• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Ekologi Mangrove di Desa Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Ekologi Mangrove di Desa Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Sumatera Utara"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Ekosistem Mangrove

Umumnya mangrove dapat ditemukan di seluruh kepulauan Indonesia.Mangrove terluas terdapat di Irian Jaya sekitar 1.350.600 ha (38 %), Kalimantan 978.200 ha (28 %) dan Sumatera 673.300 ha (19 %) sedangkan luas mangrove di Sumatera Utara 7300 ha.Di daerah-daerah ini dan juga daerah lainnya, mangrove tumbuh dan berkembang dengan baik pada pantai yang memiliki sungai yang besar dan terlindung. Walaupun mangrove dapat tumbuh di sistim lingkungan lain di daerah pesisir, perkembangan yang paling pesat tercatat di daerah tersebut. (Noor dkk., 2006).

Pemanfaatan secara terus menerus tanpa mempertimbangkan kelestarian dapat menyebabkan kerusakan ekosistem mangrove yang selanjutnya berdampak besar, baik secara ekologi, ekonomi, maupun sosial. Dampak ekologis akibat berkurang dan rusaknya ekosistem mangrove adalah hilangnya berbagai spesies flora dan fauna yang berasosiasi dengan ekosistem mangrove, yang dalam jangka panjang akan mengganggu keseimbangan ekosistem mangrove khususnya dan ekosistem pesisir umumnya (Kordi, 2012).

(2)

keperluan rumah tangga, penghasil keperluan industri, dan penghasil bibit (Wiyanto dan Elok, 2010).

Mengingat pentingnya keberadaan ekosistem mangrove untuk mempertahankan fungsi ekologis suatu kawasan, maka perlu dilakukan upayauntuk mempertahankan fungsi ekologis penting mangrove sebagai pengendalikerusakan lingkungan di kawasan pesisir.Terkait dengan upaya tersebut, upayamengatasi laju kerusakan lingkungan pesisir, berupa abrasi dan intrusi air lautdengan pendekatakan ekosistem merupakan salah satu aspek

keseimbangan yang harus dicapai dan dipertahankan keberlanjutannya (Prasetyo dkk, 2014).

Menurut Kusmana (2005), salah satu cara untuk mengembalikan fungsi mangrove sesuai dengan fungsi semestinya adalah melakukan rehabilitasi mangrove yaitu melakukan penanaman kembali. Namun, masyarakat pada umumnya melakukan penanaman mangrove tanpa memperhatikan faktor pembatas dari lingkungan sedangkan, faktor lingkungan sangat menentukan penyebaran dan zonasi termasuk didalamnya adalah tingkat keasaman dan bahan organik total yang terkandung pada sedimen.

(3)

keaneka-ragamannya. Pemanfaatan langsung dalam ekosistem mangrove dan penggunaan lahan di sekitarnya secara nyata mempengaruhi kelestarian eko-sistem mangrove. Beberapa aktivitas yang mempengaruhi kehidupan mangrove secara luas adalah konversi habitat ke pertambakan (ikan atau udang dan garam), penebangan secara berlebih untuk pelabuhan dan jalan raya (Alik dkk,2012).

Ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang dipengaruhi oleh kondisi perairan yang berubah setiap saat. Hal ini memberikan pengaruh terhadap biota perairan yang hidup berasosiasi dengan ekosistem mangrove tersebut. Wilayah pesisir merupakan lingkungan bahari yang produktif yang dapat dimanfaatkan secara langsung maupun tidak langsung.Potensi mangrove sebagai sumber nutrien bagi biota yang hidup di dalamnya sebagai tempat tinggal, tempat mencari makan (feeding ground), tempat pengasuhan dan pembesaran (nursery ground) serta tempat pemijahan (spawning ground) (Harahab, 2010).

Jenis-jenis Ekosistem Mangrove

Rahman (2014) menyatakan bahwa vegetasi mangrove mempunyai morfologi dan anatomi tertentu sebagai respons fisiogenetik terhadap habitatnya. Vegetasi mangrove yang bersifat halopitik menyukai tanah-tanah yang bergaram, misalnya Avicennia sp., Bruguiera sp., Lumnitzera sp., Rhizophora sp., dan Xylocarpus sp. Vegetasi tersebut menentukan ciri lahan mangrove berdasarkan sebaran, dan sangat terikat pada habitat mangrove. Vegetasi yang tidak terikat dengan habitat mangrove antara lain adalah Acanthus sp., Baringtonia sp., Callophyllum sp., Calotropis sp., Cerbera sp., Clerodendron sp., Derris sp., Finlaysonia sp., Hibiscus sp., Ipomoea sp., Pandanus sp., Pongamia sp., Scaevola

(4)

sp., dan Vitex sp.

Keanekaragaman jenis dan pertumbuhan mangrove di antaranya dipengaruhi oleh suplai air tawar dari sungai yang bermuara ke laut serta kesesuaian habitat setiap jenis terhadap iklim dan kondisi geografis pesisir. Keberadaan strata semai sangat mempengaruhi keberlanjutan proses suksesi dan proses dinamika ekologi mangrove ke depannya. Mangrove mampu tumbuh dengan baik pada muara sungai besar atau delta melalui proses sedimentasi sehingga membantu kolonisasi mangrove baru. Berdasarkan pengamatan langsung dan wawancara dengan penduduk yang telah lama tinggal di sekitar muarasungai, habitat mangrove pada kawasan tersebut kini justru telah banyak beralih fungsi menjadi lokasi budidayatambak atau permukiman (Mukhlisi dkk ., 2013).

Menurut Kusmana, dkk., (2005), bahwa untuk menghadapi habitatnya berupa substrat lumpur dan selalu tergenang (reaksi anaerob), tumbuhan mangrove beradaptasi dengan membentuk akar-akar :

(a) Akar Pasak (pneumatophore)

Akar pasak berupa akar yang muncul dari sistem akar kabel dan memanjang ke luar arah udara seperti pasak. Akar pasak ini terdapat pada Avcennia spp.,Xylocarpus spp., dan Sonneratia spp.

(b) Akar Lutut (knee root)

Akar lutut merupakan modifikasi dari akar kabel yang pada awalnya tumbuh kearah permukaan substrat. Kemudian melengkung menuju ke substrat lagi. Akar lutut ini terdapat pada Bruguiera spp.

(5)

Akar tunjang merupakan akar (cabangcabang akar) yang keluar dari batang dan tumbuh ke dalam substrat. Akar ini terdapat pada Rhizophora spp. (d) Akar Papan (buttress root)

Akar papan hampir sama dengan akar tunjang tetapi akar ini melebar menjadi bentuk lempeng mirip struktur silet. Akar ini tedapat pada Heritiera. (e) Akar Gantung (aerial root)

Akar gantung adalah akar yang tidak bercabang yang muncul dari batang atau cabang bagian bawah tetapi biasanya tidak mencapai substrat. Akar gantung terdapat pada Rizophora sp., Avicennia sp., dan Acanthus sp.

(a) (b)

(c) (d)

(6)

Fungsi dan Manfaat Ekosistem Mangrove

Mangrove merupakan habitat bagi berbagai jenis satwa liar seperti promata, reptilia dan burung. Moluska juga banyak ditemukan pada areal mangrove di Indonesia. Di Seram, Maluku tercatat 91 jenis moluska hanya dari satu tempat saja di Seram, Maluku. Jumlah tersebut termasuk 33 jenis yang biasanya terdapat pada karang akan tetapi juga sering mengunjungi daerah mangrove. Beberapa dari 91 jenis kelompok moluska tersebut diketahui hidup di dalam tanah, sementara yang lainnya ada yang hidup di permukaan dan ada yang hidup menempel pada tumbuh-tumbuhan. Kepiting juga umumnya ditemukan di daerah mangrove khususnya jenis-jenis penggali seperti jenis Cleistocoeloma, Macrophthalamus, Metaplax, Iliyoplax, dan Ucha(Waryono, 2008).

Hutan mangrove alami membentuk zonasi tertentu. Jenis mangrove yang berbeda berdasarkan zonasi disebabkan sifat fisiologis mangrove yang berbeda-beda untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Keanekaragaman mangrove bukan hanya karena kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungannya tetapi tidak

terlepas juga adanya campur tangan manusia untuk memelihara (Darmadi dkk, 2010).

Waryono (2008) menjelaskan beberapa fungsi ekosistem mangrove adalah sebagai berikut :

(7)

2. Sebagai penghalang terhadap erosi pantai, tiupan angin kencang dan sempuran ombak yang kuat serta pencegahan intrusi air laut;

3. Dapat membantu kesuburan tanah, sehingga segala macam biota perairandapat tumbuh dengan subur sebagai makanan alami ikan dan binatang lautlainnya;

4. Dapat membantu perluasan daratan ke laut dan pengolahan limbah organik; 5. Dapat dimanfaatkan bagi tujuan budidaya ikan, udang dan kepiting

mangrovedalam keramba dan budidaya tiram karena adanya aliran sungai atau perairanyang melalui ekosistem mangrove;

6. Sebagai penghasil kayu dan non kayu;

7. Berpotensi untuk fungsi pendidikan dan rekreasi .

Irwanto (2007) menegaskan bahwa manfaat hutan mangrove dapatdikelompokan sebagai berikut :

1. Manfaat/Fungsi Fisik : menjaga agar garis pantai tetap stabil, melindungipantai dan sungai dari bahaya erosi dan abrasi, menahan badai/angin kencangdari laut, menahan hasil proses penimbunan lumpur, sehingga memungkinkanterbentuknya lahan baru, menjadi wilayah penyangga dan berfungsimenyaring air laut menjadi air daratan yang tawar, mengolah limbah beracun,penghasil O2 dan penyerap CO2.

(8)

danberkembang biak burung dan satwa lain, sumber plasma nutfah & sumbergenetik, merupakan habitat alami bagi berbagai jenis biota.

3. Manfaat/Fungsi Ekonomis : penghasil kayu (kayu bakar, arang, bahanbangunan), penghasil bahan baku industri (pulp, tanin, kertas, tekstil,makanan, obat-obatan, kosmetik), penghasil bibit ikan, nener, kerang,kepiting, bandeng melalui pola tambak silvofishery, tempat wisata, penelitian& pendidikan.Ekosistem mangrove sangat peka terhadap gangguan.

Habitat paling ideal untuk berkembangnya mangrove khususnya semai dan anakan. vegetasi mangrove terkonsentrasi tumbuh pada daerah muara dekat bibir pantai dengan substrat berlumpur yang mengandung unsur hara tinggi, mempunyai tingkat sirkulasi air lebih baik dan tidak terjadi arus yang kuat, sehingga propagul yang jatuh ke substrat dapat tumbuh menjadi semai, anakan kemudian pohon. Kerapatan vegetasi tersebut menggambarkan kemampuan regenerasi pohon terhadap sumbangan penghasil biji sebagai calon kecambah (semai) yang memiliki pola penyesuaian besar terhadap kondisi lingkungan disekitarnya. Adanya pergerakan arus, gelombang, frekuensi pasang surut, kedalaman air dan umur tanamandapat mempengaruhi kekuatan tegakan dan pertumbuhan mangrove (Azkia dkk., 2013).

.Mangrove mempunyai fungsi ekologis sebagai penyedia nutrien bagi

(9)

pemijahan, dan asuhan bagi berbagai macam biota salah satunya kepiting bakau (Soviana,2004).

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup (2004) menjelaskan bahwa status kondisi mangrove adalah tingkatan kondisi mangrove pada suatu lokasi tertentudalam waktu tertentu yang dinilai berdasarkan kriteria baku kerusakan mangrove.Semakin meningkatnya kegiatan pembangunan dapat menimbulkan dampakterhadap kerusakan mangrove, oleh karena itu perlu dilakukan upayapengendalian, dimana salah satu upaya pengendalian untuk melindungi mangrovedari kerusakan adalah dengan mengetahui adanya tingkat kerusakan berdasarkankriteria baku kerusakannya. Kriteria baku kerusakan mangrove untukmenentukan status kondisi mangrove diklasifikasikan dalam tiga tingkatan yaitu :

1. Sangat baik (sangat padat) dengan penutupan ≥ 75% dan kerapatan ≥ 1.500pohon/ha;

2. Rusak ringan (baik) dengan penutupan antara ≥ 50% - <75% dan kerapatan ≥1.000 pohon/ha - <1.500 pohon/ha;

3. Rusak berat (jarang) dengan penutupan <50% dan kerapatan < 1.000 pohon/ha.m

Menurut Sari dkk (2010) hutan mangrove dibagi menjadi zonasi-zonasi berdasarkan jenis vegetasi yang dominan, mulai dari arah laut ke darat sebagai berikut:

(10)

kuat untuk menahan gelombang dan mampu membantu dalam proses penimbunan sedimen.

2. Zona Rhizophora sp.; terletak di belakang zona Avicenia sp., substratnya masih berupa lumpur lunak, namun kadar salinitasnya lebih rendah. Mangrove pada zona ini masih tergenang pada saat air pasang.

3. Zona Bruguiera sp.; terletak di belakang zona Rhizophora sp. dan memiliki substrat tanah berlumpur keras. Zona ini hanya terendam pada saat air pasang tertinggi atau 2 kali dalam sebulan.

4. Zona Nypa fruticans; terletak paling belakang dan berbatasan dengan daratan. Mangrove jenis Rhizophora sp. yang biasanya tumbuh di zona terluar, mengembangkan akar tunjang (still root)

Parameter Ekosistem Mangrove

Suhu

Suhu berperan penting dalam fisiologi yang dapat mempengaruhi proses-proses dalam suatu ekosistem mangrove misalnya fotosintesis dan respirasi. Tinggi rendahnya suhu pada habitat mangrove disebabkan oleh intensitas cahaya matahari yang diterima oleh badan air, banyak sedikitnya volume air yang tergenang pada habitat mangrove, keadaan cuacadan tidak adanya naungan

(tutupan) oleh tumbuhan. Kisaran suhu mangrove yaitu 18-300C (Sari dkk, 2010).

(11)

menembus badan air dan menyebabkan suhu menjadi tinggi pada siang hari, yaitu pada kisaran 30 ⁰C. Pada stasiun pengamatan Ulmera kisaran suhu berada pada angka 28 ⁰C. Kerapatan mangrove yang bagus sehingga bisa menghambat sinar matahari untuk langsung menembus badan air sehingga suhu di stasiun pengamatan ini stabil. Biasanya perbedaan kisaran suhu pada masing-masing stasiun pengamatan disebabkan oleh arus air, penutupan kanopi vegetasi, dan lain-lain, namun suhu yang ada di masing-masing stasiun penelitian ini lebih banyak disebabkan oleh faktor intensitas sinar matahari yang terpapar langsung di lingkungan mangrove sehingga lebih menyebabkan suhu di ketiga stasiun penelitian berubah ubah sesuai dengan kondisi di wilayah tersebut (Jesus, 2012).

Pasang Surut

pasang surut air laut dimana pada waktu air pasang masuklah air laut dan menyebabkan meningkatnya salinitas air hutan mangrove. Pada waktu air surut melalui arus surut, air dalam hutan mangrove mengalir keluar dan mengalirnya air tawar melalui air permukaan dan menurunkan salinitas air dalam hutan mangrove. Dengan perkataan lain pasang surutnya air dari hutan mangrove mengakibatkan berfluktuasinya salinitas air di dalam hutan mangrove. Pada keadaan demikian, dimana fluktuasi alami ini jelas dapat ditoleransi oleh pohon-pohon mangrove asalkan salinitasnya tidak melebihi ambang batas yang diperlukan untuk pertumbuhan pohon-pohon mangrove (Pariyono, 2006).

(12)

maksimum dalam kondisi dimana terjadi penggenangan dan sirkulasi air permukaan yang terjadi secara terus menerus sehingga dapat meningkatkan pasokan oksigen dan nutrient(Marpaung, 2013).

Substrat

Menurut Kusmana (1997) kondisi fisik yang jelas nampak di daerah mangrove adalah gerakan air yang minim sehingga mengakibatkan partikel-partikel sedimen yang halus sampai di daerah mangrove cenderung mengendapdan mengumpul di dasar berupa lumpur halus yang menjadi dasar (substrat) hutan. Sirkulasi air dalam dasar (substrat) yang sangat minimal, ditambah denganbanyaknya bahan organik dan bakteri penyebab kandungan oksigen di dalam dasar sangat minim, bahkan mungkin tidak terdapat oksigen sama sekali di dalamsubstrat.

Kondisi habitat lokal tipe komunitas (berdasarkan jenis pohon dominan) mangrove di Indonesia berbeda suatu tempat ke tempat lain dengan variasi ketebalan dari beberapa puluh meter sampai beberapa kilometer dari garis pantai. Faktor utama yang menyebabkan adanya zonasi pada hutan mangrove adalah sifat-sifat 15 substrat seperti jenis substrat maupun kandungan bahan organiknya, di samping faktor salinitas, frekuensi serta tingkat penggenangan dan ketahanan suatu jenis terhadap ombak dan arus, sehingga variasi zonasi ini memanjang dari daratan sampai ke pantai (Erwin, 2005).

(13)

pada stasiun pengamatan Tibar tercatat hanya sebesar 0,67 % dan stasiun pengamatan Kaitehu sebesar 0,24 %. Adanya perbedaan kandungan C-organik pada ketiga stasiun pengamatan ini disebabkan oleh adanya perbedaan struktur komunitas vegetasi mangrove di ketiga stasiun pengamatan. Tingginya kandungan C-organik pada Stasiun pengamatan Ulmera disebabkan oleh adanya dominasi vegetasi mangrove jenis Rhizophora yang banyak terpengaruh oleh pasang surut air laut dimana tanah sering mengalami reduksi saat air pasang dan teroksidasi pada saat air laut surut (Jesus, 2010).

pH

Nilai pH merupakan hasil pengukuran aktivitas ion hidrogen dalam perairandan menunjukkan keseimbangan antara asam dan basa air. Karbonat, hidroksidadan bikarbonat akan meningkatkan kebasaan air (Saeni,1989).

Derajat keasaman (pH) air pengamatan berkisar antara 8 sampai dengan 8,5 Adapun pH sedimen bervariasi antara 7,5 sampai dengan 8,5 dengan rata-rata 8. Variasi pH ini disebabkan oleh kadar bahan organik dan mineral pada tanah sedimen, serta kandungan mineral dari air laut. Dari kisaran pH yang yang ada, menandakan perairan di ke 3 stasiun tersebut produktif. Untuk stasiun pengamatan Ulmera pH berpada kisaran 8 sampai 8,5 dimana menandakan bahwa perairan di daerah tersebut tergolong dalam perairan dengan produktifitas yang tinggi. pH dengan nilai 5,5 – 6,5 dan >8,5 termasuk perairan yang kurang produktif, perairan dengan pH 6,5 – 7,5 (Jesus, 2012)

Salinitas

(14)

dinyatakanbahwa dalam air laut terlarut bermacam-macam garam terutama natrium klorida.Selain itu terdapat pula garam-garam magnesium, kalsium, kalium dan sebagainya(Nontji, 1987).Sebaran salinitas di laut di pengaruhi oleh beberapa faktor antaralain pola sirkulasi, penguapan, curah hujan dan aliran sungai.Pada bulan Februari arus musim barat bergerak dari Laut China Selatanmenuju Laut Jawa dan Flores.Pada bulan Agustus situasi ini berbalik dengan berkembangnya musim timur.Saat itu adalah musim kemarau di bagian barat Indonesia hingga pengenceran di Paparan Sunda terjadi lebih sedikit.

Salinitas merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan perkembangan mangrove, oleh sebab itu, zonasi setiap habitat mangrove selalu berbeda sesuai dengan kondisi lingkungan setempat. Salintitas air laut di 3 lokasi penelitian tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan, karena masih berada pada kisaran 31% - 34 ‰. Hal ini karena di lokasi habitat mangrove tidak ada ketersediaan air tawar serta lokasinya yang berada pada zona terbuka dan berhadapan langsung dengan laut bebas sehingga sangat mempengaruhi salinitas di daerah habitat mangrove (Jesus, 2012).

Kisaran salinitas yang dapat ditolerir tumbuhan mangrove adalah 10-40 ‰dan nilai optimumnya adalah 35 ‰. Penurunan salinitas akan menurunkan

kemampuan mangrove untuk melakukan fotosintesis. Toleransi mangrove terhadap salinitas bervariasi juga terhadap jenis dan umur. Mangrove yang tua dapat mentolerir fluktuasi salinitas yang besar. Salinitas juga berpengaruh terhadap biomasa, produktivitas, kerapatan, lebar daun dan kecepatan pulih.

(15)

sebaran salinitas di laut dipengaruhi oleh pola sirkulasi air, penguapan, curah hujan dan aliran sungai. Salinitas pada masing-masing stasiun merupakan kisaran salinitas yang baik untuk pertumbuhan mangrove.Ekosistem mangrove hidup diperairan payau yang memiliki kisaran salinitas sepanjng tahun antara 4-35 ppt. Selanjutnya tumbuhan mangrove tumbuh subur di daerah estuaria dengan salinitas 10-30 ppt namun beberapa spesies dapat tumbuh di daerah dengan salinitas sangat tinggi (Kusmana dkk diacu Marpaung, 2013).

Dissolved Oxygen(DO)

Oksigen adalah salah satu unsur kimia yang sangat penting sebagai penunjang utama kehidupan berbagai organisme. Oksigen dimanfaatkan oleh organisme perairan untuk proses respirasi dan menguraikan zat organik menjadi zat an-organik oleh mikro organisme. Oksigen terlarut dalam air berasal dari difusi udara dan hasil fotosintesis organism berklorofil yang hidup dalam suatu perairan dan dibutuhkan oleh organisme untuk mengoksidasi zat hara yang masuk ke dalam tubuhnya. Adanya penambahan oksigen melalui proses fotosintetis dan pertukaran gas antara air dan udara menyebabkan kadar oksigen terlarut relatif lebih tinggi di lapisan permukaan (Simanjuntak, 2007).

Biota Pada Ekosistem Mangrove

(16)

fluktuasi permukaan air laut di pantai . Salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi keberadaan jenis mangrove adalah salinitas. mangrove bergantung pada air laut (pasang), air tawar, dan endapan lumpur sebagai sumber hara Kustanti 2013 diacu oleh Kolinugh dkk,2014).

Ekosistem mangrove memiliki banyak fungsi, baik secara ekologis maupun ekonomis. Salah satu fungsi ekologisnya yaitu merupakan habitat dari berbagai jenis biota laut, termasuk biota penempel. Biota penempel yang terdapat pada berbagai bagian (daun, rizosfer dan anakan) dari vegetasi mangrove sebagian besar berasal dari golongan krustasea, bivalvia dan gastropoda. Kelompok-kelompok organisme ini menyebabkan masalah serius karena merupakan penghambat kelangsungan hidup anakan mangrove. Teritip misalnya, merupakan faktor penyebab stres ekofisiologis seperti reduksi fotosintesis dan penghambat pertukaran gas pada anakan dan tumbuhan dewasa.(Tapilatu dan Daniel, 2012).

Gambar

Gambar 2.Bentuk Spesifikasi Akar Pada Mangrove (Kusmana, dkk., 2005)(a)

Referensi

Dokumen terkait

90.392.500 (sembilan puluh juta tiga ratus sembilan puluh dua ribu lima ratus rupiah)2. Sumber pendanaan : APBD Provinsi Jawa Timur Tahun

Panitia Pengadaan Barang/Jasa pada Bappeda Provinsi Jawa Timur akan melaksanakan Pelelangan Sederhana untuk paket pekerjaan sebagai berikut:..

Pada penulisan ilmiah ini penulis memcoba untuk membuat suatu aplikasi untuk mengukur kecepatan mengetik dengan menggunakan Microsoft Visual Basic 6.0, yang mana diharapkan

Kepada Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh. dalam Jabatan Fungsional Pengendali Dampak

tunjangan jabatan fungsional yang diberikan kepada Pegawai Negeri. Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh

Gerompok yang disahkan dijangkiti CCPP dan langkah kawalan seperti kuarantin haiwan berpenyakit, rawatan antibiotik dan pembasmian kuman telah diambil (Rujuk APTVM

[r]

Penggunaan vaksin boleh mebantu mencegah jangkitan walau bagaimanapun ianya mesti disokong dengan pemeriksaan tanda klinikal yang berterusan bagi pengesanan awal