• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN OPINI SIARAN ISLAM DALAM MENINGKATKAN RELIGIUSITAS MASYARAKAT BELPUNRANGA KECAMATAN PARANGLOE KABUPATEN GOWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN OPINI SIARAN ISLAM DALAM MENINGKATKAN RELIGIUSITAS MASYARAKAT BELPUNRANGA KECAMATAN PARANGLOE KABUPATEN GOWA"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.sos) Pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran

Islam Fakultas agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh Nuratul Aulia

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR TAHUN H/ M

(2)
(3)
(4)
(5)

v

Ilham Muchtar).

Penelitian bertujuan untuk mengetahui : ) Untuk mengetahui bagaimana tingkah religiusitas masyarakat di Desa Balapanranga Kecematan Parangloe Kabupaten Gowa Untuk mengetahui Peran Opini Siara Islam dalam Meningkatkan Religiusitas Masyarakat.

Pemelitian ini bersifat Deskriptif Kualitatif, yakni memberikan gambaran pada temuan-temuan lapangan yang berhubungan dengan objek penelitian dan juga gambar mengenai subjek penelitian dan didukung oleh metodologi dab teoritis yang kuat dan sesuai dengan disiplin yang kuat yang ditekuni di antaranya ) Jenis dan pendekatan penelitian yaitu jenis kualitatif metode deskriptif kualitatif ) Lokasi dan objek penelitian yaitu di Desa Balapanranga, Kecematan Parangloe Kabupaten Gowa. ) Fokus penelitian yaitu Peran Opini Siara Islam dalam meningkatkan Religiusitas Masyarakat Belapunranga Kecematan Parangloe Kabupaten Gowa. ) Deskripsi fokus penelitian ) Sumber data primer yakni dalam bentuk wawancara langsung dan tidak langsung, dan dokumentasi. ) Instrumen penelitian yaitu : a) Instrumen ini peneliti sendiri, b) intrumen pendukung wawancara, dokumentasi, serta observasi. Dan c) Dengan sarana. Pulpen, buku catatan, dan handpone ) Teknik pengumpulandata dengan menggunakan teknik induktif. Induktif adalah menganalisis data dari yang bersifat khusus kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat umum.

Adapun hasil penelitian : . Tingkah Religiusitas masyarakat Berdasarkan pemikiran-pemikiran yang sudah dipaparkan dalam landasan teori maupun lapangan yang dapat menganalisi tingkah religiusitas masyarakat yang ada di Desa Belapunranga Kecematan Parangloe. Maka dari data-data yang di peroleh peneliti, dapat menjadi pembutian bahwa ada kesusaian antara teori dan praktik terhadap tingkah religiusitas sebagai berikut :a.Dimensi aqidah atau idiologi, b.Dimensi ibadah atau religiusitas, c.Dimensi amal dan konsekuensio, d.Dimensi Ilmu dan intelektual, e. Dimensi ihsan dan eksperiensial.“Dalam hal ini tingkah religiusitas masyarakat di Desa Belapunranga memiliki pemahaman keagamaan lumayan baik. Dari kelima dimensi iniz dimensi amal dan konsensio yang paling dominan dalam pemahaman rwligiusitas masyarakat karena di sana masih menjunjung tinggi nilai adat atau kebiasaan yang dilakukan selat ini yaitu tentang gotong royong saling membatu sesama”. .Faktor faktor pembentukan opini religi masyarakat: dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti di Desa Belapunranga Kecematan Parangloe, tentang penayangan acara religi yang ditayang oleh media televisi, seperti : Mama dan A’a di indosiar dan Siraman Kalbu di MNCTV. Mereka menyatakan

(6)

vi

(7)

vii

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi sebagai salah persyaratan gelar S dengan judul “Peran Opini Siaran Islam dalam meningkatkan religiusitas masyarakat Belapunranga kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa”. Tidak lupa kuucapkan junjungan Nabi besar Muhammad saw, para sahabat, dan tabiin yang telah mengantarkan Islam kepada seluruh ummat Islam.

Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari peran dan dukungan segenap pihak terkait yang telah memberikan motivasi dan bantuan. Oleh karna itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terimah kasih yang sebesar-besarnya kepada:

. Bapak Prof. Dr. H Abd. Rahman Rahim, SE, MM. selaku rektor Universitas Muhammadiyah Makassar

. Bapak Drs. H, Mawardi Pawangi, M.Pd.I, selaku Dekan Fakultas Agama Islam

. Dr. Abbas Baco Miro, Lc.,Ma. Selaku Ketua Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Muhammadiya Makassar,

. Dra.Wiwik Laela Mukramin, M.Pdi. dan DR. M..Ilham Muchtar, Lc.MA Selaku Dosen pembimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(8)

viii

dan doa sehingga [enulis dapat menulis dan menyusun skripsi dengan baik.

. Keluarga, Teman dan Sahabat penulis, yang selalu memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga segala bantuan yang diberikan pada penulis akan dibalas degan limpahan rahmat dan kebaikan oleh Allah Subhanahu Wata’ala . Selanjutnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak sekali kekurangan-kekurangan yang sudah sepatutnya diperbaiki, oleh karena itu adanya saran dan kritik yang membangun sangat penulis butuhkan demi kebaikan kami dalam menuju masa depan. Akhirnya semoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis pada khusunya dan bagi pembaca pada umumnya. Ammin Ya Rab...

Makassar Desember M Penulis Nuratul Aulia NIM:

(9)

ix

PENGESAHAN SKRIPSI ... .ii

BERITA ACARA MUNAQASYAH...iII SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI...iv

ABSTRAK...v

KATA PENGANTAR...vi

DAFTAR ISI...vii BAB I PENDAHULUAN………

A. Latar Belakang Masalah ... . B. Rumusan Masalah ... . C. Tujuan Penelitian ... . D. Manfaat Penelitian ... .

BAB II KAJIAN TEORI..………

A. Tingkat Religiusitas Masyarakat………... . Penngertian Religiusitas ... . . Dimensi Religiusitas ... . Faktor-faktor yang mempengaruhi religiusitas ... a. Faktor Sosial ... b. Pengalaman keagamaan ... c. Kebutuhan yang tidak dipenuhi ... . d. proses pemikiran Verbal (Faktorr intelektual) ... B. Peran Opini Siaran Islam Meningkatkan Religiusitas Masyarakat

... . . Pengertian Peran ... . . Pengertian Opini ... . . Pengertian Media ... . . Fungsi Media Massa ... . . Hipodermic Needle Theory (teori peluru) ... ..

(10)

x

A. Metode Penelitian ... . B. Pendekatan Penelitian... ... . C. Fokus dan Deskripsi Fokus Penelitian…. ... .

. Fokus Penelitian………. . Deskripsi Fakus Penelitian……… D. Sumber Data... . E. Tehnik Kumpulan Data ... . F. Tekni Analisis Data………...

BAB IV HASIL PENELITIAN………... A. Deskripsi………... . Lokasi Penelitian………... . Letak Geografi ………... . Kondosi Geografi……… . Deskripsi Informasi Penelitian……….. B. Pembahasan dan Hasil Penelitian...

. Analisis Tingkat Religiusitas

Masyarakat……... . Faktor Fakato Pembentukan Opini Religi Masyarakat.……

C. ..Agenda Setting Theory……….

. Efek Pesan Media Massa……….. . Efek Efektif………... . Efek Perubahan………... BAB V PENUTUP………... A. kesimpulan... B. Saran... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN LAMPIRAN ... DAFTAR RIWAYAT HIDUP...

(11)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Media (Televisi) merupakan suatu tema yang menarik untuk selalu dikaji dan diskusikan. Karena media (Televise) ini merupakan suatu sarana paling utama dan dan pertama yang paling diminati pada kalangan masyarakat.

Media (Televisi) merupakan suatu media massa yang menampilkan suatu audio visual (suara dan gambar) yang menyebarkan informasi kepada masyarakat dalam jumlah yang banyak dalam kurung waktu bersamaan. Berbagai acara televise yang makin hari makin beragam mulai dari berita, gossip, iklan, hingga sinetron yang makin makin kurang mendidik. Tayangan televisi yang menyampaikan suatu opini (informasi) ini menimbulkan suatu efek perubahan yang signifikan membawa suatu perubahan sikap dan perilaku ditengah-tengah masyarakat yang tidak religiusitas.

Tidak jarang muncul protes dari permirsa melalui berbagaisurat pembaca dimedia. Tapi yang bersangkutan tak bergeming. Yang tegas menyuarakan kritik ini umumnya adalah segemen pemirsa umat Islam, yang biasanya diwakili oleh sejumlah ormas atau organisasi kepemudaannnya.

(12)

Dalam kontes ini, kita bisa menduga bahwa sebagai mayoritas dapat dipastikanumat Islam juga merupakan pemirsa terbesar setiap mata acara dan berita (Televisi, internet). Untuk tidak mengatakan bahwa sebagian besar konsumen juga dari kalangan kaum Muslimin. Sehingga ironis kalu kebutuhan akan tontonan yang menjadi aspirasi Muslim begitu tercermin dalam budaya visual kita. Jika memang demikian yang terjadi, tidak berlebihan kalau muncul keluhan bahwa umat Islam selama ini memang tak lebih sebagai pasar yang mau tak mau terpaksa mengkonsumsi acara-acara yang dikemas oleh media (Televisi) yang ada.1

Berbicara konsep Islam tentang media berarti menelusuri konsep media komunikasi dalam Al-Quran, As-Sunnah dan pandangan ulama sebagai komentator kedua sumber Islam tersebut. Hamid Mowlana menarik teori komunikasi dari kata tabligh yang dikembangkanIbnu Khaldun2. Dari sana terlihat konsep dkwah sebagai komunikasi dalam Islam. Sementara itu dari tujuan ataupun yang mengarah pada content (isi) dapat ditemukan kata-kata seperti hikmah hikmah, maudza hasanah, maudzah hasanah, mujadalah yang ahsan, ya‟murunsbil ma‟ruf wa yanhawna „anil-munkar, qulu li

1 A Muis, Komunikasi Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, ), h 2

Muhammad Husni Ritonga, Eksistensi Ilmu Komunikasi Islam (Suatu Tinjauan Fisafat IlmuII. Dalam Amroeni Drajat (editor), Komunikasi Islam dan Tantangan Modernitas. (Bandung : Citapustaka, ), h. .

(13)

an-nasi husna, qaulansadidan dan lain-lain. Dari sudut efek misalnya, terungkap kata yastami‟una a hsanahu, wama „alaika illa al-balaqh3

.

Sayyid Qutub setelah mengkritik berbagai faham filsafat Barat dengan segala konsekuensinya mengajurkan paragdigma Islam4.

paradigma yang dianjurkan oleh Sayyid Qutub adalah ketuhanan (Rabbaniyya) :Tauhid, realistis, seimbang, komperehensif,positif, permanen.

Jika melihat paradigm yang ditawarkan Sayyi Qutub keenam ciri paradigm Islam tersebut harus dalam media komunikasi Islam. Katakanlah content (isi) media, sebagai contoh, menurut paradigm ini harus memiliki ciri rabaniyah. Artinya content (isi) harus merupakan arahan dan bimbingan Tuhan, juga harus merupakan sesuatu yang berisikan tauhid, realistis, ketentuan yang permanen, komprehensif, yang senantiasa seimbang dan positif.5

Paradigma seperti yang digagas Sayyid Qutub di atas dipakai oleh Dilnawas Siddilqul ( ). Misalnya, dalam melihat produksi pemeberitaan dalam perspektif Islam dibandingkan dengan perspektif Barat, ia menggunakan konsep Unity dalam berbagai dimensi. Walaupun Siddiqui belum membahas konsep media secara

3

Ibnu Khaldun, The muqaddimah (An Introduction to History), dalam Hamid Mowlana, Global Communication as Cultural Ecology. International Comparative Research Group Stratetegic and Analysis Canadian Heritage,

4

M. Tata Taufik. Etika Komunikasi Islam, Bandung : Pustaka Setia, , h. . 5

Sayyid Qutub. Khaasais Tashawuru-i-Islam. Dalam M. Tata Taufik. Etika Komunikasi islam, h. ..

(14)

menyeluruh, namun sudah dapat memberikan arah konsep Islam tentang pemberitaan yang merupakan bagian dari isi (content) media. Dalam melihat tafsir terhadap Islam. Ada empat hal yang harus diperhatikan. ( ) pelaku (intrepretator),yang harus memiliki syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi; ( ) sumbernya, yakni Al-Quran dan Al-Hadis ( ) Tujuan penafsiran, yang dimaksudkan untuk kemaslahatan umat Islam, ( ) Metodologi, yang mengacu kepada kaidah ushul fiqh dan ditangani oleh orang yang benar-benar mengerti metodologi itu.

Ibnu Hamad mengemukakan kaedah dan metodologi yang dipakai harus dikaitkan dengan pekembangan teknologi maju, tidak dengan cara-cara konservatif. Menurutnya, fiqh adalah teknologi harus disikronkan dengan keberadaan saat ini.

Bagaimanapun, proses disinasi pesan-pesan informasi perlu disertai ide, imanjinasi informasi yang memadai dan penuh kebijakan (wisdom). Kiranya hal inilah yang perlu direnungkan secara saksama para da’i. Imam Alghazali mengistilahkan kebijakan ini dalam bahasa Arab, yaitu hikma. Menurutnya kebijakan akan terjadi apabil

“knowledge” dikembangkan secata tepat dan sepurna sehingga dapat membedakan penilai yang benar dari yang salah, memisahkan

(15)

kepercayaan yang baik dari yang jelek, dan membedakan tindakan yang baik dari tindakan yang salah.6

Tantang yang tampak dalam kegiatan informasi adalah menerepkan unsur kebijakan penyajian dan penyebarannya, tidak terlepas dari tiga komponen utama, yaitu fakta, informasi dan penegtahuan. Dalam setiap sajian informasi, kita dituntut untuk dapat mengintegrasikan informasi itu sendiri dengan pengetahuan, kebijakan, dan tempat sehingga dapat diformulasikan suatu konstruksi pesan-pesan informasi yang berwawasan luas. Fakta dalam suatu peristiwa merupakan mata rantai yang tidak terlepas dari sumber fakta, sifat informasi, sistem nilai, serta refleksi kehidupan masyarakat pada waktu fakta informasi tersebut mucul ke mukaan. Hal ini kiranya perlu dijadikan landasan berpijak atau setiknya menjadi rujukan berfikir manakala kita dihadapkan pada keyataan timbulnya informasi kontemporer. Bagaiman strategi disemienasi yang akan ditempuh agar pesan-pesan informasi yang disediakan atau disajikan tidak terlepas dari tatanan yang menghendaki terciptanya

intellectualpractice and development’ pada masyarakat luas.

6

Dikutip dari Kumpulan Makalah, Pembahasan dan Resolusi pada Congress of Muslim Librarians and Informatio Specialists di University Utara Malaysia, Kedah Malaysia, - Oktober . Dalam Ase S. Muchyiddin. Pendekatan Sumber-sumber Informasi dalam Proses Komunikasi dan Diseminasi Informasi. Bandung. PT Remaja Rosdakarya,, . H . Dikutip dari Kumpulan Makalah, Pembahasan dan Resolusi Pada Congress of Musli Librarian and Information Specialists di University Utara Malaysia, Kedah

(16)

B. Rumusan Masalah

Pokok permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

. Bagaimana tingkat religiusitas masyarakat di Desa Belapunranga Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa?

. Bagaimana peran media Islam dalam meningkatkan religiusitas masyarakat?

C. Tujuan Penelitian

.. untuk mengetahui bagaimana tingkat religiusitas masyarakat di Desa Belapunranga Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa! . untuk mengetahui bagaimana peran media Islam dalam

meningkatkan religiusitas masyarakat!

D. Manfaat Penelitian

. Bagi masyarakat opini media merupakan sarana mereka untuk suatu informasi yang membawa dampak yang begitu relefan bagi kehidupan mereka. Yang membawa dampak pola fikir mereka yang awalnya tidak berpengatuhuan menjadi memiliki wawasan pengetahuan, dan dari pola pikir yang tidak Islami menjadi Islami, dan masih banyak dampak yang lainya dari dampak media.

. dengan peran media yang memberikan suatu pemahaman yang menghasilkan pemikiran yang meningkatkan religiusitas masyarakat karena media bagi masyarakat merupakan alat yang signifikan untuk dijadikan sumber pengetahuan bagi mereka. Dan

(17)

media juga alat yang praktis untuk dijadikan sarana mereka untuk memahami ajaran-ajaran Islam.

(18)

BAB II KAJIAN TEORI A. Tingkat Religiusitas Masyarakat

. Pengertian Religiusitas

Religi : kata religi atau reliji, berasal dari kata religie (Bahasa Belanda) atau religion (Bahasa Inggris), masuk ke dalam perbendaharaan bahasa Indonesia dan Nusantara dengan membawa dan sekaligus menyebarkan agama Kristen dan Katholik. Kata religi atau religion itu sendiri berasal bahasa Latin, yang berasal dari kata relegere atau relegare.Kata relegare

msmpunyai pengertian dasar “berhati-hati”, dan berpegang pada norma-norma atau aturan secar ketat.Dalam arti bahwa religi

tersebut merupakan suatu keyakinan, nilai-nilai dan norma-norma hidup yang harus dipegangin dan dijaga dengan penuh perhatian, agar jangan sampai menyimpang dan lepas.Kata dasar relegare, berrarti “mengikat”, yang maksudnya adalah mengikatkatkan diri pada kekuatan gaib yang suci.Kekuatan gaib yang suci tersebut diyakini sebagai kekuatan yang menentukan jalan hidup dan mempengaruhi kehidupan masnusia. Dengan demikian kata religi tersebut pada dasrnya mempunyai pengertian sebagai “keyakinan akan adanya kekuatan gaib yang suci, yang menentukan jalan hidup dan mempengaruhi kehidupan manusia, yang dihadapi secara hati-hhati dan diikuti jalan-jalan dan aturan-aturan serta

(19)

norma-norma secara ketat, agar tidak sampai menyimpang dan lepas dari kehendak atau jalan yang telah ditetapkan oleh kekuatan gaib yang suci tersebut.

Glock dan Stark merumuskan religusitas sebagai komitmen religious (yang berhubungan dengan agama atau keyakinan iman), yang dapat dilihat melalui aktivitas atau perilaku individu yang bersangkutan dengan agama atau keyakinan iman yang dianut.Religiusitas seringkali diidentikkan dengan keberagamaan.Religiusitas diartikan sebagai seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa pelaksanaan ibadah dan kaidah seberapa dalam penghayatan atas agama yang dianutnya.Bagi seorang Muslim, religiusitas dapat diketahui dari seberapa jauh pengetahuan, keyakinan, pelaksanaan, dan penghayatan atas agama Islam.7

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa religiusitas adalah kedalaman seseorang dalam meyakini suatu agama disertai dengan tingkat pengetahuan terhadap agamanya yang diwujudkan dalam pengalaman nilai-nilai agama yakini mematuhi aturan-aturan dan menjalankan kewajiban-kewajiban dengan keikhlasan hati dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan ibadah.

7

Fuad Nashori dan Rachmy Diana Mucharam, Mengembangkan Kreativitas dalam Perspektif Psikologi Islam, (Jogyakarta: Menara Kudus : ), h.

(20)

. Dimensi-dimensi Religiusitas

Dalam bukunya American Piety : The Nature of Religius Commitment, C.Y. Glock dan R. Stark ( ) menyebut ada lima

dimensi keagamaan dalam diri manusia, yakni dimensi praktek agama, dimensi keyakinan dimensi pengetahuan agama, dimensi pengalaman keagamaan dan dimensi konsekuensi.8

Menurut Glock dan Stark dalam Widiyanta, kelima dimensi religiulitas dijelaskan sebagai berikut:

a. Religious Racticef (Ritualistic Dimension)

Religious Racticef (Ritualistic Dimension) yaitu tingkatan sejauh mana seseorang mengejarkan kewajiban-kewajiban ritual di dalam agamanya. Unsur yang ada dalam dimensi ini mencakup pemujaan, kultur serta hal-hal yang lebih menunjukkan komitmen seseorang dalam agama yang dianutnya.

Wujud dalam dimensi ini adalah perilaku masyarakat pengikut agama tertentu dalam menjalankan ritus-ritus yang berkaitan dengan agama.Dimensi praktek dalam agama Islam dapat dilakukan dengan menjalankan ibadah seperti shalat, zakat, puasa, haji dan sebagainya.

8

Dadang kahmat, Sosiologi Agama, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, , h. -

(21)

b. Religius Belief (The Idiologis Dimension)

Religius Belief (The Idiologis Dimension) atau disebut yakinan adalah tingkat sejauh mana seseorang menerima hal-hal yang dogmatic di dalaam ajaran agamanya. Misalnya kepercayaan tentang adanya Tuhan, Malaikat, Kitab-kitab, Nabi dan Rasul, hari kiamat, surga, neraka dan yang lain-lain yang bersifat domagtik.Meskipun diakui setiap agama memiliki seperangkat kepercayaan yang secara doktriner berbeda dengan agama lainnya. Bahkan untuk agamanya saja terkadang muncul paham yang berbeda dan tidak jarang berlawan.

Pada dasarnya setiap agama juga menginginkan adanya unsur ketaatan bagi setiap pengikutnya.Dalam begitu adapun agama yang dianut oleh seseorang, makn ayang terpenting adalah kemauan untuk mematuhi aturan yang berlaku dalam ajaran agama yang dianutnya. Jadi dimensi keyakinan lebih bersifat doktriner yang harus ditaati oleh penganut agama.

c. Religious Knowledge (The Intellectual Dimension)

Religious Knowledge (The Intellectual Dimension)

atau dimensi pengetahuan agama adalah dimensi yang menerangkan seberapa jauh seseorang mengetahui tentang ajaran-ajaran agamanya, terutama yang ada di dalam kitab

(22)

suci maupun yang lainnya.Paling tidak seseorang yang beragama harus mengetahui hal-hal pokokk mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitaab suci dan tradisi. Dimensi ini menunjukan dalam islam menunjuk kepada seberapa tingkat pengetahuan dan pemahaman muslim terhadap ajaran-ajaran agamanya terutama mengenai ajaran pokok agamanya, sebagai mana yang termuat di dalam kitab sucinya. Hal ini behubungan dengan aktivitas seseorang untuk mengetahui ajaran-ajaran dalam agamanya.

d. Religius Feeling (The Experiental Dimension)

Religius Feeling (The Experiental Dimension) adalah dimensi yang terdiri dari perasaan-perasaan dan

pengalaman-pengalaman keagamaan yang pernah

dirasakan dan dialami.Misalnya seseorang merasa dekat dengan Tuhan, seseorang merasa takutberbuat dosa, seseorang merasa doanya dikabulkan Tuhan, dan sebagainya.

Ancok dan Suroso mengatakan kalau dalam Islam dimensi ini dapat terwujud dalam perasaan dekat atau akrab dengan Allah, perasaan bertawakal (pasrah diri dalam hal positif) kepada Allah. Perasaan khusus ketika melaksanakan ketika melaksanakan shalat atau berdoa, perasaan bergetar ketika mendengar adzan,atau ayat-ayat al-Quran, perasaan

(23)

bersyukur kepada Allah, perasaan mendapat peringatan atau pertolongandari Allah.

e. Religius Effect (The Cosenquental Dimension)

Yaitu dimensi yang mengukur sejauh mana perilaku sekuen oleh ajaran agamanya di dalam kehidupannya. Dari kelima aspek religious di atas, semakin tinggi tinggkat religiusitas seseorang akan tercermin dari sikap dan perilakunya sehari-sehari yang mengarah kepada perilaku yang sesuai dengan tuntutan agama.

The consequental dimension yaitu dimensi yang mengukur sejauh mana perilaku seseorang dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya dalam kehidupan social, misalnya apakah ia mengunjungi tetangganya sakit, menolong orang yang kesulitan, mendermakan hartanya, ikut dalam kegiatan konversasi lingkungan, ikut melestarikan lingkungan alam dan lain-lain.

Ancok dan Suroso ( ) mengatakan bahwa mensi ini dapat diwujudkan dengan melakukan perbuatan atau perilaku suka menolong, bekerja sama, bederma, mensejahterakan dan menumbuh kembangkan orang lain, menegaskan kebenaran dan keadilan, berlaku jujur, memaafkan, menjaga lingkungan hidup, menjaga amanat, tidak mencuri, tidak korupsi, tidak menipu, tidak berjudi, tidak

(24)

meminum-minuman yang memabukan, mematuhi norma Islam dalam perilaku seksual, berjuang untuk hidup sukses menurut ukuran Islam dan sebagainya.9

. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Religiusitas

Beberapa faktor yang mempengaruhi sikap keagamaan menurut Thouless, yaitu :

a. Pengaruh pendidikan atau pengajaran dan berbagai tekanan sosial (faktor sosial).

Faktor ini mencakup semua pengaruh sosial dalam perkembangan keagamaan itu, termasuk pendidikan dari orang tua, tradisi-tradisi sosial, tekanan dari lingkungan social untuk menyesuaikan diri dengan berbagai pendapatdan sikap yang disepakati oleh lingkungan itu. b. Pengaruh pengalaman yang membantu sikap keagamaan.

terutama pengalaman-pengalaman mengenai:

) Keindahan, keselarasan, dan kebaikan di dunia lain (faktor alami),

) Konflik moral (faktor moral),

) Pengalaman emosional keagamaan (faktor afektif).

(25)

c. Faktor-faktor yang seluruhnya atau timbul dari kebutuhan yang tidak terpenuhi, terutama kebutuhan-kebutuhan terhadap keamanan, cinta kasih,harga diri dan ancaman kematian.

d. Berbagai proses pemikiran verbal (faktor intelektual)

Beberapa hal yang dapat mempengaruhi religiusitas antara lain yaitu pengaruh pendidikan atau pengajaran dan berbagai tekanan sosial (factor sosial), pengalaman keagamaan, faktor yang tumbuh dari kebutuhan yang tidak terpenuhi (keamanan, cinta, kasih, harga diri, kematian), serta berbagai proses pemikiran verbal (faktor intelektual).

B. Peran Opini Media Meningkatkan Religiusitas Masyarakat. . Pengertian Peran

Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, peran adalah sesuatu yang jadi bagian atau yang memegang pimpinan yang terutama.10Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu.Bila yang diartikan dengan peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang dalam suatu status tertentu, maka perilaku peran adalah perilaku yang sesungguhnya dari orang yang melakukan peran tersebut, hakekatnya peran juga dapat dirumuskan sebagai suatu rangkaian perilaku tertentu yang ditimbulkan oleh suatu jabatan tertentu.

10

W.J.S. Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN Balai Pustaka, Jakarta, , h.

(26)

Peranan (role) merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status).Apabila seorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka hal itu berarti dia menjalankan suatu peran. Keduanya tidak dapat dipisahkan karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal itu sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan masyarakat kepadanya.11

Menurut Suhardono, bahwa peran menurut ilmu sosial berarti suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki suatu posisi dalam struktur sosial tertentu.12Dengan menduduki jabatan tertentu, seseorang dapat memainkan fungsinya karena posisi yang didudukinya tersebut.Artinya bahwa lebih memperlihatkan konotasi aktif dinamis dari fenomena peran. Seseorang dikatakan menjalankan peran manakala ia menjalankan hak dan kewajiban yang merupakan bagian tidak terpisah dari status yang disandangnya. Setiap status sosial terkait dengan satu atau lebih status sosial.13

11

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, , h. -

12 http://ariftetsuya.blogspot.co.id/ /pengertian-peran.html diakses tanggal

September

13

(27)

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa peran adalah suatu perilaku atau tindakan yang diharapkan oleh sekelompok orang dan/atau lingkungan untuk dilakukan oleh seseorang individu, kelompok, organisasi, badan atau lembaga yang karena status atau kedudukan yang dimiliki akan memberikan pengaruh pada sekelompok orang dan/atau lingkungan tersebut.

e. Pengertian Opini

stilah opinion yang diterjemahkan menjadi “opini” eh

Cutlip dan Center diartikan sebagai pengekspresian suatu sikap mengenai persoalan yang mengandung pertentangan.Opini juga diartikan sebagai pendapat atau pandangan tentang suatu persoalan.14 Ketika seseorang beropini terhadap suatu permasalahan yang sama akan menimbulkan penilaian yang berbeda, hal itu dikarenakan opini memiliki sifat subyektif yang artinya menurut pandangan sendiri-sendiri.

14

(28)

Sedangkan opini publik dapat dipergunakan untuk menandakan setiap pengumpulan pendapat yang dikemukakan individu-individu.Menurut Santoso Sastropoetro istilah opini publik sering digunakan untuk menunjuk kepada pendapat-pendapat kolektif dari sejumlah besar orang.15

secara etimologi opini publik adalah terjemahan dari bahasa Inggris yaitu public opinion. Sementara public opinion

berasal dari bahasa latin yaitu opinari dan publicus. Opinari mempunyai arti fikir atau menduga sedangkan publicus artinya adalah milik masyarakat luas.

Secara sederhana opini bisa diartikan pendapat.Tapi setidaknya ada sebuah ekspresi dari pendapat tersebut baik secara verbal maupun non verbal.Selama pendapat itu belum di ekspresikan maka saat itu pendapat itu adalah pendapat pribadi. Menurut Leonard W. Dood, suatu isu baru dikatakan sebagai opini publik setelah masyarakat mengungkapkannya.16

Berbeda dengan kerumunan, publik lebih merupakan kelompok yang tidak merupakan kesatuan. Interaksi terjadi secara tidak langsung melalui alat-alat komunikasi, seperti pembicaraan-pembicaraan pribadi berantai, melalui desas-desus, melalui surat

15

Santoso Sastropoetro, Pendapat Publik, Pendapat Umum, dan Pendapat Khalayak dalam Komunikasi Sosial, (Bandung: Remaja Rosdakarya, ), h.

16

Hafied Cangara, Komunikasi politik, Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarata: Raja Grafindo Persada, ),h.

(29)

kabar, radio, televisi dan film. Alat-alat penghubung ini memungkinkan “publik” mempunyai pengikut yang lebih luas dan lebih besar jumlahnya. Publik dapat didefinisikan sebagai sejumlah orang yang mempunyai minat, kepentingan, atau kegemaran yang sama.

Publik dimengerti sebagai bentuk koordinasi kolektif yang memiliki tiga hal, yaitu: pertama, identitas lebih kurang sama. Kedua, setuju atas diagnostik masalah (sebab, tanggung jawab, dan pemecahan).Ketiga, ikut terlibat untuk suatu upaya kolektif.Jadi, opini selalu kontekstual terkait dengan budaya dan dinamika perdebatan.17

Dalam hal ini, mengapa opini publik perlu diungkapkan. Karena selama tidak diungkapkan tidak akan terjalin sebuah komunikasi dan selamanya pendapat itu ada dalam diri

Sebenarnya antara sikap dan pernyataan mempunyai arti yang berbeda.Sikap ada dalam diri seseorang, sedangkan pernyataan merupakan keluar dari diri seseorang.Tapi ada kesinambungan antara sikap dan pernyataan dalam menghadapi suatu persoalan atau situasi tertentu.

17Haryatmoko, “Mengarahkan Opini Publik”,

(30)

Menurut Leonard W. Dood pendapat umum adalah sikap orang-orang mengenai sesuatu soal, dimana mereka merupakan anggota dari sebuah masyarakat yang sama.18

Menurut Dra. Djoenaesih S. Sunarjo, ciri-ciri opini itu adalah19: . Selalu diketahui dari pernyataan pernyataannya;

. Merupakan sintesa atau kesatuan dari banyak pendapat; . Mempunyai pendukung dalam jumlah besar

Dari pengertian dan pendapat ahli di atas dapat kita ambil bahwa opini media merupakan kekuatan saluran yang dimanfaatkan untuk mengendalikan arah dan memberikan dorongan terhadap perubahan opini sosial. Apa yang dikatakan pers hampir selalu dipercaya oleh publik. Begitu hebatnya pers, sehingga seandainya siang dikatakan pers malam pun, masyarakat terutama yang lugu akan mempercayainya.

f. Pengertian Media

Media adalah bentuk jamak dari medium yang berarti alat-alat perantara. Medium komunikasi atau proses penyampaian isi pernyataan (message) dari komunikator atau proses penyampaian umpan balik (feedback) dari komunikasismpai kepada komunikator Marshall McLuhan mengatakan : 20

18

Nikmah Hadiati S, Opini Publik, (Pasuruan: Lunar Jaya, ),h.

19Djonaesih S. Sunarjo, Opini Publik, (Yogyakarta : Liberty, ), h.

20

McLuhan menyatakan hal ini dalam Peter M. Sadam, David M. Rubin, David B. Sachman, Media: An Introductory Analysis Of American Mass Communication, United States of America, , hal. .

(31)

The medium is the message, purposely turning the title into a pun in order toemphasize that the real “message” of a medium is the way it pokes, jabs, and kneads its audienc-not what it says. Media are extennsions of one or more of the five senses. Face to face seach (the holdest of the media) extends all five senses. Print extands only the eyes, radio the ear.

Lebih lanjut McLuhan21 dalam buku Men Messages,, and Media, menjelaskan bahwa : Television and radio newspaper and magazine and filmare media.

Media massa dapat dbagi menurut karakternya, yaitu media massa non-periodik (misalnya poster, leaflet, bilboard dan lain-lain) dan media massa periodik (misalnya surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film). Dalam tulisan ini, penulis membatasi kajian dengan hanya membahas televisi sebagai media.

g. Fungsi Media Massa

Ada beberapa fungsi media massa yang dapat dicermati berikut ini.22

. Fungsi memberikan informasi. Media massa sebagai penyebar informasi bagi pembaca., pendengar, dan pemirsa. Khalayak selalu mencari informasi tentang hal-hal yang terjadi di sekitarnya. Sebagai informas diperoleh bukan lagi dari

21

Wibur Sharamn, Men, Messsages, And Media, New York; Harper Row Publishers,

(32)

sekolah.melankan dari televisi. Misalanya untuk mengeahui informasi lebih lanjut tentang hasil MOU aantara GAM-pemerintah Indobesia., khalayak menonton televisi. Dalam era globalisasi sekarang, media sangat selektif dalam menyampaikan informasi. Penekanan isu yang dilakukan sangat sangat ditentukan oleh media. Misalnya, pemberitaan tentang situasi di Indonesia tahun saat presiden Soeharto berhenti dar jabatannya, yang ditayangkan oleh media televisi adalah gambaran masyarakat indonesia yang menjarah di mal, demonstrasi,kekerasan, pemerkosaan, dan lain-lain. Oleh sebab itu, tergambar bahwa situasi ndonesia pada saat itu sangatmencekam, menakutkan dan tidk nyaman.

. Fungsi memberikan pendidikan dan membimbing. Mdia massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayak (mass education). Oleh karena itu, media massa menyajikan banyak hal yang sifatnya mendidik. Dalam semua situasi, nilai-nilai masyarakat diungkapkan secara tidak langsung, tetapi, divisualisasikan. Di era informasi dewasa ini, fungsi pendidikan sudah mulai mengalami pergeseran nilai dengan seringnya media televisi menayangkan acara yang tidak agi “mendidik”. Lihat saja contoh sinetron “Tukang Ojek Pengkolan”, dalam sinetron ini mengggambarkan tenang

(33)

pekerjaan sebagai tukang ojek dengan membawa penumpang yang tidak mengenal jenis kelamin, laki-laki atau perempuan. Rkrrjaan ini menggambarkn tentang berkhalawat dengan lawan jenis. Sedangkan dalam ajaran Islam, interaksi dengan lawan jenis (laki-laki dan perempuan) memilki batasan , begitu juga engan menaiki kendaraan dengan lawan jenis dalam ajaran Islam memiliki tata cara.

. Fungsi menghibur. Fungsi hiburan bagi sebuah media televisi menduduki posisi yang paling tinggi dibanding dengan fungsi-fungsi yang lain. , karena masyarakat masih menjadikan televisi sebagai media hiburan. Dalam persaingan media televisi, pengrlola media harus berusaha keras untuk menampilkan hiburan. Funfgsi penghibur ini bertujuan untuk mengurangi ketegangan pkiran khalayak. Dalam menampilkan hiburan ini, media juga sangat selekif untuk menampilkan acara yang dapat menghibur khalayak. Misalnya “Deacademi Indosiar”, para peserta dalam kontesan ini mengajak masyarakat untuk menhafal lagu-lagu yang tidak mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dan ditambah lagi dengan adanya campur baur serta pakaian yang tidak selayaknyauntuk dita,pilkan pada khalayak.

. Fungsi mempengaruhi khalayak. Fungsi sangat penting artinya karena dapat mempengaruhi bagi media televise

(34)

terdapat dalam iklan-iklan. Iklan menyampaikan informasi, tetapi juga sekaligus juga mempengaruhi bagi media televisi terdapat dalam iklan-iklan. Iklan menyampaikan informasi, tetapi sekaligus juga mempengaruhi khalayak. Misalnya iklan sabun “Garnier” seolah-olah jika menggunakan sabun muka tersebut, maka orang memiliki wajah yang putih dan cingklong. Media televise mengisahkan seorang perempuan cantik yang tadinya berwajah tidak lembut, kasar, kusam, tapi setelah menggunakan “Garnier” menjadi putih dan muulus. Ddemikian dengan pasta gigi colgate, setelah menggosok gigi dan berbicara, maka keluar bunga-bunga yang wangi. Dewasa ini, fungsi tersebutlah yang paling dominan kita lihat di media televise. Padahal, dalam realitnya tidaklah selalu demikian.

. Fungsi proses perkembangan mental. Manusia membutuhkan komunikasi dalam perkembangan mental yang ia peroleh bukan saja dari manusia, tetapi juga dari media, khususnya media televise.

. Fungsi adaptasi lingkungan. Adaptasi dengan lingkungan adalah penyesuaian diri kita kedalam lingkungan di mana kita berada. Setiap manusia berusaha untuk menyesuaikan diri dengan dunianya, juga menyesuaikan diri dengan dunianya.

(35)

Juga menyesuaikan diri untuk bertahan. Media televise dapat membantu dalam proses penyesuaian tersebut.

. Fungsi manipulasi lingkungan. Manipulasi di sini bukanlah diartikan sebagai sesuatu yang negative, tetapi dengan memanipulasi lingkungan, artinya berusaha untuk mempengaruhi. Setiap orang berupaya untuk saling mempengaruhi dunia dan orang-orang yang berada disekitarnya. Misalnya ketika terjadi krisis monter di Indonesia, media menayangkan bagaimana masyarakat Indonesia antre untuk mendapatkan beras murah di daerah tertentu. Atau ketika BBM langka, gambaran yang ditayangkan televisi adalah SPBU yang tutup, pembeli minyak tanah yang antre dan pedagang yang tutup dengan tumpukan jerigen di halaman warungnya.

Media televise sangat powerfull dalam mempengaruhi menembus karena memiliki karakter sebagai berikut:

. Audio –Visual, dengan lihat. Khalayak dapat melihat gambar dengan bergerak dan mendengar setiap pesan informasi yang disampaikan televise. Dengan demikian, orang yang tidak sekolah pun dapat menonton televisi. . Oleh karena sifatnya audio-visual, pesan atau informasi

(36)

Pemirsa padaumumnya merasa terpenuhi keingintahuanya apabila setiap berita televise dilengkapi dengan gambar. Apalagi jika kualitas pengambilan gambar bagus, seolah-olah pemirsa langsung melihat peristiwa tersebut.

. Berpikir dalam gambar. Bagi seorang komunikator yang menyampaikan informasi, pendidikan atau hiburan, sebaiknya dapat melakukan berpikir dalam gambar melalui tahap:

a. Visualisasi, pengarah harus berusaha menunjukan objek-objek tertentu menjadi gambar yang jelas menyajikannya sedemikian rupa, sehingga mengandung suatu makna. Misalnya orang sedang sedih, tidak mungkin dengan wajah tertawa

b. Piktuarisasi, yaitu kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa sehingga kontinutisnya mengandung makna tertentu. Misalnya pros es menanam padi sampai panen.

Untuk itu perlu diperhatikan beberapa factor, antara lain faktor pemirsa, baik anak-anak, remaja atau orangtua. Kemudian faktor waktu, apakah ditayangkan pagi hari, siang hari, atau malam hari, atau prime time. Akhirnya factor durasi, yaitu

(37)

jumlah menit dalam setiap penayangan acara, misalnya menit, menit, dan lain-lain.

h. Hipodermic Needle Theory (Teori Peluru)

Hypodermic Needle Theory memiliki arti bahwa apa yang disajikan media massa (koran, televisi dan online) secara langsung atau kuat memberi rangsangan pada diri audience.

Audience, anggota dari masyarakat dianggap mempunyai ciri khusus dan tidak mempunyai sedikit kontrol. Dengan kata lain, tidak ada campur tangan di antara pesan yang disampaikan dengan penerima. Artinya, pesan yang sangat jelas dan sederhana akan jelas dan sederhana pula direspon oleh masyarakat. Jadi, antara penerima dengan pesan yang disebarkan oleh pengirim tidak ada perantara dan tidak ada umpan balik dari penerimanya.23

Media masa muncul untuk meyakinkan tingkah laku, nilai, maksud pengirim adalah kepentingan lebih besar dari pada penerima.24 Sampai tahun -an dan -an, umumnya apa yang disajikan media masa secara langsung atau kuat memberi rangsangan atau berdampak kuat pada diri audience.

23Nurudin. .

Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Rajawali Pers

(38)

Dalam literature komunikasi ini sering disebut dengan istilah teori jarum hipodermik (hipodermik needle theory) atau teori peluru.Teori ini lebih didasarkan pada intitusi dari pada bukti ilmiah.Teori ini di samping mempunyai pengaruh yang kuat juga mengasumsikan bahwa para pengelola media dianggap sebagai orang lebih pintar dari audience.Akibatnya audience disuntikan kedalam ketidaksadaran audience.25

Model jarum suntik pada dasarnya adalah aliran satu tahap (one step flow).Yaitu media langsung pada khalayak sebagai mass audience. Model ini mengasumsikan media massa secara langsung, cepat, dan mempunyai efek yang amat kuat mass audience. Media masa kini sepadan dengan teori Stimulus-Response (S-R) yang mekanisis dan sering digunakan pada penelitian psikologi antara tahun dan .Teori S-R mengajarkan, setiap stimulus akar menghasilkan respons secara spontan dan dan otomatis secara seperti gerak refleks. Seperti bila tangan kita terkena percikan api (S) maka secara spontan, otomatis dan reflektif kita akan menyatakan taaangan kita (R) sebagai tanggapan yang berupa gerakan menghindar. Tanggapan di dalam contoh tersebut sangan mekanistis dan otomatis, tanpa menenggu perintah dari otak.

(39)

Teori peluru atau jarum hipodermik mengasumsikan bahwa media memiliki kekuatan yang sangat perkasa dan komunikan dianggap pasif atau tidak tahu apa-apa.Teori ini

mengasumsikan bahwa seorang komunikator dapat

menenmbakkan peluru komunikasi yang begitu ajaib kepada khalayak yang tidak berdaya (pasif).

Elihu Katz bukunya “The Diffusion of new ideas and practices” menunjukan aspek-aspek yang menarik dari model hipodermik ini :

a. Media massa memiliki kekuatan yang luar biasa, sanggup menginjeksikan secara mendalam ide-ide kedalam benak orang yang tidak berdaya (the all powerfull media are able to impress ideas on defenseless minds).

b. Mass audience dianggap seperti atom-atom yang atau terpisah atau sam lain, tidak saling berhubungan dan hanya berhubungan dengan media massa kalau individu-individu dalam mass audience mempunyai pendapat yang sama dalam suatu persoalan , hal ini bukan karena mereka berhubungan atau berkomunikasi satu dengan yang lain, melainkan karena mereka memperoleh pesan-pesan yang sama dari suatu media.

(40)

Kehadiran media massa telah mendatangkan perubahan-perubahan bagi masyarakat yang terjangkau oleh kekuatan media massa. Terpaan media massa tampak di dalam kehidupan sehari-sehari seperti nilai-nilai yang timbul sebagai akibat keterpaan media massa tadi, serta timbulnya produksi massa yang cenderung menunjukan suatu kebudayaan massa.

. Pengertian Opini

Istilah opinion yang diterjemahkan menjadi “opini”

didefinisikan oleh Cutlip dan Center diartikan sebagai pengekspresian suatu sikap mengenai persoalan yang mengandung pertentangan.Opini juga diartikan sebagai pendapat atau pandangan tentang suatu persoalan.26 Ketika seseorang beropini terhadap suatu permasalahan yang sama akan menimbulkan penilaian yang berbeda, hal itu dikarenakan opini memiliki sifat subyektif yang artinya menurut pandangan sendiri-sendiri.

26

(41)

Sedangkan opini publik dapat dipergunakan untuk menandakan setiap pengumpulan pendapat yang dikemukakan individu-individu.Menurut Santoso Sastropoetro istilah opini publik sering digunakan untuk menunjuk kepada pendapat-pendapat kolektif dari sejumlah besar orang.27

Secara etimologi opini publik adalah terjemahan dari bahasa Inggris yaitu public opinion. Sementara public opinion

berasal dari bahasa latin yaitu opinari dan publicus. Opinari mempunyai arti fikir atau menduga sedangkan publicus artinya adalah milik masyarakat luas.

Secara sederhana opini bisa diartikan pendapat.Tapi setidaknya ada sebuah ekspresi dari pendapat tersebut baik secara verbal maupun non verbal.Selama pendapat itu belum di ekspresikan maka saat itu pendapat itu adalah pendapat pribadi. Menurut Leonard W. Dood, suatu isu baru dikatakan sebagai opini publik setelah masyarakat mengungkapkannya.28

Berbeda dengan kerumunan, publik lebih merupakan kelompok yang tidak merupakan kesatuan. Interaksi terjadi secara tidak langsung melalui alat-alat komunikasi, seperti pembicaraan-pembicaraan pribadi berantai, melalui desas-desus, melalui surat

27

Santoso Sastropoetro, Pendapat Publik, Pendapat Umum, dan Pendapat Khalayak dalam Komunikasi Sosial, (Bandung: Remaja Rosdakarya, ), h.

28

Hafied Cangara, Komunikasi politik, Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarata: Raja Grafindo Persada, ),h.

(42)

kabar, radio, televisi dan film. Alat-alat penghubung ini memungkinkan “publik” mempunyai pengikut yang lebih luas dan lebih besar jumlahnya. Publik dapat didefinisikan sebagai sejumlah orang yang mempunyai minat, kepentingan, atau kegemaran yang sama.

Publik dimengerti sebagai bentuk koordinasi kolektif yang memiliki tiga hal, yaitu: pertama, identitas lebih kurang sama. Kedua, setuju atas diagnostik masalah (sebab, tanggung jawab, dan pemecahan).Ketiga, ikut terlibat untuk suatu upaya kolektif.Jadi, opini selalu kontekstual terkait dengan budaya dan dinamika perdebatan.29. Dalam hal ini, mengapa opini publik perlu diungkapkan. Karena selama tidak diungkapkan tidak akan terjalin sebuah komunikasi dan selamanya pendapat itu ada dalam diri.

Sebenarnya antara sikap dan pernyataan mempunyai arti yang berbeda.Sikap ada dalam diri seseorang, sedangkan pernyataan merupakan keluar dari diri seseorang.Tapi ada kesinambungan antara sikap dan pernyataan dalam menghadapi suatu persoalan atau situasi tertentu.

Menurut Leonard W. Dood pendapat umum adalah sikap orang-orang mengenai sesuatu soal, dimana mereka merupakan anggota dari sebuah masyarakat yang sama.30

29Haryatmoko, “Mengarahkan Opini Publik”,

kliping harian Kompas, Februari

30

(43)

Menurut Dra. Djoenaesih S. Sunarjo, ciri-ciri opini itu adalah31: a. Selalu diketahui dari pernyataan pernyataannya;

b. Merupakan sintesa atau kesatuan dari banyak pendapat;

c. Mempunyai pendukung dalam jumlah besar

Dari pengertian dan pendapat ahli di atas dapat kita ambil bahwa opini media merupakan kekuatan saluran yang dimanfaatkan untuk mengendalikan arah dan memberikan dorongan terhadap perubahan opini sosial. Apa yang dikatakan pers hampir selalu dipercaya oleh publik. Begitu hebatnya pers, sehingga seandainya siang dikatakan pers malam pun, masyarakat terutama yang lugu akan mempercayainya.

. Opini Siaran Islam Meningkatkan Religiusitas Masyarakat

Siaran merupakan pesan atau rangkaian pesan dalam bentuk suara gambar, atau suara atau gambar atau berbentu grafis, karakter, baik yang bersifat interaktif maupun tidak yang dapat diterima melalui perangkatyang diterima siaran.

(44)

Tujuan penyiaran sebagai sebuah institusi adalah menyebarluaskaninformasi, mempengaruhi, menghibur, mendidik, bagi membimbing tindakan atauperilaku individu sebagai anggota suatu kelompok, masyarakat, atau membimbingcara-cara bagi setiap individu memenuhi kebutuhan mereka.32

Mengenai istilah penyiaran, media massa atau wasa‟il

i‟lam masih baru dalam fenomena kehidupan umat Islam, tetapi sejarah penggunaan media bagi menyampaikan pesan Islam mempunyai sandaran yang cukup kuat. Islam amat mementingkan ilmu agar dikuasai oleh setiap individu muslim sehingga membentuk masyarakat yang kaya informasi. Perkataan rasala

(utusan/nabi), naba’ (khabar) dan sebagainya yang termaktub

dalam al-Quran dan al-Sunnah

menggambarkan betapa pentingnya aktivitas penyebaran dalam ajaran Islam. Jadi, dari pengertian dan tujuan siaran diatas dapat disimpulkan bahwa opini siaran Islam adalah “cara yang digunakan untuk menyebarkan pesan-pesan keislaman (berdasarkan al-Quran dan al-Sunnah) yang disampaikan komunikator kepada komunikan. ”Dalam penyiaran Islam, perlulah menepati falsafah penyiaran Islam dan masyarakat (Islamic Triangular Relationship). Yaitu, segala proses penerbitan produk media dari soal perancangan hingga output yang dihasilkan dan

32

Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, (Jakarta: Kencana Predana Media Group, ), h. .

(45)

disampaikan kepada khalayak mestilah mengacu pada ketakwaan kepada Allah dengan mematuhi syariat Islam. Penyiaran Islam atau siaran Islam tidak harus mengandung “nama” siaran yang ada kaitannya dengan Islam.Suatu media cukup berlandaskan falsafah keislaman saja. Islam dengan misi mambawa kesejahteraan kepada seluruh manusia sangat menekankan pesan yang dikandungnya untuk disebarkan seluas mungkin dengan cara menarik. Penyiaran merupakan perantara yang perlu dimanfaat untuk tujuan tersebut. Walaupun TV, radio atau surat kabar bukan diciptakan oleh orang Islam, tetapi kita perlu memanfaatkan sebagai media dakwah. Dan dengan peran siaran Islam membentuk opini public dan mempengaruhi persepsi serta tingkah laku yang membentuk religiusitas di tengah-tengah masyarakat.Terlebih di tengah derasnya arus informasi siaran yang sangat relefan dijadikan saranan untuk memebentuk suatu opini memebentuk sikap dan perilak religiusitas bagi masyarakat.

(46)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan ini ketika kita ingin mencapai sesuatu yang dicita-citakan. Sebagaiman pengertian metedologi yang terdapat dalam kamus besar bahasa Indonesia yaitu “Cara yang terartur yang digunakan untuk melakukan suatu pekerjaan agar tercapai sesuatu dengan yang dikehendaki, atau cara cara kerja yang berisistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.33

Sedangkan pengertian metedologi menurut Prantato dan Al Barry adalah “cara yang terartur dan sistimatis untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan”.34

Penelitian merupakan suatu kegiatan untuk mencari data sebagaimana yang diungkapkan Sudikan (dalam Bungin (a) : ) metode yaitu “ salah satu kegiatan rangkaian ilmiah baik untuk keperluan mengumpulkan data ataupun untuk menarik kesimpulan dari gejala-gejala tertentu”.

33

Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar….h. .

34

A Pius Partano, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya : CV Arkola, ), h. .

(47)

Senada dengan pengertian yang diungkapkan oleh Sudikan, David H. Penny dalam Narbuko dan Achmadi menyebutkan bahwa penelitian adalah “pemikiran yang sistimatis mengenai berbagai jenis masalah yang pemecehanhannya memerlukan pengumpulan dan penafsiran fakta-fakta”.35

Metodolgi penenlitian akan lebih baik jika disesuaikan dengan subjek/objek penelitian. Metodologi yang tidak tepat dalam melakukan penelitian akan menimbulkan kerancauan yang pada akhirnya menyebabkan hasil penelitian tidak valid dan tidak bias dipertanggungjawabkan. Sebagai ilustrasi untuk menggambarkan metode penelitian yang tidak tepat dalam melakukan penelitian adalah seperti orang yang menebang pohon kayu jati dengan menggunakan pisau lipat atau orang yang memotong bika Ambon dengan menggunakan kapak.

A. Metode Penelitian

Menentukan jenis penelitian sebelum terjun ke lapangan adalah sangat signifikan, sebab jenis penelitian merupakan payung yang akan digunakan sebagai dasar utama pelaksanaan riset. Oleh karenanya penentuan jenis penelitian didasarkan pada pilihan tepat akan berimplikasi pada keseluruhannya perjalan riset.36

35Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian ( Jakarta : Bumi Aksara, ), h. . 36

(48)

Dilihat dari jenisnya, penelitian ini adalah Fileld Research (penelitian lapangan), yang mana penelitian ini menitikberatkan pada hasil pengumpulan data dari informan yang telah ditentukan37 antara lain

a. Objek Penelitian, dalam penelitian objek yang peneliti untuk memenuhi data penelitian. Peneliti melakukan objek pada pemuda. b. Subjek Penelitian, pada subjek penelitian ini peneliti melakukan

penelitian di desa Belanpunranga Kecematan Parangloe Kabubaten Gowa.

B. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif adalah suatu pendekatan dalam meneliti status kelompok manusia, obyek suatu kondisi.Suatu sistem pemikiran ataupunsuatu kelas peristiwa pada masa sekarang.Sedangkan kualitatif menurut Bogdan dan Takyor adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan lisan dari orang dan perilaku yang diamati.38

Jadi pendekatan deskriptif kualitatif adalah suatu pendekatan yang menggambarkan keadaan suatu status fenomena yang terjadi dengan kata-kata atau kalimat, kemudian dipisah-pisahkan menurut

37

Lexi J. Meleong, Metedologi Penelitian Kualitatif (PT Rosda Karya, ), h. .

38

(49)

kategori untuk mendapatkan kesimpulan.Sedangkan Soejorno Soekanto berpendapat bahwa penelitian deskriptif kualitatif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselediki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan suatu suatu subjek atau objek panel (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) kemudian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagai objek.39

C. Fokus dan Deskripsi Fokus Penelitian . Fokus Penelitian

Fokus penelitian merupakan pokok pembahasan yang sangat menentukan dalam penelitian Deskriptif Kualitatif.Fokus penelitian berisi pokok masalah yang masih bersifat umum.Penentuan fokus pada penelitian ini lebih didasarkan pada Peran Opini Siaran Islam Dalam Meningkatkan Religiusitas Masyarakat Desa Belanpunranga Tulip Kecematan Parangloe Kabupaten Gowa.Studi ini menitik beratkan bagaimana Peran Opini Siaran Islam dalam Meningkatkan Religiusitas Masyarakat.Fokus juga dapat diartikan sebagai domain tunggal atau beberapa domain yang terkait dengan situasi social. Fokus penelitian adalah penelitian apa yang menjadi titik perhatian atau peneltian.

39

(50)

Fokus merupakan bagian penting dari suatu penelitian, karena merupakan objek penelitian atau menjadi titik perhatian penelitian. Sesuai dengan judul dan rumusan penelitian ini maka yang menjadi fokus penelitian adalah Peran Opini Siaran Islam Dalam Meningkat Religiusitas Masyarakat Desa Belanpunranga Kecematan Parangloe Kabupaten Gowa.

. Deskripsi Fakus Penelitian

Deskripsi fokus penelitian dimaksud untuk membatasi ruang lingkup yanga telah diteliti agar tedak terjadi salah penafsiran adalah peneliti dan untuk pengukuran dan pengamatan terhadap varable yang bersangkutan serta pengembangan instrument. Dalam rangka memberikan pemahaman yang lebih jauh dan menghindari kesalahan dalam pengertian maka peneliti menguraikan deskrisi fokus penelitian sebagai berikut :

a. Peran-peran dalam penelitian ini adalah suatu usaha untuk merncapai suatu tujuan untuk mencapai suatu sasaran dengan melihat kemampuan pesan dan informasi siara Islam dalam meningkatkan religiusitas masyarakat Desa Belapunranga Kecematan Perangloe Kabupaten Gowa.

b. Opini dalam penelitian ini peneliti ingin memberikan suatu pemahaman tentang pentingnya suatu opini dalam suatu media (Televisi) dalam memahamkan suatu pesan dan

(51)

informasi di tengah-tengah masyarakat terutama dalam penelitian ini menunjukan pada Desa Belapunranga Kecematan Parangloe Kabupaten Gowa. Misalnya, opini siara yang ditayang dalam penelevisian tentang acara-acara religi yang ditayangkan melaui media televisi, misalnya Mama dan A’a, Islam itu Indah dan lain sebagainya. Dari contoh opini media siara ini merupakan sember informasi untuk membentuk suatu pemahaman dan perilaku ditengah-tengah masyarakat terutama perilaku masyarakat (remaja) Desa Belapunranga Kecematan Parangloe Kabupaten Gowa.

c. Religiusitas dengan adanya opini siara yang berbasis Islam yang disarkan pada media (Televisi) maka masyarakat pada Desa Belapunranga Kecematan Parangloe Kabupaten Gowa

akan membentuk suatu opini/pemahaman yang

meningkatkan suatu sikap dan perilaku di tengah-tengah masyarakat yaitu sikap yang religiusitas.

d. Masyarakat dengan pembentukan suatu opini siaran Islam sarana pada media (Televisi) maka terbentuk suatu masyarakat yang dimana peraturan-peraturan dalam kehudupan mera sesui dengan apa yang telah ditentukan syariat Islam.

(52)

D. Sumber Data

Sumber data prime adalah sember data yang langsung memberikan data kepada pengumpulan data. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah hasil wawancara dengan masyarakat dan remaja Desa Belapunranga Kecematan Parangloe Kabupaten Gowa tentang peran. “Peran Opini Siara Islam dalam Meningkatkan Religiusitas Masyarakat Desa Belapunranga Kecematan Parangloe Kabupaten Gowa”. Sumber sekunder dalam penelitian ini adalah dokumentasi dari yang didapatkan pada masyarakat Desa Belapunranga Kecematan Parangloe Kabupaten Gowa.

Dalam penelitian studi kasus, peneliti membutukan protokol studi kasu demi menanjang berjalanya penelitian secara akurat dan optimal. Protokol ini merupakan cara untuk meningkatkan releabilitas penelitian studi kasus dan membimbing peneliti itu sendiri untuk fokus terhadap hal-hal yang perlu untuk ditelah, diamati dan diteliti. Dengan memiliki protokol studi kasus ini peneliti akan memiliki gambaran secara jelas tentang pertayaan penelitian, cara-cara jawab pertayaan penelitian dan juga menjadi lembar cek apakah data sudah mencukupi atau belum.

. Peneliti

Dalam penelitian Deskriptif kualitatif, peneliti merupakan instrumen kunci dari penelitian. Oleh karena itu, validitas dalam metode inibanyak bergantung pada kemampuan, keterampilan, serta

(53)

kecermatan peneliti yang melakukan penelitian baik melaui studi pustaka maupun melaui pengamatan dan wawancara.

Peneliti memiliki pesan yang sangat vital dalam penelitian ini, karna data dan informasi yang dikumpulkan, kejadian yang diamati, realitas yang dibangun serta analisis dan semuanya melaui mata, telinga, dan pemkiran. Maka untuk mencegah terjadinya biar diri hasil peneliti, akan melakukan validitas untuk menjamin keabsahan data yang diperoleh oleh peneliti40

. Protokol Observasi

Protokol Observasi perlu mengandung hal-hal yang perlun diperhatikan selama observasi, yaitu :

a. Peneliti mendapat akses untuk mewawancarai informasi. b. Bahan-bahan utama penunjangb observasi lapangan seperti :

kertas, pensil, klip lembar protokol observasi

c. Peneliti perlu memperhatikan tempat-tempat dilaksanakanya wawancara. Tempat yang dipilih merupakan tempat terjadinya fenomena atau kejadian yang ingin diteliti. Dalam hal ini, peneliti akan melakukan pengamatan di Desa Belapunranga Kecematan Perangloe Kabupaten Gowa.

40

Maliln Licthman, Qualitative Research in Educatio a User’s Guride (Amerika: Sage Publication, ). h. - .

(54)

d. Membuat jadwal-jadwal yang jelas untuk mengumpulan data.41

. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara dalam penelitian ini bukanlah dafta pertanyaan baku yang akan diajukan oleh peneliti kepada informasi, melainkan dafta tema dan topik yang akan didiskusikan bersama informan. Pertayaan terbuka ini akan memungkinkan peneliti untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya sesuai dengan kebutuhan peneliti. Aspek yang akan ditulis dalam pedoman wawancara adalah sebagai berikut:

a. Informasi biografi, demografi, dan pribadi informan. Untuk menjamin keamanan dan keyamanan informan, peneliti, menjamin kerasiaan informasi tersebut dan informasi pribadi ni akan peneliti kondifikasi.

b. Topik tema dan topik besar yang akan peneliti diskusikan bersama informan

c. Jenis-jenis pertayaan yaitu: C . Pemgetahuan

C . Opini C . Perasaan C. . Pengalaman

(55)

d. Fleksibilitas. Karena pertanyaan dalam wawancara ini semi terstruktur dan terbuka, maka akan mungkin akan muncul pertanyaan diatas, maka peneliti akan tetap merekam dan mencatatnya sesuai dengan kategori dan tipe pertanyaan dilontarkan.42

G. Teknik Pengumpulan Data

Ada dua cara atau teknik yang peneliti gunakan dalam mengumpulkan data di lapangan, yaitu pengamatan/observasi dan wawancara.43

. Pengamatan/observasi

secara sederhana pengamatan/observasidapat diartikan sebagai proses melihat situasi penelitian, dalam penelitian ini adalah pengamatan yang dilakukan fenomena permasalahan pada masyarakat desa Tulip Duo Kecematan Barajo yang dimana mereka merupakan korban dalam menggunakan media masa pada saat yang menayangkan tidak sesuai dengan fungsi yang sebagaiman fungsinya sebagai media. Pengamatan adalah teknik pengumpulan data dimana seorang penelitian melakukan pengamatan pada masyarakat yang menjadi objeknya.

42 Marlyn Lichtman, Op. Cip. H. .

43

Consevelo G Sevila, Pengantar Metode Penelitian. Tery Alirumuddin Tuwu (Jakarta: Universitas Indonesia ), h.

(56)

Menrut Guba dan Lincoln dalam moleong, ada beberapa alasan mengapa metode pengamatan/observasi dimanfaatkan:

a. Teknik observasi ini didasarkan atas pengalaman secara langsung, karena pengalaman secara langsung merupakan alat yang ampuhuntuk mengetes suatu kebenara. Ini dilakukan jika data yang diperoleh kurang meyakinkan.

b. Teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjdi pada keadaan sebenarnya.

c. Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengamatan propesional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data.

d. Sering terjadi ada keraguan pada peneliti, jangan-jangan ada data yang dijaringannya “menceng” atau “bias”. Kemungkinan meceng itu terjadi karena kurang dapat mengingat peristiwa atau hasil yang diwawancara dan di amati, ataupun karena reaksi peneliti yang emosional pada sesuatu saat. Jalan yang terbaik untu mengecek kepercayaan data tersebut ialah dengan jalan memanfaatkan pengamatan/observasi.

e. Teknik pengamatan/observasi memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit dan untuk perilaku yang kompleks.

(57)

f. Dalam kasus-kasus tertentu di mana teknik komunikasi lainnnya tidak dimungkinkan, pengamatan/observasi dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat.

Dari beberapa alasan yang diungkapkan oleh Guba dan Lincoln di atas, maka semakin memantapkan peneliti untuk menggunakan pengamatan/observasi dalam penelitian ini.Melalui pengamatan ini, peneliti mencoba melihat fenomena yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, yang dimana dalam memanfaatkan media ini mereka tidak benar-benar memahami fungsi dari media itu sendiri.Atau mereka merupakan hasil dari ketiak tahuan mereka dan mereka hanya ikut-ikuttan karena media siaran yang begitu gincar di tengah-tengah masyrakat.

Observasi pengamatan ini peneliti lakukan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang keadaan yang sebenarnya, sebagaimana yang dikatakan Nasution, observasi bertujuan : “ . Untuk memperoleh informasi tentang kelakuan manusia seperti terjadi dalam kenyataan. . Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelastentang kehidupan social yang sukar diperoleh dengan metode lain.”44

44

S. Nasution. Metode Research Penelitian Ilmiah, (Bandung : Jermais, ), h. .

(58)

. Wawancara

Metode wawancara peneliti gunakan dalam

mengumpulkan data di lapangan adalah dengan

wawancara.Devito mengatakan bahwa “wawancara adalah bentuk khusus komunikasi antarpribadi.”45

Surakhmad menyebutkan bahwa wawancara adalah “teknik komunikasi langsung, yakni peneliti mengumpulkan data dengan jalan mengadakan komunikasi langsung dengan subjek penelitian baik dalam situasi yang sebenarnya ataupun dalam situasi buatan.”46

Dari pengertian wawancara di atas, dapat diambil satu konluksi wawancara adalah komunikasib antara dua oreang atau lebih untuk mendapatkan informasi dalam rangka mencari solusi terhadap suatu masalah yang terjadi secara langsung atau tatap muka.

Dalam pedoman topik wawancara ini akan tercantum dalam pesoman wawancara yang peneliti untuk melakukan wawancara yang mendalam dan terarah. Selainterdapat topik wawancara, prosedur dan kebutuhan dalam wawancara juga tercantum dalam

45

Joseph A Devito. Komunikasi Antar Mansusia, Alih Bahasa Agus Maulana (Jakarta : Provesional Boos ), h. .

46

Winarno Surakhmad. Pengantar Penelitian Ilmiah (Bandung : Tarsito ), h. .

(59)

perdoman wawancara agar peneliti dapat memastikan berjalan optimal sesuai dengan direncanakan.

Informal yang akan peneliti wawancara terbagi menjadi dua, yaitu informan pelaku dan informan pengamat. Informan pelaku adalah orang-orang yang memberikan keterangan langsung akan dirinya, perbuatannya, sikapnya, dan interpretasinya akan suatu fenomena yang terjadi, sedangkan informan pengamat adalah orang-orang yang menjadi saksi akan suatu kondisi atau memberikan informasi dari hasil pengamatan dan pengetahuannya.47 Informan pelaku penelitian ini adalah. a. Masyarakat

b. Meleneal c. Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang mengandung arti barang-barang tertulis.48dari pengetian ini dapat disimpulkan bahwa dokumentasi merupakan mengumpulan data-data yang diperlukan dalam penelitian dengan tujuan untuk menelah secara intens sehingga dapat mendukung dan menambah digubakan dalam penelitian ini berupa : catatan, dan rekaman. Metode dokumentasi untuk mencermati pesan opini siara Islam dalam Meningkatkan

47

Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif Sebuah Upaya Mendukung Pengetahuan Penelitian Kualitatif di Sipli Ilmu, (Depok: PT Raja Grafindo, ) Cet. Ke. h. .

Referensi

Dokumen terkait

Kisah diatas merupakan metode menyampaian metode akhlak dan akidah tersebut. Sikap Bani Isra‟il terhadap Musa sepatutnya jangan ditiru, karena ia merupakan sikap atau

Penanganan Kenakalan Remaja Dusun Tanggulangin Kabupaten Kendal. Dakwah merupakan ajakan, seruan, pangggilan, bujukan, kepada kebaikan, sesuai dengan fitrah manusia, sekaligus

Bengkulu Selat an Dinas Pekerjaan

Selaku Direktur Pascasarjana Universitas Udayana, saya berharap makalah-makalah yang disajikan dan dikompilasi dalam prosiding dapat menambah wawasan Ibu/Bapak sekalian

Penelitian [4] melakukan deteksi wajah dan mata menggunakan Haarcascade Classifier [5][6][7], area hasil deteksi mata dijadikan Region of Interest (ROI) deteksi kedip yang

Persiapan lahan yang dilakukan oleh petani responden agar drainase baik dan lahan siap tanam meliputi pengolahan tanah, penambahan bahan organik yang berasal dari pupuk

Guru-guru terutama dalam bidang teknikal perlu membuat hubungan yang jelas antara pengetahuan yang diperoleh dengan elemen pengajaran terutama penerapan elemen KBAT dalam

Ningsukma Hakiim (2016) Pengaruh Internal Capital Adequency Ratio (CAR), Financing To Deposit Ratio (FDR), dan Biaya Operasional Per Pendapatan Operasional (BOPO) dalam