• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SIKAP KARYAWAN TERHADAP PELAKSANAAN 5S DI LINGKUNGAN KERJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS SIKAP KARYAWAN TERHADAP PELAKSANAAN 5S DI LINGKUNGAN KERJA"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

i

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

HENDRI KURNIANTO

012214032

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

ii

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI

ANALISIS SIKAP KARYAWAN TERHADAP

PELAKSANAN 5S DI LINGKUNGAN KERJA

Studi Pada Karyawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Disusun Oleh: Hendri Kurnianto

012214032

Telah disetujui oleh:

Pembimbing I

Dra. BR. Diah Utari, M.Si. Tanggal 23 April 2008

Pembimbing II

(3)

iii

ANALISIS SIKAP KARYAWAN TERHADAP PELAKSANAN

5S DI LINGKUNGAN KERJA

Studi Pada Karyawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Dipersiapkan dan ditulis oleh

Nama : Hendri Kurnianto NIM : 012214032

Telah Dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada tanggal 26 September 2008 Dan dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua MT. Ernawati, S.E.,M.A. ... Sekretaris Drs. Theodorus Sutadi, M.B.A. ... Anggota V. Mardi Widyadmono, S.E., M.B.A. ... Anggota Dra. BR. Diah Utari, M.Si. ... Anggota Antonius Budisusila, M. Soc. Sc. ...

Yogyakarta 30 September 2008 Fakultas Ekonomi

Universitas Sanata Dharma Dekan

(4)

iv MOTTO

”Tidak semua orang yang bekerja keras akan berhasil,

tapi dibalik keberhasilan seseorang pasti ada kerja

(5)

v

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk :  Tuhan Yang Maha Esa

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 7 Agustus 2008 Penulis

(7)

vii

Hendri Kurnianto

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap karyawan Universitas Sanata Dharma terhadap pelaksanaan 5S di lingkungan kerja mereka, dan perbedaan sikap kerja karyawan Universitas Sanata Dharma terhadap pelaksanaan 5S di lingkungan kerja mereka berdasarkan jenis kelamin, usia, dan tingkat pendidikan.

Penelitian ini dilakukan di Universitas Sanata Dharma pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2007. Subyek penelitian ini hanya pada karyawan administratif di Universitas Sanata Dharma. Sampel yang digunakan adalah 120 dari populasi jumlah karyawan sebanyak 171 orang, dengan teknik pengambilan sampel proportional purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis persentase, teknik beda semantik (semantic differential technique), dan analisis varians (anova).

(8)

viii ABSTRACK

THE ANALYSIS OF THE OFFICIAL EMPLOYEES ATTITUDE TO THE 5S

REALIZATION IN THEIR WORK AREA

Research at Sanata Dharma University Yogyakarta

Hendri Kurnianto

SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA

2008

This research aims to find out the official employees attitude toward 5S in their work area, and the difference of their attitude based on gender, age and education level.

This research has done at Sanata Dharma University in July up to August 2007. This research subjects are administrative employees at Sanata Dharma University. The Sample size is 120 from a total population of 171 person, taken under proportional purposive sampling technique. Data analysis technique used are percentage analysis, semantic differential technique, and analysis varians (anova).

(9)

ix

Nama : Hendri Kurnianto

Nomor Mahasiswa : 012214032

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

ANALISIS SIKAP KARYAWAN TERHADAP PELAKSANAAN 5S DI LINGKUNGAN KERJA, Studi Pada Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 5 November 2009

Yang menyatakan

(10)

x

KATA PENGANTAR

Terima kasih kepada Tuhan, atas segala berkat dan karunianya yang telah diberikan sehingga penyusunan skripsi dengan judul ” AAnnaalliissiiss SSiikkaapp KKaarryyaawwaann T

Teerrhhaaddaapp PPeellaakkssaannaaaann 55SS DDii LLiinnggkkuunnggaann KKeerrjjaa,, SSttuuddii PPaaddaa UUnniivveerrssiittaass SSaannaattaa D

Dhhaarrmmaa,,YYooggyyaakkaarrtta”. Penulisan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarata untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada studi Manajemen jurusan Manajemen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Disamping itu juga diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pihak yang membutuhkan.

Selama penyusunan skripsi ini banyak hambatan dan kesulitan yang dihadapi, namun dapat dilalui karena berkat adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Akt, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak V. Mardi Widyadmono, S.E., M.B.A selaku Kaprodi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan selaku pembimbing II yang telah menemani dan membantu baik tenaga maupun pikiran dalam memberi bimbingan dan nasehat dalam proses penyusunan skripsi ini

3. Ibu Dra. BR. Diah Utari, M.Si selaku pembimbing I yang telah menemani dan membantu baik tenaga maupun pikiran dalam memberi bimbingan dan nasehat selama penyusunan skripsi ini.

(11)

xi

7. Teman-teman Seprofesi Jefri, Yanuar, Michael Mukidi, Rhiza, Yanu Menol, Daniek, Topan, Mamat, Steph, Oky Devo, Lukito, Wawan, Bambang, Wowok, Egen, dan semua teman satu angkatan 2001.

8. Mendez MAN 02, Koko MAN 02, Ika MAN 02, Indri Man 02, Maya 04, Tika 04, dan teman-teman lain yang tidak tertuliskan namanya, atas bantuannya menyebar quesioner.

9. Ayah dan Ibuku, Mas Seno dan Mbak Vita, Mas Jarot dan Mbak Tutik, dan kedua keponakanku Rizqy dan Chelsea yang telah memberikan dorongan, dan semangat untuk segera menyelesaikan kuliah, dan juga biaya yang tidak terhitung selama kuliah.

10. Semua teman kost Wulung 39 dan Wisma Sembada.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, mengingat kemampuan, pengetahuan, dan waktu yang terbatas yang dimiliki oleh penulis. Namun demikian penulis berusaha menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak.

Yogyakarta, 7 Agustus 2008

(12)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAKSI ... vii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Batasan Masalah... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

A. Sikap... 8

B. Pengertian Manajemen... 12

(13)

xiii

F. HHiippootteessiis...s 24

BAB III METODE PENELITIAN... 25

A. Jenis Penelitian... 25

B. SSuubbyyeekkPPeenneelliittiiaannddaannOObbyyeekkPPeenneelliittiiaan ...n 25 C. LLookkaassiiddaannWWaakkttuuPPeenneelliittiiaann ... 26

D. DDaattaayyaannggDDiibbuuttuuhhkkaan...n 26 E. TTeekknniikkPPeenngguummppuullaannDDaatta...a 26 F. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 28

G. Teknik Pengujian Instrumen Penelitian ... 29

1. Uji Validitas ... 29

2. Uji Reliabilitas ... 30

H. TTeekknniikkAAnnaalliissiissDDaatta...a 32 1. Prosedur Pengukuran ... 33

2. Cara Pemberian Angka ... 36

3. Analisis Varians (Anova)... 37

BAB IV SEJARAH DAN GAMBARAN UMUM UNIVERSITAS SANATA DHARMA... 39

A. PTPG Sanata Dharma (1955 - 1958) ... 39

B. FKIP Sanata Dharma (1958 - 1965) ... 40

(14)

xiv

D. Universitas Sanata Dharma (1993 - sekarang)... 41

E. Nama-nama Rektor Sanata Dharma ... 42

F. Visi dan Misi USD ... 42

G. Tujuan Pendidikan di USD ... 43

H. Yayasan ... 43

I. Pimpinan Universitas... 44

J. Dewan Penyantun ... 48

K. Kemitraan... 49

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 39

A Yayasan ... 52

B. Analisis Validitas dan Reliabilitas 1. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Variabel Seiri ... 56

2. Pengujian Validitas dan Reliabilitas VariabelSeiton... 57

3. Pengujian Validitas dan Reliabilitas VariabelSeiso... 58

4. Pengujian Validitas dan Reliabilitas VariabelSeiketsu... 59

5. Pengujian Validitas dan Reliabilitas VariabelShitsuke... 59

C. Deskripsi Data Penelitian ... 60

1. Analisis Persentase... 61

2. Analisis sikap karyawan terhadap pelaksanaan 5S di lingkungan kerja... 63

(15)

xv

(16)

xvi DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Penyebaran Sampel Untuk Masing-Masing Karyawan ... 29

Tabel 5.1.1 Koefisien Validitas dan Reliabilitas VariabelSeiri... 57

Tabel 5.1.2 Koefisien Validitas dan Reliabilitas VariabelSeiton... 57

Tabel 5.1.3 Koefisien Validitas dan Reliabilitas VariabelSeiso... 58

Tabel 5.1.4 Koefisien Validitas dan Reliabilitas VariabelSeiketsu... 59

Tabel 5.1.5 Koefisien Validitas dan Reliabilitas VariabelShitsuke... 60

Tabel 5.1.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 61

Tabel 5.1.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia... 62

Tabel 5.1.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir.. 63

Tabel 5.1.9 Sikap Karyawan Mengenai PelaksanaanSeiri... 66

Tabel 5.1.10 Sikap Karyawan Mengenai PelaksanaanSeiton ... 67

Tabel 5.1.11 Sikap Karyawan Mengenai PelaksanaanSeiso... 68

Tabel 5.1.12 Sikap Karyawan Mengenai PelaksanaanSeiketsu... 68

Tabel 5.1.13 Sikap Karyawan Mengenai PelaksanaanShitsuke... 69

Tabel 5.1.14 Perhitungan Rata-rata Dari Semua Item Pertanyaan... 70

Tabel 5.1.15 Uji Anova Berdasarkan Jenis Kelamin ... 71

Tabel 5.1.16 Uji Anova Berdasarkan Usia... 72

(17)

1

1

A. Latar Belakang Masalah

Tenaga kerja memegang peranan penting dalam pertumbuhan sektor

industri di Indonesia karena masih banyak dibutuhkan sumber daya manusia

sebagai tenaga kerja. Sumber daya manusia harus memiliki cakrawala yang luas,

tidak hanya dituntut untuk menguasai pengetahuan saja tetapi mampu dan

terampil dalam bekerja.

Pada saat ini karyawan sering menghadapi masalah dalam pekerjaannya,

misalnya saja masalah gaji, jaminan sosial tenaga kerja (JAMSOSTEK),

lingkungan kerja, dan juga masalah ke tenagakerjaan yang lain. Hal ini bisa

menimbulkan konflik antar karyawan dan bahkan juga terhadap perusahaan.

Konflik yang terjadi dapat menghambat kegiatan operasional perusahaan, bahkan

bisa merugikan karyawan sendiri.

Apabila lingkungan kerja kurang mendukung, hal tersebut dapat

menyebabkan karyawan kurang nyaman dengan lingkungan kerjanya. Karyawan

akan merasa bahwa kepulangan dari tempat kerja seakan merupakan saat keluar

dari penjara yang tidak menyenangkan. Pekerjaan menjadi suatu aktivitas yang

dilakukan dengan penuh keterpaksaan, tidak ada kecintaan terhadap pekerjaan.

Kondisi kerja yang tidak memungkinkan untuk mengembangkan karir dan

(18)

2

2

depan, penghargaan terhadap prestasi kerja yang tidak memadai akan

mengakibatkan seseorang karyawan tidak betah dalam bekerja apalagi mencintai

pekerjaannya (Pandji Anaroga, 1992: 93-97).

Para karyawan mengharapkan dan layak untuk mendapatkan tinjauan

ulang kinerja pekerjaan mereka secara adil, menyeluruh dan teratur. Program

pelatihan (training) diharapkan bisa memberikan peningkatan kualitas kerja

karyawan yang ada, selain itu program pelatihan diharapkan dapat meningkatkan

ketrampilan yang sudah dimiliki para karyawan dan juga adanya tuntutan dari

tugas-tugas yang ada ataupun untuk mempersiapkan dirinya sehubungan dengan

transfer atau promosi pada jabatan yang lain. Program pelatihan secara umum

bertujuan untuk memperbaiki penguasaan berbagai ketrampilan dan teknik

palaksanaan kerja tertentu untuk kebutuhan sekarang.

Program 5S (Seiri = pemilahan, Seiton= penataan, Seiso = pembersihan,

Seiketsu = pemantapan, Shitsuke = pembiasaaan) merupakan salah satu contoh

program pelatihan yang saat ini gencar dilaksanakan. Program pelatihan 5S

(workshop 5S) memang masih tergolong baru di Indonesia, namun sebenarnya

pelatihan 5S itu sudah lama ada dan tidak ada yang baru didalamnya. Kita hanya

belum menyadari betul keberadaannya sampai saat ini. Walaupun pelatihan 5S

jelas memberikan hasil dalam penyempurnaan besar didalam ruang lingkupnya,

tetapi lebih bermanfaat dalam mengubah cara orang untuk merancang

(19)

Program 5S mudah dipahami tetapi dalam pelaksanaannya sulit dilakukan

dengan benar. Ini dikarenakan banyak orang belum terbiasa untuk hidup teratur.

Pada dasarnya program 5S ini merupakan kebulatan tekad untuk mengadakan

pemilahan di tempat kerja, mengadakan penataan, pembersihan, memelihara

kondisi yang mantap dan memelihara kebiasaaan yang diperlukan untuk

melaksanakan pekerjaan dengan baik.

Berhasilnya suatu perusahaan bukan hanya terletak pada keunggulan

teknologi dan tersedianya dana saja, namun tenaga kerja yang handal, efektif dan

efisien juga merupakan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan. Di era

reformasi ini perusahaan-perusahaan saling bersaing dalam hal tingkat efektivitas

dan efisiensi kerja karyawannya. Untuk menghadapi persaingan itu dan

memenangkannya, maka perusahaan berusaha untuk meningkatkan kualitas

sumber daya manusianya, diantaranya dengan melakukan program 5S bagi

sumber daya manusianya (tenaga kerjanya). Program 5S yang diberikan kepada

para karyawan menjadi pendorong bagi para karyawan untuk bekerja lebih keras

lagi. Hal ini disebabkan karena para karyawan yang telah mengetahui dengan baik

tugas-tugas dan tanggung jawab akan mencapai suatu tingkat moral atau

semangat yang lebih tinggi lagi (Heidjrahman dan Husnan, 1990:71).

Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengamati secara langsung

bagaimana sikap karyawan terhadap pelaksanaan 5S di lingkungan kerja,

sehingga dapat diketahui apakah karyawan tertarik atau bahkan secara tidak

(20)

4

4

Atas dasar uraian diatas, maka penulis mengambil judul “ANALISIS

SIKAP KARYAWAN TERHADAP PELAKSANAAN 5S DI LINGKUNGAN

KERJA, STUDI PADA UNIVERSITAS SANATA DHARMA,

YOGYAKARTA“.

B. Perumusan Masalah

Setelah membaca uraian di atas, maka penulis merumuskan masalah

dalam penelitian ini yaitu:

1. Apakah sikap kerja karyawan Universitas Sanata Dharma, sudah mengarah

atau cenderung pada pelaksanaan 5S di lingkungan kerja mereka?

2. Apakah ada perbedaan sikap kerja karyawan Universitas Sanata Dharma

berdasarkan jenis kelamin, usia, dan tingkat pendidikan?

C. Batasan Masalah

Pada penelitian ini masalah yang ada dibatasi hanya pada karyawan

administratif saja, dimana penulis akan menganalisis bagaimana sikap karyawan

terhadap pelaksanaan 5S di lingkungan kerja, apakah karyawan tertarik atau

bahkan secara tidak langsung sudah melaksanakan program 5S di lingkungan

kerja mereka. Dalam penelitian ini juga diasumsikan Universitas Sanata Dharma

sebagai sebuah perusahaan, semangat 5S tercermin dalam sikap dan juga sikap 5S

(21)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang dilakukan penulis adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana sikap karyawan Universitas Sanata Dharma

terhadap pelaksanaan 5S di lingkungan kerja mereka.

2. Untuk mengetahui adanya perbedaan sikap kerja karyawan Universitas Sanata

Dharma terhadap pelaksanaan 5S di lingkungan kerja berdasarkan jenis kelamin,

usia, dan tingkat pendidikan.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Universitas

a. Dapat memberikan alat dalam menemukan area perbaikan di bidang

sumber daya manusia dengan menjalankan program 5S sehingga dapat

meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja para karyawannya.

b. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil suatu

keputusan untuk mengatasi masalah-masalah diseputar penerapan 5S

yang timbul sehingga universitas mampu untuk mengambil tindakan yang

tepat bagi kemajuan dan perkembangan universitas di masa yang akan

datang.

c. Dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dalam meningkatkan mutu

universitas, dimana universitas dapat juga memberikan penilaian atas hasil

(22)

6

6

d. Untuk menambah perbendaharaan bahan bacaan dan literatur di UPT

perpustakaan yang kelak dapat digunakan sebagai bahan perbandingan

bagi mahasiswa lainnya.

2. Bagi Penulis

a. Sebagai sarana implementasi atau penerapan dari teori- teori yang didapat

selama ini, sehingga penulis menjadi tahu dan mengerti atas teori-teori

yng telah diterima di bangku kuliah.

b. Untuk memperkaya pengalaman dan menambah pengetahuan penulis di

bidang manajemen sumber daya manusia pada umumnya.

F. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang memuat garis besar isi

penelitian ini. Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah,

perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam bab ini diuraikan arti manajemen, arti manajemen sumber daya

manusia, arti sikap karyawan secara umum, program pelatihan 5S,

lingkungan kerja.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan tentang metodologi penelitian yang

(23)

dan waktu penelitian, data yang dibutuhkan, teknik pengumpulan data

dan teknik analisis data.

BAB IV Dalam hal ini diuraikan tentang sejarah perusahaan (Universitas

Sanata Dharma), struktur organisasi, lokasi perusahaan.

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN MASALAH

Dalam bab ini diuraikan pembahasan masalah dan analisis data

mengacu pada teori-teori yang penulis gunakan serta interpretasinya.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini diuraikan keterbatasan penelitian, kesimpulan yang

(24)

8

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Sikap

1. Pengertian Sikap

Apakah sebenarnya pengertian sikap itu? Ada banyak definisi telah

kemukakan oleh para ahli. Dari kesemuanya itu, pada umumnya definisi

tersebut dapat dimasukkan ke dalam salah satu di antara tiga kerangka

pemikiran. Pertama adalah kerangka pemikiran yang diwakili oleh para ahli

psikologis seperti Louis Thurstone (beliau ini perintis di bidang pengukuran

sikap) dan Charles Osgood. Menurut mereka ini sikap adalah suatu bentuk

evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap objek adalah perasaan

mendukung atau memihak(favorable)ataupun perasaan tidak mendukung (no

favorable) objek tersebut. Formulasi oleh Thurstone sendiri mengatakan

bahwa sikap adalah derajat afek negatif yang dikaitkan dengan suatu objek

psikologis.

Ahli yang lain, seperti Gordon Allport (beliau ini terkenal di bidang

psikologi sosial dan psikologi kepribadian), mempunyai konsep tentang sikap

lebih kompleks. Menurut Allport, sikap merupakan semacam kesiapan untuk

bereaksi terhadap sesuatu objek dengan cara-cara tertentu sepertinya tidak

(25)

kecenderungan potensial untuk bereaksi apabila individu dihadapkan pada

suatu stimulus yang menghendaki adanya respon.

Kelompok pemikiran yang ketiga adalah kelompok yang berorientasi

kepada teori kognitif. Menurut kelompok ini, suatu sikap merupakan kostelasi

komponen kognitif, afektif, dan konatif, yang berinteraksi dalemahami,

merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek.

Sebuah sikap merupakan suatu keadaan siap mental, yang dipelajari dan

diorganisasi menurut pengalaman dan yang menyebabkan timbulnya

pengaruh khusus atau reaksi seseorang terhadap objek-objek dan

situasi-situasi dengan siapa ia berhubungan. Sikap akan menempatkan seseorang ke

dalam suatu pikiran menyukai sesuatu, bergerak mendekat atau menjauhi

sesuatu tersebut. Salah satu teori mengatakan bahwa manusia berupaya untuk

mencari suatu keselarasan antara keyakinan mereka dan perasaan mereka

terhadap objek-objek yang sedang dihadapinya. Teori tersebut

mengasumsikan bahwa manusia memiliki sikap yang terstruktur yang terdiri

dari berbagai macam komponen-komponen efektif dan kognitif. Keterkaitan

antara komponen-komponen tersebut berarti bahwa perubahan yang terjadi

pada salah satu komponen akan menyebabkan timbulnya perubahan pada

komponen lain.

Beberapa pengertian sikap telah dikemukakan di atas, tidak satu pun di

antara titik pandang mengenai sikap tersebut yang kita pegang secara

(26)

1

100

sikap ternyata tidaklah mudah dilakukan dengan berpegang hanya pada satu

batasan saja. Apalagi dalam pembahasan yang menyangkut tidak hanya

mengenai organisasi sikap serta strukturnya saja, akan tetapi mengenai pula

aspek pengukuran sikap yang menghendaki adanya definisi operasional yang

lebih kongkrit penerjemahannya dalam bentuk batasan yang terukur

(measurable).

Dilihat dari strukturnya, sikap terdiri dari tiga komponen yang saling

menunjang, yaitu komponen kognitif (cognitive), komponen afektif

(affective), dan komponen konatif (conative). Komponen kognitif berupa apa

yang dipercayai oleh subjek pemilik sikap, komponen afektif merupakan

komponen perasaan yang menyangkut aspek emosional, dan komponen

konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan

sikap yang dimiliki oleh subjek.

Kothandapani merumuskan ketiga komponen tersebut sebagai komponen

kognitif (kepercayaan atau beliefs), komponen emosional (perasaan), dan

komponen perilaku (tindakan).

Mann menjelaskan bawa komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan,

dan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Seringkali komponen

kognitif ini dapat disamakan dengan pandangan (opini), terutama apabila

menyangkut masalah isyu atau problem yang kontraversial. Komponen afektif

(27)

masalah emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling

dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan

terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin merubah sikap seseorang.

Komponen perilaku berisi tendensi

Komponen afektif (affective) merupakan komponen emosional atau

perasaan. Komponen kognitif sebuah sikap terdiri dari persepsi, opini dan

keyakinan-keyakinan seseorang. Komponen perilaku sebuah sikap

berhubungan dengan kecenderungan seseorang untuk bertindak terhadap

seseorang atau hal tertentu dengan cara tertentu (Winardi, 1992:51).

Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh

individu. Interaksi sosial mengandung arti lebih daripada sekedar adanya

kontak sosial dan hubungan antar individu sebagai anggota kelompok sosial.

Dalam interaksi sosial, terjadi hubungan saling mempengaruhi di antara

individu yang satu dengan yang lain, terjadi hubungan timbal balik yang turut

mempengaruhi pola perilaku masing-masing individu sebagai anggota

masyarakat. Lebih lanjut, interaksi sosial itu meliputi hubungan antara

individu dengan lingkungan fisik maupun lingkungan psikologis di

sekelilingnya.

Dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap

tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang di hadapannya. Di antara

(28)

1

122

pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi

atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri

individu.

B. Pengertian Manajemen

Manajemen dalam bahasa Inggrismanagementberasal dari katamanageyang

berarti mengatur. Manajemen sering diartikan sebagai ilmu dan seni yang

mengatur proses pemanfaatan sumber daya lain secara efektif dan efisiens untuk

mencapai tujuan tertentu, sedangkan tujuan yang diinginkan tergantung pada jenis

organisasi yang bersangkutan. Pada organisasi perusahaan, maka tujuannya

adalah untuk mendapatkan laba dan prinsip kegiatannya adalah ekonomis

rasional. Sedangkan pada organisasi sosial tujuannya adalah memberikan

pelayanan dan prinsip kegiatannya adalah pengabdian.

Banyak definisi atau pengertian manajemen oleh para ahli seperti

dikemukakan oleh Handoko (1992:8):

“Manajemen adalah seni dari dalam menyelesaikan pekrjaan melalui orang

lain”. Sedangkan menurut Stoner (1988:9) : manajemen adalah proses

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan usaha-usaha para

anggota organisasi dan pengadaan sumber daya-sumber daya organisasi agar

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dari beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen

(29)

terhadap sumber daya manusia dan sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan.

C. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan faktor yang utama dalam pelaksanaan

proses kegiatan pada suatu organisasi, baik yang bergerak pada bidang jasa

maupun yang menghasilkan barang. Sumber daya manusia merupakan pelaku

utama dalam setiap kegiatan yang dapat mengambil keputusan. Agar suatu

organisasi dapat mencapai tujuan yang ditetapkan haruslah memperhatikan

manajemen sumber daya manusia.

Beberapa pendapat ahli mengenai definisi manjemen sumber daya manusia

antara lain:

Manajemen sumber daya manusia adalah perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan dan pengendalian atas pengadaan tenaga kerja, pengembangan,

kompensasi, integrasi, pemeliharaan dan pemutusan hubungan kerja karyawan

dengan sumber daya manusia untuk mencapai sasaran perorangan, organisasi dan

masyarakat (Filippo, 1990 : 5).

Pendapat lainnya yaitu manajemen sumber daya manusia adalah penarikan,

seleksi, pengembangan, pemeliharaan,dan penggunaan sumber daya manusia

untuk mencapi tujuan baik tujuan-tujuan individu maupun tujuan-tujuan

organisasi (Handoko, 1992 : 4). Dan juga manajemen sumber daya manusia

adalah suatu ilmu seni untuk melaksanakan planning, organizing, controlling

sehingga efektifitas dan efisiensi personalia dapat ditingkatkan semaksimal

(30)

1

144

Maka berdasarkan definisi-definisi diatas, fungsi manajemen sumber daya

manusia dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu:

1. Fungsi manajerial, terdiri dari:

a. Perencanaan

Manajemen sumber daya manusia berfungsi untuk memutuskan apa yang

akan dikerjakan, menetapkan tujuan perusahaan, menentukan strategi dan

memilih strategi tindakan.

b. Pengorganisasian

Cara manajer membagi-bagikan pekerjaan yang akan dikerjakan dan

struktur yang harus dikembangkan untuk memastikan bahwa pekerjaan

tersebut telah diselesaikan dengan baik.

c. Pengarahan

Pencapaian tujuan-tujuan organisasi dengan memotivasi dan membimbing

para bawahan melalui pengertian perilaku manusia dalam pekerjaan,

komunikasi, motivasi dan kepemimpinan.

d. Pengawasan

Suatu prosedur untuk mengukur hasil pelaksanaan pekerjaan terhadap

tujuan-tujuan organisasi.

2. Fungsi operasional, terdiri dari:

a. Pengadaan

Merupakan fungsi operasional pertama yaitu untuk memperoleh jumlah

(31)

menyangkut juga tentang penentuan kebutuhan tenaga kerja dan

penarikannya, seleksi dan penempatannya.

b. Pengembangan

Fungsi ini dilakukan sesudah karyawan atau sumber daya manusia

diperoleh, yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam

melakukan pekerjaan sesuai dengan persyaratan ketrampilan yang diminta

oleh pekerjaan tersebut (job demands) yang pelaksanaannya melalui

pendidikan dan pelatihan.

c. Kompensasi

Memberikan balas jasa langsung dan tidak langsung baik berupa uang atau

barang kepada karyawan sebagai imbalan jasa yang diberikannya kepada

perusahaan.

d. Integrasi

Fungsi integrasi menyangkut penyesuaian keinginan dari para individu

dengan keinginan organisasi dan masyarakat.

e. Pemeliharaan

Fungsi ini berguna untuk mempertahankan dan meningkatkan kondisi

kerja yang telah ada.

f. Pelepasan

Fungsi ini berarti pemutusan hubungan kerja antara perusahaan dengan

(32)

1

166

Berdasarkan uraian diatas dapat memberikan suatu gambaran bahwa

manajemen sumber daya manusia adalah suatu bidang manajemen yang khusus

mempelajari hubungan dan peranan manusia dalam organisasi perusahaan agar

aktivitas atau kegiatan yang dilaksanakan oleh sumber daya manusia di dalam

organisasi dapat digunakan secara efektif untuk mencapai berbagai tujuan.

D. 5S (Seiri/Pemilahan, Seiton/Penataan, Seiso/Pembersihan,

Seiketsu/Pemantapan,Shitsuke/Pembiasaan)

Setiap usaha peningkatan mutu di perusahaan harus dimulai dari dasar, yaitu

dengan 5S yaitu 5 (lima) sikap kerja yang digunakan untuk mengadakan

pemilahan di tempat kerja, penataan, pembersihan, pemantapan dan pembiasaaan

yang kesemuanya diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik.

Nama 5S berasal dari lima huruf pertama istilah Jepang untuk Seiri

(pemilahan), Seiton (penataan), Seiso (pembersihan), Seiketsu (pemantapan) dan

Shitsuke (pembiasaan). Penerapan kelima sikap kerja ini dapat memberikan hasil

yang sangat menakjubkan yaitu mencegah kecelakaan, mengurangi waktu macet

mesin, meningkatkan pengendalian operasional proses dan menciptakan iklim

perusahaan yang lebih sehat.

1. Seiri(Pilah)

Memilah artinya mengelompok-mengelompokkan. Memilah dengan benar

akan memudahkan pekerjaan selanjutnya. Orang yang tidak bisa memilah

(33)

diperlukan dengan yang tidak diperlukan serta membuang yang tidak

diperlukan.

Menyimpan suatu barang atau informasi dengan tidak membedakan

kepentingannya hanya akan membutuhkan tempat ekstra dan menambah lebih

banyak pekerjaan (Prof. Yuji Aida – Univ. Kyoto, Sikap Kerja 5S, Takashi

Osada, 2000 : 40). Biasanya barang menumpuk pada rak dan laci, lorong dan

sudut ruangan, di dekat mesin/peralatan, gudang, luar bangunan, papan

pengumuman dan tempat yang gelap.

Prinsip dari pilah adalah membedakan barang yang diperlukan dan yang

tidak diperlukan serta singkirkan barang-barang yang tidak diperlukan. Ada

beberapa hambatan dalam memilah yaitu:

a. Tidak biasa memilah

b. Merasa tidak ada masalah selama ini

c. Tidak tahu bagaimana mengelompokkannya

d. Tidak biasa membuat prioritas

e. Tidak biasa fokus

Selain hambatan-hambatan di atas, ada beberapa manfaat dalam

memilah yaitu:

a. Bergerak lebih bebas

b. Bekerja lebih giat

c. Keselamatan kerja lebih terjamin

(34)

1

188

e. Disiplin terhadap barang dalam proses dapat ditegakkan

2. Seiton(Tata)

Menata berarti menyimpan barang di tempat yang tepat sehingga dapat

dipergunakan dalam keadaan diperlukan mendadak. Lama waktu untuk

mencari barang dapat minimum. Tempat yang tepat artinya memenuhi

kualifikasi mutu dan keamanan. Arti menata adalah menentukan tata letak

supaya tertata dan rapi, sehingga bilamana diperlukan secara mendadak

barang tersebut dapat ditemukan dengan cepat.

Ada beberapa prinsip dalam menata yaitu:

a. Setiap barang harus mempunyai nama atau nomor

b. Barang yang sama harus mempunyai nama yang sama

c. Tidak boleh terjadi satu barang mempunyai lebih dari satu nama

d. Setiap barang memiliki tempat yang pasti

Dalam hal ini dapat diberikan beberapa contoh penataan seperti pada rak

supermarket, rak buku perpustakaan, kearsipan tempat parkir, penyimpanan

peralatan bengkel dan rak gudang.

Ternyata ada beberapa hambatan dalam menata yaitu:

a. Merasa dapat bekerja tanpa ditata

b. Mengandalkan ingatan

c. Tidak biasa disiplin membuat catatan

(35)

a. Mudah menemukan barang yang dibutuhkan

b. Resiko kehilangan barang berkurang

c. Kenyamanan kerja terjamin

d. Penundaan proses dapat dihindari

e. Kualitas kerja terjamin

3. Seiso(Bersihkan)

Membersihkan berarti membersihkan dari kotoran, membuang sampah

dan benda-benda asing. Dengan pembersihan sekaligus terjadi proses

pemeriksaan. Ada beberapa arti dari pembersihan yaitu:

a. Menghilangkan sampah, kotoran dan barang asing untuk meperoleh

tempat kerja yang lebih bersih .

b. Melakukan inspeksi/pemeriksaan,

c. Melakukan tindakan atas penyimpangan yang ditemukan pada

pemeriksaan

d. Membersihkan bukan hanya yang kelihatan saja

Membersihkan memiliki 2 (dua) prinsip dasar yaitu:

a. Bersihkan segala sesuatu yang ada di tempat kerja

b. Jangan tinggalkan kotoran di tempat kerja

Membersihkan juga terdapat hambatan, diantaranya yaitu:

a. Biasa dengan kotor

(36)

2

200

c. Tenaga kebersihan terbatas

Selain itu terdapat pula 4 (empat) manfaat dari bersih yaitu:

a. Aman dan nyaman

b. Sehat

c. Menjamin keselamatan kerja

d. Mengurangi kesalahan kerja

4. Seiketsu(Mantap)

Agar upaya proses pilah-tata-bersih dapat berjalan terus menerus dan

semakin lebih mudah digunakan manajemen visual baik tulisan, warna,

lambang atau tanda-tanda lain. Arti dari pemantapan adalah:

a. Memelihara barang supaya tetap baik dan berfungsi normal

b. Mencegah kesalahan tidak terjadi lagi

c. Mengurangi kesalahan manusia (tidak tahu dan lupa)

d. Membuat rambu-rambu, papan petunjuk, manual dan sebagainya

Prinsip pemantapan adalah setiap orang harus mendapatkan informasi

yang dibutuhkan ditempat tersebut, tepat waktu. Namun terdapat pula

beberapa hambatan yaitu diantaranya:

a. Tidak adanya organisasi/komite yang secara khusus mengelola program

ini

b. Menganggap terjadinya kesalahan adalah sesuatu yang wajar dan biasa

(37)

Selain ketiga hambatan diatas, pemantapan memiliki beberapa manfaat yaitu:

a. Mencegah ketidakpastian

b. Mencegah kerancuan

c. Mencegah bahaya dan kecelakaan

d. Setiap orang memiliki informasi yang dibutuhkannya

e. Rambu- rambu perusahaan makin banyak dan memadai

5. Shitsuke(Biasa)

Pembiasaan tidak hanya memilki dimensi etikal, tetapi pembiasaan

merupakan membangun disiplin menjadi kebiasaan dalam membina sumber

daya manusianya, tidak membiarkan kebiasaan jelek berlangsung terus

menerus dan juga mengembangkan kebiasaan positif di tempat kerja. Arti

pembiasaan adalah sesuatu yang benar sebagai kebiasaan.

Ada 2 (dua) prinsip dasar dari pembiaan yaitu lakukan apa yang harus

dilakukan dan jangan melakukan apa yang tidak dilakukan. Selain kedua

prinsip itu, pembiasaan memiliki beberapa hambatan yaitu:

a. Kebiasaan lama yang mendarah daging

b. Kebiasaan mencari jalan pintas

c. Kebudayaan perusahaan yang kurang mendukung

d. Organisasinya lambat untuk dapat melakukan perubahan

Ada beberapa manfaat pembiasaan yaitu:

a. Membangun kehidupan sosial karyawan

(38)

2

222

c. Membangun sikap mental positif

d. Memperbaiki pola pikir

e. Membangun sikap disiplin pribadi

Manfaat diadakannya program 5S adalah:

a. Membantu karyawan dalam mencapai disiplin pribadi. Karyawan dengan

disiplin pribadi selalu melaksanakan 5S, berminat dalam kaizen

(perbaikan berkesinambungan), dan dapat dipercaya untuk memenuhi

standar.

b. Menampilkan dan menyoroti berbagai pemborosan di tempat kerja.

Memahami masalah adalah langkah pertama dalam menghapuskan

pemborosan.

c. Menghilangkan pemborosan di tempat kerja, meningkatkan proses 5S.

d. Membuat masalah kualitas menjadi jelas.

e. Meningkatkan efisiensi kerja dan mengurangi biaya operasi

f. Mengurangi kecelakaan industri dengan mengurangi keadaan lantai

berminyak, lingkungan kotor, cara berpakaian kerja serampangan, dan

operasi yang tidak aman (Masaki Imai, 1999 : 69)

E. Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja bukan sekedar berpengaruh terhadap semangat dan

kegairahan kerja tetapi juga berpengaruh pada pekerjaanya. Lingkungan kerja

(39)

dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan. Ada beberapa faktor

yang dapat dimasukkan dalam lingkungan kerja, antara lain sebagai berikut:

1. Pewarnaan

2. Kebersihan

3. Pertukaran udara

4. Penerangan

5. Musik

6. Keamanan

7. Kebisingan

Berkaitan dengan lingkungan kerja harus diperhatikan masalah warna, sebab

warna mempengaruhi jiwa seseorang yang ada disekitarnya. Lingkungan yang

bersih dapat menimbulkan rasa senang sehingga dapat mempengaruhi semangat

dan kegairahan kerja. Kita harus mengusahakan penerangan cukup, tetapi tidak

menyilaukan sebab bila hal ini dapat dilaksanakan dengan lebih baik, lebih teliti

serta kelelahan dapat dikurangi.

Pertukaran udara yang baik akan menyehatkan badan dan menimbulkan rasa

segar sehingga semangat dan kegairahan kerja dapat pula ditimbulkan. Musik

yang mengalun merdu menimbulkan suasana gembira sehingga dapat diharapkan

kelelahan pekerja berkurang dan semangat kerja mereka bertambah. Apabila

perusahaan dapat memberikan jaminan keamanan, ketenangan dalam bekerja

akan timbul sehingga semangat dan kegairahan kerja dapat ditingkatkan.

(40)

2

244

setidaknya dikurangi. Hal ini penting sebab kebisingan dapat mengganggu

kesehatan seseorang serta mengacaukan konsentrasi dalam bekerja.

F. Hipotesis

D

Daarrii tteeoorrii--tteeoorrii ddiiaattaass yyaanngg tteellaahh ddiikkeemmuukkaakkaann,, ddaappaatt ddiirruummuusskkaann hhiippootteessiiss

y

yaanngg mmeerruuppaakkaann jjaawwaabbaann sseemmeennttaarraa yyaanngg bbeerrffuunnggssii sseebbaaggaaii ppeeddoommaann aaggaarr

m

meemmppeerrmmuuddaahh jjaallaannnnyyaa ppeenneelliittiiaann.. UUnnttuukk mmaassaallaahh kkeedduuaa ppeennuulliiss mmeennggaajjuukkaann

h

hiippootteessiiss yyaaiittuu,, aaddaa perbedaan sikap kerja karyawan Universitas Sanata Dharma

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus, yaitu penelitian yang

dilakukan terhadap suatu obyek tertentu sehingga hasil penelitian ini hanya

berlaku bagi obyek yang diteliti dan tidak berlaku pada perusahaan lain atau

obyek lain.

B. Subyek Penelitian dan Obyek Penelitian

1. Subyek penelitian

Subyek penelitian yaitu orang-orang yang terlibat dalam penelitian, dalam hal

ini mereka yang bertindak sebagai pemberi informasi yang berhubungan

dengan penelitian yang dilakukan. Subyek penelitian ini hanya pada karyawan

administratif di Universitas Sanata Dharma.

2. Obyek penelitian

Obyek penelitian yaitu sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan dan

penelitian, dalam hal ini yang menjadi obyek penelitian adalah program 5S di

(42)

2

266

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian dilakukan pada Universitas Sanata Dharma.

2. Waktu penelitian

Penelitian dilakukan selama bulan Juli sampai dengan Agustus 2007.

D. Data yang Dibutuhkan

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu :

1. Data primer

Data primer yang digunakan pada kesempatan ini adalah data yang diperoleh

secara langsung di lapangan yaitu dengan beberapa cara antara lain :

Wawancara dan kuesioner.

2. Data sekunder

Data sekunder yang digunakan pada kesempatan ini adalah data yang

diperoleh dengan menyalin data yang sesuai dengan penelitian yang

dilaksanakan serta sejarah perusahaan dan struktur perusahaan dimana di

dalam penelitian ini adalah Universitas Sanata Dharma.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam usaha untuk memperoleh data serta keterangan-keterangan yang

diperlukan dalam penyusunan skripsi ini, maka penulis melakukan pengumpulan

(43)

1. Penelitian Kepustakaan (library research)

Penelitian kepustakaan dilakukan dengan membaca buku-buku literatur yang

berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.

2. Observasi (observation)

Observasi yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara pengamatan

secara langsung pada universitas untuk mengetahui keadaan perusahaan.

3. Kuesioner (quesioner)

Kuesioner disusun dengan pertanyaan tertutup, dimana kemungkinan jawaban

sudah ditentukan terlebih dahulu dan responden tidak diberi kesempatan

untuk memberi jawaban lain. Kuesioner dimaksudkan untuk mendapatkan

data tentang sikap karyawan terhadap program 5S di lingkungan kerja mereka

saat ini.

F

F.. PoPoppuullaassii,,SaSammppeellddaannTeTekknniikkPePennggaammbbiillaannSaSammppeell

P

Pooppuullaassii aaddaallaahh wwiillaayyaahh ggeenneerraalliissaassii yyaanngg tteerrddiirrii aattaass oobbyyeekk// ssuubbyyeekk yyaanngg

m

meemmppuunnyyaaiikkuuaalliittaassddaannkkaarraakktteerriissttiikktteerrtteennttuuyyaannggddiitteettaappkkaannoolleehhppeenneelliittiiuunnttuukk

d

diippeellaajjaarrii ddaann kkeemmuuddiiaann ddiittaarriikk kkeessiimmppuullaannnnyyaa ((SSuuggiiyyoonnoo,, 22000044::7722)).. PPooppuullaassii

d

daallaamm ppeenneelliittiiaann iinnii aaddaallaahh sseemmuuaa kkaarryyaawwaann UUnniivveerrssiittaass SSaannaattaa DDhhaarrmmaa yyaanngg

t

teerrddiirriiddaarriikkaarryyaawwaannsseekkrreettaarriiaattFFaakkuullttaassEEkkoonnoommii,, FFaakkuullttaass KKeegguurruuaannddaannIIllmmuu

P

Peennddiiddiikkaann,,FFaakkuullttaassSSaassttrraa,,FFaakkuullttaassFFaarrmmaassii,,FFaakkuullttaassTTeekknniikk,,FFaakkuullttaassTTeeoollooggii,,

F

Faakkuullttaass MMIIPPAA,,FFaakkuullttaass PPssiikkoollooggii,, UUPPTT PPeerrppuussttaakkaaaann,, BBAAAAKK,, BBAAPPSSII,, BBAAUU,,

B

(44)

2

288

S

Saammppeell aaddaallaahh bbaaggiiaann ddaarrii jjuummllaahh ddaann kkaarraakktteerriissttiikk yyaanngg ddiimmiilliikkii oolleehh

p

pooppuullaassii.. AAppaa yyaanngg ddiippeellaajjaarrii ddaarrii ssaammppeell,, kkeessiimmppuullaannnnyyaa aakkaann ddiibbeerrllaakkuukkaann

u

unnttuukk ppooppuullaassii ((SSuuggiiyyoonnoo,, 22000044::7733)).. DDaallaamm ppeenneelliittiiaann iinnii ppeennuulliiss mmeenneettaappkkaann

s

seebbaannyyaakk 112200 kkaarryyaawwaann UUnniivveerrssiittaass SSaannaattaa DDhhaarrmmaa (( 2

1 Ne N n

 ==

120 ) % 5 ( 171 1

171

2 

 

n )) sseebbaaggaaii ssaammppeell ddaarrii ppooppuullaassii jjuummllaahh mmaahhaassiisswwaa

s

seebbaannyyaakk 117711 oorraanngg,, ddeennggaann tteekknniikk ppeennggaammbbiillaann ssaammppeell yyaanngg ddiippiilliihh aaddaallaahh

m

meettooddee PPrrooppoorrttiioonnaall PPuurrppoossiivvee SSaammpplliinngg.. MMeettooddee PPrrooppoorrttiioonnaall PPuurrppoossiivvee

S

Saammpplliinngg aaddaallaahh mmeettooddee ssaammpplliinngg ddiimmaannaa ppeenneelliittii mmeemmbbaaggii ppooppuullaassii ddaallaamm

k

keelloommppookk--kkeelloommppookk,,ddaannjjuummllaahhrreessppoonnddeennyyaannggddiiaammbbiillddaarriikkeelloommppookktteerrsseebbuutt

m

meennuurruutt jjuummllaahh mmaassiinngg--mmaassiinngg kkeelloommppookk ddaann ppeennggaammbbiillaann rreessppoonnddeenn sseebbaaggaaii

s

saammppeell ddiillaakkuukkaann ddeennggaann ppeerrttiimmbbaannggaann--ppeerrttiimmbbaannggaann tteerrtteennttuu.. PPeerrttiimmbbaannggaann

t

teerrsseebbuutt ddiiaannttaarraannyyaa aaddaallaahh,, rreessppoonnddeenn bbeennaarr--bbeennaarr mmaahhaassiisswwaa SSaannaattaa DDhhaarrmmaa

d

daann ddaallaamm ssiittuuaassii yyaanngg mmeemmuunnggkkiinnkkaann uunnttuukk ddiijjaaddiikkaann ssuubbyyeekk ppeenneelliittiiaann..

A

(45)

T

Taabbeell3.3.11

P

PeennyyeebbaarraannSaSammppeellUnUnttuukkMaMassiinngg--MMaassiinnggKKaarryyaawwaann

N

Noo KKaarryyaawwaannAAddmmiinniissttrraattiiff JJmmllhh

K

Kaarryyaawwaann %% PPoorrssii

1

1 BBAAAAKK 88 55 66

2

2 BBAAPPSSII 66 33..55 44

3

3 BBAAUU 1166 99 1111

4

4 BBiirrooKKeeuuaannggaann 1111 66 77 5

5 BBiirrooPPeerrssoonnaalliiaa 66 33..55 44 6

6 FFaakkuullttaassEEkkoonnoommii 66 33..55 44 7

7 FFaakkuullttaassSSaassttrraa 55 33 44 8

8 FFaakkuullttaassKKeegguurruuaannddaannIIllmmuuPPeennddiiddiikkaann 1155 99 1111

9

9 FFaakkuullttaassFFaarrmmaassii 1199 1111 1133

1

100 FFaakkuullttaassTTeekknniikk 1122 77 88 1

111 FFaakkuullttaassTTeeoollooggii 88 55 66 1

122 FFaakkuullttaassMMIIPPAA 55 33 44 1

133 FFaakkuullttaassPPssiikkoollooggii 88 55 66 1

144 LLPPPPMM 2233 1133..55 1166

1

155 UUPPTTPPeerrppuussttaakkaaaann 88 55 66 1

166 RReekkttoorraatt 77 44 55

1

177 KKaannttoorrYYaayyaassaann 77 44 55 1

17711 110000 112200

G

G.. TeTekknniikkPPeenngguujjiiaannInInssttrruummeennPePenneelliittiiaann

1

1.. UUjjiiVVaalliiddiittaass

S

Seebbeelluummkkuueessiioonneerrddiigguunnaakkaannddaallaammppeenneelliittiiaannyyaannggsseessuunngggguuhhnnyyaa,,kkuueessiioonneerr

d

diiuujjii ccoobbaa tteerrlleebbiihh ddaahhuulluu.. PPeellaakkssaannaaaann uujjii ccoobbaa kkuueessiioonneerr ddiimmaakkssuuddkkaann uunnttuukk

m

meennggeettaahhuuii kkeessaahhiihhaannbbuuttiirr ((vvaalliiddiittaass)).. UUjjiiccoobbaa iinnssttrruummeenniinnii mmeenngggguunnaakkaann 3300

o

(46)

3

300

“SSeebbuuaahh iinnssttrruummeenn yyaanngg vvaalliidd bbeerraarrttii aallaatt uukkuurr yyaanngg ddiigguunnaakkaann uunnttuukk

m

meennddaappaattkkaann ddaattaa ((mmeenngguukkuurr)) iittuu vvaalliidd.. VVaalliidd bbeerraarrttii iinnssttrruummeenn tteerrsseebbuutt ddaappaatt

d

diigguunnaakkaannuunnttuukkmmeenngguukkuurraappaayyaannggsseehhaarruussnnyyaaddiiuukkuurr””..((SSuuggiiyyoonnoo,,22000044::110099))

P

Peenneelliittiiaanniinniimmeenngggguunnaakkaannuujjiivvaalliiddiittaassyyaannggddiillaakkuukkaannddeennggaannaannaalliissiissbbuuttiirr..

U

Unnttuukkppeenngguujjiiaann vvaalliiddiittaass iinnssttrruummeenn ddiigguunnaakkaann tteekknniikk kkoorreellaassii pprroodduucctt mmoommeenntt

d

deennggaannrruummuuss::

R

Ruummuuss::rrxxyy==



2 2 2 2 ) ( . . ) ( . ) )( ( . Y Y N X X N Y X XY N           K

Keetteerraannggaann::

r

rxxyy ::KKooeeffiissiieennkkoorreellaassiipprroodduukkmmoommeenntt N ::JJuummllaahhssuubbyyeekk

XY

 ::JJuummllaahhddaarriihhaassiillppeerrkkaalliiaannaannttaarraasskkoorrxxddaannSSkkoorryy

X

 ::JJuummllaahhddaarriisskkoorr--sskkoorrXX

Y

 ::JJuummllaahhddaarriisskkoorr--sskkoorrYY

2

X

 ::JJuummllaahhddaarriippeennggkkuuaaddrraattaannsskkoorr--sskkoorrXX

2

Y

 ::JJuummllaahhddaarriippeennggkkuuaaddrraattaannsskkoorr--sskkoorrYY

2

)

(X ::HHaassiillppeennggkkuuaaddrraattaannddaarriisseelluurruuhhsskkoorrXX

2

)

(Y ::HHaassiillppeennggkkuuaaddrraattaannddaarriisseelluurruuhhsskkoorrYY

D

Daarrii ppeerrhhiittuunnggaann tteerrsseebbuutt aakkaann ddiikkeettaahhuuii vvaalliiddiittaass mmaassiinngg--mmaassiinngg bbuuttiirr

p

peerrttaannyyaaaann..KKrriitteerriiaavvaalliiddiittaassaaddaallaahhjjiikkaarrxxyy≥≥rrttaabbeellkkoorreellaassiipprroodduukkmmoommeennttppaaddaa t

taarraaffssiiggnniiffiikkaannssii55%%

2

2.. UUjjiiRReelliiaabbiilliittaass

S

Seetteellaahhmmeellaakkuukkaannuujjiivvaalliiddiittaassmmaakkaaiinnssttrruummeenniittuuppeerrlluuddiiuujjiillaaggiiddeennggaannuujjii

r

(47)

i

innssttrruummeenn uunnttuukk ddiippeerrccaayyaa.. UUnnttuukk uujjii rreelliiaabbiilliittaass ddaallaamm ppeenneelliittiiaann iinnii

m

meenngggguunnaakkaann tteekknniikk ppeenngguujjiiaann kkooeeffiissiieenn aallpphhaa CCrroonnbbaacchh.. UUnnttuukk mmeennccaarrii

r

reelliiaabbiilliittaass iinnssttrruummeenn yyaanngg sskkoorrnnyyaa bbuukkaann 00 –– 11,, tteettaappii mmeerruuppaakkaann rreennttaannggaann

a

annttaarraabbeebbeerraappaanniillaaii,,mmiissaallnnyyaa00––1100aattaauu00––110000aattaauubbeennttuukksskkaallaa11––33,,11––55,,

a

attaauu11––77ddaannsseetteerruussnnyyaaddaappaattmmeenngggguunnaakkaannkkooeeffiissiieennaallpphhaa((αα))ddaarriiCCrroonnbbaacchh (

(HHuusseeiinnUUmmaarr,,22000033::9966))..RRuummuusstteerrsseebbuuttddiittuulliisssseeppeerrttiibbeerriikkuutt::

             

 1 22

1 r t b k k   D

Diimmaannaa::

r

rxxyy ==RReelliiaabbiilliittaassiinnssttrruummeenn k

k ==BBaannyyaakknnyyaabbuuttiirrppeerrttaannyyaaaann

tt22 ==VVaarriiaannttoottaall

∑bb22==JJuummllaahhvvaarriiaannbbuuttiirr

U

Unnttuukk mmeenneennttuukkaann aappaakkaahh iinnssttrruummeenn tteerrsseebbuutt rreelliiaabbeell aattaauu ttiiddaakk ddiigguunnaakkaann

k

keetteennttuuaannsseebbaaggaaiibbeerriikkuutt::

 JJiikkaarrxxyy≥≥rrttaabbeellddeennggaannttaarraaffssiiggnniiffiikkaassii55%%mmaakkaaiinnssttrruummeenntteerrsseebbuuttrreelliiaabbeell

 JJiikkaa rrxxyy<< rrttaabbeell ddeennggaann ttaarraaff ssiiggnniiffiikkaannssii 55%%mmaakkaa iinnssttrruummeenn tteerrsseebbuutt ttiiddaakk

r

reelliiaabbeell..

U

Ujjii vvaalliiddiittaass ddaann rreelliiaabbiilliittaass iinnssttrruummeenn ddii aattaass yyaanngg ddiippaappaarrkkaann tteekknniissnnyyaa

s

seeccaarraa mmaannuuaall,, kkiirraannyyaa ppeerrlluuddiibbaannttuuddeennggaannppaappaarraanntteekknniiss ppeennggoollaahhaann mmeellaalluuii

d

(48)

3

322

m

meennggoollaahhddaattaavvaalliiddiittaassddaann rreelliiaabbiilliittaass iinnii ppeennuulliiss mmeemmaannffaaaattkkaann ffaassiilliittaass ppaakkeett

s

sooffttwwaarreeSSPPSSSSvveerrssii1100..00

H. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data tentang sikap karyawan terhadap terhadap

pelaksanaan 5S di lingkungan kerja digunakan Teknik Beda Semantik (Semantic

Differential Technique).

Osgood, Suci, dan Tannenbaum (1975) mengembangkan teknik beda

semantik dalam studi mereka mengenai pengukuran arti atau makna kata.

Menurut mereka, tehnik ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sarana

pengukuran psikologis dalam berbagai aspek, seperti dalam bidang kepribadian,

sikap komunikasi dan sebagainya.

Dalam bab ini akan saya kemukakan penggunaan teknik beda semantik

(semantik differensial technique) guna penyusunan skala yang dapat digunakan

untuk pengungkapan sikap. Teknik ini mempunyai karakteristik khusus yang

menjadikan untuk apabila dibandingkan dengan metode-metode yang lain. Salah

satu keunikan itu adalah pada cara subjek memberikan respon terhadap item

dalam skala beda semantik, dalam hal ini subjek tidak diminta untuk memberikan

respon setuju tidak setuju, akan tetapi diminta untuk memberikan bobotjudgment

mereka terhadap stimulus menurut kata sifat yang ada pada setiap kontinum

dalam skala. Untuk mengantar kepada penyusunan skala sikap dengan beda

semantik, baiklah kita ikuti lebih dahulu apa yang dikatakan oleh Osgood dan

(49)

Sikap, oleh mereka, diidentifikasikan sebagai salah satu dimensi makna secara

umum. Mereka juga menemukan adanya bukti prinsip umum yang dapat

menentukan proses kognitif yang mereka sebut prinsip kesesuaian atau principle

of congruity. Mengenai definisi sikap, mereka membatasinya sebagai

tendensi-tendensi untuk mendekati atau menghindari, untuk menerima atau menolak,

sebagaifavorabel. Dengan demikian, maka sikap dapat diilustrasikan dalam suatu

kontinum yang mempunyai dua kutub dengan titik nol atau titik netral berada di

tengah-tengah. Sikap mempunyai arah dan intensitas dan keduanya ini menjadi

dasar dalam memberikan indeks kuantitatif bagi respon sikap.

Dari segi operasi pengukuran dengan beda semantik, Osgood dkk.

mendefinisikan “makna” suatu konsep sebagai alokasinya pada suatu titik yang

yang berada dalam ruang semantik yang multidimensional. Dari sana kemudian

sikap terhadap suatu konsep dapat didefinisikan pula sebagai projeksi titik

tersebut pada dimensi evaluatif dalam ruang semantik yang dimaksudkan.

1. Prosedur Pengukuran

Dengan definisi dan rasional di atas, maka guna memberikan indeks sikap

perlu digunakan serangkaian skala yang mempunyai bobot tinggi pada

faktor-faktor evaluatif sesuai dengan konsepsi umum sebagaimana telah dihasilkan oleh

studi yang dilakukan oleh Osgood dkk. Sebenarnya apa yang dimaksudkan oleh

mereka sebagai skala dalam hal ini adalah rangkaian kata sifat yang menunjuk

kepada karakteristik stimulus yang disajikan kepada subjek. Bila dalam studi

(50)

3

344

“optimis-pesimistik”, “positif-negatif”, dan lain-lain sebagai memiliki bobot

faktor evaluatif yang tinggi melalui prosedur kompleks yang disebut analisis

faktor, maka dalam penyusunan skala sikap dalam bahasa Indonesia seharusnya

prosedur yang serupa perlu ditempuh. Akan tetapi, untuk kegunaan skala sikap

yang bertujuan pengungkapan sikap dalam cakupan atau tujuan yang tidak terlalu

luas, maka suatu studi yang tidak harus sangat mendalam kiranya dapatlah

menghasilkan kumpulan kata sifat yang relevan dengan tujuan yang diinginkan.

Apabila serangkaian kata sifat yang menunjukkan ciri atau karakteristik

stimulus tunggal pada setiap rangkaian, dan diikuti oleh kontinum-kontinum

psikologis yang ujung-ujungnya berisi kata sifat yang berlawanan. Sebagai

contoh, objek sikap adalah “Program 5S”. Objek sikap ini kemudian dijadikan

stimulus yang diikuti oleh pasangan kata sifat berlawanan dalam suatu kontinum

psikologis sebagai berikut:

PROGRAM 5S

baik + _ _ _ + _ _ _ + _ _ _ + _ _ _ + _ _ _ + _ _ _ + _ _ _ + buruk

pantas + _ _ _ + _ _ _ + _ _ _ + _ _ _ + _ _ _ + _ _ _ + _ _ _ + tidak pantas

Dalam contoh ini, kata sifat yang berada di sebelah kiri kontinum merupakan

kata sifat yang berada di sebelah kanan kontinum merupakan kata sifat yang tidak

favorabel. Tentu saja penempatan kata sifat yang favorabel tidak harus selalu

(51)

Garis kontinum dari satu kutub kata sifat menuju ke kutub kata sifat yang

berlawanan menunjukkan posisi respon evaluatif objek terhadap stimulus atau

menunjukkan interpretasi makna terhadap objek sikap yang disajikan bagi setiap

subjek. Dalam memberi respon terhadap stimulus dengan teknik beda semantik,

subjek diminta menempatkan persepsi atau eveluasinya terhadap stimulus

menurut masing-masing kata yang ada pada ujung kontinum. Misalnya, subjek

dapat menempatkan responnya pada posisi paling ujung kiri. Apabila ia

memandang program 5S sebagai sesuatu yang tidak begitu baik atau mendekati

buruk, ia dapat menempatkan responnya pada posisi nomor 2 atau nomor 3 dari

kanan. Jelaslah bahwa subjek tidak diminta untuk menjawab setuju atau tidak

setuju kepada objek sikap, melainkan diminta untuk memberikan respon atau

memberikan respon netral, ia dapat meletakkan responnya pada posisi di

tengah-tengah kontinum. Dengan demikian, respon subjek tidak saja menunjukkan

arahnya tetapi juga menunjukkan intensitasnya.

Suatu skala sikap yang dibuat dengan teknik beda semantik, pada umumnya

tidak memerlukan rangkaian kata sifat yang berjumlah banyak. Sebagaimana

berlaku pada hampir segala bentuk skala, dengan skala beda semantik pun lebih

baik mempunyai item yang sedikit dengan daya beda tinggi daripada memiliki

(52)

3

366

2. Cara Pemberian Angka

Kontinum psikologis pada teknik ini dibagi atas 7 bagian yang diberi angka 1

sampai dengan 7 mulai dari kutub tak favorabel sampai dengan kutub favorabel.

Apabila peletakan kutub favorabel-tak favorabel itu dibalik, maka peletakan

angka skoringnya pun disesuaikan sehingga perlu dibalik. Ilustrasinya adalah

sebagai berikut :

kutub + _ _ _ + _ _ _ + _ _ _ + _ _ _ + _ _ _ + _ _ _ + _ _ _ + kutub

non favorable favorable

Cara pemberian angka seperti ini adalah cara yang telah disederhanakan,

dimana angka 1 berarti adanya arah sikap yang tak favorabel dengan intensitas

tinggi sedangkan angka 7 menunjukkan adanya sikap yang favorabel dengan

intensitas yang paling tinggi pula. Makin mendekati ke tengah kontinum, maka

arah sikap makin menjadi kurang jelas dan intensitasnya pun berkurang. Suatu

posisi respon yang diletakkan pada angka 4, yaitu di tengah-tengah berarti adanya

kenetralan sikap terhadap objek yang bersangkutan bila dikaitkan dengan

kata-sifat yang berada pada kedua kutub kontinum. Untuk memperoleh cara pemberian

angka yang lebih cermat, diperlukan prosedur penghitungan bobot faktor evaluatif

bagi setip kata-sifat, dan hal itu akan merupakan prosedur yang memerlukan

(53)

dengan kecermatan yang diperlukan. Kiranya dengan cara skoring yang

disederhanakan ini, tujuan pengukuran sikap masih akan dapat tercapai.

Suatu skala yang lengkap akan teriri atas beberapa item, yaitu beberapa

kontinum kata-sifat yang berbeda. Bila untuk setiap item subjek telah

memberikan responnya, dan untuk setiap respon telah diberikan skor item, maka

skor skala secara keseluruhan diperoleh dengan cara menjumlahkan saja skor

kesemua item.

3

3.. AnAnaalliissiissVaVarriiaannss(A(ANNOOVVAA))

A

Allaatt aannaalliissiiss yyaanngg aakkaann ddiippaakkaaii ddaallaamm ppeenneelliittiiaann iinnii mmeenngggguunnaakkaann aannaalliissiiss

A

ANNOOVVAA yyaanngg bbeerrgguunnaa uunnttuukk mmeennggeettaahhuuii aaddaa ttiiddaakknnyyaa ppeerrbbeeddaaaann ssiikkaapp kkeerrjjaa

k

kaarryyaawwaann UUnniivveerrssiittaass SSaannaattaa DDhhaarrmmaa tteerrhhaaddaapp ppeellaakkssaannaaaann 55SS ddii lliinnggkkuunnggaann

k

keerrjjaammeerreekkaabbeerrddaassaarrkkaannjjeenniisskkeellaammiinn,,uussiiaa,,ddaannttiinnggkkaattppeennddiiddiikkaann..

M

Meennuurruutt IImmaamm GGhhoozzaallii ((22000011::2266)),, AAnnaallyyssiiss ooff vvaarriieennccee mmeerruuppaakkaann mmeettooddee

u

unnttuukkmmeenngguujjiihhuubbuunnggaannaannttaarraassaattuuvvaarriiaabbeellddeeppeennddeenn((mmeettrriikk))ddeennggaannssaattuuaattaauu

l

leebbiihhvvaarriiaabbeell iinnddeeppeennddeenn ((nnoonnmmeettrriikkaattaauu kkaatteeggoorriiaall)).. AAnnoovvaa ddiigguunnaakkaann uunnttuukk

m

meennggeettaahhuuii ppeennggaarruuhh uuttaammaa ((mmaaiinn eeffffeecctt)) ddaann ppeennggaarruuhh iinntteerraakkssii ((iinntteerraaccttiioonn

e

effffeecctt)) ddaarrii vvaarriiaabbeell iinnddeeppeennddeenn kkaatteeggoorriiaall ((sseerriinngg ddiisseebbuutt ffaakkttoorr)) tteerrhhaaddaapp

v

vaarriiaabbeell ddeeppeennddeenn mmeettrriikk.. PPeennggaarruuhh uuttaammaa aaddaallaahh ppeennggaarruuhh llaannggssuunngg vvaarriiaabbeell

i

innddeeppeennddeenn tteerrhhaaddaapp vvaarriiaabbeell ddeeppeennddeenn.. SSeeddaannggkkaann ppeennggaarruuhh iinntteerraakkssii aaddaallaahh

p

peennggaarruuhh bbeerrssaammaa dduuaa aattaauu lleebbiihh vvaarriiaabbeell iinnddeeppeennddeenn tteerrhhaaddaapp vvaarriiaabbeell

d

(54)

3

388

P

PeenngguujjiiaanniinniiddiillaakkuukkaannuunnttuukkmmeemmbbuukkttiikkaannHHiippootteessiiss22..DDaallaammaannaalliissiissddaattaa

i

innii ddiigguunnaakkaann AAnnaallyyssiiss ooff VVaarriiaannccee ((AANNOOVVAA)) ddeennggaann mmeenngggguunnaakkaann pprrooggrraamm

S

SPPSSSSffoorrWWiinnddoowwss..

L

Laannggkkaahh--llaannggkkaahhppeenngguujjiiaannAANNOOVVAAaaddaallaahhsseebbaaggaaiibbeerriikkuutt::

1

1))MMeennyyuussuunnhhiippootteessiiss((HH22))

H

H22:: AAddaa ppeerrbbeeddaaaann ssiikkaapp kkeerrjjaa kkaarryyaawwaann UUnniivveerrssiittaass SSaannaattaa DDhhaarrmmaa

t

teerrhhaaddaapp ppeellaakkssaannaaaann 55SS ddii lliinnggkkuunnggaann kkeerrjjaa mmeerreekkaa bbeerrddaassaarrkkaann jjeenniiss

k

keellaammiinn,,uussiiaa,,ddaannttiinnggkkaattppeennddiiddiikkaann..

2

2)) MMeenneennttuukkaann nniillaaii kkrriittiiss ppaaddaa ppeenngguujjiiaann AANNOOVVAA ddeennggaann ttiinnggkkaatt

s

siiggnniiffiikkaannssii55%%

3

3)) KKrriitteerriiaaPPeenngguujjiiaann

--JJiikkaapp--vvaalluuee>>00,,0055,,mmaakkaaHH22ddiittoollaakk

--JJiikkaapp--vvaalluuee≤≤00,,0055,,mmaakkaaHH22ddiitteerriimmaa 4

4)) MMeelliihhaattkkeessiimmppuullaannddaarriihhaassiilluujjiiAANNOOVVAAaaddaallaahhsseebbaaggaaiibbeerriikkuutt::

a

a))JJiikkaaddiippeerroolleehhnniillaaiippvvaalluuee>>00,,0055,,mmaakkaaHH22ddiittoollaakkyyaannggbbeerraarrttiittiiddaakkaaddaa..

p

peerrbbeeddaaaann ssiikkaapp kkeerrjjaa kkaarryyaawwaann UUnniivveerrssiittaass SSaannaattaa DDhhaarrmmaa tteerrhhaaddaapp

p

peellaakkssaannaaaann55SS ddii lliinnggkkuunnggaann kkeerrjjaammeerreekkaabbeerrddaassaarrkkaannjjeenniiss kkeellaammiinn,, uussiiaa,,

d

daannttiinnggkkaattppeennddiiddiikkaann..

b

b)) JJiikkaa ddiippeerroolleehh nniillaaii pp vvaalluuee ≤≤ 00,,0055,, mmaakkaa HH22 ddiitteerriimmaa yyaanngg bbeerraarrttii aaddaa p

peerrbbeeddaaaann ssiikkaapp kkeerrjjaa kkaarryyaawwaann UUnniivveerrssiittaass SSaannaattaa DDhhaarrmmaa tteerrhhaaddaapp

p

peellaakkssaannaaaann55SS ddii lliinnggkkuunnggaann kkeerrjjaammeerreekkaabbeerrddaassaarrkkaannjjeenniiss kkeellaammiinn,, uussiiaa,,

d

(55)

B BAABBIVIV

S

SEEJJAARRAAHHDADANNGAGAMMBBAARRAANNUMUMUUMM

U

UNNIIVVEERRSSIITTAASSSASANNAATTAADHDHAARRMMAA

A

A.. PTPTPPGGSaSannaattaaDhDhaarrmmaa(1(1995555--11995588))

I

Iddee uunnttuukk mmeennddiirriikkaann PPeerrgguurruuaann ttiinnggggii PPeennddiiddiikkaann GGuurruu ((PPTTPPGG)) oolleehh pprrooff..

M

Moohh.. YYaammiinn,, SS..HH.. ((MMeenntteerrii PPeennddiiddiikkaann,, PPeennggaajjaarraann ddaann KKeebbuuddaayyaaaann RRII)) ppaaddaa

t

taahhuunn11995500--aannddiissaammbbuuttbbaaiikkoolleehhppaarraaiimmaannkkaattoolliikk,,tteerruuttaammaaoorrddoossoocciieettaassJJeessuuss

(

(SSeerriikkaattYYeessuussyyaannggllaazziimmddiissiinnggkkaattSSJJ))..WWaakkttuuiittuuoorrddoo--oorrddooiinniitteellaahhmmeemmbbuukkaa

k

kuurrssuuss--kkuurrssuuss BB11,, aannttaarraa llaaiinn BB11 mmeennddiiddiikk ((YYaayyaassaann DDee BBrriittttoo)) ddii YYooggyyaakkaarrttaa

y

yaannggddiikkeelloollaaoolleehhPPaatteerrHH.. LLooeeffff,, SS..JJ..ddaann BB11bbaahhaassaaIInnggggrriiss((YYaayyaassaannLLooyyoollaa))

d

dii SSeemmaarraanngg yyaanngg ddiikkeelloollaa oolleehh ppaatteerr WW..JJ.. VVaann ddeerr MMeeuulleenn,, SS..JJ.. ddaann ppaatteerrHH..

B

Baassttiiaaaannssee,, SS..JJ.. ddeennggaann dduukkuunnggaann ddaarrii CCoonnggggrreeggaattiioo ddee PPrrooppaaggaannddaa FFiiddee,,

s

seellaannjjuuttnnyyaa ppaatteerr KKeesstteerr yyaanngg wwaakkttuu iittuu mmeennjjaabbaatt sseebbaaggaaii SSuuppeerriioorr MMiissiioonnaarriiss

S

SeerriikkaattYYeessuussmmeennggggaabbuunnggkkaannkkuurrssuuss--kkuurrssuussiinniimmeennjjaaddiisseebbuuaahhppeerrgguurruuaannttiinnggggii

d

daannllaahhiirrllaahhPPTTPPGGSSaannaattaaDDhhaarrmmaappaaddaattaannggggaall2200OOkkttoobbeerr11995555ddaannddiirreessmmiikkaann

o

olleehhppeemmeerriinnttaahhppaaddaattaannggggaall1177DDeesseemmbbeerr11995555

P

Paaddaa aawwaallnnyyaa PPTTPPGG SSaannaattaa DDhhaarrmmaa mmeemmppuunnyyaaii 44 JJuurruussaann,, yyaaiittuu BBaahhaassaa

I

Innggggrriiss,, SSeejjaarraahh,, IIPPAA,, ddaann IIllmmuu MMeennddiiddiikk.. PPaarraa ppeemmbbeessaarr mmiissii SSeerriikkaatt YYeessuuss

m

meennuunnjjuukk PPaatteerr PPrrooff.. NNiiccoollaauuss DDrriiyyaarrkkaarraa,, SS..JJ.. mmeennjjaaddii DDeekkaann PPTTPPGG SSaannaattaa

D

Dhhaarrmmaa ddaann PPaatteerr HH.. LLooeeffff sseebbaaggaaii WWaakkiill DDeekkaann.. NNaammaa ““SSaannaattaa DDhhaarrmmaa””

d

(56)

4

400

D

Deeppaarrtteemmeenn PPeennddiiddiikkaann,, PPeennggaajjaarraann,, ddaann KKeebbuuddaayyaaaann ddii KKaannttoorr WWaallii GGeerreejjaa

I

Innddoonneessiiaa.. ““SSaannaattaaDDhhaarrmmaa”” sseebbeennaarrnnyyaa ddiibbaaccaa ““SSaannyyaattaaDDhhaarrmmaa””,, yyaanngg bbeerraarrttii

“kkeebbaakkttiiaann yyaanngg sseebbeennaarrnnyyaa”” aattaauu ““ppeellaayyaannaann yyaanngg nnyyaattaa””.. KKeebbaakkttiiaann ddaann

p

peellaayyaannaanniittuuddiittuujjuukkaannkkeeppaaddaattaannaahhaaiirrddaannggeerreejjaa((PPrrooPPaattrriiaaeettEEcclleessssiiaa))..

B

B.. FKFKIIPPSaSannaattaaDhDhaarrmmaa(1(1995588--19196655))

U

Unnttuukk mmeennyyeessuuaaiikkaann ddiirrii ddeennggaann kkeetteennttuuaann ppeemmeerriinnttaahh,, ddaallaamm hhaall iinnii

K

Keemmeennttrriiaann PPeennddiiddiikkaann,, PPeennggaajjaarraann,, ddaann KKeebbuuddaayyaaaann tteennttaanngg ppeerruubbaahhaannPPTTPPGG

m

meennjjaaddiiFFKKIIPP,,mmaakkaaPPTTPPGGSSaannaattaaDDhhaarrmmaappaaddaabbuullaannNNoovveemmbbeerr11995588bbeerruubbaahh

m

meennjjaaddii FFKKIIPP ((FFaakkuullttaass KKeegguurruuaann IIllmmuu PPeennddiiddiikkaann)) SSaannaattaa DDhhaarrmmaa ddaann

m

meerruuppaakkaannbbaaggiiaannddaarriiUUnniivveerrssiittaassKKaattoolliikkIInnddoonneessiiaaccaabbaannggYYooggyyaakkaarrttaa..

P

PaaddaammaassaaFFKKIIPPiinniiSSaannaattaaDDhhaarrmmaabbeerrhhaassiillmmeemmppeerroolleehhssttaattuuss““ddiissaammaakkaann””

d

deennggaann nneeggeerrii bbeerrddaassaarrkkaann SSKK MMeenntteerrii PPTTIIPP NNoo..11 // 11996611 ppaaddaa ttaannggggaall 66 MMeeii

1

1996611jjoo NNoo.. 7777 // 11996622 ttaannggggaall 1111 JJuullii 11996622.. WWaallaauuppuunnbbaaggiiaann ddaarriiUUnniivveerrssiittaass

K

KaattoolliikkIInnddoonneessiiaa,,sseeccaarraaddeeffaaccttooFFKKIIPPSSaannaattaaDDhhaarrmmaabbeerrddiirriisseennddiirrii

C

C.. IKIKIIPPSaSannaattaaDhDhaarrmmaa(1(1996655--19199933))

U

Unnttuukkmmeennggaattaassii kkeerraannccuuaannaannttaarraammeennjjaaddiibbaaggiiaannddaarriiUUnniivveerrssiittaassKKaattoolliikk

I

InnddoonneessiiaaccaabbaannggYYooggyyaakkaarrttaaddeennggaannkkeemmaannddiirriiaannFFKKIIPPSSaannaattaaDDhhaarrmmaasseebbaaggaaii

s

seebbuuaahh iinnssttiittuussii ppeennddiiddiikkaann,, FFKKIIPP SSaannttaa DDhhaarrmmaa bbeerruubbaahh mmeennjjaaddii IIKKIIPP SSaannaattaa

D

Dhhaarrmmaa bbeerrddaassaarrkkaann SSKK MMeenntteerrii PPTTIIPP NNoo.. 223377 // BB –– SSwwtt // UU // 11996655.. SSuurraatt

K

(57)

S

SeellaaiinnmmeellaakkssaannaakkaannPPrrooggrraammSS11((sseebbeelluummnnyyaaSSaarrjjaannaaMMuuddaaddaannSSaarrjjaannaa)),,

I

IKKIIPP SSaannaattaa DDhhaarrmmaa jjuuggaa ddiippeerrccaayyaa ppeemmeerriinnttaahh uunnttuukk mmeennggeelloollaa PPrrooggrraamm

D

Diipplloommaa II,, IIII,, ddaann IIIIII uunnttuukk jjuurruussaann MMaatteemmaattiikkaa,, FFiissiikkaa,, BBaahhaassaa IInnddoonneessiiaa,,

B

BaahhaassaaIInnggggrriiss,,IIPPSS,,ddaannPPMMPP..BBeerrbbaaggaaiipprrooggrraammDDiipplloommaaiinniiddiittuuttuuppppaaddaattaahhuunn

1

1999900 ddaann sseellaannjjuuttnnyyaa ddiibbiikkaa pprrooggrraamm DDiipplloommaa IIII PPGGSSDD ((PPeennddiiddiikkaann GGuurruu

S

SeekkoollaahhDDaassaarr))

D

D.. UnUniivveerrssiittaassSaSannaattaaDhDhaarrmmaa(1(1999933sasammppaaiisesekkaarraanngg))

A

Akkhhiirrnnyyaa uunnttuukk mmeennyyeessuuaaiikkaann ddiirrii ddeennggaann ttuunnttuuttaann ddaann kkeebbuuttuuhhaann

m

maassyyaarraakkaatt sseerrttaa kkeemmaajjuuaann zzaammaann,, ttaannggggaall 2200 AApprriill 11999933 sseessuuaaii ddeennggaann SSKK

M

MeennddiikkbbuuddNNoo.. 4466// DD//OO// 11999933,, IIKKIIPPSSaannaattaa DDhhaarrmmaaddiikkeemmbbaannggkkaannmmeennjjaaddii

U

Unniivveerrssiittaass SSaannaattaa DDhhaarrmmaa aattaauu lleebbiihh ddiikkeennaall ddeennggaann nnaammaa UUSSDD.. DDeennggaann

p

peerrkkeemmbbaannggaann iinnii UUSSDD ddiihhaarraappkkaann tteettaapp ddaappaatt mmeemmaajjuukkaann ssiisstteemm ppeennddiiddiikkaan

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa kasus yang sangat tendensius adalah konflik antar umat beragama di Moro Filipina (Islam dengan Kristen), pembantaian muslim Rohingnya oleh umat Budha di

Työvoiman hankintaa tukevien palveluiden kehittä- mistarpeiden osalta kävi ilmi myös se, että työnan- tajat eivät ole kovinkaan usein tietoisia siitä, mitä

1) Data jenis modalitas belajar mahasiswa. 2) Kualitas proses belajar mahasiswa. Identifikasi modalitas belajar mahasiswa digunakan untuk mengetahui cara belajar

(2) Dalam kedudukannya sebagai subjek hukum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), masyarakat adat di Kabupaten Malinau memiliki kewenangan untuk melakukan perbuatan-perbuatan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa sebagian besar dari responden memiliki sarana pembuangan tinja tidak memenuhi syarat kesehatan

PENINGKATAN DAYA SAING UKM KERAJINAN BATIK BAKARAN KECAMATAN JUWANA KABUPATEN PATI SEBAGAI SALAH SATU PRODUK INDUSTRI KREATIF UNGGULAN

Jadi dari segi transferabilitas dan aksesibilitas transportasi dan komunikasi sampai akomodasi (karena banyak hotel mulai dari yang berbintang sampai melati terdapat di kota

Tahun 2014 dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 32 Tahun 201 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi