• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Usia Menopause pada Perempuan Lanjut Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Baiturrahman Kota Banda Aceh Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Usia Menopause pada Perempuan Lanjut Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Baiturrahman Kota Banda Aceh Tahun 2014"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Oleh

ELVIRA MUSTAFA 127032254/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

THESIS

By

ELVIRA MUSTAFA 127032254/IKM

MAGISTER IN PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

ELVIRA MUSTAFA 127032254/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(4)

Judul Tesis : FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN USIA MENOPAUSE PADA

PEREMPUAN LANJUT USIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAITURRAHMAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2014 Nama Mahasiswa : Elvira Mustafa

Nomor Induk Mahasiswa : 127032254

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D) (

Ketua Anggota

Ernawati Nasution, S.K.M, M.Kes)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(5)

Telah Diuji

pada Tanggal : 22 Agustus 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D

(6)

PERNYATAAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN USIA MENOPAUSE PADA PEREMPUAN LANJUT USIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

BAITURRAHMAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2014

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar magister kesehatan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, September 2014

(7)

ABSTRAK

Menopause terjadi pada akhir siklus menstruasi yang terakhir tetapi kepastiannya baru diperoleh jika seorang wanita sudah tidak mengalami siklus haidnya selama minimal 12 bulan. Puskesmas Baiturrahman merupakan puskesmas dengan jumlah perempuan usia lanjut pada umur 45-59 tahun lebih banyak dibanding puskesmas lainnya, serta lebih banyak jenis kelamin perempuan dibanding laki-laki.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor (riwayat keluarga (ibu), status perkawinan, paritas, usia melahirkan, usia menarche, metode kontrasepsi dan asupan fitoestrogen) yang berhubungan dengan usia menopause pada perempuan lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas Baiturrahman Kota Banda Aceh Tahun 2014. Jenis penelitian adalah metode survei dengan menggunakan pendekatan metode cross sectional. Populasi adalah seluruh perempuan lanjut usia (berusia 45-59 tahun) yang berada di wilayah kerja Puskesmas Baiturrahman yang berjumlah 1.355 orang, sampel berjumlah 103 orang dengan teknik simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner. Tahapan analisis data yaitu analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia yang mengalami menopause alamiah pada usia 45-54 tahun sebesar 64,1% dengan rata-rata 50 tahun, dan menopause dini dan terlambat sebesar 35,9% yang mengalami keluhan sakit persendian, gangguan aktivitas seksual dan cemas. Faktor paritas (p=0,005), usia menarche (p=0,002), metode kontrasepsi (p=0,003) dan asupan fitoestrogen (p=0,032) berhubungan dengan usia menopause di wilayah kerja Puskesmas Baiturrahman.

Disarankan Puskesmas Baiturrahman untuk melakukan sosialisasi melalui kegiatan promosi kesehatan di posyandu lansia sehingga dapat mencegah terjadinya penurunan fungsi tubuh lebih awal dan risiko terkena penyakit. Menganjurkan penggunaan kontrasepsi hormonal dan meningkatkan pengetahuan tentang sumber makanan yang mengandung fitoestrogen yang dapat memperlambat usia menopause.

(8)

ABSTRACT

Menopause occurs by the end of the last menstruation cycle, but the exact time of it is known when a woman does not undergo her menstruation cycle in the minimum of 12 months. Baiturrahman Puskesmas in Banda Aceh is the one which has more old women (45 to 59 years old) than the other puskesmas and more women than men.

The objective of the research was to find out the correlation of the factors of the history of mothers’ families, marital status, parity, the age of giving birth, the age of being in menarche, contraception method, and fitoestrogen intake on menopause age in old women in the working area of Baiturrahman Puskesmas, Banda Aceh, in 2014. The research used a survey method with cross sectional design. The population was 1,355 old women (45 to 59 years old) in the working area of Baiturrahman Puskesmas, and 103 of them were used as the samples, taken by using simple random sampling technique. The data were gathered by distributing questionnaires and analyzed by using univatriate analysis and bivatriate analysis with chi square test.

The result of the research showed that old women (45 to 54 years old) who underwent natural menopause were 64.1% with the average age of 50, and those who underwent early and late menopause and who complained about joint pain, sexual disturbance, and apprehensiveness were 35.9% The factors of parity (p=0.005), menarch age (p=0.002), contraception method (p=0.003), and fitoestrogen intake (p=0.032) were correlated with menopause age in the working area of Baiturrahman Puskesmas.

It is recommended that the management of Baiturrahman Puskesmas socialize the activity of health promotion in posyandu of old people so that the incidence of the early decrease in body function and the risk of being affected by illness can be prevented. Hormonal contraception should be used and knowledge of food source which contains fitoestrogen which can slow menopause age should be improved.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat serta pertolonganNya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Usia Menopause pada Perempuan Lanjut Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Baiturrahman Kota Banda Aceh Tahun 2014”.

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tesis ini, penulis mendapat bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H., M.Sc.(CTM)., Sp.A, (K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(10)

4. Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D dan Ernawati Nasution, S.K.M, M.Kes, selaku Komisi Pembimbing yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari pengajuan judul hingga penulisan Tesis ini selesai.

5. Drs. Abdul Jalil AA, M.Kes dan Sri Rahayu Sanusi, S.K.M, M.Kes selaku Komisi Penguji yang telah banyak memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.

6. Nurmiati,S.P, M.K.M, selaku Kepala Puskesmas Baiturrahman beserta seluruh staf pegawai yang telah membantu melakukan pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penelitian.

7. Para Dosen dan Staf di Lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Ucapan terima kasih yang tulus saya tujukan kepada Ayahanda (Alm) H.Mustafa Budiman dan Ibunda (Alm) Hj. Cut Nursinah serta keluarga besar yang telah memberikan dukungan moril serta doa dan motivasi selama penulis menjalani pendidikan.

9. Teristimewa buat suami tercinta Budiman,S.K.M dan anakku Ahtadira Nur Asyifaa berkat merekalah penulis termotivasi untuk menyelesaikan studi ini. 10.Teman-teman seperjuangan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat,

(11)

11.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam proses penyelesaian tesis ini.

Akhirnya saya menyadari segala keterbatasan yang ada. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini, dengan harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, September 2014 Penulis

(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Elvira Mustafa, lahir pada tanggal 28 Juli 1975 di Lamprit Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh Provinsi Aceh, beragama Islam, bertempat tinggal di Jalan Soekarno Hatta no 4A Kecamatan Jaya Baru Kota Banda Aceh. Penulis merupakan anak dari pasangan ayahanda Alm.H.Drs.Mustafa Budiman,Ak dan ibunda Alm.Hj.Dra.Cut Nursinah, anak ketiga dari empat bersaudara.

Jenjang pendidikan formal penulis dimulai dari SD Swasta Harapan 1 Yayasan Pendidikan Harapan Kota Medan (1987), SMP Negeri 2 Kota Banda Aceh (1990 ), SMA Negeri 3 Kota Banda Aceh (1993), Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Provinsi Aceh (2000), Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Provinsi Aceh (2004), dan tahun 2012 –2014 Penulis menempuh pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat minat studi Kesehatan Reproduksi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(13)

DAFTAR ISI

2.3.1 Perubahan Fisik pada Masa Menopause ... 21

2.3.2 Perubahan Psikologis pada Masa Menopause ... 24

2.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Menopause ... 26

2.5 Landasan Teori ... 33

(14)

3.5.1 Variabel Penelitian ... 37

3.5.2 Definisi Operasional ... 38

3.6 Metode Pengukuran ... 38

3.6.1 Metode Pengukuran Variabel Usia Menopause ... 38

3.6.2 Metode Pengukuran Variabel Independen ... 39

3.7 Metode Analisis Data ... 41

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 42

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 42

4.2 Karakteristik Responden ... 43

4.3 Riwayat Keluarga (Ibu), Status Perkawinan, Jumlah Anak (Paritas), Usia Melahirkan, Usia Menarche, Metode Kontrasepsi dan Asupan Fitoestrogen ... 44

4.4 Usia Menopause ... 47

4.5 Hubungan Variabel Independen (Riwayat Keluarga (Ibu), Status Perkawinan, Jumlah Anak (Paritas), Usia Melahirkan, Usia Menarche, Metode Kontrasepsi dan Asupan Fitoestrogen) dengan Usia Menopause ... 49

BAB 5. PEMBAHASAN ... 55

5.1 Faktor Jumlah Anak (Paritas) yang Berhubungan dengan Usia Menopause ... 55

5.2 Faktor Metode Kontrasepsi yang Berhubungan dengan Usia Menopause ... 54

5.3 Faktor Usia Menarche yang Berhubungan dengan Usia Menopause ... 55

5.4 Faktor Asupan Fitoestrogen yang Berhubungan dengan Usia Menopause ... 56

5.5 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Usia Menopause pada Perempuan Lanjut Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Baiturrahman Kota Banda Aceh ... 57

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

6.1 Kesimpulan ... 60

6.2 Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62

(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

4.1 Profil Lanjut Usia Berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Baiturrahman Tahun 2013 ... 42 4.2 Profil Lanjut Usia Berdasarkan Umur di Wilayah Kerja Puskesmas

Baiturrahman Tahun 2013 ... 43 4.3 Distribusi Karakteristik Perempuan Lanjut Usia di Wilayah Kerja

Puskesmas Baiturrahman Tahun 2014 ... 44 4.4 Distribusi Riwayat Keluarga (Ibu) Perempuan Lanjut Usia di Wilayah

Kerja Puskesmas Baiturrahman Tahun 2014 ... 46 4.5 Distribusi Jenis Kontrasepsi di Wilayah Kerja Puskesmas

Baiturrahman Tahun 2014 ... 46 4.6 Distribusi Usia Menopause Perempuan Lanjut Usia di Wilayah Kerja

Puskesmas Baiturrahman Tahun 2014 ... 47 4.7 Distribusi Keluhan Usia Menopause Dini dan Terlambat pada

Perempuan Lanjut Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Baiturrahman Tahun 2014 ... 47 4.8 Tabulasi Silang Keluhan-keluhan pada Wanita Lanjut Usia dengan

Menopause Dini dan Terlambat ... 48 4.9 Tabulasi Silang Metode Kontrasepsi Wanita Lanjut Usia dengan

Menopause Dini dan Terlambat ... 49 4.10 Hubungan Variabel Independen (Riwayat Keluarga (ibu), Status

(16)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Surat Persetujuan sebagai Subjek Penelitian ... 67

2. Kuesioner Penelitian ... 69

3. Master Data Penelitian ... 72

4. Hasil Statistik ... 75

5. Foto Dokumentasi Penelitian ... 88

6. Tabel C-Survei ... 91

(18)

ABSTRAK

Menopause terjadi pada akhir siklus menstruasi yang terakhir tetapi kepastiannya baru diperoleh jika seorang wanita sudah tidak mengalami siklus haidnya selama minimal 12 bulan. Puskesmas Baiturrahman merupakan puskesmas dengan jumlah perempuan usia lanjut pada umur 45-59 tahun lebih banyak dibanding puskesmas lainnya, serta lebih banyak jenis kelamin perempuan dibanding laki-laki.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor (riwayat keluarga (ibu), status perkawinan, paritas, usia melahirkan, usia menarche, metode kontrasepsi dan asupan fitoestrogen) yang berhubungan dengan usia menopause pada perempuan lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas Baiturrahman Kota Banda Aceh Tahun 2014. Jenis penelitian adalah metode survei dengan menggunakan pendekatan metode cross sectional. Populasi adalah seluruh perempuan lanjut usia (berusia 45-59 tahun) yang berada di wilayah kerja Puskesmas Baiturrahman yang berjumlah 1.355 orang, sampel berjumlah 103 orang dengan teknik simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner. Tahapan analisis data yaitu analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia yang mengalami menopause alamiah pada usia 45-54 tahun sebesar 64,1% dengan rata-rata 50 tahun, dan menopause dini dan terlambat sebesar 35,9% yang mengalami keluhan sakit persendian, gangguan aktivitas seksual dan cemas. Faktor paritas (p=0,005), usia menarche (p=0,002), metode kontrasepsi (p=0,003) dan asupan fitoestrogen (p=0,032) berhubungan dengan usia menopause di wilayah kerja Puskesmas Baiturrahman.

Disarankan Puskesmas Baiturrahman untuk melakukan sosialisasi melalui kegiatan promosi kesehatan di posyandu lansia sehingga dapat mencegah terjadinya penurunan fungsi tubuh lebih awal dan risiko terkena penyakit. Menganjurkan penggunaan kontrasepsi hormonal dan meningkatkan pengetahuan tentang sumber makanan yang mengandung fitoestrogen yang dapat memperlambat usia menopause.

(19)

ABSTRACT

Menopause occurs by the end of the last menstruation cycle, but the exact time of it is known when a woman does not undergo her menstruation cycle in the minimum of 12 months. Baiturrahman Puskesmas in Banda Aceh is the one which has more old women (45 to 59 years old) than the other puskesmas and more women than men.

The objective of the research was to find out the correlation of the factors of the history of mothers’ families, marital status, parity, the age of giving birth, the age of being in menarche, contraception method, and fitoestrogen intake on menopause age in old women in the working area of Baiturrahman Puskesmas, Banda Aceh, in 2014. The research used a survey method with cross sectional design. The population was 1,355 old women (45 to 59 years old) in the working area of Baiturrahman Puskesmas, and 103 of them were used as the samples, taken by using simple random sampling technique. The data were gathered by distributing questionnaires and analyzed by using univatriate analysis and bivatriate analysis with chi square test.

The result of the research showed that old women (45 to 54 years old) who underwent natural menopause were 64.1% with the average age of 50, and those who underwent early and late menopause and who complained about joint pain, sexual disturbance, and apprehensiveness were 35.9% The factors of parity (p=0.005), menarch age (p=0.002), contraception method (p=0.003), and fitoestrogen intake (p=0.032) were correlated with menopause age in the working area of Baiturrahman Puskesmas.

It is recommended that the management of Baiturrahman Puskesmas socialize the activity of health promotion in posyandu of old people so that the incidence of the early decrease in body function and the risk of being affected by illness can be prevented. Hormonal contraception should be used and knowledge of food source which contains fitoestrogen which can slow menopause age should be improved.

(20)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan (Nugroho, 2008). Manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai tingkatan umurnya. Semakin meningkat umurnya maka pertumbuhan dan perkembangan akan berhenti pada suatu tahap yang mengakibatkan berbagai perubahan fungsi tubuh. Perubahan tersebut biasanya terjadi pada proses menua, karena pada proses ini banyak terjadi perubahan fisik maupun psikologis. Perubahan tersebut paling banyak terjadi pada wanita karena pada proses menua terjadi suatu fase yaitu fase menopause (Proverawati dan Sulistyawati, 2010).

WHO dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia dalam Bab 1, pasal 1 ayat 2 bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai umur 60 tahun ke atas dan karena proses menua akan mengalami banyak keterbatasan sehingga memerlukan bantuan dalam kesejahteraan kesehatan dan sosial. Dengan adanya keterbatasan akibat penuaan, maka lansia membutuhkan perhatian yang serius apalagi dengan peningkatan jumlah lansia yang semakin pesat.

(21)

sekitar 600 juta (11%), tahun 2025 diperkirakan meningkat menjadi 1,2 milyar (22%) dan tahun 2050 meningkat menjadi 2 milyar. Di negara berkembang juga memperlihatkan peningkatan jumlah lansia pada tahun 2025 diperkirakan mencapai 840 juta (70%) dan tahun 2050 jumlah lansia akan mencapai 1,6 milyar (80%). Data ini menunjukkan bahwa populasi lansia di dunia mengalami peningkatan pesat seiring dengan bertambahnya tahun (WHO, 2014).

Data United Nations Department of Economic and Social Affairs (UNDESA) bahwa hampir setengah jumlah penduduk lansia di dunia hidup di Asia yang proporsi populasi lansianya pada tahun 2006 sebesar (9%) dan tahun 2050 diperkirakan (24%). Indonesia adalah salah satu negara berkembang di Asia yang menempati posisi ke – 4 setelah Cina, India dan Jepang yang memiliki populasi lansia terbanyak (Komnas Lansia, 2011). Dari data USA Bureau of The Cencus, Indonesia diperkirakan akan mengalami pertambahan warga lansia terbesar seluruh dunia, antara tahun 1990 - 2025, yaitu sebesar 41,4 % (Martono dan Pranaka, 2011).

(22)

perempuan yang hidup dalam usia menopause di Indonesia 30,3 juta orang. Menurut Badan Pusat Statistika (BPS), pada tahun 2025 diperkirakan akan ada 60 juta wanita menopause (Baziad, 2003). Perkiraan rata-rata umur menopause di Indonesia adalah 50-52 tahun, sedangkan rata-rata umur pra menopause adalah 40-50 tahun (Astari, 2004).

Hasil penelitian yang dilakukan Kementerian Kesehatan pada tahun 2013 menunjukkan angka harapan hidup masyarakat Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Direktur Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan, pada tahun 2014 umur harapan hidup masyarakat Indonesia rata-rata akan mencapai 72 tahun. Padahal, pada tahun 2004, umur harapan hidup hanya pada kisaran 66,2 tahun. Makin besar jumlah penduduk usia lanjut, maka tantangan di bidang kesehatan juga semakin besar.

Hasil Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa menopause merupakan proporsi wanita umur 30 tahun atau lebih yang tidak dalam masa nifas, tidak sedang hamil, dan tidak mendapat haid selama enam bulan atau lebih sebelum survei, atau yang menyatakan bahwa mereka sudah berhenti haid. Proporsi wanita 30-49 tahun yang menopause meningkat seiring dengan meningkatnya umur. Seperti yang diduga persentase menopause meningkat dari 11% pada wanita umur 30-34 tahun, menjadi 23% pada wanita umur 44-45 dan menjadi 44% pada wanita umur 48-49 tahun.

(23)

orang, Puskesmas Jaya Baru sebanyak 1.169 orang, Puskesmas Jeulingke sebanyak 1.166 orang, Puskesmas Kuta Alam sebanyak 1.140 orang, Puskesmas Ulee Kareng sebanyak 1.020 orang, Puskesmas Syiah Kuala sebanyak 877 orang, Puskesmas Meuraxa sebanyak 573 orang, Puskesmas Kuta Raja sebanyak 425 orang, dan Puskesmas Lampulo sebanyak 337 orang. Hasil kegiatan kesehatan kelompok usia lanjut diperoleh bahwa dua puskesmas memiliki kelompok usia lanjut yang paling banyak yaitu Puskesmas Baiturrahman dan Puskesmas Banda Raya dengan perbandingan yaitu proporsi Puskesmas Baiturrahman sebesar 13% sedangkan Puskesmas Banda Raya sebesar 12%. Jumlah perempuan menopause yang berobat di Poli Geriatri RSUD dr. Zainal Abidin Banda Aceh rata-rata 70 orang dalam sehari (RSUDZA Banda Aceh, 2011).

Masalah umum yang dialami lanjut usia yang berhubungan dengan kesehatan fisik, yaitu rentannya terhadap berbagai penyakit, karena berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi pengaruh dari luar. Data SKRT (Survey Kesehatan Rumah Tangga) tahun 2010 masih tinggi, yaitu angka kesakitan penduduk usia 55 tahun ke atas sebesar 31,11 %.

(24)

semua sistem organ. Kondisi kesehatan mental lanjut usia menunjukkan bahwa pada umumnya lanjut usia tidak mampu melakukan aktifitas sehari-hari (Maryam, 2008).

Menopause adalah peristiwa alami yang tidak bisa dihindari, oleh karena itu ada baiknya jika seorang wanita sudah mempersiapkan diri dengan pengetahuan yang memadai sebelum datangnya menopause. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana mereka menyikapi menopause yang di alami dan persiapan mereka sendiri sebelum serta sesudah menopause. Mengingat menopause merupakan masalah fisiologis, tetapi dapat menyebabkan penerimaan yang berbeda–beda, maka alangkah baiknya jika masalah menopause diketahui secara jelas oleh setiap wanita (Juminarsih, 2008). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa 75% wanita yang mengalami menopause merasakan menopause sebagai masalah atau gangguan, sedangkan 25% lainnya tidak mempermasalahkannya (Aprilia dan Puspitasari, 2007).

Pada tahun-tahun dimana seorang wanita mengalami masa menopause, wanita mungkin mengalami perubahan dalam kehidupan seksualnya. Wanita berpikir bahwa mereka tidak bisa menikmati seks lagi. Pada masa menopause keinginan seks mulai berkurang. Adapun penyebab hilangnya gairah seksual pada perempuan menopause dikarenakan penurunan hormon yang dapat membuat jaringan vagina kering dan tipis, penurunan hormon bisa mengurangi dorongan seks dan juga berkeringat di malam hari dapat mengganggu tidur wanita dan membuat wanita menjadi terlalu lelah (Mulyani, 2013).

(25)

muncul pada usia 20-40 tahun. Usia menopause terlambat biasanya terjadi diatas 55 tahun. Dalam kondisi ini yang lebih dapat menimbulkan masalah adalah usia menopause yang lebih awal atau yang biasa disebut dengan menopause dini, dimana terjadi penurunan aktivitas ovarium serta estrogen dan progesteron berfluktuasi. Hal ini berangsur-angsur terus terjadi sampai ovarium tidak beraktivitas lagi dan kadar estrogen akan menimbulkan gejala-gejala menopause yang juga lebih awal dialami perempuan tersebut. Kondisi ini akan membuat ketidaknyamanan sebab penurunan estrogen disinyalir membawa dampak munculnya penyakit seperti osteoporosis, penyakit jantung, Alzheimer, dan kanker usus besar (Nirmala, 2003).

Kenyataannya sebagian besar wanita ingin masa menopausenya datang lebih lama (pada rentang usia 51 tahun) karena kekhawatiran mereka dalam menghadapi berbagai permasalahan kesehatan yang mungkin timbul akibat menopause ini. Menopause yang datang terlambat kurang membawa masalah (Jones, 2005). Hal ini didukung pula oleh tim penelitian Universitas Harvard (1997) yang mengasumsikan usia menopause yang lebih lama dinilai positif karena melambangkan tingginya kemampuan reproduksi perempuan. Ironisnya di tengah-tengah kekhawatiran itu, saat ini berkembang pula istilah premature ovarium failure (POF) yaitu kondisi berhentinya haid pada usia kurang dari 45 tahun karena kegagalan produksi estrogen di dalam ovarium. Kondisi ini kemudian dikenal dengan istilah menopause dini (Nirmala, 2003).

(26)

sekali, semakin tua atau lama dia memasuki masa menopause dapat diartikan bahwa wanita yang mendapatkan menstruasi pada usia 16 atau 17 tahun akan mengalami menopause lebih dini, sedangkan untuk wanita yang haid lebih dini seringkali akan mengalami menopause sampai pada usianya mencapai 50 tahun. Terjadinya menopause pada setiap orang itu tidaklah sama dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor lain: keturunan, kesehatan umum, dan pola/gaya hidup seseorang (Mulyani, 2013).

Usia menopause itu bervariasi, dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti dipengaruhi oleh keturunan, jadi jika ibu kandung menopause di usia 40 tahun, kemungkinan si anak juga akan menopause di usia tersebut, faktor kesehatan umum, serta pola hidup juga dapat mempengaruhi kapan terjadinya menopause. Menstruasi yang sudah berhenti dan proses ovulasi yang ikut terhenti sering disebut sebagai periode masa transisi ke masa tua yang ditandai dengan berkurang dan menurunnya vitalitas manusia (Mulyani, 2013). Pada saat ini terdapat kecenderungan masa menopause terjadi pada masa yang lebih tua. Hal tersebut berhubungan dengan menarche. Makin dini menarche terjadi maka makin lambat menopause timbul sampai batas tertentu (Proverawati dan Misaroh, 2009).

(27)

Aspek psikologis yang terjadi pada lansia atau wanita menopause amatlah penting peranannya dalam kehidupan sosial lansia terutama dalam menghadapi masalah-masalah yang berkaitan dengan pensiun, hilangnya jabatan atau pekerjaan yang sebelumnya sangat menjadi kebanggaan sang lansia tersebut. Berbicara tentang aspek psikologis lansia dalam pendekatan eklektik holistik, sebenarnya tidak dapat dipisahkan antara aspek organ biologis, psikologis, sosial, budaya dan spiritual dalam kehidupan lansia (Varney, 2007).

Menurut WHO tahun 2005, seluruh wanita di dunia mengalami keluhan pada masa menopause tercacat 17% mengalami gejala hebat, dan mengalami gejala ringan mencapai 34%, sedangkan 49% tergolong sedang.

Sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2006 tentang menopause di Canada didapatkan hasil 38% mengalami gangguan tidur, 30-50% mengalami gangguan urogenital, 50 % mengalami kekeringan vagina disertai rasa sakit. Pada Simposium Nasional Perkumpulan Menopause Indonesia (PERMI) 21—22 April 2007 di Jakarta dikemukakan lima gejala utama yang dialami dalam menghadapi masa menopause seperti, nyeri otot atau sendi (77,7%), rasa letih dan hilang energy (68,7%), kehilangan nafsu seksual (61,3%), kerutan di kulit (60%), hot flushes (29,5%).

(28)

cenderung semakin cepat, sebagaimana kenyataan yang terjadi pada saat ini. Namun demikian, masih terdapat kontroversi dimana beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara jumlah paritas dengan usia menopause ini tidak cukup signifikan (Pradana, 2010).

Pada profil Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh tahun 2014 jumlah kelompok usia lanjut menurut umur dan jenis kelamin, di wilayah kerja Puskesmas Baiturrahman tersebut jumlah perempuan usia lanjut pada umur 45-59 tahun jauh lebih banyak dari jumlah perempuan usia lanjut di wilayah kerja puskesmas lainnya, serta lebih banyak jenis kelamin perempuan dibanding laki-laki. Setelah dilakukan studi pendahuluan dengan melakukan wawancara kepada 10 perempuan yang berusia 45-59 tahun didapat bahwa sebanyak 6 perempuan mengatakan telah tidak mengalami haid setelah umur 49 tahun dan usia menarche mereka dibawah 10 tahun, 2 perempuan setelah 49 tahun dengan usia menarche 12 dan 14 tahun dan 2 diantaranya tidak mengalami haid lagi sebelum usia 49 tahun dengan usia menarche lebih dari 14 tahun. Ditemukan 8 orang yang paritasnya >2 anak dan 2 orang dengan paritas <2 anak, sebagian besar mereka tidak menggunakan kontrasepsi hormonal dengan indeks masa tubuh (IMT) ada 5 orang diantara 18-25 dan 5 orang IMT <18.

(29)

Peran budaya juga dapat mempengaruhi status emosi selama perimenopause. Banyak wanita mempersepsikan ketidakmampuan untuk mengandung sebagai suatu kehilangan yang bermakna. Kebanyakan orang melihat menopause sebagai langkah pertama untuk masuk ke usia tua dan menghubungkannya dengan hilangnya kecantikan. Budaya barat menghargai masa muda dan kecantikan fisik, sementara orang tua menderita akibat kehilangan status, fungsi serta peran (Bobak, 2005).

Banyaknya variabel diatas maka perlu dikaji variabel-variabel apa yang sangat memengaruhi usia menopause pada perempuan lanjut usia sehingga ada upaya pemerintah untuk meningkatkan harapan hidup dan meningkatkan usia menopause alamiah. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan usia menopause pada perempuan lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas Baiturrahman Kota Banda Aceh.

1.2 Permasalahan

(30)

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui faktor (riwayat keluarga (ibu), status perkawinan, paritas, usia melahirkan, usia menarche, metode kontrasepsi dan asupan fitoestrogen) yang berhubungan dengan usia menopause pada perempuan lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas Baiturrahman Kota Banda Aceh Tahun 2014.

1.4 Hipotesis Penelitian

Ada hubungan faktor (riwayat keluarga (ibu), status perkawinan, paritas, usia melahirkan, usia menarche, metode kontrasepsi dan asupan fitoestrogen) yang berhubungan dengan usia menopause pada perempuan lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas Baiturrahman Kota Banda Aceh Tahun 2014.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dan bahan masukan untuk perumusan kebijakan dan program kerja di Dinas kesehatan Kota Banda Aceh dalam upaya peningkatan kesehatan usia menopause.

2. Bagi Puskesmas Baiturrahman, sebagai bahan masukan dalam memberikan promosi kesehatan mengenai usia menopause sebagai upaya peningkatan kelompok usia lanjut yang mandiri.

(31)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perempuan Lanjut Usia

Lansia adalah periode penutup dalam rentang kehidupan seseorang dan merupakan tahap perkembangan psikososial yang terakhir (ke delapan) menurut Erikson. Perkembangan psikososial lansia adalah tercapainya integritas diri yang utuh (Keliat, dkk., 2011).

Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994 dalam Martono dan Pranaka, 2011).

Proses tua secara umum ditandai dengan adanya kemunduran fungsi organ tubuh. Kemunduran yang sering terjadi oleh lanjut usia lebih dikenal dengan istilah Geriatric Giants. Adapun penurunan fungsi kognitif (perhatian, bahasa, ingatan, kemampuan visual sparsial dan intelegensi umum) dan psikomotor pada lanjut usia terkait dengan pertambahan usia (Depkes RI, 2008).

2.1.1 Batasan Usia Lanjut

(32)

seseorang. WHO (2014) usia lanjut dibagi menjadi 4 kriteria berikut : usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun, lanjut usia (eldery) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (Old) ialah 75-90 tahun, usia sangat tua (very old) ialah diatas 90 tahun.

2.1.2 Klasifikasi Lanjut Usia

Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia berdasarkan Depkes RI (2008) yang terdiri dari ; pra lansia (pra senilis) yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun, lansia ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, lansia risiko tinggi ialah seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/ seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan, lansia potensial ialah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/ atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa, lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

2.2 Menopause

(33)

Menopause terjadi pada akhir siklus menstruasi yang terakhir tetapi kepastiannya baru diperoleh jika seorang wanita sudah tidak mengalami siklus haidnya selama minimal 12 bulan. Hal ini disebabkan karena pembentukan hormon estrogen dan progesteron dari ovarium wanita berkurang, ovarium berhenti “melepaskan” sel telur sehingga aktivitas menstruasi berkurang dan akhirnya berhenti sama sekali (Proverawati dan Sulistyawati, 2010).

Menopause juga diartikan sebagai haid terakhir. Terjadinya menopause ada hubungan dengan menarche (pertama haid), makin dini menarche terjadi maka makin lambat atau lama menopause timbul (Mulyani, 2013).

Masa menopause yaitu tidak ada lagi menstruasi atau saat haid terakhir, dan apabila sesudah menopause disebut pasca menopause bila telah terjadi menopause 12 bulan sampai menuju ke senium. Menopause terjadi pada usia 49-51 tahun. Diagnosa menopause dapat ditegakkan jika berhentinya menstruasi sekurang-kurangnya satu tahun. Berhentinya menstruasi dapat didahului terjadinya siklus menstruasi yang lebih panjang, dengan perdarahan yang berkurang. Umur untuk terjadinya masa menopause dipengaruhi oleh keturunan, kesehatan umum, dan pola kehidupan (Mulyani, 2013).

(34)

banyak daripada penduduk pria. Sejalan dengan keadaan tersebut kualitas hidup perempuan perlu mendapat perhatian dari sejak lahir sampai menjelang usia tua (usia menopause). Wanita di kota besar seperti Jakarta rata-rata mengalami menopause di akhir usia 40-an tahun atau di awal 50 tahun, namun kini menurut penelitian terbaru, 1 dari 16 wanita berisiko menopause dini (Rohmatika dkk, 2012). Menopause yang terjadi sebelum usia 45 tahun dianggap sebagai menopause yang cepat, tetapi menopause dini biasanya didefinisikan sebagai menopause yang terjadi sebelum usia 40 tahun. Akan tetapi, jika menopause anda tertunda sampai setelah usia 55 tahun, maka hal tersebut dianggap terlambat (Rohmatika dkk, 2012).

2.2.1 Tahap-tahap Menopause

Menopause di bagi dalam beberapa tahapan yaitu sebagai berikut : (Mulyani, 2013)

1. Pra menopause

Fase ini terjadi pada usia 40 tahun dan dimulainya fase klimakterium. Gejala yang timbul pada masa pramenopause yaitu :

a. Siklus menstruasi menjadi tidak teratur b. Perdarahan menstruasi memanjang

c. Jumlah darah menstruasi menjadi lebih banyak d. Adanya rasa nyeri saat menstruasi

2. Perimenopause

(35)

a. Siklus menstruasi menjadi tidak teratur b. Siklus menstruasi menjadi lebih panjang 3. Menopause

Yaitu fase dimana berhentinya menstruasi atau haid terakhir adanya perubahan kadar hormon dalam tubuh yaitu menurunnya fungsi estrogen dalam tubuh. Gejala-gejala yang terjadi pada masa menopause yaitu sebagai berikut :

a. Keringat yang biasanya timbul pada malam hari b. Lebih mudah marah atau emosi

c. Sulit istirahat atau tidur d. Haid menjadi tidak teratur e. Terjadi gangguan fungsi seksual f. Badan bertambah gemuk

g. Sering kali tidak mampu untuk menahan kencing h. Stress dan depresi

i. Nyeri otot sendi

j. Hot flush atau sering terasa panas

k. Terjadinya kekeringan pada vagina karena berkurangnya produksi lendir pada vagina

l. Terjadinya gangguan pada tulang

(36)

4. Postmenopause

Post-menopause adalah kondisi dimana seorang wanita telah mencapai masa menopause. Pada masa post-menopause seorang wanita akan mudah sekali mengidap penyakit jantung dan pengeroposan tulang (osteoporosis).

2.2.2 Penyebab Menopause

Tubuh wanita mempunyai persediaan sel telur atau ovum dengan jumlah yang terbatas dan masa menopause itu terjadi ketika ovarium atau indung telur telah kehabisan sel telur atau ovarium, hal ini menyebabkan produksi hormon seks wanita tidak lain adalah hormon estrogen dan progesteron (Mulyani, 2013).

Penurunan fungsi hormon dalam tubuh akan menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan gejala-gejala menopause akan mulai timbul dan terasa meskipun menstruasi masih datang. Saat itu akan mulai terlihat adanya perubahan pada haid yang mungkin menjadi lebih lama atau lebih singkat dan untuk jumlah darah menstruasi yang dikeluarkan menjadi tidak konsisten yaitu relatif menjadi lebih banyak dari sebelumnya (Mulyani, 2013).

(37)

pada wanita nulipara, wanita dengan diabetes mellitus (NIDDM), perokokberat, kurang gizi, wanita vegetarian, wanita dengan sosioekonomi rendah, dan pada wanita yang hidup pada ketinggian >4000 m. Wanita multipara dan wanita yang banyak mengonsumsi daging, atau minum alkohol akan mengalami menopause lebih lambat (Baziad, 2003).

Secara endokrinologis, wanita mengalami proses menua sejak di kandungan. Sejumlah 7.000.000 sel telur (folikel) terdapat pada kedua ovarium janin yang berusia 20 minggu dan berkurang akibat penghancuran sehingga sewaktu dilahirkan folikel bayi wanita tinggal 500.000 sampai 1.000.000 lagi dan dalam perjalanan waktu akan terus berkurang jumlahnya. Sebagian wanita yang usia 35 tahun masih memiliki 100.000 folikel, sedangkan wanita yang lain pada usia yang sama hanya memiliki 10.000 folikel. Setiap wanita yang masih mengalami haid, meskipun sudah tidak teratur, ovariumnya masih memiliki lebih kurang 1000 folikel dan kemungkinan hamil selalu ada (Baziad, 2003).

(38)

2.2.3 Jenis-jenis Menopause

Seorang wanita mengalami menopause dalam waktu yang berbeda-beda, dapat terjadi cepat ataupun lambat tergantung jenis menopause yang dialaminya. Menopause dapat dibagi dalam empat jenis yaitu :

1. Menopause Alamiah

Menopause alamiah terjadi secara bertahap, biasanya antara usia empat puluh lima dan lima puluh, pada diri wanita yang paling tidak mempunyai satu indung telur. Durasinya, dalam kebanyakan kasus adalah lima sampai sepuluh tahun, meskipun seluruh proses itu kadang-kadang memerlukan waktu tiga belas tahun. Selama itu, menstruasi dapat berhenti selama beberapa bulan dan kemudian kembali, dimana durasi, intensitas, dan alirannya dapat bertambah atau berkurang (Northrup, 2006). 2. Menopause Prematur

(39)

3. Menopause Terlambat

Menopause terlambat adalah menopause yang terjadi pada usia 55 tahun ke atas. Salah satu faktor yang memungkinkan seorang wanita akan mengalami keterlambatan menopause adalah apabila memiliki kelebihan berat badan. Sebagian besar estrogen dibuat didalam endometrium, akan tetapi sejumlah kecil estrogen juga dibuat di bagian tubuh yang lain, termasuk di sel-sel lemak. Apabila seorang wanita mengalami obesitas maka wanita tersebut akan memiliki kadar estrogen yang lebih tinggi dalam seluruh masa hidupnya (Fox-Spencer dan Brown, 2007).

4. Menopause Buatan

Menopause buatan dapat terjadi secara mendadak, disebabkan karena operasi pengangkatan atau gangguan pada fungsi reproduksi (termasuk pengangkatan indung telur atau gangguan pada aliran darah ke indung telur), oleh radiasi atau kemoterapi, atau oleh pemberian obat-obatan tertentu yang dapat mempercepat menopause atau karena alasan-alasan medis. Bahkan pengikatan tuba telah terbukti dapat menurunkan kadar progesteron selama paling sedikit satu tahun setelah prosedur dijalankan.

(40)

2.3 Perubahan yang terjadi pada Masa Menopause 2.3.1 Perubahan Fisik pada Masa Menopause

Beberapa keluhan fisik yang merupakan tanda dan gejala dari menopause : 1. Ketidakteraturan Siklus Haid

Setiap wanita akan mulai mengalami siklus haid yang tidak teratur, dapat menjadi lebih panjang atau lebih pendek sampai akhirnya berhenti. Terdapat sekitar 40% wanita mengeluh bahwa siklus haidnya tidak teratur. Keadaan ini meningkat sampai 60% pada waktu 1-2 tahun menjelang haid berhenti total atau menopause (Baziad, 2003).

2. Gejolak Rasa Panas (Hot Flushes)

Arus panas biasanya timbul pada saat darah mulai berkurang dan berlangsung sampai haid benar-benar berhenti. Kira-kira 60% wanita mengalami arus panas. Arus panas ini disertai oleh rasa menggelitik di sekitar jari-jari, kaki maupun tangan serta pada kepala, atau bahkan timbul secara menyeluruh. Munculnya hot flushes ini sering diawali pada daerah dada, leher atau wajah dan menjalar ke beberapa daerah tubuh yang lain. Hal ini berlangsung selama dua sampai tiga menit disertai pula oleh keringat yang banyak. Ketika terjadi pada malam hari, keringat ini dapat mengganggu tidur dan bila hal ini sering terjadi akan menimbulkan rasa letih yang serius bahkan menjadi depresi (Reitz, 1993).

3. Jantung Berdebar-debar

(41)

terkena serangan jantung sekitar 20 kali lebih sedikit dari pria. Peluang ini dapat berkurang jika berolahraga secara teratur, tidak merokok, dan mempertahankan berat badan dalam jangkauan yang diinginkan, serta diet terkendali (Jones, 2005).

4. Perubahan pada Mulut

Perubahan yang terjadi pada indra pengecapan adalah hilangnya kepekaan pada lidah dalam merasakan sesuatu. Terkadang makanan asin dirasakan tawar atau sebaliknya. Sementara di pihak lain gigi menjadi lebih mudah patah, dalam hal ini menjaga kebersihan dan pemeriksaan gigi teratur akan memperbaiki keadaan (Wahyunita dan Fitrah, 2010)

5. Kekeringan Vagina

Kekeringan vagina terjadi karena leher rahim sedikit sekali mensekresikan lendir. Penyebabnya adalah kekurangan estrogen yang menyebabkan liang vagina menjadi lebih tipis, lebih kering dan kurang elastis. Alat kelamin mulai mengerut, liang senggama kering sehingga menimbulkan nyeri pada saat senggama, menahan kencing terutama pada saat batuk, bersin, tertawa dan orgasme (Kasdu, 2002).

6. Perubahan Kulit

(42)

7. Keringat Berlebihan

Cara kerjanya belum diketahui secara pasti, tetapi pancaran panas pada tubuh akibat pengaruh hormon yang mengatur thermostat tubuh pada suhu yang lebih rendah. Akibatnya suhu udara yang semula dirasakan nyaman, mendadak menjadi terlalu panas dan tubuh mulai menjadi panas serta mengeluarkan keringat untuk mendinginkan diri (Kasdu, 2002).

8. Susah Tidur (Insomnia)

Beberapa wanita mengalami kesulitan saat tidur, mungkin perlu ke kamar mandi di tengah malam, kemudian menemukan dirinya tidak dapat tidur kembali. Hot flushes juga dapat menyebabkan wanita terbangun dari tidur (Proverawati dan Sulistyawati, 2010).

9. Penambahan Berat Badan

Rasa letih yang biasanya dialami pada masa menopause, diperburuk dengan perilaku makan yang sembarangan dan bekerja lebih sedikit sehingga terjadi penambahan berat badan (Jones, 2005).

10. Nyeri Otot dan Sendi

(43)

11. Penyakit

Ada beberapa penyakit yang seringkali dialami oleh wanita menopause. Apabila dilihat dari sudut pandang medik ada dua perubahan paling penting yang terjadi pada waktu menopause yaitu meningkatnya kemungkinan terjadi penyakit jantung, pembuluh darah serta hilangnya mineral dan protein didalam tulang (osteoporosis). Penyakit jantung merupakan permasalahan yang meliputi jantung dan sistem pembuluh darah yang mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Didalamnya termasuk angina, serangan jantung dan stroke. Selain itu dapat mengalami peningkatan kadar kolesterol setelah menopause dan penumpukan kolesterol LDL yang dapat mempersempit dan menyumbat pembuluh arteri sehingga meningkatkan risiko terkena penyakit jantung (Fox-Spencer dan Brown, 2007).

Wanita mengalami osteoporosis biasanya dalam 5 sampai 10 tahun setelah menopause. Dalam tahun-tahun tersebut, lebih banyak terjadi osteoporosis pada pergelangan paha dan juga pada tulang belakang, sehingga menyebabkan sakit punggung (Jones, 2005).

2.3.2 Perubahan Psikologis pada Masa Menopause

Beberapa keluhan psikologis yang merupakan tanda dan gejala dari menopause yaitu :

1. Kecemasan

(44)

kegiatan seorang diri. Cemas karena berpikir bahwa akan menjadi beban keluarga/keluarga lain (Wahyunita dan Fitrah, 2010).

2. Mudah Tersinggung

Gejala ini mudah terlihat dibandingkan kecemasan. Wanita lebih mudah tersinggung dan marah terhadap sesuatu sebelumnya dianggap tidak mengganggu. Ini mungkin disebabkan dengan datangnya menopause maka wanita menjadi sangat menyadari proses mana yang sedang berlangsung dalam dirinya. Perasaannya menjadi sangat sensitif terhadap sikap dan prilaku orang-orang di sekitarnya, terutama jika sikap dan prilaku tersebut dipersepsikan sebagai menyinggung proses penerimaan yang sedang terjadi dalam dirinya.

3. Depresi

Depresi ditandai dengan adanya kehilangan minat dan kesenangan yang semula dinikmati, munculnya perasaan bersalah, mengalami kesulitan untuk konsentrasi, terjadi penurunan nafsu makan sehingga berat badan menurun, muncul pikiran-pikiran tentang kematian bahkan usaha bunuh diri (Kusumawardhani, 2006). 4. Stress

(45)

2.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Menopause

Seiring dengan perubahan usia menopause wanita zaman sekarang yang cenderung semakin cepat, banyak penelitian yang gencar dilaksanakan guna mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi usia menopause seorang wanita. Beberapa faktor-faktor tersebut diantaranya:

1. Riwayat Keluarga (Ibu)

Sebuah studi epidemiologi yang meneliti usia menopause pada sampel multietnik menemukan fakta bahwa usia menopause cenderung lebih cepat pada wanita keturunan Jepang dan Latin. Studi lain menemukan adanya riwayat keluarga pada ibu seorang wanita yang mengalami menopause dini (Pradana, 2010).

2. Status Perkawinan

Keadaan seorang wanita yang tidak menikah diduga mempengaruhi perkembangan reproduksinya. Mereka akan mengalami masa menopause lebih muda atau lebih cepat dibandingkan dengan wanita yang telah menikah (Kasdu, 2002).

Wanita menikah cenderung lebih aktif melakukan aktivitas seksual dibandingkan wanita yang tidak menikah. Wanita yang aktif secara seksual setidaknya sekali seminggu menunjukkan tingkat estrogen yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita kurang aktif secara seksual (Sulistiany, 2013).

3. Paritas

(46)

hubungan antara paritas dan menopause, menurut Baziad (2003) wanita yang belum pernah melahirkan sama sekali (nullipara) lebih awal memasuki menopause dibandingkan wanita yang telah melahirkan lebih dari satu kali (multipara) yang akan mengalami menopause lebih lambat. Semakin sering seorang wanita melahirkan maka semakin tua atau lama wanita tersebut memasuki masa menopause. Hal ini dikarenakan kehamilan dan persalinan akan memperlambat sistem kerja organ reproduksi wanita dan juga dapat memperlambat penuaan tubuh.

Menurut penelitian Pradana (2010) menunjukkan bahwa ada hubungan antara paritas dengan usia menopause. Banyak hal yang turut mempengaruhi munculnya keadaan ini. Seiring dengan perkembangan zaman, terjadi peningkatan peran wanita dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini, banyak wanita yang tidak hanya berperan sebagai ibu rumah tangga saja, tetapi juga menggeluti berbagai pekerjaan guna meningkatkan taraf perekonomian keluarga. Kesibukan ini tentunya akan membatasi waktu yang dimiliki oleh seorang wanita untuk merawat dan membesarkan anaknya. Dampaknya adalah banyak wanita yang saat ini cenderung membatasi jumlah anaknya, dengan pertimbangan waktu yang ada dapat dimanfaatkan untuk bekerja.

(47)

Percepatan usia menopause ini menjadi permasalahan tersendiri bagi kesehatan wanita. Wanita yang lebih cepat memasuki usia menopause berarti memiliki risiko yang jauh lebih besar pula untuk mengalami berbagai penyakit yang terkait dengan usia menopause. Seperti osteoporosis misalnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka rata-rata kehilangan massa tulang pasca-menopause mencapai 1,4% per tahunnya. Jika seorang wanita mengalami menopause lebih cepat, maka akan terjadi penurunan bermakna densitas massa tulang sehingga akan meningkatkan resiko osteoporosis (Setiyohadi, 2006).

Pada penelitian yang dilakukan Paola, dkk (2006) menghasilkan bahwa wanita yang mempunyai anak kurang dari 2 beresiko memasuki menopause lebih awal (p=0,04). Begitu juga pada penelitian Mufidah (2011) menghasilkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara paritas dengan usia menopause, dimana makin sering wanita melahirkan maka makin lama mengalami menopause (p=0,024). 4. Usia Melahirkan

Semakin tua seseorang melahirkan anak, semakin tua ia memulai memasuki usia menopause. Hal ini terjadi karena kehamilan dan persalinan akan memperlambat sistem kerja organ reproduksi. Bahkan memperlambat proses penuaan tubuh (Sulistiany, 2013).

5. Usia Saat Haid Pertama (Menarche)

(48)

bentuk badan, keadaan gizi, lingkungan, aktivitas fisik dan rangsangan psikis (Anggraini, 2001).

Usia mulai terjadinya menarche telah turun dari 15 tahun seabad yang lalu, menjadi 12,5 tahun pada saat sekarang. Penurunan ini diyakini karena nutrisi anak yang lebih baik. Hipotesis yang dikemukakan adalah bahwa semakin banyaknya jumlah lemak tubuh memungkinkan semakin besarnya aromatisasi androgen menjadi estrogen. Peningkatan cepat kadar estrogen menimbulkan umpan balik positif terhadap hipotalamus dan kelenjar hipofisis sehingga terjadi sentakan peninggian Luteinizing Hormone (LH) yang mengawali terjadinya menarche (Jones, 2005).

Menurut Manuaba (2010) menopause ada hubungan dengan menarche. Wanita yang pubertas prekok akan mengalami menopause lebih cepat. Hal ini disebabkan karena degenerasi oosit lebih cepat, menjadi atresia dan tidak berfungsi.

Penelitian Rohmatika, dkk (2012) di Desa Jingkang Babakan Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas menunjukkan bahwa rata-rata usia menarchenya yaitu 14 tahun, usia menarche minimum 9 tahun, usia menarche maksimum 20 tahun, dan yang sering terjadi pada usia 15 tahun. Kemudian rata-rata usia menopausenya 49 tahun, usia menopause minimum yaitu 31 tahun, usia menopause maksimum 56 tahun, dan yang sering terjadi pada usia 50 tahun.

6. Pemakaian Kontrasepsi

(49)

cara kerja kontrasepsi yang menekan fungsi indung telur sehingga tidak memproduksi sel telur (Kasdu, 2002).

Pemberian pil kontrasepsi pada usia >35 tahun ternyata memberikan nilai positif seperti siklus haid menjadi teratur dan keluhan premenstrual sindrom (PMS) menjadi berkurang dan cara kerja estrogen dalam pil kontrasepsi adalah mempengaruhi ovulasi, perjalanan sel telur atau implantasi. Selain itu penambahan estrogen dalam pil bertujuan untuk menjamin berlangsungnya siklus haid. Ovulasi dihambat melalui pengaruh estrogen terhadap hipotalamus dan selanjutnya menghambat Follicle Stimulating Hormone dan Luteinizing Hormone (Baziad, 2003).

Pada wanita usia perimenopause haid tidak berhenti selama wanita tersebut memakai kontrasepsi hormonal. Perdarahan terus terjadi selama wanita masih menggunakan pil kontrasepsi secara siklik dan wanita itu tidak mengalami keluhan klimakterium. Untuk menentukan diagnosis menopause, pil kontrasepsi harus segera dihentikan (Baziad, 2003).

Wahyunita dan Fitrah (2010) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara jenis pemakaian alat kontrasepsi dengan kecepatan menopause (p=0,003) dimana menopause lebih lambat terjadi pada wanita yang memakai jenis kontrasepsi hormonal. Begitu juga penelitian Celentano dkk (2003) menggambarkan bahwa penggunaan kontrasepsi oral akan mempengaruhi usia menopause.

(50)

lebih awal atau terlambat. Namun, penelitian menemukan bahwa menopause alami yang lebih dini juga terkait dengan pendidikan rendah,sosial ekonomi rendah, mempunyai anak sedikit, tidak pernah menggunakan kontrasepsi oral dan berat badan rendah. Dewasa ini hampir 380 juta pasangan menjalankan keluarga berencana dari 66-75 juta di antaranya terutama negara berkembang menggunakan kontrasepsi oral yang digunakan untuk mencegah terjadinya kehamilan,dapat memiliki pengaruh positif maupun negatif terhadap berbagai organ tubuh wanita, baik organ genitalia maupun non organ genitalia (Baziad, 2008). Penggunaan kontrasepsi oral dalam waktu yang lama akan menyebabkan keluhan pada menopause (Asiah dkk, 2013).

(51)

dan mencegah terjadinya penebalan dinding rahim sehingga ini di gunakan secara tepat.

7. Asupan Fitoestrogen

Konsumsi pangan adalah sejumlah makanan dan minuman yang dimakan atau diminum penduduk atau seseorang dalam rangka memenuhi kebutuhan hayati (Baziad, 2003). Salah satu makanan yang dibutuhkan wanita dalam menunjang kesehatan reproduksinya adalah makanan yang mengandung fitoestrogen. Fitoestrogen adalah bahan tanaman yang mengandung zat yang mirip estrogen. Salah satu makanan yang dibutuhkan wanita dalam menunjang kesehatan reproduksinya adalah makanan yang mengandung fitoestrogen.Bahan tanaman ini banyak terdapat di lingkungan dan sudah sering dikonsumsi untuk kebutuhan sehari di masyarakat. Fitoestrogen dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu : isoflavon, coumestan dan lignan. Isoflavon merupakan fitoestrogen yang sering digunakan di masyarakat (Rishi, 2002). Sumber tanaman kaya fitoestrogen yang biasanya digunakan pada wanita Indonesia rata-rata 50-150 mg fitoestrogen kedelai/hari, 50 gram tempe atau 120 gram tahu.

Wanita yang kurang mengkonsumsi fitoestrogen memiliki risiko tinggi untuk menopause dini. Fitoestrogen dapat diperoleh dari kacang-kacangan baik yang sudah diolah seperti tempe, tahu, ataupun bukan olahan seperti kedelai, buncis dan kacang tolo (Muljati dkk, 2003).

(52)

p=0,010 dan dinyatakan bahwa wanita yang kurang mengkonsumsi fitoestrogen memiliki resiko tinggi untuk menopause dini.

2.5 Landasan Teori

Menurut Baziad (2003) saat masuknya wanita dalam fase menopause sangat berbeda-beda. Wanita di Eropa tidak sama usia menopausenya dengan wanita di Asia. Faktor genetik kemungkinan berperan terhadap usia menopause. Wanita kembar dizigot, wanita dengan siklus haid memendek, nullipara, perokok berat, wanita dengan diabetes mellitus (NIDDM), wanita kurang gizi, wanita vegetarian, sosioekonomi rendah dan wanita yang hidup pada ketinggian >4000 m akan memasuki menopause lebih awal dibandingkan wanita multipara, wanita yang banyak mengkonsumsi daging atau wanita yang minum alkohol. Kusmiran (2011) juga mengungkapkan bahwa selain faktor genetik dan merokok, pengangkatan ovarium dan kemoterapi juga dapat memengaruhi menopause.

(53)

Manuaba dkk (2010) menyatakan bahwa riwayat keluarga dengan menopause relatif muda, menarche yang perokok dan wanita perokok akan mempercepat terjadinya menopause. Adapun faktor-faktor yang memperlambat menopause adalah wanita yang memiliki kelebihan berat badan, hal ini disebabkan karena cadangan kolesterol dan lemak yang cukup tinggi serta keadaan sosial ekonomi tinggi yang dapat menyebabkan pemenuhan diet yang baik dan vitamin cukup sehingga vaskularisasi bertambah baik.

2.6 Kerangka Konsep

Berdasarkan pada landasan teori di atas, maka pada penelitian ini dirumuskan kerangka konsep penelitian sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Faktor yang berhubungan : 1. Riwayat Keluarga (Ibu) 2. Status Perkawinan 3. Paritas

4. Usia Melahirkan 5. Usia Menarche 6. Metode Kontrasepsi 7. Asupan Fitoestrogen

(54)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode survei, dengan menggunakan pendekatan metode cross sectional merupakan penelitian dimana pengukuran atau pengamatan dilakukan pada saat bersamaan pada data variabel independen dan dependen sekali waktu (Notoatmodjo, 2010).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Baiturrahman dengan pertimbangan bahwa di Puskesmas Baiturrahman lebih banyak kelompok usia lanjut pada umur 45-59 tahun sebesar 13% (1355) dibanding dengan Puskesmas Banda Raya sebesar 12% (1316 orang) dimana usia tersebut merupakan usia pra lansia dan usia paling awal mengalami menopause. Waktu penelitian mulai Februari sampai Agustus 2014.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perempuan lanjut usia (berusia 45-59 tahun) yang berada di wilayah kerja Puskesmas Baiturrahman yang berjumlah 1.355 orang (Dinkes Kota Banda Aceh, 2013).

(55)

mengalami menopause. Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel untuk uji hipotesis proporsi populasi tunggal sebagai berikut : (Lemeshow,1997)

Po = Proporsi perempuan lanjut usia yang mengalami menopause (usia 45-59 tahun) = 13% = 0,13 (Data Dinkes Kota Banda Aceh, 2013) Pa = Proporsi perempuan lanjut usia yang diharapkan mengalami

menopause pada kelompok 45-59 tahun = 23% = 0,23

Pa- Po = Perkiraan selisih proporsi yang diteliti dengan proporsi di populasi 10% = 0,10

(56)

berurutan ke bawah sebanyak 10 desa dengan jumlah 103 perempuan lanjut usia yang memenuhi kriteria yaitu lansia yang sudah menopause.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer yaitu data riwayat keluarga (ibu), status perkawinan, paritas, usia melahirkan, usia menarche, metode kontrasepsi dan asupan fitoestrogen yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada responden dengan berpedoman pada kuesioner yang telah disiapkan.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder penelitian diperoleh dari laporan-laporan maupun dokumen-dokumen resmi dari Puskesmas Baiturrahman, khususnya tentang Program Puskesmas Santun Lanjut Usia serta dari Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh yang mendukung analisis data primer.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Penelitian

a. Variabel terikat, yaitu usia menopause.

(57)

3.5.2 Definisi Operasional

1. Usia menopause adalah usia saat responden mengalami berhentinya menstruasi selama minimal 12 bulan, dengan batasan normal adalah 54 tahun. 2. Riwayat keluarga (ibu) adalah hubungan darah dengan ibu yang mempunyai

riwayat menopause.

3. Status perkawinan adalah kondisi ibu dalam ikatan perkawinan yang sah menurut hukum dan agama.

4. Paritas adalah jumlah semua anak yang pernah dilahirkan ibu. 5. Usia melahirkan adalah umur ibu pertama kali melahirkan.

6. Usia menarche adalah usia ibu pada saat mengalami menstruasi pertama kali. 7. Metode kontrasepsi adalah suatu cara pengendalian fertilitas secara hormonal

yang pernah digunakan oleh ibu untuk mencegah kehamilan.

8. Asupan fitoestrogen adalah makanan yang bersumber dari kacang-kacangan dalam menu sehari-hari.

3.6 Metode Pengukuran

3.6.1 Metode Pengukuran Variabel Usia Menopause

Aspek pengukuran variabel dependen adalah usia menopause, sehingga jawaban responden dikategorikan atas :

- Usia 45-54 tahun, jika perempuan lanjut usia sudah menopause (0)

(58)

3.6.2 Metode Pengukuran Variabel Independen 1. Riwayat Keluarga (Ibu)

Pengukuran variabel riwayat keluarga (ibu) responden dikategorikan sebagai berikut:

- Tidak, jika responden tidak mempunyai keluarga (ibu) yang mengalami

menopause dini/terlambat (0)

- Ya, jika responden mempunyai keluarga (ibu) yang mengalami menopause

dini/terlambat (1) 2. Status Perkawinan

Pengukuran variabel status perkawinan responden dikategorikan sebagai berikut:

- Menikah, jika responden sudah dalam ikatan perkawinan (0)

- Tidak menikah, jika responden tidak dalam ikatan perkawinan (1)

3. Usia Melahirkan

Pengukuran variabel usia melahirkan responden dikategorikan sebagai berikut:

- Usia 20-35 tahun, merupakan kelompok umur tidak berisiko (0)

- Usia <20 tahun dan >35 tahun, merupakan kelompok umur berisiko (1)

4. Usia Menarche

(59)

- Usia <15 tahun, merupakan kelompok umur yang aman (0)

- Usia ≥15 tahun, merupakan kelompok umur yang tidak aman (1)

5. Jumlah Anak (Paritas)

Untuk mengetahui jumlah anak responden maka ditanyakan satu item pertanyaan tentang jumlah anak responden saat sudah menopause. Jumlah anak (paritas) responden dikategorikan sebagai berikut: (Wiknjosastro, 2005)

- Paritas ≥2 anak, dianggap aman untuk menopause alamiah (0)

- Paritas < 2 anak, dianggap tidak aman untuk menopause alamiah (1)

6. Metode Kontrasepsi

Untuk mengetahui pendidikan responden maka ditanyakan satu item pertanyaan tentang alat kontrasepsi yang dipakai responden. Alat kontrasepsi responden dikategorikan sebagai berikut:

- Tidak Memakai, jika responden tidak menggunakan kontrasepsi hormonal (0)

- Memakai, jika responden menggunakan kontrasepsi hormonal (1)

7. Asupan Fitoestrogen

Pengukuran variabel asupan fitoestrogen responden, dikategorikan sebagai berikut:

- Mengonsumsi, jika responden mengonsumsi sumber fitoestrogen dalam menu

makanan sehari-hari (0)

- Tidak mengonsumsi, jika responden tidak mengonsumsi sumber fitoestrogen

(60)

3.7 Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan tahapan : (Sastroasmoro, 2002)

1. Analisis univariat yaitu analisis yang menitikberatkan kepada penggambaran atau deskripsi data yang diperoleh, menggambarkan distribusi frekuensi dari masing-masing variabel independen dan dependen.

(61)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Secara administratif wilayah kerja Puskesmas Baiturrahman terbagi atas 10 desa, yaitu :

Tabel 4.1 Profil Lanjut Usia Berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Baiturrahman Tahun 2013

No Desa Jenis Kelamin Jumlah

Sumber : Profil Lanjut Usia di Puskesmas Baiturrahman tahun 2013

(62)

Tabel 4.2 Profil Lanjut Usia Berdasarkan Umur di Wilayah Kerja Puskesmas

Sumber : Profil Lanjut Usia di Puskesmas Baiturrahman tahun 2013

Pada Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk di wilayah kerja Puskesmas Baiturrahman berusia 45-59 sebanyak 1.395 laki-laki dan 1.355 perempuan, dan sedikit lanjut usia yang berusia >70 tahun yaitu 263 laki-laki dan 338 perempuan.

Pelayanan kesehatan kepada lanjut usia yang dilakukan Puskesmas Baiturrahman melalui Program Santun Lansia dengan kegiatan : (a) Pelayanan kesehatan one stop service di ruang tersendiri, (b) Konseling lansia, (c) Posyandu lansia, (d) Kunjungan rumah dan (e) Membuat kegiatan lomba senam lansia dan jalan sehat.

4.2 Karakteristik Responden

(63)

tahun) yang berada di wilayah kerja Puskesmas Baiturrahman. Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa berdasarkan suku, proporsi suku terbanyak adalah bersuku aceh sebesar 86,4%. Berdasarkan pendidikan, proporsi pendidikan yang paling banyak yaitu lulus SMA sebesar 34,0%. Berdasarkan pekerjaan, proporsi status pekerjaan yang paling banyak yaitu ibu rumah tangga sebesar 67,0%.

Tabel 4.3 Distribusi Karakteristik Perempuan Lanjut Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Baiturrahman Tahun 2014

No Identitas Responden n Persentase

1 Suku

4.3 Riwayat Keluarga (Ibu), Status Perkawinan, Jumlah Anak (Paritas), Usia Melahirkan, Usia Menarche, Metode Kontrasepsi dan Asupan Fitoestrogen

(64)

(ibu) menopause dini. Status perkawinan pada perempuan lansia ditemukan sebanyak 100 orang (97,1%) yang menikah dan sebanyak 3 orang (2,9%) yang status janda. Jumlah anak (paritas) pada perempuan lansia ditemukan sebanyak 63 orang (61,2%) yang ≥2 orang dan sebanyak 40 orang (38,8%) yang <2 orang. Usia melahirkan pada perempuan lansia ditemukan sebanyak 64 orang (62,1%) yang usia melahirkan 20-35 tahun dan sebanyak 39 orang (37,9)%) yang usia melahirkan < 20 tahun dan > 35 tahun.

(65)

Tabel 4.4 Distribusi Riwayat Keluarga (Ibu) Perempuan Lanjut Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Baiturrahman Tahun 2014

Variabel Independen n %

Jenis kontrasepsi yang dipakai oleh wanita usia menopause di wilayah kerja Puskesmas Baiturrahman dari 39 orang yaitu 24 orang (61,5%) memakai kontrasepsi pil, 12 orang (30,8%) memakai kontrasepsi suntik dan 3 orang (7,7%) memakai implant.

(66)

4.4 Usia Menopause

Hasil pengukuran variabel usia menopause pada perempuan lansia ditemukan bahwa sebanyak 66 orang (64,1%) yang mengalami usia menopause 45-54 tahun yaitu menopause alami dan sebanyak 37 orang (35,9%) yang usia menopause <45 tahun dan ≥55 tahun yaitu 2 orang yang mengalami menopause lebih cepat (<45 tahun) dan 35 orang yang menopause lebih lambat (≥55 tahun), seperti pada tabel berikut:

Tabel 4.6 Distribusi Usia Menopause Perempuan Lanjut Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Baiturrahman Tahun 2014

Usia Menopause n %

45-54 tahun 66 64,1

< 45 tahun dan ≥ 55 tahun 37 35,9

Jumlah 103 100,0

Keluhan-keluhan yang dialami dari 37 orang yang usia menopause dini dan terlambat yaitu sakit pada persendian (100,0%), gangguan aktivitas seksual karena mereka merasa sakit saat melakukan hubungan seksual (43,2%), serta timbul perasaan cemas seperti mudah tersinggung, sukar tidur, tertekan, gugup, kesepian, tidak sabar dan tegang (tension) (100,0%).

Tabel 4.7 Distribusi Keluhan Usia Menopause Dini dan Terlambat pada Perempuan Lanjut Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Baiturrahman

Tahun 2014

Keluhan n %

Sakit persendian 37 100,0

Gangguan aktivitas seksual 16 43,2

Cemas (mudah tersinggung, sukar tidur, tertekan, gugup, kesepian, tidak sabar dan tegang (tension)

(67)

Berdasarkan Tabel 4.8 di bawah menunjukkan wanita lanjut usia yang mengalami keluhan sakit persendian ditemukan 2 orang (5,4%) pada menopause dini dan menopause terlambat ada 35 orang (94,6%), tetapi tidak ada yang tidak mengalami sakit persendian. Keluhan gangguan aktivitas seksual ditemukan pada menopause dini sebanyak 2 orang (12,5%) dan menopause terlambat sebanyak 14 orang (87,5%), sedangkan yang tidak mengalami gangguan aktivitas seksual ditemukan semua pada meopause terlambat sebanyak 21 orang (100,0%), ini terjadi disebabkan faktor usia dan juga hormon yang sudah menurun sehingga keinginan untuk melakukan hubungan seksual berkurang. Keluhan cemas yang dialami menopause dini sebanyak 2 orang (5,4%) dan yang menopause terlambat sebanyak 35 orang (94,6%). Semua wanita lanjut usia mengeluhkan persaan cemas mereka seperti mudah tersinggung, sukar tidur, tertekan, gugup, kesepian, tidak sabar dan tegang.

Tabel 4.8 Tabulasi Silang Keluhan-Keluhan pada Wanita Lanjut Usia dengan Menopause Dini dan Terlambat

(68)

Pada Tabel 4.9 dapat dilihat wanita lanjut usia yang tidak memakai kontrasepsi hormonal sebanyak 1 orang (4,8%) mengalami menopause dini dan menopause terlambat sebanyak 20 orang (95,2%), sedangkan wanita lanjut usia yang memakai kontrasepsi hormonal sebanyak 1 orang (6,2%) mengalami menopause dini dan yang mengalami menopause terlambat sebanyak 15 orang (93,8%).

Tabel 4.9 Tabulasi Silang Metode Kontrasepsi Wanita Lanjut Usia dengan Menopause Dini dan Terlambat

Metode Kontrasepsi

Menopause Jumlah

Dini Terlambat

n % n % n %

Tidak memakai 1 4,8 20 95,2 21 100,0

Memakai 1 6,2 15 93,8 16 100,0

4.5 Hubungan Variabel Independen (Riwayat Keluarga (Ibu), Status Perkawinan, Jumlah Anak (Paritas), Usia Melahirkan, Usia Menarche, Metode Kontrasepsi, dan Asupan Fitoestrogen) dengan Usia Menopause 1. Variabel Riwayat Keluarga (Ibu)

(69)

2. Variabel Status Perkawinan

Tabel silang antara status perkawinan yang dibandingkan dengan usia menopause menunjukkan bahwa dari 100 perempuan yang menikah terdapat 36 orang (36,0%) yang usia menopausenya <45 tahun dan ≥55 tahun, sedangkan dari 3 perempuan lansia yang janda terdapat 1 orang (33,3%) yang usia menopausenya <45 tahun dan ≥55 tahun. Hasil uji chi square diperoleh nilai p=0,924>0,05, dengan demikian tidak terdapat hubungan antara status perkawinan dengan usia menopause. 3. Jumlah Anak (Paritas)

Tabel silang antara paritas yang dibandingkan dengan usia menopause menunjukkan bahwa dari 63 perempuan yang jumlah anaknya <2 orang terdapat 16 orang (25,4%) yang usia menopausenya <45 tahun dan ≥55 tahun, sedangkan dari 40 perempuan lansia yang jumlah anaknya ≥2 terdapat 21 orang (52,5%) yang usia menopausenya <45 tahun dan ≥55 tahun. Hasil uji chi square diperoleh nilai p=0,005 <0,05, dengan demikian terdapat hubungan antara paritas dengan usia menopause. 4. Usia Melahirkan

Gambar

Tabel C-Survei  ......................................................................................
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
tabel random C.Survey sampai memenuhi besar sampel yang diinginkan dengan cara
Tabel 4.1 Profil Lanjut Usia Berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Baiturrahman Tahun 2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang dilakukan Pradono (2010), yang menyatakan bahwa status ekonomi seseorang berhubungan terhadap kejadian hipertensi, orang yang memiliki status ekonomi

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif yang meliputi faktor usia, paritas, pendidikan,

Untuk mengetahui Ratio Prevalence ( RP ) anemia gizi pada ibu hamil berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan keluarga, usia kehamilan, paritas, jarak

Kesimpulan: Ada hubungan faktor umur, pendidikan, riwayat kontrasepsi, pekerjaan, penghasilan dan dukungan suami dengan kejadian Unmet Need pada Pasangan Usia

Untuk mengetahui hubungan faktor usia ibu, paritas, usia kehamilan, jarak kelahiran dan pengeahuan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sukajaya

Penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pendidikan, usia dan paritas dengan pemilihan jenis alat kontrasepsi pada akseptor KB wanita di Wilayah Kerja

Pada penelitian hubungan paritas dan penggunaan kontrasepsi hormoan dengan usia menopause di Wilayah kerja Puskesmas Kenten Palembang tahun 2019 yaitu responden yang

36 Responden yang status perkawinan menikah tetapi mengalami penyakit IMS disebabkan karena tertularnya dari salah satu pasangan karena tidak menggunakan kondom saat berhubungan seksual