MAKALAH BIMBINGAN DAN KONSELING
MEKANISME PELAYANAN BIMBINGAN DANKONSELING DI SEKOLAH
Mata Kuliah : BK Di Sekolah
Dosen Pengampu : Dr. Syarifuddin Dahlan, M.Pd.
Oleh : Kelompok 9 Ganjil
Adilah Shobariyah 1513033067 Amin Suprayitno 1513033053 Armadira Eno Pangestika 1513033049 Rini Usni Atuti 1513033079
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDKAN
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Dalam pasal 27 Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 1990, yang termaksud dalam kurikulum SMU tentang Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dijelaskan bahwa Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan. Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi dimaksud agar peserta didik mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri, serta menerima secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut. Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan dimaksud agar peserta didik mengenal obyektif lingkungan, baik lingkungan sosial dan Iingkungan fisik dan menerima berbagai kondisi lingkungan itu secara positif dan dinamis pula.
1.2 Rumusan Masalah
1. Siapa saja yang termasuk organisasi pelayanan BK di sekolah? 2. Siapa saja personil pelaksana pelayanan BK di sekolah? 3. Bagaimana mekanisme kerja BK di sekolah?
4. Bagaimana pola penanganan siswa bermasalah?
5. Bagaimana mekanisme penanganan siswa bermasalah di sekolah? 6. Apa saja beban tugas guru pembimbing/ konselor di sekolah? 7. Apa saja sarana dan prasarana yang harus dimiliki BK di sekolah? 8. Bagaimana kerjasama dan pengawasan BK di sekolah?
1.3 Tujuan Masalah
Tujuan masalah dari makalah ini adalah untuk mengetahui : 1. Organisasi pelayanan BK.
2. Personil pelaksana pelayanan BK di sekolah. 3. Mekanisme kerja BK.
4. Pola penanganan siswa bermasalah.
5. Mekanisme penanganan siswa bermasalah di sekolah 6. Beban tugas guru pembimbing/ konselor
7. Sarana dan prasarana BK 8. Kerjasama dan pengawasan BK
Pembahasan
2.1. Organisasi Pelayanan BK
Garis Komando Garis Koordinsi Garis Konsultasi
Keterangan :
Kepala Sekolah adalah penanggung jawab pelaksanaan teknis BK di
sekolah.
Koordinator BK/Guru adalah pelaksana utama yang mengkoordinasi
pembimbing semua kegiatan yang terkait dalam pelaksaan BK di sekolah.
Guru Mata pelajaran/Pelatih adalah pelaksana pengajaran dan pelatihan
serta penanggung jawab memberikan informasi tentang peserta didik untuk kepentingan BK.
Wali Kelas/Guru Pembina adalah guru yang diberikan tugas khusus
disamping mengajar ntuk mengelola status siswa tertentu dan bertanggungjawab membantu kegiatan BK di kelasnya.
Kepala Sekolah
Wakil Kepala Sekolah
Komite Sekolah Tenaga AhliInstansi
Tata Usaha
Wali Kelas/ Guru Guru Pebimbing
Guru Mata Pelajaran/pelatih
Peserta didik/Siswa adalah peserta didik atau siswa yang berhak menerima
pengajara, pelatihan dan pelayanan BK.
Tata Usaha adalah pembantu kepala sekolah dalam penyelenggaraan
administrasi, ketataanusahaan sekolah dan pelaksanaan administrasi BK.
Komite Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta
masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan, baik pada pemdidikan pra sekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur luar sekolah.
2.2. Personel Pelaksana Pelayanan BK di sekolah
Personil pelaksana pelayanan bimbingan dan konseling adalah segenap unsur yang terkait di dalam organigram pelayanan bimbingan dan konseling, dengan Koordinator dan Guru Pembimbing sebagai pelaksana utamanya. Uraian tugas masing-masing personil tersebut, khusus dalam kaitannya dengan pelayanan bimbingan dan konseling, adalah sebagai berikut :
1. Kepala Sekolah
Sebagai penanggung jawab kegiatan pendidikan di sekolah secara menyeluruh, khususnya pelayanan bimbingan dan konseling. Tugas Kepala Sekolah adalah :
a) Mengkoordinir segenap kegiatan yang direncanakan, diprogramkan dan berlangsung di sekolah, sehingga pelayanan pengajaran, latihan, dan bimbingan dan konseling merupakan suatu kesatuan yang terpadu, harmonis dan dinamis.
b) Menyediakan sarana dan prasarana, tenaga, dan berbagai fasilitas lainnya untuk kemudahan bagi terlaksananya pelayanan bimbingan dan konseling yang efektif dan efisien.
c) Melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program, penilaian dan upaya tindak lanjut pelayanan bimbingan dan konseling.
d) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah kepada pihak-pihak terkait, terutama Dinas Pendidikan yang menjadi atasannya.
e) Menyediakan fasilitas, kesempatan dan dukungan dalam kegiatan kepengawasan yang dilakukan oleh Pengawas Sekolah Bidang BK.
Sebagai pembantu Kepala Sekolah, para Wakil Kepala Sekolah membantu Kepala Sekolah dalam melaksanakan tugas-tugas Kepala Sekolah sebagaimana tertulis di atas (poin 1).
3. Koordinator Bimbingan dan Konseling
Sebagai pembantu kepala sekolah bidang layanan bimbingan dan konseling yang bertugas:
a) Mengkoordinasikan para Guru Pembimbing dalam :
Memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada segenap
warga sekolah (siswa, guru, dan personil sekolah lainnya), orang tua siswa, dan masyarakat.
Menyusun program kegiatan bimbingan dan konseling (program
layanan dan kegiatan pendukung, program mingguan, bulanan, semesteran, dan tahunan)
Melaksanakan program bimbingan dan konseling
Mengadministrasikan program kegiatan bimbingan dan konseling
Menilai hasil pelaksanaan program kegiatan bimbingan dan konseling
Menganalisis hasil penilaian pelaksanaan bimbingan dan konseling
Memberikan tindak lanjut terhadap analisis hasil penilaian bimbingan
dan konseling
b) Mengusulkan kepada Kepala Sekolah dan mengusahakan bagi terpenuhinya tenaga, prasana dan sarana, alat dan perlengkapan pelayanan bimbingan dan konseling.
c) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling kepada Kepala Sekolah.
d) Berpartisipasi aktif dalam kegiatan kepengawasan oleh Pengawas Sekolah Bidang BK.
4. Guru Pembimbing/ Konselor sekolah
Sebagai pelaksana utama, tenaga inti dan ahli, Guru Pembimbing bertugas : a) Memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling.
b) Merencanakan program bimbingan dan konseling (terutama program-program layanan dan kegiatan pendukung) untuk satuan-satuan waktu tertentu. Program-program tersebut dikemas dalam program harian, mingguan, bulanan, semesteran, dan tahunan.
c) Melaksanakan segenap program layanan bimbingan dan konseling.
d) Melaksanakan segenap program kegiatan pendukung bimbingan dan konseling.
f) Menganalisis hasil penilaian layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling.
g) Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling.
h) Mengadministrasikan kegiatan program layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling yang dilaksanakannya.
i) Mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatannya dalam pelayanan bimbingan dan konseling secara menyeluruh kepada Koordinator BK serta Kepala Sekolah.
j) Mempersiapkan diri, menerima dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan kepengawasan oleh Pengawas Sekolah Bidang BK.
5. Guru Mata Pelajaran/Praktik
Sebagai tenaga ahli pengajaran dan/atau praktik dalam bidang studi atau program latihan tertentu, dan sebagai personil yang sehari-hari langsung berhubungan dengan siswa, peranan Guru Mata Pelajaran dan Guru Praktik dalam pelayanan bimbingan dan konseling adalah :
a) Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa.
b) Membantu Guru Pembimbing mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling, serta pengumpulan data tentang siswa-siswa tersebut.
c) Mengalihtangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling kepada Guru Pembimbing.
d) Menerima siswa alih tangan dari Guru Pembimbing, yaitu siswa yang menurut Guru Pembimbing memerlukan pelayanan pengajaran/ latihan khusus (seperti pengajaran/latihan perbaikan, program pengayaan).
e) Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling.
f) Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan layanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti/menjalani layanan/kegiatan yang dimaksudkan itu.
g) Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti konferensi kasus.
Sebagai pengelola kelas tertentu, dalam pelayanan bimbingan dan konseling Wali Kelas berperan :
a) Membantu Guru Pembimbing melaksanakan tugas-tugasnya, khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya.
b) Membantu Guru Mata Pelajaran melaksanakan peranannya dalam pelayanan bimbingan dan konseling, khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya.
c) Membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa, khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya, untuk mengikuti/ menjalani layanan dan/atau kegiatan bimbingan dan konseling.
d) Berpartisipasi aktif dalam kegiatan khusus bimbingan dan konseling, pelaksanaan program Bimbingan dan konseling di sekolah. Karena itu peran yang dapat dilakukan sataf administrasi adalah :
a) Mereka diharapkan membantu mempersiapkan seluruh kegiatan BK di sekolah.
b) Mempersiapkan sarana (format-format) yang diperlukan dalam pelaksanaan layanan BK.
c) Membantu mengadministrasikan seluruh kegiatan BK.
d) Membantu menyampaikan informasi kepada personil sekolah lain bekenaan dengan pelaksanaan layanan BK.
e) Membantu para konselor dalam memelihara data dan serta sarana dan fasilitas Bimbingan dan konseling yang ada.
2.3. Mekanisme Kerja BK
Mekanisme kerja guru mata pelajaran, wali kelas, guru pembimbing, dan kepala sekolah dalam pembinann siswa di sekolah perlu adanya kerja sama semua personil sekolah yang meliputi guru mata pelajaran, guru pembimbing, wali kelas, dan kepala sekolah.
Guru mata pelajaran
Memebantu memberikan informasi tentang data siswa yang meliputi: daftar nilai siswa, observasi, catatan anekdot.
Wali kelas
nilai, angket siswa, angket orangtua, catatan anekdot, laporan observasi siswa, catatan home visit, catatan wawancara.
Guru pembimbing
Disamping bertugas memberikan layanan informasi kepada siswa juga sebagai sumber data yang meliputi: kartu akademis, catatan konseling, data psikotes, atatan konferensi kasus. Maka gugu pembimbing perlu melengkapi data yang diperoleh dari guru mata pelajara, wali kelas dan sumber-sumber lain yang terkait yang akan dimasukan ke dalam buku pribadi dan map pribadi.
Kepala sekolah
Sebagai penanggung jawab pelaksanaan teknis bimbingan dan konseling di sekolah perlu mengetahui dan memeriksa semua kegiatan yang dilakukan oleh guru mata pelajaran, wali kelas, dan guru pembimbing. Kegiatan pembimbing yang perlu diketahui kepala sekolah antara lain: melaporkan kegiatan bimbingan dan konseling sebulan sekali dan laporan tentang kelengkapan data.
2.4. Pola Penanganan Siswa Bermasalah
dengan meneliti latar belakang tindakan siswa melalui serangkaian wawancara dan informasi dari sejumlah sumber data, setelah wali kelas merekomendasikannya.
2.5. Mekanisme Penanganan Siswa Bermasalah di Sekolah
Di dalam sekolah sangat mungkin ditemukan siswa yang yang bermasalah, dengan menunjukkan berbagai gejala penyimpangan perilaku yang merentang dari kategori ringan sampai dengan berat. Upaya untuk menangani siswa yang bermasalah, khususnya yang terkait dengan pelanggaran disiplin sekolah dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu pendekatan disiplin dan pendekatan bimbingan dan konseling.
Penanganan siswa bermasalah melalui pendekatan disiplin merujuk pada aturan dan ketentuan (tata tertib) yang berlaku di sekolah beserta sanksinya. Sebagai salah satu komponen organisasi sekolah, aturan (tata tertib) siswa beserta sanksinya memang perlu ditegakkan untuk mencegah sekaligus mengatasi terjadinya berbagai penyimpangan perilaku siswa. Kendati demikian, harus diingat sekolah bukan “lembaga hukum” yang harus mengobral sanksi kepada siswa yang mengalami gangguan penyimpangan perilaku. Sebagai lembaga pendidikan, justru kepentingan utamanya adalah bagaimana berusaha menyembuhkan segala penyimpangan perilaku yang terjadi pada para siswanya.
Secara visual, kedua pendekatan dalam menangani siswa bermasalah dapat dilihat dalam bagan berikut ini:
Dengan melihat gambar di atas, kita dapat memahami bahwa di antara kedua pendekatan penanganan siswa bermasalah tersebut, meski memiliki cara yang berbeda tetapi jika dilihat dari segi tujuannya pada dasarnya sama yaitu tercapainya penyesuaian diri atau perkembangan yang optimal pada siswa yang bermasalah. Oleh karena itu, kedua pendekatan tersebut seyogyanya dapat berjalan sinergis dan saling melengkapi.
Sebagai ilustrasi, misalkan di suatu sekolah ditemukan kasus seorang siswi yang hamil akibat pergaulan bebas, sementara tata tertib sekolah secara tegas menyatakan untuk kasus demikian, siswa yang bersangkutan harus dikeluarkan. Jika hanya mengandalkan pendekatan disiplin, mungkin tindakan yang akan diambil sekolah adalah berusaha memanggil orang tua/wali siswa yang bersangkutan dan ujung-ujungnya siswa dinyatakan dikembalikan kepada orang tua (istilah lain dari dikeluarkan). Jika tanpa intervensi Bimbingan dan Konseling, maka sangat mungkin siswa yang bersangkutan akan meninggalkan sekolah dengan dihinggapi masalah-masalah baru yang justru dapat semakin memperparah keadaan. Tetapi dengan intervensi Bimbingan dan Konseling di dalamnya, diharapkan siswa yang bersangkutan bisa tumbuh perasaan dan pemikiran positif atas masalah yang menimpa dirinya, misalnya secara sadar menerima resiko yang terjadi, keinginan untuk tidak berusaha menggugurkan kandungan yang dapat membahayakan dirinya maupun janin yang dikandungnya, keinginan untuk
Pendekatan Disiplin
Penyesuaian Diri/Perkembangan Siswa yang Optimal Siswa
Bermasalah
melanjutkan sekolah, serta hal-hal positif lainnya, meski ujung-ujungnya siswa yang bersangkutan tetap harus dikeluarkan dari sekolah.
Perlu digarisbawahi, dalam hal ini bukan berarti Guru BK atau konselor yang harus mendorong atau bahkan memaksa siswa untuk keluar dari sekolahnya. Persoalan mengeluarkan siswa merupakan wewenang kepala sekolah, dan tugas Guru BK atau konselor hanyalah membantu siswa agar dapat memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya.
Lebih jauh, meski saat ini paradigma pelayanan Bimbingan dan Konseling lebih mengedepankan pelayanan yang bersifat pencegahan dan pengembangan, pelayanan Bimbingan dan Konseling terhadap siswa bermasalah tetap masih menjadi perhatian. Dalam hal ini, perlu diingat bahwa tidak semua masalah siswa harus ditangani oleh guru BK (konselor). Dalam hal ini, Sofyan S. Willis (2004) mengemukakan tingkatan masalah berserta mekanisme dan petugas yang menanganinya, sebagai berikut :
1) Masalah atau Kasus Ringan
Masalah atau kasus ringan seperti membolos, malas, kesulitan belajar pada bidang tertentu, berkelahi dengan teman sekolah, bertengkar, minum minuman keras tahap awal, berpacaran, mencuri kelas ringan. Kasus ringan dibimbing oleh wali kelas dan guru dengan berkonsultasi kepada kepala sekolah (konselor atau guru pembimbing) dan mengadakan kunjungan rumah.
2) Masalah atau Kasus Sedang
Masalah atau kasus sedang, seperti gangguan emosional, berpacaran, dengan perbuatan menyimpang, berkelahi antar sekolah, kesulitan belajar, karena gangguan di keluarga, minum minuman keras tahap pertengahan, mencuri kelas sedang, melakukan gangguan sosial dan asusila. Kasus sedang dibimbing oleh guru BK (konselor), dengan berkonsultasi dengan kepala sekolah, ahli ahli profesional, polisi, guru dan sebagainya. Dapat pula mengadakan konferensi kasus.
3) Masalah atau Kasus Berat
perkelahian dengan senjata tajam atau senjata api. Kasus berat dilakukan referal (alihtangan kasus) kepada ahli psikologi dan psikiater, dokter, polisi, ahli hukum yang sebelumnya terlebih dahulu dilakukan kegiatan konferensi kasus.
Dengan melihat penjelasan di atas, tampak jelas bahwa penanganan siswa bermasalah melalui pendekatan Bimbingan dan Konseling tidak semata-mata menjadi tanggung jawab guru BK/konselor di sekolah tetapi dapat melibatkan pula berbagai pihak lain untuk bersama-sama membantu siswa agar memperoleh penyesuaian diri dan perkembangan pribadi secara optimal.
2.6. Beban Tugas Guru Pembimbing/ Konselor
Sesuai dengan ketenyuan Surat Keputusan Bersama Menteri Pendididkan dan Kebudayaan dan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor: 0433/P/1993 dan Nomor 25 Tahun 1991 diharapkan pada setiap sekolah ada petugas yang melaksanakan layanan bimbingan bimbingan dan konseling yaitu pembimbing/konseling dengan rasio satu orang guru pembimbing/konselor untuk 150 orang siswa.
Oleh karena kekhususan bentuk tugas dan tanggung jawab guru pembimbing/konselor sebagai suatu profesi yang berbeda dengan bentuk tugas sebagai guru mata pelajaran, maka beban tugas atau penghargaan jam kerja guru pembimbing ditetapkan 36 jam/minggu, beban tugas tersebut meliputi:
Kegiatan penyusuanan program pelayanan dalam bidang bimbingan
pribadi-sosial, bimbingan belajar, bimbingan karier, serta semua jenis layanan, termasuk kegiatan pendukung yang dihargai sebanyak 12 jam.
Kegiatan melaksanakan pelayanan dalam bimbingan pribadi-sosial,
bimbingan belajar, bimbingan karier serta semua jenis layanan, termasuk kegiatan pendukung yang dihargai sebanyak 18 jam.
Kegiatan evaluasi pelaksanaan pelayanan dalam bidang bimbingan
Sebagaimana guru mata pelajaran, guru pembimbing/konselor yang
membimbing 150 orang siswa dihargai sebanyak 18 jam, selebihnya dihargai sebagai bonus dengan ketentuan sebagai berikut:
a) 10 – 15 siswa = 2 jam
1. Sarana yang diperlukan untuk menunjang layanan bimbingan dan konseling adalah :
Alat pengumpul data. Seperti: format-format, pedoman observasi,
pedoman wawancara, angket, catatanharian, daftar nilai prestasi belajar, kartu konsultasi, instrumen penelusuran bakat dan minat, dan sebagainya.
Alat penyimpan data. Seperti: kartu pribadi, buku pribadi, map, dan
sebagainya.
Perlengkapan teknis. Seperti buku pedoman/petunjuk, buku informasi
(pribadi/sosial, pendidikan dan karier), paket bimbingan (pribadi, belajar, dan karier).
Perlengkapan teknis. Seperti: blangko surat, agenda surat, alat-alat tulis,
dan sebagainya.
2. Prasaranan penunjang bimbingan dan konseling antara lain:
Ruang bimbingan. Terdiri atas: ruang tamu, ruang konsultasi, ruang
bimbingan kelompok/diskusi, ruang dokumentasi dan sebagainya. Ruang tersebut sebagiknya dilengkapi dengan perabotan seperti meja, kusi, lemari, papan tulis, rak, dan sebagainya.
Anggaran biaya untuk menunjang kegiatan layanan seperti: anggaran dengan baik tanapa adanya kerjasama guru pembimbing dengan pihak-pihak yang terkait baik di dalam maupun di luar sekolah.
Seluruh tenaga pengajar dan tenaga kependidikan lainnya di
sekolah.
Seluruh tenaga administrasi di sekolah.
Osis dan organisasi siswa lainnya.
b) Kerjasama dengan pihak di luar sekolah, antara lain dengan:
Orangtua siswa
Organisasi profesi seperti IPBI (Ikatan Petugas Bimbingan
Indonesia).
Lembaga/organisasi kemasyarakatan.
Tokoh masyarakat.
2. Pengawasan
Untuk menjamin terlaksananya pelayanan bimbingan secara tepat diperlukan kegiatan pengawasan bimbingan baik secara teknik maupun secara administrasi. Fungsi kepengawasan layanan bimbingan dan konseling antara lain memantau, menilai, memperbaiki, meningkatkan, dan mengembangkan kegiatan layanan bimbingan di sekolah. Kegiatan pengawasan terhadap pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling dilakukan oleh pengawas khusus yang profesional (sesuai SK Menpan No.26/1989). Pengawasan tersebut ada pada setiap kantor wilayah.
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan
Dari semua penjelasan materi di atas dapat disimpulkan bahwa:
2. Personel pelaksana pelayanan BK di sekolah adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah, Koordinator BK, guru pembimbing/konselor, guru mata pelajaran/praltik, wali kelas, dan staf administrasi yang menjalankan tugas masing-masing dalam kaitannya dengan pelayanan BK.
3. Mekanisme kerja guru mata pelajaran, wali kelas, guru pembimbing, dan kepala sekolah dalam pembinann siswa di sekolah perlu adanya kerja sama semua personil sekolah yang meliputi guru mata pelajaran, guru pembimbing, wali kelas, dan kepala sekolah.
4. Pola tindakan terhadap siswa bermasalah disekolah ditangani oleh kepala sekolah, wali kelas, guru pembimbing/konselor.
5. Mekanisme untuk menangani siswa yang bermasalah, khususnya yang terkait dengan pelanggaran disiplin sekolah dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu pendekatan disiplin dan pendekatan bimbingan dan konseling.
6. Bentuk tugas dan tanggung jawab guru pembimbing/konselor sebagai suatu profesi yang berbeda dengan bentuk tugas sebagai guru mata pelajaran, maka beban tugas jam kerja guru pembimbing ditetapkan 36 jam/minggu.
7. Dalam melaksana pelayanan BK tentu memerlukan sarana seperti: alat pengumpul data, alat penyimpan data, perlengkapan teknis dan lainnya; dan prasarana seperti ruang bimbingan dan anggaran biaya.
8. Layanan bimbingan dan konseling yang efektif tidak mungkn terlakasana dengan baik tanapa adanya kerjasama guru pembimbing dengan pihak-pihak yang terkait baik di dalam maupun di luar sekolah. Untuk menjamin terlaksananya pelayanan bimbingan secara tepat diperlukan kegiatan pengawasan bimbingan baik secara teknik maupun secara administrasi.
Daftar Pustaka
Akhmadsudrajat,2008.
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/08/penanga
nan-siswa-bermasalah-di-sekolah/html. Diakses pada tanggal 15 November 2016 pukul 12.05
Ketut Sukardi, Dewa. 2002. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta.