• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Konsentrasi Perekat Tepung Tapioka Dan Tanah Liat Terhadap Mutu Briket Batu Bara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Konsentrasi Perekat Tepung Tapioka Dan Tanah Liat Terhadap Mutu Briket Batu Bara"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KONSENTRASI PEREKAT TEPUNG TAPIOKA DAN TANAH

LIAT TERHADAP MUTU BRIKET BATU BARA

Tamrin

Dosen Jurusan Teknik Pertanian , Fakultas Pertanian, Universitas Lampung

Naskah ini diterima pada 01 Agustus 2016; revisi pada 24 Agustus; disetujui untuk dipublikasikan pada 19 September 2015

komunikasi penulis, email: tamrin62@yahoo.com

ABSTRACT

Making coal briquettes require tapioca glue and clay. The purpose of this research is studying the effect of concentration tapioca glue and clay to characteristic coal briquette. Research carried out by treatment with a concentration of starch, clay and coal flour respectively as follows; a) 2%, 18%, 80%, b) 4%, 14%, 82%, c) 6%, 10%, 84% and d) 8%, 6%, 86%. The results are showed that the density of coal briquettes are not affected by the concentration of glue material, but it is influenced by the pressure of the tool at the time of manufacture. The lower the content of clay in the briquettes, the stronger the briquettes were produced and the lower the number of briquettes were broken when dropped at a height of 2 m. The higher the clay content of the briquettes, so the time for the initial combustion, the temperature of the plate surface reached 180 °C and the duration of briquette became ashes are longer. The rate of combustion of coal briquettes are made lower than the rate of briquettes combustion from briquettes non carbonization and carbonization

Key word : coal briquette, tapioca, clay, start up combustion dan carbonisation

ABSTRAK

Pembuatan briket batubara membutuhkan tapioka lem dan tanah liat. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari pengaruh konsentrasi tapioka lem dan tanah liat untuk briket batubara karakteristik. Penelitian yang dilakukan oleh pengobatan dengan konsentrasi pati, tanah liat dan tepung batubara masing-masing sebagai berikut; a) 2%, 18%, 80%, b) 4%, 14%, 82%, c) 6%, 10%, 84% dan d) 8%, 6%, 86%. Hasilnya menunjukkan bahwa kepadatan briket batubara tidak terpengaruh oleh konsentrasi bahan lem, tetapi dipengaruhi oleh tekanan dari alat pada saat pembuatan. Semakin rendah kandungan tanah liat di briket, semakin kuat briket yang dihasilkan dan semakin rendah jumlah briket yang dipecah ketika dijatuhkan pada ketinggian 2 m. Semakin tinggi kandungan tanah liat dari briket, sehingga waktu untuk pembakaran awal, suhu permukaan pelat mencapai 180 ° C dan durasi briket menjadi abu lebih panjang. Tingkat pembakaran briket batubara yang dibuat lebih rendah dari laju pembakaran briket dari briket non karbonisasi dan karbonisasi

Kata kunci: briket batubara, tapioka, tanah liat, start up pembakaran dan karbonisasi I. PENDAHULUAN

Pertumbuhan Penduduk Indonesia terus meningkat. Untuk melakukan aktivitas manusia membutuhkan energi. Berkembangannya jumlah penduduk, maka permintaan akan energi juga akan meningkat. Sebagian besar masyarakat indonesia menggunakan energi fosil untuk mendukung aktivitasnya. Sedangkan ketersedian energi fosil tersebut terbatas jumlahnya dan jenisnya. Disamping itu

masyarakat cendrungan menggunakan jenis energi tertentu untuk memenuhi kebutuhannya , seperti gas LPG dan minyak tanah yang digunakan untuk memasak didapur.

Deversifikasi penggunaan energi untuk aktivitas manusia perlu ditingkatkan, agar penggunaan satu atau dua jenis energi dapat dihindarkan. Penggunaaan satu jenis energi saja akan

EFFECT OF CONCENTRATION FROM TAPIOCA GLUE AND CLAY TO COAL

BRIQUETTE QUALITY

(2)

mempercepat kehabisan energi tersebut, karena ketersediaannya terbatas. Penggunaan energi batubara dalam bentuk briket perlu ditingkatkan, karena ketersediaan batubara indonesia cukup tinggi. Menurut Iswanto dkk. (2015) bahwa cadangan batubara Indonesia sebesar 21 milyar ton. Jika memproduksi 200-300 juta ton batubara per tahun maka umur tambang batubara dapat mencapai 100 tahun.

Briket batubara merupakan bahan bakar yang dapat digunakan untuk industri dan rumah tangga. Briket batu bara merupakan bahan bakar padat yang dibuat dari tepung batu bara dicampur dengan lem seperti tanah liat atau tapioka. Briket ini merupakan bahan bakar alternatif yang dapat mengantikan bahan bakar lain yang paling murah dan dimungkinkan untuk dikembangkan secara masal. Teknologi pembuatan briket batubara relatif sederhana, sehingga masyarakat dapat membuat briket ini sendiri.

Ada dua cara pembuatan briket yaitu kompaksi rendah dengan bahan perekat tanag liat, bentonit atau tepung tapioka, dan kompaksi tinggi tanpa bahan pengikat. Penambahan bahan perekat dapat menurunkan nilai kalor, karena nilai kalor perekat lebih rendah dari nilai kalor batubara (Assureiro, 2002). Disampint itu menurut Akintude dan Seriki (2013) bahwa jenis perekat yang digunakan dalam pembuatan briket dapat mempengaruhi nilai kerapata, ketahanan tekan, nilai kalor bakar, kadar air dan kadar abu.

Menurut Ristianibgsih, dkk. (2015) bahwa ada beberapa jenis bahan baku yang umum dipakaisebagai perekat untuk pembuatan briket, yaitu: a) Perekat anorganik yaitu perekat ini dapat menjaga ketahananbriket selama proses pembakaran. Misalkan briket anorganik seperti semen,lempung, natrium, dan b) Perekat organik yaitu dapat menghasilkan sedikit abu setelah pembakaran briket dan briket organik merupakan bahan perekat yang efektif. Misalnya bahan yang digunakan yaitu tepung kanji,tar, aspal, amilum, molase dan parafin Perekat diperlukan dalam pembuatan briket batubara, karena sifat alami bubuk batubara yang cenderung saling memisah. Dengan menggunakan bahan perekat, maka butir-butir

bubuk batubara bisa disatukan dan dibentuk sesuai kebutuhan. Menurut Ristianingsih., dkk (2015) bahwa pemilihan jenis perekat sangat berpengaruhterhadap kualitas briket bioarang, karena perekat dapat mempengaruhi kalor pada saat pembakaran briket.

Perekat harus diberikan untuk pembuatan briket agar tepung batabara dapat menyatu. Bergabungannya tepung batubara dengan perekat akan membentuk material baru yaitu briket. Menurut Jones (1975) sifat material produk baru hasil gabungan tersebut diharapkan dapat mengatasi kekurangan dan kelemahan material penyusun. Sifat-sifat yang dapat diperbaiki yaitu kekuatan, kekakuan, berat jenis, kekuatan lentur, pengaruh terhadap suhu, isolasi terhadap suhu dan isolasi akustik.

Menurut Gibson (1994) mengatakan bahwa karakteristik dan sifat produk baru campuran dari dua material dipengaruhi oleh material penyusun, susunan material dan interaksi antar unsur-unsur penyusun. Interaksi antar unsur penyusun seperti matrik (perekat) dan partikel sangat berpengaruh kekuatan ikatan antar muka partikel (interface strength ).

Jenis perekat merupakan faktor penting dalam pembuatan briket batubara. Kualitas perkat yang digunakan bermutu rendah, maka akan berpengaruh terhadap mutu dari briket yang dihasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa tingkat kosentrasi perekat yang terbuat dari camputan tepung tapioka dan tanah liat terhadap kualitas briket batu bara..

II. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian inidilakukan pada bulan Maret- Juni 2012 yang bertempat di Laboratorium Rekayasa Pasca Panen dan Mesin Pertanian Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kompor, panci, sendok pengaduk,

te r m o m e te r, tim b a n g a n , e m b e r, g e l a s u k u r ,anglo

dan alat pencetak briket batu bara skala lab.Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lem yang terbuat dari tepung tapioka, air, tanah liat dan tepung batu bara dari PT. Bukit Asam.

(3)

1. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan bahan dan alat, tahap pembuatan lem, dengan perbandingan bahan dengan kosentrasi 250 gram tepung tapioka dan 800 ml air, tahap pencampuran bahan perekat dengan batu bara. Perbandingan campuran bahan perekat yang digunakan untuk menbuat briket batubara seperti pada Tabel 1.Setelah tanah lihat, lem tepung tapioka dicampurkan dengan tepung batubara dalam bentuk adonan. Adonan diaduk agar merata. Selanjutnya adonan dicetak dengan menggunakan cetakan berbentuk balok dan deberi tekanan. Briket batubara yang terjadi dijemur dibawah sinar matahari selama 3-4 hari pada saat cuaca panas.

Tabel 1. Perlakuan dengan perbandingan konsentrasi lem, tanah liat dan batu bara

2. Pengujian Briket Batubara.

Pengujian briket batubara dilakukan untuk mengukur tingkat kekerasan dengan menentukan tegangan tekan, tegangan tarik dan menentukan jumlah briket pecah setelah dijatuh dengan ketinggian 2 m. Selanjut diukur tingkat kerapatan briket dan menentukan tingkat lama pembakaran briket. Parameter pengamatan yang dilakukan sebagai berikut.

2.1 Kerapatan

kerapatan briket batu bara ditentukan dengan mengukur massa briket dan volume briket yang dibuat. Perhitungan kerapatan briket batu bara digunakan persamaan 1:

……… (1)

Keterangan:

= Massa jenis (kg/m3)

m = Massa briket (kg)

v= Volume briket (m3)

2. 2 Kekuatan briket batu bara. 2. 2.1 Tegangan tarik briket batu bara

Pengujian tegangan tarik briket batu bara dengan menggantungkan beban pada briket (posisi briket horizontal) hingga briket patah. Beban yang digunakan ditimbang massanya dan dihitung tegangannya dengan menggunakan persamaan 2.

Perlakuan

Konsentrasi lem dan tepung batubara

Lem (%) Tanah Liat (%) Batu Bara (%)

A 2 18 80 B 4 14 82 C 6 10 84 D 8 6 86 Keterangan : ó = Tegangan tarik (N/m2) c = 0,5 × tinggi briket (m) M = Moment (Nm) I = Moment Inersia (m4)

2. 2.2 Kekuatan tekan briket batu bara

Kekuatan tekan briket ditentukan dengan cara memberikan beban pada briket batu bara pada posisi vertikal hingga briket hancur. Tegangan tekanan dihitung menggunakan persamaan 3 :

ó = F/A... (3) Keterangan,

P = Tekanan (N/m2)

F = Gaya (N) A = Luas (m2)

2.2.3 Menentukan Impact ResistanceIndex

(IRI).

Briket yang telah dicetak, diukur kekuatannya dengan cara menjatuhkan briket batu bara dari ketinggian 2 meter ke lantai yang keras (semen keras ataupun besi). Kemudian potongan-potongan briket tersebut dikumpulkan dan dicatat, jumlah pecahan ini dinamakan IRI. jika pecahan briket banyak dan briket mengalami kerusakan fisik (hancur) maka kekuatan briket dikatakan rapuh (M.C. Mayoral,et al, 2001).

(4)

2.2.4 Lama pembakaran

Lama pembakaran ditujukan untukmengetahui berapa waktu yang dibutuhkan briket batu bara mulai membara (sekitar sepertiga briket sudah terbakar), Waktu permu-kaan besi plat yang dipanaskan briket batubara mencapai suhu 180 oC dan waktu briket yang dibuat habis terbakar menjadi abu dan dibandingkan dengan lama pembakaran briket berkarbonisasi dan non karbonisasi produkSsi PT Batu Bara Bukit Asam. Pembakaran briket dilakukan menggunakan anglo dan jarak 5 cm diatas tumpukan briket paling atas dipanaskan besi plat. Perkembangan suhu plat besi diamati setiap 5 menit.

Massa briket yang digunakan pada uji pembakaran ini yaitu sebanyak 1 kg. Sebelum briket dibakar, 30% briket terlebih dahulu direndam kedalam minyak tanah selama 10 menit yang berfungsi sebagai pancingan untuk mempermudah pembakaran briket yang lainnya. Minyak tanah mudah diserap briket batu bara sehingga memudahkan api menyalaan.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Kerapatan Briket

Kerapatan briket batubara yang dihasil seperti pada Tabel 2. Kerapatan dipengaruhi oleh kekuatan alat dalam menekan briket batubara saat pembuatannya. Menurut Speight (2005) bahwa kerapatan briket batubara yang dibuat pabrik 1,3 – 2 g/cm3. Tingginya kerapatan briket batubara menunjukan tingkat kekerasan briket. Briket yang kerapatan tinggi akan sulit

untuk pecah apabila dijatuhkan dengan ketinggian 2 meter diatas permukaan atau nilai IRI-nya rendah.

Kerapatan briket batubara yang dihasilkan relatif sama. Hal ini dikarenakan briket dibuat dengan tingkat tekanan yang sama. Kerapatan Tabel 2. Kerapatan briket yang dihasilkan

Perlakuan Massa (g) Volume (cm3) Kerapatan (g/cm3)

A 26,2 21,7 1,13

B 25,0 22,8 1,09

C 25,4 21,4 1,18

D 28,6 23,4 1,22

juga akan berdampak terhadap sulitnya penyalaan awal dan cepat laju pembakaran.

3.2 Dimensi Briket batubara

Briket batubara yang dibuat dalam bentuk balok dengan ukuran panjang 6,0 cm,lebar 2,35 dan tinggi 1,5 cm (Gambar 1.). Briket dibuat dari tepung batubara dengan campuran perekat dari tepung tanah lihat dan lem dari bahan tapioka. Ukuran panjang 6.0 cm dan tinggi 1,5 adalah standar dari ukuran cetakan, sedangkan lebar ukuran bervariasi sangat tergantung berapa banyak adonan briket yang dimasukkan kedalam cetakan dan beberapa kuat tekanan yang diberikan.

Gambar 1. Briket batubara dengan kosentrasi lem tapioka 4 %

3.3Pengaruh Konsentrasi Perekat

Terhadap Tegangan Tekan dan Tarik Briket Batu Bara

Tegangan tekan menggambarkan kekuatan briket dalam menerima beban secara aksial.

Gaya yang diterima oleh briket secara aksial dapat membuat briket hancur. Sedang tegangan tarik dilakukan dengan cara memberi beban ditengah-tengah briket pada posisi ditidurkan. Hasil penelitian untuk tegangan tekan dan tarik seperti pada Tabel 3. berikut:

(5)

Tabel 3. Penentuan kekuatan briket dengan uji tekan, tarik dan Indeks IRI

Perlakuan

Uji Tegangan Tarik Uji tegangan Tekan

Indeks IRI (Pecahan/ potongan) Beban (kg) Momen Enersia (I) (x10-8m4) Tegangan tarik (N/m2) Beban (kg) Luas (10-4xm2) Tegangan tekan (N/m2) A 2,02 0,7152 319.377 15,27 2,83 391.645 1,6 B 0,90 0,8326 128.710 13,35 3,81 341.476 2,6 C 0,64 0,6877 103.966 12,36 4,23 286.021 3,2 D 0,30 0,8958 40. 860 11,3 4,16 266.202 3,6

Hasil penelitian menunjukan bahwa kesentrasi tanah lihat meningkat akan menghasilkan tegangan tekan briket dan tegangan tarik briket batubara semakin tinggi. Pada saat konsentrasi tanah lihat meningkat, sedangkan konsentrasi perekat menurun, tetapi kekuatan briket yang dihasilkan tetap meningkat. Bedasarkan Tabel 2. Briket batu bara yang memiliki konsentrasi lem tapioka 2% dan konsentrasi tanah liat 18% memiliki tegangan tekan tertinggi dibandingkan dengan konsentrasi yang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh tanah lihat sebagai bahan perekat lebih dominan daripada tepung tapioka sebagai perekat. Kondisi ini juga didukung dengan konsentrasi tanah lihat lebih besar daripada konsentasi lem tapioka.

Menurut Kurniawan dan Marsono (2008), bahwa fungsi tanah liat dan lem tapioka sama yaitu sebagai perekat yang memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Keunggulan lem tapioka yaitu mudah dibeli dan cara pembuatan yang mudah. Kelemahan lem tapioka yaitu sering ditumbuhi jamur parasit sehingga terkesan bulukan. Sedangkan keunggulah tanah liat yaitu biaya pembuatan murah dan praktis karena tidak perlu dicampur dengan air panas. Kelemahannya penampilan briket batu bara yang menggunakan perekat ini menjadi kurang menarik dan membutuhkan waktu lama untuk mengeringkannya

Sifat tanah lihat secara umum yaitu keras ketika tanah tersebut kering dan bersifat lengket apabila tanah itu basah kena air. Sifat lengket ini dikarenakan kandungan jenis mineral lempung yang banyak terkandung dalam tanah. Sifat lengket inilah yang membuat tanah liat

mudah dijadikan bentuk- bentuk tertentu dan dapat juga berfungsi sebagai perekat.

Hasil pengukuran menunjukkan bahwa kekuatan tekan lebih besar dari kekuatan tarik. Semua perlakuan menunjukan bahwa tegangan tekanan lebih besar dari tegangan tarik. Hal ini tejadi karena saat briket ditarik, maka gaya yang menahan adalah gaya koesi antara perekat dengan partikel. Seangkan pada saat benda ditekan, maka gaya yang menahan adalah gaya koesi dan adhesi. Gaya koesi yaitu gaya antara perekat dengan partikel batubara, sedangkan gaya adesi adalah gaya yang menahan bentuk partikel batubara, sehingga partikel tidak berubah. Hampir semua material bahan tegangan tekan lebih besar dari tegangan tarik.

3.4 Pengaruh Konsentrasi Perekat Terhadap Pecahan Briket Batu Bara

Hasil uji kekuatan briket dengan cara menghitung banyaknya potongan yang terdapat dalam briket dengan cara menjatuhkan briket batu bara dari ketinggian 2 meter seperti pada Tabel 2. Semakin tinggi konsentrasi lem yang digunakan dalam pembuatan briket, maka semakin kuat briket tersebut. Hal ini ditunjukkan dengan semakin sedikitnya pecahan briket dalam bentuk potong-potongan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perekat berkonsentrasi 2% dengan tanah liat 18% menghasilkan jumlah potongaa atau pecahan lebih rendah sebagai dampak dari kejatuhan setinggi 2 m ke lantai keras. Konsentrasi tanah lihat lebih tinggi akan menghasilkan briket yang tidak mudah rapuh/pecah, karena tanah liat berfungsi sebagai bahan perekat dan keras jika tanah liat pada saat kering.

(6)

3.5 Perbandingan Laju Pembakaran Briket Batu Bara

Perubahan suhu permukaan besi plat yang dipanaskan oleh briket batubara dapat dilihat pada Gambar 2. Perubahan suhu briket yang dibuat lebih cepat naik dibandingkan dengan briket karbonisasi dan briket non karbonisasi yang dibuat oleh PT Bukit Asam. Hal ini menunjukkan bahwa briket yang dibuat lebih mudah terbakar. Kondisi terjadi karena tingkat kerapatan briket yang dibuat lebih rendah. rendah dibandingkan dengan briket karbonisasi dan non karbonisasi. Briket yang tingkat kerapatan lebih rendah, maka briket lebih berongga, sehingga udara lebih banyak didalam briket. Jika udara lebih banyak, maka pembakaran briket akan lebih mudah.

0 50 100 150 200 250 300 0 10 20 30 40 50 S u h u (o C ) Wa ktu (menit) A B C D Karbonisasi Non karbonisasi

Lama pembakaran awal briket batubara yang diuji menunjukkan bahwa briket karbonisasi lebih cepat membara (190 detik), sedangkan briket non karbonisasi membutuhkan waktu lama (552 detik). Briket batu bara dengan perlakuan perekat campuran lem tapioka dengan tanah liat yang telah dibuat membara memerlukan waktu 275-470 detik. Waktu pembakaran briket karbonisasi akan cepat membara dibandingkan dengan briket non karbonisasi karena proses kabornisasi menurut Junary dkk. (2015) , bahwa semakin tingkat kemurnian briket, maka persentase karbon pada briket batubara meningkat, kadar air berkurang,

Gambar 2. Perubahan suhu permukaan platdan lama pembakaran briketselama 40 menit (perlakuan A,B,C dan D) dengan briket karbonisasi dan non karbonisasi

zat volatil akan menguap, sehingga briket lebih mudah terbakar.

Tabel 4. Perbandingan Lama Pembakaran briket batubara

Perlakuan Lama briketmulai

membara (detik)

Lama mencapai suhu 1800(menit)

Lama briket menjadi abu (menit) A 470 37 101 B 383 26 88 C 367 17 80 D 275 08 61 Briket karbonisasi 190 20 160

(7)

Waktu pembakaran awal briket batubara (membara) dengan konsentrasi tanah liat sebagai perekat meningkat, maka waktu pembakaran awal briket akan lama. Briket batubara dengan konsentrasi tanah liat 18% mengakibatkan waktu pembakaran awal lama (470 s). Hal ini dimungkinkan bahwa tanah liat bukan bahan bakar, sehingga adanya tanah liat didalam briket akan memghambat proses pembakaran. Sedangkan tepung tapioka dapat dibakar, sehingga semakin tinggi tepung tapioka, maka semakin mudah proses pembakaran briket.

Laju pembakaran briket dapat dilihat dari panas yang dihasilkan dan lama waktu briket menjadi abu. Suhu permukaan plat yang dipanaskan oleh briket mencapai suhu 180oC lebih cepat dengan

konsentrasi lem tapioka 8% dan tanah liat 6%. Waktu suhu pembakaran mencapai 180 oC

dibutuhkan waktu 8 menit dan lama waktu briket menjadi abu 61 menit. Hal ini menunjukan bahwa dengan massa yang sama laju pembakaran briket lebih cepat. Karena laju pembakaran lebih cepat, maka panas yang dihasilkan akan lebih tinggi, akibatnya suhu permukaan plat yang dipanaskan sampai suhu 180oC akan lebih cepat tercapai. Sedangkan

briket dengan tingkat kosentrasi tanah liat 18% dengan kosentrasi lem tapioka 2 % memerlukan waktu untuk memanaskan permukaan plat mencapai suhu 180oC lebih lama yaitu 37 menit

dan lama waktu menjadi abu 101 menit. Briket dengan perlakuaan seperti ini menunjukan bahwa laju pembakaran rendah atau laju panas yang dikeluarkan lebih rendah.

IV. Kesimpulan

Kesimpulan penelitian ini adalah kerapatan briket yang dihasilkan masih lebih rendah dari briket yang dibuat PT bukit asam. Kandungan tanah lihat yang tinggi pada briket akan membuat kekuatan briket menjadi tinggi dan nilai IRI-nya rendah. Disamping itu laju pembakaran menjadi rendah pada briket yang tinggi kandungan tanah lihatnya. Lama briket yang dibuat mulai membara 275 -470 detik dan lama briket menjadi abu 61-101 menit. Lama briket karbonisasi membara 190 detik dan lama briket karbonisasi menjadi abu 190 menit.

DAFTAR PUSTAKA

Assureiro, E., 2002. Rice Husk – an Alternatife

F u e l in P e ru , Boiling Point No. 48

Akintunde, M.A., and M.E. Seriki, 2013. Effect of Paper Paste on The Calorific Value of Sawdust Briquette,International Journal of Advancements in Research and

Technology, 2 (1)

Gibson, R.F. 1994. Principle of composites material mechanics. Mc Graw HillBook. Co. Singapore

Iswanto, T., M. Rifa’i, Y. Rahmawati, dan Susianto. 2015. Desain Pabrik Synthetic Gas (Syngas) dari gasifikasi batubara kualitas rendah sebagai Pasokan Gas PT Pupuk Sriwijaya. Jurnal Teknik ITS Vol 4 (2): 145-148.

Jones, R. M. 1975. Mechanics of composite materials Scripta Bokks Company. Washington, USA.

Junary, E., J. P. Pane, dan N. Herlina. 2015.

Pengaruh Suhu Dan Waktu Karbonisasi Terhadap Nilai Kalor Dan Karakteristik Pada Pembuatan Bioarang Berbahan Baku Pelepah Aren (Arenga Pinnata). Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 4(2) : 46-52.

Mayoral, M.C, M.T. Izquierdo, M.J. Blesa, J.M. Andres, B. Rubio, and J.L. Miramde. 2001.

DSC Study of curing in smokeless

brignetting. Thermochimice acta, 371. P.

41-44.

Kurniawan dan Marsono. 2008. Superkarbon (Bahan Bakar Alternatif Pengganti Minyak Tanah dan Gas). Jakarta. Penebar Swadaya.

Ristianingsih, Y., A. Ulfa, R. K.S. Syafitri, 2015. Pengaruh Suhu Dan Konsentrasi Perekat Terhadap Karakteristik Briket Bioarang Berbahan Baku Tandan Kosong Kelapa Sawit Dengan Proses Pirolisis . jurnal Konversi. Vol 4 (2): 16-22

(8)

Speight, J.G. 2005. Handbook coal Analisys. John Wiley and Sons Inc. Publication. New Jersey.

Gambar

Tabel 1. Perlakuan dengan perbandingan konsentrasi lem, tanah liat dan batu bara
Gambar   1.  Briket batubara dengan               kosentrasi lem tapioka 4 %
Tabel 3. Penentuan kekuatan briket dengan uji tekan, tarik dan Indeks IRI
Gambar  2.   Perubahan suhu permukaan platdan lama pembakaran briketselama 40 menit         (perlakuan A,B,C dan D) dengan briket karbonisasi dan non karbonisasi

Referensi

Dokumen terkait

Briket batubara adalah bahan bakar padat dengan bentuk dan ukuran tertentu, yang tersusun dari butiran batubara halus dengan sedikit bahan campuran seperti tanah liat dan

komposisi campuran,(b).Mengetahui kerapatan briket dengan perekat tepung kanji dibandingkan dengan perekat dari daun muda Jambu Mete ,(c).Mengetahui daya

Kesimpulan dari penelitian mengenai briket limbah ampas tebu dengan perekat tepung tapioka terhadap karakteristik (nilai kalor, kadar air, kadar abu, fixed carbon , dan

Briket batubara nonkarbonisasi menggunakan tapioka sebagai bahan perekat memiliki kekuatan tertinggi hal ini dikarenakan tapioka memiliki daya ikat yang paling

Perekat tepung tapioka dalam bentuk cair sebagai bahan perekat menghasilkan fiberboard bernilai rendah dalam hal kerapatan, keteguhan tekan, kadar abu, dan zat

Gambar 4 Analisis kandungan karbon tetap pada pembuatan briket bioarang kulit buah nipah dengan perbandingan tepung tapioka dan tepung sagu.. Maka kosentrasi

Pada analisa sidik ragam diperoleh hasil bahwa penambahan perekat tapioka pada briket ternyata tidak berbeda nyata terhadap karekteristik dari pengujian briket, hal ini

Setelah proses ini, arang kulit singkong yang telah dihaluskan, dicampurkan dengan masing-masing perekat yaitu tepung tapioka, tepung sagu dan tanah liat,