Surutnya Budaya Baca dan Rasa Cinta Bangsa
di SMK Negeri 1 Bondowoso
Karya tulis ini dibuat untuk mengikuti lomba Karya Tulis Ilmiah (KTI) tahun 2016 di Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Bondowoso
Oleh:
Phia Meidyana Triwahono
Sifaul Munawaroh
Titik Siti Aisyah Wais Alkarni
SMK NEGERI 1 BONDOWOSO
Jalan HOS Cokroaminoto No. 110 Bondowoso
Surutnya Budaya Baca dan Rasa Cinta Bangsa
di SMK Negeri 1 Bondowoso
Oleh:
Phia Meidyana Triwahono
Sifaul Munawaroh
Titik Siti Aisyah Wais Alkarni
SMK NEGERI 1 BONDOWOSO
Jalan HOS Cokroaminoto No. 110 Bondowoso
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmatnya sehingga karya tulis ilmiah untuk mengikuti lomba kepustakaan dapat terselesaikan. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Citria Nilam Asri C.W. Sebagai pembimbing kami yang telah membantu sehingga karya tulis ilmiah ini dapat selesai tepat waktu. Karya tulis ilmiah yang berjudul “Surutnya Budaya Baca dan Rasa Cinta Bangsa di SMK Negeri 1 Bondowoso”.
Terima kasih kami haturkan teruntuk panitia perpustakaan dan arsip Bondowoso yang mengadakan lomba kepustakaan ini, karena melalui hal ini kami memiliki kesempatan untuk mempelajari dan meneliti hubungan minat membaca dan nasionalisme generasi muda yang menjadi tema kita kali ini.
Kami menyadari bahwa isi dari karya tulis ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu kami meminta maaf jika ada kata di dalam karya tulis ini yang kurang berkenan. Kritik dan saran yang bersifat membangun akan senantiasa kami terima untuk menjadi acuan agar lebih baik lagi dilain waktu. Dan kami pun berharap semoga hasil makalah ini dapat berguna bagi siapa pun yang membacanya.
DAFTAR ISI
Halaman Judul...i
Kata Pengantar...ii
Daftar Isi...iii
Biodata...iv
Lembar Orisinalitas Karya...v
BAB I PENDAHULUAN...1
1.1 Latar Belakang...1
1.2 Rumusan Masalah...3
1.3 Tujuan Penulisan...3
BAB II PEMBAHASAN...4
2.1 Pembahasan...4
2.1.1 Minat Membaca...4
2.1.2 Nasionalisme...6
2.1.3 Solusi...9
BAB III PENUTUP...11
3.1 Kesimpulan...11
3.2 Saran...11
DAFTAR PUSTAKA...13
BIODATA
Nama : Phia Meidyana Triwahono
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat dan Tanggal Lahir : Bondowoso, 16 Mei 1997 Sekolah : SMK Negeri 1 Bondowoso Kelas / Jurusan : XII / Rekayasa Perangkat Lunak
Nama : Sifaul Munawaroh
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat dan Tanggal Lahir : Bondowoso, 7 Juli 1997 Sekolah : SMK Negeri 1 Bondowoso Kelas / Jurusan : XII / Akuntansi 2
Nama : Titik Siti Aisyah Wais Alkarni Jenis Kelamin : Perempuan
LEMBAR ORISINALITAS KARYA
Nama Penulis : 1. Phia Meidyana Triwahono 2. Sifaul Munawaroh
3. Titik Siti Aisyah Wais Alkarni
Judul Karya Tulis Ilmiah : Surutnya Budaya Baca dan Rasa Cinta Bangsa di SMK Negeri 1 Bondowoso.
Dengan ini kami menyatakan bahwa naskah karya tulis ilmiah yang kami kirimkan betul-betul karya kami, tidak menjiplak (plagiat), belum pernah diterbitkan, dan tidak diikutsertakan dalam lomba lainnya. Apabila dikemudian hari naskah ini tidak sesuai dengan pernyataan di atas, kami bersedia dituntut secara hukum.
Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Citria Nilam Asri Cipto Wijaya, S.Pd NIP 19811129 200902 2 004
Mengetahui,
KEPALA SEKOLAH
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Membahas tentang tanah air, tentu tidak akan melupakan kekuatan nasionalisme. Sebuah pemahaman tentang kebangsaan yang mengandung makna kesadaran dan semangat cinta tanah air. Suatu negara akan jatuh dan mati tanpa adanya aliran nasionalisme pada detakan jantung setiap insan jiwa para pendirinya. Namun, tidak perlu terkejut jika mendengar fakta saat ini, bahwa rasa nasionalisme masyarakat kita kian memudar. Tidak perlu bukti ilmiah untuk meyakinkan hal tersebut. Cukup dengan membuka mata, pasang telinga, dan siapkan hati. Maka akan kita dapatkan fakta ironisnya negeri, yang mengoyak nurani dalam diri.
Tidak perlu jauh untuk menganalisis kelunturan nasionalisme. Cukup kita berpedoman pada ikrar suci sumpah pemuda yang merupakan janji temurun pemuda kita terdahulu. Berjanji akan bertumpah darah satu, namun kita lihat saat ini perpecahan saudara terjadi tidak hanya pada masyarakat awam, namun pada mereka pun yang menjadi tokoh panutan agung di kancah pemerintahan. Berjanji berbangsa satu, namun gairah kecintaan tidak lagi bergejolak pada budaya bangsa, melainkan hidup dalam mode kebarat-baratan. Berjanji untuk menjunjung bahasa nasional, namun merasa bergengsi jika lebih menguasai bahasa asing, padahal belum sepenuhnya ia memahami bahasanya sendiri. Lebih bangga akan milik orang lain, dan tidak sadar bahwa kita punya yang lebih dari mereka. Itulah fakta pahit, yang tidak bisa kita elak. Lebih mengancamnya lagi, generasi muda kitalah yang parah mengidap penyakit ini.
Salah satu pijakan awal untuk memperbaiki adalah dengan instropeksi, tidak ada guna kita menyalahkan berbagai pihak, namun saatnya telunjuk mengarah pada kita, dan di tangan kitalah perubahan bisa dimulai.
khususnya generasi muda yang menjadi punggung negara. Dengan adanya peningkatan wawasan informasi dan ilmu pengetahuan, maka benih kesadaran akan mulai tumbuh. Untuk menambah wawasan tentunya tidak ada cara lain selain dengan membaca.
Membaca adalah jendela. Membaca adalah cakrawala. Membaca adalah hirupan udara segar. Karena dengan membaca kita melihat dunia baru. Dengan membaca kita mendapat naungan cahaya ilmu. Dengan membaca kita memperoleh napas segar yang merasuk dalam jiwa.
Namun, realita paradokslah yang masih terjadi pada lingkungan kita. Harapan manis yang terselip pada setiap lembaran buku telah menjadi hamburan angan yang menguap, ketika ia tidak lagi tersentuh dan tertumpuk sia-sia.
Rendahnya minat baca pada masyarakat utamanya generasi muda kita, bukanlah masalah yang sepele. Karena inilah yang menjadi cikal bakal titik kemajuan daya pikir seseorang yang akan berdampak besar pada negara, ketika populasi golongan rendah minat baca tersebutmenyaingi jumlah penduduk Indonesia.Hal ini dibuktikan dengan hasil indeks nasional yang menyebutkan bahwa indeks baca di Indonesia hanya 0,01. Sedangkan rata-rata indeks baca negara maju berkisar antara 0,45 sampai dengan 0,62. Hasil tersebut membuktikan bahwa Indonesia menjadi peringkat ketiga dari bawah untuk minat baca (lihat sindonews.com, 19/09/13). Sangat memprihatinkan.
Menurut Prof. DR. Henry Guntur Tarigan membaca adalah bagian dari empat komponen keterampilan berbahasa meliputi : Keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills), keterampilan menulis (writing skills). Namun, membaca bukanlah sekedar meningkatkan keterampilan berbahasa. Membaca adalah sebuah proses pembaruan pikiran, dimana seseorang akan menerima suatu hal yang dapat membantu terbentuknya sel otak baru dalam setiap penyerapan informasi. Dan ini yang akan mempengaruhi cara berpikir.
dengan tingkat nasional. Pada karya tulis ini kami memberikan contoh nyata pada sebuah sekolah di SMKN 1 Bondowoso. Dimana kita temukan fakta bahwa minat baca siswa dan pengunjung perpustakaan sekolah masih rendah. Dan hal ini yang akan menjadi pembangkit picuan masalah-masalah lain.
Disaat minat baca berkurang maka kesadaran kewajiban sebagai seorang pelajar juga mengalami degradasi. Ia tidak lagi memaknai dalam arti seorang pembelajar. Jika kurangnya kesadaran akan kewajiban yang sedang diemban saja, maka jangan harap ia bisa menjadi bekal dan aset bagi negara. Sedemikian pentingnya membaca, karena hanya dengan cara tersebut kita bisa turut menjadi kontributor bagi bangsa, tidak melulu menjadi beban yang memalukan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan pada karya tulis ini adalah :
1) Bagaimana kondisi minat membaca buku peserta didik di SMK Negeri 1 Bondowoso?
2) Bagaimanan hubungan minat membaca buku dan nasionalisme peserta didik di SMK Negeri 1 Bondowoso?
3) Bagaimana cara meningkatkan minat membaca buku bagi peserta didik di SMK Negeri 1 Bondowoso demi membangun nasionalisme yang lebih baik?
1.3 TUJUAN PENULISAN
Karya tulis ilmiah dengan judul “Surutnya Budaya Baca dan Rasa Cinta Bangsa di SMK Negeri 1 Bondowoso” ini disusun dengan tujuan :
1.3.1 Tujuan Umum :
1) Untuk mengetahui minat membaca buku peserta didik di SMKN 1 Bondowoso.
2) Menganalisis tingkat nasionalisme peserta didik di SMKN 1 Bondowoso melalui tes sederhana.
3) Memberikan solusi melalui program kegiatan yang menunjang minat baca dan nasionalisme peserta didik di SMKN 1 Bondowoso.
1.3.2 Tujuan Khusus :
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pembahasan
Sesuai dengan rumusan masalah penelitian, pembahasan penelitian ini meliputi : 1) Kondisi minat membaca buku peserta didik di SMK Negeri 1 Bondowoso 2) Hubungan minat membaca buku dan nasionalisme peserta didik di SMK Negeri 1 Bondowoso 3) Cara meningkatkan minat membaca buku bagi peserta didik di SMK Negeri 1 Bondowoso demi membangun nasionalisme yang lebih baik.
2.1.1 Minat Membaca
Membaca bukanlah sekadar sebuah keterampilan. Lebih dari itu, membaca adalah sebuah kegiatan kreatif. Saat membaca, seseorang berdialog dengan dirinya sendiri, dengan tokoh-tokoh yang terkandung di dalam bacaan, saling mengasah intelek dengan pengarang dalam bayang-bayang rasa ingin tahu, terciptanya sanggahan kritis untuk meluruskan kegelisahan dan menjaring gagasan baru.1
Skenario hari ini menunjukkan bahwa budaya membaca buku mulai luntur di kalangan generasi muda. Mereka lebih memilih menghabiskan waktu luang mereka dengan hal-hal yang kurang bermanfaat. Seperti cangkruan, menonton tv, mendengarkan radio, fb-an, internetan dan lain-lain. Hanya sedikit dari mereka yang meluangkan waktunya untuk membaca buku. Untuk mengerjakan tugas sekolah saja, siswa lebih memilih untuk mencari contoh jadi dari internet, tanpa harus mencari referensi dari buku terlebih dahulu. Mereka menganggap dengan browsing di internet semua data yang mereka perlukan terpenuhi dan mereka bisa menyelesaikan tugas mereka dengan mudah dan cepat.
Dalam proses pembelajaran terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi, salah satunya adalah motivasi belajar. Motivasi belajar adalah kekuatan mental yang menjadi penggerak siswa untuk melakukan kegiatan belajar.
minat baca yang diberikan menunjukkan bahwa minat baca peserta didik di SMKN 1 Bondowoso masih rendah.
Dalam penelitian ini, angket penjaring minat baca yang digunakan bersifat tertutup, namun dalam pengisiannya bersifat bebas. Dalam arti, peserta didik bebas memilih jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sesuai dengan apa yang dirasakannya selama proses pembelajaran berlangsung.
Berikut tabel rincian hasil angket penjaring minat baca :
PAKET KEAHLIAN JUMLAH
Rekayasa Perangkat Lunak 42 23 19
Tata Niaga 29 14 35
Teknik Komputer Jaringan 25 8 17
Teknik Produksi, penyiaran dan
pertelevisian 42 8 34
TOTAL 251 97 174
Dari jawaban yang didapat dari angket penjaring minat baca peserta didik diperoleh hasil yang menyimpulkan bahwa peserta didik kurang berminat dalam membaca dengan alasan sebagai berikut:
(1) Membaca adalah kegiatan yang membosankan. (2) Membaca membuat mereka mengantuk.
(3) Membaca adalah hiburan saat dihampiri rasa bosan. (4) Membaca hanya dilakukan pada saat ada tugas dan ujian.
Namun sebuah demokrasi hanya akan berkembang apalagi survive, yang para warganya adalah pembaca, adalah individu-individu yang perlu untuk membaca, bukan sekedar penggemar dan gemar berbicara.2
Sangat miris rasanya, ketika melihat generasi muda sebagai tulang punggung yang mengemban masa depan bangsa tapi tidak gemar membaca. Karena sejatinya, membaca identik dengan ilmu pengetahuan, suatu aspek peradaban manusia yang utama dalam menuntun dan mengantarkan manusia untuk dapat mengembangkan kehidupannya.
2.1.2 Nasionalisme
Nasionalisme adalah suatu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara (dalam bahasa Inggris nation) dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia yang mempunyai tujuan atau cita cita yang sama dalam mewujudkan kepentingan nasional, dan nasionalisme juga rasa ingin mempertahankan negaranya, baik dari internal maupun eksternal.3
Pada era globalisasi saat ini, nasionalisme generasi muda semakin meluntur. Tak sedikit generasi muda yang menganggap budaya barat lebih modern dibandingkan budaya sendiri. Tidak ada lagi keinginan untuk melestarikan budaya-budaya bangsa. Ingatan tentang masa masa sejarahpun memudar.
Hasil penelitian disajikan dalam tabel berikut :
Dari hasil penelitian tersebut terbukti bahwa rasa nasionalisme peserta didik masih rendah. Terbukti dari hasil yang sangat minim tentang pengetahuan dasar kebangsaan, kita mengambil sampel peserta didik kelas X dengan jumlah 54 dan kelas XI berjumlah 50, tak sampai separuh yang bisa menjawab. Salah satu hal yang menyebabkan rasa nasionalisme ini rendah yakni kurangnya minat mereka untuk membaca. Sebagai contoh adalah gambar pahlawan, dari SD hingga SMK ini bahkan hingga perguruan tinggi, gambar pahlawan tidak akan berubah. Gambar pahlawan pasti memiliki ciri khas seperti Sultan Hasanuddin yang memiliki rambut panjang terurai dengan ikat kepala. Sehingga tidak sulit untuk mengingat pahlawan jika kita sering membaca.
Membaca dapat membuka mata kita akan pentingnya membawa bangsa lebih maju. Mengubah pikiran kita menjadi lebih luas lagi. Memiliki sumber informasi agar kita tidak terbawa oleh arus negatif globalisasi. Membaca dapat mempengaruhi kualitas suatu bangsa. Jika minat membaca kita rendah maka kualitas bangsa kita juga akan menurun.
Pada generasi muda utamanya pelajar jika kita lihat sekarang terjadi kemerosotan yang mencolok pada mereka akan nasionalisme. Entah dari sisi wawasan dasar kebangsaan, dari kebanggaan terhadap bahasanya, dan yang lebih parah lagi rasa persatuan melalui kepeduliannya terhadap sesama yang tak lagi setenteram zaman kakek nenek kita. Itulah jati diri bangsa yang telah luntur tertelan arus kehidupan. Arti membangun nasionalisme bukanlah kewajiban untuk turut mengangkat senjata demi terlibat perang melawan penjajah, bukanlah menyumbang sekian juta rupiah untuk kebutuhan negara. Bukan. Negara tidak membutuhkan itu. Yang kita butuhkan saat ini hanyalah generasi muda berkualitas yang mampu menjadi aset terbaik bagi negara. Itulah yang Indonesia butuhkan, dan pada genggaman tangan kitalah semua akan terwujud.
2.1.3 Solusi
Gembok tidak akan pernah dibuat tanpa kunci. Begitupun dengan masalah, tidak akan pernah ada tanpa solusi. Jika pada pembahasan sebelumnya sudah terjabar jelas, bahwa minimnya tingkat rasa nasionalisme dikarenakan kurangnya kesadaran akan identitas bangsa, maka dengan penambahan wawasan melalui media baca, bisa turut membantu membangkitan rasa itu kembali. Dengan mengingat buku, membuka buku, dan juga memahaminya kita akan banyak mengenal hal baru. Dari situlah pikiran kita akan lebih terbuka, hati kita lebih merasa, dan jiwa kita akan berprinsip, sehingga tidak akan mudah mengikuti arus kehidupan yang semu.
Demi meningkatkan rasa nasionalisme yang masih rendah di SMKN 1 Bondowoso, maka salah satu cara untuk menumbuhkannya adalah dengan meningkatkan minat membaca buku pada seluruh warga sekolah, khususnya bagi peserta didik. Namun, hal itu tidak akan mungkin berhasil jika sekonyong-konyong langsung diadakan program yang memberatkan. Semua hal membutuhkan proses, begitupun rasa cinta. Maka prinsip yang harus dipegang adalah “bisa karena terbiasa”. Dengan cara membiasakan, maka budaya akan tercipta. Jika budaya telah menjadi hal yang lumrah, maka rasa cinta tidak akan menjadi rasa yang asing.
Proses tahap demi tahap yang kami solusikan guna memberi segumpal pembangkit nasionalisme disini adalah :
masing-masing dengan adanya pengawasan dari guru pengajar jam pertama yang harus hadir di kelas dan turut mengikuti program ini juga.
2. Program “SIKNAL” atau musik nasional. Kegiatan program ini adalah pemutaran lagu-lagu nasional setiap pagi di sekolah dari pukul 06.00 pagi hingga program “LIMARI” dimulai. Tujuannya adalah untuk membangkitkan nasionalisme, dan turut mewarnai semangat pagi yang masih melekat. Karena sangat ironis adanya jika pada saat berangkat sekolah saja perasaan pesimis dan kurangnya motivasi yang telah hinggap dan mengendap. Mendengarkan musik dapat memicu peningkatan mood dan suasana hati. Para peneliti di McGill University di Montreal menunjukan bahwa mendengarkan musik yang menyenangkan memicu pelepasan hormon bahagia yaitu dopamin, dan juga dapat membantu lebih fokus. Dengan mendengarkan lagu nasional, selain mendatangkan manfaat biologis pada otak, ia juga bisa menjadi faktor pembangkit nasionalisme. Sering mendengarkan lagu nasional maka secara tidak langsung kita akan hafal tanpa harus menghafalnya. Jika jiwa dan pikiran kita dirasuki hal-hal tersebut, maka tak perlu heran jika nasionalisme akan mengalir sendiri dalam darah jiwa generasi muda kita.
BAB III PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Simpulan dari karya tulis ini adalah :
1) Minat membaca buku peserta didik di SMKN 1 Bondowoso masih rendah. 2) Tingkat nasionalisme peserta didik di SMKN 1 Bondowoso masih kurang. 3) Solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi hal tersebut adalah
melaksanakan program limari, siknal dan membenahi penggunaan bahasa pada media luar ruangan di sekitar sekolah.
3.2 SARAN
Berdasarkan kesimpulan penelitian ini, peneliti memberikan saran : 1) Secara umum :
Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif perbaikan pengembangan pembelajaran terutama pembelajaran sejarah yang menekankan pada peningkatan minat baca dan rasa nasionalisme di SMKN 1 Bondowoso atau sekolah lain yang berlatar belakang sama atau setaraf dengan SMK dalam penelitian ini.
2) Secara khusus saran tersebut ditujukan kepada guru dan peneliti. a. Saran Untuk Guru
Bagi para guru sebelum memulai pembelajaran pertama, diharapkan bisa menjadi panutan bagi peserta didik untuk membaca buku 15 menit, sehingga dapat diterapkan metode atau strategi yang tepat bagi peserta didik dalam meningkatkan minat baca. Karena tindakan lebih mudah untuk dicerna oleh peserta didik dibandingkan dengan perkataan atau bahkan hanya dengan slogan yang terpampang.
b. Saran Untuk Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan diharapkan dapat menjadi fasilitator bagi peserta didik yang mumpuni. Sarana dan prasarana harus memadai. Buku-buku yang disediakan juga harus beragam agar minat baca peserta didik dapat meningkat. Perpustakaan juga dapat memperdengarkan lagu-lagu nasional ataupun daerah agar nasionalisme peserta didik juga meningkat.
c. Saran Untuk Peneliti Lanjutan
DAFTAR PUSTAKA
Joesof, Daoed. 2004. Budaya Baca. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung. Angkasa.
Wilson, Nadeak. 2005. Membaca, Menulis, dan Tradisi. Jakarta. Kompas. http://jurnalilmiahtp.blogspot.co.id/2013/12/minat-baca-penentu-kualitas-bangsa.html, diakses tanggal 18 April 2016 pukul 04.08 WIB.
https://www.academia.edu/9826468/MINAT_BACA_RENDAH_AKAR_PERSOAL AN_DAMPAK_SOSIAL_KULTURAL_JALAN_KELUAR, diakses tanggal 18 April 2016 pukul 04.19 WIB.
https://arindhaayuningtyas.wordpress.com/2012/05/03/lunturnya-nasionalisme-bangsa-indonesia/, diakses tanggal 18 April 2016 pukul 04.55 WIB.
http://sumpahpemuda.org/, diakses tanggal 18 April 2016 pukul 05.12 WIB. http://www.carakhasiatmanfaat.com/artikel/manfaat-mendengarkan-musik-bagi-kesehatan-dan-otak.html, diakses tanggal 20 April 2016 pukul 05.46 WIB.
LAMPIRAN
Keterangan : Banyak dari mereka yang lebih suka melakukan kegiatan yang kurang bermanfaat, seperti mengobrol bersama teman, bermain games online, daripada membaca buku.
Foto CCTV kegiatan peserta didik SMKN 1 Bondowoso ketika waktu luang