• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

Persaingan industri manufaktur di Indonesia semakin ketat,hal ini dapat dilihat dari jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari periode ke periodenya bertambah. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) sampai 31 Desember 2019, tercatat ada 176 perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur.Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang kegiatannya mengolah bahan baku menjadi produk jadi dan melakukan pejualan produk tersebut kepada konsumen atau perusahaan manufaktur lainnya.Karakterisitik utama perusahaan manufaktur adalah pengolahan bahan baku menjadi barang jadi melalui satu proses pabrikasi. Perusahaan maufaktur yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) telah berbadan hukum Perseroan Terbuka (Go Public). Perseroan Terbuka adalah Perseroan Publik atau Perseroan yang melakukan penawaran umum saham, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.(Pasal 1 ayat 7 UU PT No.40/2007). Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) terdiri dari 3 sektor industri yaitu sektor industri barang konumsi,sektor dasar dan kimia dan sektor aneka industri (IDX,2020)

Sektor industri barang konsumsi merupakan sektor yang memproduksikan kebutuhan sehari-hari masyarakat umum. Industri yang ada di dalamnya antara lain makanan dan minuman, farmasi, kosmetik dan peralatan rumah tangga lainnya. Industri barang konsumsi masih menjadi pilihan utama para investor dalam menginvestasikan dana mereka. Hal itu dikarenakan saham-saham dari perusahaanperusahaan dalam industri barang konsumsi yang masih menawarkan potensi kenaikan. (BPS, 2020)

Perusahaan manufaktur berpengaruh besar terhadap perekonomian Indonesia karena peranan industri nomer satu untuk mendorong perekonomian nasional dan internasional menuju perdagangan bebas (Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto

(2)

2020). Perdagangan bebas akan semakin memperketat persaingan antar perusahaan,untuk menghadapi tantangan tersebut pihak manajemen perusahaan berusaha mendapatkan lebih banyak dana untuk kegiatan operasionalnya dengan cara menjual kepemilikan saham perusahaan kepada investor (Iskandar dan Trisnawati, 2010: 175-176).

Ketika investor akan melakukan investasi perlu di dukung dengan laporan keuangan yang baik dan memiliki nilai informasi yang dibutuhkan pengguna laporan keuangan. Karakteristik kegunaan laporan keuangan terdiri dari terbanding (compareable), terverifikasi (verifable), tepat waktu (timely), dan terpaham (understandable) (Ikatan Akuntan Indonesia, 2018:9). Ketepatwaktuan berarti tersedianya informasi bagi pembuat keputusan pada waktu yang tepat sehingga dapat mempengaruhi keputusan mereka. Secara umum, semakin lawas sesuatu informasi maka semakin kurang berguna informasi tersebut. Akan tetapi,beberapa informasi dapat terus tepat waktu bahkan dalam jangka panjang setelah akhir dari periode pelaporan, misalnya beberapa pengguna mungkin perlu mengidentifikasi dan menilai tren (Ikatan Akuntan Indonesia,2018:17).

Adanya keterlambatan informasi penyampaian menyebabkan menurunnya tingkat kepercayaan investor. Hal ini dapat mempengaruhi harga jual saham dipasar modal. Pada umumnya investor menganggap keterlambatan pelaporan keuangan merupakan pertanda buruk bagi kondisi kesehatan perusahaan. Perusahaan dengan kondisi kesehatan yang buruk biasanya cenderung melakukan kesalahan manajemen. Tingkat laba dan keberlangsungan hidup perusahaan terganggu, pada akhirnya memerlukan tingkat ketelitian dan kecermatan pada saat pengauditannya. Hal ini menyebabkan audit delay semakin meningkat (Jessie,2017: 2-3)

Para pemakai laporan keuangan mengandalkan laporan auditor untuk memberikan kepastian atas laporan keuangan perusahaan.Laporan audit adalah tahap terakhir dari keseluruhan proses audit Arens (2014:54).Penyampaian laporan keuangan auditan dari

(3)

emiten telah diatur secara jelas. Berdasarkan keputusan direksi PT Bursa Efek Jakarta batas waktu penyampaian Laporan Keuangan adalah Laporan Keuangan Tahunan harus disampaikan dalam bentuk Laporan Keuangan Auditan, selambat-lambatnya pada akhir bulan ke-3 (ketiga) setelah tanggal Laporan Keuangan Tahunan (Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor : Kep-306/BEJ/07-2004 Nomor III. Laporan Berkala).

Perusahaan yang mengalami keterlambatan dalam penyampaian laporan keuangan auditan disebut sebagai audit report lag/audit delay/audit timeliness.Audit Report Lag adalah adalah rentang waktu dalam menyelesaikan pekerjaan audit hingga tanggal diterbitkannya laporan audit. Proses audit yang dilakukan oleh auditor dapat diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan auditor independen atas audit laporan keuangan tahunan perusahaan, sejak tanggal tutup buku perusahaan yaitu per 31 Desember sampai tanggal yang tertera pada laporan auditor independen (Lestari,2010:19).Menurut Subekti dan Widiyanti (2004:18) Audit repot lag merupakan nama lain dari keterlambatan audit. Keterlambatan audit adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor yang diukur dari perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan.Ada dua alasan mengapa perusahaan yang menderita kerugian cenderung mengalami audit report lag yang lebih panjang. Pertama, ketika kerugian terjadi perusahaan ingin menunda bad news sehingga perusahaan akan meminta auditor untuk menjadwal ulang penugasan audit. Kedua, auditor akan lebih berhati-hati selama proses audit jika percaya bahwa kerugian ini mungkin disebabkan karena kegagalan keuangan perusahaan dan kecurangan manajemen informasi tentang laba perusahaan. Keterlambatan dalam penyampaian laporan keuangan juga telah diatur secara jelas. Berdasarkan keputusan direksi PT Bursa Efek Jakartakhusus bagi perusahaan tercatat yang terlambat menyampaikan laporan keuangan dikenakan sanksi Peringatan tertulis I atas keterlambatan sampai 30 hari, peringatan tertulis II dan denda sebesar Rp

(4)

50.000.000,- mulai hari kalender 31 hingga ke-60, peringatan tertulis III dan denda tambahan Rp 150.000.000,- mulai hari kalender ke-61 sampai ke-90 dan sanksi suspensi, apabila mulai hari kalender ke-91 sejak lampaunya batas waktu penyampaian Laporan Keuangan, sanksi suspensi Perusahaan Tercatat hanya akan dibuka apabila Perusahaan Tercatat telah menyerahkan Laporan Keuangan dan membayar denda sebagaimana dimaksud dalam ketentuan II.6.2. dan II.6.3 (Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor : Kep-307/BEJ/07-2004Nomor II. Sanksi oleh Bursa).

Peraturan mengenai kewajiban penyampaian laporan keuangan juga diperkuat oleh peraturan yang dibuat pemerintah melalui Ototritas Jasa Keuangan (OJK). Menyatakan bahwa Emiten atau Perusahaan Publik wajib menyampaikan Laporan Tahunan kepada Otoritas Jasa Keuangan paling lambat pada akhir bulan keempat setelah tahun buku berakhir (Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29 /POJK.04/2016 Bab III Penyampaian Laporan Tahunan Pasal 7 ayat1).

Perusahaan manufaktur merupakan salah satu perusahaan yang sahamnya paling aktif diperjual belikan, seharusnya mematuhi peraturan dari BEI. Peraturan dan sanksi mengenai penyampaian serta keterlambatan laporan keuangan (audit report lag) telah diatur dengan jelas,tetapi masih terdapat perusahaan yang mengalami audit report lag. Fenomena perusahaan yang mengalami audit report lag disajikan pada tabel 1.1 dari tahun 2014-2018

Tabel 1 .1

Data Perusahaan Audit Report Lag Tahun Perusahaan

terkena suspensi

yang Perusahaan manufaktur yang terkena suspensi

2014 49 perusahaan 14 perusahaan

2015 79 perusahaan 13 perusahaan

(5)

2017 70 perusahaan 12perusahaan

2018 40 perusahaan 13 perusahaan

Sumber: pengolahan dari www.idx.co.id,www.cncbindonesia.comdan www.liputan6.com (11 febuari 2020)

Banyaknya faktor yang dapat mempengaruhi lamanya audit report lag. Faktorfaktor yang ditenggarai faktor internal dan faktor eksternal diantaranya profitabilitas, solvabilitas, jenis perusahaan, Ukuran perusahaan, opini audit, ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP), dan reputasi KAP,Komite Audit (togasima dan christiawan,2014:152). Berdasarkan uraian dari 8 faktor diatas yang akan menjadi topik dari penelitian ini adalah faktor profitabilitas, solvabilitas dan ukuran perusahaan.

Profitabilitas merupakan rasio untuk melihat kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan,asset dan modal saham tertentu. Semakin tinggi PM, ROA dan ROE, semakin baik (Hanafi,2012: 42). Perusahaan yang mengumumkan rugi atau tingkat profitabilitas yang rendah. Ini berkaitan dengan akibat yang dapat ditimbulkan oleh pasar terhadap pengumuman rugi tersebut bagi perusahaan. Perusahaan yang mengumumkan rugi menunjukkan kegagalan keuangan perusahaan,maupun kemungkinan terjadinya kecurangan manajemen mengenai informasi laba perusahaan. Dengan demikian, auditor akan cenderung lebih berhati-hati selama proses audit untuk mendeteksi terjadinya kerugian, audit report lag akan lebih lama pada perusahaan yang mengalami rugi (Apriliane,2015:27). Berdasarkan lampiran laporan auditor independen dalam laporan keuangan tahunan, perusahaan-perusahaan yang mengalami audit report lagcenderung mengalami kerugian dalam kegiatan usahanya. Seperti pada perusahaan PT Argo Pantes Tbk (ARGO) perusahaan mengalami rugi neto sebesar $AS 8.186.633 untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2018 dan jangka waktu keterlambatan atau audit report lag selama 130 hari.

Solvabilitas merupakan rasio untuk melihat kemampuan perusahaan memnuhi kewajiban totalnya. Semakin tinggi angka rasio total utang/total aktiva, semakin

(6)

berisiko (tidak baik) (Hanafi, 2012: 44). Rasio solvabilitas yang tinggi menunjukan kondisi perusahaan yang kurang baik sehingga fokus auditor dalam hal ini akan membutuhkan waktu yang lebih lama dalam melaksanakan proses audit karena harus mengumpulkan alat bukti yang lebih kompeten untuk meyakinkan kewajaran laporan keuangannya (Irman,2017:30).Berdasarkan lampiran laporan auditor independen dalam laporan keuangan tahunan, seperti pada perusahaan PT Sunson Textile Manufacture Tbk (SSTM) bahwa entitas mengalami kerugian yang berulang dalam kegiatan usahanya, sehingga menyebabkan ekuitas mengalami penurunan. Saldo ekuitas per 31 Desember 2017 dan 2016 masing-masing sebesar Rp 212.465.671.722 dan Rp 237.940.410.456 atau mengalami penurunan sebesar 11,9% dan jangka waktu keterlambatan atau audit report lagselama 192 hari.

Ukuran perusahaan dapat diartikan sebagai suatu skala di mana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan. Ukuran perusahaan merupakan ukuran besar kecilnya sebuah perusahaan yang ditunjukan atau dinilai oleh total asset, total penjualan, jumlah laba, beban pajak dan lain-lain (Brigham &Houston ,2010:4). Ukuran perusahaan merupakan salah satu fungsi dari kecepatan pelaporan keuangan karena semakin besar suatu perusahaan maka perusahaan akan melaporkan hasil laporan keuangan yang telah diaudit semakin cepat. Hal ini disebabkan karena perusahaan besar dimonitor oleh investor, pengawas permodalan, dan pemerintah sehingga terdapat kecenderungan mengurangi audit delay.Selain itu, proses audit menjadi mudah karena perusahaan besar memiliki sistem pengendalian internal yang memadai(Prabowo dan Marsono,2013:11). Berdasarkan data laporan keuangan dilihat dari jumlah total asset perusahaan, seperti pada perusahaan PT Eterindo Wahanatama Tbk (ETWA) memiliki total asset sebesar Rp 1,090,658,578,996 dan pada PTGRAND KARTECH Tbk (KRAH) memiliki total asset sebesar Rp606.055.631.089 dan jangka waktu keterlambatan atau audit report lagselama 177 hari dan 142 hari.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Jusia (2013: 381), Sulistyo (2010:74) dan Dura (2017:69) menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap reporting lag perusahaan.Ramadhany et al menyatakan bahwa profitabilitas

(7)

tidak berpengaruh terhadap audit delay.Rai Gina et al (2017: 1101) dan Sastrawan dan Latrini (2016:332)memperoleh hasil bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap audit report lag.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sastrawan dan Latrini (2016: 311-337) menyatakan bahwa solvabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap audit report lag. Lestari (2015:11) menemukan hasil dimana tingkat solvabilitas berpengaruh positif terhadap audit report lag. Rai Gina et al (2017:1101) dan Dewi dan Jusia (2013: 381)solvabilitas berpengaruh terhadap audit report lag.Perdana (2017:9) menyatakan bahwa solvabilitas berpengaruh Negative terhadap audit report lag.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Wirakusuma(2014:182) menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap audit report lag. Penelitian yang dilakukan oleh Dura (2017:69) dan Sulistyo (2010:75) yang menunjukan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap audit report lag.Wijaya dan Wirakusuma (2017:1739) bahwa ukuran berusahaan berpengaruh positif terhadap audit report lag.

Penelitian mengenai Audit Report Lag telah banyak dilakukan namun masih banyak perbedaan hasil penelitian (research gap). Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis melakukan penelitian ini dengan judul “ PENGARUH PROFITABILITAS, SOLVABILITAS DAN UKURAN PERUSAHAAN

TERHADAP AUDIT REPORT LAG (Studi Pada Perusahaan Manufaktur sektor barang konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2018)”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Masih terdapat perusahaan dibidang manufaktur yang terdaftar di BEI yang terlambat memeberikan laporan keuangan auditan(auditreport lag).

(8)

2. Adanya keterlambatan informasi penyampaian menyebabkan menurunnya tingkat kepercayaan investor yang dapat mempengaruhi harga jual saham dipasar modal.

1.3 Pembatasan Masalah

Agar penelitian dapat dilakukan lebih fokus dan mendalam maka penulis memandang permasalahan penelitian yang diangkat perlu dibatasi variabelnya. Agar mendapat penelitian yang terfokus dan mendalam maka masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini dibatasi pada Profitabilitas,solvabilitas dan ukuran perusahaan dalam perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2017-2019.

1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah diatas, maka peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Profitabilitas berpengaruh terhadap Audit Report Lag. 2. Bagaimana Solvabilitas berpengaruh terhadap Audit Report Lag.

Referensi

Dokumen terkait

Metode pengamanan datanya menggunakan enkripsi, yaitu dengan mengaburkan tampilan input data pada layar ( screen saver ) untuk menghindari penggunaan tugas dan wewenangnya oleh

Bertolak dari beberapa permasalahan yang terjadi maka dibutuhkan adanya data dan informasi tentang penggunaan lahan yang telah berlangsung di Kota Ambon, sehingga

Bab IV terdiri dari, konsep negara dalam pandangan kaum TNKB, konstruksi negara dalam konsepsi TNKB, konsepsi dasar negara bagi TNKB, syarat pemimpin dalam perspektif TNKB,

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yang telah banyak dilakukan pada perusahaan manufaktur dan perbankan yang terdaftar di BEI, penelitian ini

dapat dilihat bahwa akurasi per pola rugae menggunakan ciri mean ini menghasilkan akurasi sebesar 25%-100% dengan pola yang tidak terdeteksi oleh sistem yakni

10 Tahun 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau

Rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : () Bagaimana stereotip, pra- Bagaimana stereotip, pra- sangka, dan etnosentrisme pada komunikasi antara

Penerapan Good Corporate Governance (GCG) atau yang sering disebut sebagai Tata Kelola Perusahaan yang baik di Kebun Sei Mangkei PTPN III ini membawa banyak manfaat terhadap