• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Iklim Organisasi dengan Kesejahteraan Psikologis pada Karyawan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Iklim Organisasi dengan Kesejahteraan Psikologis pada Karyawan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pekerjaan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat penting bagi

masyarakat saat ini. Bekerja merupakan suatu tuntutan yang paling dasar, baik

untuk memperoleh imbalan berupa uang, jasa maupun untuk pengembangan diri.

Berbagai aktivitas yang terjadi di tempat kerja seperti rutinitas, supervisi, dan

kompleksitas tugas mempengaruhi kemampuan seseorang sehingga ia mampu

merasakan emosi dan persepsi mengenai tempat kerjanya (Ariati, 2010).

Pada dasarnya setiap organisasi menginginkan dan menuntut agar seluruh

karyawan dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan sebaik mungkin. Terdapat

sejumlah fakta yang menunjukkan bahwa organisasi yang sukses adalah

organisasi yang terlebih dahulu memperhatikan kondisi karyawannya. Kondisi

karyawan tersebut dapat dilihat dari kesejahteraan karyawaan (Keyes, Hysom &

Lupo, 2000).

Dalam UU 13/2003 disebutkan bahwa kesejahteraan karyawan adalah

sesuatu pemenuhan kebutuhan dan atau keperluan yang bersifat jasmaniah dan

rohaniah, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja, yang secara langsung

atau tidak langsung dapat meningkatkan produktivitas kerja dalam lingkungan

kerja yang aman dan sehat. Ketika sebuah organisasi dapat meningkatkan

(2)

sebaik mungkin ke dalam pekerjaan mereka, memberikan keuntungan bagi

perusahaan, dan menghasilkan karya yang lebih kreatif dan inovatif sehingga

dapat meningkatakan laju perusahaan secara keseluruhan (Davis, 2012).

Kesejahteraan terdiri dari dua jenis, yaitu kesejahteraan fisik dan

kesejahteraan psikologis. Kesejahteraan fisik berkaitan dengan kesehatan jasmani

sedangkan kesejahteraan psikologis berkaitan dengan apa yang dirasakan individu

dalam menjalani aktivitasnya sehari-hari. Ryff (1989) menjelaskan kesejahteraan

psikologis sebagai hasil evaluasi atau penilaian seseorang terhadap

pengalaman-pengalaman hidupnya.

Keberhasilan suatu organisasi salah satunya ditandai dengan karyawan

yang merasa sejahtera di tempat kerjanya (Keyes, Hysom & Lupo, 2000).

Memperhatikan kesejahteraan psikologis karyawan adalah hal yang sangat

penting bagi organisasi karena dapat mempengaruhi bagaimana prilaku karyawan

itu sendiri, bagaimana pengambilan keputusan yang dilakukan, serta interaksinya

dengan rekan kerja (Warr, 1978 ; Rasulzada, 2007). Berdasarkan penelitian yang

dilakukan Wright et al, (2007) menyebutkan bahwa karyawan yang bahagia lebih

dapat menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan pekerjaannya sehingga

produktivitas kerjanyanya meningkat. Selain itu, karyawan yang sejahtera dalam

pekerjaannya juga memiliki komitmen yang tinggi (Annisa & Zulkarnain, 2013).

Penelitian yang dilakukan Cropanzo dan Wright (2000) juga mengatakan bahwa

ada korelasi positif antara kesejahteraan psikologis dengan tingkat performansi

kerja. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Zamralita dan Suyasa (2008)

(3)

kesejahteraan psikologis. Hal ini dapat menjadi bukti bahwa kesejahteraan

psikologis karyawan sangat bermanfaat bagi perusahaan.

Individu yang memiliki kesejahteraan psikologis yang tinggi adalah

individu yang merasa puas dengan hidupnya, memiliki kondisi emosional yang

positif, mampu melalui pengalaman-pengalaman buruk atau yang menghasilkan

kondisi emosional negatif, memiliki hubungan yang positif dengan orang lain,

mampu menentukan nasibnya sendiri tanpa bergantung dengan orang lain,

mengontrol kondisi lingkungan sekitar, memiliki tujuan hidup yang jelas, serta

mampu mengembangkan dirinya sendiri (Ryff, 1989).

Lingkungan kerja dapat memiliki dampak positif maupun negatif pada

kesejahteraan psikologis karyawan (Briner, 2000). Terdapat perbedaan antara

masing-masing individu dalam mempersepsikan lingkungan kerjanya,

berdasarkan apa yang dapat dilihat, dirasakan, dijelaskan serta

diinterpretasikannya. Individu-individu mempersepsikan dan memberikan makna

terhadap lingkungan kerjanya yang memiliki hubungan dengan sebagian dari

sistem nilai pribadi (Murphy, 1996). Nilai pribadi sebagai sesuatu yang diinginkan

atau dicari seseorang untuk diperoleh karena dianggap sebagai pendukung

kesejahteraan (Locke, 1976). Aspek persepsi ini menurut (James & McIntyre,

1996; Murphy, 1996) merupakan sesuatu yang sangat penting bagi individu

dalam memberikan makna pada situasi yang dimilikinya. Dengan kata lain,

bagaimana individu memaknai lingkungannya akan berpengaruh dalam perilaku

yang dimunculkannya. Persepsi anggota organisasi tentang norma yang berkaitan

(4)

Iklim organisasi dirasakan secara langsung atau tidak langsung oleh

karyawan (Gibson, Ivancevich & Donelly, 2000) dan memiliki pengaruh terhadap

perilaku anggota organisasi itu sendiri (Denison, 1990). Dengan begitu iklim

organisasi dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif terhadap perilaku

karyawan sesuai dengan persepsi karyawan terhadap iklim organisasi yang

dirasakannya. Karakteristik iklim organisasi sangat berkaitan erat dengan

persepsi individu. Melalui persepsi individu, maka diketahui karakteristik iklim

organisasi di tempat individu bekerja (Liwin & Stringer, 1968; Steers, 1985).

Banyaknya iklim organisasi sama banyaknya dengan anggota yang ada

dalam organisasi (Johannesson, 1973). Artinya organisasi tidak memiliki satu

iklim. Hal tersebut bergantung pada bagaimana anggota organisasi

mempersepsikan kondisi yang dirasakannya, sehingga tidak ada nilai absolut satu

iklim dalam suatu organisasi. Selain itu, persepsi individu terhadap sesuatu dapat

berubah tergantung pada situasi yang menyertainya, maka iklim suatu organisasi

juga dapat berubah tergantung pada siapa, bagaimana dan kapan individu

mempersepsinya. Dengan begitu, satu kondisi tertentu dapat dirasakan baik oleh

individu atau kelompok tertentu, dan bisa jadi dalam kondisi yang sama justru

dirasakan secara berbeda oleh individu ataupun kelompok lainnya.

Iklim organisasi selalu mempengaruhi kondisi dan perilaku individu dalam

perusahaan. Iklim organisasi yang baik akan mempengaruhi kondisi kerja

karyawan sehingga semangat akan tumbuh pada karyawan. Tercapainya tujuan

organisasi sangat dipengaruhi oleh iklim organisasi tersebut (Hepner, 1973). Iklim

(5)

sehingga dapat menciptakan suasana lingkungan internal (lingkungan psikologis)

yang menunjang tercapainya tujuan organisasi atau perusahaan. Karakteristik atau

dimensi iklim organisasi mempengaruhi motivasi anggota organisasi untuk

berperilaku tertentu (Stringer, 2002).

Leigh (1996) menyatakan bahwa iklim organisasi adalah keadaan

lingkungan organisasi yang dirasakan oleh karyawan yang mengarah pada

aspek-aspek seperti: keamanan psikologis dan kebermaknaan psikologis lingkungan

kerja. Keamanan psikologis meliputi kemampuan pikiran dan perasaan karyawan

untuk menunjukkan dan mengembangkan diri karyawan tanpa rasa takut terhadap

konsekuensi negatif pada citra diri, status dan kelangsungan karirnya.

Kebermaknaan psikologis merupakan perasaan karyawan bahwa mereka

memperoleh imbalan dari energi fisik, kognitif, dan emosional yang mereka

lakukan dalam bekerja. Karyawan merasa bahwa kerja mereka bermakna, jika

mereka merasa bahwa pekerjaan tersebut menantang, bermanfaat dan

menghasilkan imbalan.

Penilaian individu terhadap situasi organisasi berbeda antara karyawan

yang satu dengan karyawan yang lain disebabkan oleh perbedaan dalam

kemampuan, nilai-nilai, dan kebiasaan-kebiasaan karyawan yang harus

disesuaikan dengan budaya organisasi, perbedaan kontribusi karyawan terhadap

organsasi, dan perbedaan dalam gaya manajemen (Aryansah & Kusumaputri,

2013).

Iklim organisasi penting diperhatikan dalam organisasi, sebab keserasian

(6)

kepuasan individu dalam organisasi (Stoner, 1978). Iklim organisasi yang positif

akan menimbulkan kenyamanan bagi karyawan, saling menghormati antar

karyawan, serta kebersamaan dalam bekerja.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa iklim organisasi

adalah bagaimana persepsi individu terhadap lingkungan organisasi mereka yang

akan mempengaruhi perilaku mereka. Iklim organisasi merupakan persepsi

tentang apa yang diberikan oleh organisasi dan dijadikan dasar bagi penentuan

tingkah laku anggota dalam organisasi. Sedangkan kesejahteraan psikologis

menekankan pada bagaimana individu dapat menjalani hidup mereka dalam

kondisi dan lingkungan kerja mereka. Untuk itu peneliti ingin mengetahui

hubungan iklim organisasi dengan kesejahteraan psikologis karyawan.

B.RUMUSAN MASALAH

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah ada hubungan

iklim organisasi dengan kesejahteraan psikologis pada karyawan?”

C.TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1) Mengetahui hubungan antara iklim organisasi dengan kesejahteraan psikologis

karyawan

2) Mengetahui hubungan antara dimensi iklim organisasi dengan kesejahteraan

(7)

D.MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini memiliki dua manfaat baik secara teoritis maupun praktis:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan

yang bermanfaat dibidang Psikologi khususnya Psikologi Industri dan Organisasi

terutama yang berkaitan dengan iklim organisasi dan kesejahteraan psikologis.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini bagi peneliti, diharapkan dapat memberi

pengalaman yang bermanfaat dalam bidang penelitian. Bagi perusahaan,

penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan di dalam organisasi untuk

mengetahui hubungan iklim organisasi dengan kesejahteraan psikologis dan juga

dapat diketahui tingkat kesejahteraan psikologis dan persepsi karyawan terhadap

iklim organisasi.

E.SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

Bab I : Pendahuluan

Berisikan latar belakang masalah yang akan dibahas, rumusan masalah,

(8)

Bab II : Tinjauan Pustaka

Berisikan uraian tentang teori-teori dari masing-masing variabel,

yaitu teori iklim organisasi dan kesejahteraan psikologis, hubungan

antara variabel, dan hipotesa penelitian.

Bab III : Metode Penelitian

Berisikan mengenai metode-metode dalam penelitian yaitu

identifikasi variabel, definisi operasional variabel penelitian,

populasi dan sampel, alat ukur, validitas dan realibilitas alat ukur,

dan metode pengolahan data.

Bab IV : Analisa dan Pembahasan Data

Berisikan mengenai analisis data dan pembahasan yang berisikan

gambaran umum subjek penelitian, hasil penelitian, dan

pembahasan hasil penelitian yang merupakan perbandingan

hipotesis dengan teori-teori atau hasil penelitian terdahulu yang

mendukung terujinya hipotesis

Bab V : Kesimpulan dan Saran

Berisikan mengenai kesimpulan hasil penelitian dan saran yang

diberikan oleh peneliti untuk penelitian selanjutnya serta saran

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pejabat Pengadaan Barang / Jasa Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum dan ESDM Kabupaten

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH..

Pejabat Pengadaan Barang / Jasa Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum dan ESDM Kabupaten

Pada hari ini Selasa tanggal sembilan belas bulan Juni tahun Dua Ribu Dua Belas pukul 14.30 WIB s/d 15.30 WIB , kami Panitia Pengadaan Barang/Jasa Pangkalan Sarana Operasi Bea dan

Dari 5(lima) penyedia barang yang memenuhi syarat teknis kemudian dilakukan evaluasi harga sebagaimana dimaksud dalam dokumen pengadaan berdasarkan hasil koreksi

Jumlah calon penyedia Barang/Jasa yang telah lulus evaluasi administrasi, teknis, dan harga sebanyak 5 (lima) peserta dengan urutan sebagai berikut :.. No Nama Perusahaan

Pada hari ini RABU tanggal DUA PULUH bulan JUNI tahun DUA RIBU DUA BELAS dengan mengambil tempat di Aula Gedung A,Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan