• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penambahan anggaran penyelenggaraan pelatihan/diklat pada isu perlindungan WNI dan diplomasi ekonomi bagi para diplomat untuk mendukung prioritas

Dalam dokumen LAPORAN Penguatan Demokrasi TA 2016 FINAL (Halaman 52-58)

Trilateral Meeting

4. Penambahan anggaran penyelenggaraan pelatihan/diklat pada isu perlindungan WNI dan diplomasi ekonomi bagi para diplomat untuk mendukung prioritas

Peningkatan Kapasitas Diplomasi. Untuk mendukung upaya peningkatan sumber daya manusia, Direktorat Perlindungan WNI dan BHI merencanakan program melalui keikutsertaan / partisipasi dalam kegiatan kursus singkat / pelatihan /

workshop

/ seminar / lokakarya di luar negeri dan dalam negeri mengenai isu-isu migrasi internasional, maritim internasional, tindak pidana perdagangan orang, penyelundupan manusia, ketenagakerjaan internasional, dan gender. Tujuan dari penyelenggaran kegiatan ini adalah untuk peningkatan pengetahuan (

knowledge

), Peningkatan keahlian (

expertise

) dan keterampilan (

skill

), Peningkatan kualitas kinerja Direktorat Perlindungan WNI dan BHI dalam menjalankan fungsinya

Tabel 2.19 Pembahasan Lengkap Trilateral Meeting Bappenas, Kemenkeu dan Kemlu Pokok Bahasan Catatan Pembahasan

1. Konfirmasi Norma dan Standar

Seluruh kegiatan telah sesuai dengan Norma dan Standar, dengan catatan sesuai dengan kesepakatan terlampir.

2. Kebutuhan Tambahan Mendesak

1. Penyelenggaraan Pertemuan Tingkat Kepala Negara dalam KTT IORA 2017.

Berdasarkan informasi dari Setneg, pihak Setneg belum mengalokasikan anggaran untuk penyelenggaraan pertemuan tersebut. Di sisi lain, Kemlu hanya menganggarkan penyelenggaran rangkaian pertemuan KTT IORA tanpa mengalokasikan anggaran untuk penyelenggaraan pertemuan tingkat kepala negara, mengingat selama ini pertemuan tingkat kepala negara diselenggarakan oleh Setneg.

2. Pembuatan aplikasi Smart Travelling untuk mendukung prioritas Perlindungan WNI/BHI di luar negeri. Sejalan dengan amanat Nawa Cita, Kemlu telah menjadikan perlindungan WNI di luar negeri sebagai salah satu prioritas politik luar negeri. Untuk melaksanakan komitmen ini, Kemlu senantiasa mengedepankan tiga pendekatan, yaitu Pencegahan, Deteksi Dini, dan

49

Pokok Bahasan Catatan Pembahasan

Perlindungan secara cepat dan tepat.

Terkait dengan upaya pencegahan serta deteksi dini potensi permasalahan WNI di luar negeri, salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan fokus kepada pembekalan informasi tepat guna kepada WNI yang akan atau sedang berada di luar negeri, sehingga dapat terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Dengan demikian, WNI di luar negeri dapat melakukan upaya perlindungan terhadap diri mereka sendiri. Sehubungan dengan hal itu, pada tahun 2016 direncanakan pembuatan

platform

teknologi berbasis internet yang dapat digunakan oleh WNI untuk mendapatkan informasi ketika, akan, atau sedang berada di luar negeri, dengan nama

Smart Travelling

versi Beta. Program ini akan bermuara pada

platform

e-Perlindungan yang telah digunakan oleh Direktorat e-Perlindungan WNI dan BHI sebagai basis penanganan permasalahan / kasus WNI di luar negeri.

Pada tahun 2017 akan dilakukan pengembangan program

Smart

Travelling

dengan fokus pada aplikasi konten dan fitur yang dapat dengan mudah diakses melalui gawai dan ponsel cerdas. Tujuan dari program

Smart Travelling

ini adalah:

1) Menjadi sumber informasi interaktif bagi para WNI yang akan atau sedang berada di luar negeri sebagai bagian dari upaya pencegahan permasalahan;

2) Mendapatkan data dan informasi terkait keberadaan WNI di luar negeri dan kegiatan yang dilakukan guna mempermudah upaya perlindungan WNI;

3) Menjadikan upaya perlindungan WNI lebih efektif, efisien, cepat, mudah dan menarik.

Sasaran dari pembuatan

platform

teknologi

Smart Travelling

adalah semua WNI, khususnya mereka yang akan atau sedang berada di luar negeri sesuai dengan kepentingannya masing-masing, seperti wisata, belajar, tugas negara, bisnis, pekerjaan, dsb.

Organisasi pelaksana terdiri dari Direktorat Perlindungan WNI dan BHI, Ditjen Protokol dan Konsuler, serta akan melibatkan sejumlah unit eselon II lainnya yang relevan di lingkungan Kemlu sesuai dengan besaran kegiatan dan ketersediaan anggaran. Biaya kegiatan akan dibebankan pada DIPA Direktorat Jenderal Protokol dan Konsuler dalam output 006 Penyelenggaraan Indeks Sistem Kelembagaan dengan jumlah Rp6.000.000.000,- (enam milyar rupiah).

50

Pokok Bahasan Catatan Pembahasan

3. Penambahan anggaran penyelenggaraan pelatihan/diklat pada isu perlindungan WNI dan diplomasi ekonomi bagi para diplomat untuk mendukung prioritas Peningkatan Kapasitas Diplomasi. Sebagai salah satu unit operasional di Kementerian Luar Negeri, Direktorat Perlindungan WNI dan BHI telah mengalami perluasan pelaksanaan tugas, dalam arti tidak hanya terbatas pada pembuatan kebijakan, penyusunan standardisasi dan norma perundingan internasional ataupun koordinasi antar lembaga. Selama beberapa tahun terakhir, Direktorat Perlindungan WNI dan BHI juga turut terlibat langsung bersama-sama dengan Perwakilan RI dalam penanganan kasus-kasus WNI di luar negeri, termasuk di dalamnya kasus-kasus BMI, yang jumlahnya sangat signifikan. Pada tahun 2015, total jumlah kasus yang ditangani oleh Direktorat Perlindungan WNI dan BHI mencapai angka 12.088 kasus. Jumlah tersebut mengalami penurunan dibandingkan tahun 2014 yang mencapai 17. 035 kasus. Meski demikian, varian dan persebaran kasus cenderung meluas, dengan terdapat sejumlah kasus baru seperti, kasus perdagangan manusia, kasus penyelundupan manusia, dan kasus ketenagakerjaan yang melibatkan awak kapal yang bekerja di kapal ikan berbendera asing di luar negeri.

Sehubungan dengan hal tersebut diperlukan adanya kegiatan penguatan di berbagai aspek pada Direktorat Perlindungan WNI dan BHI, seperti pada aspek sumber daya manusia, sumber daya keuangan, manajemen dan material.

Terkait dengan penguatan kapasitas sumber daya manusia, perlu dilakukan peningkatan

knowledge, expertise,

dan

skill

pejabat dan staf Direktorat Perlindungan WNI dan BHI yang kemudian dapat dimanfaatkan tidak hanya untuk penanganan kasus-kasus WNI/BMI di luar negeri, tetapi juga dalam penyusunan konsep kebijakan, standardisasi, dan norma di bidang perlindungan WNI dan BHI di luar negeri sesuai dengan fungsi-fungsi Direktorat Perlindungan WNI dan BHI sebagaimana telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Luar Negeri RI Nomor 07 Tahun 2011. Program peningkatan kapasitas bidang perlindungan juga diamanatkan dalam Keputusan Menteri Luar Negeri No. 01/B/RO/W/IV/2015/01 tentang Rencana Strategis Kementerian Luar Negeri 2015-2019 di mana salah satu indikator kinerja utama indeks pelayanan dan perlindungan WNI dan BHI mencakup komponen peningkatan kapasitas bidang perlindungan.

51

Pokok Bahasan Catatan Pembahasan

Direktorat Perlindungan WNI dan BHI merencanakan program melalui keikutsertaan / partisipasi dalam kegiatan kursus singkat / pelatihan /

workshop

/ seminar / lokakarya di luar negeri dan dalam negeri mengenai isu-isu migrasi internasional, maritim internasional, tindak pidana perdagangan orang, penyelundupan manusia, ketenagakerjaan internasional, dan gender.

Tujuan dari kegiatan ini adalah:

1) Peningkatan pengetahuan (

knowledge

) pemahaman pejabat dan staf Direktorat Perlindungan WNI dan BHI mengenai konsep-konsep dasar dalam isu migrasi internasional, maritim internasional, tindak pidana perdagangan orang, penyelundupan manusia, ketenagakerjaan internasional, dan gender;

2) Peningkatan keahlian (

expertise

) dan keterampilan (

skill

) dalam menangani kasus-kasus WNI/BMI di luar negeri, khususnya kasus perdagangan manusia, kasus penyelundupan manusia, dan kasus ketenagakerjaan yang melibatkan awak kapal yang bekerja di kapal ikan berbendera asing di luar negeri;

3) Peningkatan kualitas kinerja Direktorat Perlindungan WNI dan BHI dalam menjalankan fungsi-fungsi sebagaimana telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Luar Negeri Nomor 07 Tahun 2011, khususnya dalam bidang penyusunan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang perlindungan WNI di luar negeri.

Organisasi pelaksana terdiri dari Direktorat Perlindungan WNI dan BHI, Direktorat Jenderal Protokol dan Konsuler.

Biaya kegiatan akan dibebankan pada DIPA Direktorat Jenderal Protokol dan Konsuler dengan jumlah Rp3.500.000.000,- (tiga milyar lima ratus juta rupiah).

Adapun penyelenggaraan pelatihan/diklat terkait Perlindungan WNI dan Diplomasi Ekonomi yang dilakukan oleh Pusdiklat melalui Kegiatan Observasi Lapangan dan Seminar di dalam dan luar negeri dalam rangka Penguatan Diplomasi Ekonomi, Diplomasi Maritim dan wilayah Perbatasan, serta Perlindungan WNI/TKI bagi Peserta Sesdilu Angkatan ke-58 & 59 dengan kebutuhan anggaran sebesar Rp2.100.000.000,- (dua milyar seratus juta rupiah).

Hal lainnya

Kesepakatan Trilateral Meeting 1 :

a. Anggaran pada Program Peningkatan Hubungan dan Politik Luar Negeri melalui Kerja Sama ASEAN, khususnya pada Kegiatan Dukungan Manajemen

52

Pokok Bahasan Catatan Pembahasan

dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Kerja Sama ASEAN, sudah termasuk anggaran untuk penguatan Sekretariat Nasional ASEAN Indonesia sebesar Rp3.000.000.000,- (tiga milyar rupiah)

b. Anggaran pada Program Optimalisasi Diplomasi terkait dengan Pengelolaan Hukum dan Perjanjian Internasional, khususnya pada Kegiatan Optimalisasi Diplomasi terkait dengan Perjanjian Ekonomi dan Sosial Budaya serta Pengelolaan Naskah Perjanjian Internasional, sudah termasuk anggaran untuk melaksanakan monitoring implementasi perjanjian internasional sebesar Rp1.000.000.000,- (satu milyar rupiah). Monitoring tersebut merupakan permintaan Kantor Staf Presiden kepada Kementerian Luar Negeri.

c. Anggaran pada Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Luar Negeri, khususnya pada Kegiatan Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Kementerian Luar Negeri dan Kerja Sama Pendidikan dan Pelatihan Diplomatik sebesar Rp47.300.000.000,- (empat puluh milyar tiga ratus juta rupiah), akan difokuskan untuk melakukan pelatihan tematik untuk peningkatan kapasitas diplomat pertama, muda dan madya, khususnya untuk isu diplomasi ekonomi, diplomasi maritim, dan perlindungan WNI.

d. Anggaran pada Program Optimalisasi Informasi dan Diplomasi Publik sudah termasuk anggaran untuk menggalang dukungan negara-negara Pacific Selatan terhadap Papua pada tahun 2017 sebesar Rp8.000.000.000,- (delapan milyar rupiah). Anggaran tersebut terdiri dari Rp4.000.000.000,- (empat milyar rupiah) untuk media campaign di Kegiatan Penguatan Citra Positif Indonesia melalui Peningkatan Peran di Bidang Informasi dan Layanan Media, serta sebesar Rp4.000.000.000,- (empat milyar rupiah) di Kegiatan Penguatan Citra Positif Indonesia melalui Peningkatan Peran Diplomasi Publik yang akan digunakan untuk melaksanakan kegiatan public lecture di Solomon Islands, Vanuatu dan Fiji; BDF yang mengundang partisipasi negara-negara Pacific Selatan; BSBI yang mengundang partisipasi negara-negara Pacific Selatan; serta interfaith dialogue Indonesia-Solomon Islands.

Terkait dengan realokasi anggaran Rp8.000.000.000,- (delapan milyar rupiah) ke Program Optimalisasi Informasi dan Diplomasi Publik, pihak Bappenas, Kemkeu, dan Kemlu memilki pandangan sebagai berikut :

- Bappenas : Anggaran tersebut dapat digunakan apabila telah ada landasan hukum pelaksanaan Renaksi Papua.

- Kemkeu : Tidak perlu ada tambahan anggaran sebesar Rp8.000.000.000,- (delapan milyar rupiah). Sebaiknya mengefisiensikan anggaran yang ada (terutama anggaran Direktorat Kerja Sama Teknik) dengan pertimbangan sebagai berikut :

a. Terkait renaksi Papua, landasannya belum ada.

b. bersinergi dengan kegiatan yang akan dilaksanakan di kawasan rumpun Melanesia, sehingga tidak perlu tiap Negara di kawasan tersebutdilaksanakan dan dialokasikan anggaran

53

Pokok Bahasan Catatan Pembahasan

kegiatan yang serupa.

c. banyak kegiatan yang lebih tepat dilaksanakan oleh K/L teknis.

d. realisasi sampai bulan Mei baru sekitar 8%, dan diprediksi hingga akhir tahun tidak akan terserap optimal, sehingga perlu dijadikan pertimbangan.

- Kemlu : Terkait dengan anggaran yang khusus diperuntukkan bagi dukungan holistik Papua sebagaimana menjadi arahan Kemenko Polhukkam, diharapkan akan dilakukan koordinasi antara Kemenko Polhukkam, Bappenas dan Kemkeu untuk membahas alokasi anggaran bagi dukungan holistik Papua.

e. Hal-hal yang belum selesai dibahas dalam pertemuan trilateral ini dimungkinkan untuk dibahas kembali setelah Pagu Indikatif ditetapkan.

f. Kemlu diharapkan segera menyampaikan kepada Bappenas dan Kementerian Keuangan mengenai data sebaran anggaran non operasional dan operasional untuk setiap kegiatan,mengingat form rancangan Pagu Indikatif hanya mencantumkan sebaran anggaran non operasional untuk program dan kegiatan yang mendukung pencapaian prioritas nasional. Kerangka Regulasi dan Kelembagaan

- Kemlu mengusulkan revisi atas Undang-Undang Hubungan Luar Negeri dan Undang-Undang Perjanjian Internasional

2.1.4 Penyusunan RKP 2016 Mitra DPR, MPR dan DPD ( Trilateral Meeting)

Penyusunan RKP 2016 dalam rangka penguatan Demokrasi melibatkan Kesekretariatan 3 (tiga) Lembaga Tinggi Negara yaitu Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Hasil pembahasan Trilateral MPR, DPR dan DPD tidak secara langsung masuk dalam Dokumen RKP 2017, namun mekanisme pembahasan program/kegiatan serta alokasi anggaran merujuk pada kerangka penggunaan APBN yang mengedepankan money follow program dan penyusunanan program berdasarkan skala prioritas, serta mencermati perubahan kebijakan pada 3 (tiga) lembaga tinggi negara tersebut.

2.1.4. A Penyusunan RKP 2016 Mitra DPR

Pertemuan Trilateral Meeting yang dilaksanakan pada tanggal 9 Mei 2016 membahas seluruh program/Kegiatan untuk dapat disesuaikan dengan norma dan standar. Adapun catatan penting dari hasil pembahasan Trilateral Meeting Kementerian Bappenas, DPR dan Kementerian Keuangan yang sudah dilaksanakan, anatara lain:

1. Dalam pembahasan Trilateral Meeting tersebut DPR meminta kebutuhan tambahan sebesar Rp1.031.924.729.000,- dengan rincian Satker Dewan sebesar RP820.437.875.000,- dan Satker Setjen Rp211.486.854.000. penyusunan

54

kebutuhan tambahan ini akan mempertimbangkan kemampuan pelaksanaan dan penyelenggaraan anggaran serta mempertimbangkan penyusunan skala prioritas. 2. Moratorium pembangunan gedung dan tidak dianggarkan dalam pagu indikatif

2017

3. Mekanisme Rumah Aspirasi pada saaat pembahasan trilateral meeting disepakati At Cost. Pembahasan selanjutnya terkait Rumah Aspirasi, DPR akan menggunakan skema mekanisme “Bantuan Lainnya” sesuai dengan PMK 168 Tahun 2015 untuk menyusun pertanggungjawaban.

4. Adanya kebutuhan anggaran operasional seperti gaji ke 14 pegawai perlu didukung dasar hukumnya

Tabel 2.20 Pembahasan Meeting Bappenas, Kemenkeu dan DPR

POKOK BAHASAN CATATAN PEMBAHASAN

Dalam dokumen LAPORAN Penguatan Demokrasi TA 2016 FINAL (Halaman 52-58)