BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terminologi Judul
Judul proyek ini adalah “Pusat Perbelanjaan Di Kawasan Simpang Kayu Besar, Kualanamu“. Secara terminologi, judul dapat dijabarkan sebagai berikut : Pusat Perbelanjaan : Sekelompok penjual eceran dan usahawan komersial
lainnya yang merencanakan, mengembangkan, mendirikan, memiliki dan mengelola sebuah properti tunggal1.
Kawasan : Sebuah tempat yang mempunyai ciri serta
mempunyai kekhususan untuk menampung kegiatan manusia berdasarkan kebutuhannya dan setiap tempat yang mempunyai ciri dan identitas itu akan lebih mudah untuk dicari ataupun ditempati untuk lebih melancarkan segala hal yang berhubungan dengan kegiatannya2.
Simpang Kayu Besar : Lokasinya terletak (simp.kualanamu) di jl. Limau Manis ujung pasar 15 Medan sinembah, Tanjung Morawa3.
Kualanamu : Sebuah bandara udara baru untuk kota Medan, Indonesia. Lokasinya terletak di Kualanamu, Desa Beringin, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang4.
1 https://id.wikipedia.org/wiki/Pusat_perbelanjaan, diakses pada tanggal 5 Maret 2016 pkl 21.00 2
Mirabiela, 2008, “Kawasan & Lingkungan”, https://mirabiela.wordpress.com/2008/10/23/ kawasan-lingkungan/, diakses pada tanggal 5 Maret 2016 pkl 21.00
3
http://inforumahdijualdi.com/317097-rumah-sekitar-simpang-kayu-besar-simp-kualanamu-tanjung-morawa-medan-kota/, diakses pada tanggal 5 Maret 2016 pkl 21.00
Berdasarkan batasan pengertian di atas, diambil kesimpulan bahwa Pusat Perbelanjaan Di Kawasan Simpang Kayu Besar, Kualanamu adalah sebuah pusat
perbelanjaan dalam satu bangunan yang di dalamnya mencakup banyak kegiatan baik berbelanja, berjalanjalan, berkumpul, maupun rekreasi yang berada di kawasan
simpang Kayu Besar.
2.2. Tinjauan Umum
2.2.1 Pengertian Pusat Perbelanjaan
1. Pengertian dari pusat perbelanjaan adalah kompleks toko ritel dan fasilitas yang direncanakan sebagai kelompok terpadu untuk memberikan kenyamanan berbelanja yang maksimal kepada pelanggan dan pentaan barang dagangan yang terekspose secara maksimal5 . 2. Menurut International Council of Shopping center (ICSC) tahun 2013,
Pusat perbelanjaan sendiri memiliki arti sekelompok pengusaha eceran (retailer) dan kegiatan komersil lainnya yang direncanakan, dikembangkan, dimiliki, dan dioperasikan dalam satu unit bisnis, pada umumnya menyediakan tempat parkir.
3. Menurut situs online Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 2012, pusat perbelanjaan adalah tempat yang diperuntukkan bagi pertokoan yang mudah dikunjungi pembeli berbagai lapisan masyarakat.
4. Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 Tentang Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern menyebutkan bahwa pusat perbelanjaan adalah suatu area tertentu yang terdiri dari satu atau beberapa bangunan yang didirikan secara vertikal dari satu atau beberapa bangunan yang didirikan secara vertikal maupun horizontal, yang dijual atau disewakan kepada pelaku usaha atau dikelola sendiri untuk melakukan kegiatan perdagangan barang.
5. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan pusat perbelanjaan adalah suatu kompleks bangunan komersil yang dirancang dan
direncanakan beserta retail-retail dan fasilitas pendukungnya untuk memberikan kenyamanan dalam aktivitas perdagangan yang
diwadahinya.
2.2.2. Klasifikasi Pusat Perbelanjaan
1. Jenis Shopping Center berdasarkan lingkup atau skala pelayanannya dan total luas area dapat digolongkan menjadi tiga tingkatan, yaitu6 :
a. Neighbourhood Shopping Center ( Pusat Perbelanjaan lokal/ lingkungan)
Shopping Center jenis ini biasanya menekankan pada pelayanan barang kebutuhan sehari-hari. Luas lantai penjalan (Gross leaseble Area- GLA ) 30.000 sq.ft sampai 100.000 sq.ft (2.870 m sampai 9.290 m ) dengan tingkat pelayanan antara 5.000 penduduk sampai dengan 40.000 penduduk (skala lingkungan radius 5 mil).Lokasi berada pada jalan utama lingkungan,mengelompok dengan pusat perdagangan lingkungan.Serta mewadahi 5 – 25 toko eceran, supermaket merupakan penyewa ruang utama serta dilengkapi dengan ruang untuk perdagangan jasa.
b. Community Shopping Center ( Pusat Perbelanjaan Kawasan Wilayah )
Melayani jenis barang yang lebih luas GLA pada jarak 100.000 sq.ft sampai 300.000 sq.ft ( 9.290 m sampai 27.870 m ) tingkat pelayanan 40.000 penduduk sampai 150.000 penduduk (skala wilayah).Mewadahi 15 – 50 toko yang terdiri dari junior department store, supermarket, convience store, kantor dan bank ( ATM ). c. Regional Shopping Center ( Pusat Perbelanjaan Berskala Kota )
Regional Shopping Center mempunyai kriteria jangkauan pelayanan 150.000 – 400.000 jiwa atau lebih penduduk, dilengkapi dengan
fasilitas-fasilitas seperti Departemen store, supermarket , shop cinema, bank, toko-toko eceran, variety shop, convience store,
restaurant dan sebagainya. GLA pada jarak 300.000 sq.ft sampai 1.000.000 sq.ft (27.870 m2 sampai 92.990 m2 ) terletak pada tempat yang strategis dngan lokasi perkantoran, rekreasi dan kesenian serta pencapaian dengan kendaraan memakan waktu maksimal 25 menit. Berdasarkan luas areal pusat perbelanjaan, maka jenis pusat perbelanjaan yang direncanakan dikategorikan ke dalam Regional Shopping Centers.
2. Klasifikasi Pusat Perbelanjaan berdasarkan bentuk fisik dikategorikan menjadi 7 golongan, yaitu7 :
a. Shopping Center
Merupakan suatu kelompok pertokoan yang terdiri dari toko-toko yang disewakan / dijual yang dikelola secara teratur dan berada diatas satu atap.Barang-barang yang diperdagangkan adalah mulai dari barang kebutuhan sehari-hari sampai pada kebutuhan berkala.Dilengkapi pula dengan fasilitas-fasilitas penunjang dan fasilitas hiburan.
b. Shopping Street
Merupakan kelompok fasilitas perbelanjaan yang terdiri dari toko-toko yang berderet di sepanjang kedua sisi jalan, biasanya membentuk koridor.
c. Shopping Precint
Merupakan kelompok pertokoan pertokoan yang akan pada bagian depan menghadap open space, yang bebas lalu lintas kendaraan.Akibatnya timbul bentuk kelompok toko yang berorientasi pada suatu ruang bebas di tengah yang dikhususkan bagi pejalan kaki.
d. Departement Store
Merupakan suatu toko yang melayani perdagangan eceran yang
sangat besar dibawah satu atap dan terdiri dari beberapa lantai dan menjual macam-macam barang. Luas lantai berkisar antara
10.000-20.000 m2. e. Supermaket
Merupakan toko yang menjual berbagai macam barang kebutuhan sehari- hari dengan sistem self service. Jumlah bahan makanan kurang dari 15% dari seluruh barang yang diperdagangkan dan luas lantainya berkisar antara 1000-2500 m.
f. Superstore
Merupakan toko satu lantai dengan luas area penjualan lebih dari 2500 m, dengan sistem self service dan luas lantainya berkisar 5000-7000 m.
g. Shopping Mall Merupakan salah satu bentuk Shopping Center dimana ruang terbuka berupa Mall, merupakan pusat oriantasi dari kompleks pertokoan. Mall memiliki bentuk jalur pedestrian (untuk aktivitas jual beli), memiliki beberapa anchor/ magnet pembangkit.
Berdasarkan klasifikasi diatas maka bentuk fisik pusat perbelanjaan yang direncanakan adalah Shopping Center.
3. Pusat perbelanjaan dilihat dari fungsi dan kegiatan yang ada pada bangunan, yaitu8:
a. Pusat perbelanjaan murni
Pusat perbelanjaan yang berfungsi sebagai tempat berbelanja dan sebagai tempat bertemunya masyarakat untuk segala urusan, baik untuk bersantai atau mencari hiburan.
b. Pusat perbelanjaan multi fungsi
Pusat perbelanjaan dicampur dengan fungsi lain yang berbeda namun saling menunjang dan meningkatkan nilai komersialnya.
Berdasarkan fungsi dan kegiatan diatas maka pusat perbelanjaan yang direncanakan adalah pusat perbelanjaan murni.
4. Klasifikasi pusat perbelanjaan berdasarkan kuantitas barang yang dijual,
yaitu9:
a. Toko Grosir (Partai Besar)
Toko yang menjual barang-barangnya dalam partai besar atau dengan kata lain barang-barangnya disimpan ditempat lain dan yang ada di toko hanya contohnya saja.
b. Toko Ritel (Eceran)
Toko yang menjual barang-barangnya dalam bentuk eceran / partai kecil. Toko ritel ini mempunyai sasaran pembeli yang lebih beragam, oleh karena itu lingkup sistem ecerannya lebih luas dan fleksibel dari pada grosir. Toko ini lebih menarik banyak banyak pembeli karena tingkat variasi barangnya yang tinggi.
Berdasarkan klasifikasi diatas maka kuantitas barang yang dijual di pusat perbelanjaan yang direncanakan adalah toko ritel ( eceran ).
2.3. Tinjauan Lokasi
Berdasarkan data Rencana Detail Tata Ruang ( RDTR ) kecamatan Tanjung Morawa, Pembagian WP (Wilayah Pengembangan) Provinsi Sumatera Utara terdiri dari 5 WP yaitu:
1. WP Mebidangro (Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo); 2. WP Tapanuli;
3. WP Kisaran-Rantau Prapat; 4. WP Tapanuli Selatan; 5. WP Nias ;
Tabel 2.1. Pembagian Wilayah Pengembangan Provinsi Sumatera Utara
Sumber: RTRW Provinsi Sumatera Utara 2009-2028
Dengan mempertimbangkan Sistem Perkotaan RTRWN dan kajian RTRWP Sumatera Utara Tahun 2003-2018, maka Rencana Sistem Perkotaan fungsional Provinsi Sumatera Utara diarahkan sebagai berikut :
Tabel 2.2. Rencana Sistem Perkotaan Provinsi Sumatera Utara
Hirarki Kota Fungsi Utama
Pusat
Pusat perdagangan dan jasa regional
Pusat distribusi dan kolektor barang & jasa regional
Pusat pelayanan jasa pariwisata
Pusat transportasi darat, laut, dan udara regional
Pendidikan tinggi
Industri
Sistem pusat-pusat pelayanan di Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel berikut :
Tabel 2.3. Rencana Sistem Perkotaan Di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2030
NO HIRARKI KOTA FUNGSI YANG
DIKEMBANGKAN
1 Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
Mebidangro Pusat perdagangan dan jasa regional
Pusat distribusi dan kolektor barang & jasa
regional
Pusat transportasi darat, laut, dan udara regional
Pendidikan tinggi
Industri 2 Pusat Kegiatan
Lokal (PKL)
Lubuk Pakam Pusat pemerintahan kabupaten;
Perdagangan dan jasa;
Kota transit;
Pusat pelayanan fasilitas sosial dan umum;
Permukiman perkotaan
Pancur Batu Perdagangan dan jasa regional (pasar induk dan
terminal sayur);
TOD
Pendidikan dan olah raga;
Pariwisata; Batang Kuis Perdagangan dan jasa lokal;
NO HIRARKI KOTA FUNGSI YANG DIKEMBANGKAN Perumahan dan permukiman.
Industri;
Pusat pendidikan dan olah raga;
3 Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp)
Sunggal Perdagangan dan jasa lokal;
Industri;
Perumahan dan permukiman. Deli Tua Perdagangan dan jasa regional
(pasar induk Tembung Perdagangan dan jasa;
Industri;
Perumahan dan permukiman. 4 Pusat Pelayanan
Kawasan (PPK)
Galang Perdagangan dan jasa lokal;
Pengolahan pertanian dan perkebunan;
TOD
Militer
Perumahan dan permukiman. Sibolangit Perdagangan dan jasa lokal;
Pariwisata;
Namo Rambe Pengolahan pertanian;
NO HIRARKI KOTA FUNGSI YANG DIKEMBANGKAN
Patumbak Pengolahan pertanian dan perkebunan;
STM Hulu Pengolahan pertanian;
Kehutanan
Pariwisata
Kutalimbaru Pengolahan pertanian dan perkebunan;
Perumahan dan permukiman;
Kehutanan
Biru-biru Pengolahan pertanian;
Pariwisata
STM Hilir Pengolahan pertanian;
Kehutanan Pantai Labu Pengolahan pertanian dan
perikanan;
Transpotasi;
Perdagangan dan jasa;
Perumahan dan permukiman Beringin Pengolahan pertanian;
Transpotasi;
Perdagangan dan jasa;
Perumahan dan permukiman
2.3.1. Kriteria Pemilihan Lokasi
Tabel 2.4. Kriteria Pemilihan Lokasi
NO Kriteria Lokasi
1. Tinjauan terhadap struktur kota
Tapak berada pada Pusat Kegiatan Lokal (PKL) menurut RTRW Kabupaten Deli Serdang. Penetapan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) di Deli Serdang ditetapkan berdasarkan pertimbangan Struktur Ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro dan potensi pengembangan Kabupaten Deli Serdang. 2. Pencapaian Lokasi site mudah di capai dari pusat kota
Medan, karena adanya fasilitas jalan raya dan jalan tol.
3. Area Pelayanan Area sekitar site merupakan fungsi-fungsi yang dapat saling mendukung dengan bangunan yang direncanakan.
4. Status Kepemilikan Lahan PTPN II
5. Nilai Lahan Relatif tinggi karena merupakan bekas lahan PTPN II dan berada di akses utama jalan masuk ke Bandara Kualanamu.
6. Pola penggunaan lahan site (Tata Guna Lahan)
Berada di lokasi pengembangan sesuai RTRW
7. GSB, KLB, KDB, dsb. Disesuaikan dengan RDTR Kabupaten Deli Serdang.
8. Tersedia utilitas yang baik
2.3.2. Deskripsi Lokasi Sebagai Tapak Rancangan
Adapun deskripsi lokasi sebagai tapak rancangan :
1. Kasus Proyek : Pusat Perbelanjaan Di Kawasan Simpang Kayu Besar, Kualanamu
2. Status Proyek : Fiktif
3. Pemilik Proyek : Pihak Swasta
4. Lokasi Tapak : Simpang Kayu Besar Jalan Batang Kuis , Deli Serdang
a. Batas Utara : PTPN II b. Batas Timur : PTPN II
c. Batas Selatan : Jalan Raya Medan d. Batas Barat : Jalan Batang Kuis
5. Luas Lahan : 1,5 hektar
6. Kontur : Relatif Datar
7. KDB : 60 - 70 %
8. KLB : 1 – 5 Lantai
9. GSB
2.4. Tinjauan Fungsi
Sub bab tinjauan fungsi ini membahas bagaimana Pusat Perbelanjaan Di
Kawasan Simpang Kayu Besar, Kualanamu bekerja, apa aktivitasnya, siapa penggunanya, persyaratan, kebutuhan ruang dan besaran ruang.
2.4.1. Deskripsi Pengguna dan Kegiatan10
Pengguna kegiatan dalam Pusat Perbelanjaan Di Kawasan Simpang Kayu Besar, Kualanamu terdiri atas pengunjung, penyewa, pengelola, dan servis:
1. Pengunjung adalah pihak yang melakukan kunjungan ke Pusat Perbelanjaan Di Kawasan Simpang Kayu Besar, Kualanamu, yang dibagi berdasarkan pertimbangan tertentu seperti :
a. Berdasarkan golongan :
a) Masyarakat berpenghasilan menengah b) Masyarakat berpenghasilan cukup b. Berdasarkan asal-usul
a) Pengunjung yang datang dari kota Binjai dan sekitarnya b) Pengunjung yang datang dari luar kota Binjai
c. Berdasarkan klasifikasi umur : a) Anak-anak ( usia 5-13 tahun ) b) Remaja ( usia 14-24 tahun ) c) Dewasa ( usia 25-45 tahun ) d) Lanjut usia
d. Berdasarkan motivasi atau tujuan : a) Pengunjung untuk berbelanja
b) Pengunjung hanya untuk berjalan jalan 2. Penyewa
Penyewa adalah pihak yang menyewa retail-retail yang terdapat dalam bangunan untuk menjual barang dan jasa mereka kepada pengunjung yang datang.
3. Pengelola
Pengelola adalah pihak yang melakukan pengelolaan kegiatan
administrasi dan operasional yang dibedakan dalam 2 tingkatan, yaitu : a. Pimpinan, terdiri dari direktur dan wakil direktur. Direktur ini
dibantu oleh sekretaris yang bertanggung jawab langsung kepada direktur.
b. Kepala bagian, terdiri dari kabag operasional, keuangan, pemasaran, keamanan, pemeliharaan, dan perawatan gedung.
4. Servis
Servis adalah pihak yang melakukan kegiatan pelayanan bangunan seperti masalah teknis, kebersihan, keamanan, utilitas, pantry dan pergudangan.
Berdasarkan pelaku kegiatan, maka kegiatan yang dilakukan adalah : 1. Kegiatan pengunjung, aktivitas umum yang dilakukan pengunjung
adalah : a. Berbelanja
b. Melihat pertunjukan yang diberikan oleh pihak pengelola c. Jalan-jalan / cuci mata
d. Makan / minum
e. Melakukan kegiatan permainan
f. Menggunakan fasilitas penunjang yang ada di shopping arcade
2. Kegiatan pengelola, aktivitas yang dilakukan oleh pengelola adalah : a. Mengelola dan mengatur jalannya operasional bangunan
b. Melayani kebutuhan para konsumen
c. Persiapan peralatan dan tempat sebelum kegiatan pertunjukkan d. Memberikan informasi singkat
e. Melakukan kegiatan administrasi
f. Penyelenggaraan kegiatan penunjang ( bisa saja bekerjasama dengan badan lain yang bersangkutan )
g. Mengadakan publikasi
a. Membersihkan setiap ruangan
b. Melakukan perawatan dan perbaikan terhadap bangunan dan
peralatan-peralatan yang ada didalamnya c. Mengurus loading dock
d. mengurus utilitas bangunan e. menjaga keamanan
2.4.2. Deskripsi Perilaku11
Perilaku pengguna pusat perbelanjaan adalah : 1. Pengunjung
Kegiatan utama pengunjung pada pusat perbelanjaan ada 2 yaitu : a. Mengkonsumsi kebutuhan berbelanja yang rutin/berulang seperti
kebutuhan berbelanja makanan.
b. Membandingkan barang berdasarkan kualitas, variasi, desain, harga, layanan dll sebelum membuat keputusan barang yang akan dibeli. 2. Penyewa
Penyewa adalah orang atau sekelompok orang yang menyewa dan mengunakan ruang serta fasilitas yang disediakan dalam melakukan kegiatan jual beli.
3. Pengelola
Pengelola adalah individu yang tergabung dalam suatu badan yang bertanggung jawab penuh terhadap segala kegiatan pengelolaan yang terdapat dalam pusat perbelanjaan. Pengelola shopping center hanya meliputi dan behubungan dengan bangunan yang dikelola tidak termasuk pengelola yang ada pada outlet masing-masing yaitu terdiri: a. Manager (pimpinan)
Pengturan dibatasi pada pengambilan keputusan (decision making) tingkat atas.
b. Administration (administrasi)
Adalah sebuah tim yang mengelola segala hal yang berhubungan dengan administrasi kantor.
c. Marketing team (Tim marketing)
Adalah suatu tim yang mengurusi masalah pemasaran. Berhasil
tidaknya shopping center tergantung pada marketingnya. Marketing sering dikatakan sebagai ujung tombaknya produksi.
d. Cleaning service
Adalah yang mengurusi segala hal yang berhubungan dengan kebersihan gedung.
e. Maintenance Building Service (Perawatan gedung)
Adalah suatu tim yang bertanggung jawab terhadap perawatan gedung yang meliputi utilitas dan struktur gedung.
f. Security (keamanan)
Adalah suatu tim yang bertanggung jawab terhadap keamanan lingkungan bangunan dari pencurian, perampokan, pengerusakan dan lain-lain.
4. Pemilik
2.4.3. Deskripsi Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang Minimal 1. Fasilitas Umum ( Publik )
Tabel 2.5. Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang Umum Minimal
Jenis Fungsi Jenis Ruang Standar Jumlah ( Unit)
Sumber : Hasil Olah Data Primer
2. Fasilitas Berbelanja ( Publik )
Tabel 2.6. Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang Berbelanja Minimal
Gudang 100 m²/unit 1 - NAD
Sumber : Hasil Olah Data Primer
3. Fasilitas Rekreasi ( Hiburan )
Tabel 2.7. Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang Rekreasi Minimal
Pizza Hut Wastafel 0,3 m² / unit 2 2 NAD
4. Fasilitas Administrasi
Tabel 2.8. Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang Administrasi Minimal
Jenis Fungsi Jenis Ruang Standar Jumlah ( Unit)
Kapasitas ( orang )
Sumber
R. Pengelola Front office 20 m² 1 5 SB
R. Manager 20 m² 1 3 SB
R. Personalia 20 m² 1 3 SB
R. Rapat 50 m² 1 10 SB
R. Karyawan 20 m² 1 10 SB
R. ME R. Genset &
Tangki BBM
1 1 SB
R. Trafo 1 1 SB
R. Pompa 15 m² 1 2 SB
R. AHU & Chiller
1 1 SB
R.Pengendali kebakaran
1 1 SB
R. Panel Listrik
1 1 SB
R. Ground Water Tank
45 m² 1 1 SB
R. Boiler 1 1 SB
R. PABX 1 1 SB
R. CCTV 1 1 SB
R. STP 10 m² 1 2 SB
2.4.4. Deskripsi Persyaratan dan Kriteria Ruang12
Tabel 2.9. Persyaratan dan Kriteria Ruang Fungsi Kelompok
Fungsi
Kebutuhan Ruang
Persyaratan
Shopping Center
Utama Kantor pengelola Mudah dalam pencapaian
Hall Cukup luas
Restoran Memerlukan view yang bagus
Cafe Memerlukan view yang
bagus, suasana tenang
Supermarket Disesuaikan dengan modul struktur
Food Court Memerlukan view yang bagus, suasana tenang
Retail Disesuaikan dengan modul struktur
Mushalla Nyaman, tenang
R. ME Tertutup bagi umum
Area parkir Kemudahan pencapaian
R. Pameran Bebas kolom
Sumber : Hasil Olah Data Primer
2.4.5. Studi Banding Arsitektur yang Mempunyai Fungsi Sejenis
Studi banding proyek sejenis adalah bertujuan untuk mendapatkan
perbandingan proyek yang akan dibuat, dimana dalam hal ini akan diambil poin-poin dari proyek yang akan dijadikan sebagai pembanding.
2.4.5.1. Paris Van Java Mall13
Paris van Java Resort Lifestyle Place (juga dikenal dengan nama Paris Van Java Mall) adalah sebuah pusat perbelanjaan yang terletak di Bandung, Jawa Barat. Mal ini bisa dicapai beberapa menit dengan mengemudi dari tol Pasteur. Mal yang diresmikan pada bulan Juli 2006 ini, dirancang dengan nuansa open air yang alami serta pemandangan burung-burung merpati hias yang beterbangan bebas. Faktor lain yang menjadi daya tarik adalah konsep bangunan yang kental dengan desain Eropa. Paris van Java Mall adalah mal yang terbagi menjadi first floor, ground floor, upper ground serta lower ground dengan salah satu department store terbaik di Indonesia, Sogo Department Store di lantai teratas. Fasilitas lainnya yang cukup menjadi daya tarik adalah pasar swalayan Carrefour, toko buku Gramedia, serta bioskop Blitzmegaplex. Selain itu, di Paris van Java juga berjejer kafe-kafe.
Gambar 2.1. Paris Van Java Mall
Sumber : www.google.com
Paris van Java pada dibangun diatas kawasan bersejarah. Namun
perencanaan proyek ini tidak melibatkan bangunan eksisting, melainkan membuat
bangunan baru dengan tema kolonial. Fungsi utama adalah shopping center, pusat wisata kuliner, serta fungsi lifestyle masyarakat kota. Konsep shopping mall
terbuka dengan bangunan bergaya kolonial membuat suasana kolonialnya kian terasa. Suasana berjalan dibawah arcade diantara bangunan kolonial dapat dirasakan disini.
2.4.5.2. Mal Ciputra Jakarta14
Mal Ciputra terletak dipersimpangan antara Jl. S. Parman – Jl. Kyai Tapa –Jl. Tol Dalam Kota, adalah lokasi yang strategis karena selalu menjadi daerah yang dilewati setiap orang yang akan menuju ke kawasan Jakarta Barat. Dengan luas lahan ± 5 Ha, Mal Ciputra adalah sebuah superblock dengan Mix-used Complex yaitu mal dengan luas ± 80.000 m2 yang terdiri dari 9 lantai dan hotel bintang empat dengan luas ± 30.000 m2 yang terdiri dari 9 lantai. Konsep arsitektural keseluruhan baik eksterior maupu interior adalah festive, bersifat cerah dan ramai. Konsep ini dapat terlihat antara lain pada permainan 2 warna utama yaitu peach yang pada saat itu menjadi trend warna Internasional dan hijau tosca yang melambangkan corporate identity Grup Ciputra. Terlihat juga pada permainan bentuk massa bangunan yang merupakan perpaduan antara bangunan mal dan hotel yang disambungkan melalui sebuah podium dibagian tengah dilengkapi dengan menara pada kedua ujungnya.
Gambar 2.2. Mall Ciputra
Sumber : www.google.com
Selain dari segi desain, perancangan mal Ciputra tidak melupakan 2 faktor
penting yaitu kemudahan dan kenyamanan pengunjung. Untuk kemudahan, dibuat
koridor utama dengan sistem ramp sepanjang interior bangunan sebagai sirkulasi horizontal, sedangkan untuk sirkulasi vertikal terdapat 10 buah elevator dan 29
buah eskalator, serta berbagai signage/directory sebagai penunjuk arah. Untuk kenyamanan, dibuat ruang – ruang publik dengan ukuran besar antara lain atrium dan centercourt tempat berbagai acara biasa dilaksanakan seperti pameran. Dilengkapi juga dengan elemen-elemen interior seperti void, skylight pada lantai foodcourt sebagai penerangan alami dan brige.
Berbagai fasilitas tersedia di mal ini yang secara garis besar dapat dibagi
menjadi beberapa kelompok. Fasilitas pusat pertokoan berupa ritel tenant yang berjumlah 360 unit. Fasilitas khusus berupa area pameran di atrium/centercourt, area bermain anak, ruang ibu dan bayi, tempat penitipan anak, playgroup bekerja sama dengan Sanggar Bobo, ruang serba guna Amadeus, taman bacaan anak dan berbagai kelas khusus seperti kelas musik dan kelas komputer. Fasilitas hiburan berupa Bioskop Citra 21 (4 studio), stringer dan Fun city. Fasilitas sosial berupa kantin murah untuk karyawan. Fasilitas pelengkap berupa ATM center, toilet pengunjung disetiap lantai, pusat informasi, kursi roda, musholla, dan telepon umum. Fasilitas lain yang tidak kalah penting adalah fasilitas parkir yang dibagi menjadi dua jenis yaitu parkir terbuka di sekeliling area bangunan dan parker tertutup berupa gedung parkir 11 lantai dengan system split level. Kapasitas keduanya dapat dapat menampung ± 1.500 buah mobil dan ± 700 buah sepeda motor serta dapat memenuhi daya tampung pengunjung baik pada hari – hari biasa maupun pada akhir pekan dan libur.
Gambar 2.3. Interior Mal Ciputra
Sesuai dengan kondisi kawasan segmentasi mal ciputra adalah B+. Untuk itu, beragam jenis retail tenant yang dipilih telah melalui seleksi disesuaikan
segmentasi tersebut dan dengan sistem pengelolaan yaitu system sewa penuh. Penerapan single-corridor dengan ramping sistem shopping center di lantai 1-6
pada interior bangunan menambah kuat konsep mal. Penyusunan letak retai tenant berhubungan langsung dengan zoning mal. Untuk barang – barang bermerek dari mancanegara diletakkan di ground floor sebagai daya tarik dan nilai jual mal. Anchor tenant di sudut – sudut bangunan untuk menarik pengunjung agar mengelilingi semua sudut bagian mal. Sedangkan untuk retail tenant kecil, disusun bercampur agar secara psikologis pengunjung tidak merasa lelah dan bosan.
Meskipun usianya telah menginjak 13 tahun, mal ciputra sampai sekarang tetap menjadi menjadi salah satu tujuan wisata belanja, khususnya untuk kawasan Jakarta Barat. Dengan kondisi ini tentunya Mal Ciputra akan selalu mengembangkan dan memajukan diri demi kenyamanan, kemudahan dan kepuasan pengunjung di tengah era persaingan antar mal yang semakin hari semakin kuat.
2.5. Elaborasi Tema 2.5.1. Pengertian Tema
Adapun tema yang diambil dalam perancangan ini adalah Arsitektur
Metafora.
2.5.1.1. Pengertian Arsitektur
Arsitektur adalah bagian dari kebudayaan manusia, berkaitan dengan
arsitektur adalah ungkapan fisik dan peninggalan budaya dari suatu masyarakat dalam batasan tempat dan waktu tertentu15.
2.5.1.2. Pengertian Metafora
Istilah metafora berasal dari bahasa Yunani metapherein (Latin: metafora, Inggris: metaphor, Perancis: metaphore). ”Meta” dapat diartikan sebagai memindahkan atau berhubungan dengan perubahan. ”pherein” berarti mengandung atau memuat. Jadi secara etimologi, metafora dapat diartikan sebagai pemindahan makna yang dikandungnya kepada obyek atau konsep lain sehingga makna tersebut terkandung pada obyek yang dikenakan baik melalui perbandingan langsung maupun analogi16.
Secara etimologis, terminologi metafora dibentuk melalui perpaduan dua kata Yunani—”meta” (diatas) dan ”pherein” (mengalihkan/memindahkan). Dalam bahasa Yunani Modern, kata metafora juga bermakna “transfer” atau “transport”. Dengan demikian, metafora adalah pengalihan citra, makna, atau kualitas sebuah ungkapan kepada suatu ungkapan lain (Classe: 2000: 941)
2.5.1.3. Metafora Dalam Arsitektur17
Metafora dalam Arsitektur adalah kiasan atau ungkapan bentuk,
diwujudkan dalam bangunan dengan harapan akan menimbulkan tanggapan dari orang yang menikmati atau memakai karyanya. Adapun prinsip-prinsip yang dianut oleh Arsitektur Metafora, yaitu:
1. Mencoba atau berusaha memindahkan keterangan dari suatu subjek ke subjek lain.
2. Mencoba atau berusaha untuk melihat suatu subjek seakan-akan sesuatu hal yang lain.
15 Kamilia, Mazaya, 2012, “Apa Itu Arsitektur? What is Architecture?”, https://mazayakamilia.wordpress.com/2012/12/13/apa-itu-arsitektur-what-is-architecture/, diakses pada tanggal 9 Maret 2016 pkl 07.00
16 Wungow, Tessa, 2011, “Metafora Dalam Arsitektur”, http://tessaiver.blogspot.co.id/2011/ 09/metafora-dalam-arsitektur.html, diakses pada tanggal 9 Maret 2016 pkl 07.00
3. Mengganti fokus penelitian atau penyelidikan area konsentrasi atau penyelidikan lainnya (dengan harapan jika dibandingkan atau melebihi
perluasan kita dapat menjelaskan subjek yang sedang dipikirkan dengan cara baru).
Dalam Penerapannya Metafora dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu : 1. Intangible methapors (metafora yang tidak dapat diraba)
Metafora yang berangkat dari suatu konsep, ide, hakikat manusia dan nilai-nilai seperti : individualisme, naturalisme, komunikasi, tradisi dan budaya.
2. Tangible methapors (metafora yang nyata)
Metafora yang berangkat dari hal-hal visual serta spesifikasi / karakter tertentu dari sebuah benda seperti sebuah rumah adalah puri atau istana, maka wujud rumah menyerupai istana.
3. Combined methapors (metafora kombinasi)
Merupakan penggabungan kategori 1 dan kategori 2 dengan membandingkan suatu objek visual dengan yang lain dimana mempunyai persamaan nilai konsep dengan objek visualnya. Dapat dipakai sebagai acuan kreativitas perancangan.
2.5.1.4. Kegunaan Penerapan Metafora dalam Arsitektur
Sebagai salah satu cara atau metode sebagai perwujudan kreativitas
Arsitektural, yakni sebagai berikut18 :
1. Memungkinkan untuk melihat suatu karya Arsitektural dari sudut pandang yang lain.
2. Mempengaruhi untuk timbulnya berbagai interprestasi pengamat.
3. Mempengaruhi pengertian terhadap sesuatu hal yang kemudian dianggap menjadi hal yang tidak dapat dimengerti ataupun belum sama sekali ada pengertiannya.
4. Dapat menghasilkan Arsitektur yang lebih ekspresif.
2.5.2. Interpretasi Tema19
Metafora merupakan suatu istilah yang memiliki arti sesuatu seperti
(something like). Metafora juga merupakan suatu istilah yang didasarkan pada kesamaan (similarity). Metafora merupakan suatu ungkapan bentuk yang
mengharapkan tanggapan dari para pengamat dan apabila diamati akan mempunyai makna yang berbeda-beda bagi orang awam yang mengamatinya.
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa penerapan tema metafora pada design bangunan adalah dengan mencoba menangkap objek yang mewakili kehadiran dari fungsi serta klien proyek. Dalam perancangan Pusat Perbelanjaan ini menggunakan gaya arsitektur metafora yang bersifat Combined dengan adanya kombinasi wujud nyata benda yang berkaitan dengan penerbangan, di ikuti oleh wujud abstrak yang mengikuti benda yang dipakai sebagai bentuk dasar perancangan. Design bangunan menginterpretasikan konsep dari bandara Kualanamu, Tema metafora diangkat menjadi tema dari Pusat Perbelanjaan dengan pendekatan segala sesuatu yang berhubungan dengan penerbangan.
2.5.3. Keterkaitan Tema Dengan Judul
Tema adalah suatu pola atau gagasan spesifik yang berulang di seluruh desain pada suatu proyek20. Judul dapat dikatakan sebagai jabaran topik atau tema. Karena itu, judul harus mampu mencerminkan topik atau tema, tidak boleh menyimpang dari intinya21.
Berdasarkan pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tema dengan judul sangat erat kaitannya. Tema metafora diambil dan diterapkan pada perancangan Pusat Perbelanjaan Di Kawasan Simpang Kayu Besar, Kualanamu untuk menciptakan suatu bangunan yang mampu menarik perhatian orang, mampu memberi kesan dan citra sendiri, serta mampu mewakili suasana dan aktivitas yang
19 Febry, Nans, 2011, “Tema Arsitektur Simbolisme”, http://sittinur.blogspot.co.id/2011/11/tema-arsitektur-simbolisme.html, diakses pada tanggal 9 Maret 2016 pkl 07.00
20 Dwifpputeri, 2011, “Tema dan Konsep”, http://dwifpputeri.blogspot.co.id/2011/04/tema-dan-konsep.html, diakses pada tanggal 9 Maret 2016 pkl 07.00
terdapat di dalamnya. Tujuan pemakaian tema sendiri adalah menciptakan bangunan dengan karakter yang sesuai dengan fungsi bangunan itu sendiri.
2.5.4. Studi Banding Arsitektur yang Mempunyai Tema Sejenis Berikut studi banding proyek dengan tema yang sejenis dengan : 2.5.4.1. Museum Of Fruit, Yamanshi, Jepang22
Salah satu perancangan yang menggunakan metafora sebagai konsep rancangannya adalah Itsuko Hasegawa. Tema ini tampak pada salah satu karyannya yaitu Museum Of Fruit di Jepang tepatnya di kota Yamashi. Bangunan ini didirikan pada tahun 1996, berfungsi sebagai museum dan green house dengan material baja dan kaca. Berlokasi sekitar 30 km dari Gunung Fuji, Museum of Fruit berada pada salah satu daerah gempa bumi yang paling aktif di dunia. Pusat pengetahuan ini memiliki 3 struktur shell yang terrbuat dari baja dengan tinggi sampai 20 m dan bentang 50 m yang dihubungkan oleh bangunan bawah tanah.
Sebagian dari dome ini dilapisi kaca dan terbentuk dari baja yang berbentuk pipa. Dimensi tipikal adalah 40 m dengan bentang 20 m. Kompleks bangunan ini terdiri dari tiga massa utama, yaitu : Fruit Plaza, Green house, dan workshop. Ketiga massa ini diatas menyebar seolah-olah berupa bibit yang disebar di sebuah lahan. Kehadiran metafora terlihat pada bangunan yang menjadi obyek kasus, yaitu Museum of Fruit. Pada bangunan ini, sang perancang menghadirkan sifat-sifat buah dan bibit dalam bentuk bangunan. Sehingga dapat dikatakan bahwa bangunan Museum of Fruit ini merupakan perumpamaan Arsitektur.
22 Hasegawa, Itsuko, 1992, Museum Of Fruit,
Gambar 2.4. Site Plan Museum Of Fruit
Sumber : www.google.com
Gambar 2.5. Museum Of Fruit
Gambar 2.6. Maket Museum Of Fruit
Sumber : www.google.com Sumber : www.google.com
tumbuh-tumbuhan yang lain. Itsuko Hazegawa berusaha menampilkan metafora dan kekuatan serta perbedaan buah-buahan, sebuah lansekap purba yang tersembunyi
dalam jiwa manusia.
Dia menggunakan bentuk bibit-bibit yang berbeda yang disebar ke tanah
dalam penampilan keseluruhan kompleks bangunannya, termasuk dalam menemukan bentuk denah dari tiga massa utama. Sisi inilah yang merupakan kategori tangible metaphor. Sedangkan kategori intangible metaphor tampak pada gambaran sebuah bibit yang kemudian tumbuh menjadi pohon yang besar yang ditampilkannya ke dalam salah satu massa yaitu fruit plaza. Kemudian dia menampilkan kenangan akan matahari tropis di mana bibit berkecambah pada green house.
Dia juga menggambarkan dunia gen buah-buahan ke dalam rancangan exhibition hall. Kekuatan bibit digambarkan dalam workshop, cerita buah-buahan tampak pada museum, sementara kekayaan hubungan budaya dan sejarah antara manusia dan buah bisa disimbolkan dengan cara menyebarkan lahan bibit dan menjadi makmur dalam lingkungan tertentu serta pencampurannya bisa dilihat sebagai metafora hidup berdampingan dengan damai pada daerah yang bermacam macam di dunia, simbiosis manusia dan binatang, dan pemeliharaan alam.
Tampilan keseluruhan bangunan merupakan “new age village“.
2.5.4.2. Sidney Opera House23
Sydney Opera House berdiri diatas tanah seluas 2.2 Ha dan Luas Banguan
1.8 Ha dengan bentan bangunan 185 m X 120 dan ketinggian atap mencapai 67 meter di atas permukaan laut. Atap terbuat dari 2194 bagian beton precast yang masing-masing seberat 15.5 ton.
Gambar 2.7. Sydney Opera House
Gambar 2.8. Bentuk Sydney Opera House
Sumber : www.google.com Sumber : www.google.com
Selain dapat dikategorikan berdasarkan kiasan obyeknya, sebuah karya arsitektur bisa memiliki multi-interpretasi bahasa metafora bagi yang melihatnya. Sydney Opera House dirancang oleh jorn utzon, seorang arsitek kelahiran Denmark. Setiap orang yang melihat karya arsitektur ini, akan menghasilkan berbagai macam interpretasi sesuai dengan pikiran masing-masing. Ada yang berpendapat bahwa konsep metafora Sydney Opera House berasal dari cangkang siput atau kerang. Ada pula yang berpendapat bagaikan bunga yang sedang mekar. Sydney Opera House ini terletak di atas pelataran menjorok di tepian air, berdampingan dengan pelabuhan di kawasan benellong point diatas teluk Sydney yang dulunya difungsikan sebagai gudang penyimpanan kereta trem oleh Jorn Utzon diubah menjasi suatu mahakarya yang indah dan dikenang sepanjang masa pada tahun 1957 untuk memenuhi ambisi pemerintah setempat.
Bentuknya yang melengkung berwarna putih menggunakan sistem struktur cangkang (shell system) selaras den seolah-olah seperti echo dari pelengkung jembatan Sydney ini merupakan sistem struktur ruang dimana dalam hai ini dinding
tanpa tiang menyatu dengan atap seperti pada rumah siput. Bentuk dan warna yang ditampilkan oleh sistem tersebut selain memberikan kesan sesuai dengan