• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan dan Lingkungan Eksternal Terhadap Keberhasilan Usaha (Studi Kasus Pada Usaha Burger di sepanjang Jalan Dr Mansyur dan Jalan Setiabudi Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan dan Lingkungan Eksternal Terhadap Keberhasilan Usaha (Studi Kasus Pada Usaha Burger di sepanjang Jalan Dr Mansyur dan Jalan Setiabudi Medan)"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis

2.1.1 Pengetahuan Kewirausahaan

Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan

dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Inti dari

kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan

berbeda melalui pemikiran kreatif dan tindakan inovatif demi terciptanya peluang.

Banyak orang, baik pengusaha maupun yang bukan pengusaha, meraih sukses

karena memiliki kemampuan kreatif dan inovatif (Suryana, 2010:2).

Untuk menjadi seorang wirausaha yang sukses tentu saja harus memiliki

kompetensi dalam menghadapi resiko dan tantangan. Oleh sebab itu, ia harus

memiliki kompetensi kewirausahaan. Seperti yang dikemukakan oleh Harris

dalam Suryana (2010:5) wirausaha yang sukses pada umumnya adalah mereka

yang memiliki kompetensi, yaitu yang memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan

dan kualitas individual yang meliputi sikap, motivasi, nilai-nilai pribadi, serta

tingkah laku yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan kewirausahaan.

Drucker (Julita, 2013:96) mengatakan, pengetahuan merupakan informasi

yang dapat merubah sesuatu atau seseorang, seiring dengan itu juga dapat

mengarahkan kepada tindakan, atau sesuatu yang dapat membuat seorang

individu/ suatu lembaga mampun melakukan suatu tindakan secara lebih efektif.

Pengertian lain dari pengetahuan adalah pembentukan pemikiran asosiatif yang

menghubungkan atau menjalin sebuah pikiran dengan kenyataan atau dengan

pikiran lain berdasarkan pengalaman yang berulang-ulang tanpa pemahaman

(2)

Pengetahuan terdiri dari pengetahuan langsung yaitu pengetahuan yang telah

dimiliki oleh seorang wirausahawan sebelum ia menjadi seorang wirausaha serta

pengetahuan tidak langsung yang diperolehnya dari berbagai pihak sebelum

maupun saat ia telah menjadi seorang wirausaha.

Pengetahuan didefinisikan oleh Oxford Kamus Inggris (Kuntowicaksono,

2012:47-48) sebagai (a) keahlian, dan keterampilan yang diperoleh oleh seseorang

oleh pengalaman atau pendidikan; pemahaman teoritis atau praktis dari suatu

subjek, (b) apa yang dikenal dalam bidang tertentu atau secara total; fakta dan

informasi; atau (c) kesadaran atau keakraban diperoleh pengalaman fakta atau

situasi.

Kewirausahaan merupakan sebuah alat dari pandangan hidup seseorang

yang menginginkan adanya kebebasan dalam ekonomi untuk menciptakan sesuatu

yang baru dengan menggunakan sumber daya yang ada. Untuk mencapai tersebut

tentunya harus pandai memanfaatkan peluang-peluang melalui kesempatan bisnis,

kemampuan manajemen pengambilan resiko yang tepat untuk mencapai 8

kesempatan, dan melalui kemampuan komunikasi dan keahlian manajemen dalam

menggerakkan manusia, keuangan dan sumber daya materi untuk menghasilkan

proyek dengan baik (Ranto, 2007:21).

Menurut Hendro (2011:5) kewirausahaan (entrepreneurship) bukan

merupakan ilmu yang ajaib yang mendatangkan uang dalam sekejap waktu,

melainkan sebuah ilmu, seni dan keterampilan untuk mengelola semua

keterbatasan sumber daya, informasi, dan dana yang ada guna mempertahankan

(3)

Machfoedz (2005:9) menyatakan bahwa seorang wirausahawan adalah

pribadi yang mandiri dalam mengejar prestasi, ia berani mengambil risiko untuk

mulai mengelola bisnis demi mendapatkan laba. Karena itu, ia lebih memilih

menjadi pemimpin daripada menjadi pengikut, untuk itu seorang wirausahawan

memiliki rasa percaya diri yang kuat dan mempertahankan diri ketika menghadapi

tantangan pada saat merintis usaha bisnis. Dalam menghadapi berbagai

permasalahan, seorang wirausahawan senantiasa dituntut kreatif.

Pengetahuan kewirausahaan adalah keseluruhan apa yang diketahui

tentang segala bentuk informasi yang diolah dan berproses dalam ranah kognitif

berupa ingatan dan pemahaman tentang cara berusaha sehingga menimbulkan

keberanian mengambil resiko secara rasional dan logis dalam menangani suatu

usaha (Ranto, 2007:22).

Menurut Kasmir (2009:43) pengetahuan kewirausahaan adalah dasar dari

sumber daya kewirausahaan yang terdapat didalam diri individu.Seorang

wirausaha tidak akan berhasil apabila tidak memiliki pengetahuan, kemampuan,

dan kemauan. Ada kemauan tetapi tidak memiliki pengetahuan dan kemampuan

tidak akan membuat seseorang menjadi wirausaha yang sukses. Sebaliknya,

menurut Suryana (2003:4) memiliki pengetahuan dan kemampuan tetapi tidak

disertai dengan kemauan, tidak akan membuat wirausaha mencapai kesuksesan.

Menurut Suryana (2010:4) Terdapat beberapa bentuk pengetahuan tentang

kewirausahaan yang harus dimiliki wirausaha, yaitu:

a. Pengetahuan mengenai usaha yang dirintis dan pengetahuan akan lingkungan

usaha disekitarnya yang akan mempengaruhi kegiatan wirausaha.

(4)

c. Pengetahuan tentang manajemen dan organisasi bisnis.

2.1.1.1 Dimensi Pengetahuan Kewirausahaan

Menurut Suryana (2010:4) Terdapat beberapa bentuk pengetahuan tentang

kewirausahaan yang harus dimiliki wirausaha, yaitu:

1. Pengetahuan mengenai usaha yang akan dimasuki/dirintis dan lingkungan usaha yang ada.

2. Pengetahuan tentang peran dan tanggung jawab

3. Pengetahuan tentang kepribadian dan kemampuan diri.

4. Pengetahuan tentang manajemen dan organisasi bisnis

Menurut Pratama (2011) pengetahuan kewirausahaan adalah segala

sesuatu yang perlu diketahuimengenai kewirausahaan yang diperoleh dari

sumber-sumber informasi. Dengan dimensi sebagai berikut:

1. Pengetahuan langsung (pengalaman sendiri),

2. Pengetahuan tidak langsung (pengalaman orang lain)

3. Tingkat pendidikan dan perkembangan teknologi.

Untuk menjadi wirausaha yang berhasil, persyaratan utama yang harus

dimiliki adalah memiliki jiwa dan watak kewirausahaan. Jiwa dan watak

kewirausahaan tersebut dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan, atau

kompetensi. Kompetensi itu sendiri ditentukkan oleh pengetahuan dan

pengalaman usaha (Suryana, 2006:88).

Wirausaha adalah seseorang yang memiliki jiwa dan kemampuan

berkreasi dan berinovasi. Ia memiliki kemampuan menciptakan sesuatu yang baru

dan berbeda. Ia kreatif dan inovatif. Kemampuan itu tercermin di saat memulai

(5)

kemampuan untuk mencari peluang, mampu dan berani menanggung resiko, dan

mampu mengembangkan ide serta memanfaatkan sumber daya (Saban, 2013:46).

Terdapat beberapa kemampuan yang harus dimiliki wirausaha yaitu:

a. Self knowledge, memiliki pengetahuan tentang usaha yang akan dijalankan atau

ditekuni.

b. Imagination, memiliki imajinasi, ide dan perspektf serta tidak mengandalkan

kesuksesan masa lalu.

c. Partical knowledge,memiliki pengetahuan praktis , misalnya pengetahuan

teknik, desain, pemrosesan, pembukuan, administrasi, dan pemasaran.

d. Search skill,kemampuan menemukan, berkreasi dan berimajinasi.

e. Foresight, berpandangan jauh kedepan.

f. Communication skill, kemampuan berkomunikasi, bergaul, dan berhubungan

dengan orang lain (Sudaryono dkk , 2011:64)

Kompetensi yang harus dimiliki wirausaha yaitu:

a. Knowing your business, harus mengetahui segala sesuatu yang berhubungan

dengan usaha atau bisnis yang akan dijalankan.

b. Knowing the basic business management, mengetahui dasar- dasar pengelolaan

bisnis seperti merancang usaha mengorganisasi dan mengendalikan perusahaan,

termasuk memperhitungkan, memprediksi, mengadministrasikan, dan

membukukan kegiatan usaha.

c. Having the proper attitude , memiliki sikap yang benar terhadap usaha yang

(6)

d. Having adequate capital, memiliki modal yang cukup, tidak hanya berbentuk

materi, tetapi uga moril. Kepercayaan dan keteguhan hati merupakan modal utama

dalam usaha.

e. Managing finances effectively, mampu mengatur /mengelola keuangan secara

efektif dan efisien, mencari sumber dana dan menggunakannya secara tepat, serta

mengendalikan secara akurat.

f. Managing time effectively, mampu mengatur waktu seefisien mungkin.

Mengatur, menghitung, dan menepati waktu sesuai kebutuhan.

g. Managing people, mampu merencanakan, mengatur, mengarahkan,

menggerakkan (memotivasi), dan mengendalikan orang-orang dalam menjalankan

perusahaan.

h. Satisfying customer by providing high quality product, member kepuasan

kepada pelanggan dengan menyediakan barang dan jasa yang bermutu dan

bermanfaat.

i. Knowing to compete, mengetahui strategi/cara bersaing. Wirausaha harus

dapatmelakukan Analisis SWOT terhadap usahanya sendiri dan pesaing

j. Copyng with regulations and paperwork, membuat aturan/pedoman yang jelas

(tersurat, tidak tersirat) (Saban, 2013:46 ).

2.1.2 Lingkungan Eksternal

Faktor lingkungan eksternal merupakan faktor-faktor dari luar individu

yang mempengaruhi individu dan merupakan faktor yang tidak dapat

dikendalikan (Mahanani 2014:38). Supriyono (2000) menyatakan bahwa

(7)

organisasi namun mempengaruhi kinerja organisasi. Dalam konsep ini bisnis

sebagai suatu sistem organisasi yang menjadi satu kesatuan dengan sistem lain

yaitu lingkungan yang melingkupinya. Lingkungan eksternal adalah segala

sesuatu yang berasal dari luar organisasi itu sendiri yang mempunyai pengaruh

terhadap organisasi.

Lingkungan eksternal didefenisikan juga oleh Duncan dalam Ferdianto

dan Zulaikha (2000) sebagai keterkaitan faktor fisik dan sosial di luar organisasi

yang menjadi pertimbangan sebuah organisasi dalam mengambil

keputusan.Lingkungan eksternal meliputi variabel-variabel di luar organisasi yang

dapat berupa tekanan umum dan tren di dalam lingkungan sosial ataupun

faktor-faktor spesifik yang beroperasi di dalam lingkungan kerja (industri) organisasi.

Lingkungan eksternal mempunyai dua komponen: lingkungan spesifik dan

lingkungan generik.

1. Lingkungan Spesifik.

Lingkungan spesifik meliputi kekuatan eksternal secara langsung

mempengaruhi keputusan dan tindakan para manajer, dan secara langsung relevan

dengan pencapaian sasaran organisasi. Lingkungan spesifik sebuah organisasi

bersifat khas bagi organisasi itu sendiri. Kekuatan utama yang membentuk

lingkungan spesifik adalah pelanggan, pemasok, pesaing, dan kelompok

kepentingan dalam masyarakat.

a. Pelanggan (costumer)

Pelanggan adalah masyarakat yang secara langsung memanfaatkan,

menggunakan, dan mengajukan permintaan atas barang atau jasa yang

(8)

kebutuhan para pelanggan yang menggunakan output organisasi tersebut.

Para pelanggan merupakan salah satu sumber ketidakpastiaan bagi

organisasi, karena selera mereka dapat berubah atau dapat merasa tidak

puas dengan produk atau jasa yang dihasilkan oleh organisasi.

a. Pemasok (supplier)

Pemasok adalah pihak yang terkait langsung dalam kegiatan bisnis dari

sebuah organisasi, khususnya organisasi bisnis yang melakukan kegiatan

produksi barang jadi dari berbagai jenis bahan baku. Pemasok dalam hal

ini akan menyiapkan bahan mentah maupun bahan baku yang akan diolah

oleh perusahaan menjadi barang-barang ekonomi. Karenanya perlu

diperhatikan kualitas dan ketersediaan bahan mentah maupun bahan baku

agar produk yang dihasilkan juga berkualitas dan berdaya saing tinggi.

b. Pesaing (competitor)

Pesaing adalah organisasi bisnis lain yang menjalankan bisnis yang sama

dengan organisasi yang kita jalankan. Karena bisnis yang dijalankan sama,

maka pesaing merupakan tantangan sekaligus ancaman yang dihadapi

organisasi dalam meraih pelanggan.

2. Lingkungan Umum atau Lingkungan Generik

Lingkungan generik adalah kondisi eksternal yang lebih luas yang dapat

mempengaruhi kinerja sebuah organisasi. Lingkungan generik meliputi

kondisi-kondisi ekonomi, politik/hukum, sosial-budaya, demografis, teknologi, dan global

secara luas. Lingkungan umum tidak hanya mempengaruhi kinerja perusahaan

saja, tetapi juga akan mempengaruhi berbagai unsur yang termasuk dalam

(9)

Menurut Wulandari (2009) Lingkungan eksternal perusahaan adalah

semua keadaan dan kekuatan di luar perusahaan yang berhubungan dengan

konsumen, pemasok, dan aliansi serta pengaruh ketiganya dalam meningkatkan

efektivitas rantai pemasok (supply chain), mempengaruhi pilihan (opsi) strategik

yang dilakukan oleh perusahaan dan menentukan situasi persaingannya. Semakin

tinggi kemampuan perusahaan untuk mengelola lingkungan eksternal, maka

perusahaan cenderung akan semakin proaktif dalam mencari peluang-peluang

baru, akan lebih inovatif dan kreatif daripada pesaingnya, merespon perubahan

yang terjadi pada lingkungan eksternal dengan baik, berani mengambil risiko dan

memiliki otoritas untuk menjalankan keputusan perusahaan. Oleh karena itu dapat

disimpulkan bahwa semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam mengelola

lingkungan eksternalnya, semakin tinggi pula orientasi wirausaha yang dimiliki

perusahaan tersebut.

Pada beberapa penelitian, lingkungan eksternal diasosiasikan dengan

faktor lingkungan (environtmental factor) sedangkan lingkungan internal

diasosiasikan dengan faktor organisasional (organizational factor). Chow (2006)

menyatakan bahwa faktor lingkungan yang mempengaruhi hubungan antara

orientasi wirausaha dan kinerja perusahaan adalah ketidakpastian lingkungan dan

prospek bisnis. Dimensi yang digunakan oleh Lumpkin & Dess (1996) sebagai

karakteristik dari faktor lingkungan adalah sebagai berikut:

1. Dynamisme

Dinamisme lingkungan mewakili kondisi perubahan lingkungan yang tidak

dapat diprediksi. Lingkungan yang dinamis dikarakterisasikan oleh lingkungan

(10)

peraturan seperti informasi yang tidak akurat, tidak tersedia, dan ketinggalan

jaman. Dinamisme lingkungan mengukur tingkat produk dan jasa dalam proses,

dan tingkat perubahan selera, serta preferensi konsumen (Anatan, 2005).

2. Munificence

Munificence merupakan tingkat dukungan lingkungan terhadap pertumbuhan

organisasi yang ada didalamnya. Munificence seringkali diukur dengan tiga skala

yang secara konseptual yaitu biaya melakukan produksi, ketersediaan tenaga

kerja, dan tingkat persaingan (Anatan, 2005).

3. Kompleksitas Lingkungan

Kompleksitas lingkungan merupakan fokus yang lebih relevan untuk strategi

perusahaan daripada pada level analiasis unit bisnis. Penyebab ketidakpastian dan

turbulensi lingkungan bisnis terkait dengan kebutuhan, selera konsumen,

peningkatan kompetisi, perubahan teknologi, dan isu sosial ekonomi (Braglia dan

Petroni, 2000).

2.1.2.1. Dimensi Lingkungan Eksternal

Dalam lingkungan eksternal banyak dipengaruhi oleh beberapa

dimensi-dimensi yang mempengaruhinya. Menurut Ferdianto dan Zulaikha (2000)

memberikan dimensi lingkungan eksternal ke dalam tiga bagian :

1. Kompleksitas lingkungan eksternal

Dimensi ini mengacu pada banyaknya jumlah dan heterogenitas dari

elemen-elemen lingkungan yang harus dihadapi dan dipertimbangkan

(11)

2. Dinamika lingkungan eksternal

Dimensi ini mengacu pada instabilitas dan volatilitas lingkungan dan

menunjukkan perubahan lingkungan yang sulit diprediksi atau tidak

terduga. Menurut Clark, et al (2002) dinamika lingkungan eksternal dapat

diartikan sebagai tingkatan perubahan sektor-sektor lingkungan eksternal

yang dapat mempengaruhi kinerja usaha sehingga harus dikenali oleh para

pembuat keputusan.

3. Daya dukung lingkungan eksternal

Dimensi ini mengacu pada jumlah sumber daya yang disediakan oleh

lingkungan eksternal dalam mendukung pertumbuhan eksternal dalam

mendukung pertumbuhan organisai dan memberikan “organizational

slack”. Setiap organisasi, baik itu besar maupun kecil, senantiasa mencari

lingkungan yang mencari dukungan dan pertumbuhan dan stabilitas,

karena pertumbuhan dan stabilitas memungkinkan organisasi menciptakan

sumber daya yang berlebih menurut Dess dan Origer dalam Dicky (2002).

2.1.3 Keberhasilan Usaha

Keberhasilan berwiraswasta tidaklah identik dengan seberapa berhasil

seseorang mengumpulkan uang atau harta serta menjadi kaya, karena kekayaan

bisa diperoleh dengan berbagai cara sehingga menghasilkan nilai tambah.

Berusaha lebih dilihat dari bagaimana seseorang bisa membentuk, mendirikan,

serta menjalankan usaha dari sesuatu yang tadinya tidak berbentuk, tidak berjalan

atau mungkin tidak ada sama sekali. Seberapa pun kecilnya ukuran suatu usaha

(12)

lebih berharga daripada sebuah organisasi besar yang dimulai dengan bergelimang

fasilitas Ranto (2007:20).

Menurut Nasution (2001:12), sebuah perusahaan dikatakan meraih

keberhasilan usaha jika dana usahanya bertambah, hasil produksi meningkat,

keuntungan bertambah, perputaran dana berkembang cepat serta penghasilan

anggota dari perusahaan tersebut bertambah. Menurut Hutagalung (2008:50),

sukses tidak terjadi secara kebetulan, secara instan dan tidak pula turun tiba-tiba

dari langit. Sukses adalah buah dari proses sistematis, perjalanan panjang dan

kerja keras. Sukses selalu diukur dengan uang, harta, jabatan, keluarga, ketenaran

nama. Sukses besar berarti akumulasi dari kesemuanya.

Noor (2007:397) mengemukakan bahwa, Keberhasilan usaha pada

hakikatnya adalah keberhasilan dari bisnis mencapai tujuannya, suatu bisnis

dikatakan berhasil bila mendapat laba, karena laba adalah tujuan dari seseorang

melakukan bisnis. Menurut Primiana (2009:49) mengemukakan bahwa

Keberhasilan usaha adalah permodalan sudah terpenuhi, penyaluran yang

produktif dan tercapainya tujuan organisasi.

Menurut Luk (1996) berkaitan dengan faktor penentu keberhasilan usaha

industri kecil ditandai oleh inovasi, perilaku mau mengambil resiko. Keberhasilan

usaha kecil disumbangkan oleh kerja keras, dedikasi, dan komitmen terhadap

pelayanan dan kualitas. Berbagai faktor penentu keberhasilan usaha industri kecil

menurut cerminan dari kemampuan usaha (pengetahuan, sikap dan keterampilan),

pengalaman yang relevan, motivasi kerja dan tingkat pendidikan seseorang

pengusaha. Menurut Algifari (2003:118) keberhasilan usaha dapat dilihat dari

(13)

dan efisiensi secara ekonomis. Sedangkan Jane (1997:22) mengatakan bahwa

penilaian tentang kemampuan dapat diukur dengan menggunakan beberapa

dimensi yaitu efektivitas, efisiensi dan equitas/kewajaran harga.

2.1.3.1 Faktor-faktor keberhasilan usaha

Faktor-faktor keberhasilan usaha menurut (Suryana, 2006:67):

1. Kemampuan dan kemauan.

Orang yang memiliki kemampuan dan kemauan merupakan orang yang akan

menjadi wirausaha yang sukses, tetapi orang yang hanya memiliki kemauan

saja tetapi tidak memiliki kemampuan tidak akan menjadi seorang wirausaha

yang sukses.

2. Tekad yang kuat dan kerja keras

Memiliki tekad yang kuat dan mau bekerja keras merupakan orang yang akan

berhasil dalam menjalankan usahanya, tetapi orang yang tidak memiliki tekad

yang kuat tetapi mau bekerja keras dan orang yang suka bekerja keras tetapi

tidak memiliki tekad yang kuat tidak akan menjadi wirausaha yang sukses.

3. Mengenal peluang yang sudah ada dan berusaha meraihnya ketika ada

kesempatan.

2.1.3.1 Dimensi Keberhasilan Usaha

Dimensi keberhasilan usaha menurut Noor (2007:397) adalah sebagai berikut :

1. (Laba/Profitability)

Laba merupakan tujuan utama dari bisnis. Laba usaha adalah selisih antara

(14)

2. Produktivitas

Besar kecilnya produktivitas suatu usaha akan menentukan besar kecilnya

produksi. Hal ini akan mempengaruhi besar kecilnya penjualan dan pada akhirnya

menentukan besar kecilnya pendapatan, sehingga mempengaruhi besar kecilnya

laba yang diperoleh.

3. Daya Saing

Daya saing adalah kemampuan atau ketangguhan dalam bersaing untuk merebut

perhatian dan loyalitas konsumen. Suatu bisnis dapat dikatakan berhasil, bila

dapat mengalahkan pesaing atau paling tidak masih bisa bertahan menghadapi

pesaing.

4. Kompetensi

Kompetensi merupakan akumulasi dari pengetahuan, hasil penelitian, dan

pengalaman secara kuantitatif maupun kualitatif dalam bidangnya sehingga dapat

menghasilkan inovasi sesuai dengan tuntutan zaman.

5. Terbangunnya citra baik

Citra baik perusahaan terbagi menjadi dua yaitu, trust internal dan trust external.

Trust internal adalah amanah atau trust dari segenap orang yang ada dalam

perusahaan. Sedangkan trust external adalah timbulnya rasa amanah atau percaya

dari segenap stakeholder perusahaan, baik itu konsumen, pemasok, pemerintah,

maupun masyarakat luas, bahkan juga pesaing.

Dimensi keberhasilan usaha lain menurut (Ratno dan Sri, 2010).

(15)

1. Kuantitatif

Adalah ukuran yang didasarkan pada data empiris dan hasil angka yang

mengkarakteristikkan kinerja dalam bentuk fisik atau bentuk lain. Dimensi

kuantitatif menjelaskan berupa capaian-capaian keuangan, produksi

(jumlah barang terjual), pemasaran (jumlah pelanggan), jumlah tenaga

kerja. Pertumbuhan dari jumlah pelanggan ataupun dari sektor lain di

dalam bisnis termasuk kedalam dimensi kuantitatif. Menurut Wiklund

(1999) melihat pertumbuhan terutama dipicu oleh naiknya permintaan

akan produk atau layanan yang ditawarkan oleh perusahaan, yang berarti

naiknya penjualan. Indikator untuk melihat keberhasilan perusahaan dapat

dilihat dari meningkatnya capaian-capaian pangsa pasar, keuangan,

produksi, jumlah tenaga kerja (Ratno dan Sri, 2010).

2. Kualitatif

Adalah ukuran yang didasarkan pada penilaian pandangan persepsi

seseorang berdasarkan pengamatan dan penilaianya terhadap sesuatu.

Ukuran kinerja kualitatif berupa kedisiplinan, kualitas pencapaian tujuan,

perilaku individual dalam organisasi, dan efektifitas. Dimensi Kualitatif

menjadi penting karena focus pada manusia itu sendiri sebagai pelaku

kegiatan akan menjadi sangat kuat (Ratno dan Sri, 2010).

2.1.4 Pengertian Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM

Badan Pusat Statistik (BPS) mengelompokkan UMKM berdasarkan

jumlah tenaga kerja. Usaha yang memiliki 1-4 orang tenaga kerja dikelompokkan

(16)

tenaga kerja sebagai usaha menengah dan bila mencapai 100 orang tenaga kerja

atau lebih digolongkan sebagai usaha besar (Wismiarsi, 2008:6).

Sementara menurut Kementrian Koperasi dan UKM menyebutkan, bahwa

usaha kecil adalah milik Warga Negara Indonesia baik perorangan maupun

berbadan hukum yang memiliki kekayaan bersih sebanyak-banyaknya Rp.

200.000.000 dan mempunyai omzet atau nilai output penjualan paling banyak Rp.

1.000.000.000 dan usaha tersebut berdiri sendiri.

2.1.5 Kriteria UMKM

Adapun kriteria UMKM menurut Kementrian Koperasi dan UKM

berdasarkan aset dan omset adalah sebagai berikut:

- Usaha Mikro memiliki aset maksimal Rp. 50 juta dan omset maksimal

Rp. 300 juta per tahun.

- Usaha Kecil memiliki aset maksimal > Rp. 50 juta-Rp. 500 juta dan

omset maksimal > Rp. 300 juta-Rp. 2,5 Milyar per tahun.

- Usaha Menengah memiliki aset maksimal > Rp. 500 juta- Rp. 10

(17)

2.2 Penelitian Terdahulu

Judul Penelitian Variabel Penelitian (business plan)

Puspita Sri Rejeki Tarigan

(2009)

Analisis Faktor – Faktor Yang Mendorong Keberhasilan Usaha Pada Usaha Optik di Jalan Djamin Ginting,

Faktor – faktor yang mendorong

1. Pengatahuan kewirausahaa n

2. Manajemen permodalan 3. Keberhasilan

(18)

(2015) Networking dan UMKM di Bidang Kuliner di Permata di Pusat Pasar Medan

Analisis Faktor – Faktor Yang Berpengaruh Terhadap keberhasilan Usaha Mikro dan Kecil dan lokasi usaha berpengaruh Kinerja Usaha

(19)

Rj Taormina

2.3 Kerangka Konseptual

Pengetahuan kewirausahaan adalah salah satu faktor penting yang

mendukung keberhasilan usaha. Pengusaha hendaknya menambah pengetahuan

tentang berwirausaha baik melalui pendidikan dan pelatihan sebagai bekal

pengusaha untuk mencapai tujuan atau sasaran yang lebih baik. Seorang

wirausaha yang berbekal pengetahuan dan keterampilan akan selalu mencari

(20)

seorang pengusaha memiliki pengetahuan kewirausahaan semakin mampu pula

pengusaha menampilkan kualitas kinerjanya yang berati semakin tinggi

pengetahuan kewirausahaan maka semakin tinggi pula kinerja dalam menjalankan

usaha baik dari segi pengembangan maupun sasarannya. (Tarigan, 2015).

Menurut Indriyatni (2013) pengetahuan kewirausahaan adalah keseluruhan

apa yang diketahui tentang segala bentuk informasi yang diolah dan berproses

dalam ranah kognitif berupa ingatan dan pemahaman tentang cara berusaha

sehingga menimbulkan keberanian mengambil resiko secara rasional dan logis.

Dimensi dari pengetahuan kewirausahaan yang pertama adalah pengetahuan

langsung yaitu pengetahuan yang telah dimiliki oleh seorang wirausahawan

sebelum ia menjadi seorang wirausaha, serta pengetahuan tidak langsung yang

diperolehnya dari berbagai pihak sebelum maupun saat ia telah menjadi seorang

wirausaha. Dimensi lainnya adalah tingkat pendidikan yaitu tingkat kepentingan

pendidikan formal dan non formal dalam menjalankan sebuah usaha. Dan yang

terakhir adalah perkembangan teknologi, yakni seorang wirausaha menyadari dan

mengikuti perkembangan teknologi baik informasi maupun teknologi untuk

produksi (Tarigan, 2015).

Menurut Manalu (2010:2) penerapan pengetahuan kewirausahaan

merupakan salah satu faktor yang mendorong keberhasilan usaha. Pengetahuan

kewirausahaan berpengaruh langsung, positif dan signifikan terhadap keberhasilan

usaha (Rahmadanita, 2016:37).

Setiap wirausaha harus memiliki ilmu pengetahuan yang cukup dan layak

sebelum memasuki dunia usaha dan memulai usahanya, karena hal itu

(21)

pada usaha yang dirintis. Dengan pengetahuan yang cukup para pelaku usaha

dapat menerapkannya pada usaha yang akan dijalankan sehingga mereka dapat

mencapai keberhasilan usaha sesuai target yang mereka inginkan.

Menurut Noor (2007:397) suatu bisnis dikatakan berhasil, bila dapat

mengalahkan pesaing atau paling tidak masih bisa bertahan menghadapi pesaing.

Penelitian Wulandari (2009) menyatakan bahwa dalam rangka meningkatkan

keberhasilan usaha, terlebih dahulu para pengusaha perlu meningkatkan orientasi

wirausaha yang dimilikinya melalui peningkatan adaptasi terhadap lingkungan

eksternal dan pembenahan lingkungan internal perusahaan. Hal ini perlu

dilakukan mengingat lingkungan eksternal dan lingkungan internal berpengaruh

positif terhadap orientasi wirausaha dimana orientasi wirausaha itu sendiri

berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Supriyono (2000) menyatakan

bahwa lingkungan eksternal merujuk pada faktor-faktor dan kekuatan yang berada

di luar organisasi namun mempengaruhi kinerja organisasi. Dalam konsep ini

bisnis sebagai suatu sistem organisasi yang menjadi satu kesatuan dengan sistem

lain yaitu lingkungan yang melingkupinya.

Dalam lingkungan eksternal banyak dipengaruhi oleh beberapa

dimensi-dimensi yang mempengaruhinya. Menurut Ferdianto dan Zulaikha (2000)

memberikan dimensi lingkungan eksternal ke dalam tiga bagian yaitu,

Kompleksitas lingkungan eksternal, dimensi ini mengacu pada banyaknya jumlah

dan heterogenitas dari elemen-elemen lingkungan yang harus dihadapi dan

dipertimbangkan dalam proses pembuatan keputusan. Dinamika lingkungan

eksternal, dimensi ini mengacu pada instabilitas dan volatilitas lingkungan dan

(22)

Menurut Clark, et al (2002) dinamika lingkungan eksternal dapat diartikan

sebagai tingkatan perubahan sektor-sektor lingkungan eksternal yang dapat

mempengaruhi kinerja usaha sehingga harus dikenali oleh para pembuat

keputusan.

Daya dukung lingkungan eksternal, dimensi ini mengacu pada jumlah

sumber daya yang disediakan oleh lingkungan eksternal dalam mendukung

pertumbuhan eksternal dalam mendukung pertumbuhan organisai dan

memberikan “organizational slack”. Setiap organisasi, baik itu besar maupun

kecil, senantiasa mencari lingkungan yang mencari dukungan dan pertumbuhan

dan stabilitas, karena pertumbuhan dan stabilitas memungkinkan organisasi

menciptakan sumber daya yang berlebih menurut Dess dan Origer dalam Dicky

(2002).

Keberhasilan usaha adalah adanya peningkatan kegiatan usaha yang

diharapkan dan dicapai oleh para pengusaha industri kecil. Dimensi dari

keberhasilan usaha terdiri dari kuantitatif dan kualitatif. Kuantitatif adalah ukuran

yang didasarkan pada data empiris dan hasil angka yang mengkarakteristikkan

kinerja dalam bentuk fisik atau bentuk lain. Dimensi kuantitatif menjelaskan

berupa capaian-capaian keuangan, produksi (jumlah barang terjual), pemasaran

(jumlah pelanggan), jumlah tenaga kerja. Kualitatif adalah ukuran yang

didasarkan pada penilaian pandangan persepsi seseorang berdasarkan pengamatan

dan penilaianya terhadap sesuatu. Ukuran keberhasilan kualitatif berupa

kedisiplinan, kualitas pencapaian tujuan, perilaku individual dalam organisasi, dan

(23)

Pada uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan kewirausahaan

yang dimiliki pelaku usaha dan pemahaman terhadap lingkungan eksternal

mempengaruhi keberhasilan usaha. Dengan demikian masing-masing variabel

tersebut (pengetahuan kewirausahaan dan lingkungan eksternal) memiliki

pengaruh pada keberhasilan usaha.

Gambar 2 . 1 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap perumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

pernyataan.Hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka konseptual yang merupakan

jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan. (Sugiyono, 2009:96).

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah

diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang di kemukakan oleh peneliti adalah :

Pengetahuan kewirausahaan dan lingkungan eksternal berpengaruh secara positif

dan signifikan terhadap keberhasilan usaha. Pengetahuan

Kewirausahan ( �1)

LingkunganEkstern al (�2)

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2 . 1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Leptospirosis di Wliayah Puskesmas Bandarharjo Semarang Tahun 2013 Deviana Maharani 2013 Kota Semarang Case Control

Berdasarkan hasil perhitungan dan output SPSS, terdapat pengaruh kemampuan pengurus secara parsial terhadap SHU anggota Koperasi Kredit CU Khatulistiwa Bakti Kantor

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pemahaman dan keterlibatan dalam Program USRI dengan perilaku hidup bersih dan sehat

Hasil penelitian dan kesimpulan menghasilkan beberapa hal yang dapat dijadikan saran dalam rangka pengembangan pengajaran kimia yaitu (1) Bagi guru diharapkan dapat

Batasan masalah pada penelitian ini yaitu mengunakan material baja tahan karat SS 304, pengelasan dilakukan menggunakan metode SMAW dan TIG, arus listrik yang digunakan saat

Hargono dkk., 2013 Rancang Bangun Alat Distilasi Pemurnian Bioetanol Grade Teknis Berskala Ukm : Kajian Kinerja Alat Tentang Derajad. Pemurniannya , Staf Pengajar Jurusan Teknik

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah Madrasah Tsanawiyah Swasta Zending Islam Indonesia Kota Medan menyebutkan bahwa Tingkat keberhasilan

Pengembangan tahapan implementasi strategi dilakukan melalui studi yang menghasilkan model tahapan implementasi strategi dari peneliti, yakni Tujuh Langkah