• Tidak ada hasil yang ditemukan

KORELASI ANTARA KEBIASAAN MEMBACA PUISI DENGAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI PUISI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 10 GOWA PROPOSAL SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KORELASI ANTARA KEBIASAAN MEMBACA PUISI DENGAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI PUISI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 10 GOWA PROPOSAL SKRIPSI"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

KORELASI ANTARA KEBIASAAN MEMBACA PUISI DENGAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI PUISI SISWA KELAS XI SMA

NEGERI 10 GOWA

PROPOSAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh :

HARTINA MARHAMA MASBA 10533781814

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2018

(2)

MOTO DAN PERSEMBAHAN

Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya, ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (QS. Al-Baqarah:286) Janganlah larut dalam satu kesedihan karena masih ada hari esok yang menyongsong dengan sejuta kebahagiaan. (penulis)

Kupersembahkan karya ini kepada:

Orang tuaku tersayang Baharuddin dan Masnawati Hakim Yang selama ini telah sabar, penuh cinta

membimbingku dan menyekolahkanku hingga ku mendapat gelar S.Pd, Seseorang yang aku sayangi dan aku cintai yang

kelak akan menjadi imamku;

sahabat-sahabatku tercinta atas pengorbanan serta doa yang tak henti-hentinya mereka berikan dalam mewujudkan angan dan mimpi serta segenggam

harapan yang mulia demi masa depanku dan kelak karya ini akan aku aplikasikan kepada bangsa, negara, dan agamaku demi membawa nama baik almamaterku tercinta.

(3)

ABSTRAK

Hartina Marhama M. Korelasi antara Kebiasaan Membaca Puisi dengan Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa Kelas XI SMA Negeri 10 Gowa. Skripsi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing Oleh Sitti Aida Azis Dan Kamaruddin Moha.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan ada tidaknya korelasi antara kebiasaan membaca puisi dengan kemampuan mengapresiasi puisi siswa kelas XI SMA Negeri 10 Gowa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat korelasi dengan menggunakan rumus korelasi

product moment, karena tujuannya mendeskripsikan ada tidaknya korelasi antara

kebiasaan membaca puisi dengan kemampuan mengapresiasi puisi siswa kelas XI SMA Negeri 10 Gowa.

Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan angket dan tes pilihan ganda. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 19 orang siswa. Sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel total. Hasil penelitian yang telah dilakukan penulis menunjukkan bahwa rhitung yaitu 0,565 lebih besar daripada rtabel sebesar 0,455 atau dapat digambarkan (0,565 > 0,455) berarti Ho ditolak dan Ha diterima.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada korelasi antara kebiasaan membaca puisi dengan kemampuan mengapresiasi siswa kelas XI SMA Negeri 10 Gowa. Hipotesis diatas dinyatakan “diterima”.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah Swt, yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Berkat rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini sampai pada taraf penyelesaian walaupun dalam bentuk yang sederhana.

“Korelasi antara Kebiasaan Membaca Puisi dengan Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa Kelas XI SMA Negeri 10 Gowa” merupakan judul skripsi yang diajukan guna memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana pada jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Berbagai hambatan penulis lalui dalam penyelesaian skripsi ini, sehingga wajarlah kalau terdapat banyak kekurangan. Namun, berkat tekad, ketabahan, dan kesungguhan yang diiringi dengan doa yang tulus kepada Sang Pencipta, maka berbagai tantangan yang dihadapi penulis dalam penyusunan skripsi ini dapat teratasi.

Motivasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam merampungkan skripsi ini. Segala hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, Masnawati hakim dan Baharuddin yang telah berjuang, berdoa, mengasuh, membesarkan, dan mendidik penulis dalam proses pencarian ilmu. Demikian pula dengan adanya keluarga besar yang selalu memberikan semangat dan doa yang tak henti-hentinya memberikan motivasi kepada penulis.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat Dr. Sitti Aida Azis, M.Pd., pembimbing I dan kepada

(5)

Kamaruddin Moha, S.Pd.,M.Pd., pembimbing II, yang telah membimbing, memotivasi, dan mengarahkan penulis merampungkan proposal ini. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Dr. H. Rahman Rahim. S.E., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, yang telah membina universitas ini sebaik-baiknya. Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., P.hd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Dra. Munirah, M.Pd., ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dan Drs. H. Nurdin, M.Pd., selaku Penasehat Akademik serta seluruh dosen dan para staf pegawai dalam lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali penulis dengan serangkaian ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

Kepala Sekolah SMA Negeri 10 Gowa, seluruh staf, seluruh siswa yang telah membantu penulis sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan semestinya, kepada Mutmainnah Basri yang setia menemani saya selama penelitian dan teruntuk teman saya Daniel Alfajri yang selalu memberi saya motivasi selama pembuatan skripsi ini.

Ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya juga penulis ucapkan kepada teman-teman seperjuanganku seluruh rekan kelas G terutama putriani yang selalu memberi saya masukan selama pembuatan skripisi ini dan segenap mahasiswa

(6)

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Angkatan 2014 atas segala kebersamaan, motivasi, saran, dan bantuannya kepada penulis.

Akhirnya penulis menyadari sebagai hamba Allah yang tidak luput dari segala kekhilafan dan keterbatasan mengharapkan kritik, saran, dan masukan yang sifatnya konstruktif demi kesempurnaan skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan segala bantuan dan pengorbanan yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan dari Allah SWT.

Makassar, Agustus 2018

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KARTU KONTROL PEMBIMBING I ... ii

KARTU KONTROL PEMBIMBING II ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... v

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTARK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 4 C. Tujuan Penelitian ... 4 D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS .. 6

A. Kajian Pustaka ... 6

1. Penelitian Relevan ... 6

2. Kebiasaan Membaca ... 7

(8)

3. Sastra ... 8

a. Pengertian Puisi ... 10

b. Unsur-unsur Pembangun Puisi ... 11

c. Ciri-ciri Puisi ... 13

d. Jenis-jenis Puisi ... 17

e. Bentuk dan Gaya dalam Membaca Puisi ... 20

4. Apresiasi Puisi sebagai Kegiatan Pembelajaran Puisi... 24

a.Pengertian Apresiasi ... 24

b.Tahap-tahap dalam Mengapresiasi ... 25

c.Bekal Awal Mengapresiasi ... 27

5. Korelasi ... 27

B. Kerangka Pikir ... 28

C. Hipotesis Penelitian ... 30

BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Desain Penelitian ... 31

1. Variabel Penelitian ... 31

2. Desain Penelitian ... 31

B. Populasi dan Sampel ... 32

1. Populasi ... 32

2. Sampel ... 33

C. Definisi Operasional Variabel ... 34

D. Instrumen penelitian... 34

(9)

F. Teknik Analisis Data... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Analisis data ... 41

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 50

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 52

A. Simpulan ... 52 B. Saran ... 52 DAFTAR PUSTAKA ... 54 LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP DAFTAR TABEL

(10)

Tabel 1. Populasi Penelitian ... 32

Tabel 2. Sampel Penelitian ... 33

Tabel 3. Kisi – Kisi Instrumen Minat Membaca Puisi ... 36

Tabel 4. Penggolongan Pertanyaan Positif dan Negatif Dalam Angkat ... 36

Tabel 5. Skor Alternatif Jawaban Angket ... 37

Tabel 6. Skor Nilai dan Tingkat Kebiasaan Membaca Puisi Siswa Kelas XI SMA Negeri 10 Gowa ... 37

Tabel 7. Kisi – Kisi Tes Kemampuan Apresiasi Puisi ... 38

Tabel 8. Skor Nilai dan Tingkat Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa Kelas XI SMAN Negeri 10 Gowa ... 38

Tabel 9. Interferensi Terhadap Nilai r Hasil Analisis Korelasi ... 40

Tabel 10. Distribusi Hasil Angket ... 41

Tabel 11. Distribusi Hasil, Frekuensi, dan Persentase Kebiasaan Membaca Puisi Siswa Kelas XI SMA Negeri 10 Gowa... 43

Tabel 12. Distribusi Hasil Tes Apresiasi Puisi... 44

Tabel 13. Distribusi Hasil, Frekuensi, dan Persentase Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa Kelas XI SMA Negeri 10 Gowa ... 45

Tabel 14. Distribusi Hasil Kebiasaan Membaca Puisi dengan Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa Kelas XI SMA Negeri 10 Gowa ... 46

Tabel 15. Tabel Kerja dan Distribusi Kebiasaan Membaca Puisi dengan Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa Kelas XI SMA Negeri 10 Gowa ... 47

(11)

Lampiran 1. Daftar hadir siswa kelas XI SMA Negeri 10 Gowa ... 56

Lampiran 2. Angket minat membaca puisi ... 57

Lampiran 3. Data hasil angket minat membaca puisi siswa kelas XI SMA Negeri 10 Gowa ... 60

Lampiran 4. Tes kemampuan apresiasi puisi ... 58

Lampiran 5. Lembar jawaban tes kemampuan apresiasi puisi ... 67

Lampiran 6. Kunci jawaban tes kemampuan mengapresiasi puisi ... 68

Lampiran 7. Tabel nilai r product moment dari person ... 69

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pendidikan pada dasarnya diselenggarakan untuk menyiapkan individu-individu menjadi anggota masyarakat yang mandiri. Dalam pengertia n ini, individu-individu diharapkan mampu berpikir, menemukan, dan menciptakan sesuatu yang baru, melihat permasalahan serta menemukan cara pemecahan baru yang bernalar dan lebih dapat dipertanggung jawabkan. Kemandirian sebagai hasil pendidikan tersebut terbentuk melalui kemampuan berpikir nalar dan kemampuan berpikir kreatif yang mewujudkan kreativitas. Hasil dari proses belajar tidak hanya berupa pemahaman atas konsep-konsep, akan tetapi yang lebih penting adalah aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.

Kemandirian sebagai hasil pendidikan tersebut terbentuk melalui kemampuan berpikir nalar dan kemampuan berpikir kreatif yang mewujudkan kreativitas. Hasil dari proses belajar tidak hanya berupa pemahaman atas konsep-konsep, akan tetapi yang lebih penting adalah aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu pembelajaran yang senada dengan hal tersebut adalah pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Belajar bahasa dan sastra Indonesia tidak hanya menghasilkan individu yang paham konsep tetapi juga individu yang memiliki keterampilan berbahasa yang nantinya mampu diterapkan dalam kehidupan.

Sanjaya (2009:128) menyatakan bahwa KTSP atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan,

(13)

dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan dengan memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP). Mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam KTSP merupakan sebuah pelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan sikap dan perilaku positif dalam berbahasa, khususnya bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia yang terdiri atas empat keterampilan berbahasa menjadi sebuah mata pelajaran yang aktif produktif. Artinya, dalam pembelajaran bahasa siswa tidak hanya berfokus pada teori bahasa, tetapi ditekankan pada sikap dan pemakaian bahasa yang kontekstual. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Standar isi yang terkandung dalam materi pelajaran bahasa dan sastra Indonesia menyangkut empat keterampilan berbahasa.

Tarigan (dalam Yuliyanto, 2014:10) menyatakan bahwa empat keterampilan berbahasa itu meliputi keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills), dan keterampilan menulis (writing skills). Setiap keterampilan berbahasa mempunyai hubungan erat antara keterampilan berbahasa satu dengan yang lain. Keempat keterampilan berbahasa tersebut merupakan satu kesatuan sehingga dinamakan caturtunggal. Dalam menguasai keterampilan tersebut, setiap individu melalui sebuah urutan yang teratur. Mula-mula dari menguasai keterampilan menyimak kemudian berbicara, selanjutnya membaca dan menulis. Salah satu dari

(14)

keempat keterampilan berbahasa yang penting dikuasai dan dikembangkan di sekolah adalah keterampilan membaca. Membaca merupakan salah satu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam dunia pendidikan.

Pentingnya membaca bagi kehidupan manusia sudah lama disadari. Melalui membaca akan diperoleh pengetahuan dan wawasan yang baru yang dapat meningkatkan kecerdasannya sehingga masyarakat lebih mampu menjawab tantangan hidup pada masa mendatang. Oleh karena itu, membaca masih terus dibutuhkan sebagai alat mempelajari berbagai bidang ilmu.

Puisi merupakan salah satu jenis sastra yang paling inti. Puisi hingga sekarang merupakan pernyataan seni sastra paling baku. Membaca puisi merupakan sebuah kenikmatan seni yang khusus, bahkan merupakan puncak kenikmatan seni sastra. Sejak dahulu hingga sekarang puisi selalu diciptakan orang dan selalu dibaca, dideklamasikan untuk lebih merasakan kenikmatan seninya dan nilai jiwanya yang tinggi.

Mengacu dari beberapa perkiraan-perkiraan jawaban di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian guna menguji ada tidaknya korelasi antara kebiasaan membaca puisi dengan kemampuan menapresiasi puisi siswa kelas XI SMA Negeri 10 Gowa. Dalam Penelitian ini ruang lingkup bahasa Indonesia yang di ambil adalah ruang lingkup membaca puisi karena sesuai dengan masalah yang ada yaitu rendahnya keterampilan membaca khususnya pada membaca puisi.

(15)

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini yaitu:

1. Apakah ada korelasi antara kebiasaan membaca puisi dengan kemampuan mengapresiasi puisi siswa kelas XI SMA Negeri 10 Gowa?

C.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya korelasi antara kebiasaan membaca puisi dengan kemampuan mengapresiasi puisi siswa kelas XI SMA Negeri 10 Gowa.

D.Manfaat Penelitian

Hasil yang diperoleh melalui penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis maupun praktis sebagai bekal pengetahuan skilas tentang lapangan sebagai berikut :

1. Manfaat Teoretis

Sebagai informasi dan teori baru bagi siswa, guru, dan peneliti lanjut bahwa pembiasaan membaca puisi dapat meningkatkan kemampuan mengapresiasi puisi siswa. Selanjutnya, memperkaya pengetahuan, wawasan, dan pengalaman tentang penggunaan sehingga apresiasi puisi yang dapat meningkatkan kemampuan mengapresiasi puisi, yaitu melalui pembiasaan membaca puisi.

(16)

2. Manfaat Praktis

Sedangkan manfaat praktis yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat langsung dirasakan manfaatnya bagi siswa dan guru dalam praktik pembelajaran apresiasi puisi di kelas, yaitu menerapkan strategi pembiasaan membaca puisi.

2) Memberikan masukan bagi siswa bahwa untuk meningkatkan kemampuan mengapresiasi puisi, maka harus dilakukan pembiasaan membaca puisi.

3) Bagi peneliti lanjut, dapat dijadikan acuan pertimbangan untuk meneliti masalah yang relevan.

(17)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A.Kajian Pustaka

1. Penelitian yang Relevan

Adapun beberapa penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini, diantaranya:

a. Sukmawati A (2010), mahasiswa Universitas Muhammadiyah Makassar dengan judul “Korelasi antara Kebiasaan Membaca Cerpen dengan Kemampuan Mengapresiasi Cerpen Siswa Kelas IX C SMP Negeri 3 Bungoro Kabupaten Pangkep”. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat dikategorikan masih kurang.

b. Nursanthi (2012), mahasiswa Universitas Muhammadiyah Makassar dengan judul “Korelasi antara Kebiasaan Membaca Teks Drama dengan Kemampuan Mengapresiasi Teks Drama Siswa Kelas VIII Mts Pesantren Al Qamar Bajeng Kabupaten Takalar”. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat dikategorikan masih rendah.

c. Dwi Agustina Wati (2007), dengan judul “Hubungan antara Kebiasaan Membaca dengan Kemampuan Apresiasi Puisi Siswa Kelas X SMA Negeri di Kecamatan Sleman Tahun Pelajaran 2006/2007”. Dalam penelitian tersebut, disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kebiasaan membaca dengan kemampuan apresiasi

(18)

puisi siswa kelas X SMA Negeri di Kecamatan Sleman tahun pelajaran 2006/2007.

Penelitian tersebut relevan dengan penelitian yang saya lakukan sehingga dijadikan sebagai acuan penelitian. Persamaan dari ketiga penelitian tersebut sama-sama merujuk pada hubungan kebiasaan membaca. Letak perbedaannya kita bisa melihat dari hasil setiap penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya dan objek yang diteliti juga berbeda-beda.

2. Kebiasaan Membaca

a. Pengertian Kebiasaan Membaca

Tampubolon (dalam Yuliyanto, 2014:12) menyatakan bahwa membaca adalah kegiatan fisik dan mental yang dapat berkembang menjadi suatu kebiasaan. Sebagaimana halnya dengan kebiasaan-kebiasaan lainnya, membentuk kebiasaan membaca juga memerlukan waktu yang relatif lama. Dalam usaha pembentukkan kebiasaan membaca, dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu, minat (perpaduan antara keinginan, kemauan, dan motivasi) dan keterampilan membaca. Yang dimaksud dengan keterampilan membaca disini ialah keterampilan mata dan penguasaan teknik-teknik membaca. Membaca sekedar membaca saja tidaklah sukar selama seseorang dapat mengenal huruf. Tetapi membaca untuk memperoleh suatu hasil yang bermanfaat adalah suatu kecakapan yang perlu diusahakan. Dalam hal ini, yang perlu diusahakan adalah membina diri untuk terbiasa membaca, karena

(19)

dengan terbiasa membaca seseorang akan memperoleh pengetahuan yang luas.

Kebiasaan membaca tidak dapat terbentuk dalam waktu yang singkat, tetapi secara perlahan-lahan dan dalam waktu yang relatif lama atau dengan kata lain frekuensi membaca sangat mendukung terbentuknya kebiasaan membaca. Apabila kegiatan membaca semakin sering dilakukan, semakin tinggi pula seseorang menguasai kata tersebut. Tarigan ( dalam Yuliyanto, 2008:23) menyatakan bahwa keterampilan berbahasa, termasuk salah satunya keterampilan membaca mempunyai ciri khas, yaitu keterampilan ini dikuasai melalui latihan dan praktek secara rutin dengan disertai minat dan motivasi dari dalam diri seesorang.

3. Sastra

Azis (2011:3) mengemukakan bahwa sastra adalah hasil kegiatan kreatif manusia dalam mengungkapkan penghayatannya dengan menggunakan bahasa. Jika diteliti pengertian tersebut ada dua pernyataan yang menjelaskan istilah sastra. Pertama “mengungkapkan penghayatan” dan yang kedua “kegiatan kreatif”. Mengungkapkan penghayatan menyiratkan bahwa sastra itu berawal dari penghayatan terhadap sesuatu yang kemudian diungkapkan dengan menggunakan bahasa. Penghayatan itu bisa terhadap benda-benda, atau hal lain termasuk karya sastra lain. “Mengungkapkan penghayatan” yang menghasilkan karya sastra diperlukan kreativitas. Tanpa kreativitas tidak akan lahir karya seni.

(20)

Sastra, seperti halnya karya seni lain hampir pada setiap zaman memgang peranan penting selalu mengapresiasikan nilai-nilai kemanusiaan dan berfungsi sebagai alat meneruskan tradisi suatu bangsa. Satra merupakan bagian dari kehidupan yang sering dikaji untuk menyin

gkap misteri kehidupan, membantu manusia menyingkap rahasia keadaanya, jalan menuju kebenaran. Oleh krena itu, sastra sebagai ilmu pengetahuan memegang peranan yang sangat penting karena berusaha menyelidiki dengan mengupas berbagai aspek.

Dolla (2014:1) mengemukakan bahwa sastra secara etimologi (berdasarkan asal usul kata), berasal dari bahasa Sanskerta castra yang berarti tulisan, karangan, dan kitab. Selanjutnya kata sastra menurunkan kata susatra yang berarti tulisan, karangan, kitab yang baik atau bernilai seni.

Shadili (2009) mengemukakan bahwasastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra terbagi menjadi dua yaitu prosa dan puisi. Prosa adalah karya sastra yang tidak terikat sedangkan puisi adalah karya sastra yang terikat dengan kaidah dan aturan tertentu (Shadili, 2009). Adapun bentuk karya sastra puisi, yaitu: puisi, pantun, dan syair, sedangkan karya sastra prosa yaitu novel, cerita pendek atau cerpen, dan drama.

Dari beberapa pendapat pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa sastra merupakan salah satu kegiatan kreatif yang memiliki nilai dan mencerminkan realitas sosial kemasyarakatan.

(21)

a. Puisi

1) Pengertian Puisi

Rimang (2011:31) mengemukakan puisi merupakan sebuah olahan pikiran seseorang, kehadiran puisi dalam menyampaikan pesan kepada orang lain untuk diberi makna sangat manjur. Ketika seseorang sedang sedih, sedang jatuh cinta dan lain sebagainya orang yang kaya dengan imajinasi tentu puisi adalah alatnya.

Puisi merupakan bentuk karya sastra yang paling tua. Karya-karya besar dunia yang bersifat monumental ditulis dalam bentuk puisi. Puisi adalah salah satu bentuk sastra yang merupakan pancaran susila dan gejolak kejiwaan yang timbul dalam batin penyair. Pancaran kehidupan tersebut timbul akibat adanya interaksi langsung maupun tidak langsung, secara sadar maupun tidak sadar, dalam suatu yang dialaminya yang diwujudkan dalam bentuk tulisan ditata sedemikian rupa dengan menggunakan kata-kata yang singkat dan padat.

Pradopo (dalam Azis, 2011:14) mengemukakan bahwa puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Puisi merupakan sebuah olahan pikiran seseorang, kehadiran puisi dalam menyampaikan pesan kepada orang lain untuk diberi makna sangat manjur. Ketika seseorang sedang sedih, sedang jatuh cinta dan lain sebagainya orang kaya dengan imajinasi tentu puisi adalah alatnya. Wirjosoedarmo (dalam Azis, 2011:10) mendefinisikan puisi sebagai karangan terikat.

(22)

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa puisi merupakan karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, yang berwujud tulisan dan didalamnya terdapat irama, rima,ritma dan lirik dalam setiap baitnya.

2) Unsur-Unsur Yang Membangun Puisi

Utami (dalam Sari, 2011:48) mengemukakan puisi dibangun atas dua unsur pokok, yaitu struktur fisik dan struktur batin. Struktur fisik puisi, yaitu diksi, pengimajian, kata konkret, majas, verifikasi, dan tipografi puisi. Diksi adalah pemilihan kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris seperti penglihatan, pendegaran dan perasaan. Kata konkret adalah kata yang dapat membangkitkan imaji (daya barang), kata-kata yang dapat menyaran arti yang menyeluruh.

Majas adalah bahasa yang figuratif. Bahasa yang figuratif adalah bahasa yang digunakan penyair atau pengarang untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna. Verifikasi rima, ritma, dan metrum. Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau orkestrasi, rima adalah pertentangan bunyi tinggi/rendah, panjang/pendek, keras/lemah yang mengalun dengan teratur sehingga membentuk suatu keindahan tertentu dan metrum adalah pengulangan kata-kata yang tetap. Tipografi adalah tata wajah puisi.

Struktur batin puisi terdiri atas tema, nada, perasaan, dan amanat. Tema adalah gagasan pokok atau subject matter yang dikemukakan oleh

(23)

penyair. Perasaan ialah suasana penyair yang terekspresikan di dalam puisi. Nada ialah sikap penyair kepada pembaca yang tergambar dalam puisi. Suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi atau akibat psikologis yang ditimbulkan oleh puisi terhadap pembacanya. Amanat adalah pesan yang disampaikan penyair melalui puisinya.

Semi (dalam Sari, 2011:49) mengungkapkan hal yang sama mengenai unsur-unsur yang membangun puisi yakni bentuk fisik dan bentuk mental. Namun ditambahkan oleh Boulton, tidak mungkin untuk membedakan bentuk fisik dan bentuk mental secara komplit karena kedua bentuk itu berinterrelasi satu dengan yang lain. Oleh sebab itu, bila harus membicarakan bentuk fisik dan bentuk mental sebuah puisi maka dalam pembicaraan tidak dapat dilihat pertalian satu sama lain.

Bentuk fisik mencakup penampilan puisi dalam bentuk nada dan larik puisi, irama, sajak, intonasi, pengulangan, dan perangkat. Kebahasaan lain. Bentuk mental terdiri dari tema, urutan logis, pola asosiasi, satuan arti yang dilambangkan, dan pola-pola citra dan emosi. Kedua bentuk ini, terjalin dan terkombinasi secara utuh yang membentuk dan memungkinkan sebuah puisi itu memantulkan makna, keindahan, dan imajinasi bagi pembaca.

Bentuk fisik dan mental sebuah puisi dapat dilihat sebagai satu kesatuan yang terdiri dari tiga lapisan yaitu: bunyi, arti, dan tema. Lapisan bunyi yakni lambang-lambang bahasa sastra. Lapisan ini yang merupakan bentuk fisik sebuah puisi. Lapisan arti yakni sejumlah arti

(24)

yang dilambangkan oleh struktur atau lapisan permukaan yang terdiri dari lapisan bunyi bahasa. Lapisan tema yakni suatu “dunia” pengucapan karya sastra, sesuatu yang menjadi tujuan penyair, atau sesuatu efek tertentu yang didambakan penyair. Lapisan arti dan tema ini merupakan bentuk mental sebuah puisi. Ketiga lapisan tersebut saling bertautan antara lapisan bunyi, arti, dan tema.

3) Ciri-ciri puisi

Waluyo (1995:4), menyatakan bahwa jika menghadapi sebuah puisi tidak hanya berhadapan dengan unsur kebahasaan, tetapi juga kesatuan bentuk pemikiran yang hendak diucapkan penyair. Unsur kebahasaan tersebut antara lain:

a) Pemadatan Bahasa

Bahasa dipadatkan agar berkekuatan gaib jika puisi itu dibaca, deretan kata-kata tidak membentuk kalimat dan alinea, tetapi membentuk larik dan bait yang sama sekali berbeda hakikatnya. Larik memiliki makna yang lebih luas dari kalimat. Dengan perwujudan tersebut, diharapkan kata atau frasa juga memiliki makna yang lebih luas dari kalimat biasa.

b) Pemilihan Kata Khas

Kata-kata yang disiplin oleh seorang penyair bukan kata-kata untuk prosa atau bahasa sehari-hari. Kata-kata yang dipih dipertimbangkan betul dari berbagai aspek dan efek dan pengucapannya. Tidak jarang kata-kata tertentu dicoret beberapa kali karena belum secara tepat

(25)

memiliki pikiran dan suara hati penyair. Faktor-faktor yang dipetimbangkan dalam pemilihan kata-kata sebagai berikut:

1) Makna kias

Makna kias adalah makna yang bukan sebenarnya atau disebut pula dengan makna konotatif.

2) Lambang

Lambang adalah suatu pola arti, sehingga antara apa yang dikatakan dan apa yang dimaksudkan terjadi hubungan asosiasi. Lambang sendiri tidak langsung menunjukkan sesuatu. Penikmatlah yang menghubungkan bersifat metaforik namun beberapa lambang masih bersifat konvensional (Jan Van Lusenburg, 1986:190).

3) Persamaan Bunyi atau Rima

Kemiripan bunyi antara suku-suku kata. Bentuk-bentuk rima yang paling sering nampak ialah aliterasi (rima komsonan), asonansi (rima vokal), dan rima akhir.

4) Kata Konkret

Penyair ingin menggambarkan sesuatu secara lebih konkret. Oleh karena itu, kata-kata diperkonkret. Bagi penyair mungkin dirasa lebih jelas karena lebih konkret, namun pembaca sering lebih sulit ditafsirkan maknanya.

5) Pengimajian

Penyair juga menciptakan pengimajian (pencitraan) dalam puisinya. Pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat

(26)

memperjelas atau memperkonkret apa yang dinyatakan oleh penyair. Melalui pengimajian, apa yang digambarkan seolah-olah dapat dilihat (imajinasi visual), didengar (imaji auditif), atau dirasa (imaji taktil). Imaji visiual menampilkan kata atau susunan kata-kata yang menyebabkan apa yang digambarkan penyair lebih jelas seperti dapat dilihat oleh pembaca. Imaji auditif adalah penciptaan ungkapan oleh penyair, sehingga pembaca seolah-olah mendengarkan suara oleh yang digambarkan oleh penyair. Imaji taktil adalah penciptaan ungkapan oleh penyair yang mampu mempengaruhi perasaan sehingga pembaca ikut terpengaru perasaannya.

6) Irama (ritme)

Irama (ritme) berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata, frasa, dan kalimat. Dalam puisi, irama berupa pengulangan yang teratur suatu baris puisi yang menimbulkan gelombang serta menciptakan keindahan. Irama dapat juga berarti pergantian keras-lembut, tinggi-rendah, atau panjang-pendek, kata secara berulang-ulang dengan tujuan menciptaka gelombang yang memperindah puisi.

7) Tata Wajah

Puisi yang mementingkan tata wajah, menciptakan puisi seperti gambar, disebut dengan puisi konkret karena tata wajahnya membentuk gambar yang mewakili maksud tertentu. Dibandingkan tata wajah non-konvensional, jauh lebih banyak puisi dengan tata wajah konvensional (apa adanya, tanpa membentuk gambar atau bentuk tertentu lainnya).

(27)

Beberapa hal yang diungkapkan penyair, antara lain: a. Tema Puisi

Tema adalah gagasan pokok (subject-matter) yang dikemukakan oleh penyair melalui puisinya, tema mengacu pada penyair. Pembaca sedikit banyak harus mengetahui latar belakang penyair agar tidak salah menafsirkan tema puisi tersebut. Oleh karena itu, tema bersifat khusus, objektif (semua pembaca harus menafsirkan sama), dan lugas (bukan makna kias yang diambil dari konotasinya). Tema yang banyak terdapat dalam puisi adalah tema ketuhanan, kemanusiaan, cinta, patriotisme, perjuangan, kegagalan hidup, alam, keadilan, kritik sosial, demostrasi, dan tema kesetiakawanan.

b. Nada dan Suasana Puisi

Puisi juga mengungkapkan nada dan suasana kejiwaan. Nada mengungkapkan sikap penyair terhadap pembaca. Dari sikap itu terciptalah suasana puisi. Ada puisi yang bernada sinis, protes, menggurui, memberontak, main-main, serius, masa bodoh, pesimis, humor, mencemooh, kharismatik, filosofis, khusyuk, dan sebagainya. c. Perasaan dalam Puisi

Puisi mengungkapkan perasaan penyair. Nada dan perasaan penyair akan dapat ditangkap jika pusi itu dibaca keras dalam deklamasi. Membaca puisi dengan suara keras akan lebih membantu menemukan perasaan penyair yang melatarbelakangi terciptanya puisi tersebut.

(28)

d. Amanat Puisi

Amanat pesan atau nasihat merupakan kesan yang ditangkap pembaca setelah membaca puisi. Amanat dirumuskan sendiri oleh pembaca. Sikap dan pengalaman pembaca sangat berpengaru kepada amanat puisi. Cara menyimpulkan amanat sangat berkaitan dengan cara pandang pembaca terhadap suatu hal. Meskipun ditentukan cara pandang pembaca, amanat tidak dapat lepas dari tema dan isi puisi yang dikemukakan penyair.

4) Jenis-Jenis Puisi

Waluyo (1995:135) puisi ditinjau dari aspek jenisnya, dapat dikelompokkan berdasarkan klasifikasi sebagai berikut:

a) Bedasarkan cara penyair mengungkapkan isi atau gagasan yang hendak disampaikan puisi dibedakan atas puisi naratif, puisi lirik dan puisi deskriptif.

Puisi naratif, yaitu puisi yang mengungkapkan cerita atau penjelasan penyair, ada puisi naratif yang sederhana, ada yang sugestif, dan ada yang kompleks. Puisi naratif misalnya epik, balada, romansa,dan syair. Epik adalah salah satu jenis puisi yang panjang, Ia menceritakan sesuatu peristiwa atau kejadian yang pada umumnya menyangkut tokoh-tokoh yang gagah perkasa, pemberani dalam membela kebenara. Pada umumnya epik menyuguhkan sebagian besar tentang konflik fisik atau spiritual, atau keduanya. Beberapa tokoh cerita biasanya digambarkan secara luas dan mendetail. Balada adalah puisi yang berisi tentang

(29)

orang-orang perkasa, tokoh pujaan atau orang-orang yang menjadi pujaan. Romansa adalah jenis puisi cerita yang menggunakan bahasa romantik yang berisi kisah cinta yang berhubungan dengan ksatria, dengan perkelahian dan petualangan yang menambah percintaan mereka lebih istimewa.

Puisi lirik, yaitu puisi yang mengungkapkan gagasan pribadi penyair atau aku lirik, ia tidak bercerita. Jenis puisi lirik antara lain: elegi, ode, dan serenade. Elegi adalah puisi yang mengungkapkan perasaan duka. Ode, adalah puisi yang berisi pujaan pada seseorang. Suatu hal, dan sesuatu keadaan. Serenade, adalah sajak percintaan yang dapat dinyayikan.

Puisi deskriptif, yaitu puisi yang hasil karya penyair yang bertindak sebagai pemberi kesan terhadap keadaan peristiwa, benda, atau suasana yang dipandang menarik perhatian penyair. Puisi deskriptif adalah puisi yang mengedepankan penyair sebagai pemberi kesan terhadap keadaan atau peristiwa, benda, dan suasana yang dipandang menarik perhatian penyair. Jenis puisi deskriptif antara lain: satire, kritik sosial, dan puisi impresionistik. Satire adalah puisi yang berisi sindiran atau kritik terhadap kejadian yang terjadi.

b) Berdasarkan pada suara ataupun tempat yang cocok untuk pembacaannya dan jumlah pembaca, puisi dibedakan atas puisi kamar dan puisi auditorium.

Puisi kamar, yaitu puisi yang cocok dibacakan sendirian atau dengan satu atau dua pendengar. Puisi auditorium yaitu puisi yang cocok

(30)

untuk dibacakan di auditorium/ mimbar yang jumlah pendengarnya lebih dari puluhan orang.

c) Berdasarkan sifat atau isi yang dikemukakan puisi tersebut, puisi dibedakan atas puisi fisikal, puisi platonik, dan puisi metafisikal.

Puisi fisikal bersifat realistis, artinya menggambarkan kenyataan yang dilukiskan adalah kenyataan dan bukan gagasan seperti hal yang didengar, dilihat, atau dirasakan. Puisi platonik adalah puisi yang sepenuhnya berisi hal-hal spiritual atau kejiwaan, dapat juga puisi tentang pengungkapan cerita seorang kekasih atau orang tua kepada anaknya, puisi ini juga merupakan pengungkapan ide atau cita-cita. Puisi metafisikal adalah puisi yang bersifat filosofis dan mengajak pembaca merenungkan Tuhan.

d) Berdasarkan cara menafsirkan makna puisinya, puisi dibedakan menjadi puisi diafan, puisi gelap, dan puisi prismtik.

Puisi diafan atau polos adalah puisi yang kurang sekali menggunakan pengimajian, puisi ini biasanya menggunakan kata konkret dan bahasa figuratfi, sehingga puisinya mirip dengan bahasa sehari-hari. Puisi yang demikian mudah dipahami maknanya seperti puisi anak-anak atau puisi karya mereka yang baru mencoba belajar menulis puisi.

Puisi gelap adalah puisi yang mempunyai banyak majas, lambang, dan kiasan sehingga sulit ditafsirkan. Puisi prismatik adalah puisi yang berisi majas, verifikasi, diksi, dan pengimajian sedemikian rupa sehingga pembaca tidak terlalu mudah menafsirkan makna puisinya namun makna

(31)

itu bagaikan makna yang muncul karena bahasa puisi bersifat multi interprestasi. Jika pembaca mempunyai latar belakang pengetahuan yang cukup mengenai penyair dan kenyataan sejarah maka pembaca akan lebih cepat dan tepat menafsirkan makna puisi tersebut.

e) Berdasarkan kandungan nilai keilmuwan, puisi dibedakan menjadi puisi penafsiran dan puisi inspiratif.

Puisi penafsiran merupakan puisi yang mengandung unsur atau nilai-nilai keilmuwan. Puisi ini diciptakan dengan pertimbangan ilmu atau pengetahuan dan bukan didasari oleh inspirasi karena adanya mood dalam jiwa penyair. Puisi inspiratif adalah puisi yang didasarkan pada

mood atau passion penyair benar-benar masuk ke dalam suasana yang

hendak dilukiskan. Suasana batin penyair benar-benar terlibat dalam puisi tersebut.

5) Bentuk dan Gaya dalam Membaca Puisi

Suwignyo (dalam Sari, 2011:12) mengemukakan bahwa bentuk dan gaya baca puisi dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu (1) bentuk dan gaya baca puisi secara poetry reading, (2) bentuk dan gaya baca puisi secara deklamatoris, dan (3) bentuk dan gaya baca puisi secara teaterikal. Adapun penjelasan dari bentuk dan gaya baca puisi adalah sebagai berikut:

a) Bentuk dan Gaya Baca Puisi secara Poetry Reading

Ciri khas dari bentuk dan gaya baca puisi ini adalah diperkenankannya pembaca membawa teks puisi. Adapun posisi dalam bentuk dan gaya baca puisi ini dapat dilakukan dengan (1) berdiri, (2) duduk, dan (3) berdiri,

(32)

duduk, dan bergerak. Jika pembaca memilih bentuk dan gaya baca dengan posisi berdiri, maka pesan puisi disampaikan melalui gerakan badan, kepala, wajah, dan tangan. Intonasi baca seperti keras lemah, cepat lambat, tinggi rendah dilakukan dengan cara sederhana.

Bentuk dan gaya baca puisi ini relatif mudah dilakukan. Jika pembaca memilih bentuk dan gaya baca dengan posisi duduk, maka pesan puisi disampaikan melalui (1) gerakan-gerakan kepala: mengenadah, menunduk menoleh, (2) gerakan raut wajah: mengerutkan dahi, mengangkat alis, (3) gerakan mata: membelakak, meredup, memejam, (4) gerakan bibir: tersenyum, mengatup, melongo, dan (5) gerakan tangan, bahu, dan badan, dilakukan seperlunya.

Selain itu, intonasi baca dilakukan dengan cara (1) membaca dengan keras kata-kata tertentu, (2) membaca dengan lambat kata-kata tertentu, dan (3) membaca dengan nada tinggi kata-kata tertentu. Jika pembaca memilih bentuk dan gaya baca puisi duduk, berdiri, dan bergerak, maka yang harus dilakukan pada posisi duduk adalah (1) memilih sikap duduk dengan santai, (2) arah dan pandangan mata dilakukan secara bervariasi, dan (3) melakukan gerakan tangan dilakukan dengan seperlunya. Sedangkan yang dilakukan pada saat berdiri adalah (1) mengambil sikap santai, (2) gerakan tangan, gerakan bahu, dan posisi berdiri dilakukan dengan bebas, dan (3) ekspresi wajah: kerutan dahi, gerakan mata, senyuman dilakukan dengan wajar. Yang dilakukan pada saat bergerak adalah (1) melakukan dengan tenang dan terkendali, dan (2) menghindari gerakan-gerakan yang

(33)

berlebihan. Intonasi baca dilakukan dengan cara (1) membaca dengan keras kata-kata tertentu, (2) membaca dengan lambat kata-kata

b) Bentuk dan Gaya Baca Puisi secara Deklamatoris

Ciri khas dari bentuk dan gaya baca puisi secara deklamatoris adalah lepasnya teks puisi dari pembaca. Jadi, sebelum mendeklamasikan puisi, teks puisi harus dihapalkan. Bentuk dan gaya baca puisi ini dapat dilakukan dengan posisi (1) berdiri, (2) duduk, dan (3) berdiri, duduk, dan bergerak. Jika deklamator memilih bentuk dan gaya baca dengan posisi berdiri, maka pesan puisi disampaikan melalui (1) gerakan-gerakan tangan: mengepal, menunjuk, mengangkat kedua tangan, (2) gerakan-gerakan kepala: melihat ke bawah, atas, samping kanan, samping kiri, serong, (3) gerakan-gerakan mata: membelalak, meredup, memejam, (4) gerakan-gerakan bibir: tersenyum, mengatup, melongo, (5) gerakan-gerakan tangan, bahu, badan, dan raut muka dilakukan dengan total.

Intonasi baca dilakukan dengan cara (1) membaca dengan keras kata-kata tertentu, (2) membaca dengan lambat kata-kata-kata-kata tertentu, (3) membaca dengan nada tinggi kata-kata tertentu. Jika deklamator memilih bentuk dan gaya dengan posisi duduk, berdiri, dan bergerak, maka yang dilakukan pada posisi duduk adalah (1) memilih posisi duduk dengan santai, kaki agak ditekuk, posisi miring dan badan agak membungkuk, dan (2) arah dan pandangan mata dilakuka n bervariasi: menatap dan menunduk. Sedang yang dilakukan pada posisi berdiri (1) mengambil sikap tegak dengan wajah menengadah, tangan menunjuk, dan (2) wajah berseri-seri dan bibir

(34)

tersenyum. Yang dilakukan pada saat bergerak (1) melakukan dengan tenang dan bertenaga, dan (2) kaki dilangkahkan dengan pelan dan tidak tergesagesa. Intonasi dilakukan dengan cara (1) membaca dengan keras kata-kata tertentu, (2) membaca dengan lambat kata-kata tertentu, dan (3) membaca dengan nada tinggi kata-kata tertentu.

c) Bentuk dan Gaya Baca Puisi secara Teaterikal

Ciri khas bentuk dan gaya baca puisi teaterikal bertumpu pada totalitas ekspresi, pemakaian unsur pendukung, misal kostum, properti, setting, musik, dan lain-lain, meskipun masih terikat oleh teks puisi/tidak. Bentuk dan gaya baca puisi secara teaterikal lebih rumit daripada poetry reading maupun deklamatoris. Puisi yang sederhana apabila dibawakan dengan ekspresi akan sangat memesona. Ekspresi jiwa puisi ditampakkan pada perubahan tatapan mata dan sosot mata. Gerakan kepala, bahu, tangan, kaki, dan badan harus dimaksimalkan. Potensi teks puisi dan potensi diri pembaca puisi harus disinergikan. Pembaca dapat menggunakan efek-efek bunyi seperti dengung, gumam, dan sengau diekspresikan dengan total. Lakuan-lakuan pembaca seperti menunduk, mengangkat tangan, membungkuk, berjongkok, dan berdiri bebas diekspresikan sesuai dengan motivasi dalam puisi. Aktualisasi jiwa puisi harus menyatu dengan aktualisasi diri pembaca. Inilah bentuk dari gaya baca puisi yang paling menantang untuk dilakukan.

(35)

4. Apresiasi Puisi Sebagai Kegiatan Pembelajaran Puisi a. Pengertian Apresiasi

Azis (2011:3) mengemukakan bahwa apresiasi sastra adalah kegiatan untuk mengakrabi karya sastra dengan sungguh-sungguh. Di dalam mengakrabi terjadi proses pengenalan, pemahaman, penghayatan, dan setelah itu penerapan.

Moha, (1995:1) lebih jauh mengemukakan bahwa apresiasi sastra adalah kegiatan yang dialkukan terhadap karya sastra maupun terhadap pembicaraan sastra sehingga timbul pengetian, pemahaman, penikmatan, dan penghargaan terhada p karya sastra. Sedangkan menurut Squire dan Taka (dalam Rimang, 2011:214) mengemukakan bahwa apresiasi sastra sebagai suatu proses, masa apesiasi sastra melibatkan tiga unsur inti, yakni (1) aspek kognitif, (2) aspek normatif, dan (3) aspek psikomotorik.

Aspek kognitif berkaitan dengan ktelibatan intelektual pembaca dalam upaya memahami unsu-unsur kesusastraan yang bersifat objektif. Aspek emotif berkaitan dengan keterlibatan unsur emosi pembaca dalam menghayati unsur-unsur keindahan teks yang dibaca. Sedangkan aspek evaluatif berkorelasi dengan kegiatan memberikan penilaian terhadap baik buruknya dan indah tidaknya; sesuai dengan sebuah karya kritik, tetapi secaa persoalan cukup dimiliki oleh pembaca.

Dapat diakatakan bahwa seseorang telah memiliki kemampuan mengapresiasi sastra bila memenuhi ciri-ciri sebagai berikut yakni: (1) berusaha dengan seluruh tenaga tanpa paksaan bahkan dengan suka rela

(36)

mencari buku-buku karya sastra kemudian membacanya, (2) selalu mengarahkan kepada teman-temannya untuk membaca buku-buku sastra yang dianggap relatif bermutu, (3) bahan yang dibacanya itu dipersoalkan, dan diskusikan dengan teman-temannya atau dengan orang lain, (4) menyediakan waktu yang cukup untuk kegiatan membaca, (5) berusaha untuk mendapatkan hasil-hasil mutakhir, baik berupa buku, majalah, maupun dari siara radio dan televisi, dan (6) dapat menghubungkan adegan satu dengan yang lain dari bahan yang dibaca atau yang didengarnya, (7) menjelaskan suatu tokoh yang mengalami perubahan baik fisik maupun rohaninya, (8) memiliki gambaran yang jelas dari fakto-faktor cerita itu dengan faktor geografis, historis, sosial, ekonomi, dan lain-lain, dan (9) mengemukakan pendapat megenai watak para tokoh yang disukainya dengan alasan-alasan yang diterima oleh akal sehat.

Berdasarkan beberapa pengertian terdahulu, maka apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli karya sastra dengan sungguh-sungguh sehingga tumbuh pengertian, penghargaan, dan kepekaan pikiran kritis. Apresiasi adalah usaha atau poses dalam memahami maksud yang terkandung dalam karya sastra.

b. Tahap-Tahap Dalam Mengapresiasi

Maidar (dalam Sukmawati, 2010:27) menyebutkan bahwa dalam proses kegiatan apresiasi melalui tahap-tahap berikut:

(37)

1) Tahap Penikmatan dan Menyenangi

Tindakan operasional yang terjadi pada tahap ini misalnya menonton bioskop, mendengarkan musik, menonton drama, membaca novel, dan sebagainya.

2) Tahap Penghargaan

Tindakan operasionalnya yang terjadi pada tahap ini, misalnya melihat kebaikan nilai atau manfaat suatu karya sastra serta berusaha menyimpulkannya.

3) Tahap Pemahaman

Tindakan operasionalnya adalah meneliti dan menganalisis unrus intrinsik dan ekstrinsik suatu karya sastra berusaha menyimpulkannya. 4) Tahap Penghayatan

Tindakan operasionalnya adalah menganalisis lebih lanjut suatu karya, mencari hakikat atau makna suatu karya beserta argumentasinya.

5) Tahap Aplikasi dan Penerapan

Tindakan operasionalnya adalah melahirkan ide baru, mengamalkan penemuan dan mendayagunakan hasil apresiasi dalam mencapai nilai mateial dan spiritual untuk kepentingan politik, sosial dan budaya.

Berdasarkan pemaparan diatas, dapat dinyatakan bahwa yang diamksud dengan apresiasi karya sastra, khususnya puisi adalah usaha atau proses dalam menikmati, memahami, menghargai secara kritis dan sungguh-sungguh sehingga timbul pengertian, penghargaan, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra.

(38)

c. Bekal Awal Mengapresiasi

Kellet (dalam Sukmawati, 2010:15) mengungkapkan bahwa pada saat ia membaca suatu karya sastra dalam kegiatan tersebut. Ia selalu berusaha menciptakan suasana serius dan suasana batin riang. Penumbuhan sikap serius dalam pembaca cipta sastra itu terjadi karena sastra bagaimanapun lahir dari daya kontemplasi batin pengarang sehingga untuk memahaminya membutuhkan pemilikan daya kontemplatif pembacanya. Sementara pada sisi lain sastra meupakan bagian dari seni berusaha menampilkan nilai-nilai keindahan serta paparan peristiwa yang mampu memberikan kepuasan batin pembacanya, juga mengandung pandangan yang berhubungan dengan masalah keagamaan, filsafat, politik maupun bebagai problema yang berhubungan dengan kompleksitas kehidupan ini. Kandungan makna yang begitu kompleks serta berbagai problema yang berhubungan dengan kompleksitas serta berbagai macam nilai keindahan tesebut akan mewujudkan atau tergambar lewat media tulisan atau struktur wacana. 5. Korelasi

a. Pengertian Korelasi

Korelasi adalah hubungan timbal balik antara dua variabel. Pengertian ini diperkuat dengan pendapat Arikunto (dalam Nursidah 2016: 18) mengatakan bahwa penelitian korelasi bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti tidak hubungan itu.

(39)

Koefisien korelasi adalah suatu alat statistik, yang dapat digunakan untuk membandingkan hasil pengukuran dua variabel yang berbeda agar dapat menentukan tingkat hubungan antara variabel – variabel.

Jadi yang dimaksud dengan korelasi dalam penelitian ini adalah hubungan timbal balik antara kebiasaan membaca puisi dengan kemampuan mengapresiasi puisi siswa kelas XI SMA Negeri 10 Gowa.

B.Kerangka Pikir

Pembelajaran puisi dalam pembelajaran bahasa dan sastra indonesia yang sesuai dengan KTSP menurut siswa mampu mengusai salah satu kompetensi dasar. Salah satu kompetensi dasar yang dimaksud, yaitu mengapresiasi puisi.

Kemampuan mengapresiasi puisi siswa dipengaruhi oleh banyak hal. Salah satu diantaranya, yaitu pembiasaan membaca puisi. Siswa yang intensitas pembacaan puisi, maka diduga memiliki kemampuan mengapresiasi puisi. Dalam penelitian ini dikaji tentang korelasi atau kaitan antara sikap siswa-siswa terhadap puisi, yaitu membaca cerpen dengan pengetahuan siswa terhadap puisi, yaitu kemampuan mengapresiasi. Untuk mengetahui hal tersebut dilakukan penelitian dengan rancangan penelitian statistik inferensial.

(40)

Untuk membuktikan hal tersebut, perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam. Secara sederhana kerangka penelitian ini dapat digambarkan dalam bagan berikut:

Bagan Kerangka Pikir Pembelajaran Bahasa dan

Sastra Indonesia Pembelajaran Puisi Peningkatan Pembelajaran Puisi Membaca Puisi Pembiasaan Membaca Puisi Kemampuan Mengapresiasi Puisi Meningkat 1. Tema 2. Diksi 3. Gaya Bahasa 4. Persajakan 5. Amanat 6. nada Bentuk Dan Gaya

Baca Puisi

1. Membaca Puisi

2. Deklamatoris

3. Teaterical

(41)

C.Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah kesimpulan sementara dalam sebuah penelitian. Hipotesis dalam penelitian ini ada dua, yaitu hipotesis Nihil dan Hipotesis kerja.

1. Hipotesis Nihil (Ho) dalam penelitian ini adalah tidak ada korelasi antara kebiasaan membaca puisi dengan kemampuan mengapresiasi puisi siswa kelas XI SMA Negeri 10 Gowa.

2. Hipotesis kerja (Ha) dalam penelitian ini adalah ada korelasi antara kebiasaan membaca puisi dengan kemampuan mengapresiasi puisi siswa kelas XI SMA Negeri 10 Gowa.

Hipotesisi Statistiknya : Ho : r = o Ha : r > o

Kriteria pengujian hipotesis:

Jika harga rhitung lebih kecil daripada harga rtabel ɑ= 0,05 berarti diterima Ho, dan jika harga rhitung lebih besar dari pada rtabel pada taraf rtabel ɑ= 0,05 berarti

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Variabel dan Desain Penelitian 1. Variabel Penelitian

Varibel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006:126). Berdasarkan judul yang akan diteliti, maka variabel penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas dan variabel terikat.

a. Kebiasaan membaca puisi sebagai variabel bebas (X)

b. Kemampuan mengapresiasi siswa sebagai variabel terikat (Y) 2. Desain Penelitian

Sesuai dengan tujuannya, penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif yang bersifat korelasi yang sasarannya adalah mendeskripsikan ada tidaknya hubungan antara dua variabel. Besar kecilnya hubungan dinyatakan dalam bilangan. Bilangan yang menyatakan besar kecilnya hubungan itu disebut koefisien korelasi Hadi (dalam Hikmatul, 2013:37).

Dalam penelitian ini dibahas dua variabel, yakni variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas yaitu kebiasaan membaca puisi (X) dan variabel terikat yaitu kemampuan mengapresiasi siswa (Y). Hubungan antarvariabel dapat digambarkan sebagai beriktut:

(43)

Keterangan :

X : Kebiasaan membaca puisi Y : Kemampuan mengapresiasi puisi

B.Populasi dan Sampel 1. Populasi

Dalam suatu penelitian ilmiah, penentuan populasi merupakan salah satu faktor penting, populasi menurut Arikunto (dalam Asrul 2017:32) adalah seluruh sumber data yang memungkinkan memberi informasi yang berguna bagi masalah penelitian atau seluruh objek penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 10 Gowa tahun 2018/2019 sebanyak 174 orang. Namun peneliti tidak akan mengambil jumlah populasi secara keseluruhan, melainkan hanya mengambil sampel saja, agar subjek yang diteliti tidak terlalu banyak.Lebih jelasnya mengenai penyebaran populasi, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Populasi Penelitian

No. Kelas Jenis Kelamin Jumlah Laki-Laki Perempuan 1 XI MIA 1 15 17 32 2 XI MIA 2 14 16 30 3 XI MIA 3 12 20 32 4 XI MIA 4 15 16 31 5 XI IIS 1 12 18 30 7 XI IBB 15 4 19 Jumlah 83 251 174

(44)

2. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sampel total yakni sebanyak 19 orang. Arikunto (dalam Asrul, 2017:33) menyatakan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti. Apabila subjek penelitian kurang dari 100 orang maka lebih baik diambil semuanya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Sebaiknya, jika jumlah subjek cukup besar, maka diambil sampel antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.

Sampel yang akan diambil dari populasi tersebut harus betul-betul representatif atau dapat mewakili. Sedangkan guna untuk menyederhanakan proses pengumpulan dan pengolahan data, penulis menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling atau definisi sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah jumlah keseluruhan siswa kelas XI IBB dengan jumlah siswa 19 orang.

Beradasarkan kriteria tersebut, maka sampel dalam penelitian ini dijabarkan pada tabel berikut :

Tabel 2. Sampel Penelitian

Nomor Kelas

Jenis Kelamin

Jumlah Laki-Laki Perempuan

1 XI IBB 1 15 14 19

(45)

C.Definisi Operasioanal Variabel

Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai variabel yang diteliti, penulis mengemukakan definisi operasional variabel sebagai berikut:

1. Secara konseptual, kebiasaan membaca puisi adalah aktivitas yang dilakukan seseorang dengan penuh ketekunan dan cenderung menetap dalam rangka membangun pola komunikasi dengan diri sendiri agar menemukan makna puisi dari yang dibacanya dan memperoleh informasi sebagai proses transmisi pemikiran untuk mengembangkan intelektualitas dan pembelajaran sepenjang hayat serta dilakukan dengan penuh kesadaran dan mendatangkan perasaan senang, suka dan gembira. Secara operasional yaitu skor yang diperoleh siswa setelah siswa mengisi angket minat membaca puisi.`

2. Kemampuan mengapresiasi puisi adalah kemampuan atau kesanggupan yang dimiliki oleh seseorang dalam memberikan penghargaan terhadap puisi dengan pemberian nilai yang wajar apa adanya, yang disertai pemahaman dan pengenalan secara memadai, hingga timbul kepekaan kritis dan kepekaan perasaan yang baik terhadap puisi tersebut. Secara operasional yaitu skor yang diperoleh siswa setelah siswa mengerjakan soal tes kemampuan apresiasi puisi.

D.Instrument Penelitian

Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti, jumlah instrumen yang akan digunakan untuk penelitian akan tergantung pada jumlah variabel yang diteliti Sugiyono (dalam Fitriyah,

(46)

2013:42). Instrumen penelitian ini mencakup angket untuk mengukur tingkat minat membaca puisi siswa dan tes untuk mengukur kemampuan apresiasi puisi siswa. Isntrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas instrumen penelitian variabel kebiasaan membaca puisi (variabel X) dan kemampuan mengapresiasi puisi (variabel Y).

E.Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan dua cara pengumpulan data, yaitu : 1. Angket atau kuesioner

Angket atau kuesioner ini digunakan untuk mengumpulkan data minat membaca puisi siswa. Jenis angket dalam penelitian ini yaitu: (1) angket tertutup (responden tinggal memilih jawaban yang disediakan), (2) angket langsung karena menjawab secara langsung, (3) angket jenis check list (responden memberi tanda √). Alasan pemilian angket atau kuesioner sebagai teknik pengumpulan data karena: (1) subjek merupakan orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri, (2) apa yang dinyatakan subjek merupakan sesuatu yang benar dan dapat dipercaya, (3) subjek dapat menginterprestasikan pertanyaan dengan mudah. Penilaian terhadap jawaban siswa dilakukan dengan memberi nilai menggunakan skala tertentu. Agar angket minat membaca puisi ini menghasilkan nilai yang dapat menggambarkan dan mengukur minat membaca puisi seseorang maka diperlukan standar penilaian dengan skala tertentu. Dalam mengerjakan angket minat membaca puisi ini, setiap testee harus memilih salah satu di antara 4 (empat) alternatif jawaban yang ada dari masing-masing item.

(47)

Setiap alternatif jawaban mempunyai nilai berbeda-beda. Nilai yang diberikan berkisar 4-1 jika pertanyaan yang diajukan berupa pertanyaan positif, nilai 1-4 diberikan jika pertanyaan berupa pertanyaan negatif.

Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Minat Membaca Puisi

Aspek/ Variabel Indikator Jumlah Butir Pertanyaan Minat Membaca Puisi

Dorongan atau motivasi untuk membaca puisi

5

Tujuan atau orientasi membaca puisi 5 Intensitas waktu untuk membaca puisi 5 Media yang dipergunakan untuk

membaca puisi

5

20

Tabel 4. Penggolongan Pertanyaan Positif dan Negatif dalam Angket

Indikator Nomor Pertanyaan Positif Nomor Pertanyaan Negatif Dorongan atau motivasi untuk membaca

puisi 1, 2, 3 13, 14

Tujuan atau orientasi membaca puisi 4, 5, 6 15, 16 Intensitas waktu untuk membaca puisi 7, 8, 9 17, 18 Media yang dipergunakan untuk

(48)

Tabel 5. Skor Alternatif Jawaban Angket

Pernyataan Positif Pernyataan Negatif Alternatif Jawaban Skor Alternatif Jawaban Skor

Selalu 4 Selalu 1

Sering 3 Sering 2

Kadang – kadang 2 Kadang – kadang 3

Tidak pernah 1 Tidak pernah 4

Tabel 6. Skor Nilai dan Tinkat Kebiasaan Membaca Puisi Siswa Kelas XI SMA Negeri 10 Gowa, Nurgiyantoro (dalam Asrul, 2017: 24)

No. Interval Nilai Tingkat Kemampuan

1. 2. 3. 4. 5. 71 – 80 61 – 70 51 – 60 41 – 50 < 40 Sangat Baik Baik Sedang Rendah Sangat Rendah 2. Tes

Tes adalah serangkaian pertanyaan, latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok Arikunto (dalam Yulianto, 2014:28). Tes digunakan untuk mengetahui atau mengukur tingkat kemampuan yang dimiliki oleh seseorang sehingga diperoleh gambaran atau deskripsi mengenai suatu hal yang diukur. dalam tes kemampuan apresiasi puisi instrumen yang dibuat sebanyak 30 soal.

(49)

Tabel 7. Kisi – Kisi Tes Kemampuan Apresiasi Puisi

No Indikator Pertanyaan Butir Soal Jumlah

Soal 1 Siswa dapat menetukan tema puisi 1, 7, 17, 21 5 2

Siswa dapat mengidentifikasi penggunaan diksi yang ada dalam puisi

2, 20, 9 3

3

Siswa dapat menentukan gaya bahasa yang digunakan dalam puisi

8, 14, 22 3

4 Siswa dapat mengidentifikasi persajakan yang ada dalam puisi

3, 6, 15, 30 4

5 Siswa dapat memaknai puisi 4, 11, 16, 18, 24, 27

6

6

Siswa dapat menentukan amanat dalam puisi baik yang tersurat maupun tersirat

9, 13, 23, 29 4

7

Siswa dapat mengidentifikasi nada atau suasana yang dipergunakan oleh pengarang dalam puisi

5, 10, 12, 25, 29 5

30

Tabel 8. Skor Nilai dan Tingkat Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa Kelas XI SMA Negeri 10 Gowa, (Nurgiyantoro, 1988:65)

No. Interval Nilai Tingkat Kemampuan

1. 2. 3. 4. 5. 90 – 100 80 – 89 65 – 79 55 – 64 < 55 Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang

(50)

F. Tehnik Analisis Data

Dalam penelitian ini, data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan

1. Analisi Korelasi

Untuk perhitungan uji hipotesis digunakan analisis korelasi variabel X dan Y dengan menggunakan rumus koefisien korelasi Product Moment Arikunto (dalam Asrul, 2017:34) sebagai berikut:

Rumus: Dimana:

Rxy = Koefisien korelasi variabel X dan Y N = Jumlah responden

XY = Hasil kali antara variabel X

X = Jumlah nilai kebiasaan membaca puisi

Y = Jumlah nilai kemampuan mengapresiasi puisi X² = Jumlah seluruh skor variabel X yang dikuadratkan Y² = Jumlah seluruh skor variabel Y yang dikuadratkan (X²) = Hasil kali antara variabel X² yang dikuadratkan (Y²) = Hasil kali antara variabel Y² yang dikuadratkan

n∑XY– (∑X)(∑Y)

rᵪᵧ =

)

)

)

(51)

Analisis product moment dimaksudkan untuk mencari titik nilai korelasi antara variabel X dan variabel Y apakah meniliki hubungan yang sangat kuat, kuat, cukup, lemah, atau sangat lemah.

Untuk memberikan penaksiran terhadap koefisien korelasi yang ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan yang tertera pada tabel berikut:

Tabel 9. Interperensi Terhadap Nilai r Hasil Analisis Korelasi

Interval nilai r٭( Interperensi

0,001 – 0,200 0,201 – 0,400 0,401 – 0,600 0,601 – 0,800 0,801 – 1,000

Korelasi sangat lemah Korelasi lemah Korelasi cukup kuat

Korelasi kuat Korelasi sangat kuat Sumber : Hariwijaya M dan Triton (dalam Nursanthi, 2012:30 )

(52)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Analisis Data

Sesuai yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa pada ini akan memperjelas permasalahan yang akan dianalisis dengan menggunakan rumus koefisien korelasi product moment, untuk kelengkapan analisis data, penulis memaparkan skor kebiasaan membaca puisi dan skor kemampuan mengapresiasi puisi. Kedua skor ini akan dianalisis sebagai langkah awal untuk menentukan data, kemudian data tersebut diolah dengan menggunakan statistik inferensial koefisien korelasi product moment sehingga tampak dengan jelas ada atau tidak ada hubungan kebiasaan membaca puisi dengan kemampuan mengapresiasi puisi siswa kelas XI SMA Negeri 10 Gowa.

1. Data Hasil Kebiasaan Membaca Puisi Siswa Kelas XI IBB SMA Negeri 10 Gowa.

Pada tabel dibawah ini akan menggambarkan hasil penelitian kebiasaan membaca puisi siswa.

Tabel 10. Distribusi Hasil Angket

No Inisial Siswa

Skor hasil angket Kebiasaan Membaca Puisi

(X) Pertanyaan (+) Pertanyaan (-) Jumlah 1 AW 39 24 63 2 AB 40 23 63

(53)

No Inisial siswa

Skor hasil angket Kebiasaan Membaca Puisi

(X) Pertanyaan (+) Pertanyaan (-) Jumlah 3 ADR 31 22 53 4 FZ 28 23 51 5 GH 34 19 54 6 HC 29 20 49 7 II 37 23 60 8 J 44 26 70 9 MS 31 22 53 10 MAF 33 23 56 11 MAR 37 24 61 12 MI 28 22 50 13 MA 40 29 69 14 NQ 37 17 54 15 SA 28 25 53 16 SAA 28 25 53 17 S 43 37 80 18 SASAM 29 22 51 19 W 42 27 69

Sumber : Hasil Analisis Tes Kebiasaan Membaca Puisi, Tahun 2018

Berdasarkan tabel di atas hasil kebiasaan membaca puisi siswa kelas XI IBB, maka diklasifikasikan atas lima kategori yaitu, sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik, dan sangat kurang. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

(54)

Tabel 11. Distribusi Hasil, Frekuensi dan Persentase Kebiasaan Membaca Puisi Siswa Kelas XI IBB SMA Negeri 10 Gowa, Tahun Ajaran 2018/2019

No. Nilai Yang

Dicapai Siswa Frekuensi Persentase

Tingkat Kemampuan 1. 2. 3. 4. 5. 71 – 80 61 – 70 51 – 60 41 – 50 < 40 1 6 10 2 0 5,26% 31,57% 52,63% 10,52% 0 Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang Jumlah 19 100%

Sumber: hasil Analisis Angket

Berdasarkan tabel 11 pada distribusi frekuensi kebiasaan membaca puisi siswa kelas XI SMA Negeri 10 Gowa menunjukkan bahwa dari 19 responden penelitian terdapat 1 responden (5,26%) dengan tingkat kemampuan kebiasaan membaca puisi siswa kelas XI SMA Negeri 10 Gowa dalam kategori sangat baik, disusul dengan kategori baik sebanyak 6 responden (31,57%), serta kategori cukup baik yaitu sebanyak 10 responden (52,63%), 2 responden (10,52%) dikatakan kurang dan tidak ada responden yang pernyataannya dalam kategori sangat kurang dalam kebiasaan membaca puisi siswa kelas XI SMA Negeri 10 Gowa.

Selanjutnya sesuai dengan nilai rata-rata kebiasaan membaca puisi siswa kelas XI SMA Negeri 10 Gowa sebanyak 52,63% dimana nilai rata-rata tersebut berada pada interval 51 – 60 yang berarti cukup. Jadi, berdasarkan

(55)

uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kebiasaan membaca puisi siswa kelas XI SMA Negeri 10 Gowa dikategorikan cukup.

2. Data Hasil Kebiasaan Membaca Puisi Siswa Kelas XI IBB SMA Negeri 10 Gowa.

Pada tabel dibawah ini akan menggambarkan hasil penelitian kemampuan mengapresiasi puisi siswa.

Tabel 12. Distribusi Hasil Tes Apresiasi Puisi

No Inisial Siswa Skor Hasil Tes Apresiasi Puisi (Y)

1 AW 70 2 AB 65 3 ADR 60 4 FZ 75 5 GH 60 6 HC 70 7 II 65 8 J 75 9 MS 60 10 MAF 65 11 MAR 65 12 MI 70 13 MA 70 14 NQ 75 15 SA 60 16 SAA 65 17 S 85 18 SASAM 65 19 W 70

(56)

Tabel 13. Distribusi Hasil, Frekuensi dan Persentase Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa Kelas XI IBB SMA Negeri 10 Gowa, Tahun Ajaran 2018/2019

No.

Nilai Yang Dicapai

Siswa

Frekuensi Persentase Tingkat Kemampuan 1. 2. 3. 4. 5. 85 75 70 65 60 1 3 5 6 4 5,26% 15,78% 26,31% 31,57% 21,05% Sangat Baik Baik Cukup Rendah Sangat Rendah Jumlah 19 100%

Sumber : Analisis Tes

Berdasarkan tabel 13 tersebut menunjukkan bahwa dari 19 responden penelitian, terdapat 1 responden (5,26%) dengan kemampuan mengapresiasi puisi dikategorikan sangat baik, kemudian kategori baik sebanyak 3 responden (15,78%), disusul pula dengan kategori cukup sebanyak 5 responden (31,57%), 6 responden (31,57%) dikategorikan kurang dan 4 responden (21,05%) dikategorikan sangat kurang.

Selanjutnya sesuai dengan nilai rata-rata kemampuan mengapresiasi puisi siswa sebesar 31,57%, dimana nila rata-rata tersebut berada pada interval 65 yang berarti kurang. Dengan demikian maka dapat ditarik kesimpulan kemampuan mengapresiasi puisi siswa kelas XI SMA Negeri 10 Gowa, berada dalam kategori kurang.

(57)

Pada tabel 10 dan tabel 12 diatas menyajikan hasil korelasi antara kebiasaan membaca puisi dengan kemampuan mengapresiasi siswa kelas XI SMA Negeri 10 Gowa, kemudian data tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif yaitu : “Koefisien korelasi Product Moment”.

Tabel 14. Distribusi Kebiasaan Membaca Puisi Dengan Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa Kelas XI IBB SMA Negeri 10 Gowa.

No Inisial Siswa Skor Angket Skor Tes

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 AW AB ADR FZ GH HC II J MS MAF MAR MI MA NQ SA SAA S SASAM W 63 63 53 51 54 49 60 70 53 56 61 50 69 54 53 53 80 51 69 70 65 60 75 60 70 65 75 60 65 65 70 70 75 60 65 85 65 70

Gambar

Tabel 2. Sampel Penelitian
Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Minat Membaca Puisi
Tabel 5. Skor Alternatif Jawaban Angket
Tabel 7. Kisi – Kisi Tes Kemampuan Apresiasi Puisi
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia meliputi aspek menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Aspek-aspek tersebut meliputi keterampilan berbahasa dan

Menulis merupakan salah satu di antara empat keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) yang penting dipelajari dan dikuasai oleh setiap individu. Hal

Menulis merupakan salah satu di antara empat keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) yang penting dipelajari dan dikuasai oleh setiap individu. Hal

Dari hasil penelitian ini menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran artikulasi dalam keterampilan berbicara pada keterampilan berbahasa akan membuat siswa

Pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat keterampilan berbahasa yaitu: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Namun dalam hal penelitian penulis berfokus kepada

Menurut Henry Guntur Tarigan (2008:3) menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk komunikasi secara tidak langsung dan secara tidak tatap