• Tidak ada hasil yang ditemukan

Krisis Kebanggaan Negara Hukum Republika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Krisis Kebanggaan Negara Hukum Republika"

Copied!
1
0
0

Teks penuh

(1)

opini

REPUBLIKA

RABU, 5 JANUARI 2011

2

Djayadi Hanan

Kandidat Doktor Ilmu Politik, Ohio State University, USA; Dosen Ilmu Politik Universitas

Paramadina Jakarta

E

valuasi terhadap sis tem presidensial di Indonesia sepan-jang 2010, terutama dari para peng amat, terkesan pesimistis. Sis tem ini dianggap tidak berja -lan, kepemimpinan presidensial lemah, dan lembagalem -baga politik beserta aktor di da lamnya tersandera oleh ke -pentingan-kepentingan jangka pendek.

Penilaian semacam ini, mes -ki banyak benarnya, terkesan ku rang utuh. Salah satu masa -lah nya ada-lah ku rang jelasnya kerangka eva lua si yang digu-nakan. Kerangka evaluasi yang te pat setidaknya me -ngan dung ti ga aspek. Pertama, tingkat ke te gangan hubungan eksekutif (presiden) dan legislatif. Ke dua, stabili litas demo -krasi se la ma peme rintahan ber langsung.

Dan ketiga, tingkat pencapaian agendaagenda peme rin -tahan, terutama pembuatan un dang-undang. Meski masih bersifat umum, kerangka ini memungkinkan kita melaku kan penilaian secara lebih me -nyeluruh sehingga gambar yang kita peroleh tidak se mua -nya bernuansa pesimistis.

Kasus dana talangan Bank Century merupakan puncak ke tegangan yang terjadi antara Presiden dan DPR sepanjang 2009-2010. Dari awal, kedua pi hak bersikukuh pada sikap ma sing-masing. Kegagalan Pre siden menjaga soliditas koa li sinya berakhir dengan ke putusan DPR yang menya lah -kan kebija-kan tersebut.

Di sisi lain, Presiden tetap ber ke ya kinan bahwa kebijak -an itu benar d-an pen-anggung ja wab lang sungnya—Menteri Ke uang an Sri Mulyani dan Gu ber nur Bank Indonesia Boe -dio no (ketika itu—Red)—tidak

da pat disalahkan.

Kasus Bank Century men -cip takan kondisi yang poten-sial untuk menjadikan hu bung an Presiden dan DPR ter ke na jalan buntu. Ka rena, pe -riode pemerintahan Pre siden tidak bergantung pa da DPR, Presiden dapat saja meng -abaikan DPR dan beralih pada berbagai perangkat kons ti -tusional yang dia miliki un tuk menjalankan pemerintah an.

Sebaliknya, DPR dapat te -rus menghasilkan keputusan-keputusan yang menghalangi kebijakan Presiden. Hasilnya adalah jalan buntu. Presiden dan DPR tidak dapat bekerja optimal, tetapi keduanya baru bisa diganti pada saat jadwal pe milihan umum tiba.

Akan tetapi, ketegangan le -gislatif-eksekutif akibat kasus Bank Century tidak membawa akibat lebih jauh berupa grid-lock di antara keduanya. Pas-ca keputusan DPR, Presiden ter nyata berhasil melakukan konsolidasi koalisi. Sistem ker ja koalisi bahkan lebih ter oga ni sasi dengan terbentuknya se -buah sekretariat gabungan (setgab).

Pada saat yang sama, Presi den mengambil jalan kom pro -mi soal kedudukan Menteri Ke uang an. Sri Mul yani diganti dan secara politik kasus Bank Century selesai. Presiden dapat meneruskan kembali agendaagendanya bersama DPR hing ga menjelang berakhirnya ta -hun 2010 lalu.

Ada dua jenis ketegangan yang dapat mengancam stabilitas demokrasi. Pertama, ke -tegangan vertikal antara pusat dan daerah. Dan kedua, ketegangan horizontal baik di ting kat masyarakat maupun peme rintah termasuk antara ekse -ku tif dan legislatif.

Di tingkat masyarakat, ma sih terjadi ketegangan antar -ke lompok agama. Contoh yang me nonjol adalah kasus Ahma di yah. Namun, tingkat kete -gang an inipun tidak sampai mengancam stabilitas demo -krasi.

Meski mendapat kritik dari

ber bagai pihak, pemerintah ber sama aparat penegak hu -kum relatif berhasil me na -ngani kasus-kasus seperti ini. Yang potensial mengancam stabilitas demokrasi adalah ka sus RUU Keistimewaan Yog -yakarta. Kasus ini menarik per-hatian karena terkait de ngan redefinisi hubungan pu sat dan daerah serta redefinisi hubung -an historis -antara ne ga ra d-an ke lompok masyara kat (Kesul -tan an Yogyakarta).

Perdebatan terjadi di dua ting kat sekaligus: tingkat kon -sep tual soal makna demokrasi; dan tingkat empiris soal seja rah dan fakta politik di la pang an. Kasus ini mudah men jadi pemicu ketegangan yang tinggi antara pusat dan daerah.

Melihat perkembangan ka -sus ini, tampaknya tidak akan terjadi ketegangan yang ber akhir dengan jalan buntu. Si kap para elite, terutama Presi den dan Sultan lebih meng arah kepada sikap akomoda -tif/kompromi. Partai-partai di DPR lebih banyak yang me mi liki sikap berpihak kepada ma -syarakat Yogyakarta ketimbang sikap pemerintah. Walha -sil, stabilitas demokrasi kita se cara umum tidak akan ter-ganggu.

Kinerja pemerintahan, ter -utama legislasi, masih rendah dan sering menjadi sorotan ser ta kritik dari masyarakat. Mes ki secara formal kewe -nang an legislasi dimiliki DPR, dalam praktiknya legislasi me -rupakan proses dan produk ber sama antara DPR dan Pre -siden.

Kritik yang paling tajam ter tuju pada dua hal. Pertama, ki nerja kuantitatif. DPR dan pe merintah menyepakati 70 RUU untuk Program Legislasi Na sional (Prolegnas) 2010. Na mun, hanya delapan di antara nya yang selesai dibahas. Ter -lihat bahwa kinerja legislasi pe merintahan rendah karena ting kat pencapaiannya hanya sekitar 10 persen.

Kedua, sikap/tingkah laku dan strategi elite pemerintah an. Di tingkat eksekutif, Presi

den banyak disoroti soal pe -nangan an berbagai bencana yang dinilai lamban dan terke-san hanya membangun citra. Po lemik seputar komentar Pre siden tentang monarki da -lam konteks pembahasan RUU Keistimewaan Yogyakarta juga menonjol. Di tingkat DPR, si -kap dan strategi para elite juga mendapat sorotan tajam.

Se bas tian Salang dari For -mappi, misalnya, menyatakan bah wa DPR banyak melaku kan blun der terutama pasca -ka sus Cen tury. Usulan-usulan le gislasi DPR tentang dana as -pi rasi, da na desa, rumah as-pi- aspi-rasi, rumah dinas, sampai pem bangunan ge dung baru yang mencitrakan DPR tidak ber pihak kepada rakyat, di ni -lai sebagai bagian da ri berba-gai blunder tersebut.

Rendahnya kinerja pemerintahan, terutama di bidang legis lasi ini, tentu tidak dapat di kait kan secara langsung de ngan sis -tem presidensial. Ren dahnya ting kat pencapaian pembahas an RUU, misalnya, tidak di se -bab kan oleh kesulit an mem-bangun kompromi an tara DPR dan Presiden, me lain kan terkait langsung de ngan kapasitas ke -lembagaan.

Isi Prolegnas lebih banyak be rupa daftar keinginan (wish list) daripada rencana program yang matang. Sebagai contoh, dari 34 RUU yang di usulkan pe -merintah saja, hanya sembi lan yang sudah berupa draf leng -kap.

Walhasil, evaluasi ringkas terhadap tiga aspek kerangka yang saya sebutkan di atas me -nunjukkan potret campuran (mix) dari kinerja sistem pre si densial multipartai di Indo ne sia. Gambar besarnya meng -in dikasikan bahwa sistem -ini berjalan.

Demokrasi tetap sta bil, da lam pengertian tidak ada ke -bun tuan yang berarti dalam hu bungan eksekutif dan legis la tif. Namun, gambar lebih de -tailnya menunjukkan kinerja pemerintahan yang masih ren dah. Hal terakhir ini tentu per -lu dite-lusuri lebih jauh. ■

Muh Khamdan

Peneliti Paradigma Institute

K

risis kebanggaan rasa nya telah menjadi fe no mena pada masyara -kat Indonesia, terlebih atas cita-cita membangun negara Indonesia sebagai negara hu kum. Fenomena demikian sa ngat dimaklumi karena kedau lat an hukum telah dipermain kan oleh saktinya mafia hu kum melalui penggiringan da lam proses negosiasi kekua -saan dan kekayaan untuk meng amankan kepentingan ma sing-masing.

Oleh karena nya, cita-cita sebagai negara hukum harus tercederai karena hukum tidak mampu berjalan sebagaimana fungsinya. Per nya taan demiki an seperti di gam barkan mela -lui acara ple sir an Gayus yang men capai 68 kali meninggal -kan selnya di Ru mah Tahanan Markas Ko man do Brimob Ke -lapa Dua, De pok, Jawa Barat. Pe ristiwa ter sebut menunjuk kan kontra diksi dengan pene gak an kasuskasus hukum se -be lumnya.

Bagi masyarakat umum, pe ris tiwa tersebut akan mem bu ka kenangan yang belum hi -lang dalam prahara penegakan hu kum di Indonesia menyang -kut keadilan yang seolah telah hi lang di pengadilan.

Pada peng hujung 2009, ren tet an per kara hukum yang me -nyandera keadilan masya rakat di tunjukkan dengan ada nya pu -tusan hakim yang mengganjar 45 hari penjara de ngan masa per cobaan 3 bu lan terhadap

Nenek Minah (55), hanya kare -na memetik ti ga buah kakao di perkebunan milik PT Rumpun Sari Antan (RSA).

Hukum juga memaksa Ba -sar dan Kolil mendekam dalam penjara Kota Kediri karena men curi sebutir semangka. Ten tu hiruk pikuk keadilan se makin keras ketika hukum me lalui PT Banten menuntut Pri -ta Mulyasari mengganti keru-gian material dan imaterial kepada RS Omni sebesar Rp 204 juta karena dakwaan pen -ce maran nama baik.

Berbagai pelajaran kasuskasus yang menimpa masyara kat kelas bawah ternyata be lum mampu mengokohkan re lasi keadilan hukum dan mo ralitas di negeri ini. Justru pa da 2010, kesaktian mafia hu -kum di negara hu-kum semakin menjadi-jadi. Terbongkarnya istana di dalam penjara yang melibatkan Artalyta Suryani menjadi permulaan.

Secara perlahan, kekuatan-ke kuatan mafioso semakin meng gurita dengan menang -nya Anggodo Widjojo dalam gu gatan praperadilan terha dap Surat Ketetapan Penghen -ti an Penuntutan (SKPP) atas kasus yang dituduhkan kepada dua pimpinan Komisi Pembe -rantasan Korupsi (KPK), Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

Darurat mafia hukum se ma kin nyata dengan tidak je -lasnya penindakan atas kasus Bank Century dan pengung -kap an intimidasi hukum yang menimpa aktivis ICW Rama Satya Langkun serta penge-boman kantor redaksi Tempo

yang dianggap terkait dengan re kening “gemuk” para pe -ting gi kepolisian.

Terlebih peng akuan mantan kepala Ba dan Reserse dan Kri -minal Mabes Polri Komisa ris Jen deral Susno Duadji telah membongkar adanya jaringan mafia korupsi di semua instansi penegak hukum. Namun la -gi-lagi, penindakannya seolah jalan di tempat.

Dari kenyataan hukum di atas, kiranya fakta adanya upa ya tajam sepihak atas pisau ke adilan terhadap masyarakat ke las bawah harus dijadikan in tros peksi. Terlebih saat ini mu -lai terbongkar praktik-prak tik negosiasi perkara hu kum di atas peristiwa politik, sehingga ma -sya rakat awam mudah meli hat barter antara kekuasaan po litik dan kekua saan hukum.

Dalam kaitan itu, hukum ha -rus relevan dan ber pihak pada ke pentingan rasa ke adilan so -sial masyarakat. Hukum harus men jadi penga yom sesama war -ga masyarakat tanpa membeda-bedakan de ngan menegakkan keadilan un tuk semua. Fakta ada nya ne gosiasi per kara hu -kum de ngan per ka ra-perkara lain nya harus di ja di kan wahana in trospeksi.

Hukum memang membu tuh kan kekuasaan, tetapi hu kum tidak bisa dibiarkan di tunggangi oleh kekuasaan. Se -cara hakiki hukum harus pasti dan adil agar hukum berfungsi se bagaimana mestinya. Suatu hu kum yang tidak pasti dan tidak mau adil menunjukkan hukum yang buruk, sehingga mu dah direkayasa untuk ke -pentingan tertentu sekaligus memberi peluang kepada

pro-fesional hukum guna menafsir atau menjerat perkara hukum sesuai selera subjektif. Pernya -ta an ini bukan sekadar isapan jem pol, tetapi memiliki kore-lasi fakta yang terjadi selama ini bahwa hukum memang te -lah diatur oleh kekuatan uang dan bisnis.

Richard Quinney melalui Critique of Legal Order (1973) menggambarkan bahwa hu -kum cenderung dibuat untuk menampung keinginan elite yang menguasai negara daripada untuk kepentingan ma -sya rakat. Akibatnya, muncul pertentangan antara idealitas teori hukum dan positivitas hu kum, sehingga penegakan hukum justru mendatangkan malapetaka dalam kehidupan sosial karena moralitas sudah terkalahkan oleh kekuasaan. Untuk itu, dibutuhkan ko mitmen bersama untuk meng a wal hukum agar tidak meng hi na rasa keadilan ma sya ra -kat. Pada sisi lain, penyadaran me lalui pendampingan yang kon tinu terhadap masyarakat me ngenai hukum harus diper -lu as ke semua lapisan agar mam pu mengawal kepastian hukum dan mencegah terjadi -nya manuver kekuasaan dalam kedaulatan hukum.

Inilah yang harus dilakukan agar fungsi hukum benarbe -nar berjalan dengan pasti dan adil, di samping memang harus dikembangkan pula internali -sasi etika universal terhadap aparat penegak hukum.

Terle bih tiga institusi hu kum yang menjadi garda ter d -epan dalam penegakan hukum telah memiliki pimpinan baru di penghujung ta hun. ■

PEMKOT DEPOK

Tak Serius Membina Koperasi

Koperasi Baitut Tamwil As-Salam, Depok, berdiri sejak 1 Muharam 1429 H (23 Desember 2006). Sejak berdiri koperasi ini sudah menyalurkan dana sebe-sar Rp 1 miliar yang diberikan kepada para pedagang kecil di sekitar Beji Timur untuk tambahan modal usaha. Dana yang disalurkan berasal dari sekelompok orang yang peduli terhadap permasalahan para pedagang kecil, seperti bakul jamu, tukang bakso, dan lainnya.

Karena dianggap berhasil, koperasi kami mendapat bantuan dana dari Pemprov Jawa Barat dan sudah disetujui oleh Wali Kota Depok. Sayangnya, SK Wali Kota Depok itu tidak dijalankan oleh Kepala Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Ke -uangan (DPPK). Alasannya sangat sederhana, yaitu alamat RT/RW yang tercan tum dalam SK Gubernur tidak sama dengan alamat RT/RW yang sebenar nya sehingga KSU Baitut Tamwil As-Salam batal menerima bantuan dana sebesar Rp 25 juta.

Padahal, terhadap masalah tersebut sudah dikonfirmasi melalui surat ke te rangan dari Lurah Beji Timur, Camat Beji, Dinas Koperasi, UMKM, dan pasar ser -ta hasil survei yang dilakukan oleh tim dari Dinas Koperasi, UMKM, dan pasar beserta konsultan. Kami tidak mempersoalkan tidak cairnya bantuan itu sebab kami yakin koperasi akan tetap berjalan dengan baik. Hanya saja, melalui surat ini, kami merasa perlu menyampaikan beberapa hal.

Selaku rakyat kami kecewa pejabat setingkat kepala dinas tidak berani mengambil risiko atas masalah kecil yang sudah dibuktikan kebenarannya.

Pemberian bantuan dana untuk program kegiatan tahun 2010, yang baru diberikan pada hari terakhir tanggal 31 Desember 2010 antara pukul 13.00-16.00, akan mengundang ketidaktertiban administrasi pertanggungjawaban penggunaan dana karena tidak mungkin lagi menggunakan dana bantuan terse-but untuk kegiatan tahun 2010. Dalam hal ini, terlihat bahwa pemerintah tidak serius dalam membantu pengembangan kegiatan program koperasi.

Mekanisme pelaksanaan pemberian bantuan dana belum mencerminkan pemerintah yang melayani rakyatnya, tetapi masih mengesankan para penerima bantuan seperti pengemis yang meminta-minta kepada tuan-tuan.

Selaku penggiat koperasi, kami kecewa dengan pemerintah yang sedang gen-car menggalakkan program koperasi. Selama empat tahun beroperasi, KSU Baitut Tamwil As-Salam tidak pernah merasakan adanya kepedulian dari instansi terkait, yaitu Dinas Koperasi, UMKM, dan pasar. Padahal, koperasi kami sangat peduli dengan kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Demikian, mohon perbaikan pelayanan pemerintah kepada masyarakat.

Ir Riyantoko

Ketua Koperasi Baitut Tamwil As-Salam Jl Angsa, No 10, RT 003/RW 002 Beji Timur, Kota Depok

Pada Senin (3/1), pemerintah dengan bangga mengumumkan turunnya angka kemiskinan sebesar 1,5 juta orang dari semula 32,5 juta menjadi 31 juta orang. Sejumlah program pro poor yang selama ini dijalankan diklaim sebagai sumber sukses pengentasan angka kemiskinan tersebut.

Pada hari yang sama ketika pemerintah menyebut angka kemiskinan turun, dari Jepara, enam bersaudara tewas akibat mengonsumsi tiwul yang terbuat dari ketela pohon. Jamhamid, ayah keenam korban meninggal itu, mengaku terpaksa memakan tiwul karena tidak mampu lagi memberi makan nasi kepada istri dan ketujuh anaknya. Satu anak Jamhamid yang sudah menikah tidak menjadi korban keracunan tiwul.

Ini ibarat langit dan bumi. Pemerintah merasa seolah kemiskinan telah tertangani dengan baik. Anggaran Rp 98 triliun untuk

mengentaskan kemiskinan tampak tidak sia-sia terbuang karena angka itu turun. Namun, kita saksikan ada satu keluarga meninggal karena kemiskinan.

Di Bekasi, tak jauh dari Jakarta, kita masih bisa menemukan anak-anak yang kekurangan gizi karena orang tua mereka tidak memiliki cukup uang. Busung lapar yang masih muncul di banyak tempat hingga sesaknya jalan-jalan yang dipenuhi pengemis seperti bukan sesuatu yang berarti bagi pemerintah.

Ketika angka kemiskinan diumumkan turun, banyak dari kita yang tersenyum sinis menyambut kabar menggelikan itu. Kita yang waras pun akhirnya mencoba menerima realitas itu dengan mengemukakan sejumlah alasan, seperti wajar saja turun karena orang miskin sudah menjadi sangat miskin sekarang. Atau, wajar saja turun karena mereka yang miskin mungkin saja sudah tidak lagi memijak bumi. Mereka sudah dipanggil Sang Mahakuasa.

Menggelikan memang melihat realitas pemerintah dan realitas so sial yang benar-benar terjadi. Yang satu melihat realitas dari langit, yang satu dari atas bumi. Dan, yang muncul adalah ketimpangan data.

Fenomena kemiskinan ini menandakan pemerintah masih abai terhadap hak-hak dasar warganya yang harus dipenuhi pemerintahan di mana pun di dunia. Orang dianggap miskin karena mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan paling dasar buat diri dan keluarganya.

Orang-orang ini tidak cukup uang untuk membeli bahan makanan pokok. Mereka tidak memiliki kemampuan mengangsur rumah. Anak-anak mereka juga tidak bisa sekolah. Bukan karena tidak ada sekolah, melainkan karena para orang tua mereka tidak lagi mampu

menyisihkan penghasilannya untuk membayar sekolah, yang katanya sudah gratis itu.

Akses pemenuhan kesehatan pun tidak mereka dapatkan. Padahal, Pasal 33 UUD 1945 mengamanatkan kepada negara untuk

memelihara mereka. Karena mereka tidak mampu memenuhi semua kebutuhan itu, orang-orang ini dilabeli sebagai orang miskin. Dan, negara harus bertanggung jawab atas pemenuhan segala kebutuhan dasar mereka.

Angka kemiskinan kita akan jauh lebih tinggi jika menggunakan standar yang dipakai Bank Dunia. Penduduk yang berpenghasilan satu dolar AS per hari (Rp 9.100) jumlahnya bisa dua kali lipat dari angka kemiskinan yang disampaikan pemerintah. Belum lagi, jika kita menambah satu item baru dalam menentukan kemiskinan, yakni informasi, jumlah orang miskin di Indonesia bisa melonjak drastis.

Kita ingin pemerintah lebih membumi terkait persoalan

kemiskinan. Angka naik atau turun tidak penting. Itu hanya statistik. Yang terpenting adalah masyarakat bisa menikmati segala kebutuhan dasarnya. Tak ada lagi keluarga yang meninggal karena keracunan tiwul, anak-anak kehilangan masa depan karena kekurangan gizi, atau pengemis yang memenuhi lampu merah-lampu merah. Terlalu jauh meneropong kemiskinan dari atas langit. ■

Tajuk

:: suarapublika ::

Angka dari Langit

Mengevaluasi Sistem Presidensial

Krisis Kebanggaan Negara Hukum

REPUBLIKA

MAHAKA MEDIA

Pemimpin Redaksi:Nasihin Masha. Wakil Pemimpin Redaksi:Arys Hilman Nugraha.

Redaktur Pelaksana:Elba Damhuri. Kepala Newsroom:M Irwan Ariefyanto. Kepala Republika Online:Agung Pragitya Vazza.

Redaktur Senior: Anif Punto Utomo. Wakil Redaktur Pelaksana:Irfan Junaidi, Syahruddin El-Fikri, Kumara Dewatasari. Asisten Redaktur Pelaksana:Bidramnanta, Joko Sadewo, Nur Hasan Murtiaji, Subroto. Reporter Senior: Andi Nur Aminah, Budi Utomo, Harun Husein, Muhammad Subarkah, Nurul S Hamami, Selamat Ginting, Teguh Setiawan. Staf Redaksi: Abdullah Sammy, Agung Budiono, Agus Yulianto, Alwi Shahab, Andri Saubani, Anjar Fahmiarto, Annisa Mutia, A Syalaby Ichsan, Budi Rahardjo, Burhanuddin Bella, Citra Listya Rini, C Purwatiningsih, Damanhuri Zuhri, Darmawan Sepriyossa, Darmawan, Desi Susilawati, Dewi Mardiani, Didi Purwadi, Djoko Suceno, Dyah Ratna Meta Novia, Edi Setyoko, Edwin Dwi Putranto, Eko Widiyatno, Endro Yuwanto, EH Ismail, Fernan Rahadi, Ferry Kisihandi, Firkah Fansuri, Fitria Andayani, Fitriyan Zamzami, Heri Purwata, Heri Ruslan, Ichsan Emrald Alamsyah, Indah Wulandari, Indira Rezkisari, Irwan Kelana, Israr, Johar Arief, Khoirul Azwar, Maghfiroh Yenny, Mansyur Faqih, Mohammad Akbar, Mohamad Amin Madani, Muhammad Fakhruddin, M As’adi, M Ghufron, M Ikhsan Shiddieqy, Natalia Endah Hapsari, Neni Ridarineni, Nidia Zuraya, Nina Chairani Ibrahim, Palupi Annisa Auliani, Prima Restri Ludfiani, Priyantono Oemar, Rachmat Santosa Basarah, Rahmat Budi Harto, Ratna Puspita, Reiny Dwinanda, Rosyid Nurul Hakim, Rusdy Nurdiansyah, R Hiru Muhammad, Setyanavidita Livikacansera, Shally Pristine, Siwi Tri Puji Budiwiyati, Stevy Maradona, Sunarwoto, Susie Evidia Yuvidianti, Taufiqurrahman Bachdari, Teguh Firmansyah, Wachidah Handasah, Wardianto, Wulan Tunjung Palupi, Yasmina Hasni, Yeyen Rostiyani, Yoebal Ganesha Rasyid, Yogi Ardhi Cahyadi, Yogie Respati, Yusuf Assidiq, Zaky Al Hamzah.

Kepala Quality Control dan Bahasa: Rakhmat Hadi Sucipto. Kepala Desain:Sarjono. Kepala Perwakilan Jawa Barat:Maman Sudiaman. Kepala Perwakilan DIY - Jawa Tengah:Indra Wisnu Wardhana. Kepala Perwakilan Jawa Timur:Asep Nurzaman. Nian Poloan (Medan), Maspril Aries (Palembang), Ahmad Baraas (Bali). Sekretaris Redaksi:Fachrul Ratzi.

Penerbit: PT Republika Media Mandiri. Alamat Redaksi:Jl. Warung Buncit Raya No. 37, Jakarta 12510, Alamat Surat:PO Box 1006/JKS-Jakarta 12010. Tel:021-780.3747 (Hunting), Fax: 021-780.0649 (Seluruh Bagian). Fax Redaksi: 021-798.3623, E-mail: sekretariat@republika.co.id. Bagian Iklan: Jl. Warung Buncit Raya No. 37, Jakarta 12510. Tel: 021-794.4693, Fax:021-798.1169. Sirkulasi dan Langganan: Tel:021-791.98441, Fax:021-791.98442. Online:

http://www.republika.co.id. Alamat Perwakilan: Bandung: Jl. LL RE Martadinata No. 126 Tel:022-420.7671, 420.7672, 420.7675, Fax: 022-426.2829, Yogyakarta:Jl. Perahu No. 4, Kota Baru, Tel:0274-544.972, 566028, Fax: 0274-541.582, Surabaya:Jl. Barata Jaya No. 51, Tel:031-501.7409, Fax:031-504.5072.

Direktur Utama:Erick Thohir.

Wakil Direktur Utama:Daniel Wewengkang. Direktur Pemberitaan:Ikhwanul Kiram Mashuri, Direktur Operasional:

Tommy Tamtomo. Direktur Marketing:Prasanti Andrini. GM Keuangan:Didik Irianto. GM Marketing dan Sales:

Yulianingsih. Manajer Produksi:Nurrokhim. Manajer Sirkulasi:Darkiman Ruminta. Manajer Keuangan:Hery Setiawan.

Harga Langganan:Rp. 69.000 per bulan, harga eceran Pulau Jawa Rp 2.900. Harga Eceran Luar Jawa:Rp. 4.000 per eksemplar (tambah ongkos kirim). Rekening Bank a.n PT Republika Media Mandiri:Bank BSM, Cab. Warung Buncit, No. Rek. 0030113448 ( Bank Mandiri, Cab. Warung Buncit, No. Rek. 1270004240642 ( Bank Lippo, Cab. Warung Buncit, No. Rek. 727.30.028988 ( Bank BCA, Cab. Graha Inti Fauzi, No. Rek. 375.305.666.8.

Surat Izin Usaha Penerbitan Pers:SK Menpen No. 283/SK/MENPEN/SIUPP/A.7/1992,

Anggota Serikat Penerbit Surat Kabar: Anggota SPS No. 163/1993/11/A/2002.

Semua naskah yang dikirim ke Redaksi dan diterbitkan menjadi milik Harian Republika. Semua wartawan Harian Republika dibekali tanda pengenal dan tidak menerima maupun meminta imbalan dari siapa pun. Semua isi artikel/tulisan yang berasal dari luar, sepenuhnya

tanggung jawab penulis yang bersangkutan. Semua isi artikel/tulisan yang terdapat di suplemen daerah, menjadi tanggung jawab Kepala

Perwakilan Daerah bersangkutan.

Referensi

Dokumen terkait

ABSTRAK: Permasalahan dalam skripsi ini adalah: 1). Apakah ada hubungan kecepatan terhadap hasil menggiring bola dalam permainan sepakbola pada team sepakbola SMA Karya

fly merewrite URL kita sesuai keinginan maka harus menulis rule-rule nya dalam file yang namanya “.htaccess”, ingat nama filenya “.htaccess” bukan “sesuatu.htaccess”

[r]

Dengan demikian disimpulkan bahwa pembelajaran Matematika melalui metode problem solving dapat meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar Matematika pada materi pengukuran

Sampel sedimen diambil dari lima lokasi sungai yaitu : sungai Curanans bagian hulu, pertemuan sungai Curanans dan sungai Cunningham, sungai Gonan bagian hulu, sungai Douglas bagian

Tabel 4.13.. Kemudian dari bagian atas lubang baja hingga bagian bawah lubang baja tegangan yang terjadi tarik kemudian bawah tekan. Hasil Kontrol Geser. Semua elemen struktur

Selain hidrogel untuk pembalut luka, PATIR-BATAN dalam tiga tahun terakhir juga telah mengembangkan hidrogel sebagai plester penurun demam dengan menggunakan teknik radiasi