan, Setjen Kemkominfo, bahwa rincian perubahan Pagu PNBP pada Kemkominfo adalah sebagai berikut:

a. Pagu PNBP Ditjen SDPPI semula sebesar Rp 844.183,000 Juta, menjadi sebesar Rp 506.225,000 Juta, sehingga terdapat penurunan sebesar Rp 337.957,000 Juta

b. Pagu PNBP Ditjen PPI semula sebesar Rp 313.103,000 Juta, menjadi sebesar Rp 154.703,000 Juta, sehingga terdapat penurunan sebesar Rp 158.399,000 Juta

c. Maka total penurunan Pagu PNBP Kemenkominfo TA 2017 sebesar Rp 496.357,000 Juta, nilai tersebut diusulkan dikonversi dalam bentuk Rupiah Murni, sebagaimana disampaikan dalam surat Menteri Keuangan Nomor S-294/MK.02/2016 tanggal 12 April 2016 hal Perubahan Ijin Penggunaan PNBP pada Ditjen SDPPI dan Ditjen PPI, untuk memenuhi program-program prioritas tahun 2016 Kemkominfo yang berlanjut di tahun 2017 antara lain:

‐ DNS

‐ Satu Juta Nama Domain

‐ Technopreneur

‐ Mail Server Nasional

‐ Diklat Revolusi Mental

‐ Sistem PMO Kemkominfo

‐ Sosialisasi Program Prioritas Kemkominfo

‐ Diseminasi terkait GPR Ditjen IKP

‐ Program pendukung Prioritas pada Ditjen SDPPI dan PPI

d. Dalam Berita Acara tersebut juga disebutkan bahwa Pagu PNBP MMTC pada tahun 2017 bertambah sebesar Rp 1.612,000 Juta. Hal ini mempengaruhi jumlah total Pagu Kemkominfo yang semula sebesar Rp 5.086.842,000 Juta, diusulkan menjadi sebesar Rp 5.088.454,000 Juta dan agar dapat diakomodir pada Pagu Anggaran tahun 2017

e. Kemkominfo akan segera bersurat kepada Menkeu dan Bappenas, setelah ada ketetapan Menkominfo terkait rincian penggunaan anggaran RM sebesar Rp

496.357,000 Juta tersebut di poin c. 4. Hal lainnya (jika

diperlukan/sesuai dengan kebutuhan)

Bidang Infrastruktur

(44)

40

 Regulasi-regulasi yang dapat disimplifikasi perlu diidentifikasi sehingga dapat mendukung arahan presiden dalam upaya meningkatkan iklim investasi di dalam negeri. Perlu diidentifikasi juga regulasi yang berpotensi menghambat pembangunan terkait sektor kominfo.

Bidang Politik dan Komunikasi

 Kemkominfo memperoleh tambahan alokasi anggaran sebesar 100 miliar yang dialokasikan untuk menunjang ketenagakerjaan (sertifikasi dan pembentukkan LSP). Tambahan anggaran ini menaikan target peserta pelatihan dari 2500 orang menjadi 19.500 orang

 Tahun 2017 akan diadakannya pelaksanaan event internasional yaitu World Press Freedom Day serta penyelenggaraan KTT IORA. Kemkominfo perlu mengalokasikan anggaran untuk kebutuhan media center. Masih diperlukan pembahasan lebh lanjut anggaran untuk pelaksanaan World Press Freedom Day di Dewan Pers atau di Kesekjenan Kemkominfo

 Perlu ada pertemuan antara Bappenas, Kominfo, Kemdagri dan KemenPAN-RB untuk membahas pembentukan NCIO

Tabel 2.17 Catatan Trilateral Meeting Lanjutan Kemkominfo 2 Maret 2016

NO POKOK PEMBAHASAN CATATAN PEMBAHASAN 1. Konfirmasi Norma dan

Standar

Seluruh kegiatan telah sesuai dengan Norma dan Standar (Pembahasan terlampir)

2. Kebutuhan Tambahan Mendesak (difokuskan pada prioritas pertama

dan diurutkan berdasarkan skala prioritas)

3. Dukungan Sumber

pendanaan lainnya

Pagu Indikatif Kemkominfo TA 2017 sebesar Rp5.086.842,630 Juta dengan rincian sebagai berikut:

d. Berdasarkan Jenis Belanja :

iii)Belanja Operasional sebesar Rp 671.425,465 Juta, terdiri dari :

‐ Belanja Operasional Pegawai (komponen 001) sebesar Rp367.871,496 Juta;

‐ Belanja Operasional Non Pegawai (komponen 002) sebesar Rp303.553,969 Juta;

(45)

41

NO POKOK PEMBAHASAN CATATAN PEMBAHASAN

‐ RM Belanja Non Operasional Lainnya : Rp580.449,400 Juta;

‐ PNBP : Rp1.169.024,954 Juta; ‐ BLU : Rp2.619.142,815

‐ PLN : Rp46.799,996 Juta; e. Berdasarkan Program :

ix)Program Dukungan Manajemen Dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya sebesar Rp 310.285,512 Juta, terdiri dari :

‐ Belanja Operasional Pegawai : Rp63.249,414 Juta;

‐ Belanja Operasional Non Pegawai : Rp74.877,130 Juta;

‐ RM Belanja Non Operasional Lainnya : Rp170.702,200 Juta;

‐ PNBP : Rp1.456,768 Juta;

x) Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur sebesar Rp 26.667,921 Juta, terdiri dari :

‐ Belanja Operasional Pegawai : Rp10.009,093 Juta;

‐ Belanja Operasional Non Pegawai : Rp2.166,528 Juta;

‐ RM Belanja Non Operasional Lainnya : Rp14.492,300 Juta;

xi)Program Pengelolaan Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika sebesar Rp 1.128.644,318 Juta, terdiri dari :

‐ Belanja Operasional Pegawai : Rp 133.183,437 Juta;

‐ Belanja Operasional Non Pegawai : Rp 151.277,693 Juta;

‐ PNBP : Rp 844.183,188 Juta;

xii) Program Pengembangan Aplikasi Informatika sebesar Rp 131.283,202 Juta, terdiri dari :

‐ Belanja Operasional Pegawai : Rp 21.658,360 Juta;

‐ Belanja Operasional Non Pegawai : Rp 5.666,842 Juta;

‐ RM Belanja Non Operasional Lainnya : Rp 103.958,000 Juta;

(46)

42

NO POKOK PEMBAHASAN CATATAN PEMBAHASAN

sebesar Rp 3.041.512,697 Juta, terdiri dari : ‐ Belanja Operasional Pegawai : Rp 35.290,732

Juta;

‐ Belanja Operasional Non Pegawai : Rp 27.175,613 Juta;

‐ PNBP : Rp 313.103,541 Juta; ‐ BLU : Rp 2.619.142,815 Juta; ‐ PLN : Rp 46.799,996 Juta;

xiv) Program Penelitian dan Pengembangan SDM sebesar Rp 301.531,533 Juta, terdiri dari :

‐ Belanja Operasional Pegawai : Rp 68.325,295 Juta;

‐ Belanja Operasional Non Pegawai : Rp 29.115,481 Juta;

‐ RM Belanja Non Operasional Lainnya : Rp 193.809,300Juta;

‐ PNBP : Rp 10.281,457 Juta;

Termasuk Anggaran Pendidikan Rp 50.000,000 Juta xv) Program Pengembangan Informasi dan

Komunikasi Publik sebesar Rp 146.417,447 Juta, terdiri dari :

‐ Belanja Operasional Pegawai : Rp 36.155,165 Juta;

‐ Belanja Operasional Non Pegawai : Rp 13.274,682 Juta;

‐ RM Belanja Non Operasional Lainnya : Rp 96.987,600 Juta;

xvi) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur sebesar Rp 500,000 Juta, terdiri dari : ‐ RM Belanja Non Operasional Lainnya : Rp

500,000 Juta;

f. Berdasarkan Sumber Dana :

oRupiah Murni : Rp 1.251.874,865 Juta

 PNBP : Rp 1.169.024,954 Juta;

 BLU : Rp 2.619.142,815

 PLN : Rp 46.799,996 Juta;

Gambar

Tabel 2.1 Jadwal Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah 2017
Tabel 2.2 Sasaran Pembangunan Kondisi Perlu Polhukhankam
Gambar 2.1 Konsolidasi Demokrasi dan Efektivitas Diplomasi
Tabel 2.3 Alokasi pada Prioritas Pembangunan Nasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selain dilihat dari karakteristik ibu, peningkatan rerata skor total pengetahuan responden yang bermakna ini disebabkan beberapa hal, diantaranya media yang

Jadi yang di maksud dengan judul di atas adalah meneliti bagaimana interaksi yang harus dilakukan oleh seorang murid terhadap guru, mengenai adab dalam menuntut ilmu menurut

Negeri Pembina Singaraja setelah dianalisis dan diamati oleh peneliti terkait tingkat masa perkembangan menurut teori perkembangan seni rupa Vicktor Lowenfield,

Tujuan utama Exit Strategy READ, yaitu i) menjaga keberlanjutan pelaksanaan komponen Program READ di 5 kabupaten di Sulteng, untuk memastikan bahwa lembaga desa dan kelompok

Untuk itu, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mengeluarkan aturan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat

Permasalahan lain yang masih kerap terjadi adalah seperti yang disampaikan oleh staf perpustakaan PDDI LIPI bahwa di dalam sistem RIN juga terdapat data hasil

Hasil pengamatan rata-rata jumlah daun tanaman pada umur 7 Minggu Setelah Tanam (MST) menunjukkan bahwa pemberian kompos yang berbeda berpengaruh tidak nyata

Selain itu anak juga akan mendapat dorongan secara emosional oleh teman sebayanya untuk menjadi seseorang yang mandiri, bertanggung jawab , berani untuk