• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELATIHAN MENGEMBANGKAN MEDIA DAN SUMBER BELAJAR PARA GURU-GURU PPKN SMKN 1 SUKASADA KABUPATEN BULELENG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELATIHAN MENGEMBANGKAN MEDIA DAN SUMBER BELAJAR PARA GURU-GURU PPKN SMKN 1 SUKASADA KABUPATEN BULELENG"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PELATIHAN MENGEMBANGKAN MEDIA DAN SUMBER BELAJAR

PARA GURU-GURU PPKN

SMKN 1 SUKASADA KABUPATEN BULELENG

I Nyoman Natajaya1, I Wayan Kertih2, Wayan Mahardika Prasetya W.3

1Jurusan Administrasi Pendidikan Pascasarjana UNDIKSHA, 2Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Pascasarjana

UNDIKSHA, 3Jurusan Teknologi Industri FTK UNDIKSHA

E-mail: nyoman.natajaya@undiksha.ac.id

ABSTRACT

This Community Service (PkM) aimsat improving the insight and skills of teachers in PPKn subjects in developing Media based on community empowerment as a learning resource according to the demands of the 2013 Curriculum.The target audience for this PkM is PPKn Teachers at SMKN 1 Sukasada. This PkM activity begins with conducting a situation analysis of the real conditions of PPKn learning. The framework for problem-solving isconducted through activities: workshops, training, simulations and mentoring. To measure the level of success of the entire series of activities, an evaluation is conducted on the range of processes and the end of the activity. The results of PkM activities were expected to increase teachers' insights and skills in developing media based on community empowerment as a learning resource according to the demands of the 2013 Curriculum.

Keywords: PPKn Learning Tools, PPKn, PPKn Learning Media

ABSTRAK

Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) ini bertjuan untuk meningkatkan wawasan dan keterampilan guru-guru mata pelajaran PPKn dalam mengembangkan Media Pembelajaran yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat sebagai sumber belajar. Khalayak sasaran PkM ini adalah Guru-Guru PPKn di SMKN 1 Sukasada. Kegiatan PkM ini diawali dengan melakukan kegiatan analisis situasi terhadap kondisi riil pembelajaran PPKn. Kerangka pemecahan masalah dilakukan melalui kegiatan: workshop, pelatihan, simulasi dan pendampingan. Untuk mengukur tingkat keberhasilan dari keseluruhan rangkaian kegiatan tersebut, dilakukan evaluasi pada rentang proses dan akhir kegiatan. Hasil kegiatan PkM ini: 1) pelatihan ini telah dapat meningakatkan pengetahuna guru tentang substasi, visi, misi, tujuan PPKn, pengetahuan tentang sumber, median dan bahan ajar; 2) pelatihan ini dapat meningkatkan wawasan dan keterampilan guru dalam mengembangkan media pembelajaran yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat sebagai sumber belajar.

Kata Kunci: Media Pembelajaran PPKn, Sumber Belajar

PENDAHULUAN

Kurikulum 2013 memiliki karakteristik yang berbeda dengan kurikulum sebelumnya yangmewajibkan adanya kegiatan-kegiatan mengamati, menanya, mencipta sampai menyajikan/ mempresentasikan karyanya tersebut harus diterjadikan hingga pada akhirnya menjadi kompetensi oleh peserta didik. Karakteristik lain yang juga menjadi ciri Kurikulum 2013 adalah dimungkinkannya guru mengembangkan atau memasukkan unsur-unsur penting kehidupan masyarakat sebagai suplemen materi pembelajaran (Jarolimek & Foster, 1989 dan Schuncke,

1988; Kertih dan Iyus A.H., 2018; Sriartha dan Kertih, 2019).

Dengan karakteristik yang demikian itu, maka penerapan Kurikuum 2013, menuntut

kemampuan guru untuk dapat

mengembangkan pembelajaran yang Powerful. Dalam arti: bemakna, berbasis nilai, terpadu dan menantang. Untuk mewujudkan pembelajaran yang powerful dan pencapaian kompotensi sebagaimana yang diharapkan Kurikulum 2013 tersebut, dituntu kemampuan guru untuk mengembangkan materi dan media pembelajaran, memilih dan mengembangkan strategi pembelajaran, melaksanakan dan mengembangkan alat evaluasi, serta memilih

(2)

atau mencari sumber-sumber belajar yang relevan. Keseluruhan komponen tersebut merupakan perangkat pembelajaran yang wajib dikembangkan guru dalam implementasi Kurikulum 2013. Sayangnya, hingga saat ini kemampuan para guru, khususnya Guru-Guru PPKn di SMKN 1 Sukasada mengembangkan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013 tampaknya masih belum oftimal. Hal ini terutama tampak pada

pengembangan materi dan media

pembelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Guru PPKn di SMK Negeri 1 Sukasada, terungkap bahwa mereka masih mengalami kesulitan dalam mengembangkan materi pembelajaran melalui pemberdayaan masyarakat sebagai sumber belajar. Mereka mengakui bahwa

wawasan dan kemampuannya

mengembangkan pembelajaran PPKn sebagaimana yang diharapkan dalam Kurikulum 2013 masih sangat terbatas. Mereka masih memerlukan adanya kegiatan yang memungkinkan mereka untuk memperoleh wawasan dan kemampuan yang optimal dalam melaksanakan tugas atau profesinya secara profesional sebagai Guru PPKn. Karena masih terbatasnya wawasan dan kemampuan guru-guru dalam pengembangan gagasan-gagasan seperti ini, lebih-lebih dalam praktik pembelajaran PPKn di SMKN 1 Sukasada, maka kegiatan Pengabdian pada Masyarakat (PkM) ini mejadi sangat penting untuk dilakukan.

Berdasarkan latar belakang dan analisis situasi di atas, dapat dikatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran PPKn di SMKN 1 Sukasada Kabupaten Buleleng belum oftimal sesuai visi, misi, dan tujuannya. Ada beberapa ciri sebagai indikator yang menunjukkan hal tersebut, sebagai berikut.

Pertama, pembelajaran mata pelajaran PPKn di kelas sesuai dengan tujuan-tujuan pembelajaran yang dikembangkan masih

dominan menggunakan pendekatan

ekspositori, yang, dengan demikian, dominasi guru dalam hubungan proses belajar mengajar

sangat tinggi. Di sini berlaku juga asumsi bahwa guru adalah sumber informasi utama dalam belajar. Walau siswa sebagian besar mampu untuk memiliki buku teks atau LKS sebagai sumber belajar, ada semacam keyakinan guru-guru bahwa siswa tidak bisa memahami sendiri isi atau materi buku sumber, jika tidak disertai penjelasan atau ceramah dari guru. Asumsi tersembunyi ini telah menciptakan iklim belajar bahwa siswa harus mendengarkan ceramah dari guru terlebih dahulu sebelum mereka belajar mandiri membaca catatan yang diberikan oleh guru, membaca buku teks, dan mengerjakan LKS. Tindakan pembelajaran seperti di atas tampaknya tidak bisa dipisahkan dari keyakinan psikologis guru-guru yang memandang bahwa siswa datang ke sekolah masih seperti kertas putih atau botol kosong. Mereka dianggap belum memiliki pengetahuan awal atau pengalaman tentang materi yang akan dibahas.

Kedua, pola interaksi sosial antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pembelajaran PPKn di sekolah atau kelas masih cenderung bersifat satu arah dari guru kepada siswa. Walau guru-guru telah mencoba untuk mengembangkan interaksi belajar mengajar lebih bersifat multiarah, proses interaksi secara keseluruhan tetap menunjukkan guru-guru masih menjadi pusat pengetahuan dan pusat kekuasaan. Jadi, dalam hubungan guru dan siswa, guru masih memiliki dominasi kekuasaan yang tinggi. Lebih dari 85% waktu belajar masih didominasi oleh guru.

Ketiga, proses guru-guru PPKn memberikan pengalaman belajar sesuai dengan tujuan-tujuan belajar yang diformulasikan cenderung lebih berorientasi pada hasil atau produk belajar siswa dari pada menekankan keterampilan proses belajarnya. Dengan belajar seperti ini tampak guru memperlakukan siswa seperti mesin foto copy yang siap menggandakan informasi guru sesuai dengan keperluan (Sukadi, 2006). Dengan cara seperti ini guru berpikir dan berkeyakinan akan

(3)

memudahkan siswa dalam melakukan proses reproduksi pengetahuan atau informasi. Guru-guru juga berupaya menyusun informasi secara sistematis sesuai dengan sistematis susunan di dalam buku teks, karena dari sumber buku teks itu pula guru mengembangkan tujuan-tujuan belajar yang diformulasikan dalam bentuk pemenggalan bagian-bagian informasi yang utuh. Bagi guru, kebenaran dalam buku teks adalah kebenaran yang sudah valid dan handal, dan, karena itu, sudah dapat disosialisasikan di mana dan kapan saja.

Keempat, sumber utama bagi guru untuk mengembangkan substansi materi belajar untuk siswa adalah kurikulum yang harus dicapai target pencapaian materinya secara tuntas dengan standar nasional dan buku teks yang diyakini guru sudah sesuai betul dengan permintaan kurikulum, atau, dinilai telah merepresentasikan kurikulum. Hal ini karena pada bagian pengantar buku teks selalu dinyatakan bahwa buku tersebut sudah sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Dengan demikian tampak guru sama sekali tidak memiliki upaya untuk mengembangkan materi ajar muatan lokal yang lebih relevan dengan konteks dunia siswa, baik yang menyangkut pengungkapan fakta-fakta dan konsep-konsep maupun generalisasinya bagi kepentingan pemecahan masalah-masalah social yang dihadapinya. Berdasarkan substansi materinya pembelajaran PPKn juga cenderung difokuskan pada belajar tentang pengetahuan. Kalaupun guru-guru memahami bahwa kapabilitas belajar siswa tidak hanya berada pada domain pengetahuan verbal, pendekatan utama yang dilakukan guru-guru PPKn adalah pendekatan pengetahuan. Guru-guru berasumsi bahwa dengan mempengaruhi pengetahuan verbal siswa, dengan kemampuan transfer of learningnya, diharapkan juga membentuk nilai-nilai dan sikap serta mengembangkan keterampilannya.

Kelima, guru-guru PPKn kurang menggunakan masyarakat sebagai sumber belajar utama dalam pembelajaran PPKn. Buku pelajaran wajib yang dianjurkan untuk digunakan

menjadi satu-satunya bahan/materi serta sumber belajar bagi siswa. Sementara itu, papan tulis dan alat-alat peraga yang jumlahnya sangat terbatas menjadi alat bantu atau media pembelajaran yang digunakan guru. Alasan utama guru-guru soal ini umumnya karena keterbatasan alat dan sarana termasuk media pembelajaran yang disediakan oleh sekolah. Sementara itu, guru-guru mengakui juga bahwa mereka tidak memiliki dana dan kemampuan untuk mengembangkan sendiri alat-alat peraga dan media pembelajaran PPKn.

Berdasarkan analisis situasi dan identifikasi masalah di atas, teridentifikasi permasalahan yang ingin dicarikan alternatif pemecahannya melalui PkM ini, adalah: Kurangnya wawasan dan keterampilan guru-guru PPKn dalam mengembangkan media pembelajaran PPKn melalui pemberdayaan masyarakat sebagai sumber belajar di SMK Negeri 1 Sukasada

Kabupaten Buleleng.

Tujuan yang hendak dicapai melalui kegiatan ini adalah: meningkatkan wawasan dan keterampilan guru-guru mata pelajaran PPKn di SMK Negeri 1 Sukasada Kabupaten

Buleleng dalam mengembangkan

pembelajaran PPKN yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat sebagai media dan sumber belajar.

Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat (P2M) ini memberikan manfaat baik secara teoretis maupun praktis, antara lain:

1) Memberikan wawasan kepada guru-guru dalam mengembangkan konsep baru tentang belajar dan pembelajaran PPKN yang berbasis latar konteks sejarah, sosial budaya, politik, pemerintahan, ekonomi, agama, struktur masyarakat lokal yang di dalamnya tercermin adanya nilai-nilai dan sikap serta pola tindakan tentang perlunya mengintegrasikan nilai-nilai kearifan lokal masyarakat dalam upaya memberdayakan dan menghasilkan warganegara yang baik. 2) Meningkatkan wawasan dan keterampilan guru dalam mengembangkan program dan melaksanakan pembelajaran PPKn yang

(4)

lebih bersifat kontekstual, berbasis konstruktivis, dan berlandaskan juga nilai-nilai budaya lokal masyarakat.

3) Secara praktis, produk kegiatan P2M ini dapat membantu guru-guru SMK Negeri 1

Sukasada dalam mengembangkan media pembelajaran yang lebih bersifat kontekstual.

METODE KEGIATAN Khalayak Sasaran

Kegiatan P2M ini dilakukan pada latar (setting) sekolah dan kelas pembelajaran PPKn sebagai latar utama. Sekolah yang dijadikan sebagai subyek sasaran adalah SMKN 1 Sukasada, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng. Dipilihnya SMKN 1 Sukasada sebagai khalayak sasaran PkM ini, karena sekolah ini berada di Lokasi DAS Banyumala, yang merupakan wilayah yang saat ini dikembangkan oleh Pemkab. Buleleng sebagai daerah wisata. Sementara itu, tema PkM ini dipilih agar unsur-unsur penting kehidupan masyarakat di sekolah dapat tersosialisasikan dalam program pembelajaran PPKn. Dengan demikian akan terjadi kerjasama dan keterkaitan secara mulualis antara sekolah dengan masyarakat.

Guru yang dilibatkan sebagai subjek sasaran utama dalam kegitan ini sebanyak 4 (empat) orang guru PPKn. Kegiatan PkM ini juga melibat GuruGuru Di Jursan Multi Media dan pegawai perpustakaan dan laboran. Dan melibatkan 3 orang mahasiswa sebagai teknisi. Dengan demikian jumlah keseluruhan yang terlibat dalam PkM ini diperkirakan sebanyak 15 orang.

Keterkaitan

Pihak-pihak yang terkait dan manfaat yang diperoleh dalam kegiatan ini oleh pihak terkait tersebut adalah:

1) Pemerintah Kabupaten Buleleng, khususnya Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng dan Masyarakat di wilayah DAS Banyumala. Di man, program ini dapat membantu merealisasikan visi, misi, dan salah satu program yang telah disusun dalam rencana pembangunan pendidikan

di Kabupaten Buleleng serta dapat mensosialisasikan keberadaan unsur-unsur penting kehidupan masyarakat di wilayah DAS Banyumala.

2) Undiksha, program ini sangat bermanfaat dalam menjalin kerjasama yang mutualis antara LPTK sebagai institusi pendidikan formal dengan kalangan masyarakat luas, sehingga tenaga dan berbagai potensi yang ada dapat disumbangkan kepada khalayak luas, khususnya yang berkenaan dengan sektor pendidikan. Bagi Undiksha, khusnya bagi dosen pengampu mata kuliah Perencanaan dan Pengembangan Perangkat Pembelajaran hasil kegiatan ini dapat dijadikan sebagai materi kuliah. 3) Bagi Guru-Guru PPKn di SMKN 1

Sukasada kegiatan PkM ini dapat membantu memecahkan permasalah yang dihadapi dalam pembelajaran. Bagi Jurusan c/q Guru Multimedia SMKN 1 Sukasada, kegiatan ini dapat dimanfaatkan sebagai ajang praktik bagi siswa untuk berlatih mengembangkan media pembelajaran.

Kerangka Pemecahan Masalah

Kegiatan tersebut diawali dengan melakukan kegiatan analisis situasi terhadap kebijakan kurikulum PPKn yang berlaku dan kondisi riil pembelajaran PPKn di SMK Negeri 1 Sukasada. Berdasarkan analisis situasi tersebut dilakukan program peningkatan wawasan dalam pengembangan suplemen materi dan media pembelajaran PPKn berbasis pada pemberdayaan masyarakat sebagai sumber belajar oleh nara sumber yang kompeten dalam bidang itu melalui kegiatan ”Workshop”. Untuk meningkatkan keterampilan guru dalam mengembangkan perangkat pembelajaran

(5)

dan mengembangkan suplemen materi dan media pembelajaran PPKn, dilakukan pelatihan. Selanjutnya, dalam rangka mendapatkan model terbaik (best practise) pembelajaran PPKn berbasis pada pemberdayaan masyarakat sebagai sumber belajar, dilakukan uji coba melalui pendampingan.

Metode Kegiatan

Mengacu pada fokus masalah dan tujuan dari kegiatan ini, maka digunakan beberapa metode, diantaranya:

1) Metode ceramah dan diskusi, untuk memberikan pengetahuan wawasan kepada guru dalam pengembangan materi pembelajaran PPKn berbasis pada pemberdayaan masyarakat sebagai sumber belajar oleh nara sumber yang kompeten dalam bidang itu.

2) Metode pelatihan melalui workshops pengembangan materi pembelajaran PPKN berbasis pemberdayaan masyarakat sebagai sumber belajar. Metode ini digukan untuk meningkatkan keterampilan

guru dalam mengembangkan program pembelajaran PPKn, khususnya dalam memilih dan mengembangkan suplemen materi pembelajaran PPKn berbasis pada pemberdayaan masyarakat sebagai sumber belajar.

3) Metode simulasi pelaksanaan pembelajaran PPKn berbasis pemberdayaan masyarakat sebagai sumber belajar melalui pendampingan. Metode ini diterapkan dalam rangka mendapatkan model terbaik (best practise) pembelajaran PPKn berbasis pada pemberdayaan masyarakat sebagai sumber belajar, dilakukan uji coba melalui pendampingan.

Rancangan Evaluasi

Untuk mengukur tingkat keberhasilan dari keseluruhan rangkaian kegiatan tersebut, akan dilakukan evaluasi. Kriteria dan indikator pencapaian tujuan dan tolak ukur yang digunakan untuk menjustifikasi tingkat keberhasilan kegiatan dapat dijabarkan sebagai berikut:

No. Sumber Data

Indikator Kriteria Keberhasilan Instrumen

01. Guru Pemahaman dan

wawasan guru dalam mengem-bangkan Suplemen materi dan media pembelajaran PPKnber basis pember-dayaan masya-rakat sebagai sumber belajar Terjadi peningkatan pengetahuan dan wawasan guru dalam mengembangkan suplemen materi dan media pembelajaran PPKn

Pedoman wawancara lembar observasi (daftar tilik)

02. Guru Keterampilan guru mengem-bangkan pembel-ajaran PPKn berbasis pember-dayaan masya-rakat sebagai sumber belajar Terjadinya perubahan yang positif terhadap keterampilan guru dalam mengem-bangkan suplemen materi dan media pembelajaran PPKn berbasis pember-dayaan masya-rakat sebagai sumber belajar

Pedoman wawancara dan Lembar penilaian Handout dan Media Pembelajaran

(6)

HASIL DAN PEMBAHASAN Proses dan Hasil Kegiatan

Penjajagan pertama ke SMK Negeri 1Sukasada dilaksanakan pada tanggal: 28 Juni 2020. Bertemu dengan Kepala SMK Negeri 1Sukasada, Drs. I Made Darwis Wibawa, M.M, . Dalam pertemuan ini disepakati pelaksanaan PkM sesuai dengan proposal yang disetujui pihak LP2M Undiksha. Kepala sekolah menyambut baik kegiatan ini, di mana pada awal Tahun Pelajaran 2020/2021SMK Negeri 1Sukasada juga telah merencanakan kegiatan yang berfokus pada “Pengembangan Media dan Sumber Belajar “.

Kepala sekolah juga bersedia menugaskan subyek sasaran yang dilibatkan dalam kegiatan P2M ini, dan akan memfasilitasi keperluan untuk pelaksanaan kegiatan, seperti: Ruangan tempat pelaksanaan kegiatan, soundsistem, dan peralatan lain yang ada di sekolah yang dibutuhkan untuk kelancaran kegiatan baik secara daring maupun luring.

Pertemuan dengan khalayak sasaran di SMK Negeri 1Sukasada dilaksanakan pada tanggal: 5 Juli 2020. Bertemu dengan Guru-guru pengampu Mata Pelajaran PPKn yang berjumlah 4 (empat) orang sebagai subyek sasaran utama dalam kegiatan ini, 2 (dua) orang Guru TI, Wakasek Kurikulum dan Kepala sekolah.

Hasil pertemuan dengan khalayak sasaran semuanya bersedia dan sepakat untuk mengikuti kegiatan Pelatihan sesuai dengan yang telah direncanakan. Pada pertemuan ini juga disepakati kegiatan tahap berikutnya, yaitu: untuk kegiatan Pelatihan disepakati dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 26Agustus 2020 dan dilanjutkan dengan kegiatan Pelatihan Pengembangan Media dan Sumber Belajar. Kedua jenis kegiatan ini disepakati dilaksanakan secara daring mempergunkan aplikasi Zoom Meeting sebagai kegiatan pokoknya, via WhatsApps Group sebagai sarana pendampingannya, dan google form sebagai sarana evaluasinya.

Kegiatan PkM yang dilaksananaka secara daring menggunakan aplikasi Zoom Meeting dapat tergambar dari susun acara yang tergambar dibawah ini

Susunan acara Pengabdian Pada Masyarakat Di SMKN 1 Sukasada Kabupaten Buleleng pada 26 Agustus 2020 (Daring via Zoom Meeting).

Pelatihan ini melibatkan seluruh guru-guru PPKn di SMKN 1 Sukasada, Wakasek Kurikulum, dan Mahasiswa Undiksha dari Prodi S2 Pendidikan IPS dan Mahasiswa S1 prodi PPKn Undiksha. Pelatihan ini juga dihadiri oleh Kepala SMK N 1 Sukasada yakni bapak Drs. I Made Darwis Wibawa, M.M, disela-sela sambutan yang disampaikannya, beliu menyambut baik kegiatan pelatihan ini dan menjelaskan urgensi dari pelaksanaan program ini adalah untuk merupakan kerjasama natara perguruan tinggi sebagai pihat dengan spesialisasi akademisnya dan sekolah sebagai best praktisnya dalam hal pendidikan dan pembelajaran, semoga kegiatan semacam ini tetap dilaksanakan secara berkala dan berkelanjutan dalam umpaya membentuk guru-guru di SMKN 1 Sukasada yang Profesional dan memenuhi kualifikasi tugak pokoknya sebagai pengajar dan pendidik. Acara PkM dibuka secara resmi oleh ketua LP2M Undiksha yakni Prof. Dr. Gede Astra Wesnawa, M.Si. Dalam rangkaian acara ini beliu menegaskan bahwa kegiatan pelatihan ini merupakan program pengabdian kepada masyarakat yang merupakan perpanjangan dari tri darma perguruan tinggi dan untuk mewujudkan visi misi lebaga Undiksha. Setelah penyajian materi, kegiatan dilanjutkan dengan sesi diskusi dan tanya-jawab. Pada sesi ini sejumlah pertanyaan muncul dari peserta, diantaranya:

Pertanyaan dari G. P. Wira Saputra, S. Pd, dengan pertanyaan: apakah dimensi spiritual hanya sebagai tambahan dalam pembelajaran PPKn yang menggunakan Kurikulum 2013? Pertanyaan ini dijawab dengan tegas oleh narasumber; “Tidak”. Dalam Kurikulum 2013, dimensi spiritual adalah kompetensi inti yang

(7)

wajib diterjadikan atau dicapai dalam pembelajaran. Jadi bukan sekedar tambahan, bukan sekedar nurturent efek, melainkan sebagai instruksional efek.

Pertanyaan berikutnya dari Gusti Darma Putra, S.Pd, Gr : Apakah Pengembangan Suplemen Materi Pembelajaran Melalui Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Media dan Sumber Belajar dapat dilakukan pada pembelajaran PPKn yang menggunakan Kurikulum 2013? Pertanyaan ini dijawab dengan tegas oleh narasumber, Ya, Bisa. Kurikulum manapun/apapun yang digunakan di sekolah, pengembangan sumber belajar yang berbasis pada nilai-nilai kearifan lokal dapat dilakukan. Pertanyaan yang lain dari Ni Nengah Sekarini, S.Pdi, yang mempersoalkan tentang kemungkinan pengembangan sumber belajar dalam implementasi Kurikulum 2013, mengingat perangkat pendukung pembelajaran seperti buku teks/buku pelajaran sudah ditetapkan berdasarkan Kemendikbud.

Dengan lugas dan jelas dijawab oleh narasumber dengan kata singkat Ya, bisa. Hanya saja posisinya untuk bahan pengayaan. Dijelaskan pula bahwa, makin banyak ditemukan sumber belajar di luar buku pelajaran/teks wajib, menurut narasumber itu hal yang sangat baik.

Pertanyaan kritis yang ketiga muncul dari Nyoman Kertia, S. Pd. Inti pertanyaannya adalah: Apakah pengembangan sumber belajar berbasis nilai-nilai kearifan lokal masyarakat tidak kontradiktif dengan visi, Misi, dan tujuan pembelajaran PPKn untuk membangun karakter bangsa yang berlandaskan Pancasila? Pertanyaan ini juga dijawab dengan tegas oleh narasumber: Itu tergantung dari nilai-nilai kearifan lokal yang akan dikembangkan sebagai sumber belajar. Ada nilai-nilai kearifan lokal yang mungkin kontradiktif. Namun, sangat banyak nilai-nilai kearifan lokal masyarakat yang sesuai dan bahkan saling mendukung dengan nilai-nilai karakter bangsa jika dikembangkan sebagai sumber dan materi pembelajaran IPS. Misalnya, nilai ”Tri Hita Karana”, yang merupakan nilai

adiluhung yang bersumber dari ajaran Agama Hindu, dan dijunjung tinggi oleh masyarakat Bali, sangat relevan dijadikan sebagai sumber belajar IPS. Tidak lain, karena di dalamnya selain mengandung nilai-nilai lokal, juga mengandung nilai-nilai yang sangat universal. Pertanyaan keempat, muncul dari Nyoman Nilon, S.Pd. (Wakasek Kurikulum): Pertanyaannya adalah: Bagaimana strategi dalam pengembangan unsur-penting kehidupan masyarakat atau nilai-nilai kearifan lokal untuk dijadikan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran IPS?

Untuk menjawab pertanyaan ini, narasumber memberi jawaban terhadap pertanyaan ini, sebagai berikut: ”ada beberapa strategi yang dapat digunakan untuk memberdayakan nilai-nilai kearifan lokal masyarakat sebagai sumber belajar, antara lain melalui strategi Kunjungan Lapangan (Field Trip); melalui Kemah Sekolah (Schoolcamp); model percontohan; studi kasus; dan masih banyak strategi lainnya”. Narasumber juga menganjurkan agar peserta mengkaji bukunya Schuncke, 1988 untuk mendalami strategi yang dapat dilakukan dalam memberdayakan masyarakat sebagai sumber belajar.

Pada sesi pelatihan ini, peserta dengan didampingi oleh narasumber, yang terdiri dari Tim P2M melakukan pelatihan pengembangan Supemen bahan ajar dalam bentuk vedio dan gambar yang berbasis pada pemberdayaan masayarakat sebagai sumber belajar. Terbatasnya waktu pelaksanaan kegiatan, apalagi pelatihan mempergunakan piranti aplikasi zoom meeting (daring) menyebabkan sesi pelatihan ini kurang dapat dilakukan secara oftimal.

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dan diskusi dengan sejumlah guru PPKn yang menjadi peserta pelatihan, terungkap bahwa mereka masih mengalami kesulitan dalam mengembangkan media pembelajaran berdimensi pada pemberdayaan masyarakat sebagai sumber belajar. Mereka mengakui bahwa wawasan dan kemampuannya mengembangkan pembelajaran PPKn

(8)

sebagaimana yang diharapkan dalam Kurikulum PPKn 2013 masih sangat terbatas. Meskipun demikian, sebagian dari peserta sudah tampak memahami tentang prosedur atau atau langkah-langkah dalam mengembangkan media dan sumber belajar dalam bentuk vedio yang berbasis pada

pemberdayaan masyarakat sebagai sumber belajar. Namun, mereka masih memerlukan adanya kegiatan yang memungkinkan mereka dapat meng-aplikasikan dalam pengembangan pembelajaran IPS di sekolahnya. Mereka meng-harapkan adanya pedampingan yang lebih intenship untuk hal tersebut.

Pembahasan Hasil Pelatihan

Secara umm proses dan hasil pelaksanaan PkM ini berjalan dengan baik. Namun, dengan metode during, kegiatan pelatihan mengembangkan Media Pembelajaran masih belum berjalan secara maksimal. Kurang maksimalnya pelatihan yang dilaksanakan secara daring dengan mempergunakan aplikasi zoo meeting menyebabkan perlunya pendampingan kepada peserta pelatihan didalam mencapai keberhasilan, sasaran, dan

pembuatan produk dari tagihan dalam pelatihan ini yang berupa, suplem bahan jara, seperti RPP, Modul, PPT, Materi Bergambar dalam bentuk PPT, dan Vidio Pembelajaran. Dalam pendampingan ini Tim pelaksana menyediakan ruang kusus secara daring didalam memecahkan masalah-masalah yang diahadapi dalam pengambangan suplemen ini yak ni mempergunakan aplikasi WhatsApp Group di dalam memudahkan interkasi dan komunikasi. Seperti gambar berikut ini;

Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi terhadap pelaksanaan Pelatihan ini, dapat diformulasikan beberapa hal yang menjadi kesepakatan bersama sebagai hasil dari kegiatan Workshpos, sebagai berikut.

Pendidikan termasuk tentunya PPKn tidak bisa dilepaskan dari konteks dan proses sosial budaya masyarakatnya. Artinya, pendidikan dalam upayanya membentuk perilaku, menanamkan pengetahuan, proses berpikir, nilai-nilai, cara belajar, keterampilan kognitif dan sosial yang esensial, serta nilai-nilai kebenaran akan ditentukan juga oleh bagaimana pandangan masyarakatnya tentang dunia dan nilai-nilainya (society’s prevailing world view and values) (Pai, 1990). Jika pendidikan tidak ingin mencabut generasi muda dari akar budayanya yang cenderung religius, maka praktik pendidikan materialistik

perlu ditransformasikan ke arah yang lebih menuju idealisme humanisme-religius tanpa harus mengabaikan nilai-nilai rasionalistik-empirik. Di sini proses belajar dan pembelajaran perlu mengintegrasikan aktivitas fisik, intelektual, akademis, sosial, moral, dan spiritual (Kaelan, 2003).

Karena itu, praktik PPKn di sekolah perlu dipandang dan dikembangkan dalam perspektif pengembangan budaya masyarakat lokal, tanpa mengabaikan cita-cita komitmen kehidupan berbangsa, dan pengembangan kemampuan berpikir global (Kaelan, . Dalam bahasa visi pendidikan dapat dirumuskan adalah untuk menghasilkan manusia yang memiliki kemampuan think globally, act locally, and commit nationally (Somantri, 2001)

Di samping itu perlu juga pengembangan hakikat belajar dan pembelajaran

(9)

PPKn sebagai pendidikan ideologi, politik, hukum, sosial, nilai-nilai, moral, dan pendidikan budaya dan karakter bangsa yang berbasis pada konsep-konsep belajar dan pembel-ajaran nilai-nilai moral politik berbasis pada budaya lokal masyarakat Bali.

Berdasarkan hasil evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan workshop, tampak bahwa sebagian besar peserta workshops, khususnya para guru memahami pentingnya mengembangkan pembelajaran PPKn berbasis pada pemberdayaan masyarakat sebagai sumber belajar. Tampak juga adanya peningkatan pemahaman dan wawasan peserta workshops tentang hakikat, tujuan, manfaat pengembangan sumber belajar dalam pembelajaran PPKn . Mereka juga tampak semakin memahami bahwa Buku teks atau buku paket bukan menjadi satu-satunya sumber dan bahan ajar yang digunakan guru untuk membelajarkan IPS.

Peserta Pelatihan juga tampak memahami bahwa Pembelajaran tidak harus selalu ketat tersekat dengan tembok kelas. Hanya berlangsung secara ketat mengikuti jadwal pelajaran di kelas. Melainkan perlu didayagunakannya masyarakat dan kehidupan di lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar. Perlu penyediaan dan penggunaan sejumlah pengalaman belajar (Learning Experiences) kepada peserta didik secara

langsung, aktual dan menyentuh segi-segi kepentingan manusia (peserta didik) dalam kehidupannya di masyarakat. Peserta Pelatihan juga memahami pemberdayaan masyarakat sebagai sumber belajar perlu dilakukan guru dalam rangka pembelajaran PPKn di sekolah. Keniscayaan pemberdayaan masyarakat sebagai sumber belajar tersebut karena sejalan dengan visi dan misi pendidikan PPKn .

Peserta Pelatihan mengungkapkan bahwa cara-cara pembelajaran yang demikian itu sesungguhnya telah biasa mereka lakukan. Hanya saja karena keterbatasan waktu, dan beberapa kendala lainnya, seperti padatnya aktivitas siswa di sekolah, upaya-upaya untuk memberdayakan nilai-nilai kearifan local sebagai sumber belajar baru bisa ia lakukan melalui model percontohan. Guru model mengakui belum bisa menggunakan strategi yang memberikan pengalaman siswa secara langsung atau mengemasnya dalam bentuk media audio-visual, seperti: vedio dan sejenisnya dalam pengkajian atau pemberdayaan masyarakat dan nilai-nilai kearifan lokal sebagai sumber belajar yang keberadaannya menyebar dalam masyarakat. Karena itu, ke depan mereka tetap berharap agar kegiatan sejenis dapat dilangsungkan sampai pada sesi pemodelan melalui pelatihan dan pedampingan yang lebih intensif. SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Simpulan

Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi terhadap pelaksanaan program PkM ini, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan pelaksanaan kegiatan PkM ini telah berjalan sesuai rencana dan telah mencapai target yang diharapkan, yakni:

Pertama, hasil PkM ini berdampak pada bertambah dan meningkatnya pemahaman dan wawasan Guru-guru mengenai substasi, visi, misi, tujuan PPKn, hakikat Media dan Ssumber Belajar, yang semula hanya memahami bahwa Buku Pelajaran sebagai

satu-satunya media dan sumber belajar. Namun, setelah diberikan penjelasan oleh narasumber, mereka menjadi paham bahwa nilai-nilai kearifan lokal masyarakat merupakan sumber belajar yang perlu diberdayakan dalam pembelajaran PPKn. Kedua, kegiatan P2M ini juga berdampak pada meningkatnya keterampilan Guru PPKn daam mengembangkan media Pembelajaran melaluiPemberdayaan Masyarakat sebagai Sumber Belajar.

Ketiga, respon berada pada kategori anta Sangat Setuju = SS, dan Setuju = S tentang pelaksanakan pelatihan ini dan kegiatan ini

(10)

untuk pengembangan media pembelajaran PPKn melalui pemberdayaan masyarakat sebagai media dan sumber belajar .

Saran

Sebagai implikasi dari dari hasil-hasil kegiatan P2M ini ini, diajukan beberapa saran/rekomendasi, sebagai berikut.

Pertama, perlunya diidentifikasi dan pemetaan unsur-unsur penting kehidupan masyarakat sebagai sumber belajar, termasuknya nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Bali sebagai suplemen materi pelajaran nilai, norma, dan moral dalam pembelajaran PPKn.

Kedua, perlunya pengembangan sumber belajar yang dapat mengintegrasikan unsur-unsur penting kehidupan masyarakat sebagai suplemen materi pelajaran nilai, norma, dan moral dalam pembelajaran PPKn.

Ketiga, perlunya dilakukan peningkatan pemahaman dan wawasan, termasuk peningkatan pandangannya mengenai hakikat sumber belajar, yang semula hanya memahami bahwa Buku Pelajaran sebagai satu-satunya sumber belajar ke arah pepahaman bahwa nilai-nilai kearifan lokal masyarakat merupakan sumber belajar yang perlu diberdayakan dalam pembelajaran PPKn. Keempat, perlunya dilakukan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) secara lebih luas dan kofrehenshif dengan khalayak sasaran yang lebih luas dan berkelanjutan para guru, khususnya Guru PPKn memiliki kemampuan dan keterampilan dalam mengembangkan program pembelajaran yang Powerful.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L.W. (1989). The Effective Teacher: Study Guide and Readings. McGraw-Hill Inc, Singapore

AECT (1977). The Difinion of Educational Technology. Washington-AET. (1970). Learning Resources Program. Washington-AET.

Azis W., (2010). Inovasi Pembelajaran PPKn dalam Membangun Karakter Peserta Didik. FPPPKN-UPI Bandung. Jarolimek, J. (1987). Social Studies in

Elementary Education Macmillan Publishing Company and Collier Macmillan Publishers: New York-London.

Kaelan, H. 2003. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Penerbit Paradigma. Kertih, W. 2007. Pengembangan Model

Keterampilan Proses Berbasis Kompetensi di Skolah Dasar. Penelitian Pundamental.

Kertih dan Iyus A.H. (2018). PPeennggeemmbbaannggaann S Suupplleemmeenn MMaatteerrii PPeemmbbeellaajjaarraann IIPPSS m meellaalluuii PPeemmbbeerrddaayyaaaann MMaassyyaarraakkaatt s seebbaaggaaii SSmmbbeerr BBeellaajjaarr ((LLaappoorraann P Peenneelliittiiaann))..LLPP22MMUUnnddiikksshhaa. .

Ragan W.B & Mc. Aulay, J.D. 1964. Social Studies for Today’s Children. Appleton-Century-Croft. Meredith Pub, USA.

Schuncke, G.M. 1988. Elementary Social Studies; Knowing, Doing, Caring. MacMillan Pub.Co, USA.

Somantri, M. N. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan PPKN. Bandung: PT Remaja Posdakarya. Schuncke, G.M. 1988. Elementary Social

Studies; Knowing, Doing, Caring. MacMillan Pub.Co, USA.

Stopsky, F. dan Lee, S. (1994). Social Studies in a Global Society. New York: Delmar Publishers Inc.

Sukadi, 2003. Implementasi odel Konstruktivis dalam Pembelajaran PPKN: Model Praktik Belajar Kewarganegaraan pada Pembelajaran PPKn Tingkat SLTP. Laporan Penelitian. Singaraja: IKIP negeri Singaraja. ………. (2006).Pendidikan PPKN sebagai

Rekonstruksi Pengalaman Budaya berbasis Idiologi Tri

(11)

Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 719 Hita Karana pada SMU Negeri 1 Ubud

Gianyar Bali.Sekolah Pascasarjana UPI: Bandung.

Sriartha dan Kertih (2019). PPeemmaannffaaaattaann K KeeaarriiffaannLLookkaallSSuubbaakksseebbaaggaaiiSSuummbbeerr B Beellaajjaarr PPeennaannaammaann LLiitteerraassii SSoossiiaall B Buuddaayyaa ddaann LLiitteerraassii EEkkoollooggiiss SSiisswwaa d daallaamm PPeemmbbeellaajjaarraann IIPPSS ddii SSeekkoollaahh M Meenneennggaahh PPeerrttaammaa ((LLaappoorraann P Peenneelliittiiaann))..LLPP22MMUUnnddiikksshha a

Suwarma Al Muchtar. (2001). Epistimologi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Gelar Pustaka Mandiri.

Winataputra, U.S. (2001). Jati diri Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Wahana Sistemik Pendidikan Demokrasi (Suatu Kajian Konseptual dalam Konteks Pendidikan PPKN).Sekolah Pascasarjana UPI: Bandung.

...(2010). Peran Pendidikan Ilmu Perngetahuan Sosial (PPPKN) dalam Konteks Pembangunan Karakter Bangsa; Kebijakan, Konsep, dan Implementasi.

Referensi

Dokumen terkait

Mahasiswa mampu menjelaskan manusia ditinjau dari aspek kesehatan baik secara fisik, mental dan sosial dengan memperhatikan etika dan hukum yang berlaku sebagai

Penelitian selanjutnya dapat mengembang- kan penelitian ini dengan membandingan tingkat efisiensi antara Bank Umum Konvensional dengan Bank Umum Syariah, BPR Konvensional

Selama proyek tersebut layak untuk dikembangkan berdasarkan nilai bersih sekarang dan laju pengembalian namun memiliki angka yang kecil untuk indeks rasio probabilitas, saran yang

Pembangkit listrik dengan bahan bakar batubara mempunyai pangsa yang  paling besar yaitu sebesar 42,0 % dari total pembangkitan.. Pangsa

Beberapa penelitian seperti [2], [3], dan [4] menunjukkan hasil yang mengejutkan, beberapa penelitian tersebut menunjukkan bahwa tanpa adanya modifikasi pada SCTP, maka

Pengaturan hukum internasional tentang hukum udara seperti yang tertuang dalam Pasal 1 Konvensi Paris 1919 (Convention of Aerial Navigation) dan dikuatkan kembali

Berdasarkan hasil pengolahan data di lapangan, ternyata kenyamanan yang diberikan oleh IKM kepada konsumennya dinilai sangat tinggi oleh pelanggan/konsumen, dengan