1
RENCANA TINDAK PENGENDALIAN
PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN
PEMERINTAH
(SPIP)
WBS 2
PENATAAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN
AGROBIOTEK
DIPA
INOVASI TEKNOLOGI PRODUKSI BIBIT TANAMAN
HORTIKULTUTRA
BALAI BIOTEKNOLOGI
DEPUTI BIDANG TEKNOLOGI
AGROINDUSTRI DAN BIOTEKNOLOGI
BADAN PENGKAJIAN & PENERAPAN TEKNOLOGI
TAHUN 2019
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan rahmatNya sehingga kita dapat menyelesaikan penyusunan Dokumen Rencana Tindak Pengendalian Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) di Balai Bioteknologi (Biotek) untuk kegiatan WBS 2 Penataan dan Pengembangan Kawasan Agrobiotek.
Penyusunan Rencana Tindak Pengendalian (RTP) ini merupakan salah satu dokumen yang diperlukan dalam penyelenggaraan SPIP, terutama dalam merumuskan perbaikan pengendalian dan target penyelesaian perbaikan dalam membangun infrastruktur pengendalian intern. RTP menguraikan area-area perbaikan yang direncanakan, dalam rangka penyelenggaraan SPIP secara komprehensif dan sistematis sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang SPIP pasal 2 ayat (1), setiap instansi pemerintah wajib menyelenggarakan SPIP.
Penyusunan desain RTP dilakukan berdasarkan hasil pemetaan atas kelemahan-kelemahan pengendalian intern, hasil evaluasi lingkungan pengendalian, dan hasil evaluasi atas kelemahanpengendalian intern lainnya yangperlu diperbaiki.Dari kelemahan-kelemahan yang ada, selanjutnya disusun rencana kerja penyelenggaraan SPIP berupa penyusunan rencana tindak pengendalian untuk penguatan lingkungan pengendalian, penguatan kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan SPIP yang akan dilakukan secara bertahap.
Dengan adanya desain RTP ini, diharapkan seluruh pejabat dan pegawai SPIP dalam pelaksanaan tugas di lingkungan Balai Bioteknologi memiliki kesamaan persepsi dan gerak langkah yang seirama dalam membangun menginternalisasikan SPIP dalam pelaksanaan tugas di lingkungan Balai Bioteknologi. Semoga desain ini tidak hanya sekedar menjadi dokumen rencana kerja, namun benar-benar menjadi acuan dalam menyelenggarakan SPIP sehingga perbaikan berkelanjutan atas pengendalian intern dapat terus ditingkatkan untuk mendukung kinerja di Balai Bioteknologi.
Kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi pemikiran dan dukungannya dalam penyusunan dokumen Rencana Tindak Pengendalian (RTP) ini, kami mengucapkan terima kasih.
Serpong, Januari 2019 Kepala Balai Bioteknologi
Selaku Penanggungjawab Satgas SPIP
Dr. Agung Eru Wibowo, MSi., Apt. NIP. 19680228.199502.1.001
3
RENCANA TINDAK PENGENDALIAN
PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH
BALAI BIOTEKNOLOGI BPPT
A. PENDAHULUAN
Dengan ditetapkannya paket reformasi birokrasi di bidang keuangan negara dengan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2004 tentang Keuangan Negara serta untuk menciptakan Good Governance melalui Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Negara yang bebas KKN, maka diperlukan Sistem Pengendalian Intern dalam mengelola keuangan Negara dan Daerah.
Selanjutnya terkait dengan pemeriksaan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara, yang diatur dalam UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan dan Tanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Negara disebutkan dalam Pasal 12 bahwa dalam rangka pemeriksaan keuangan dan/atau kinerja, pemeriksa melakukan pengujian dan penilaian atas pelaksanaan sistem pengendalian intern pemerintah.
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) merupakan suatu kebijakan berkaitan dengan sistem pengendalian yang harus dibuat oleh Pemerintah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, yang mewajibkan kepada pimpinan instansi pemerintah untuk menyelenggarakan SPIP. Selanjutnya sebagai wujud komitmen Balai Bioteknologi BPPT diterbitkan Keputusan Kepala Balai Bioteknologi tentang Pembentukan Tim Satuan Tugas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di lingkungan Balai Bioteknologi BPPT pada Tahun 2019.
Sebagai instansi penyelenggara pemerintahan, Balai Bioteknologi wajib menyelenggarakan kebijakan SPIP sesuai PP SPIP dan Peraturan Kepala Balai tersebut secara terintegrasi ke dalam kegiatan dan tindakan pelaksanaan tugas pokok di lingkungan Balai Bioteknologi.
4 Rencana Tindak Pengendalian SPIP ditetapkan sebagai wujud pelaksanaan SPIP secara menyeluruh dalam penyelenggaraan tugas pokok Balai Bioteknologi. Rencana Tindak Pengendalian merupakan uraian mengenai rencana tindak (action plan) penguatan SPIP baik dalam bentuk pembangunan lingkunganpengendalian maupun infrastruktur kebijakan pengendalian atas pelaksanaan tugas pokok Balai Bioteknologi sehingga diharapkan dapat mendukung atas pencapaian tujuan, misi dan visi Balai Bioteknologi.
B. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang 2. Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor
47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4285);
3. Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 tentang
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4890);
5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2005;
6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2005;
7. Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Nomor 170/Kp/IV/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi;
8. Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Nomor 347 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi;
5
C. TUJUAN
Rencana Tindak Pengendalian (RTP) ditujukan sebagai rencana tindak (action plan) penguatan SPIP baik dalam bentuk pembangunan lingkungan pengendalian maupun infrastruktur kebijakan pengendalian yang akan dilaksanakan oleh pimpinan dan para pegawai di lingkungan Balai Bioteknologi.
D. MANFAAT
Manfaat Rencana Tindak Pengendalian (RTP) di lingkungan Balai Bioteknologi sebagai berikut:
1. Memberikan arah dalam pengembangan SPIP secara menyeluruh hingga tercipta keterpaduan antara sub-sub unsur SPIP dengan lingkungan pengendalian dalam aktivitas dan kegiatan pelaksanaan tugas pokok Balai Bioteknologi.
2. Menjadi dasar dalam membangun infrastruktur pengendalian sebagai bagian dari penyelenggaraan SPIP.
3. Menjadi dokumentasi dalam penyelenggaraan SPIP dan pengukuran kemajuan penyelenggaraan SPIP.
E. RUANG LINGKUP
Rencana Tindak Pengendalian (RTP) Balai Bioteknologi Tahun 2019 meliputi tujuan pada tingkat kegiatan Inovasi dan Layanan Teknologi Balai Bioteknologi, yaitu:
TUJUAN
Meningkatan inovasi & layanan teknologi dalam mendukung daya saing industri & kemandirian bangsa di bidang bioteknologi
Tujuan tersebut dikaitkan dengan misi Balai Bioteknologi yaitu:
MISI
MenjadiPusat Unggulan Bioteknologi yang mengutamakan inovasi dan layanan Bioteknologi untuk meningkatkan daya saing industri dan kemandirian bangsa
6 Tujuan tersebut melingkupi seluruh tahapan proses kegiatan Inovasi dan Layanan Balai Bioteknlogi, yaitu Persiapan Kegiatan WBS 2 Penataan dan Pengembangan Kawasan Agrobiotek. Dari sisi tingkatan manajemen, Rencana Tindak Pengendalian kegiatan WBS 2 Penataan dan Pengembangan Kawasan Agrobiotekpada Balai Bioteknologi Tahun 2019 akan menjadi tanggung jawab tingkatan manajemen atas, menengah, dan manajemen bawah pada Balai Bioteknologi.
F. GAMBARAN SPIP
Dalam Ketentuan Umum PP Nomor 60 Tahun 2008, Sistem Pengendalian Intern (SPI) didefinisikan sebagai proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
1. Tujuan SPIP
Penyelenggaraan SPIP diarahkan untuk mencapai beberapa tujuan yang mencakup:
1) Efektifitas dan efisiensi pencapaian tujuan Instansi Pemerintah sebagai bagian dari organisasi penyelenggara negara.
2) Keandalan pelaporan keuangan Instansi Pemerintah sehingga dapat dipercaya,baik oleh pihak internal maupun pihak eksternal Instansi Pemerintah yang berkepentingan dengan informasi di dalam laporan keuangan.
3) Pengamanan aset negara yang dikelola Instansi Pemerintah dan digunakan untuk mendukung pencapaian tujuan instansi tersebut.
4) Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi Instansi Pemerintah sebagai unsur penyelenggara Negara
7
2. Unsur-Unsur SPIP
SPIP wajib diselenggarakan untuk memberi kayakinan memadai bagi tercapainya empat tujuan yang merupakan pilar-pilar penopang dari perwujudan tujuan bernegara dan berbangsa. Pilar-pilar penyangga tersebut harus dibangun diatas fondasi unsur-unsur SPIP yang terdiri dari :
1) Penciptaan lingkungan pengendalian yang kuat sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 4 s.d 12 PP Nomor 60 Tahun 2008.
2) Penilaian risiko sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 13 s.d 17 PP Nomor 60 Tahun 2008 untuk dapat mengantisipasi atau mengelola risiko yang dapat menggagalkan pencapaian tujuan.
3) Perancangan kegiatan pengendalian sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 18 s.d 40 PP 60 Tahun 2008 untuk mengamankan tiap proses yang diperlukan dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
4) Penetapan mekanisme Informasi dan komunikasi sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 41 s.d 42 PP Nomor 60 Tahun 2008 sehingga dapat mengetahui dan mendeteksi secara dini setiap permasalahan yang dihadapi didalam berorganisasi untuk mencapai tujuan.
5) Pemantauan untuk menilai efektivitas sistem pengendalian sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 43 s.d 46 PP Nomor 60 Tahun 2008.
Kegiatan penerapan unsur SPIP adalah kegiatan dimana infrastruktur yang telah ada diterapkan sebagai suatu proses yang terintegrasi dengan tindakan dan kegiatan para pejabat dan aparatur Balai Bioteknologi, paling tidak meliputi langkah-langkah berikut:
1) Mengintegrasikan unsur-unsur SPIP pada setiap tindakan dan kegiatan pelaksanaan tugas pokok.
2) Melaksanakan penerapan unsur-unsur SPIP sebagai suatu proses yang melekat dalam dan kegiatan pelaksanaan tugas pokok.
3) Menerapkan unsur-unsur SPIP secara dinamis yaitu dilakukan penyempurnaan apabila terdapat risiko atau masalah yang diperkirakan akan menghambat pencapaian tujuan.
8
G. RENCANA TINDAK PENGENDALIAN
1. Rencana Tindak Lingkungan Pengendalian
Unsur Lingkungan Pengendalian adalah pondasi dalam pelaksanaan SPIP antara lain dalam bentuk penegakan integritas dan nilai etika, komitmen terhadap kompetensi, kepemimpinanyang kondusif, pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan, pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat, penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya manusia, perwujudan dan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah yang efektif, dan hubungan kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah terkait. Terkait dengan tujuan kegiatan WBS 2 Penataan dan Pengembangan Kawasan Agrobiotek yang bertujuan untuk Melakukan penataan kawasan BPPT di Cilubang Bogor dan Buncitan Sidoarjo, maka untuk mendukung capaian tujuan tersebut sub unsur penegakan integritas dan nilai etika, Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab, dan pengawasan internal pada lingkungan pengendalian sangat perlu diperhatikan. Sebagai langkah untuk perbaikan, Rencana Tindak Lingkungan Pengendalian Tahun 2019 sebagai berikut:
No Sub Unsur Uraian RTP
1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika
1) Pengkomunikasian nilai-nllai etika
2) Penekanan kembali pentingnya integritas dan nilai etika
3) Pengawasan atas pelaksanaan integritas nilai etika
4) Penanganan atas pelanggaran integritas dan nilai etika
2 Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab
5) Pimpinan mengawasi proses pengendalian internal
6) Pendelegasian otoritas dan tanggungjawab pengendalian secara tepat
7) Penetapan secara jelas batasan pendelegasian kewenangan 3 Pengawasan
Internal
8) APIP memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi dan efektivitas pencapaian tujuan
9
2. Rencana Tindak Pengendalian atas Risiko
Hasil analisis risiko atas tujuan ‘Meningkatan inovasi & layanan teknologi dalam mendukung daya saing industri & kemandirian bangsa di bidang bioteknologi pada kegiatan WBS 2 Penataan dan Pengembangan Kawasan Agrobiotekpada Balai Bioteknologi menyimpulkan terdapat 16 (enam belas) resiko atas tahapan kegiatan WBS 2 Penataan dan Pengembangan Kawasan Agrobiotek. Dari lima belas risiko tersebut, 8 risiko dikategorikan resiko rendah dan 10 resiko dikategorikan sedang. Risiko tersebut akan menjadi prioritas dalam Rencana Tindak Pengendalian (RTP) Tahun 2019, sebagai berikut:
No Risiko Uraian Rencana Tindak Pengendalian
(RTP) 1 Pembuktian teknologi masih
terbatas
1) Perlu adanya sosialisai kepada user dan masyarakat secara intensif
2 Terdapat kawasan agrobiotek lain yang sudah exist
1) Perlu sosialisai dan open house tentang teknologi yang dimilki Balai Bioteknologi kepada masyarakat
3 Jumlah
peneliti/perekayasa/litkayasa belum mencukupi
1) Perlu tambahan personil yang benar-benar ahli di bidangnya
4 Keberadaan personil terlibat di banyak kegiatan
1) Pembatasan agar personil terlibat maksimal di 3 kegiatan
5 Kurangnya anggaran untuk pengadaan
1) Perlu tambahan anggaran agar kegiatan berjalan lancar sesuai kebutuhan
6 Belum tersedianya fasilitas peralatan yang lengkap
1) Perlu pengadaan fasilitas pendukung untuk mendukung suksesnya kegiatan 7 Kurang pedulinya personil
terhadap kesehatan dan makanan bergizi
1) Sosisalisasi tentang perlunya badan sehat dan makanan bergizi secara intensif kepada personil
8 Perencanaan kawasan yang sangat detail
1) Perlu ahli khusus untuk perencanaan 9 Perencanaan dan hasil
pembangunan yang dilakukan melalui lelang kadang tidak sesuai
1) Pemenang lelang jangan dilihat dari penawar terendah, tapi perlu dilihat tenaga ahli yang terlibat didalamnya 10
Perlunya pengawasan ketat ketika pembangunan
1) Tenaga pengawas dan pengawas dari Biotek sebaiknya stand by dilokasi pembangunan
Peta risiko, penjabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan RTP dan target waktu pelaksanaan ada pada lampiran 1.
10
H. INFORMASI DAN KOMUNIKASI
Informasi dan Komunikasi dalam pelaksanaan RTP ini adalah informasi yang dapat memberikan keyakinan kepada pemilik risiko bahwa pengendalian telah berjalan dengan efektif.
I. PEMANTAUAN
Pemantauan bertujuan untuk meyakinkan bahwa RTP serta informasi dan komunikasi dilaksanakan sesuai rencana dan sedangkan evaluasi bertujuan untuk menilai efektifitas pelaksanaan kegiatan pengendalian dalam mendukung pencapaian tujuan. Pemantauan dilakukan dalam bentuk:
1. On Going Monitoring adalah pemantauan yang melekat dalam proses pelaksanaan tugas pokok dilakukan secara kontinyu oleh atasan langsung 2. Pemantauan terpisah secara berkala akan dilakukan oleh Inspektorat BPPT.
J. PENUTUP
1. Dokumen RTP ini akan menjadi dokumen hidup yang senantiasa akan disesuaikan dengan perkembangan dan kondisi untuk perbaikan SPIP secara berkelanjutan di Balai Bioteknologi.
2. Apabila terdapat perubahan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku ataupun apabila terdapat kekeliruan, maka akan diadakan pembetulan sebagaimana mestinya
Serpong, Januari 2019 Kepala Balai Bioteknologi
Selaku Penanggungjawab Satgas SPIP
Dr. Agung Eru Wibowo, MSi., Apt. NIP. 19680228.199502.1.001
11
Lampiran 1.
Peta Resiko Kegiatan
Daftar Personil yang bertanggungjawab atas pelaksanaan RTP
No. Nama Jabatan
1 Dr. Agung Eru Wibowo, M.Si., Apt Kepala Balai Bioteknologi
2 Dr. Farida Rosana Mira, SP Ka.sie Kerjasama dan Pelayanan teknologi 3 Irni Furnawanthi, M.Si Ka. Subag Tata Usaha
4 Dr. Anis H Masunah, M.Sc Ka.Sie Program dan Penerapan Bioteknologi 5 Roni Kartiman, M.Si Group Leader
6 Bony Agung Wahyuono, ST Leader 7 Amin Pujianto, SP Leader
Target Waktu Penyelesaian RTP
No Risiko Pengendalian Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1
Pembuktian teknologi masih terbatas
Perlu adanya sosialisai kepada user dan
masyarakat secara intensif 2
Terdapat kawasan agrobiotek lain yang sudah exist
Perlu sosialisai dan open house tentang teknologi yang dimilki Balai Bioteknologi kepada masyarakat
12
3 Jumlah
peneliti/perekayasa/litk ayasa belum
mencukupi
Perlu tambahan personil yang benar-benar ahli di bidangnya
Keberadaan personil terlibat di banyak kegiatan
Pembatasan agar personil terlibat maksimal di 3 kegiatan
4 Kurangnya anggaran untuk pengadaan
Perlu tambahan anggaran agar kegiatan berjalan lancar sesuai kebutuhan 5 Belum tersedianya
fasilitas peralatan yang lengkap
Perlu pengadaan fasilitas pendukung untuk mendukung suksesnya kegiatan 6 Kurang pedulinya personil terhadap kesehatan dan makanan bergizi Sosisalisasi tentang perlunya badan sehat dan makanan bergizi secara intensif kepada personil 7
Perencanaan kawasan yang sangat detail
Perlu ahli khusus untuk perencanaan
8 Perencanaan dan hasil pembangunan yang dilakukan melalui lelang kadang tidak sesuai
Pemenang lelang jangan dilihat dari penawar terendah, tapi perlu dilihat tenaga ahli yang terlibat didalamnya
9
Perlunya pengawasan ketat ketika
pembangunan
Tenaga pengawas dan pengawas dari Biotek sebaiknya stand by dilokasi pembangunan
10 Pembuktian teknologi masih terbatas
Perlu adanya sosialisai kepada user dan