• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lima Anak Jalanan Penopang Kehidupan Keluarga: Bekerja Sebagai Pengamen, Pengemis, dan Pemulung di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Lima Anak Jalanan Penopang Kehidupan Keluarga: Bekerja Sebagai Pengamen, Pengemis, dan Pemulung di Kota Medan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Fenomena yang muncul di perkotaan seiring dengan berbagai permasalahan

pembangunan yang dihadapi bangsa Indonesia adalah munculnya anak-anak jalanan. Kota

Medan yang merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, yang memiliki daya tarik yang lebih

besar dan perkembangan kota yang lebih cepat dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya.

Seperti halnya di kota Medan banyak telihat anak-anak jalanan berada di perempatan jalan

seperti, pusat perbelanjaan atau pasar, terminal bus, taman kota dan tampat pembuangan sampah.

Mereka biasanya berkerja sebagai penjual makanan ringan, penjual koran, penyemir sepatu,

pengamen, pemulung, dan pengemis.

Kehadiran anak jalanan dianggap mengotori lingkungan kota, menggangu keamanan,

menimbulkan kekerasan, dan merusak citra buruk tentang kota. Sehingga sering terjadi anak

jalanan yang terjaring razia oleh Kepolisian, Satpol PP, dan Dinas sosial pada saat-saat tertentu.

Kemudian mereka akan diberikan pengarahan dari pihak yang bersangkutan agar tidak kembali

lagi ke jalanan. Namun, pada kenyataanya anak jalanan masih tetap berkeliaran di jalanan

dengan pekerjaan yang berbeda-beda dan dengan alasan untuk dapat bertahan hidup dan

memenuhi segala kebutuhan dirinya dan juga keluarganya. Menurut data tahun 2009/2010 dinas

sosial dan tenaga kerja (Dinsosnaker) kota Medan diperkirakan sekitar 1000 gelandangan dan

pengemis (gepeng) serta anak jalanan yang berada di kota Medan. (Tribun Medan, kamis 15

(2)

Tabel 1 : Angka Gelandangan dan anak jalanan di kota Medan.

Sumber data : Dinsosnaker Medan

Anak merupakan generasi penerus bangsa, mereka merupakan calon-calon pengganti

pemimpin bangsa , beban berat bangsa ini ada di pundak mereka. Apabila kita menginginkan

suatu masa depan yang menyenangkan tentunya anak-anak sekarang seharusnya juga mendapat

kebahagian yang sesuai dengan kapasitasnya sebagai anak-anak. Misalnya memiliki tempat

bermain, pendidikan, jaminan kesehatan, dan lain sebagainya. Layak untuk mereka, sebagai

perwujudan rasa tanggung jawab terhadap kelangsungan hidup bangsa. Namun, kenyataannya

masih banyak anak-anak yang terlantar, baik dari segi ekonomi, pendidikan, dan jaminan sosial

maupun lingkungan yang tidak mendukung.

Interaksi anak-anak di jalan membuat mereka rentan terhadap perlakuan kekerasan dan

eksploitasi. Keadaan ini membentuk jiwa anak-anak jalanan menjadi keras dan terkadang timbul

kesan jauh dari etika dan norma-norma kehidupan masyarakat. Anak-anak yang hidup dijalan

sangat berbeda dengan anak-anak yang hidup dalam asuhan keluarganya karena anak-anak di

jalan hidup secara bebas. Mereka bebas melakukan apa saja yang mungkin belum patut

dikerjakan oleh anak-anak seumuran mereka. 70%

30%

ANAK JALANAN

(3)

Tabel 2 : Jumlah Peningkatan Jumlah Anak Jalanan.

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Medan

Terbitnya peraturan Daerah (Perda) Provinsi Sumatera Utara No.6 Tahun 2003 tentang

gelandangan dan pengemis merupakan bentuk konkrit kepedulian pemerintah terhadap

penanggulangan anak jalanan. Namun pada kenyataannya, hal itu hanya legalisasi pelepasaan

tanggung jawab pemerintah. Sebenarnya anak-anak jalanan dan kaum miskin perkotaan adalah

tanggung jawab negara. Pelayanan yang diberikan terhadap anak jalanan masih tidak terarah,

tidak bermakna. Bahkan pemerintah yang seharusnya bertanggungjawab, tidak mempunyai

program yang bersentuhan langsung dalam penanggulangan anak jalanan.

Keberadaan anak jalanan tentunya mempunyai latarbelakang dan motivasi yang berbeda,

salah satu motivasi mereka menjadi anak jalanan karena tekanan kondisi sosial ekonomi orang

tuanya yang tidak cukup untuk biaya hidup sehari-hari, kemudian berangkat dari keinginan untuk

membantu orang tua mereka. Maka dikarenakan hal tersebut mereka melakukan pekerjan dengan

kemampuan yang dimiliki, ada pula anak jalanan yang melakukan pekerjaan tersebut demi

mendapatkan uang untuk biaya hidupnya. Seiring dengan berkembanganya waktu, fenomena

(4)

dengan memperoleh pendidikan. Pendapatan orang tua yang sangat rendah tidak mampu lagi

untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga sehingga memaksa mereka untuk ikut serta dalam

bekerja.

Berdasarkan UUD 1945 pasal 34 yang berisikan “ fakir miskin dan anak telantara di

peliharan oleh Negara. Pada kenyataannya, pemeritah sampai saat ini belum juga realisasikan

amanat dalam Undang-udang dasar tersebut. Beberapa emelen dari masyarakat sudah berupaya

berkontribusi dalam penaganan masalah anak jalanan, semisalnya mendirikan rumah singgah,

dimana anak-anak jalanan di bina dan dengan memberikan pelatihan kemandirian bagi mereka

dan berbagai aktivitas yang bermanfaat bagi anak-anak jalanan. Namun, upaya-upaya yang

dilakukan kerap kali belum berhasil dalam mengatasi masalah anak-anak jalanan. Pada akhirnya,

anak jalanan masih tetap kembali kejalanan. Mereka merasa lebih baik bekerja dijalanan, karena

melakukan pekerjaan yang sangat mudah bagi seorang anak dan dapat menghasilkan uang yang

cukup tinggi. Ditambah dengan kondisi perekonomian dari keluarga anak jalanan, membuat

mereka tidak dapat terlepas dari jalanan dan harus terpaksa tetap bekerja semampu mereka untuk

mendapatakan uang.

Ada beberapa anak jalanan yang rela melakukan kegiatan mencari nafkah dijalanan.

Banyak pula anak-anak yang dipaksa untuk bekerja di jalan (mengemis, mengamen, menjadi

penyemir sepatu, dan lain-lain) oleh orang-orang di sekitar mereka. Baik itu oleh orang tua

ataupun oleh pihak keluarga lain, dengan alasan ekonomi keluarga yang rendah. Situasi jalanan

selain memberikan peluang bagi anak jalanan untuk melakukan berbagai kegiatan yang dapat

menghasilkan nafkah atau sekedar untuk bergaul, juga sangat membahayakan bagi kehidupan

anak-anak yang tidak jarang mendapatkan perlakuan kekerasan. Hal ini disebabkan anak secara

(5)

Tabel 3 kekerasan terhadap anak

Sumber : Badan pusat Statistik (BPS) Medan

Sampai saat ini permasalahan anak jalanan akan semakin bertambah, karena suatu

perkembangan kota akan menghadirkan masalah kemiskinan yang menyebabkan sebagian para

orang tua akan melibatkan anak-anak mereka untuk membantu perekomonian keluarga, banyak

alasan anak-anak terjun langsung ke jalan, bukan hanya sebagai pemenuhan kebutuhan keluarga.

Sehingga menyebabkan banyaknya alasan anak turun langsung kejalanan. Oleh karena itu,

peneliti sangat tertarik untuk meneliti lebih dalam lagi mengenai bagimana gambaran kehidupan

anak jalanaan di kota Medan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah :

1. Bagaimana gambaran kehidupan keluarga anak jalanan di kota Medan.?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :

(6)

2. Untuk mengetahui bagimana kehidupan keluarga anak jalanan dikota Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dalam penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan kajian ilmiah bagi mahasiswa

terkhususnya Fakultas ilmu sosial dan ilmu politik ( sosiologi ) serta dapat memberikan

sumbangasih dan kontribusi bagi ilmu sosial dimasyarakat. Dan dapat juga sebagai

informasi mengenai bagaimana gambaran kehidupan keluarga anak jalanan dimasyarakat

luas.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapakan dapat menambah refesensi dari hasil penelitian dan

dapat dijadikan sebagai bahan bagi peneliti berikutnya yang ingin mengetahui lebih

dalam penelitian sebelumnya. Serta dapat menambah wawasan peneliti tentang gambaran

kehidupan anak jalanan di kota Medan.

1.5Defenisi Konsep

Dalam hal ini digunakan beberapa konsep yang relevan dengan penelitian yang nantinya

akan dilakukan. Konsep-konsep tersebut adalah sebagai berikut.

1. Anak jalanan

Anak jalanan adalah seseorang yang masih belum dewasa (secara fisik dan psikis)

(7)

kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan uang guna mempertahankan hidupnya yang terkadang

mendapat tekanan fisik atau mental dari lingkungannya. Umumnya mereka berasal dari

keluarga yang ekonominya lemah. Anak jalanan tumbuh dan berkembang dengan latar

kehidupan jalanan dan akrab dengan kemiskinan, penganiyaan, dan hilangnya kasih

sayang, sehingga memberatkan jiwa dan membuatnya berperilaku negatif.

Anak jalanan bukanlah merupakan suatu pilahan bagi seorang anak. Tuntutan dari

keadaan ekonomi keluarga membuat sebagian anak harus membantu perekonomian

orang tuanya dengan terjun langsung ke jalan dengan bekerja sebagai pengamen,

pengemis, penyemir sepatu, penyapu bus, dan pedangan asongan dengan tujuan untuk

mendapatkan imbalan atau rupiah untuk memenuhui kebutuhan dirinya dan kelurganya.

Tidak semua anak yang menjadi anak jalanan semata-mata untuk membantu

perekonomian keluarganya, sebagaian anak ada yang mencari jati dirinya dijalan,

dikarenakan didalam keluarga si anak tidak mendapat kasih sayang dan perhatian orang

tuanya. Sehingga anak keluar dari rumah dan mencari kesenangan dirinya.

2. Bentuk-bentuk pekerjaan anak jalanan :

• Pengamen

Pengamen atau yang sering disebut sebagai penyanyi jalanan adalah suatu

kegiatan bermain musik dari satu tempat ke tempat lain dengan mengharapkan

imbalan suka rela atas pertunjukan yang disuguhkan.

• Pengemis

Pengemis adalah orang-orang yang mendapatkan penghasilan dengan

meminta-minta di muka umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharapkan belas

(8)

• Pedangan asongan

Pedangan asongan adalah pedangan yang membawa jualannya dengan cara di

asong atau dibawa kemana-mana dan ditawarkan kepada pelanggan. Pedangan

asongan biasanya menjual berbagai jenis rokok, minuman gelas, tisu-tisuan dan

permen-permen. Biasanya tidak begitu banyak, karena pedangan asongan ini

bersifat berjalan menjajakan dagangannya dengan mendatangi para pembeli dan

menawarkan barang-barangnya langsung kepada para pembeli.

• Pemulung sampah

Pemulung adalah orang yang memungut barang-barang bekas atau sampah

tertentu untuk proses daur ulang. Pemulung mengambil barang bekas dari mana

saja, jalan, tempat sampah, pekarangan, pasar terminal.

• Penyemir sepatu

Adalah sebuah pekerjaan dimana seseorang menyemir sepetu dengan alat semir

sepatu. Pekerjaaan tersebut secara tradisional dilakukan oleh seorang anak

laki-laki.

3. Keluarga Anak Jalanan

Keluarga anak jalanan pada umumnya berasal dari keluarga yang kehidupan

ekonominya lemah dan pekerjaan orang tuanya berpenghasilan sangat rendah, seperti

tukang becak, buruh bangunan, buruh cuci, bahkan pembantu rumah tangga. Sebagian

orang tua berstatus menikah dan ada juga yang bercerai. Anak jalanan tumbuh dan

berkembang dengan latar belakang kehidupan anak jalanan yang penuh dengan

kemiskinan, penganiyaan, dan kehilangan rasa kasih sayang dari keluarganya. Anak

(9)

mencukupi kebutuhan sehari-hari, karena kondisi keluarga anak jalanan sangat

memprihatinkan. Bukan hanya orang tua saja yang mencari nafkah tetapi anak juga

dilibatkan untuk mencari nafkah.

Kondisi lingkungan tempat tinggal keluarga anak jalanan, biasanya bertempat

tinggal di perumahan kumuh, pinggiran sungai dan pinggiran rel kerata api. Dengan

rumah yang begitu sederhana dan terkadang dapat dikatakan tempat tinggal keluarga

anak jalanan kurang layak untuk di tempati. Rumah tempat tinggal biasanya kontrakan,

milik sendiri, dan sebagian juga menggunakan fasilitas umum sebagai tempat tinggal.

Pendidikan orang tua anak jalanan, sebagian besar hanya sampai pada jenjang

sekolah dasar saja, dan sebagian juga tidak pernah sekolah. Sehingga para orang tua tidak

memiliki keahlian dalam mencari pekerjaan, dan hanya pekerjaan jalanan yang tidak

memerlukan ketrampilan dan biaya yang besar sehingga para anak dilibatkan turun ke

jalan.

Kondisi keluarga anak jalanan, sebagian besar tidak mengalami konflik antar

keluarga. Orangtuanya ayah atau ibu sering mengalami konflik. Sehingga anak jalanan

tidak mempunyai tempat tinggal dan hidup seutuhnya di jalanan. Di dalam kehidupan

keluarga anak jalanan, faktor yang menyebabkan anak turun ke jalan adalah karena faktor

: kemiskinan, keretakan keluarga, orang tua tidak paham dan tidak memenuhi kebutuhan

sosial anaknya, sering di pukuli oleh orang tua dan ingin bebas, dan terlepas dari

Gambar

Tabel 2  : Jumlah Peningkatan Jumlah Anak Jalanan.
Tabel 3 kekerasan terhadap anak

Referensi

Dokumen terkait

132/PAN-PBJ-KEMENAG/X/2012 tanggal 22 Oktober 2012, maka dengan ini kami umumkan pemenang lelang untuk paket pengadaan Bantuan Wireless untuk Kegiatan RKM Sebanyak 35 Buah yaitu

[r]

Kebugaran jasmani merupakan satu aspek fisik dari kebugaran menyeluruh yang memberikan kesanggupan kepada seseorang untuk melakukan pekerjaan produktif dalam

134/PAN-PBJ-KEMENAG/X/2012 tanggal 22 Oktober 2012, maka dengan ini kami umumkan pemenang lelang untuk paket pengadaan Bantuan Wireless untuk Pondok Pesantren Sebanyak 54 Unit yaitu

Segala puji Syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat serta hidyah-Nya yang telah dilimpahkan dan dikaruniakan kepada penulis sehingga dapat menuangkan sebuah

Dengan dasar ini, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan dicatat dalam

(1) Dalam hal Hukuman Disiplin Militer terhadap perbuatan yang melanggar peraturan perundang-undangan pidana yang sedemikian ringan sifatnya sebagaimana dimaksud dalam

[r]