• Tidak ada hasil yang ditemukan

Morfologi Benih, Pematahan Dormansi dan Perkecambahan Benih Kemenyan Durame (Styrax benzoin Dryander)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Morfologi Benih, Pematahan Dormansi dan Perkecambahan Benih Kemenyan Durame (Styrax benzoin Dryander)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Kemenyan (Styrax spp)

Jayusman dkk, (1999) menyatakan bahwasanya pohon kemenyan termasuk ke

dalam ordo Ebenales, famili Styracaceae dan genus styrax. Terdapat 7 (tujuh)

jenis kemenyan yang menghasilkan getah tetapi hanya 4 jenis yang secara umum

lebih dikenal dan bernilai ekonomis yaitu: (a) kemenyan durame (S. benzoine

DRYAND), (b) kemenyan bulu (S. benzoine var. hiliferum), (c) kemenyan toba

(S. sumatrana J.J.Sm) dan (d) kemenyan siam (S. tokinensis). Tetapi jenis

kemenyan toba dan durame yang paling umum dibudidayakan secara luas di

Sumatera Utara. Klasifikasi tanaman kemenyan (Styrax spp) dalam sistematika

tumbuhan dapat disusun sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dikotiledonae

Ordo : Ebeneles

Famili : Styraceae

Genus : Styrax

Spesies : Styrax benzoin Dryander

Secara morfologis tanaman kemenyan memiliki ciri-ciri yaitu: habitusnya berupa

pohon besar, tinggi dapat mencapai 24-40 m dengan diameter 60-100 cm. Batang

lurus dengan percabangan sedikit. Kulit beralur tidak terlalu dalam (3-7 mm) dan

kulit berwarna merah anggur. Batangnya mengandung resin yang bila dibakar

berbau wangi. Daunnya tersusun spiral. Bunganya berbentuk tandan dan berbau

(2)

lebih. Kulit bagian dalam lunak, berwarna coklat sampai merah, merah muda atau

merah keunguan (Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1999)

Kemenyan berdaun tunggal dan tersusun secara spiral, daun berbentuk oval bulat,

bulat memanjang (ellips) dengan dasar daun bulat dan ujung runcing. Panjang

daun dapat mencapai 4-15 cm dengan lebar daun 5-7,5 cm, tangkai daun 5-13 cm,

helai daun mempunyai nervi 7-13 pasang. Helai daun halus, permukaan bawah

agak mengkilap berwarna putih sampai abu-abu. Warna daun jenis toba lebih

gelap kecoklatan dan lebih tebal dibandingkan jenis durame (Jayusman dkk,

1999).

Bunga kemenyan berkelamin dua dimana bunganya bertangkai panjang antara

6-11 cm, daun mahkota bunga 9-12 helai dengan ukuran 2-3,5 mm. Buah masak

berbentuk bulat sampai agak gepeng, berdiameter 2-3,8 cm (Jayusman dkk, 1999).

Buah kemenyan berbentuk bulat gepeng dan lonjong berukuran 2,5-3 cm. Biji

kemenyan berukuran 15-19 mm, bijinya berwarna coklat keputihan. Biji

kemenyan terdapat di dalam daging buah yang cukup tebal dan keras

(Jayusman dkk, 1999).

Potensi dan Penyebaran Kemenyan

Pohon kemenyan tersebar di beberapa negara antara lain Malaysia, Thailand,

Indonesia dan Laos. Di Indonesia jenis ini terdapat di Sumatera, Jawa dan

Kalimantan Barat. Di pulau Sumatera kemenyan dijumpai secara alami di pantai

barat, hidupnya berkelompok dan berasosiasi dengan pohon lain. Selain itu pohon

ini dijumpai di Sumatera Utara dan Sumatera Selatan. Di Sumatera Utara terdapat

beberapa kabupaten penghasil kemenyan, seperti Dairi, Tapanuli Utara, Tapanuli

(3)

secara luas di daerah Tapanuli (Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Tapanuli

Tengah) dan Kabupaten Dairi (Jayusman dkk, 1999).

Tanaman kemenyan tersebar di seluruh kecamatan Tapanuli Utara seperti di

Kecamatan Parmonangan, Adiankoting, Sipoholon, Tarutung, Siatasbarita,

Pahaejulu, Purbatua, Simangumban, Pangaribuan, Garoga, Sipahutar,

Siborong-borong, Pagaran, dan Muara. Luas tanaman kemenyan diseluruh kecamatan

Tapanuli Utara pada tahun 2007 seluas 16,395.00 Ha dengan hasil produksi

261,85 ton, pada tahun 2008 seluas 16,413.50 Ha dengan hasil produksi 260,73

ton, pada tahun 2009 seluas 16,413.00 Ha dengan hasil produksi 260,73 ton , pada

tahun 2010 seluas 16,181.50 Ha dengan hasil produksi 260,23 ton dan pada tahun

2011 seluas 16,208,50 Ha dengan hasil produksi 260,23 ton (Sumber: Kabupaten

Tapanuli Utara Dalam Angka, 2012).

Manfaat dan Kegunaan Kemenyan

Pohon kemenyan prospektif dikembangkan untuk tanaman hutan rakyat, hutan

kemasyarakatan, rehabilitasi lahan, sekat bakar, penghara industri pulp, maupun

untuk pohon ornamen. Selain itu kayunya dapat digunakan untuk bangunan

rumah dan jembatan serta akarnya mengandung cairan berwarna

kemerah-merahan yang berfungsi sebagai insektisida (Pinyopusarerk, 1994).

Pengolahan kemenyan saat ini masih dilakukan secara tradisional tanpa ada

pengolahan lanjut dalam upaya meningkatkan mutu dan kualitas. Kemenyan yang

dipasarkan baik lokal maupun ekspor pada umumnya masih berupa bahan mentah

(raw material). Pengolahan kemenyan menjadi bentuk barang setengah jadi

(semifinal goods) atau barang jadi (final goods) berupa hasil-hasil ekstrak sesuai

(4)

Utara. Pemanfaatan kemenyan yang diketahui oleh masyarakat secara umum

masih terbatas pada penggunaannya untuk industri rokok dan kegiatan tradisional

atau religius (Sasmuko, 2003).

Sebagian besar kegunaan lainnya adalah sebagai bahan baku dalam industri antara

lain industri parfum, farmasi, obat-obatan, kosmetik, sabun, kimia dan industri

pangan. Ekstraksi kemenyan dapat menghasilkan beberapa senyawa kimia yang

diperlukan oleh industri farmasi, antara lain asam balsamat, asam sinamat, benzyl

benzoat, sodiumbenzoat, benzophenone, dan ester aromatis (Sasmuko,2003)

Perbanyakan Tanaman Kemenyan

Perbanyakan tanaman kemenyan dapat dilakukan dengan secara generatif dan

vegetatif. Kurniawati dan Danu (2014) telah berhasil memperbanyak tanaman

kemenyan secara vegetatif dengan stek dan mampu menghasilkan presentase stek

berakar sebesar 83,54 % yang dihasilkan oleh stek dari bibit umur 4 bulan dengan

tanpa pemberian ZPT IBA. Elimasni (2005) telah melakukan perbanyakan bibit

kemenyan dengan teknik kultur jaringan dan menghasilkan presentase

keberhasilan yaitu 50-83%.

Perbanyakan generatif kemenyan

Perbanyakan generatif adalah perbanyakan tanaman dari bahan yang berasal dari

biji. Perbanyakan generatif dapat dilakukan dengan mudah dan murah bila biji

pohon tersedia secara melimpah, tingkat kemudahan penanganan benih amat

ditentukan oleh karakteristik fisiologis biji dari setiap jenis pohon.

Perkecambahan benih adalah proses pembentukan organ tumbuhan yang berasal

(5)

pengaktifan kembali aktifitas pertumbuhan embrionik di dalam biji untuk

kemudian membentuk bibit (seedling). Secara morfologis suatu biji yang sedang

berkecambah (germinate) umumnya ditandai dengan terlihatnya akar (radikula)

atau daun (plumula) yang menonjol keluar dari biji.

Selain perlakuan pendahuluan, media tumbuh juga merupakan elemen penting

bagi tumbuhan karena merupakan tempat berjangkarnya akar, penopang batang

agar dapat berdiri kokoh dan juga sebagai sumber hara dan mineral yang

diperlukan bagi keberlangsungan hidupnya. Media tumbuh yang baik harus

memenuhi persyaratan fisik (tekstur, strutur, porositas dan kosistensi) dan kimia

(pH unsur hara mikro dan makro). Media yang sering digunakan untuk

perkecambahan adalah tanah dan pasir.

a. Tanah

Tanah yang baik untuk usaha penanaman adalah tanah yang mampu berfungsi

baik untuk penopang mekanis, mampu menahan air sesuai keperluan tumbuhan,

mampu menyerap kelebihan air (porous), menjamin terjadinya pertukaran gas

(aerasi) yang baik serta mampu menyediakan unsur hara yang diperlukan untuk

pertumbuhan tumbuhan. Tanah harus subur, tidak asam atau basa, dalam,dan

berdrainase baik agar terhindar dari terendam air, tetapi cukup menyimpan air

sehingga tidak terjadi kekeringan.

b. Pasir

Pasir merupakan media yang mudah tersedia bersih dan daya rekatnya rendah.

Pasir tidak menyimpan kelembaban sehingga membutuhkan frekuensi

(6)

akan membuat pasir bersifat kasar sehingga memberikan hasil yang baik

(Hartman dkk,1997).

c. Kompos

Kompos merupakan bahan organik yang berfungsi sebagai pupuk. Selain itu

dapat memperbaiki sifat fisik tanah karena tanah remah dan mikroba-mikroba

tanah yang bermanfaat dapat hidup dengan subur (Wudianto, 1998). Bahan

organik yang telah terkompos dengan baik mempunyai banyak peranan antara lain

memperbesar daya ikat tanah yang berpasir sehingga struktur tanah akan lebih

baik, Memper tinggi kemampuan tanah untuk menyerap air dan menyediakannya

untuk kepentingan tumbuhan, memperbaiki drainase dan tata udara tanah serta

mempertinggi daya ikat tanah terhadap hara sehingga tidak mudah larut oleh air

hujan atau pengairan.

Dormansi Benih

Dormansi benih dapat didefinisikan sebagai ketidakmampuan benih hidup untuk

berkecambah pada suatu kisaran keadaan yang luas yang dianggap

menguntungkan untuk benih tersebut. Dormansi dapat terjadi karena tidak

mempunyai benih secara total untuk berkecambah atau hanya karena

bertambahnya kebutuhan yang khusus untuk perkecambahnnya (Byrd, 1968).

Menurut Schmidth (2002), dormansi benih menunjukkan suatu keadaan

benih-benih sehat (viable) gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara

normal baik untuk perkecambahan, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan

cahaya yang sesuai. Gardner dkk (1991) mengemukakan bahwa tekanan seleksi

selama ribuan tahun pembudidayaan sebenarnya menghilangkan dormansi pada

(7)

setelah pemasakan dan pengeringan, atau pengawetan dengan pengeringan.

Tanaman budidaya yang lama belum dibudidayakan seringkali menunjukkan

dormansi sampai tingkat tertentu dan memerlukan kondisi khusus atau waktu

penyimpanan yang lebih panjang sebelum berkecambah.

Perlakuan awal atau perlakuan pendahuluan merupakan istilah yang digunakan

untuk kondisi atau proses yang diterapkan pada pematahan dormansi untuk

perkecambahan. Perlakuan awal dilakukan untuk menjamin bahwa benih akan

berkecambah, dan bahwa perkecambahan berlangsung cepat dan seragam.

Metode perlakuan awal sering harus disesuaikan dengan individu jenis benih

berdasarkan pengalaman dan percobaan-percobaan. Perlakuan awal umumnya

dilakukan sesaat sebelum penaburan misalnya setelah penyimpanan karena

dormansi umumnya memperpanjang daya simpan. Berdasarkan beberapa

permasalahan tersebut penelitian mengenai perbanyakan generatif tanaman

kemenyan perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan ketersediaan bibit

kemenyan yang berkualitas. Jayusman (1997) mencoba meningkatkan

persentase kecambah dengan cara dilakukannya upaya stratifikasi.

Teknik stratifikasi ditujukan untuk memecahkan dormansi embrio melalui

perendaman dan pemanasan bertahap. Seleksi benih dilakukan dengan terlebih

dahulu merendam dalam air dingin, benih yang terapung dibuang. Salah satu cara

stratifikasi benih adalah dengan perendaman sebelum penggosokan maupun

pengikiran kulit benih dan perendaman dengan air panas selama 1 jam dan air

dingin 24 jam sebelum disemai mampu menghasilkan persen kecambah 50-75%.

Teknik skarifikasi adalah salah satu proses yang dapat mematahkan dormansi

(8)

dilakukan pada perlakuan skarifikasi yaitu pengamplasan, pengikiran dan

pemotongan. Skarifikasi memungkinkan air masuk kedalam benih untuk

Referensi

Dokumen terkait

The balance of payments accounts are those that record all transactions between the residents of a country and residents of all foreign nations.. They are composed of the

Ketentuan mengenai penyimpanan arsip aktif dan inaktif yang telah ditetapkan dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 145/U/2004 tentang Jadwal Retensi Arsip

The second conclusion, besides the conclusion that a power supply that is completely based on renewable resources is economically conceivable, is, hence, that capital costs (if

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2013-2018. sebagai

Invariant Moment merupakan sebuah metode dari Feature Extraction dimana metode ini dapat meng- ekstraksi nilai-nilai tertentu yang terdapat pada suatu citra tulisan tangan..

Perusahaan saat ini mempunyai 5 lini dan memproduksi 1 unit body caliper tipe 2PH setiap 19,86 detik.Hasil identifikasi bottleneck diketahui bahwa stasiun 1 merupakan stasiun

Penyelenggaraan Tugas dan Wewenang Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 342) sebagaimana telah

The Rainforest Alliance works to conserve biodiversity and ensure sustainable livelihoods by transforming land-use practices, business practices and consumer behavior. The