• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penambahan CaCl2 Terhadap Produksi Enzim Protease dari Bacillus licheniformis HSA3-1a

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Penambahan CaCl2 Terhadap Produksi Enzim Protease dari Bacillus licheniformis HSA3-1a"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Penambahan CaCl

2

Terhadap Produksi Enzim Protease dari Bacillus

licheniformis HSA3-1a

Herlina Kandolla, Hasnah Natsir, Maming,

Program Strata Satu Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Hasanuddin

Abstract

Protease is an enzyme that can hydrolyze proteins to be amino acid monomers. This study

aims to determine the production time of production, the concentration of CaCl

2

optimum

temperature and pH, as well as the influence of cofactors for enzyme activation protease of

B. licheniformis

HSA3-1a.

Protease enzyme actitested was tested by Walther Method that

have been modified. Protease optimum production time is over 60 hours of activation values

0,0561 U/mL at the CaCl

2

concentration 0,015%, the level of protein 2,0165 mg/mL. The

activity pH optimum enzyme protease 7,0 with activity value 0,0104 U/mL. While the

optimum temperature of the enzyme activation protease is at 50

o

C for 0,012 U/mL, and stable

to the addition of CaCl

2

at the concentration of 0,015M with a value of 100% relative

activation.

Key word: Protease; enzyme; enzyme activity;

B. licheniformis

Pendahuluan

Keanekaragaman hayati di Indonesia yang

terdiri dari berbagai jenis tumbuhan,

hewan dan mikroba memiliki potensi

dalam produksi enzim. Produksi enzim

dari

mikroba

banyak

dikembangkan

karena dapat diproduksi dengan waktu

cepat dalam skala besar pada lingkungan

yang dapat dikontrol dan bekerja sangat

sfesifik dan efisien. Berbagai jenis isolat

mikroba telah diketahui memiliki peranan

yang besar sebagai penghasil enzim yang

berguna dalam industri. Penggunaan enzim

pada berbagai industri saat ini semakin

berkembang, baik untuk industri pangan

maupun non pangan. Dalam industri,

enzim digunakan sebagai bahan alternatif

untuk menggantikan berbagai proses

kimiawi dalam bidang industri, diagnosis

penyakit,

analisis

biologi

molekuler,

transformasi

senyawa

kimia,

dan

pengolahan limbah dalam lingkungan.

Enzim ini sebagai biokatalisator pada

berbagai reaksi kimia seperti: reaksi

hidrolisis, oksidasi, reduksi, isomerisasi,

adisi, transfer gugus, dan terkadang

pemutusan rantai karbon (Falch, 1991).

Protease merupakan enzim golongan

hidrolase yang memiliki nilai ekonomi

tinggi karena aplikasinya yang sangat luas

antara lain: industri deterjen, penyamakan

kulit, tekstil, makanan, hidrolisat protein,

pengolahan susu, farmasi, makanan, bir,

film, dan pengolahan limbah (Moon dan

Parulekar 1993). Oleh karena itu, tidak

mengherankan apabila protease yang

digunakan mencapai 60% dari total enzim

yang diperjualbelikan di seluruh dunia

(Ward 1985). Penelitian tentang isolasi

protease dan aplikasinya telah dilakukan

oleh beberapa peneliti sebelumnya seperti:

Isolasi protease alkali termostabil dari

B.

thermoglucosidasius

AF-01 oleh Fuad,

dkk. (2004); isolasi protease dari bakteri

patogen

Staphylococcus epidermidis oleh

Baehaki, dkk. (2005) dan penggunaan

protease

dari

Bacillus

sp.

dalam

mendeproteinasi lateks sebelum digunakan

(2)

sphgmomanometer

oleh Siswanto, dkk

(2009).

Pertumbuhan

mikroba

membutuhkan senyawa kofaktor sebagai

sumber mineral seperti, mangan, kalsium,

besi, nitrogen, sulfur, dan magnesium,

karena mikroba juga membutuhkan nutrisi

yang lengkap. Salah satu hasil penelitian

tentang pengaruh ion logam terhadap

pertumbuhan

bakteri

dilakukan

oleh

Susanto dan Sopiah (2003) yang melihat

adanya pengaruh ion Mn

2+

, Co

2+

, Cu

2+

dan

Zn

2+

terhadap

pertumbuhan

bakteri

proteolitik. Berdasarkan uraian pada latar

belakang, maka akan dilakukan penelitian

tentang pengaruh penambahan ion Ca

2+

terhadap pertumbuhan bakteri

Bacillus

licheniformis HAS3-1a

dan produksi

enzim protease serta bagaimana stabilitas

enzim protease tersebut.

B. licheniformis

HSA3-1a

adalah bakteri termofil yang

diisolasi dari sumber air panas

Sulili-Pinrang (Natsir, dkk,2010).

.

Metode Penelitian

Bahan

Bahan-bahan yang akan digunakan

dalam penelitian ini adalah isolat

B.

licheniformis

HSA3-1a,

bakto

agar,

ekstrak khamir, NaCl, bakto pepton,

kasein,

K

2

HPO

4

,

MgSO

4

.7H

2

O,

CaCl

2

.4H

2

O, buffer sitrat (C

6

H

8

O7.H

2

O

dan C

6

H

5

O

7

Na

3

.2H

2

O), buffer fosfat

(NaH

2

PO

4

dan Na

2

HPO

4

), spiritus, alkohol

70%, aquades, aluminium foil, kertas pH

universal, reagen Lowry A (asam

fosfo-tungstat-fosfo-molibdat

(folin)

dan

aquades), Lowry B (natrium karbonat,

NaOH, CuSO

4

, natrium-kalium-tartrat),

BSA (

Bovine Serum Albumin

), TCA (

Tri

Cloroacetic

Acid)

p.a.,

ammonium

molibdat, H

2

SO

4

pekat, Na

2

HAsO

4

.7H

2

O,

dan etanol.

.

Alat

Alat-alat yang digunakan dalam

penelitian ini adalah neraca analitik

(

Ohaus

),

magnetic stirrer

(

Model

8000-DSE Napco

), inkubator (

Memmert

),

shaker

water bath incubator

(Thermo Scientific

MaxQ 7000 Benchtop Water Bath Shakers

Model N0. SHKA 7000, di laboratorium

kimia, Universitas Islam Negeri,

Samata-Gowa),

oven

(

Memmert

),

waterbath

(

Memmert

), mikropipet 100 - 1000 µL

(

Finnipipette Campus

), Spektronik 20D+,

sentrifuse (

Sentrifuse Universal 320 R

Hettich Zentrifugen

), cawan petri, jarum

ose, erlenmeyer, dan alat-alat gelas yang

umum digunakan di Laboratorium.

Prosedur Penelitian

Pembuatan Larutan Membran

Medium padat dibuat dengan

komposisi sebagai berikut: yeast ekstrak

0,05%, NaCl 0,1%, bakto agar 1,5%,

kasein

0,5%,

bakto

pepton

0,01%

dilarutkan dalam aquades 100 mL.

Kemudian

dihomogenisasi

dengan

magnetic stirrer

, dipanaskan sampai larut

lalu disterilkan dalam

autoclave

selama 30

menit, didinginkan kemudian dituang

dalam cawan petri steril.

Pembuatan Medium Inokulum

Medium inokulum dibuat dengan

komposisi sebagai berikut: yeast ekstrak

0,05%, pepton 0,01%, KH

2

PO

4

0,01%,

NaCl 0,1%, MgSO

4

.7H

2

O 0,01% dan

kasein 0,5%, dilarutkan dalam aquades

100 mL, dihomogenisasi dengan

magnetic

stirrer

, disterilkan dalam

autoclave

selama

30 menit, didinginkan kemudian dituang

dalam cawan petri steril.

Pembuatan Medium Produksi

Medium produksi dibuat dengan

komposisi sebagai berikut: yeast ekstrak

0,05%, bakto pepton 0,01%, NaCl 0,1%,

KH

2

PO

4

0,01%, MgSO

4

.7H

2

O 0,01%,

CaCl

2

pada berbagai konsentrasi (0,005%;

0,01%; 0,015%; 0,02%; 0,025%), kasein

0,5% dilarutkan dalam aquades 130 mL

lalu dihomogenisasi dengan

magnetic

stirrer

, disterilkan dalam

autoclave

selama

30 menit, didinginkan kemudian dituang

dalam cawan petri steril.

(3)

Peremajaan

Mikroba

Isolat

B.

licheniformis

HSA3-1a

Isolat bakteri

B. licheniformis

HSA3-1a dikulturkan pada beberapa

medium LA pada cawan petri selama 2-3

hari pada suhu 50

°

C. Indikasi bahwa

mikroba

dapat

mendegradasi

kasein

dengan baik ditunjukkan melalui isolat

yang tumbuh dengan baik dan memiliki

zona bening sekitar koloni. Isolat hasil

peremajaan ini digunakan dalam produksi

enzim protease.

Penyiapan Inokulum

Isolat

B. licheniformis

HSA3-1a

yang telah ditumbuhkan pada medium

diambil 2-3 ose ditanam ke dalam medium

inokulum yang telah disiapkan. Biakan

tersebut kemudian dimasukkan ke dalam

shaker pada suhu 50

°

C, 180 rpm selama

20-24 jam.

Penentuan Konsentrasi Optimum CaCl

2

serta Waktu Produksi Optimum Enzim

Sebelum produksi enzim terlebih

dahulu dilakukan penentuan konsentrasi

optimum CaCl

2

serta waktu produksi

optimum enzim protease. Isolat murni

yang telah diremajakan dikultivasi dalam

medium

fermentasi/produksi

untuk

melakukan pengujian aktivitas enzim

protease. Proses ini dimulai dengan

pembuatan

inokulum

kemudian

dilanjutkan dengan proses fermentasi

(produksi enzim). Inokulum yang telah

diinkubasi selama 20-24 jam pada suhu

50

°

C; 180 rpm, diambil sebanyak 10%

untuk diinokulasikan ke dalam 30 mL

medium produksi. Setiap 12 jam dilakukan

sampling,

selanjutnya

dilakukan

pengukuran aktivitas enzim protease serta

analisis kadar proteinnya.

Produksi Enzim Protease Ekstraseluler

Setelah

diketahui

konsentrasi

optimum CaCl

2

serta waktu produksi

enzim yang optimum, maka produksi

enzim dilakukan dalam jumlah (volume)

besar sekitar 1500 mL pada kondisi

optimum. Sampel disentrifugasi dengan

kecepatan 3500 rpm pada suhu 4

°

C selama

30

menit.

Supernatan

diambil

dan

dianalisis kadar protein dan pengujian

aktivitas protease terhadap pengaruh pH

dan suhu.

Pengukuran Kadar Protein dengan

Metode Lowry

Komposisi reagen Lowry B adalah

Na

2

CO

3

2% dalam NaOH 0,1 N : CuSO

4

1% : Natriun-kalium-Tartrat (100 : 1 :1)

dan reagen Lowry A adalah larutan asam

phospho-tungstic-phospho-molybdic

(folin) : aquades (1 : 1). Kadar protein

diukur dengan menggunakan BSA (Bovine

Serum Albumin) sebagai standar dan

diukur

dengan

menggunakan

spektrofotometer pada panjang gelombang

maksimum. Sebanyak 1 mL enzim

protease ditambah 2,5 mL larutan Lowry

B, diinkubasi pada suhu 50

°

C selama 10

menit.

Selanjutnya ditambahkan 0,25 mL

Lowry A dan

diinkubasi kembali pada

50

°

C selama 30 menit

dengan sesekali

dikocok, kemudian absorbansi diukur

pada

λ maksimum BSA yang telah ditentukan

dengan

spektrofotometer

UV-Vis.

Uji Aktivitas Protease

Prosedur untuk mengukur aktifitas

protease adalah metode Walter (1984)

yang

telah

dimodifikasi.

Ada

tiga

perlakuan yaitu untuk blanko, standar dan

sampel. Sebanyak 0,1 mL larutan enzim

dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang

berisi 0,5 mL kasein 2% b/v dan 0,5 mL

bufer fosfat pH 7. Perlakuan pada blanko

dan standar, enzim diganti dengan akuades

dan tirosin 0,1 mM. Larutan tersebut

diinkubasi pada suhu 50

°

C selama 10

menit. Reaksi hidrolisis dihentikan dengan

cara penambahan 1 mL TCA (asam

trikloroasetat) 0,1 M. Pada blanko dan

standar ditambahkan 0,1 mL larutan

enzim,

sedangkan

pada

sampel

ditambahkan 0,1 mL akuades. Selanjutnya

larutan diinkubasi kembali pada suhu 50

°

C

selam 10 menit, dilanjutkan dengan

sentrifugasi pada kecepatan 10000 rpm

selama 10 menit. Sebanyak 0,75 mL

(4)

supernatan ditambahkan ke dalam tabung

reaksi yang berisi 2,5 mL Na

2

CO

3

0,4 M

kemudian ditambahkan 0,5 mL pereaksi

folin Ciocalteau (1:2) dan diinkubasi pada

suhu 50

°

C selama 20 menit. Hasil inkubasi

diukur dengan spektrofotometer pada λ =

665 nm (λ maksimum). Aktivitas enzim

protease dapat dihitung dengan rumus :

Keterangan:

UA = Unit aktivitas enzim

(U/mL)

Asp = Nilai absorbansi sampel

Ast = Nilai absorbansi standart

Abl = Nilai absorbansi blanko

P = Faktor pengenceran

T = Waktu inkubasi (menit)

Penentuan pH Optimum

Protease diuji aktivitasnya pada

berbagai variasi pH buffer yaitu pH 5,0 ;

6,0; 7,0 dan 8,0 menggunakan bufer

fosfat-sitrat 0,2 M dengan metode Walter (1984).

Penentuan Suhu Optimum

Penentuan

suhu

optimum

dilakukan dengan aktivitas protease diuji

pada berbagai suhu inkubasi yaitu 30

º

C,

40

º

C, 50

º

C dan 60

º

C. Pengujian dilakukan

pada pH optimum yang telah ditentukan

dengan metode Walter.

Penentuan Pengaruh Senyawa Kofaktor

terhadap Aktivitas Enzim

Campuran buffer fosfat-sitrat pH 7

(pH optimum) yang divariasi, dan 0,1 mL

enzim (sampel), setelah itu dilakukan

penambahan ion logam dari senyawa

CaCl

2

dengan variasi konsentrasi 0,01%,

0,015%, 0,02%, 0,025% dan 0,03%

kemudian ditambahkan 0,5 mL kasein 2%.

Setelah itu diinkubasi selama 10 menit

dengan suhu 50

°

C (suhu optimum yang

diperoleh). Uji aktivitas protease dilakukan

dengan metode Walter (1984).

Hasil Dan Pembahasan

Protese merupakan enzim yang banyak

dimanfaatkan dalam berbagai bidang

sehingga dibutuhkan dalam jumlah yang

tidak

sedikit.

Untuk

meningkatkan

produksi enzim protease salah satu caranya

yaitu dengan penambahan logam, oleh

karena itu pada tahap peremajaan bakteri

Bacillus licheniformis HSA3-1a

, ke dalam

media NA (nurtien agar) ditambahkan

CaCl

2

dengan konsentrasi 0,01% dan

sebagai media pembandingnya adalah

tanpa penambahan logam CaCl

2

. Setelah

dibandingkan,

ternyata

pertumbuhan

bakteri

B. licheniformis HSA3-1a

pada

media NA yang ditambah logam CaCl

2

lebih bagus dibanding media NA tanpa

penambahan

logam.

Logam

CaCl

2

berfungsi

sebagai

nutrisi

untuk

pertumbahan

bakteri.

Penentuan

konsentrasi optimum CaCl

2

dan waktu

optimum produksi enzim protease dari

B.

licheniformis

HSA3-1a

menggunakan

CaCl

2

0,005%, 0,01%, 0,015%, 0,02% dan

0,025% dengan pH medium7,0. Hal ini

dilakukan

untuk

mengetahui

pada

konsentrasi CaCl

2

berapa persen dan

waktu fermentasi sehingga diperoleh

enzim protease maksimum. Enzim ekstrak

ekstraseluler dipisahkan dari sel bakteri

dengan metode sentrifugasi, dimana sel

bakteri akan mengendap dan enzim terlarut

dalam supernatan atau filtrate. Proses

sentrifugasi ini dilakukan pada suhu 4ºC

dengan kecepatan 3500 rpm selama 30

menit. Penggunaan suhu dingin disini

adalah

untuk

menghindari

proses

denaturasi protein.

Selanjutnya menentukan aktivitas

enzimnya

dengan

mengukur

absorbansinya pada panjang gelombang

665

nm

yang

merupakan

panjang

gelombang maksimum. Besarnya aktivitas

protease ditentukan berdasarkan jumlah

tirosin yang dihasilkan dari hidrolisis

kasein

yang

diukur

pada

panjang

gelombang maksimum yaitu 665 nm.

(5)

Gambar 1. Penentuan konsentrasi optimum

CaCl

2

serta waktu produksi optimum

enzim protease dari

Bacillus licheniformis

HAS3-1a

Data hasil penelitian (Gambar 1)

menunjukkan bahwa aktivitas enzim

protease yang memiliki peningkatan paling

besar adalah pada konsentrasi CaCl

2

0,015% dengan waktu produksi 60 jam.

Waktu fermentasi 12 jam, 24 jam, dan 36

jam, enzim protease yang disekresikan

masih

sangat

rendah

untuk

setiap

konsentrasi CaCl

2.

Hal ini kemungkinan

disebabkan karena sel bakteri masih dalam

fase adaptasi terhadap lingkungannya

(medium),

sehingga

enzim

yang

disekresikan masih sedikit, sedangkan

pada waktu fermentasi 72 jam dan 84 jam

aktivitas enzim protease menurun pada

konsentrasi

CaCl

2

0,005%,

0,015%,

0,02%, dan 0, 025%, hal ini mungkin

disebabkan karena habisnya nutrisi dalam

media. Berbeda dengan aktivitas enzim

protease pada konsentrasi 0,01%, pada

waktu fermentasi 72 jam dan 84 jam

aktivitas enzimnya semakin naik, ada

kemungkinan bahwa pada waktu ini

masih ada protein yang dioproduksi namun

ini tidak efesien. Oleh karena itu, waktu

produksi optimum yang digunakan untuk

memproduksi

enzim

protease

dalam

jumlah yang besar adalah 60 jam karena

merupakan waktu produksi yang paling

cepat dengan nilai aktivitas tertinggi.

Berbeda

dengan

penelitian

yang

sebelumnya dilakukan oleh Indriyani

(2010) dimana waktu produksi optimum

enzim protease dari bakteri isolat HMT-3

adalah pada jam ke 108 dengan nilai

aktivitas sebesar 0,059 U/mL pada suhu

37ºC. Hal ini dapat terjadi karena adanya

perbedaan mikroba yang digunakan dan

suhu pertumbuhan mikroba yang berbeda.

Pengukuran Kadar Protein dengan

Metode Lowry

Penentuan kadar protein dalam enzim

ditentukan dengan menggunakan metode

Lowry. Larutan Lowry ada dua macam

yaitu larutan Lowry A yang terdiri dari

fosfotungstat-fosfomolibdat

dengan

perbandingan

1:1.

Fosfotungstat-fosfomolibdat berperan memberikan warna

biru, sedangkan larutan lowry B terdiri

atas Na

2

CO

3

2% dalam larutan NaOH 0,1

N, Na-K-tartrat 2% dan CuSO

4

.5H

2

O.

Dalam hal ini, Na-K-tartrat bertindak

mencegah terjadinya pengendapan kupri

oksida yang terdapat dalam reagen,

sementara

Na

2

CO

3

sebagai

pemberi

suasana alkalis pada reaksi, dimana reaksi

hanya akan terjadi dalam suasana alkalis.

Adapun penggunaan CuSO

4

.5H

2

O adalah

sebagai katalisator untuk mempercepat

proses destruksi protein menjadi

unsur-unsurnya. Kekuatan warna biru ini

bergantung

pada

kandungan

residu

triptopan dan tirosinnya. Kadar protein ini

diukur dengan menggunakan BSA (Bovine

Serum Albumin) yaitu larutan yang

mengandung protein sebagai standar

kemudian diukur pada panjang gelombang

maksimum yaitu pada panjang gelombang

670 nm.

0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08 0 12 24 36 48 60 72 84 96 A kt ivit as E n zi m P ro te as ( mL )

Waktu fermentasi (jam)

0.005% 0.01% 0.015% 0.02% 0.025% 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 0.000 0.010 0.020 0.030 0.040 0.050 0.060 12 24 36 48 60 72 84 Kad ar p ro te in( m g /mL

)

Ak tiv itas p ro tease ( U/m L )

Waktu Produksi Enzim (jam

)

Aktivitas protease (U/mL)

(6)

Gambar 2. Kadar protein protease dari

Bacillus licheniformis HSA3-1a

selama

waktu fermentasi

Nilai kadar protein yang tertinggi

diperoleh pada waktu produksi protease

yang ke 48 jam sebesar 2,0165

mg/mL.

Sedangkan kadar protein yang paling

rendah diperoleh pada waktu produksi

protease yang ke 12 jam dengan nilai

kadar 0,8790

mg/mL.

Pengaruh

pH

Terhadap

Aktivitas

Protease dari

Bacillus licheniformis

HSA3-1a

Aktivitas enzim protease dipengaruhi oleh

beberapa faktor salah satunya yaitu pH.

Suatu enzim akan bekerja dengan baik

pada pH tertentu. Perubahan pH yang

ekstrim,

enzim

dapat

mengalami

denaturasi akibat gangguan terhadap

berbagai interaksi non kovalen yang

menjaga kestabilan struktur 3 dimensi

enzim sehingga keaktifan enzim pun

terganggu (Suhartono, 1989). Perubahan

keaktifan enzim diakibatkan oleh gugus

ionik enzim pada sisi aktif atau sisi lain.

Gugus ionik enzim berperan dalam

menjaga konformasi sisi aktif dalam

mengikat substrat enzim dan mengubah

substrat menjadi produk. Aktivitas enzim

akan optimum jika terdapat keseimbangan

antara kedua muatannya. Pada keadaan

asam, muatannya cenderung positif dan

pada keadaan basa muatannya cenderung

negatif

sehingga

aktivitas

enzimnya

menjadi berkurang dan bahkan menjadi

tidak aktif (Putranto 2006).

Gambar 3. pH Optimum Enzim Protease

dari

Bacillus licheniformis HSA3-1a

pada

pada [S] = 2,0%; 50ºC

Berdasarkan hasil penelitian yang

diperoleh (Gambar 3), menunjukkan

bahwa aktivitas enzim protease mencapai

maksimum pada pH 7,0 dengan aktivitas

sebesar 0,0104 U/mL setelah sebelumnya

diperoleh nilai aktivitas 0 U/mL pada pH

5,0; pada pH 6,0 sebanyak 0,0099 U/mL

dan kembali menurun aktivitasnya pada

pH di atas 8,0 yaitu 0,0064 U/mL.

Beberapa penelitian sebelumnya seperti

Putranto (2006) menunjukkan protease

dari bakteri

Lactobacillus acidophilus

memiliki aktivitas optimum pada kondisi

pH 5,5 dan suhu 37°C, selain itu menurut

penelitian Olajuyigbe dan Ajele (2008),

protease

yang

diperoleh

dari

B.

licheniformis Lbbl-11

memiliki aktivitas

optimum pada suhu 50°C dengan pH

optimum 7. Vazquez et al. (2008)

melaporkan protease

Psudoalteromonas sp

strain P96-47

yang berasal dari laut

Antartik memiliki pH optimum 7-9. Hal

ini menunjukkan bahwa setiap enzim

memiliki pH optimum yang berbeda

disebabkan karena komposisi asam amino

penyusunnya berbeda pula.

Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas

Protease dari

Bacillus licheniformis

HSA3-1a

Suhu merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi reaksi enzimatis. Menurut

Kosim dan Putra (2010), peningkatan suhu

menyebabkan aktivitas enzim meningkat.

Hal ini disebabkan oleh suhu yang makin

tinggi akan meningkatkan energi kinetik,

sehingga menambah intensitas tumbukan

antara substrat dan enzim. Pada suhu

optimum, tumbukan antara enzim dan

substrat

sangat

efektif,

sehingga

pembentukan kompleks enzim-substrat

makin

mudah

sehingga

dapat

meningkatkan aktivitas enzim, namun

peningkatan suhu lebih lanjut akan

menurunkan aktivitas enzim. Hal ini

disebabkan karena enzim mengalami

0.0000

0.0099 0.0104

0.0064

0.000

0.002

0.004

0.006

0.008

0.010

0.012

4

5

6

7

8

9

10

Ak tiv it a s pro tea se (U/m L )

pH

pH

(7)

denaturasi.

Denaturasi

menyebabkan

struktur lipatan enzim membuka pada

bagian permukaannya sehingga sisi aktif

enzim berubah dan mengakibatkan terjadi

penurunan

aktivitas

enzim.

Enzim

mengalami perubahan konformasi pada

suhu terlalu tinggi, sehingga substrat

terhambat dalam memasuki sisi aktif

enzim.

Gambar 4. Pengaruh suhu terhadap

aktivitas

protease

dari

Bacillus

licheniformis HSA3-

1a pada [S] = 2,0%;

pH 7

Penentuan suhu optimum protease

dilakukan dengan mengukur aktivitas

protease pada berbagai suhu inkubasi yaitu

pada rentang suhu antara 40-60°C. Pada

Gambar 11 menunjukkn aktivitas protease

semakin meningkat dengan bertambahnya

suhu sampai suhu optimum tercapai yaitu

pada suhu 50°C dengan nilai aktivitas

sebesar 0,012 U/mL, setelah itu kenaikan

suhu lebih lanjut akan menyebabkan

aktivitas protease menurun. Pada suhu

yang lebih rendah dari suhu optimum,

aktivitas enzim juga rendah, hal ini

disebabkan rendahnya energi aktivasi yang

tersedia. Energi tersebut dibutuhkan untuk

menciptakan kondisi tingkat kompleks

aktif, baik dari molekul enzim maupun

dari molekul substrat. Peningkatan suhu

juga berpengaruh terhadap perubahan

konformasi substrat sehingga sisi aktif

substrat

mengalami

hambatan

untuk

memasuki

sisi

aktif

enzim

dan

menyebabkan turunnya aktivitas enzim.

Dibandingkan dengan penelitian yang

telah

dilakukan

sebelumnya,

dapat

diketahui bahwa suhu optimum enzim

protease

bervariasi

bergantung

pada

spesies bakteri yang menghasilkannya.

Enzim protease yang telah diisolasi dari

B.

licheniformis Lbbl-11

memiliki aktivitas

tertinggi pada pH 7 dan suhu 50°C

(Olajuyigbe dan Ajele, 2008), sementara

menurut hasil penelitian Kuddus dan

Ramteke (2008), enzim protease yang

telah diisolasi dari

Curtbacterium luteum

memiliki aktivitas tertinggi pada pH 7 dan

suhu 20°C

Pengaruh Senyawa Kofaktor terhadap

Aktivitas Enzim Protease dari

Bacillus

licheniformis HSA3-1a

Menurut Bailey dan Ollis (1998),

salah satu karakteristik enzim yaitu

memerlukan kofaktor. Kofaktor berupa

molekul anorganik. Kofaktor ini terbagi

dua, dimana salah satunya bisa sebagai

pengaktif yang dikenal sebagai aktivator

dan ada juga yang berfungsi sebagai

penghambat atau yang dikenal sebagai

inhibitor. Salah satu kofaktor yang

dibutuhkan oleh enzim adalah logam yang

dapat mendukung efisiensi katalitik enzim.

Logam tersebut membantu reaksi katalitik

dengan cara mengikat substrat pada sisi

pemotongan.

Selain

berperan

dalam

pengikatan

enzim

dengan

substrat,

beberapa logam juga dapat mengikat

enzim secara langsung untuk menstabilkan

konformasi aktifnya atau menginduksi

formasi situs pengikatan atau situs aktif

suatu enzim. Menurut hasil penelitian yag

dilakukan oleh Elvi (2002), bahwa ion

Ca

2+

merupakan aktivator yang dapat

meningkatkan aktivitas enzim protease

yang di produksi dari

Bacillus subtilis

1012M15. Ion Ca

2+

merupakan modulator

positif yang menyebabkan perubahan

konformasi sisi katalitik enzim, yang akan

mempermudah interaksi dengan substrat

sehingga meningkatkan aktivitas katalitik

enzim. Berdasarkan penelitian sebelumnya

maka pada penelitian ini dilakukan

penambahan

senyawa

CaCl

2

dengan

0.0083

0.0092

0.0120

0.0054

0.0012

0.000

0.003

0.006

0.009

0.012

0.015

35 40 45 50 55 60 65

Ak tiv it a s enzim pro tea se (U/m L )

Suhu °C

(8)

variasi konsentrasi yang berbeda yaitu

0,01 M, 0,015 M, 0,02 M, 0,025 M, dan

0,03 M dan tanpa penambahan CaCl

2

sebagai

kontrol

untuk

mengetahui

kosentrasi optimum CaCl

2

yang dapat

bersifat aktivator dan inhibitor.

Gambar 5. Pengaruh senyawa kofaktor

CaCl

2

terhadap aktivitas protease dari

B.

licheniformis HSA3-1a

pada [S] = 2,0%;

pH 7; suhu 50°C

Data hasil penelitian (Gambar 5)

menunjukkan bahwa nilai aktivitas enzim

protease tertinggi pada konsentrasi CaCl

2

0,015 M yaitu 0,002, dengan aktivitas

relatif 100% ini menunjukkan bahwa pada

kosentrasi 0,015 M CaCl

2

bersifat sebagai

aktivator sedangkan pada konsentrasi 0,01

M, 0,02 M, 0,025 M dan 0,03 M, CaCl

2

bersifat sebagi inhibitor atau penghambat.

Menurut

Suhartono

(1989),

Adanya

penghambatan

ion

logam

terhadap

aktivitas protease pada konsentrasi tertentu

berkaitan dengan kekuatan ion, dimana

kekuatan ion itu sendiri mempengaruhi

konformasi atau struktur tiga dimensi dari

protein enzim atau protein substrat.

Kesimpulan

Enzim protease memiliki aktivitas

sebesar 0,0561 U/mL

dengan waktu

produksi optimum 60 jam pada

konsentrasi CaCl

2

0,015% dan kadar

ptotein 2,0165

mg/mL pada waktu

produksi 48 jam. Enzim protease dari

B.

licheniformis HSA3-1a

tersebut bekerja

optimum pada kondisi pH 7,0 dan suhu

50ºC dengan nilai aktivitas sebesar 0,0104

U/mL dan 0,012 U/mL, serta mengalami

peningkatan aktivitas pada penambahan

CaCl

2

0,015 M dengan aktivitas relatif

100%

Daftar Pustaka

Baehaki, A., Rinto., dan Budiman, A.,

2011, Isolasi dan Karakterisasi

Protease dari Bakteri Tanah Rawa

Indralaya

Sumatera

Selatan,

Fakultas

Pertania,

Universitas

Sriwijaya,

12

(1).

Bailey,J.E

dan

D.F

Ollis,

1988,

Biochemical

Engineering

Fundamental

, 2nd Edition, Mc

Graw-Hill Book Company, New

York.

Falch, E.A. 1991.

Industrial enzyrres

developments inproduction and

application. Biotech

. Adv.

9

:643-658.

Fuad, A.M., Rahmawati, R., dan Mubarik,

N.R.,

2004,

Produksi

dan

Karakterisasi

Parsial

Protease

Alkali

Termostabil

Bacillus

thermoglucosidasius

AF-01, Jurnal

Mikrobiologi Indonesia,

9

(1): 29–

35.

Kosim, M., dan Putra, S.R., 2010,

Pengaruh Suhu Pada Protease

Dari Bacillus subtilis

, Prosiding

Skripsi Semester Genap

2009-2010, Jurusan Kimia FMIPA ITS,

Surabaya.

Moon, S.H. and S.J. Parulekar. 1993.

Some observation on protease

producing in continuous suspention

cultures

of

Bacillus

firmus

.

Biotech. Bioeng. 41:43-54.

0 0.0005 0.001 0.0015 0.002 0.001 0.0001 0.002 0.001 0.001 0.0001 A kt iv it as pr ot e ase (U /m L ) [CaCl2] M aktivitas protease
(9)

Natsir, H., Patong, A. R., Suhartono, M.

T.,

dan

Ahmad,

A.,

2010,

Production and Characterization of

Chitinase Enzymes from Hot

Spring in South Sulawesi,

Bacillus

sp.

HSA3-1a,

Indo. J. of Chem

,

10

(2), 256-260.

Olajuyigbe, M., F., and Ajele, O., J, 2008,

Some Properties of Extracellular

Protease from

Bacillus licheniformis

Lbbl-11 Isolated from “iru”, A

Traditionally

Fermented

African

Locust Bean Condiment, Department

of Chemical Sciences, University of

Trieste, Via Giorgieri, 1, Trieste

34127, Trieste, Italy,

3

(1): 42-46,

Putranto, W.S., 2006,

Purifikasi dan

Karakterisasi

Protease

Yang

Dihasilkan

Lactobacillus

acidophilus

dalam

Fermentasi

Susu

Sapi

Perah

,

Makalah

disajikan dalam Seminar Nasional

Bioteknologi

Capturing

Opportunities

through

Biotechnology” Pusat Penelitian

Bioteknologi – LIPI, Bandung,

15-16 November.

Siswanto, Suharyanto

,

S., dan Yoharmus.,

2009,

Penggunaan Enzim Protease

pada Pengolahan Lateks Pekat

DPNR sebagai Bahan Pembuatan

Sphygmomanometer

,

Menara

Perkebunan.,

77

(2), 67-78.

Suhartono, M.T., 1989,

Enzim dan

Bioteknologi

,

Pusat

Antar

Universitas

Bioteknologi

IPB-Depdikbud, Bogor.

Susanto, J.P., dan Sopiah, N., 2003,

Pengaruh Logam dan Konsentrasi

Substrat terhadap Pertumbuhan

dan Aktivitas Bakteri Proteolitik

pada

Proses

Deproteinasi

Cangkang

Rajungan

,

Balai

Teknologi

Lingkungan

BPPT-Puspitek.

Vazquez SC, Hernández E, Cormack

WPM. 2008. Extracellularproteases

from

the

Antarctic

marine

Pseudoalteromonas

sp.

P96-47

strain.

Revista

Argentina

de

Microbiologia

40

:63-71.

Ward, O.P., 1985,

Protgeolytic enzymes.

In

Young,

M.M.

(Ed.).

Comprehensive

Biotechnology:

The principles, Applications, and

Regulations of Biotechnology in

Industry,

Agriculture

and

Medicine

, Vol. 3, Pergamon Press,

Oxford.

(10)

Gambar

Gambar 1. Penentuan konsentrasi optimum  CaCl 2   serta  waktu  produksi  optimum
Gambar  2.  Kadar  protein  protease  dari
Gambar  4.  Pengaruh  suhu  terhadap  aktivitas  protease  dari  Bacillus  licheniformis  HSA3-1a  pada  [S]  =  2,0%;
Gambar  5.  Pengaruh  senyawa  kofaktor  CaCl 2   terhadap  aktivitas  protease  dari  B

Referensi

Dokumen terkait

Mas Ahmad Santosa, dalam Malik, perspektif fungsi pengawasan Komisi Yudisial Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 005/PUU-IV/2006 Jurnal Hukum Vol. Mochtar

Rabu, 10 Juni' 15 08:00 Seminar Manajemen Aulia Danibrata, Dr.,SE., MM.. Investasi dan Portofolio Fakhruddin Nasution, Dr., SE., MM

Dengan adanya objek wisata Candi Cetho banyak berpengaruh terhadap kehidupan sosial masyarakat. Selain itu Candi Cetho juga masih digunakan sebagai tempat sembayang

Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa jual beli ikan dengan sistem jatahan di pemancingan Rumah Makan Roso Ayem ini telah memenuhi syarat sah jual beli. Namun ada beberapa

Laporan Tugas akhir ini sekiranya dapat membantu mahasiswa maupun pelajar yang mempunyai minat pada set and prop master dalam pembangunan atau pengaplikasian desain untuk

Transkip wawancara Bullying untuk menunjukkan kekuasaan “Yah contohnya itu kayak dia biar kayak dia panggil hormat abang gitu kakak gitu, supaya pokoknya tingkah lakunya gak konyol

240 SHREE HARAINCHA FANCY STORE Micro, Small and Medium Enterprise Loan 241 SHREE JAY HANUMAN FURNITURE UDHYOG Micro, Small and Medium Enterprise Loan 242 SHREE KANTI YADAV Micro,

Bagan Setengah lingkaran ialah bentuk bagan organisasi yang saluran wewenang dari pucuk pimpinan sampai dengan satuan organisasi atau pejabat yang terendah disusun dari