• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. TEORI PENUNJANG. Universitas Kristen Petra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2. TEORI PENUNJANG. Universitas Kristen Petra"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

2. TEORI PENUNJANG

2.1 Definisi Hotel

Hotel, menurut Sulastiyono (2011), merupakan suatu perusahaan yang dikelola oleh pemiliknya dengan menyediakan pelayanan makanan, minuman dan fasilitas kamar untuk tidur kepada orang-orang yang melakukan perjalanan dan mampu membayar dengan jumlah yang wajar sesuai dengan pelayanan yang diterima tanpa adanya perjanjian khusus. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, definsi hotel merupakan bangunan berkamar banyak yang disewakan sebagai tempat untuk menginap dan tempat makan orang yang sedang dalam perjalanan, serta bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial, disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan, penginapan, makan dan minum. Oleh karena itu, disaat orang-orang melakukan perjalanan akan mencari hotel untuk menjadi tempat tinggal sementara saat mereka sedang melakukan perjalanan.

2.2 Klasifikasi Hotel

Menurut Lundberg (1994), menurut lokasinya, hotel diklasifikasikan menjadi lima, yaitu:

a. Center city hotel: berlokasi di tengah kota

b. Sub urban hotel: berlokasi di pinggir kota

c. Highway hotel: berlokasi di jalan penghubung kota, biasanya disebut motel

d. Resort hotel: biasanya berlokasi di daerah wisata

e. Airport hotel: berlokasi dekat dengan badar udara

Sedangkan menurut tipe kelompok tamu yang diharapkan, hotel menurut Lakstara (1984), membedakan hotel menjadi lima, yaitu:

a. Family hotel: tamu-tamunya sebagian besar merupakan keluarga

b. Business hotel: tamu-tamunya sebagian besar terdiri dari mereka yang

melakukan kunjungan bisnis

c. Tourist hotel: tamu-tamunya sebagian besar terdiri dari wisatawan, baik

(2)

d. Transit hotel: tamu-tamu yang menginap kebanyakan hanya singgah sementara karena akan melanjutkan perjalanannya.

e. Cure hotel: tamu-tamu yang menginap sebagian besar bertujuan untuk

pengobatan

2.3 Pengertian Atribut Hotel

Setiap hotel menawarkan berbagai macam layanan dan fasilitas yang berbeda antara satu dengan lainnya. Menurut Lewis (1983), layanan dan fasilitas yang ditawarkan oleh sebuah hotel disebut sebagai atribut hotel, dimana atribut-atribut tersebut membantu konsumen untuk memilih suatu produk daripada produk yang lain. Sebuah hotel bisa memiliki banyak atribut, sehingga banyak penelitian terdahulu yang telah menyimpulkan atribut-atribut hotel, sehingga didapatkan data atribut-atribut hotel dari penelitian terdahulu, sebagai berikut:

Tabel 2.1 Ringkasan Atribut-atribut Hotel

No. Penulis

1 Tsai et al (2011) a

b c d

2 a Atribut nilai (misalnya: harga kamar, kamar termasuk makan pagi)

b

c Atribut kamar (misalnya: ukuran, kebersihan, dan kenyamanan d

e

f Atribut kebersihan (misalnya: kebersihan lobby, lift, koridor)

Rhee dan Yang (2015)

Atribut kualitas tidur (misalnya: kenyamanan tempat tidur, kamar kedap suara)

Atribut lokasi (misalnya: mudah untuk ke bandara dan stasiun transportasi umum)

Atribut Hotel

Atribut layanan dan fasilitas (misalnya: efisiensi check in dan chceck

out, room service 24 jam, transportasi dari dan ke bandar udara)

Atribut layanan (misalnya: keramahan dan profesionalitas staf, room service 24 jam)

Atribut keseluruhan (misalnya: value for money, kemudahan menuju

tempat wisata, keamanan, harga kamar, suasana, reputasi, program member)

Atribut kamar (misalnya: kebersihan, ukuran, kenyamanan tempat tidur, kamar kedap suara)

Atribut food and beverage (misalnya: pilihan restoran yang beragam,

kualitas makanan di restoran, menawarkan bar dan lounge, kualitas

(3)

Tabel 2.1 Ringkasan Atribut-atribut Hotel (sambungan) No. Penulis 3 a b c d e f g h i

j Atribut lain-lain (misalnya: hadiah dan newsletter hotel) 4 Atkinson (1998) a

b

c

d

e Atribut fasilitas (misalnya: kolam berenang, fasilitas kebugaran) f Atribut lain-lain (misalnya: hiburan di bar dan lounge) 5 Zhou et al (2014) a

b

c

d Atribut nilai (misalnya: harga kamar dan harga makanan) e Atribut lokasi (misalnya: dekat dari bandara dan pusat kota) f

6 Irawan (2014) a

b Harga (misalnya: tarif kamar, potongan harga) c Promosi (misalnya: program member, promosi iklan)

d Referensi (misalnya: referensi dari teman dan keluarga, ulasan online) Atribut Hotel

Atribut restoran dan room service (misalya: memiliki lebih dari 1 restoran, room service 24 jam)

Atribut umum hotel (misalnya: ukuran hotel, kebersihan hotel, fasilitas kolam berenang dan fasilitas kebugaran)

Atribut kamar (misalnya: ukuran kamar, kebersihan dan kenyamanan kamar, kamar kedap suara, amenities kamar mandi)

Atribut keamanan (misalnya: keamanan hotel dan kamar, keamanan kawasan hotel)

Atribut lokasi (misalnya: mudah untuk ke bandara dan pusat kota, mudah untuk mencari restoran)

Atribut image (misalnya: ketidakasingan terhadap brand, penilaian review, reputasi)

Atribut nilai (misalnya: harga kamar, value for money, potongan harga)

Atribut karyawan (misalnya: kemampuan bahasa, keramahan staf, efisiensi staf)

Produk (misalnya: brand, kebersihan, kolam berenang, pelayanan yang baik, makan pagi, akses internet gratis)

Atribut umum hotel (misalnya: lokasi mudah dijangkau, program member)

Atribut nilai (misalnya: kamar dan restoran memiliki value for money yang baik)

Atribut layanan (misalnya: parkir gratis, efisiensi check in dan check out, wake up call)

Physical setting - atribut kamar (misalnya: amenities kamar dan kamar mandi, ukuran kamar)

Physical setting - atribut hotel (misalnya: akses wifi, fasilitas publik, usia bangunan)

Physical setting - atribut makanan (misalnya: variasi dan kualitas makanan)

Atribut layanan (misalnya: kecepatan check in dan check out, layanan laundry dan wake up call, room service 24 jam, keramahan staf)

Atribut pemasaran (misalnya: word of mouth, rekomendasi dari travel agent)

Atribut food and beverage (misalnya: kualitas makanan dan minuman)

Dolnicar dan Otter (2003)

(4)

Dengan adanya banyak macam atribut yang ditawarkan oleh hotel yang berbeda-beda, menurut Alpert (1971), atribut-atribut yang mempengaruhi pilihan secara langsung merupakan artibut dominan, dimana atribut dominan tersebut dapat memicu minat beli konsumen serta membedakan dari penawaran saingan. Pentingnya mengetahui atribut dominan tersebut menyebabkan banyak penelitian yang mencari tahu mengenai atribut dominan saat wisatawan memilih hotel. LeBlanc dan Nguyen (1997) menyarankan para pengelola pemasaran hotel untuk menekankan pada atribut dominan untuk menarik pelanggan.

2.4 Definisi Wisatawan

Wisatawan, menurut Suwantoro (2004), merupakan seseorang atau kelompok orang yang melakukan suatu perjalanan, dan tinggal lebih dari 24 jam. Apabila durasi kunjungan kurang dari 24 jam, makan pengunjung disebut

pelancong (execursionist). Pengertian yang serupa juga disampaikan oleh

Soekadijo (1996), dimana wisatawan merupakan pengunjung yang datang sekurang-kurangnya 24 jam, dan yang datang berdasarkan motivasi yaitu untuk bersenang-senang, berlibur, untuk kesehatan, studi, keperluan agama, olahraga, berbisnis, mengunjungi keluarga, perutusan, atau menghadiri pertemuan. Sedangkan pengunjung yang hanya tinggal tanpa bermalam disebut eksekursionis. Berdasarkan asalnya, wisatawan dibagi menjadi wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara. Selain itu, wisatawan juga memiliki motif yang berbeda-beda saat melakukan perjalanan.

2.4.1 Wisatawan Domestik dan Karakteristiknya

Wisatawan domestik adalah wisatawan yang melakukan perjalanan wisata di dalam negerinya sendiri. Wisatawan domestik juga dapat diartikan sebagai seorang warga negara suatu negara yang melakukan perjalanan wisata dalam batas wilayah negaranya sendiri tanpa melewati perbatasan negaranya (Nasrul, 2010). Oleh karena itu, yang disebut wisawatan domestik di Indonesia adalah orang Indonesia sendiri.

(5)

Karakteristik orang Indonesia dapat dilihat dari teori cultural dimension

Hofstede (“Hofstede Insight”, n.d), dimana Indonesia merupakan negara dengan

dimensi sebagai berikut:

a. High power distance, dimana orang Indonesia menekankan pada taat dan patuh

terhadap otoritas, hierarki sosial, dan hak yang tidak sama antara pemegang kekuasaan dan non pemegang kekuasaan. Keputusan biasanya diambil oleh yang memiliki otoritas, dan tidak bisa dipertanyakan. Orang yang berada di posisi hierarki lebih bawah mengharapkan untuk diberi tahu apa dan kapan harus dilakukan.

b. Collectivism, ini berarti adanya preferensi tinggi untuk orang Indonesia untuk

dapat menyesuaikan diri dengan cita-cita masyarakat dan kelompok-kelompok di mana mereka berasal. Hal ini terlihat jelas melalui pentingnya kepentingan keluarga atau kelompok dibanding dengan kepentingan pribadinya.

c. Feminine, dimana mereka lebih mementingkan hubungan dibanding dengan

kebanggan mereka. Namun, Indonesia juga memiliki sisi masculinity yang

relatif lebih rendah dibandingkan beberapa negara Asia lainnya seperti Jepang, Cina dan India, sehingga di Indonesia status dan simbol-simbol kesuksesan yang terlihat dinilai penting, tetapi hal-hal ini tidak selalu menjadi motivasi utama dalam pencapaian seseorang.

d. Uncertainity avoidance yang rendah, dimana mereka cenderung meminimalkan

terjadinya keadaan yang tidak diketahui atau tidak biasa. Cenderung menghindari perubahan dan konflik, sehingga saat terjadi sebuah perubahan, mereka akan menjalaninya dengan hati-hati.

e. Long term orientation, dimana berarti mereka lebih mementingkan masa depan.

Mereka mendorong nilai-nilai pragmatis berorientasi pada penghargaan, termasuk ketekunan, tabungan, dan kapasitas adaptasi.

f. Restraint, atau pengekangan, mengarah kepada lingkungan sosial yang

mengontrol kebutuhan dan peraturan-peraturan dengan cara norma sosial yang tegas.

(6)

Ditambahkan oleh Hall (1976), Indonesia merupakan negara dengan

kebudayaan high context, dimana komunikasi secara non-verbal, bahasa tubuh, jeda,

dan diam memiliki arti yang penting. Indonesia cenderung tidak bisa langsung saat mengucapkan sesuatu, sehingga cenderung berbelit-belit dan menggunakan hal-hal non-verbal lainnya untuk menyampaikan sesuatu.

Dalam sebuah penelitian oleh Reisinger dan Turner (1997), dikatakan bahwa Indonesia memiliki kecendurungan sebagai berikut:

a. Karena orang Indonesia sangat menghargai perwakilan dari kelompok, seperti

ketua kelompok, dan juga menghargai yang lebih tua, keputusan dari yang lebih berwenang tidak bisa dipertanyakan. Oleh karena itu, keputusan dari yang tertua di kelompok atau ketua dari kelompok harus dihargai, dan sebisa mungkin dipenuhi.

b. Indonesia cenderung sangat fleksibel mengenai waktu dan janji, dimana

komitmen terhadap waktu tidak harus selalu ditepati dan waktu merupakan sesuatu yang bisa diulur. Kegiatan yang diikuti orang Indonesia cenderung berlangsung dalam jangka waktu yang panjang, karena ketepatan waktu berarti harus terburu-buru dan terburu-buru adalah indikasi ketidaksabaran.

c. Orang Indonesia memiliki kecenderungan untuk menilai jabatan staf dari

pakaian mereka, mereka akan merasa lebih nyaman apabila dapat mencari staf sesuai dengan kebutuhan mereka.

d. Indonesia memiliki konsep gotong royong, dimana Indonesia lebih cenderung

melakukan kegiatan yang berorientasi pada kelompok dan kebersamaan. Orang Indonesia cenderung suka melakukan aktivitas yang dilakukan bersama-sama. Konsep ini juga menekanan bahwa kebutuhan personal mereka harus dikorbankan untuk kesenangan atau kesejahteraan bersama. Selain itu, Indonesia juga memiliki konsep mufakat, dimana segala sesuatu harus menjadi keputusan bersama. Orang Indonesia cenderung akan lebih memilih untuk melakukan aktivitas yang diputuskan bersama, daripada harus memutuskan sendiri dan melakukan perjalanan yang terpisah.

e. Hubungan personal, bagi orang Indonesia, cenderung harus selalu terlibat

dalam setiap kegiatan. Pemberian hadiah dan undangan ke rumah dinilai sebagai sesuatu yang penting, dimana pemberian hadiah dianggap untuk

(7)

menjalin hubungan yang baik dan undangan ke rumah dianggap sebagai sebuah penerimaan.

f. Orang Indonesia cenderung memiliki kegiatan makan bersama di

kegitatan-kegiatannya sebagai bentuk kebersamaan mereka.

g. Karena orang Indonesia menghindari terjadinya perubahan dan konflik, maka

orang Indonesia cenderung baru muncul keinginan untuk berwisata atau berkunjung setelah mendapatkan kepastian bahwa lingkungan yang akan mereka kunjungi adalah tempat yang aman, nyaman, menyambut mereka, bersih, dan memiliki layanan yang baik.

h. Orang Indonesia cenderung banyak tersenyum saat mengetahui keberadaan

orang lain. Mereka juga akan banyak tersenyum saat berkomunikasi dengan orang lain. Namun, orang Indonesia cenderung menyembunyikan emosinya, sehingga tindakan mengekspresikan emosi, baik emosi positif maupun negatif, jarang dilakukan oleh orang Indonesia, kecuali kepada keluarga dan orang-oran terdekat. Tindakan untuk mengekspresikan cinta terhadap pasangan juga tidak bisa diterima di umum bagi orang Indonesia, terutama apabila dilakukan oleh pasangan yang belum menikah.

i. Orang Indonesia memiliki hierarki vertikal dan sistem sosial yang diukur

berdasarkan usia, pekerjaan, dan status sosial mereka dalam masyarakat.

2.4.2 Wisatawan Cina dan Karakteristiknya

Wisatawan mancanegara adalah orang asing yang melakukan perjalanan wisata, yang datang memasuki suatu negara lain yang bukan merupakan negara di mana ia biasanya tinggal (Karyono, 1997). Sedangkan menurut Sihite (2000), wisatawan mancanegara adalah warga negara suatu negara yang mengadakan perjalanan wisata keluar lingkungan dari negaranya (memasuki negara lain). Lebih jelas dikatakan oleh Musanef (1996), wisatawan mancanegara adalah orang-orang yang mengadakan perjalanan dalam jangka minimal 24 jam dan maksimal tiga bulan ke negara lain atau negara yang bukan tempat mereka biasa tinggal, serta tujuannya bukan untuk bekerja tetap atau tidak menetap disana. Jadi, wisatawan Cina adalah orang asing yang merupakan warga negara Cina dan masuk ke Indonesia.

(8)

Menurut penelitian oleh Xiang (2013), motivasi dari wisatawan Cina untuk melakukan perjalanan adalah 71.8% untuk wisata, 15% untuk berbisnis, 11% untuk relaksasi, 1.1% untuk berbelanja, dan sedikit sekali untuk alasan religius maupun kesehatan. Wisatawan Cina terkenal dengan antusiasmenya dalam berbelanja, karena mereka menilai berbelanja sebagai kegiatan turis yang wajib karena mereka harus membawa sesuatu untuk dibawa pulang.

Selain itu, menurut penelitian oleh Li et al (2010), wisatawan Cina memiliki beberapa standar yang serupa dengan wisatawan lain dalam memilih hotel, yaitu atribut kebersihan, keamanan, dan lokasi sebagai atribut-atribut yang dinilai

penting. Selain itu, sebagian besar hotel di Cina menyediakan amenities standar

dalam kamar, karena wisatawan Cina terbiasa untuk tidak membawa perlengkapan

mandi saat berpergian. Oleh sebab itu, ketersediaan amenities merupakan salah satu

hal yang penting bagi wisatawan Cina.

Menurut Yao (2006), wisatawan Cina juga dinilai sangat sensitif dengan harga. Karena dampak konfusianisme di Cina, wisatawan Cina menganggap berhemat dalam memilih suatu barang merupakan sebuah kebaikan. Oleh karena itu wisatawan Cina cenderung memilih barang yang lebih murah dibaning kualitas yang lebih baik. Meskipun begitu, dalam penelitian ini juga dikatakan bahwa wisatawan Cina memiliki kecenderungan untuk memiliki pengeluaran yang besar saat berwisata, namun digunakan untuk hal-hal selain akomodasi, seperti berbelanja.

Namun, Qu dan Li (1997) tidak setuju dengan pendapat mengenai wisatawan Cina yang dinilai sangat mementingkan atribut harga dan biaya. Aksesibilitas, keamanan, dan kemudahan mengajukan permohonan visa dikatakan sebagai atribut penting atau sangat penting bagi pengunjung Cina yang memilih Hong Kong sebagai perjalanan wisata mereka, dan biaya dinilai sebagai atribut yang paling tidak penting.

Ditambahkan oleh Li et al (2010), bahwa dalam pemilihan makanan, wisatawan Cina juga memiliki preferensi yang berbeda dari wisatawan umum. Wisatawan Cina menginginkan tetap ada makanan Cina setiap harinya, misalnya makan pagi dan makan siang adalah makanan lokal destinasi wisatanya, makan malam harus tetap makanan Cina. Wisatawan Cina cenderung lebih menyukai

(9)

makanan yang hangat, matang, tidak terlalu manis dan tidak terlalu asin, rendah kalori, terdapat kombinasi daging dan sayuran, serta sehat.

Ditambahkan oleh Gilbert dan Tsao (2000), dalam memahami perilaku interpersonal Cina, faktor yang paling signifikan adalah "wajah". Meskipun ini adalah perilaku universal manusia, orang Cina lebih sensitif terhadap “wajah” dibanding kelompok budaya lain. Oleh karena itu, dikatakan orang Cina akan lebih banyak memilih hotel berdasarkan ketenaran suatu hotel.

Karakteristik orang Cina dapat dilihat dari teori cultural dimension

Hofstede (“Hofstede Insight”, n.d), dimana Cina merupakan negara dengan dimensi

sebagai berikut:

a. High power distance, yaitu menekankan pada ketaatan terhadap otoritas,

hierarki sosial, dan hak yang tidak sama antara pemegang kekuasaan dan non pemegang kekuasaan.

b. Collectivism, yaitu mementingkan kepentingan keluarga atau kelompok

daripada kepentingan pribadinya. Indonesia memiliki tingkat collectivism yang

lebih tinggi dibanding Cina.

c. Masculinity, yaitu dimensi yang mempunyai nilai daya saing, ketegasan,

materialistik, ambisi dan kekuasaan. Orang Cina cenderung memiliki orientasi terhadap kesuksesan, sehingga banyak yang mementingkan pekerjaan daripada

keluarganya. Pelajar di Cina sangat mementingkan ranking sehingga cenderung

sangat memperhatikan nilai yang ia dapatkan dalam suatu ujian.

d. Uncertainity avoidance yang rendah, dimana mereka cenderung menghindari

perubahan dan konflik, sehingga saat terjadi sebuah perubahan, mereka akan menjalaninya dengan hati-hati. Namun Cina dinilai memiliki nilai yang lebih rendah dibanding Indonesia, sehingga dapat disimpulkan orang Cina lebih menghindari perubahan dibanding orang Indonesia.

e. Long term orientation, dimana berarti orang Cina lebih mementingkan masa

depan. Pada dimensi ini, Cina memiliki nilai yang lebih tinggi dibanding Indonesia, jadi orang Cina cenderung lebih mementingkan efek yang akan ditimbulkan di masa depan dibanding dengan orang Indonesia.

(10)

f. Restraint, atau pengekangan, dimana orang-orang dengan orientasi ini memiliki persepsi bahwa tindakan mereka dikendalikan oleh norma-norma sosial dan merasa bahwa memanjakan diri sendiri agak salah.

2.4.3 Wisatawan dengan Perbedaan Budaya

Wisatawan dari latar belakang budaya yang berbeda akan memiliki perilaku yang berbeda. Menurut Reisinger dan Turner (2003), perbedaan budaya dapat terlihat dari cara berkomunikasi, katergori sosial, norma sosial, serta pemberian layanan. Hal ini selain menyebabkan adanya perbedaan mengenai atribut dominan saat memilih hotel, juga adanya perbedaan cara memberikan layanan. Dalam konteks perhotelan dan pariwisata, wisatawan yang berasal dari negara yang berbeda akan menunjukan perbedaan dalam karakteristik berkunjung, seperti durasi perjalanan, cari melakukan perjalanan, pengeluaran, dan durasi tinggal di hotel (Yoo et al, 2004).

Dalam sebuah studi tentang perbedaan budaya dan hubungan pemasaran perhotelan, Gilbert dan Tsao (2000) menemukan bahwa pelanggan dari Cina lebih sensitif terhadap harga daripada pelanggan dari negara-negara Barat. Artinya, pelanggan dari Cina lebih peduli dengan harga daripada dengan kualitas produk. Di sisi lain, pelanggan dari Barat lebih peduli pada kualitas daripada harga suatu produk. Ketika memasarkan hotel ke pelanggan Cina, harga, nama merek, dan status prestisius harus menjadi prioritas utama; sedangkan ukuran kamar, keamanan, kedekatan dengan toko, dan lokasi menjadi semakin penting ketika memasarkan hotel ke pelanggan Barat. Apa yang dinilai penting bagi pengunjung dari Amerika Serikat, mungkin sangat berbeda dari yang dinilai penting bagi pengunjung dari Cina (Wei et al, 1989).

Reisinger dan Turner (2002) menemukan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara lima kelompok wisatawan Asia (Korea, Jepang, Indonesia, Thailand, dan Singapura) saat berkunjung ke Australia. Perbedaan dapat dilihat dari nilai-nilai budaya, aturan perilaku, persepsi layanan, bentuk-bentuk interaksi, serta kepuasan dengan interaksi. Meskipun kelompok-kelompok ini sama-sama berasal dari negara-negara Asia, perbedaan masih ada di antara mereka sendiri.

Perbedaan Cina dan Indonesia sendiri dapat dilihat dari teori cultural

(11)

Tabel 2.2 Dimensi Hofstede Cina dan Indonesia

(Sumber: Hofstede Insight, n.d)

Orang Cina memiliki high power distance yang sediki lebih tinggi

dibanding orang Indonesia, dimana dapat disimpulkan bahwa orang Cina lebih menekankan ketaatan terhadap otoritas dan hierarki sosial dibanding orang Indonesia.

Cina dan Indonesia sama-sama memiliki nilai individualisme yang rendah, jadi keduanya tergolong kolektivis, namun Cina memiliki individualisme yang lebih tinggi. Hal ini berarti orang Indonesia lebih mementingkan kepentingan keluarga atau kelompok daripada kepentingan pribadi, dibanding dengan orang Cina.

Orang Cina memiliki nilai maskulin yang lebih tinggi dibanding orang Indonesia, namun nilai maskulinnya tergolong rendah. Hal ini berarti orang Cina lebih cenderung memiliki orientasi terhadap kesuksesan, dibanding dengan orang Indonesia. Sedangkan orang Indonesia tergolong feminim, dimana mereka lebih mementingkan hubungan pribadi daripada pencapaian pribadi. Namun nilai dimensi ini hampir menyentuh nilai maskulin, sehingga orang Indonesia juga memiliki sedikit sifat maskulin, dimana sebuah pencapaian dinilai mempunyai nilai lebih, meskipun bukan menjadi motivasi utama seperti negara-negara Asia lainnya. Orang Cina dan orang Indonesia sama-sama menghindari perubahan maupun kondisi yang asing, namun orang Cina cenderung lebih menghindari hal ini dibanding orang Indonesia.

Orang Cina dan orang Indonesia sama-sama memiliki long term

orientation, tetapi orang Cina cenderung lebih memikirkan efek yang akan

ditimbulkan di masa depan dibanding orang Indonesia.

No. Dimensi Cina Indonesia

1 High power distance 80 78

2 Individualism 20 14

3 Masculinity 66 44

4 Uncertainity aviodance 30 48

5 Long term orientation 87 62

(12)

Selain itu, meskipun sama-sama restraint, orang Cina dinilai lebih dikendalikan oleh norma sosial dibanding dengan orang Indonesia.

2.5 Tujuan dan Motivasi Perjalanan Wisata

Perjalan wisata dapat dibedakan dari tujuan melalukan perjalan wisata. Menurut Spillane (1990), jenis-jenis wisata tersebut antara lain:

a. Pleasure tourism, yaitu kegiatan pariwisata yang bertujuan untuk menikmati

tempat-tempat atau lingkungan yang baru.

b. Recreation tourism, yaitu kegiatan pariwisata yang dilakukan orang-orang yang

sedang memanfaatkan hari liburnya untuk beristirahat.

c. Cultural tourism, yaitu kegiatan pariwisata yang dilakukan untuk mempelajari

keadaan, kebiasaan, adat istiadat, cara hidup, budaya, dan seni dari daerah yang dikunjungi.

d. Sport tourism, yaitu kegiatan pariwisata yang memiliki tujuan berolahraga,

seperti berburu, memancing, mendaki gunung.

e. Business tourism, yaitu perjalanan wisata yang berhubungan dengan

pekerjaannya. Hal ini dapat dilihat dari minimnya kebebasan memilih bagi wisatawan tersebut.

f. Convention tourism, yaitu jenis pariwisata yang menghadiri

pertemuan-pertemuan.

Sedangkan sebuah penelitian oleh Charles dan Brent (2003), tujuan berwisata dapat dibagi menjadi:

a. Bisnis

- Kegiatan primer: konsultasi, konvensi, inspeksi

- Kegiatan sekunder: makan di luar, rekreasi, belanja, melihat-lihat,

mengunjungi kerabat

b. Mengunjungi teman atau kerabat

- Kegiatan primer: bersosialisasi, makan di rumah, hiburan di rumah

- Kegiatan sekunder: makan di luar, rekreasi, belanja, melihat-lihat, hiburan

di kota

c. Kepentingan pribadi lainnya

- Kegiatan primer: berbelanja, mengunjungi pengacara, jadwal berobat

(13)

d. Kesenangan

- Kegiatan primer: rekreasi, melihat-lihat, makan di luar

- Kegiatan sekunder: mengunjungi teman, konvensi, bisnis, belanja.

Banyak penelitian yang membandingkan antara wisatawan dengan tujuan berwisata yang berebeda dalam pemilihan hotel. Dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, menunjukkan bahwa tujuan kedatangan dari wisatawan dapat mempengaruhi atribut dominan yang mendorong wisatawan untuk memilih hotel.

2.6 Atribut Destinasi Wisata Bali

Atribut destinasi wisata merupakan atribut-atribut yang memotivasi wisatawan untuk merencanakan liburan (Goossens, 2000). Oleh karena itu, atribut destinasi merupakan hal yang penting dalam menarik wisatawan pada suatu destinasi. Atribut destinasi wisata Bali adalah hal-hal yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung ke Bali. Menurut Surdanya (2005), daya tarik wisata Bali adalah:

a. Harga-harga produk wisata yang wajar

b. Budaya dalam berbagai bentuk manifestasinya

c. Pantai dengan segala daya tariknya

d. Kenyamanan berwisata

e. Kesempatan luas untuk relaksasi

f. Citra atau nama besar Bali

g. Keindahan alam

h. Keramahan penduduk setempat.

Sedangkan menurut Disparda Bali (2012), Bali merupakan destinasi tempat liburan yang cukup menarik bagi wisatawan mancanegara karena Bali memiliki citra budaya dan alam menjadi citra yang kuat, disusul dengan harga atau biaya berlibur yang relatif murah, keramahtamahan penduduk, fasilitas pariwisata yang lengkap, dan atraksi wisata yang beragam.

Adapun menurut Utama (2016), daya tarik wisata Bali adalah sebagai berikut:

(14)

a. Nilai lebih yang didapat saat berlibur ke Bali b. Budaya Bali c. Alam Bali d. Kuliner Bali e. Sejarah Bali f. Harga-harga di Bali

g. Acara dan festival di Bali

h. Fasilitas dan hotel di Bali

i. Kedekatan jarak dari negara asalnya

j. Keamanan pulau Bali

k. Fasilitas kesehatan dan kebugaran di Bali

l. Pelayanan pramuwisata di Bali

m. Transportasi lokal maupun internasional di Bali

n. Kemudahan pelayanan imigrasi di Bali.

2.7 Pengambilan Keputusan Konsumen

Menurut Schiffman dan Kanuk (2000), bahwa ketika sesorang memiliki pilihan antara membeli atau tidak membeli, memilih antara merek X dan merek Y, atau memilih untuk membelanjakan barang A atau B, maka orang tersebut dapat dikatakan dalam keadaan mengambil keputusan. Hal ini menunjukkan bahwa keputusan, pada prinsipnya, adalah memilih salah satu alternatif dari berbagai alternatif. Ditambahkan oleh Sutisna (2001), pengambilan keputusan konsumen merupakan komponen sentral dari model perilaku konsumen. Oleh karena itu, memahami bagaimana proses pengambilan keputusan konsumen terkait keinginan untuk mengetahui kecenderungan perilaku konsumen dinilai sangat penting. Proses keputusan seseorang untuk membeli dimulai dari pengenalan masalah atau kebutuhan.

2.7.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian

Faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen, menurut Sutisna (2001), adalah sebagai berikut:

(15)

a. Faktor internal, yaitu faktor dari dalam diri individu yang mempunyai pengaruh yang sangat penting terhadap proses pengambilan keputusan individu, meliputi:

- Motivasi, dimana menurut Sciffman dan Kanuk (1991) merupakan

kekuatan penggerak dalam diri individu yang memaksanya untuk bertindak.

- Persepsi, yaitu proses menafsirkan sensasi-sensasi dan memberikan arti

pada stimuli (Winardi, 1991).

- Kepribadian, yaitu respon yang konsisten terhadap stimuli lingkungan

perilaku konsumen (Engel et al, 1997).

- Belajar, dimana ini terjadi sebagai hasil dari pengalaman, dimana Winardi

(1991) mengatakan bahwa belajar adalah proses memperoleh dan memiliki sesuatu hal, yang sebelumnya belum kita miliki.

- Sikap, dimana menurut Sciffman dan Kanuk (1991), sikap adalah

kecenderungan untuk bertindak dalam suatu maksud yang konsisten, untuk menerima atau menolak suatu obyek atau ide yang ditawarkan.

b. Faktor eskternal, yaitu faktor yang bersalah dari luar individu, yang sangat

mempengaruhi seorang individu, dikarenakan manusia tidak dapat berdiri sendiri, dan manusia selalu berinteraksi dengan lingkungannya, sehingga perilakunya juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Faktor-faktor eksternal ini meliputi:

- Kebudayaan, yaitu mengacu pada seperangkat nilai, gagasan, artefak, dan

symbol bermakna lainnya yang membantu individu berkomunukasi, membuat taksiran, dan melakukan evaluasi sebagai anggota masyarakat (Engel et al, 1997).

- Kelas sosial, dimana menurut Engel et al (1997), merupakan

pengelompokan orang yang sama dalam perilaku mereka, berdasarkan posisi ekonomi mereka di pasar.

- Keluarga, yaitu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih orang yang

memiliki hubungan darah, perkawinan, atau adopsi, dan tinggal Bersama (Engel et al, 1997).

Ditambahkan oleh Berkowitz (1997), bahwa ada 4 faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen, yaitu:

(16)

a. Pengaruh situasional, terdiri dari:

- Kegunaan pembelian

- Lingkungan sosial

- Lingkungan fisik

- Pengaruh waktu

- Keadaan di masa yang akan datang

b. Pengaruh psikologis, terdiri dari:

- Motivasi

- Persepsi

- Nilai, kepercayaan, dan sikap

- Gaya hidup

c. Pengaruh sosial budaya, terdiri dari:

- Pengaruh pribadi (karakteristik pribadi, seperti usia dan pekerjaan)

- Kelompok referensi

- Pengaruh keluarga

- Kelas sosial

- Budaya dan sub-budaya

d. Pengaruh bauran pemasaran (marketing mix), terdiri dari:

- Produk, misalnya: kualitas produk, desain, bentuk, dan merek.

- Harga

- Promosi

- Tempat

2.7.2 Proses Keputusan Pembelian Konsumen

Dalam proses keputusan pembelian konsumen, terdapat tahap-tahap dalam proses keputusan pembelian konsumen, dimana proses pengambilan keputusan dimulai jauh sebelum terjadi kegiatan pembelian itu sendiri, dan mempunyai kelanjutan setelah kegiatan pembelian. Kotler (2000), menjelaskan bahwa terdapat lima tahap dalam proses keputusan pembelian konsumen. Lima tahap tersebut adalah:

(17)

Pada tahap pengenalan masalah ini, konsumen berusaha untuk mencari tahu apakah terdapat kebutuhan atau keinginan yang belum terpenuhi. Timbulnya kebutuhan ini berasal dari dalam diri individu, maupun dari lingkungan sekitarnya.

b. Pencarian informasi

Setelah kebutuhan terbentuk, konsumen akan melakukan tahap pencarian informasi, dimana pencarian informasi ini tergantung pada kekuatan dorongan kebutuhan, banyaknya informasi yang dimiliki, kemudahan memperoleh informasi tambahan, serta kepuasan yang diperoleh dari kegiatan mencari informasi. Sumber-sumber informasi konsumen, diantaranya adalah:

- Sumber pribadi, yaitu: keluarga, teman, tetangga, kenalan.

- Sumber komersial, yaitu: iklan, salesperson, pameran.

- Sumber umum, yaitu: media massa, organisasi konsumen.

- Sumber pengalaman, yaitu: pernah menggunakan produk yang sama

sebelumnya.

c. Evaluasi alternatif

Dalam proses memilih, konsumen akan memiliki beberapa alternatif. Konsumen akan memilih alternatif yang paling sesuai dengan kebutuhannya, keinginannya, serta keterbatasannya. Tahap evaluasi alternatif ini dapat dilakukan dengan melakukan komparasi dari satu merek dengan merek lainnya, dimana konsumen menimbang masing-masing merek berdasarkan mengidentifikasi atribut-atribut yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.

d. Keputusan pembelian

Setelah menentukan alternatif yang dinilai paling sesuai dibanding alternatif-alternatif lainnya, terjadilah tahap keputusan pembelian. Dalam tahap ini, konsumen akan menentukan apakah mereka akan membeli suatu produk atau tidak.

e. Perilaku paska pembelian

Setelah melakukan pembelian, konsumen akan mengalami kepuasan dan ketidakpuasan. Kepuasan maupun ketidakpuasan konsumen terhadap produk yang dibelinya akan dapat memperngaruhi perilaku berikutnya dari konsumen tersebut. Konsumen yang merasa puas, kemungkinan besar akan melakukan pembelian kembali apabila dibutuhkan. Selain itu, konsumen yang puas juga dapat

(18)

sebaliknya, apabila konsumen merasa tidak puas, mereka kemungkinan besar tidak akan melakukan pembelian kembali saat menemui kebutuhan yang sama.

Konsumen juga dapat memberikan word of mouth yang buruk kepada

lingkungannya.

2.7.3 Peranan Konsumen dalam Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian konsumen juga dapat didasarkan pada peranan dalam pembelian dan keputusan untuk membeli. Menurut Assael (1992), dalam mengambil keputusan pembelian, konsumen harus dapat memerankan lima peranan, yaitu:

a. Initiator, yaitu disaat individu yang mempunyai inisiatif pembelian terhadap

obyek tertentu.

b. Influencer, yaitu disaat individu sedang mempertimbangkan untuk membeli

maupun tidak.

c. Decider, yaitu disaat individu sedang memutuskan untuk membeli atau tidak

membeli, yang mana yang akan dibeli, bagaimana cara membelinya, kapan, serta dimana membelinya.

d. Buyer, yaitu disaat individu melakukan transaksi untuk melakukan pembelian

yang sesungguhnya.

e. User, yaitu disaat individu sedang menggunakan produk maupun jasa yang

(19)
(20)

T abe l 2.3 P en el it ia n T erd ahul u N o. Ju du l P en el iti an N am a P en el iti M et ode P en el iti an a. M en gi de nt ifi ka si kr ite ri a s el eks i h ot el ya ng pe nt in g ba gi w is aw at an C in a da n as in g ke H on g K on g b. M en ge ta hu i a pa ka h te rda pa t pe rbe da an ya ng s ig ni fika n da ri w is at aw an C in a da n as in g da la m kr ite ri a m em ili h h ot el c. M em be ri ka n re kom en da si ba gi hot el ie r 2 T he char ac te ri st ic s and s at is fac ti on of M ai nl and C hi ne se v is it or s to H ong K ong Q u, H . da n L i, I. ( 199 7) M en gg un aka n pe nde ka ta n sy st em at ic sam pl ing , da n ku is ion er t er tu tu p ke 275 w is at aw an C in a M en gi de nt ifi ka si ka ra kt er is tik, p ol a pe rj al an an da n a tr ibu t pe m ili ha n t uj ua n, da n pe rs eps i da n t in gka t ke pu as an pe ng un ju ng C in a da ra ta n y an g m el aku ka n pe rj al an an ke H on g K on g 1 H ot el s el ec ti on cr it er ia us ed by m ai nl and C hi ne se and f or ei gn indi v idua l tr av el er s t o H ong K ong T sa i, H ., Y eu ng , S ., & Y im , P . H . (201 1) P en el iti an de skr ipt if da n pe ne lit ia n cr os s-se ct iona l H as il P en el iti an U nt uk ka te gor i a tr ibu t ke se lu ru ha n, w is at aw an da ri C in a c en de ru ng le bi h m em en tin ga n h ar ga ka m ar ( room r at e ), j ar ak h ot el de ng an s ta si un tr an spor ta si u m um , da n v al ue f or m one y di ba ndi ng w is at aw an m an ca ne ga ra la in ny a. S el ai n i tu , w is at aw an C in a c en de ru ng le bi h m em pe rt im ba ng ka n ke m uda ha n a ks es da ri h ot el m en uj u obj ek w is at a ya ng di tu ju da n r epu ta si da ri h ot el t er se bu t da la m m em ili h h ot el . U nt uk ka te gor i a tr ibu t l ay an an da n f as ili ta s, w is at aw an C in a m en ila i ke ra m ah an st af , ke ta ng ka sa n da la m m em be ri ka n l ay an an , da n pe rh at ia n s ta f m er upa ka n y an g pa lin g pe nt in g. U nt uk ka te gor i a tr ibu t ka m ar , ke be rs ih an ka m ar di ni la i pa lin g pe nt in g. S eda ng ka n u nt uk ka te gor i a tr ibu t food and be v er age , a da ny a ba ny ak pi lih an r es tor an di ni la i s eba ga i at ri bu t y an g pa lin g pe nt in g. T uj ua n P en el iti an A ks es ibi lit as , ke am an an , da n ke m uda ha n m en ga ju ka n pe rm oh on an v is a di gol on gka n s eba ga i a tr ibu t pe nt in g a ta u s an ga t pe nt in g ba gi pe ng un ju ng C in a y an g m em ili h H on g K on g s eba ga i pe rj al an an w is at a m er eka , da n bi ay a di ni la i s eba ga i a tr ibu t y an g pa lin g t ida k pe nt in g.

(21)

T abe l 2.3 P en el it ia n T erd ahul u (s am bung an) T abe l 2.3 P en el it ia n T erd ahul u (s am bung an) N o. Ju du l P en el iti an N am a P en el iti M et ode P en el iti an 3 W he n e as t m ee ts w es t: A n ex pl or at or y s tudy on C hi ne se out bou nd tour is ts ’ t rav el ex pe ct at ions L i, X ., L ai , C ., H ar ri ll, R ., K lin e, S ., & W an g, L . (201 1) M el aku ka n foc us gr oup di sc us si on di 11 kot a di C in a t en ta ng e ks pe kt as i w is at aw an lu ar n eg er i C in a te nt an g a kom oda si , m aka na n da n r es tor an , pe m an du w is at a da n pe rj al an an , h ibu ra n da n ke gi at an , s er ta t ra ns por ta si 4 H ow doe s hot el at tr ibut e im por tanc e v ar y am ong di ff er ent tr av el er s? A n ex pl or at or y c as e st udy bas ed on a conj oi nt ana ly si s R he e, H . T ., & Y an g, S . B . (201 5) C onj oi nt ana ly si s 5 A ns w er ing t he et er nal que st ion: W hat doe s t he cus tom er w ant ? A tki ns on , A . (199 8) K ui si on er de ng an s ka la like rt , m en gg un aka n s ka la 1 sa m pa i 6 T uj ua n P en el iti an A tr ibu t y an g di ni la i pe nt in g a da la h a tr ibu t n ila i, a tr ibu t l ay an an , da n at ri bu t u m um h ot el m er upa ka n a tr ibu t dom in an , s eda ng ka n a tr ibu t re st or an da n room s er v ic e , a tr ibu t f as ili ta s, s er ta a tr ibu t l ai n-la in di ni la i t ida k t er la lu dom in an . W is at aw an C in a y an g ke lu ar n eg er i m em ili ki ba ny ak ke bu tu ha n da sa r y an g s am a da n ke in gi na n s em ua w is at aw an , t et api ke lom pok in i m em ili ki h ar apa n kh us us da la m h al f as ili ta s da n s ta nda r l ay an an . W is at aw an C in a s an ga t m em en tin gka n ke te rs edi aa n am eni ti es ka m ar m an di . A tr ibu t n ila i da n ka m ar m er upa ka n a tr ibu t y an g di ni la i pa lin g pe nt in g da la m s ebu ah h ot el , di iku ti de ng an a tr ibu t ka m ar , a tr ibu t ku al ita s tidu r, a tr ibu t l ay an an , a tr ibu t ke be rs ih an , da n y an g pa lin g t er akh ir ada la h l oka si . H as il P en el iti an M en el iti h ar apa n w is at aw an C in a s aa t be rw is at a ke lu ar n eg er i M en el iti pe ni al ia n pe nt in g da ri e na m a tr ibu t h ot el (n ila i, l ay an an , ka m ar , ku al ita s t idu r, l oka si , da n ke be rs ih an ) M en el iti a tr ibu t h ot el y an g di ni la i s eba ga i a tr ibu t dom in an ol eh w is at aw an

(22)

T abe l 2.3 P en el it ia n T erd ahul u (s am bung an) N o. Ju du l P en el iti an N am a P en el iti M et ode P en el iti an 6 W hi ch H ot el at tr ibut es M at te r? A r ev ie w of pr ev ious and a fr am ew or k f or fut ur e r es ear ch D ol ni ca r, S ., & O tt er , T . (200 3) S tu di e m pi ri s m en ge na i pe nt in gn ya at ri bu t h ot el 7 A na lis a pr ef er en si w is at aw an dom es tik a sa l S ur aba ya da la m pe m ili ha n akom oda si di B al i Ir aw an , M . H . (201 4) P en el iti an de skr ipt if de ng an m et ode T abu la si S ila ng da n U ji R an ki ng Spe ar m an 8 R ef re shi ng h ot el sat is fac ti on st udi es by re conf igur ing cus tom er r ev ie w dat a Z hou , L ., Y e, S ., W u, M ., & P ea rc e, P . L . ( 201 4) M en ga na lis a le bi h da ri s er ibu re v ie w m en ge na i h ot el bi nt an g e m pa t da n l im a da ri pe ng gu na A goda .c om M en ca ri t ah u a tr ibu t y an g di ha rg ai ol eh kon su m en da n m em be ri ka n pe ri ng ka t ke pe nt in ga n a tr ibu t M em be ri ka n pe rba ndi ng an te nt an g ke pu as an pe la ng ga n m el al ui u la sa n onl ine H as il P en el iti an T uj ua n P en el iti an U nt uk m en ge ta hu i pr ef er en si da n f akt or da la m pe ng am bi la n ke pu tu sa n w is at aw an dom es tik a sa l S ur aba ya da la m m em ili h a kom oda si di B al i T er da pa t e m pa t f akt or y an g bi sa m en dor on g w is at aw an dom es tik u nt uk m em ili h a kom oda si , y ai tu f akt or pr odu k pa da u ru ta n pe rt am a, l al u di iku ti de ng an f akt or r ef er en si , f akt or pr om os i, da n f akt or h ar ga di pos is i te ra kh ir . D ite m uka n 10 at ri bu t y an g m em ili ki 173 in di ka tor . U ru ta n a tr ibu t h ot el ya ng di ni la i pe nt in g a da la h: loka si , ku al ita s l ay an an , r epu ta si , ke ra m ah an st af , h ar ga ka m ar , ke be rs ih an ka m ar , v al ue f or m one y , ke be rs ih an hot el , ke am an an , s ta nda r ka m ar , ko la m be re na ng , ke ny am an an t em pa t tidu r, t em pa t pa rki r, da n u ku ra n ka m ar . U nt uk ka te gor i a tr ibu t ka m ar , ke ny am an an ka m ar , ka m ar m an di , s er ta te m pa t t idu r di ni la i pa lin g pe nt in g. U nt uk ka te gor i a tr ibu t u m um h ot el , aks es in te rn et g ra tis da n f as ili ta s u m um di ni la i pa lin g pe nt in g. U nt uk ka te gor i a tr ibu t m aka na n, v ar ia si da n ku al ita s m aka na n di ni la i pa lin g pe nt in g. U nt uk ka te gor i a tr ibu t n ila i, h ar ga ka m ar di ni la i pa lin g pe nt in g. U nt uk a tr ibu t l oka si , de ka t da ri t em pa t w is at a, de ka t da ri pu sa t kot a, da n de ka t da ri ba nda r u da ra di ni la i pa lin g pe nt in g. S eda ng ka n u nt uk at ri bu t ka ry aw an , ke ra m ah an s ta f, e fis ie ns i s ta f, s er ta ke m am pu an ba ha sa s ta f di ni la i pa lin g pe nt in g.

(23)

T abe l 2.3 P en el it ia n T erd ahul u (s am bung an) N o. Ju du l P en el iti an N am a P en el iti M et ode P en el iti an 9 K la si fika si a tr ibu t hot el pe ne nt u ke pu as an di M idt ow n H ot el S ur aba ya P ra jog o, L ., & K us ni n, R . (201 7) M en ga m bi l 132 kom en ta r da ri T ri pA dv is or , l al u m el aku ka n cont ent ana ly si s da n m en gu m pu lka n a tr ibu t h ot el y an g m en ja di pe ne nt u ke pu as an . T ekn ik an al is a ku an tit at if y an g di gu na ka n ada la h u ji K ru ska l-W al lis da n u ji M an n-W hi tn ey U u nt uk da pa t m en gkl as ifi ka si a tr ibu t h ot el m en ja di em pa t ka te gor i: sat is fi er , di ss at is fi er , c ri ti cal , da n ne ut ral 10 E x pl or ing C hi ne se c ul tur al inf lue nc es and hos pi tal it y m ar k et ing re lat ions hi ps G ilbe rt , D ., & T sa o, J . (200 0) M el aku ka n se m i-st ruc tur ed int er v ie w ke du a be la s m an aj er hot el di C in a U nt uk m en ge ta hu i kl as ifi ka si a tr ibu t ke pu as an di M idt ow n H ot el S ur aba ya H as il P en el iti an M em er iks a pe nde ka ta n ba ru u nt uk pe m as ar an da la m kon te ks bu da ya tim ur , u nt uk m en gu ng ka p ko nt eks da n kon st ru ks i hu bu ng an da la m m as ya ra ka t C in a B uda ya t ra di si on al C in a m en eka nka n pe nt in gn ya h ubu ng an pr iba di . S el ai n i tu ada ny a kon se p " w aj ah ", di m an a or an g C in a sa ng at s en si tif t er ha da p ko ns ep i ni . T uj ua n P en el iti an D ar i 16 at ri bu t, s at u a tr ibu t di ka te gor ika n se ba ga i cr it ic al , e na m a tr ibu t di ka te gor ika n se ba ga i sat is fi er , s at u a tr ibu t s eba ga i di ss at is fi er , da n de la pa n a tr ibu t s eba ga i ne ut ral .

(24)

T abe l 2.3 P en el it ia n T erd ahul u (s am bung an) N o. Ju du l P en el iti an N am a P en el iti M et ode P en el iti an a. O ra ng In don es ia sa ng at m en gh ar ga i pe rw aki la n da ri ke lom pok , se pe rt i ke tu a ke lom pok , da n ju ga m en gh ar ga i ya ng le bi h tu a, ke pu tu sa n da ri y an g l ebi h be rw en an g t ida k bi sa di pe rt an ya ka n b. In don es ia ce nde ru ng sa ng at fle ks ibe l m en ge na i w akt u da n ja nj i, di m an a kom itm en t er ha da p w akt u t ida k h ar us s el al u di te pa ti da n c. O ra ng In don es ia m em ili ki ke ce nde ru ng an un tu k m en ila i ja ba ta n st af da ri pa ka ia n m er eka , m er eka aka n m er as a le bi h ny am an apa bi la da pa t m en ca ri s ta f s es ua i de ng an ke bu tu ha n m er eka . d. In don es ia le bi h c en de ru ng m el aku ka n ke gi at an y an g be ror ie nt as i pa da ke lom pok da n ke be rs am aa n, s el ai n i tu s eg al a s es ua tu h ar us e. H ubu ng an pe rs on al h ar us s el al u t er liba t da la m s et ia p ke gi at an . f. O ra ng In don es ia ce nde ru ng m em ili ki ke gi at an m aka n be rs am a di ke gi ta ta n-ke gi at an ny a s eba ga i be nt uk ke be rs am aa n m er eka . g. O ra ng In don es ia m en gh in da ri te rj adi ny a pe ru ba ha n da n kon fli k, m aka m er eka ce nde ru ng ba ru m un cu l ke in gi na n un tu k be rw is at a at au be rku nj un g se te la h m en da pa tka n ke pa st ia n ba hw a lin gku ng an ya ng aka n m er eka ku nj un gi ada la h te m pa t ya ng am an , ny am an , m en ya m bu t m er eka , be rs ih , da n m em ili ki la ya na n y an g ba ik. h. O ra ng In don es ia ce nde ru ng ba ny ak te rs en yu m , te ta pi tida k m en un ju kka n eks pr es i da ri em os in ya ya ng se su ng gu hn ya di de pa n um um . i. O ra ng In don es ia m em ili ki hi er ar ki ve rt ika l da n si st em sos ia l ya ng di uku r be rda sa rka n us ia , pe ke rj aa n, da n st at us sos ia l m er eka da la m m as ya ra ka t. R ei si ng er , Y ., & T ur ne r, L . (199 7) M en ge ta hu i ka ra kt er is tik da n pr ef er en si la ya na n w is at aw an I ndon es ia ya ng m en gu nj un gi A us tr al ia M en gu m pu lka n te or i da n m el aku ka n obs er va si 11 C ros s-cul tur al di ff er enc es i n tour is m : Indo ne si an tour is ts i n A us tr al ia H as il P en el iti an T uj ua n P en el iti an

(25)

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu di atas, dapat disimpulkan bahwa wisatawan Cina dan wisatawan Indonesia memiliki preferensi yang berbeda, sehingga dapat dilihat bahwa atribut yang dinilai penting oleh masing-masing kelompok juga akan berbeda.

Melalui penelitian-penelitian terdahulu, Penulis mengadopsi atribut-atribut hotel dari penelitian Tsai et al (2011), karena dinilai sudah bisa mencakup atribut-atribut yang disebutkan oleh penelitian-penelitian lainnya. Atribut-atribut-atribut tersebut adalah:

a. Atribut keseluruhan, dimana atribut ini mencakup empat atribut dengan

indikator yang tidak terlalu banyak, yaitu atribut nilai, atribut lokasi, atribut

keamanan, serta atribut image.

b. Atribut layanan dan fasilitas

c. Atribut kamar

d. Atribut makanan dan minuman (food and beverage)

Atribut-atribut di atas akan didukung dengan indikator-indikator yang diadopsi dari gabungan penelitian-penelitian Tsai et al (2011), Dolnicar dan Otter (2003), Atkinson (1998), Zhou et al (2014), serta Rhee dan Yang (2015).

(26)

2.9 Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Bali dinilai sebagai destinasi wisata yang popular bagi wisatawan, baik wisatawan domestik maupun wisatawan asing, khususnya wisatawan Cina. Wisatawan domestik dan wisatawan Cina sendiri merupakan dua kelompok wisatawan yang bisa menjadi pasar potensial bagi pariwisata Bali. Wisatawan dengan latar belakang budaya yang berebeda cenderung memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda pula. Apabila kebutuhan dan keinginan tersebut dapat

- - - -- - -- - -- -- - -- - -- -- - -- -- -- -- -- -- -Atribut-atribut dalam Memilih Hotel

Atribut makanan dan minuman Atribut kamar

Keamanan lokasi Dekat dari pantai Kemudahan menuju tempat wisata Kemudahan menuju bandara

Atribut keseluruhan

Reputasi hotel baik Kamar termasuk makan pagi Harga kamar sesuai

Ulasan positif dari internet

Staf hotel ramah Hotel memiliki banyak

pilihan restoran Atribut layanan dan

fasilitas

Wi-fi gratis

Ukuran kamar luas Kamar hotel bersih

Kualitas makanan restoran hotel Kamar menyediakan

amenities

Restoran hotel bersih

Bar/lounge hotel besih

Kualitas minuman restoran hotel

Seberapa besar faktor-faktor tersebut memberikan kontribusi bagi wisatawan domestik dan wisatawan

Cina dalam pemilihan hotel di Bali? Lokasi dengan

pemandangan indah Lokasi yang tenang

(Tsai et al, 2011; Dolnicar dan Otter, 2003; Atkinson, 1998; Zhou et al, 2014; Rhee dan Yang, 2015)

(Tsai et al, 2011; Dolnicar dan Otter, 2003; Atkinson, 1998; Zhou et al, 2014; Rhee dan Yang, 2015)

(Tsai et al, 2011; Dolnicar dan Otter, 2003; Atkinson, 1998; Zhou et al, 2014; Rhee dan Yang, 2015)

Kualitas makanan di

bar/lounge hotel baik

Program

membership

Kemudahan mencari tempat makan

(Tsai et al, 2011; Dolnicar dan Otter, 2003; Atkinson, 1998; Zhou et al, 2014; Rhee dan Yang, 2015)

Business center

Fasilitas laundry

Kualitas minuman di

bar/lounge hotel baik

Kualitas makanan

room service baik Kualitas minuman

room service baik Harga makanan terjangkau Harga minuman terjangkau Ukuran tempat tidur

luas

Ukuran kamar mandi memadai

Kamar mandi bersih Staf cepat dalam

memberikan layanan Staf hotel sopan

Antar jemput dari dan ke bandara

Taman bermain anak-anak

Room service 24 jam Kemampuan staf berbahasa asing Kolam renang Fasilitas kebugaran

(27)

dipenuhi oleh sebuah hotel, maka wisatawan akan cenderung memilih hotel tersebut. Selain itu, ketika kebutuhan dan keinginan tersebut dapat dipenuhi, maka dapat memberikan kepuasan ke wisatawan, sehingga wisatawan yang merasa puas akan cenderung untuk datang kembali. Penting bagi pengelola bisnis hotel untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan wisatawan untuk menentukan strategi pemasaran yang tepat kepada target pasar yang dituju, serta untuk mendorong

keinginan untuk melakukan re-visit atau datang kembali.

Oleh karena itu, dalam penelitian ini, penulis ingin menganalisa atribut-atribut yang dinilai penting bagi wisatawan domestik dan wisatawan Cina saat memilih hotel di Bali. Adapun atribut yang digunakan oleh Penulis, yaitu atribut keseluruhan, atribut layanan dan fasilitas, atribut kamar, serta atribut makanan dan minuman. Setelah itu, Penulis ingin melihat apakah terdapat perbedaan antara atribut yang dinilai penting oleh wisatawan domestik dan wisatawan saat memilih hotel di Bali.

Gambar

Tabel 2.1 Ringkasan Atribut-atribut Hotel
Tabel 2.1 Ringkasan Atribut-atribut Hotel (sambungan)  No. Penulis 3 a b c d e f g h i
Tabel 2.2 Dimensi Hofstede Cina dan Indonesia
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

 Dalam welfare state, hak kepemilikan diserahkan kepada swasta sepanjang hal tersebut memberikan insentif ekonomi bagi pelakunya dan tidak merugikan secara sosial,

Namun begitu, terdapat banyak responden tidak terlibat dalam program kerajaan disebabkan oleh masalah pihak kerajaan. Antaranya termasuklah, 1) kekurangan kemahiran

Dengan menerapkan metode pembelajaran yang terintegrasi dengan teknologi komputer (seperti SPC) akan memberikan suatu model yang berbasis unjuk kerja, hal ini

Inkubasi tabung mikrosentrifus kedua selama 10 menit pada temperatur ruang (bolak-balikkan tabung 2-3 kali selama masa inkubasi) untuk melisis sel-sel darah

Teknologi informasi dan komunikasi yang terdiri dari personal digital assistant (PDA), wireless fidelity (WI-FI), dan liquid crystal display (LCD) television digunakan oleh

Sistem informasi perpustakaan sekarang ini sangatlah penting untuk sekolah, instansi maupun pihak lainnya, dengan menggunakan sistem informasi perpustakaan, proses peminjaman,

M embaca merupakan salah satu kemampuan dasar yang perlu di miliki siswa untuk dapat memasuki dunia belajar. Keberhasilan membaca pada siswa sekolah dasar ikut

Dapat menjadi sumber ilmu tambahan untuk berbagai pihak misalnya Aparatur penegak hukum seperti Polisi, Hakim, dan Jaksa yang mengawal jalannya penyelesaian kasus-kasus