• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN DAYA INGAT MELALUI PEMBELAJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENINGKATAN DAYA INGAT MELALUI PEMBELAJA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

ienPngkatan daga Pngat aaaakulPatP

PENINGKATAN DAYA INGAT MELALUI PEMBELAJARAN

MEMBACA DAN MENULIS EFEKTIF TERPADU

Yuliyati

Abstract: This Study was aimed to improve the mind of SDN Gadang I Malang through the subject that they read by integrating reading and writing effectively. The basis of the study is the integration of process reading and writing strategy with special reading and writing. (reading mind mapping and note taking). The research used the collaboration of teacher and researcher and carried out three cycles by the following stage: planning, action observation, reflection, and plan revision. In the initial stage the researcher observed the teaching learning activity to find out the first fact. The result used as a basis to plan action cycles 1,2 and so on, for orientation to improve the process and result study. The data were collected through observation (process activity checklist and self- evaluating), interview, documentation, tape recorder and photo record. The data analyzed by a circular descriptive qualitative by multifunction principle. The result indicated that teaching by integrating reading and writing effectively, have positive effect to improve reading and writing ability, understanding of strategy, and mind. The next stage should be supported by increased understanding of teacher for reading and writing study theories, completed with the media.

Kata kunci : daya ingat, membaca dan menulis efektif terpadu.

Daya ingat merupakan salah satu kemampuan jiwa manusia yang sangat berperan dalam keberhasilan belajar. Dengan daya ingat manusia mampu mengungkapkan atau mengaktualisasikan kembali pengetahuan, konsep-konsep yang dipelajarinya, dan informasi yang diterima jiwanya. Agar daya ingat berfungsi dengan baik dalam arti informasi yang diterima tersimpan dalam memori jangka panjang dan dapat dipanggil kembali bila diperlukan, siswa harus menguasai berbagai strategi belajar atau kiat-kiat khusus yang dapat meningkatkan daya ingatnya.

Permasalahannya banyak siswa SD yang belum menguasai strategi atau kiat-kiat belajar yang dapat meningkatkan daya ingatnya. Hal itu nampak dari catatan pengamatan awal kondisi siswa kelas IV SDN Gadang I Malang bahwa nilai rerata hariannya < 6, 4 dengan ketuntasan belajar tidak lebih dari 40 %. Rendahnya daya ingat ini juga tercermin dari keluhan guru, bahwa umumnya setelah diterangkan siswa nampak paham, namun bila diberi pertanyaan sebagian besar materi telah dilupakan. Lebih-lebih selang beberapa hari, minggu, atau bulan.

Refleksi kondisi itu menunjukkan bahwa penyebabnya meliputi berbagai faktor. Di antaranya adalah (1) siswa kurang menguasai strategi membaca menulis efektif, belajar dengan pengalaman praktis kurang, akibatnya konsentrasi kurang dan daya ingatnya rendah; (2) pembelajaran kurang menarik, kurang melibatkan siswa dalam proses membaca dan menulis, pemodelan strategi tidak dilatihkan; (3) materi terlalu luas, kurang mempertimbangkan individu anak., (4) pemahaman materi bacaan rata-rata 60-65 %, (5) kemampuan menulis rata-rata-rata-rata 50-60 %, siswa sulit menemukan ide-ide menulis, sulit mengembangkan kerangka karangan, satuan paragraf atau wacana.

(2)

Untuk mengatasi hal itu, strategi/kiat-kiat khusus dikembangkan dalam pembelajaran membaca dan menulis efektif terpadu (PMMET). Membaca dan menulis efektif terpadu didasari pendapat DePorter & Hernacki (1992) bahwa kiat- kiat membaca meliputi persiapan diri, meminimalkan gangguan, duduk tegak, penenangan diri, menggunakan jari atau benda lain untuk penunjuk, dan melihat sekilas. Kiat-kiat meningkatkan pemahaman membaca, meliputi menjadi pembaca aktif, membaca gagasan bukan kata-kata, melibatkan seluruh panca indra, menciptakan minat dan membuat peta pikiran. Kiat-kiat menulis, meliputi: melihat dan membuat kaitan antara gagasan, mengembangkan gagasan, menelusuri jalan pikiran agar mencapai suatu konsep, mengembangkan gagasan tanpa penyuntingan, memvisualkan hal-hal khusus dan mengingatnya kembali dengan mudah, mengalami desakan kuat untuk menulis. Pembelajaran membaca dan menulis terpadu didasari wawasan pendekatan proses yang menyatakan bahwa dalam membaca dan menulis terdapat hubungan dinamis, suatu proses interaktif, konstruktif, sosial yang berorientasi pada makna (Piaget, Vygotsky, Cox & Zarrillo, 1993). Peranan pembaca dan penulis adalah aktif, rekursif. Membaca memberikan ide-ide dalam menulis dan menulis memperjelas apa yang telah dibaca. Manfaat kemampuan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, menulis, bernalar, pemahaman teknologi visual) meningkatkan pemahaman antara yang satu dengan yang lain.

Sesuai hal itu, pembelajaran membaca dan menulis terpadu dirancang berdasar aktivitas pembelajaran membaca dan menulis proses yang terdiri atas beberapa tahap, yakni prabaca, saat baca, pascabaca; pramenulis, saat menulis, dan pasca menulis. Operasionalisasinya mengacu pada pola-pola interaksi guru-siswa yang diwujudkan dalam peristiwa pembelajaran. Strategi yang dimanfaatkan disesuaikan dengan aktivitas tahapan membaca dan menulis proses efektif terpadu.

Pengembangan kemampuan membaca difokuskan pada kegiatan membaca untuk menemukan gagasan utama bacaan, pemikiran, dan analisis pribadi tentang materi. Guru melaksanakan aktivitas proses membaca, yaitu prabaca, saat baca, pascabaca. Teknik yang digunakan adalah curah gagasan atau „brainstorming’ tentang materi bacaan, pertanyaan bacaan, peta pikiran bacaan, dan catatan: TS (tulis susun). Curah gagasan adalah cara membangkitkan skemata siswa yang dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu: pemilihan topik, mendaftar dengan cepat respon yang muncul, dan menemukan hubungan ide-ide tanpa menyalahkan. Curah gagasan untuk studi sosial adalah KWL (akronim dari K= Know apa yang telah kita ketahui; W= Want apa yang ingin kita ketahui untuk ditemukan; L= Learn apa yang telah kita pelajari).

Pertanyaan bacaan mempunyai peran penting dalam menumbuhkan pemahaman siswa. Penelitian Tierney & Cunningham (dalam Burn, 1996) menunjukkan bahwa pertanyaan bacaan yang ajukan guru ketika siswa membaca memudahkan pemahaman Di samping itu, strategi bertanya guru melatih siswa aktif secara mental, dan pada gilirannya siswa dapat aktif menyusun pertanyaannya sendiri.

(3)

tebal, (e) bersikap kreatif dan berani, (f) membuat bentuk-bentuk acak untuk menunjukkan poin-poin atau gagasan, (f) membuat peta pikiran horisontal.

Catatan: TS (Tulis-Susun) adalah menuliskan poin-poin penting dengan memasukkan pemikiran dan analisis pribadi. Sedangkan penulisan catatan hanya menuliskan poin-poin penting saja. Kiat-kiat membuat catatan: TS yang disarankan DePorter & Hernacki adalah (1) membaca dengan cermat, (2) mendengarkan penjelasan guru secara aktif, (3) berpartisipasi, (4) tinjauan awal, (5) memasukkan asosiasi visual dalam catatan, (6) tak kenal lelah dalam mencoba.

Pengembangan kemampuan menulis dilaksanakan dalam tiga tahapan (pramenulis, saat menulis, dan pasca menulis). Fokus pramenulis untuk penemuan topik baru terkait dengan bacaan untuk dipilih dan dikembangkan menjadi kerangka karangan. Fokus saat menulis untuk pengembangan kerangka karangan menjadi satuan paragraf dan wacana yang utuh dan padu dengan strategi pemodelan dan konferensi. Fokus pascamenulis untuk perbaikan dan publikasi, perbaikan dengan strategi balikan pemberian kemudahan dan balikan antar siswa melalui konferensi kelas dan berpasangan. Publikasi dilaksanakan melalui kegiatan sharing bacaan dan pemajangan di papan pemajangan kelas/sekolah.

Pemodelan adalah pemberian contoh penulisan berupa model proses atau model teks. Pemodelan penting bagi siswa untuk memeriksa bahasa tulis memberikan struktur menulis agar siswa menulis lebih terarah. Model proses dilaksanakan sesuai tahapan menulis, dimulai dari tahap pramenulis. Guru mendemonstrasikan pemodelan menulis dengan menunjukkan ide-ide, kerangka karangan, pola-pola catatan dalam kalimat yang tepat dengan menyatakan pikirannya. Selanjutnya guru harus mengevaluasi modelnya dan merevisi strateginya. Model teks dilaksanakan dengan memberikan teks atau tulisan buatan guru, dari buku, atau tulisan siswa.

Konferensi adalah percakapan atau diskusi antara guru-siswa, siswa-siswa untuk membahas pemahaman siswa tentang materi bacaan atau membahas tulisan siswa, memecahkan problem-problem menulis yang dialaminya. Menurut Parry & Hornsby (1985) konferensi memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan sikap positif, kritis dan saling percaya diri di samping memberi kesempatan praktik keterampilan berbahasa terpadu. Jenis konferensi meliputi: konferensi guru-siswa, konferensi siswa-siswa berpasangan, konferensi kelompok, dan konferensi kelas.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan deskripsi pembelajaran membaca dan menulis efektif terpadu yang meliputi (1) peningkatan kemampuan membaca, (2) peningkatan kemampuan menulis, (3) kemampuan siswa dalam menerapkan strategi belajar dalam PMMET, (4) peningkatan daya ingat.

Hasil temuan penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peningkatan pendidikan dasar, khususnya untuk memberikan: (1) wawasan konseptual bagi guru SD tentang strategi-strategi pembelajaran membaca menulis (baca-tulis terpadu dan pencatatan efektif) sebagai landasan pembelajaran bahasa Indonesia, dan untuk mempelajari mata pelajaran lain; (2) alternatif penguasaan strategi belajar membaca dan menulis efektif terpadu untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis, juga membaca dan menulis untuk belajar pelajaran/pengetahuan lain; dan (3) sumbangan pemikiran bagi pengelola pendidikan untuk meningkatkan profesionalitas guru SD.

Metode

(4)

menemukan masalah umum, perencanaan umum tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi dan revisi. Berdasarkan refleksi dan revisi siklus dasar, peneliti merencanakan tindakan yang lebih terfokus, dilanjutkan dengan tindakan kedua, observasi dan refleksi. Selanjutnya mengembangkan tindakan ketiga, dilanjutkan pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi, dan refleksi. Hasil refleksi diorientasikan kemungkinan dampak praktis pembelajaran di kelas (Elliot, 1990).

Subjekpenelitian adalah seorang guru bahasa Indonesia dan 35 di siswa kelas V. Siswa dikelompokkan dalam tiga kelompok (kelompok atas 11 siswa, rata-rata 13 siswa dan bawah 11 siswa. Gambaran kemampuan seluruh siswa diperhitungkan sebagai penunjang kesimpulan penelitian.

Prosedur penelitian yang diterapkan dalam penelitian adalah sebagai berikut. (1)Perencanaan, kegiatannya adalah (a) identifikasi ide awal untuk mengidentifikasi

permasalahan membaca dan menulis melalui observasi dan wawancara strategi pembelajaran guru dan siswa, (b) merumuskan permasalahan secara operasional, (c) menetapkan rancangan tindakan, meliputi: penetapan indikator PMMET, menyusun RPP, petunjuk guru, buku kerja siswa, menentukan metode/alat perekam data (catatan lapangan/ceklist aktivitas pembelajaran, pedoman wawancara, pedoman analisis tulisan siswa dan catatan harian (catatan anekdot), dan menyusun rencana pengolahan data baik kualitatif maupun kuantitatif.

(2) Pelaksanaan tindakan. Kegiatannya adalah penyamaan persepsi dan latihan praktik pembelajaran. Guru melaksanakan tindakan sesuai rancangan yang dibuat, peneliti memotivasi dan memberi masukan.

(3) Pengamatan dan interpretasi. Peneliti dan guru secara bergantian melaksanakan pemantauan dengan menggunakan alat perekam data yang telah ditentukan. Interpretasi dilakukan segera pada saat data diperoleh.

(4) Analisis dan refleksi.Data yang terkumpul didiskusikan dan direfleksi oleh peneliti dan praktisi. Proses kegiatan meliputi analisis, sintesis, pemaknaan, penjelasan, dan penyimpulan data dan informasi. Hasil refleksi merupakan temuan tingkat efektivitas strategi yang diterapkan, dan permasalahan yang muncul untuk merancang tindakan perbaikan siklus berikutnya.

(5) Data dan pengumpulan data. Data penelitian ini berupa data proses dan data hasil. Data proses berupa aktivitas siswa dalam PMMET (prabaca, saat baca, pascabaca; pramenulis, saatmenulis, dan pascamenulis). Data hasil membaca berupa, tampilan peta pikiran dan catatan: TS, ungkapan pemikiran dan analisis pribadi tentang bacaan, hasil tes membaca. Data menulis berupa kerangka karangan/peta pikiran, tampilan draf awal, draf perbaikan dan draf akhir. Data proses dikumpulkan melalui ceklist daftar aktivitas, catatan lapangan dan rekaman tape recorder. Data hasil direkam melalui dokumentasi produk membaca dan menulis.

(5)

Penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus. Tiap siklus dilaksanakan secara bertahap dengan perubahan-perubahan seperlunya (lihat tabel 1). Perubahan yang terjadi khususnya pada teknik guru dalam menerapkan strategi yang diterapkan pada setiap tahapan untuk penyempurnaan dan memaksimalkan penguasaan strategi belajar oleh siswa dalam upaya peningkatan kemampuan membaca dan menulis siswa. perubahan teknik pada siklus 2 nampak hampir pada semua strategi pada setiap tahapan PMMET. Perubahan pada siklus 3 sekitar 40 % strategi.

Hasil dan Pembahasan

Penelitian ini pada dasarnya untuk mendeskripsikan kesesuaian tindakan dengan perencanaan. Perubahan yang diakibatkan dari penerapan PMMET diharapkan dapat memperbaiki proses dan hasil pembelajaran pratindakan. Berdasarkan pengamatan, catatan lapangan, hasil diskusi, dan refleksi pada siklus 1, siklus 2, dan siklus 3 dapat dikemukakan deskripsi proses pelaksanaan pembelajaran PMMET sebagai berikut.

Deskripsi Pembelajaran Pratindakan

Sebagai dasar penelitian, selama dua minggu dilaksanakan pengamatan pembelajaran membaca dan menulis siswa kelas V SDN Gadang I Malang untuk pencarian fakta awal. Pelajaran diawali guru dengan menanyakan pelajaran yang lalu. Selanjutnya guru menunjuk jam dinding dan menugasi siswa mendeskripsikannya menjadi karangan. Waktu dibatasi 10 menit. Setelah selesai guru menanyai siswa tentang jumlah kalimat yang ditulisnya. Siswa mengangkat tangan sesuai angka yang disebutkan guru. Tiga siswa menulis 7 kalimat, tiga siswa 6 kalimat, dua belas siswa 5 kalimat, sembilan siswa 4 kalimat, empat siswa 3 kalimat, dan tiga siswa 2 kalimat (pendahuluan).

Aktivitas selanjutnya guru menulis paragraf pertama bacaan “Ronda Malam”, tanya jawab kata kunci dan jumlah kalimat . Dilanjutkan dengan tugas kelompok (4-5 siswa) untuk membaca bacaan dan mencari kata kunci bacaan. Waktu dibatasi 20 menit. Siswa mengerjakan tugas dan guru mendatangi tiap kelompok, bertanya permasalahannya. Guru keluar kelas 5 menit, masuk kelas dan mengingatkan siswa waktu kurang 2 menit. Kegiatan dilanjutkan dengan membahas hasil dengan menanyai setiap kelompok, menuliskan kata kunci tiap paragraf di papan tulis, dan membetulkan jawaban siswa yang salah. (Inti). Pelajaran diakhiri guru dengan menyimpulkan bahwa kata kunci paragraf umumnya terletak pada awal paragraf kalimat pertama. Kelompok yang banyak salahnya tidak perlu kecewa, tapi dijadikan pelajaran. (Penutup).

(6)

Ditinjau dari segi hasil pembelajaran ditemukan hal-hal berikut. Pertama produk menulis meliputi tema penulisan ditentukan langsung oleh guru, penjabaran tema tidak diajarkan, siswa langsung menuliskan karangan. Umumnya siswa mendeskripsikan (bentuk, warna, guna) benda. Produk membaca berupa tugas kelompok yakni kata kunci pada tiap paragraf dan rinciannya. Hasil kerja semua kelompok belum semuanya tepat sebagaimana yang dikehendaki guru.

Hasil kerja siswa baik kelompok atas, rata-rata, dan bawah menunjukkan tidak ada yang 100 % benar. Ini menunjukkan siswa masih mengalami kesulitan dalam menemukan kata kunci. Dari wawancara dengan guru diperoleh penjelasan bahwa fokus pembelajaran bahasa Indonesia kelas V pada awal semester I ini adalah mengembangkan kemampuan menulis deskripsi dengan menerapkan strategi menulis bebas. Guru telah berkali-kali menjelaskan dan memberikan contoh menemukan kata kunci namun belum benar-benar dikuasai siswa. Di samping itu siswa nampak mudah lupa terhadap materi yang diajarkan meskipun penjelasan telah dilakukan berulang-ulang. Hal tersebut juga terjadi pada pelajaran lain seperti PPKn, IPA, dan IPS.

Berdasarkan gambaran proses dan hasil pratindakan tersebut dan penjelasan guru, disepakati untuk menerapkan pembelajaran membaca dan menulis efektif terpadu untuk mengembangkan kemampuan membaca dan menulis yang dapat meningkatkan daya ingat siswa. Pola umum metode dan teknik pembelajaran membaca dan menulis efektif terpadu adalah (1) tahap prabaca, guru membangkitkan skemata siswa dengan metode curah gagasan untuk mengaitkan tema bacaan dengan pengalaman siswa; (2) tahap saat baca, guru menugasi siswa membaca dengan cermat bacaan untuk menemukan gagasan utama bacaan dan dituangkan dalam bentuk peta pikiran, serta membuat catatan tulis susun TS; (3) tahap pascabaca, guru menugasi siswa menjawab pertanyaan, dan menceritakan isi bacaan berdasarkan peta pikiran; (4) tahap prapenulisan, curah gagasan topik-topik terkait dengan tema bacaan. Siswa menuliskan topik pribadinya dalam daftar topik dan memilih satu topik dikembangkan menjadi kerangka karangan/peta pikiran tulisan; (5) tahap pengembangan draf awal. Siswa menuliskan karangannya berdasarkan peta pikiran yang dibuatnya; (6) siswa memperbaiki draf berdasarkan masukan guru, teman, dan temuan sendiri dan dituangkan dalam draf akhir, selanjutnya dipublikasikan dengan membacakan di depan kelas dan memajangnya di papan publikasi kelas.

Deskripsi Pelaksanaan PMMET Siklus 1,2, 3

PMMET siklus 1 dilaksanakan dalam 5x pertemuan yang terbagi dalam enam tahap (membaca 2X pertemuan: prabaca saat baca, pascabaca; menulis 3X pertemuan: pramenulis, saat menulis, dan pasca menulis).

Pembelajaran Membaca dimulai dengan menjelaskan tujuan, aktivitas, dan LKS, kiat-kiat pembuatan peta pikiran bacaan (PPB) dan catatan tulis susun (TS). Dilanjutkan dengan pemodelan proses PPB catatan TS, tanya jawab, pelatihan PPB dan memberikan komentar berupa pemikiran, kesan, reaksi, pertanyaan, perasaan, dan kepedulian untuk catatan TS..

(7)

meskipun hasilnya belum maksimal. Dalam membuat catatan TS umumnya siswa merasa kesulitan karena belum terbiasa mengomentari bacaan. Umumnya komentar berupa catatan penting bacaan, bukan pendapat asli siswa. Guru dan peneliti menanyai dan memberi masukan permasalahan setiap kelompok.

Pada pertemuan kedua siswa melanjutkan aktivitas mengembangkan PPB dan catatan TS. Setiap individu diharuskan mengisi LKS, dilanjutkan dengan pembahasan PPB dan catatan TS melalui tanya jawab. Dari proses ini ditemukan bahwa pemetaan gagasan bacaan belum maksimal, detil tiap pikiran utama belum dituliskan. Kemungkinan ini karena contoh pemodelan tidak disertai detil. Catatan TS umumnya berupa catatan penting. Hanya sebagian siswa yang memberikan komentar sesuai analisis pribadi. Dari wawancara dengan guru, guru mengakui masih belum menguasai betul kedua strategi ini. Penjelasan kepada siswa perlu disederhanakan dengan contoh proses dan pelatihan.

Kegiatan dilanjutkan dengan menjawab pertanyaan bacaan di LKS masing-masing (tahap pascabaca), jawaban pertanyaan umumnya cukup tepat. Pemahaman siswa dicek guru dengan menyuruh seorang siswa menceritakan kembali isi bacaan berdasarkan peta pikiran bacaan yang telah dibuatnya, proses penceritaan cukup lancar. Pembelajaran diakhiri guru dengan menyarankan siswa membaca sumber lain (misalnya dari buku IPS, majalah, dan koran).

Pertemuan ketiga (tahap pramenulis) pembelajaran diawali dengan curah gagasan tema-tema atau topik-topik yang terkait dengan tema bacaan (perekonomian), satu persatu siswa menuliskan topiknya di papan tulis. 25 topik ditulis oleh siswa, guru membahasnya dan mencoret topik yang tidak terkait. Curah gagasan model ini tidak efektif, dan menghabiskan waktu. Pada saat diskusi guru mengemukakan bahwa curah gagasan sebagaimana yang disarankan dalam petunjuk belum terbiasa.

Aktivitas dilanjutkan dengan mengisi daftar topik sesuai dan memilih salah satu topik dengan melingkarinya untuk dikembangkan menjadi peta pikiran tulisan (PPT) . Topik yang dipilih siswa banyak yang sama, mereka memilih topik yang dapat diamati (kantin sekolah) Untuk membantu dan memudahkan siswa, guru memajang model tipe-tipe peta pikiran atau kluster (kluster enam kata tanya, kluster cerita, kluster reportase, dan kluster panca indera). Guru dan peneliti melaksanakan konferensisi dengan mendatangi setiap siswa, menanyakan permasalahan dan memberikan jalan keluarnya. Pada proses ini beberapa siswa menanyakan cara mengembangkan PPT. Aktivitas berdasarkan model yang dipajang guru. Hasil PPT siswa umumnya masih berupa pokok-pokok pikiran belum dikembangkan sampai detil. Pembelajaran dilanjutkan dengan mengembangkan draf awal (tahap saat menulis). Guru memberikan arahan kepada siswa dengan menekankan perlunya melihat PPT dalam mengembangkan draf awal. 20 % siswa telah menuliskan drafnya dengan lancar dan mengarang cukup panjang dan terorganisir dengan baik. 30 % siswa rata-rata umumnya cukup lancar dalam menulis, namun kurang terorganisisr dengan baik. 30 % siswa kurang lancar dalam menulis, dan 20 % siswa kelompok bawah menunjukkan ketidakmampuan mengorganisir karangannya.

(8)

. Aktivitas selanjutnya adalah perbaikan draf individu. Guru dibantu peneliti melaksanakan konferensi perbaikan isi, menandai ejaan dan tanda baca yang salah. guru memeriksa hasil konferensi dari teman yang perlu diperhatikan. Pembelajaran diakhiri guru dengan memberikan arahan agar siswa memperbaki tulisannya di rumah dan dituliskan di lembar draf akhir. Hasil draf akhir sebagian besar menunjukkan peningkatan perbaikan, meskipun belum maksimal.

Pada pertemuan kelima (tahap pascamenulis: publikasi) guru menjelaskan aktivitas publikasi yang difokuskan pada membacakan draf akhir. Guru menunjuk tiga siswa wakil dari kelompok atas, rata-rata, dan bawah. Seorang siswa ditugasi membacakan draf akhirnya di depan kelas. Setelah selesai, guru memberi kesempatan siswa lain menanggapi, mengomentari dan bertanya yang harus ditanggapi siswa pembaca di depan kelas. Proses yang sama terjadi pada dua siswa yang lain. Ditinjau dari segi hasil, tiga siswa dalam membacakan draf nampak datar, intonasi, nada dan suara kurang dikuasai siswa. Siswa yang aktif bertanya sekitar sepuluh siswa. Selanjutnya aktivitas pemajangan hasil kerja siswa dilaksanakan, karena jumlah siswa

banyak guru mendiskusikan kepada siswa untuk memilih hasil kerja yang dipajang.

Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus 1

Pembelajaran siklus 1 telah dilaksanakan oleh guru dengan upaya maksimal, namun karena strategi peningkatan daya ingat melalui PMMET merupakan sesuatu yang baru guru belum terbiasa dan mengakui masih harus belajar banyak. Guru belum menemukan teknik yang sederhana yang dapat dicerna siswa dengan mudah. Untuk itu, agar pembelajaran pada siklus 2 lebih baik guru dan peneliti sepakat untuk memperbaiki proses pembelajaran yang difokuskan pada hal-hal berikut: (1) strategi curah gagasan tahap prabaca dan pramenulis harus diterapkan sesuai ciri khasnya, yakni: menentukan topik, mendaftar kata/frase yang muncul dalam merespon topik; dan menemukan hubungan antar ide dalam daftar tanpa menyalahkan; (2) pemodelan PPB perlu diulang dengan memberikan rincian pikiran penjelas pada cabang-cabang pikiran utama; (3) pemodelan catatan TS perlu diulang dengan mengomentari langsung bacaan desertai alat peraga model teks yang dibahas dengan teknik tanya-jawab; (4) penceritaan kembali bagi semua siswa, untuk memberi kesempatan kepada semua siswa agar dapat meningkatkan pemahamannya; (5) mendorong siswa yang pendiam untuk mengajukan pertanyaan; (6) bimbingan konferensi berpasangan ditingkatkan (difokuskan pada 9 pasangan setiap pertemuan) dengan memberi kesempatan siswa yang bertanya. (7) pada tahap perbaikan, kesalahan umum perlu dibahas secara klasikal dengan tanya jawab.

Deskripsi Pembelajaran Siklus 2

Pembelajaran siklus 2 dilaksanakan sebagaimana siklus 1 dengan fokus perbaikan pembelajaran yang direkomendasikan pada refleksi siklus 1. Materi dari

buku “ Aku Bangga Berbahasa Indonesia

(9)

masih berupa catatan penting. Bagi sebagian siswa membuat komentar menurut pendapat sendiri adalah sesuatu yang sulit, perlu pelatihan bertahap dan pembiasaan. Tahap pascabaca, siswa ditugasi menjawab pertanyaan dan menceritakan kembali secara tertulis. Jawaban pertanyaan siswa sebagian besar tepat. Penceritaan kembali didasarkan pada peta pikiran yang dibuat siswa. Umumnya penceritaan kembali sesuai dengan isi dari bacaan. Bahasa siswa lebih sederhana.

Tahap pramenulis diawali guru dengan curah gagasan topik-topik berdasarkan bacaan, pemilihan topik untuk dikembangkan menjadi kerangka karangan atau PPT. Empat model peta pikiran karangan atau kluster dipajang untukdimanfaatkan sebagai pemandu pengembangan PPT. Umumnya siswa memilih cluster enam pertanyaan dan pelaporan. Hasilnya PPT siswa telah menunjukkan peningkatan pengembangan rincian pikiran utama dengan frase/kalimat tidak hanya satu kata.

Tahap saat menulis, siswa mengembangkan PPT menjadi draf awal. Guru melaksanakan konferensi bagi siswa yang memerlukan, khususnya 8 siswa yang telah ditentukan. Hasilnya draf awal siswa sebagian besar menunjukkan perkembangan penggunaan kata yang cukup banyak.

Tahap pascamenulis. Siswa melaksanakan konferensi berpasangan dipandu lembar petunjuk konferensi. Hasilnya sebagian besar siswa menandai kesalahan penulisan huruf besar, huruf kecil, dan tanda baca, dan komentarnya bermakna. Siswa yang kurang faham bertanya pada guru atau peneliti. Selanjutnya siswa memperbaiki tulisannya, guru dan peneliti melaksanakan konferensi, khususnya untuk sembilan siswa yang ditentukan, serta siswa yang mempunyai inisiatif konferensi. Hasil tulisan siswa menunjukkan perbaikan yang bermakna (kelompok atas, rata-rata dan sebagian kelompok bawah. Siswa yang tergolong berkesulitan belajar, khususnya karena malas dan lamban belajar, nampak menunjukkan perkembangan yang lambat (4 siswa). Pada pertemuan berikutnya dilaksanakan kegiatan publikasi membaca dan pemajangan. Untuk membaca dipilih tiga siswa yang mewakili kelompok atas, tengah, dan bawah. Pemajangan dilaksanakan bergiliran 3 kelompok (1,2,3) dari sembilan kelompok.

Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus 2

Berdasarkan pembahasan dan analisis pembelajaran siklus 2, guru dan peneliti sepakat untuk melaksanakan pembelajaran siklus 3 pembelajaran membaca dan menulis efektif terpadu untuk mata pelajaran lain. Dalam hal ini dipilih materi IPA dan PPKn. Untuk IPA peneliti ikut merencanakan, membantu pelaksanaan dan mengamati pembelajaran. Untuk PPKN guru melaksanakannya sendiri. Aspek pembelajaran yang perlu diperbaiki (1) pemodelan proses disertai contoh teks PPB diulang lagi dengan menekankan pada pengembangan rincian, siswa/ kelompok yang kurang faham diberikan bimbingan seperlunya; (2) pemodelan catatan TS diulang lagi, khususnya cara memberikan komentar berupa kesan, pemikiran, pertanyaan, kepedulian, reaksi dan perasaan; (3) materi IPA sangat banyak, materi dibagi menjadi empat kelompok. Hasil kerja kelompok pembuatan PPB dan catatan TS dipresentasikan; (4) keseluruhan materi dibahas guru dan dijelaskan dengan tanya-jawab. Siswa yang kurang terlibat diberi dorongan untuk bertanya dan menjawab pertanyaan; (5) konferensi draf awal difokuskan pada organisasi isi; (6) pada saat publikasi membaca guru perlu memodelkan cara membaca bersuara yang benar.

Deskripsi PMMET Siklus 3

(10)

Pada pertemuan pertama pembelajaran dimulai dengan penjelasan materi yang akan dipelajari dan kegiatan yang akan dilaksanakan. Guru membagikan materi bacaan, LKS, petunjuk aktivitas, dan karton untuk hasil kelompok sebagai persiapan presentasi. Sebelum siswa mengerjakan tugas guru melaksanakan curah gagasan terkait dengan materi, tanya jawab tentang pengetahuan siswa terhadap materi (tahap prabaca). Selanjutnya siswa membaca materi khususnya untuk kelompok, membuat PPT dan catatan TS tentang Sumber Daya Alam yang dituangkan dalam karton, guru dan peneliti memberikan arahan melalui aktivitas konferensisi (tahap saat baca). Saat jam berakhir siswa belum selesai mengerjakan tugasnya, guru mengakhiri pelajaran dengan memberi arahan agar tugas diselesaikan di rumah untuk dipresentasikan pada pertemuan kedua.

Pada pertemuan kedua siswa telah siap dengan hasil kerjanya. Guru menunjuk kelompok pembahas materi 1 (empat siswa) untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Siswa nampak belum terbiasa dengan kegiatan ini, hanya lima siswa dari 16 siswa yang tampil berani dan dapat menjelaskan materi. Pada sesi tanya jawab materi 1. Pertanyaan didominasi 7 siswa. Guru berupaya mendorong siswa lain yang kurang aktif dengan memanggil nama dan menyuruh siswa mengajukan pertanyaan. Setelah (materi 1, 2,3,4) selesai dipresentasikan siswa, guru membahas seluruh materi, mengklarifikasi kesalahan konsep. Guru mengakhiri jam pelajaran dengan memberi arahan tugas membuat PPB, catatan TS, tugas dan pertanyaan individu di rumah dengan mengisi LKS yang telah dibagikan, dan hasil kerja kelompok PPB dan catatan TS dipajang di papan pemajangan. Dari proses pembelajaran tersebut dapat dikatakan materi bacaan IPA yang cukup banyak (10 halaman) dan dibagi menjadi empat kelompok menjadikan proses pemahaman bacaan tidak efektif. Siswa hanya mempelajari materi bagiannya saja. Rangkuman materi dari guru dan pembahasannya memberi gambaran utuh seluruh materi bacaan.

Pada pertemuan ketiga, guru memeriksa hasil kerja individu. Siswa kelompok atas dan rata-rata hasil kerjanya rapi. Sebagian siswa kelompok bawah hasil kerjanya acak-acakan. Guru membahas PPB dan catatan TS secara klasikal, dan memberi kesempatan kepada beberapa siswa maju ke papan tulis dipandu pertanyaan guru untuk melengkapi PPB. Hasil PPB dan catatan TS telah menunjukkan kemajuan yang cukup bermakna. Sebagian besar siswa telah menggambari PPB dengan warna yang lebih kreatif. Catatan TS sebagian besar siswa telah mengarah pada komentar berdasarkan analisis pribadi. Meskipun begitu dapat dikatakan hasil PPB siswa belum maksimal hal ini mungkin karena bahan bacaan dalam buku pelajaran bahasa Indonesia lebih sedikit (2 lembar) materi IPA (10 lembar) sehingga membutuhkan pelatihan khusus untuk pemahamannya. Di samping itu karakteristik bacaan berbeda, materi bahasa Indonesia termasuk jenis wacana cerita. Materi bacaan IPA bacaan ilmiah yang padat informasi. Untuk meningkatkan pemahaman siswa guru perlu mempelajari pemetaan bacaan dengan bantuan pertanyaan (Apa?, Kapan?, dimana?, Siapa?, Bagaimana?, Mengapa). Di samping itu strategi-strategi yang terkait dengan pengembangan kemampuan membaca dan menulis perlu dipelajari.

(11)

Pada pertemuan kelima pelajaran difokuskan pada konferensi bepasangan. Setelah draf awal dikembalikan kepada masing-masing siswa dengan hasil konferensinya, guru membahas kesalahan umum, seperti: ejaan, penggunaan huruf besar, huruf kecil, tanda baca titik, dan tanda koma. Siswa selanjutnya memperbaiki draf awalnya dengan menulisnya kembali pada lembar draf akhir (tahap pascamenulis: perbaikan). Guru dan peneliti melaksanakan konferensi, memberikan komentar, saran-saran perbaikan isi dan perbaikan ejaan dan tanda baca. Pelajaran diakhiri guru dengan menyuruh siswa yang belum selesai memperbaiki drafnya di rumah dengan memperhatikan saran teman, dan guru.

Pada pertemuan keenam aktifitas fokus pada publikasi (membaca dan pemajangan). Guru memodelkan cara membaca dengan intonasi. Setelah itu memanggil salah seorang siswa untuk membaca di depan kelas. Siswa lain menyimak, memberikan tanggapan dan komentarnya. Pelajaran diakhiri dengan memajang hasil kerja masing-masing kelompok (4,5,6)

Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus 3

Pada prinsipnya pembelajaran membaca menulis efektif terpadu dapat diterapkan untuk pelajaran IPA. Untuk peningkatan pembelajaran selanjutnya, dalam mengembangkan kemampuan membaca dan menulis hal-hal berikut perlu diperhatikan, yakni: (1) curah gagasan bertujuan untuk membangkitkan skemata siswa terkait dengan materi bacaan dan topik penulisan, agar efektif dan tidak menghabiskan waktu harus diterapkan sesuai karakteristik curah gagasan; (2) peta pikiran bacaan bertujuan meningkatkan pemahaman bacaan dan mengingatnya kembali bila diperlukan. penonjolan unsur penting dan ilustrasi visual harus dilatihkan dan dibiasakan; (3) untuk meningkatkan pemahaman bacaan dan meningkatkan kemampuan pemetaan penulisan, tipe-tipe kluster perlu dimodelkan dengan contoh-contoh proses pengembangan peta pikiran bacaan dan peta pikiran tulisan/kerangka karangan, contoh produk PPB dan PPT dipajang di kelas dan dimanfaatkan bila diperlukan; (4) catatan TS perlu dilatihkan terus-menerus dan dibiasakan kepada siswa karena catatan TS merupakan strategi belajar tingkat tinggi, diperlukan upaya keras untuk menguasainya; (5) pembahasan hasil PPB dan catatan TS perlu dilakukan untuk mengetahui pemahaman siswa dan untuk memberi kesempatan kepada siswa membetulkan PPB dan catatan TS yang salah; (6) penceritaan kembali perlu dilatihkan, baik lisan atau tulis untuk meningkatkan kelancaran menulis. Pertanyaan bacaan di buku juga perlu dibahas kembali agar siswa mengetahui ketepatan jawabannya. Pertanyaan bacaan umumnya mengukur kemampuan membaca literal, untuk meningkatkan kemampuan membaca kritis, pertanyaan interpretasi dan evaluasi perlu ditambah (dapat dipadukan dengan aktivitas membuat catatan TS); (7) konferensisi pengembangan draf sangat melelahkan bagi guru, perlu difokuskan pada siswa tertentu (maksimal 8 siswa); (8) sebelum konferensisi berpasangan, guru perlu memodelkan perbaikan aspek isi dan aspek konvensional. Sebaiknya difokuskan pada hal tertentu; (9) siswa yang lamban belajar perlu perhatian khusus. Tugas dan latihan perlu disederhanakan, sesuai kemampuan siswa.

(12)

Hasil/Temuan Penelitian

Hasil/temuan penelitian didasarkan deskripsi pembelajaran pratindakan siklus 1,2,3, juga pembahasan dan analisis hasil belajar (lihat tabel 2) ), dipaparkan secara ringkas sebagai berikut.

Aktivitas pembelajaran membaca dan menulis dari segi proses meningkat tajam, nampak pada pembelajaran pratindakan yang tidak mengorganisasikan proses. Pada pembelajaran siklus 1 aktivitas proses diorganisasikan pada semua tahapan (prabaca, saat baca, pascabaca, pramenulis, saat menulis, pasca-menulis). Beberapa strategi kurang sesuai dengan rencana pembelajaran sehingga pembelajaran kurang efektif. Di antaranya pemodelan PPB, catatan TS, dan penceritaan kembali. Pada siklus 2 strategi dilaksanakan guru sesuai rancangan, aktivitas proses belajar membaca siswa semakin tinggi, meskipun belum maksimal, tetapi sudah cukup memadai. Siswa telah memahami cara menerapkan strategi dalam PMMET. Pada siklus 3 PMMET diterapkan untuk materi IPA. Meskipun strategi berdampak positif,

Tabel 1 Penerapan Strategi dan Teknik Pembelajaran

Tahap Pratindak Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 KET.

(13)

Peningkatan aktivitas proses PMMET nampak pada Tabel 2. Aktivitas proses belajar membaca siklus 1 (61 %), siklus 2 (73 %), dan siklus 3 (87 %). Aktivitas proses belajar menulis siklus 1 (61 %), pada siklus 2 (73 %), dan siklus 3 (81 %). Artinya pada siklus 3 (87 %) siswa telah menguasai 75 % strategi belajar membaca dan 81 % siswa menguasai aktivitas proses menulis yang berarti tindakan pembelajaran berhasil. Pelatihan selanjutnya diperlukan agar siswa terbiasa dan dapat menguasai strategi membaca dan menulis efektif sepenuhnya.

Tabel 2. Persentase Aktivitas Proses dalam PMMET

Aktivitas Proses Persentase (% ) Aktivitas Proses Persentase (% )

(14)

siklus 2 (72 %) dan siklus 3 (82 %). Dari hasil belajar tersebut menunjukkan hampir 85 % siswa mencapai kinerja membaca dan menulis 75 %.

Tabel 3. Persentase (%) Nilai Hasil Belajar PMMET

Kemampuan Membaca PT S 1 S 2 S 3 Kemampuan Menulis PT S 1 S 2 S 3

Kemampuan siswa dalam menerapkan strategi belajar pada semua tahapan siklus 1 menunjukkan bahwa pada awalnya siswa merasa kesulitan, demikian pula guru, karena merubah sesuatu yang sudah mapan dengan strategi yang baru. Setelah

dilaksanakan konferensisi guru-siswa dibantu oleh peneliti siswa memahami dan dapat menerapkan

(15)

siklus 3 strategi semakin dikuasai siswa. Untuk peningkatan dan penguasaan selanjutnya diperlukan pelatihan dan pembiasaan. Guru berkomitmen untuk melaksanakan strategi untuk matapelajaran yang diampunya.

Tabel 4. Nilai Prestasi BI, Hasil Belajar Pratindakan, Tindakan, Hasil Tes Pratindakan dan Pasca Tindakan

N0. Nama NPBI Pratin-

dakan

B T

Rerata Nilai Hasil Belajar S1 S2 S3

B T B T B T

Hasil Tes PPKn IPA

Pr Pc Pr Pc 1. Hari Budi Santosa 88 70 75 65 81 85 87 81 82 80 90 70 90 2. Juwati 87 70 70 73 79 85 81 85 87 70 70 50 90 3. Bintang Rose Amanda 84 75 70 62 67 87 77 79 78 70 70 70 80 4. Rizhal Adi Rahmawan 83 70 65 62 65 85 77 78 81 70 90 60 80 5. Litsa Rahmanita 82 65 70 58 65 83 77 78 79 65 65 40 80 6. Dita Oktafia Efendi 82 60 60 60 73 83 79 75 77 70 90 60 90 7. Hani Novia Shanti 79 60 65 52 71 85 79 78 81 40 70 20 60 8. Voni Rhamadani S 78 60 65 58 67 83 77 87 81 50 80 40 80 9. Kurnia Eka Wijayanti 77 70 70 73 60 75 55 81 79 65 65 70 100 10. Helen Novitri 77 75 60 77 79 87 55 90 80 65 100 60 90 1. Nadya Tegar Larasati 77 75 70 73 77 85 62 82 90 70 80 70 85 12. Gayuh Himawan H 74 60 65 70 65 83 73 81 77 70 70 65 80 13. Irma Wahyu Putri Y 73 60 65 65 68 83 70 79 75 40 70 40 70 14. Rochma Citra Nila 72 60 65 70 73 83 70 79 77 75 90 45 90 15. Retno Nur Iftita 71 60 65 65 68 80 73 70 75 60 70 40 90 16. Desi Agil 70 60 65 73 66 80 75 75 79 60 80 65 75 17. Bela Ansori Putri 69 65 65 60 44 75 78 90 72 30 60 40 80 18. Titah Albila 69 60 60 75 53 85 75 87 78 70 80 80 85 19. Dinda Rahmawati 67 60 65 70 53 82 70 87 77 55 80 50 100 20. Ifany eka Luriyan 66 60 60 55 70 73 75 77 77 50 80 35 80 21. Atikah Nisrina 63 60 55 53 75 75 77 77 77 55 70 35 70 22. Rochma Arumilah 63 55 55 57 57 75 75 75 75 40 80 40 90 23. Isnaeni Fitria L 62 55 60 57 64 75 70 73 72 40 80 40 90 24. Rizka Dwi Nurita 62 55 60 50 62 75 70 73 72 50 60 70 80 25. Uswatun Chasanah 61 50 60 65 75 70 77 70 77 40 55 30 50 26. Rossy anggraeni 59 50 55 50 70 75 72 77 70 80 80 60 85 27. Agni Eka Putri 57 55 60 56 62 73 68 70 66 70 70 35 70 28. Dony Mardi Lestari 56 50 55 48 62 70 64 64 66 60 60 50 60 29. Ibtisam Usman 56 45 50 45 62 68 64 64 64 55 60 50 60 30. Muhamad Ardiansyah 56 45 45 45 55 68 62 62 62 40 60 60 70 31. Septia Riska Anggraeni 54 50 60 56 60 68 56 58 58 40 60 35 60 32. Yoga Prasetyo 53 50 50 53 60 70 60 62 62 70 85 60 90 33. Andika Yudha Prawira 52 45 35 45 58 55 56 58 55 30 50 30 50 34. Deva Gigih Prakoso 44 3 0 35 40 46 46 44 35 40 50 60 50 55 35 Faisal Afif 40 45 40 35 40 40 42 55 57 50 70 50 55 Keterangan: S1 = Siklus1 B= Membaca T= Menulis Pr = pra tindakan Pc= Pasca tindakan

NPBI= Nilai Prestasi Bahasa Indonesia

Peningkatan daya ingat siswa secara kasar dapat dikatakan meningkat dilihat dari hasil produk kinerja membaca dan menulis yang menunjukkan bahwa pada akhir siklus 3 siswa yang tuntas belajar membaca dan menulis terpadu mencapai (81 % dan menulis 82 %) hampir mendekati 85 %. Dilihat dari hasil tes pratindakan materi bacaan PPKn dan IPA menunjukkan nilai tes pasca tindakan meningkat hampir 90 % siswa.

(16)

kemampuan membaca, (2) kemampuan menulis, (3) kemampuan penerapan strategi belajar, dan (4) peningkatan daya ingat.

Simpulan dan Saran

Berdasarkan hasil dan bahasan tersebut dapat dikemukakan simpulan penelitian sebagai berikut; (1) Pada prinsipnya PMMET dapat digunakan untuk strategi belajar semua mata pelajaran, untuk meningkatkan daya ingat pada bacaan, namun keakuratannya memerlukan penelitian lanjut yang lebih efektif. Untuk itu guru harus memahami setiap karakteristik jenis wacana. (2) PMMET berdampak pada peningkatan kemampuan membaca proses dan hasil. Dari segi proses siswa dikenalkan dengan berbagai strategi belajar proses, curah gagasan, pemodelan, konferensi, pemetaan pikiran bacaan, dan evaluasi diri. 70 % strategi sudah dfahami siswa, peningkatannya dapat dipertahankan dengan pelatihan terus- menerus dan pembiasaan. Dari segi hasil, kemampuan membaca siswa meningkat yang nampak pada nilai hasil belajar baik peta pikiran bacaan, catatan TS, jawaban pertanyaan dan penceritaan kembali yang semakin membaik dari perunsurnya, meskipun beberapa (empat) siswa khususnya siswa yang berkesulitan belajar dan malas strategi ini kurang cocok. Mereka perlu bantuan khusus. (3) Dampak PMMET pada peningkatan kemampuan menulis nampak dalam proses dan hasil. Pada proses pramenulis siswa belajar menemukan topik-topik penulisan yang beragam, menentukan sendiri topiknya dan mengembangkan kerangka karangan sesuai skematanya. Berdasar kerangka karangan (PPT) siswa dapat mengembangkan karangannya dengan lancar. Untuk hasil yang lebih baik pemfokusan dan pemodelan perbaikan semua aspek diberikan setahap demi setahap. Dari segi hasil tampak peningkatan yang signifikan, baik peta pikiran bacaan, pengembangan draf awal dan draf akhir. Kemampuan menerapkan strategi secara bertahap dapat dipahami dan dikuasai siswa. Untuk capaian yang lebih baik guru harus meningkatkan pemahamannya terus menerus dan memodelkan strategi proses dalam PMMET, melatih dan membiasakan siswa menggunakannya. Pada gilirannya siswa meguasai strategi sesuai dengan gaya belajarnya.

Saran yang dapat diberikan adalah (1) bahwa strategi PMMET dapat meningkatkan kemampuan membaca, menulis dan kemampuan mengingat siswa, jika guru dalam menerapkan strategi tersebut memiliki pemahaman teori pembelajaran membaca dan menulis dan pelaksanaannya sesuai kondisi siswa, ditunjang alat peraga yang memadai, pemodelan proses dan pemodelan teks yang sesuai dengan materi yang diberikan. (2) Pembelajaran membaca dan menulis efektif terpadu dalam berbagai mata pelajaran dan berbagai jenis wacana perlu terus diteliti. Mengingat penelitian ini masih dangkal karena hari efektif penelitian terbatas.

Daftar Acuan

Alwasilah. 1993. Dari Cichago sampai Cicalengka. Jakarta: Gramedia.

Burn. P.C. Roe, B.D.; Ross, E.P. 1996. Teaching Reading in Today’s Elementary School. Boston: Houghton Miflin Company.

Cox, C. & Zarrillo, J. 1993. Teaching Reading with Children Literature. New York: McGraw Hill.

DePorter, B & Hernacki, M. 1992. QuantumLearning: Unleasing the Genius on You Alih Bahasa oleh Alwiyah Abdurrahman.1999. Bandung:Kaifa.

Eanes, Robin. 1997. Content Area Literacy. Albany, NewYork: Delmar Publisher.

(17)

Noffke, & Stevenson, R.B(Editor). 1995. Educational Action Research: Becoming

Practically Critical. New York: Teacher College Press.

Norton, D.E. & Norton, S. 1994. Language Arts Activities For Children. New York:

Macmillan College Publishing Company.

Parry, J.A. & Hornsby, D. 1985. Write on: A Conference Approach to Writing. Sydney: Martin Educational.

Slavin Robert, E. 1997. Educational Psychology: Teory and Practice. Boston: Allyn and Bacon.

Spodek, B; Saracho, O.N. 1994. Raight from the Start: Teachig Children Ages Three

Gambar

Tabel 1 Penerapan Strategi dan Teknik Pembelajaran Tahap Prabaca
Tabel 2. Persentase  Aktivitas  Proses  dalam PMMETAktivitas Proses
Tabel 3.  Persentase (%) Nilai Hasil Belajar PMMET Kemampuan Membaca PT
Tabel 4. Nilai Prestasi BI,  Hasil Belajar Pratindakan, Tindakan, Hasil Tes Pratindakan dan Pasca Tindakan  Nama NPBI Pratin-   Rerata Nilai  Hasil Belajar

Referensi

Dokumen terkait

Secara sistemik, pendidikan pembangunan berkelanjutan untuk pengembangan kompetensi kewarganegaraan dalam pembelajaran PKn mampu mengembangkan pengetahuan yang

keypad yang akan ditampilkan di lcd , kalau pintu tidak terbuka menandakan pin akan salah maka akan menimbulkan bunyi tertentu sebagai symbol kesalahan memasukkan pin

Kesejahteraan hidup akan lebih sempurna apabila pengurusan harta dapat dilaksanakan mengikut prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh agama Islam berteraskan maqasid

Ruang-ruang pokok yang ada di dalam ketiga apartemen tersebut antara lain ruang kamar tidur, kamar mandi, dapur dan ruang tamu. Terdapat ruang tambahan seperti balkon

Ajaran tasawuf yang terdapat dalam Kitab Primbon Atassadhur Adammakna adalah Konsep Jumbuhing Kawula Gusti.. Konsep tersebut memiliki kesamaan dengan ajaran Ibnu

penanaman modal yang ruang lingkupnya lintas kabupaten/kota menjadi urusan pemerintah provinsi. Kewenangan provinsi sebagai daerah otonom dalam bidang penanaman modal, yaitu;

Ada banyak komponen untuk melakukan capture gambar maupun perekaman video, salah satunya adalah menggunakan komponen DSPACK.. Komponen DSPACK dapat didownload

Berdasarkan uraian yang disebut dalam latar belakang masalah yang ada di Kabupaten Sukoharjo serta tinjauan kepustakaan maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: