CATATAN TUTORIAL OPTIMA
ILMU BEDAH
www.optimaprep.com
OFFICE ADDRESS:
Jl padang no 5, manggarai, setiabudi, jakarta selatan (belakang pasaraya manggarai)
phone number : 021 8317064 pin BB 2A8E2925 WA 081380385694
Medan :
Jl. Setiabudi no. 65 G, medan P Hone number : 061 8229229 Pin BB : 24BF7CD2
Airway and Cervical Protection
• Penilaian
– Mengenal patensi airway ( inspeksi, auskultasi, palpasi) – Penilaian secara cepat dan tepat akan adanya obstruksi
• Pasang airway definitif sesuai indikasi
– Fiksasi leher
– Anggaplah bahwa terdapat kemungkinan fraktur servikal pada setiap penderita multi trauma, terlebih bila ada gangguan
kesadaran atau perlukaan diatas klavikula.
Obstruksi jalan nafas
Parsial
Gargling Crowing Snoring
Total
See saw breathing
Penatalaksanaan? Tanpa alat Triple airway manuver Dengan alat Suction,Orofaringeal tube, ETT
Breathing and Ventilation
• Penilaian
– Buka leher dan dada penderita, dengan tetap memperhatikan
control servikal in-line immobilisasi – Tentukan laju dan dalamnya
pernapasan
– Inspeksi dan palpasi leher dan thoraks untuk mengenali
kemungkinan terdapat deviasi trakhea, ekspansi thoraks simetris atau tidak, pemakaian otot-otot tambahan dan tanda-tanda cedera lainnya.
– Perkusi thoraks untuk menentukan redup atau hipersonor
– Auskultasi thoraks bilateral
• Pengelolaan
– Pemberian oksigen konsentrasi tinggi ( NRM 11-12 liter/menit) – Ventilasi dengan Bag Valve Mask – Menghilangkan tension
pneumothorax dekompresi
– Menutup open pneumothorax
kasa kedap udara dengan plester di tiga sisi
– Memasang pulse oxymeter
Circulation and Hemorrhage Control
• Penilaian
– Mengetahui sumber perdarahan eksternal yang fatal
– Mengetahui sumber perdarahan internal
– Periksa nadi : kecepatan, kualitas, keteraturan, pulsus paradoksus. – Tidak diketemukannya pulsasi dari
arteri besar merupakan pertanda diperlukannya resusitasi masif segera.
– Periksa warna kulit, kenali tanda-tanda sianosis.
– Periksa tekanan darah
• Pengelolaan
– Penekanan langsung pada sumber perdarahan eksternal
– Kenali perdarahan internal,
kebutuhan untuk intervensi bedah serta konsultasi pada ahli bedah. – Pasang kateter IV 2 jalur ukuran
besar sekaligus mengambil sampel darah untuk pemeriksaan rutin, kimia darah, tes kehamilan (pada wanita usia subur), golongan darah dan cross-match serta Analisis Gas Darah (BGA).
– Beri cairan kristaloid yang sudah dihangatkan dengan tetesan cepat. – Pasang PSAG/bidai pneumatik
untuk kontrol perdarahan pada pasienpasien fraktur pelvis yang mengancam nyawa.
– Cegah hipotermia
• Disability Limitation
• Tentukan tingkat
kesadaran memakai
skor GCS/PTS
• Nilai pupil : besarnya,
isokor atau tidak, reflek
cahaya dan awasi
tanda-tanda lateralisasi
• Evaluasi dan Re-evaluasi
aiway, oksigenasi,
ventilasi dan circulation.
• Exposure/Environment
and Hypothermia
Prevention
• Buka pakaian penderita
• Cegah hipotermia : beri
selimut hangat dan
tempatkan pada
ruangan yang cukup
hangat.
Secondary Survey
A. History :
– Allergic Medication Past illness Last meals Event (AMPLE)
B. Physical exam : head to toe C. Every orrifice examination D. Complete Neurological
examination
E. Special diagnostic tests F. Re-evaluation
Tetanus
• toksemia akut yang
disebabkan oleh
neurotoksin
(tetanospasmin) yang
dihasilkan oleh Clostridium
tetani ditandai dengan
spasme otot yang periodik
dan berat
• klinis
– Riwayat luka dengan gejala klinis kejang, trismus, dysphagia, risus sardonicus (sardonic smile). – Kultur: C. tetani (+).
– Lab : SGOT, CPK meninggi serta dijumpai myoglobinuria
– Derajat
• I Mild:
– Trismus dengan spasme ringan, tanpa atau dengan disfagia ringan
• II Moderate:
– Trismus sedang, dengan kekakuan yang meningkat, spasme ringan atau sedang dalam jangka waktu singkat., gangguan pernafasan ringan (RR > 30), dan disfagia ringan.
• III Severe:
– Trismus berat, spasme pada seluruh tubuh, kejang refleks (+), RR >40, periode apnea (+), disfagia berat, dan takikardia >120.
• IV Very severe:
– grade III dengan adanya gangguan otonom hebat, terutama pada sistem kardiovaskular. Ditemukan adanya hipertensi dan takikardia berat yang
bergantian dengan hipotensi dan bradikardia relatif.
Penatalaksanaan Tetanus
• Tatalaksana
– masukan ke dalam ruangan yang tenang, bila perlu di ICU – Bersihkan luka (debridemant)
– Netralisasi toksin: Tetanus Ig 3000 – 6000 IU IM
– Eradikasi sumber toksin (C. Tetani): antibiotik Penicilin IV dan Metronidazole – Kontrol spasme Diazepam
– Pencegahan:
Status imunisasi Luka bersih Luka kotor
Imunisasi dasar/booster <10 th yl HTIG 250-500iu
Imunisasi dasar/booster >10 th yl Booster 0,5 cc TT Booster 0,5 cc TT + HTIG 250-500iu
Hematothorax
• Terkumpulnya darah pada ruang pleura, terjadi karena laserasi pembuluh darah di rongga dada • Penimbunan darah pada rongga
dada akan mendesak jantung dan pembuluh darah di ronggga dada • Ruang pleura dapat menampung
hinggga 1,5 L darah di masing-masing kavum thorax.
• Sumber perdarahan: A.
intercostalis atau a. mamaria
interna (85%), a. torakalis interna, parenkim paru dan jantung.
• Perdarahan jarang melibatkan pembuluh darah besar seperti arkus aorta, vena azygos, dan vena cava.
Hematothorax
• Klinis: Sesak napas, Nyeri, Frothy,Bloody Sputum, Takikardi, Takipnoe, Gerakan dada tertinggal saat
ekspirasi, Fremitus melemah, Suara napas melemah,
Anxiety/Restlessness, syok, Flat Neck
Veins
• Tatalaksana
– ABC’s with c-spine control, resusitasi
cairan (Darah yang di rongga pleura
menyebabkan berkurangnya volume paru, empyema, dan kerusakan diafragma)
– WSD : preventif, diagnosis, kuratif – Indikasi torakotomi :
– 3-5 cc/kgbb/jam dalam 3 jam berturut – >5 cc/kg bb dalam 1 jam
Pneumothorax
– Needle Decompression:
• Pada sela iga II/III garis midclavikula
• Insersi iv cath 14 G/ lebih pada tepi atas costa III/IV
• Hindari insersi pada tepi bawah krn terdapat N.A.V intercostalis
Parameter Pneumothorax
Open Pneumothorax Closed Pneumothorax Tension Pneumothorax
Etiologi Trauma → Hubungan rongga pleura dengan atmosfer
Primer → Pecahnya bleb Sekunder → Trauma
Mekanisme ventil
Klinis Luka terbuka pada dada Sesak nafas progresif Emfisema subkutis Sucking chest wound
Riw. batuk lama Nyeri dada Sesak nafas
Suara nafas menghilang Perkusi hipersonor
JVP meningkat Hipotensi menetap Suara nafas menghilang Perkusi hipersonor
Penatalaksanaan Primary survey
Occlusive dressing (Plester 3 sisi) WSD Primary survey Airway control WSD Primary survey Needle thoracosinthesis High flow oxygen
Occlusive dressing
• Flail Chest
• Fraktur iga lebih dari dua iga yang berurutan di dua tempat atau lebih, bisa dengan atau tanpa kontusio paru • Terdapat gerakan napas yang
paradoksal
• Kebanyakan pasien dengan flail chest dapat ditanggulangi dengan
– aggressive pulmonary toilet dan pain control;
– internal splinting/mechanical ventilation
• Tamponade Jantung
• Akumulasi darah/cairan pada rongga pericardium
• Etiologi :
– Neoplasma
– Perdarahan pada: Trauma dada, Ruptur dinding ventrikel, Diseksi aorta
• Trias beck : – Hipotensi – JVP meningkat
– Suara jantung menjauh (Muffling heart
sound)
• Pada PF ditemukan pulsus
parodoksus
• Tata laksana
– ABC’s dengan c-spine control – High Flow oxygen
– Cardiac Monitor – IV access besar – Pericardiocentesis
“Water bottle configuration"
bayangan pembesaran jantung yang simetris
• Dicurigai Tamponade jantung:
– Echocardiography
– Pericardiocentesis
• Dilakukan segera untuk diagnosis dan terapi
• Needle pericardiocentesis
– Sering kali merupakan pilihan
terbaik saat terdapat kecurigaan
adanya tamponade jantung atau
terdapat penyebab yang
diketahui untuk timbulnya
tamponade jantung
Trauma Uretra
Parameter Trauma uretra
Anterior Posterior
Lokasi Distal diafragma
uretrogenitalis
Proximal diafragma uretrogenitalis
Penyebab Straddle injury,
instrumentasi Fraktur pelvis
Tanda klinis
Darah dari OUE, Sleeve’s haematom, Butterfly haematom
Darah dari OUE, floating prostate, haematom pada daerah pubis
Pemeriksaan Rethrograde urethrografi Urethrogram
Terapi Repair langsung Sistostomi
Peritonitis
• Definisi
• Infeksi atau inflamasi pada
rongga peritoneum
• Tipe :
– Primer : disebabkan penyebaran infeksi dari darah dan limfe ke peritoneum. Sangat jarang terjadi <1%. Biasanya pada ps dengan asites. Akumulasi cairan pada rongga abdomen menjadi media yang baik untuk
pertumbuhan mikroorganisme – Sekunder : disebabkan oleh
iritasi
bakteri/darah//enzim/cairan bilier yg dihasilkan saluran cerna ke peritoneum, bisa karena
perforasi atau perdarahan.
• Klinis
• Nyeri abdomen, Demam, Mual dan muntah, Kembung
• Takipnoe, takikardi, Defans
musculare, Bising usus menurun,
Pemeriksaan Penunjang
Gambaran USG pada appendiks normal(A) dan appendisitis yang mengalami distensi dan penebalan
dinding (B) CT scan appendiks dengan distensi (tanda panah)
dan cairan periapendiceal (kepala panah)
Diagnosis Banding Appendisitis
Masalah Proses Lokasi Diagnosa
Appendisitis akut Inflamasi akut appendiks, distensi dan obstruksi
Nyeri periumbilikal, diikuti nyeri di kuadran kanan bawah
CT scan
Ulkus peptikum & dispepsia
ulkus di mukosa
lambung/infeksi H, pylori
Epigastrik, dapat terasa sampai ke punggung
Endoskopi Pankreatitis akut Peradangan akut pada
pankreas
Epigastrik, dapat menjalar ke punggung
Serum amilase/ lipase, CT scan Divertikulitis akut Inflamasi akut
divertikulum kolon
Kuadran kiri/kanan bawah CT scan Obstruksi usus
akut (mekanik)
Sumbatan lumen usus akibat adhesi/herniasi
Usus halus: periumbilikal, kuadran atas abdomen Kolon: kuadran bawah kolon atau general
Barium enema
Nyeri abdomen akut pada wanita
PID, KET, gangguan adnexa
Kuadran bawah abdomen Pemeriksaan pelvis, USG atau laparoskopi 23
Hernia
• Indirek: mengikuti kanalis inguinalis. Karena adanya
prosesus vaginalis persistent
• Direk: Timbul karena adanya defek atau kelemahan
pada fasia transversalis dari trigonum Hesselbach
Ileus
• Ileus obstruksi Adanya sumbatan
mekanik yang disebabkan karena
adanya kelainan struktural sehingga menghalangi gerak peristaltik usus. • Ileus paralitik Kelainan
fungsional atau terjadinya paralisis
gerak peristaltik usus
Klinis
• Bising Usus : High pitched (metallic sound) dan meningkat (obstruksi), menghilang (paralitik) • Darm kontur : Terlihatnya bentuk
usus pada dinding abdomen • Darm Steifung : Terlihatnya
gerakan peristaltik pada dinding abdomen
• Radiologi : Abdomen 3 posisi
(Tegak, Supine, LLD) Step-ladder arrangement, herringbone
Tatalaksana
• Resusitasi ABC bila pasien tidak stabil – Air way (O2 60-100%)
– Infus 2 akses vena bila dibutuhkan dengan cairan kristaloid
• FIDA Fasting, Infussion, Decompression, Antibiotic
• Pemeriksaan laboratorium
• Pemasangan kateter urin, monitor output urin setiap jambalans cairan ketat
• Follow-up hasil lab dan Koreksi ketidakseimbangan elektrolit • Perawatan di intermediate care • Rectal tubes hanya dilakukan pada
Sigmoid volvulus.
• Operasi emergency bila:
– Ada strangulasi, contoh: hernia – Ada tanda-tanda peritonitis yang
disebabkan karena perforasi atau iskemia
Penyebab Ileus
Extraluminal Mural Luminal Postoperative adhesions Congenital adhesions Hernia Volvulus Neoplasims lipoma polyps leiyomayoma hematoma lymphoma carcimoid carinoma secondary Tumors Crohns TB Stricture Intussusception Congenital Benda asing Bezoars Batu Empedu Sisa-sisa makanan A. LumbricoidesLokasi Ileus dan Gejalanya
Tabel 3. Lokasi ileus berdasarkan gejala yang muncul. Siegenthaler W. Ileus. In: Differential Diagnosis in Internal Medicine, From Symptom to Diagnosis. Thieme, New York 2007.
Pemeriksaan Radiologis
Posisi: Supine, tegak dan CXR Pola udara dalam usus:
• Gastric,
• Colonic and 1-2 small bowel
Fluid Levels:
• Gastric
• 1-2 small bowel
Periksa udara pada 4 area:
1. Caecal
2. Hepatobiliary
3. Udara bebas dibawah diaphragma
4. Rectum
Periksa adanya kalsifikasi
Periksa adanya massa, psoas shadow Periksa adanya feses
The Difference between small and
large bowel obstruction
Small Bowel Large bowel
•Central ( diameter 5 cm max) •Vulvulae coniventae
•Ileum: may appear tubeless •Peripheral ( diameter 8 cm max)
Sindroma Kompartemen
Definisi
• Peningkatan tekanan intra kompartemen (TIK)> 30 mmHg suatu ruang anatomi tertutup yang dibatasi oleh dinding yang relatif kaku sehingga
memperburuk sirkulasi dan fungsi jaringan. • Kompartemen yang biasa terlibat adalah
kompartemen anterior dan deep posterior pada tungkai, kompartemen volar dari antebrachii. • Etiologi: Fraktur, Cedera jaringan lunak, Cedera
vaskuler/post ischemic reperfusion injury, Kompresi ekstremitas saat terjadi gangguan kesadaran, Luka bakar, Ekstravasasi cairan, Antikoagulan
Klinis
• 6P : Pain, Pallor, Pulseless, Paresthesia, Paralysis, Poikilothermia
• Tekanan kompartemen dapat diperiksa dengan menggunakan selang intravena, stopcock threeway, spuit, dan manometer raksa.
Tata laksana
• Turunkan tekanan intra kompartemen: fasciotomi, escharotomi, buka gips
Fraktur
Definisi
• Terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan / atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.
• Etiologi
• Penyebab trauma: langsung dan tidak langsung.
– Trauma langsung berarti benturan pada tulang dapat mengakibatkan fraktur di tempat itu
– Trauma tidak langsung bilamana titik tumpu berbenturan dengan terjadinya fraktur berjauhan.
• Fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa trauma adalah fraktur patologis fraktur dari tulang yang patologik akibat suatu proses
Klinis
• Deskripsi fraktur
• Lokasi (Site): diafisis, metafisis, epifisis, atau intraarticular.
– Bila terdapat dislokasi sendi dapat dikatakan
fracture-dislocation.
• Perluasan (Extent): komplit atau tidak komplit.
– Fraktur komplit : garis patah melalui penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang seperti terlihat pada foto.
– Fraktur tidak komplit apabila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang
• Bentuk dan jumlah garis patah (Configuration)
– transversal, oblik, atau spiral. Simpel, multipel,
comminuted fracture
• Kedudukan / hubungan fragmen fraktur satu sama lain: undisplaced atau displaced.
• Hubungan fraktur dengan lingkungan luar
– Fraktur tertutup: kulit yang melapisi tulang masih intak,
– Fraktur terbuka: terdapat hubungan antara tulang dengan lingkungan luar
• Komplikasi: tidak terjadi komplikasi maupun terjadi komplikasi. Komplikasi yang terjadi bisa lokal atau sistemik.
Fraktur
• Pemeriksaan fisis
• Pemeriksaan umum dicari kemungkinan komplikasi umum • Pemeriksaan status lokalis
– Look (Inspeksi)
• Pembengkakan daerah tulang yang patah biasanya membengkak • Deformitas
– Lihat adanya penonjolan yang abnormal
– Tampak angulasi ke lateral atau angulasi anterior
– Adanya rotasi ke luar – Pemendekan lengan
– Feel (Palpasi)
• Nyeri lokal, nyeri tekan dan nyeri sumbu, keadaan neurovaskular distal pada arteri radialis dan ulnaris.
Pemeriksaan ulang untuk mengetahui adanya sindrom kompartemen.
– Move ( Gerak)
• Krepitasi terjadi bila tulang yang patah digerakkan
• Nyeri bila digerakkan baik pada gerakan aktif maupun pasif
• gangguan-gangguan fungsi, gerakan-gerakan yang tidak mampu
dilakukan, range of motion (ROM) dan kekuatan.
• Gerakan yang tidak normal.
– Functiolaesa
• Hilangnya fungsi misalnya pada fraktur antebrachii lengan bawah tidak dapat diangkat dan tidak dapat berjalan.
• Hubungan Fragmen
Fraktur dengan Dunia
Luar
• -
Fraktur Tertutup:
apabila tidak terdapat
hubungan antara tulang
yang fraktur dengan
dunia luar. Kulit
dipastikan intak.
• -
Fraktur Terbuka:
apabila kontinuitas kulit
terganggu sehingga
memungkinkan adanya
kontak antara tulang yang
fraktur dengan dunia luar.
• Fraktur Terbuka (Klasifikasi Gustilo-Anderson)
• (Sumber: Greene, Walter B., dkk. 2006. Netter’s Orthopaedics, 1st edition. Philadelphia: Saunders Elsevier.)
• Posisi Fraktur (Klasifikasi
Muller)
• -
Fraktur Diafisis: terjadi
apabila garis fraktur terdapat
pada diafisis atau bagian
tengah tulang, terbagi menjadi
fraktur simpleks, wedge, dan
kompleks/ kominutif.
• -
Fraktur Distal dan
Proksimal: terjadi apabila garis
fraktur mengenai bagian
metafisis dan/ atau epifisis,
terbagi menjadi fraktur
ekstra-artikular, atrikular parsial, dan
artikular komplit
Klasifikasi Fraktur Menurut Muller (b) simpleks; (c) wedge; (d) kominutif; (e) ekstra-artikular; (f) parsial artikular; (g) komplit artikular
(Sumber: Solomon, Louise, dkk. 2010. Apley’s System of Orthopaedics and Fractures, 9th
• Kontak Fragmen Tulang
• Undisplaced: merupakan kondisi di mana ujung-ujung fragmen fraktur saling bertemu (aposisi baik).
• Displaced: merupakan kondisi di mana ujung-ujung fragmen
fraktur tidak saling bertemu (aposisi buruk), paling sering
dikarenakan oleh adanya gerakan. Proses pergeseran yang mungkin terjadi adalah translasi
(pergeseran transversal), angulasi (menyudut), rotasi, dan
perubahan panjang
(pemendekan/ shortening)
• Tipe Displacement
• (Sumber: Greene, Walter B., dkk.
2006. Netter’s Orthopaedics, 1st
edition. Philadelphia: Saunders Elsevier.)
Fraktur Khas
• Colles– Dinner-Fork Deformity:
– Fraktur pada bagian distal radius
dengan displacement segmen fraktur ke arah dorsal
– Terjadi akibat telapak tangan menumpu berat badan ketika terjatuh
• Smith
– Fraktur pada bagian distal radius
dengan displacement segmen fraktur ke arah ventral
– Terjadi akibat punggung tangan
menumpu berat badan ketika terjatuh – Typical deformity : Garden Spade
• Galeazzi
– Fraktur shaft radius distal + dislokasi sendi radioulnar dengan fragmen distal angulasi ke dorsal.
– Pada pergelangan tangan dapat diraba tonjolan ujung distal ulna.
– Akibat trauma langsung pada wrist, khususnya pada aspek dorsolateral atau akibat jatuh dengan outstreched hand dan pronasi forearm.
– Nyeri pada wrist atau midline forearm dan diperberat oleh penekanan pada distal radioulnar joint.
• Monteggia
– Fraktur ulna proksimal + dislokasi sendi radioulnar proksimal
– Klinis: sendi siku bengkak, deformitas, ROM terbatas karena nyeri khususnya supinasi & pronasi
– Kaput radius biasanya dapat di palpasi – Sering terjadi cedera n.radialis; PIN
Colles’ Fracture
Smith Fracture
Greenstick Fractures
Pemulihan Fraktur
• Mekanisme Kalus
– Destruksi Jaringan dan Pembentukan Hematoma
Segera setelah fraktur, pembuluh darah mengalami kerusakan dan hematoma muncul pada garis
fraktur. Jaringan pada ujung-ujung fraktur mengalami kekurangan aliran darah sehingga mati dan mengalami penyusutan beberapa millimeter.
– Inflamasi dan Proliferasi Sel
Pada 8 jam pertama dari kejadian fraktur terjadi reaksi inflamasi dan mulai bermigrasi dan proliferasinya sel-sel mesenkim tulang dari
daerah periosteum dan menyebar ke sekitarnya. Hematoma mulai mengalami absorbsi dan kapiler mulai tumbuh pada area fraktur.
Pemulihan Fraktur
• Mekanisme Kalus (lanjutan)
– Pembentukan Kallus Lunak
Sel-sel mesenkim tulang mulai menunjukkan aktivitas kondrogenik dan osteoblastik dan dimulai dari pembentukan kartilago. Osteoklas mulai bekerja meresorbsi jaringan tulang yang rusak. Terbentuk kallus yang merupakan tulang yang masih tersusun atas jaringan fibrosa dan
belum mengalami mineralisasi/ tulang primer (woven). – Konsolidasi/ Pembentukan Kallus Keras
Aktivitas osteoblastik dan osteoklastik terus terjadi sehingga mulai terbentuk tulang lamellar/ tulang sekunder yang terus mengalami mineralisasi/ kalsifikasi. Hubungan antarfragmen tulang saat ini sudah menjadi rigid, namun masih belum cukup kuat untuk menerima beban secara normal hingga beberapa bulan.
– Remodeling
Pada tahap ini, antarfragmen tulang telah dijembatani oleh tulang yang solid. Dalam waktu beberapa bulan-tahun berikutnya akan terjadi
resorbsi pada tulang yang mengalami penyembuhan sehingga menjadi lebih ‘rapi’. Medulla osseum sudah terbentuk dan kekuatan tulang
Pemulihan Fraktur
• Mekanisme Union Langsung
– Pemulihan secara langsung ini terjadi apabila fragmen tulang
yang fraktur berhimpitan satu sama lain atau dalam tekanan
yang kuat.
– Tidak terbentuk kallus dan terjadi proses osteoblastik secara
langsung antara kedua ujung fraktur (contact healing).
– Mekanisme ini sering terjadi pada fraktur kompresi.
– Union langsung relatif tidak sekuat pemulihan kallus, karena
pemulihan kallus lebih memastikan kekuatan ujung-ujung
fraktur.
– Semakin besar tekanan yang terjadi, semakin kuat aktivitas
osteoblastik dan remodeling yang terjadi (hukum Wolff).
Tanda, Gejala, dan Diagnosis
• Pemeriksaan Penunjang: pencitraan radiologi (foto X-Ray, CT-Scan,
dan sebagainya)
• Syarat suatu X-Ray yang baik/ adekuat untuk diagnosis fraktur:
– Two Views: dilakukan foto dengan setidaknya 2 proyeksi, misal AP dan lateral.
– Two Joints: meliputi 1 sendi di bagian proksimal dan 1 sendi di bagian distal deformitas.
– Two Limbs: dilakukan pada dua ekstremitas sebagai perbandingan (terutama pada anak-anak).
– Two Injuries: dilakukan pemeriksaan x-ray pada tulang lain yang
berkaitan dengan mekanisme cedera (misal cedera parah pada femur sebaiknya juga memeriksa coxae dan sakrum).
– Two Occasions: pada jenis fraktur biasanya sulit dideteksi pada awal cedera, justru menjadi jelas setelah beberapa minggu.
X-Ray Yang Adekuat
(a,b) two views; (c,d) two occasions; (e,f) two joints; (g,h) two limbs
Manajemen Fraktur Tertutup
• Reduksi (Reduce)
– Reduksi Tertutup (Closed Reduction) – efektif jika periosteoum dan otot masih utuh, dilakukan di bawah anestesi dan dalam kondisi otot rileks. Meliputi traksi bagian distal, reposisi/ disimpaksi fragmen, dan merapikan pada tiap bagian/
reduksi.
– Reduksi Terbuka (Open Reduction) – dilakukan apabila reduksi tertutup gagal, kesulitan mengontrol fragmen, atau jika melibatkan sendi besar yang sangat mobile. Reduksi terbuka
dilakukan secara operatif dan
menjadi langkah awal fiksasi internal
Mekanisme Reduksi Tertutup
(a)retraksi; (b) disimpaksi; (c) reduksi -Apley’s System of Orthopaedics and Fractures,
Manajemen Fraktur Tertutup
• Hold/ Imobilisasi
– Traksi Kontinyu (Continuous Traction) – traksi dilakukan dengan bantuan gravitasi, traksi kulit, maupun traksi skeletal. Kelemahan traksi kontinyu adalah waktu hospitalisasi pasien yang lama.
– Cast Splintage – merupakan metode yang sering digunakan, yakni gips dengan plaster of paris. Kelemahan cast splintage adalah gerakan pasien yang sangat terbatas. Prinsip pemasangan gips adalah melewati 2 sendi, tidak terlalu ketat sehingga tidak mengganggu vaskularisasi dan inervasi syaraf.
– Functional Bracing – merupakan metode pemasangan gips dengan plaster
of paris maupun materi yang lebih ringan dengan melakukan bracing pada
tulang yang mengalami fraktur sehingga mobilitas sendi yang sehat dapat tetap terjaga.
– Fiksasi Internal (Internal Fixation) – dilakukan secara operatif dengan memasang pen.
– Fiksasi Eksternal (External Fixation) – dilakukan secara operatif dengan memasang wire dan baut-baut yang difiksasi di luar ekstremitas.
Metode Aplikasi Gips/ Cast Splintage
Manajemen Fraktur Tertutup
• Exercise
– Optimalisasi fungsi motorik bagian yang
mengalami cedera dan bagian lainnya secara
bertahap
– Latih beban dan pergerakan bertahap dapat
mempercepat deposisi tulang (hukum Wolff)
– Hal yang harus dilakukan secara bertahap adalah
mencegah edema, elevasi, latihan pasif, latihan
aktif, gerakan dengan alat bantu, dan latihan
aktivitas fungsional.
Manajemen Fraktur Terbuka
• Profilaksis Antibiotik
– Antibiotik profilaksis harus diberikan segera untuk mencegah infeksi karena kontaminasi maupun sebagai persiapan operatif dalam 24 jam pertama fraktur terbuka. Pemilihan antibiotik profilaksis tergantung pada
grading fraktur terbuka menurut Gustilo.
• Debridemen
– Prinsip debridemen adalah membersihkan luka, baik di kulit maupun
diantara fragmen tulang, dari kotoran, benda asing, dan juga jaringan yang sudah mengalami kematian permanen.
• Stabilisasi
– Stabilisasi fraktur terbuka dilakukan secara reduksi terbuka (open
reduction). Sementara untuk fiksasi dapat dilakukan dengan fiksasi
eksternal maupun internal tergantung pada kondisi fraktur.
• Menutup Luka
– Luka kecil pada fraktur derajat I dan II dapat segera dijahit setelah dilakukan debridement dan stabilisasi. Luka yang lebih parah dan sulit dapat ditutup sementara atau permanen dengan skin graft. Apabila dilakukan penutupan sementara, harus dilakukan evaluasi 48-72 jam berikutnya.
Antibiotik Profilaksis Untuk Fraktur
Terbuka (Menurut Grading Gustilo)
Dislokasi Pelvis
Posterior Hip
• Gejala
– Nyeri pada lutut dan
sendi bagian belakang
– Sering terjadi pada orang
yang duduk di mobil dan
lutut terbentur
dashboard
– Kaki terlihat memendek
dan dalam posisi fleksi,
endorotasi dan adduksi
Anterior Hip
• Gejala
– Nyeri pada sendi
panggul
– Pada pasien yang
mengendarai motor
dalam posisi
mengangkang
– Kaki dalam posisi
eksorotasi, ekstensi, dan
abduksi
Dislokasi Panggul
ANTERIOR
POSTERIOR
JARANG TERJADI (10%) PALING SERING TERJADI AKIBAT TRAUMA DASHBOARD SAAT MENGEREM (90%)
DISLOKASI ANTERIOR ACETABULUM DISLOKASI POSTERIOR ACETABULUM
EKSTENSI PANGGUL, ABDUKSI, EKSTERNAL ROTASI
FLEKSI PANGGUL, INTERNAL ROTASI, ADDUKSI, EKSTREMITAS TERLIHAT MEMENDEK
Tatalaksana Dislokasi Sendi Panggul:
Reposisi
• Bila pasien tidak memiliki komplikasi lain:
– Berikan Anestetic atau sedative dan manipulasi
tulang sehingga kembali pada posisi yang
seharusnya reduction/reposisi
• Pada beberapa kasus, reduksi harus dilakukan
di OK dan diperlukan pembedahan
• Setelah tindakan, harus dilakukan
pemeriksaan radiologis ulang atau CT-scan
untuk mengetahui posisi dari sendi.
Dislokasi Bahu
• Dislokasi Anterior
• Lengkung (contour)
bahu berobah,
• Posisi bahu abduksi &
rotasi ekterna
• Teraba caput humeri di
bag anterior
• Back anestesi
Gangguan n. axillaris
• Dislokasi Posterior
• Lengan dipegang di
depan dada
• Adduksi
• Rotasi interna
• Bahu tampak lebih
datar (flat and squared
off)
Luka Bakar
• Definisi• cedera jaringan akibat kontak
langsung dengan api, cairan panas, gas, bahan kimia, listrik, atau radiasi. • Klinis
• Derajat luka bakar :
– Derajat 1 di epidermis, sembuh
dalam 5-7 hari, tampak sebagai eritema, ada nyeri atau hipersensitivitas
setempat
– Derajat 2 sampai dermis, ada sedikit elemen epitel sehat yang tersisa, ada nyeri, bula berisi eksudat.
– Derajat 3 sampai subkutis hingga organ yang lebih dalam, tidak ada
elemen hidup yang tersisa, kulit tampak pucat/abu-abu/gelap/hitam,
permukaan kulit lebih rendah dari sekitar, tidak ada bula dan tidak ada nyeri.
Luka Bakar
Luas Luka Bakar (Rule of Nines)
Pada orang dewasa (Rule of Nines):
• Kepala dan leher : 9 %
• Thoraks dan abdomen anterior: 18%
• Thoraks dan abdomen posterior: 18%
• Ekstremitas atas : 9%
• Ekstremitas bawah : 18%
• Genitalia : 1%
Pada bayi :
• Kepala dan leher : 18 %
• Thoraks dan abdomen anterior: 18%
• Thoraks dan abdomen posterior: 18%
• Ekstremitas atas : 9%
• Ekstremitas bawah : 14%
• Genitalia : -
Luka bakar kecil : 1% dihitung dengan ukuran telapak tangan pasien
• Umum/ Non Medikamentosa
– Didinginkan menggunakan air dalam suhu 10-250C selama 30 menit setelah terkena luka
bakar. Luka perlu dibersihkan dari jaringan mati lalu ditutup dengan dressing.
– Irigasi luka bakar kimia
• Medikamentosa
– Penatalaksanaan awal: ABCDEF (A = airway, B = breathing, C = circulation, D = disability, E =
expose, F = fluid).
– Evaluasi luka bakar luas dan derajat luka bakar
– Resusitasi cairan:
• Pada pasien luka bakar dengan TBSA> 15%. • Baxter /Parkland Formula:
• 4 mL Ringer laktat x kgBB x % luas luka bakar
– Selama 24 jam pertama ½ vol dimasukkan dalam 8 jam pertama paska luka bakar, sisanya dalam 16 jam berikut. – Koloid 24 jam kedua, apabila pemenuhan
kebutuhan cairan belum tercapai. – Pemantauan resusitasi cairan pantau
jumlah urine (N = 0,5-1 cc / kg / jam).
– Obat anti nyeri :
• Narkotika IV pada luka bakar berat. • Patient-controlled analgesic (PCA) pasien
sadar penuh.
– Profilaksis tetanus.
– Escharotomy dan fasiotomiluka bakar
konstriksi.
– Pencangkokan kulit.
• Indikasi rawat :
– Luka bakar derajat dua atau tiga lebih dari 10% TBSA pada pasien di bawah 10 tahun atau lebih dari 50 tahun
– Luka bakar derajat dua lebih dari 20% TBSA pada usia berapapun.
– Luka bakar derajat tiga lebih dari 5% TBSA pada usia berapapun
– Luka bakar yang signifikan pada wajah, tangan, kaki, alat kelamin, atau perineum – Luka bakar karena tersengat listrik / petir – Luka bakar signifikan akibat bahan kimia – Trauma inhalasi, trauma mekanis, atau
penyakit medis lain yang sudah ada sebelumnya
– Luka bakar yang membutuhkan dukungan sosial, emosional, atau rahabilitasi jangka panjang, terutama apabila dicurigai terdapat kekerasan pada anak.
Komplikasi Luka Bakar
• Keloid dan Hipertropik Skar– pertumbuhan berlebih dari jaringan fibrosa padat yang muncul setelah penyembuhan luka pada kulit
– Patof : ketidakseimbangan antara fase
anabolik dan katabolik dalam proses
penyembuhan luka kolagen pada jaringan parut diproduksi berlebih bekas luka tumbuh ke segala arah
– Keloid : bekas luka
timbul meninggi, tumbuh melampaui batas luka asli
– Hipertropik skar : mirip keloid tapi penebalan tidak melebihi batas luka asli. – Th
• Th awal : pijatan, pelembab, antihistamin, dan
silicone sheet therapy
• Nonbedah : pemberian tekanan/ mechanical
pressure, inj triamsinolon, nitrogen mustard,
tetroquine, asam retinoit, zinc, vitamin A, vitamin E, dan verapamil
• Bedah : eksisi sederhana, Z-plasty, V-Y plasty,
W-plasty, laser, dan cryosurgery
• Kontraktur
– Luas kulit yang hilang pada luka terbuka mengecil karena terjadi penurunan konsentrik ukuran luka kontraksi kemudian
berkembang menjadi kontraktur
– Pencegahan : menutup luka sedini mungkin dengan split-skin graft
– Th: bedah Dilakukan setelah masa
penyembuhan aktif (>1 tahun) dan dilakukan secara bertahap
• Trauma Inhalasi
– karena inhalasi asap dan zat iritatif lainnya,dapat mengakibatkan terjadinya trakeobronkitis dan pneumonitis akut – Tanda-tanda: Rambut hidung yang terbakar,
Luka bakar pada wajah, Sputum berkarbon, Serak, Bunyi stridor, Level
karboksihemoglobin melebihi 15% setelah 3 jam posteksposure
Phimosis dan Paraphimosis
• Phimosis
• Prepusium tidak dapat ditarik kearah proksimal
• Fisiologis pada neonatus
• Komplikasi: Balanitis, Postitis. Balanopostitis
• Treatment: Dexamethasone 0.1% (6 weeks) for spontaneous
retraction
• Paraphimosis
• Prepusium tidak dapat ditarik kembali dan terjepit di sulkus koronarius
• Gawat darurat bila Obstruksi vena superfisial edema dan nyeri Nekrosis glans penis
• Treatment: Manual reposition, sirkumsisi
Hipospadia dan Epispadia
Epispadia OUE berada di dorsum penis
• Penis lebar, pendek dan melengkung keatas (dorsal chordee)
• Penis menempel pada tulang pelvis • Tulang simfisis terpsah lebar
(simfisiolitik) • Classification: – Glanular – Penile – Penopubic Hypospadia
• OUE berada pada ventral penis • Three anatomical characteristics • An ectopic urethral meatus
• An incomplete prepuce
• Chordee ventral shortening and curvature
Male Genital Disorders
Disorders Etiology Clinical
Testicular torsion Intra/extra-vaginal torsion
Sudden onset of severe testicular pain followed by inguinal and/or scrotal swelling. Gastrointestinal upset with nausea and vomiting.
Hidrocele Congenital anomaly, blood blockage in the spermatic cord
Inflammation or injury
accumulation of fluids around a testicle, swollen testicle,Transillumination +
Varicocoele Vein insufficiency Scrotal pain or heaviness, swelling. Varicocele is often described as feeling like a bag of worms Hernia skrotalis persistent patency of
the processus vaginalis
Mass in scrotum when coughing or crying
Chriptorchimus Congenital anomaly Hypoplastic hemiscrotum, testis is found in other area, hidden or palpated as a mass in
inguinal.Complication:esticular neoplasm,
subfertility, testicular torsion and inguinal hernia
http://en.wikipedia.org/wiki/ http://emedicine.medscape.com/article/
http://www.medscape.org/viewarticle/420354_8
Torsio Testis
Gejala dan tanda:
• Nyeri hebat pada skrotum yang mendadak
• Pembengkakan skrotum
• Nyeri abdomen
• Mual dan muntah
• Testis terletak lebih tinggi dari biasanya atau
pada posisi yang tidak biasa
Labiognatopalatoshisis
• Celah pada bibir
(labio), gusi (gnato)
dan langitan
(palate)
• Indikasi Operasi
RULE OF TEN :
– Berat badan 10 lb
(5 kg)
– Usia 10 minggu
– Kadar hemoglobin
darah 10 g/dL
Classifcation:
• A low lesion
– colon remains close to the skin – stenosis (narrowing) of the anus – anus may be missing altogether,
with the rectum ending in a blind pouch
• A high lesion
– the colon is higher up in the pelvis – fistula connecting the rectum and
the bladder, urethra or the vagina
• A persistent cloaca
– rectum, vagina and urinary tract are joined into a single channel
Hirschprung
Duodenal atresia
http://emedicine.medscape.com/
Intussusception
Gastrochizis dan Omphalocele
• Gastroskisis• Defek pada dinding anterior
abdomen (biasanya di sebelah kanan) sehingga organ abdomen keluar
melalui defek tersebut
• Tidak terdapat selaput yang melapisi dan ukuran defek biasanya kurang dari 4 cm
• Tatalaksana
– Bungkus dengan kasa lembab dan rujuk ke dokter bedah untuk dilakukan
penutupan – Pimary Closure
• Usus dikembalikan ke dalam rongga abdomen dan defek langsung ditutup dalam satu kali operasi
– Staged Closure
• Pendekatan bertahap untuk
memperbaiki defek, rata-rata 5 sampai 10 hari
• Omphalocele
• Usus, hati, dan terkadang organ lain tetap berada di luar abdomen
didalam sebuah kantong karena adanya defek pada perkembangan otot dinding abdomen
• Melibatkan tali pusat(umbilical cord) • Tatalaksana
– Operasi harus ditunda sampai bayi stabil, selama selaput ompfalokel masih intak