………..
http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Vol.15 No.8 Maret 2021 PELAKSANAAN PROTOKOL KESEHATAN BERBASIS CLEANLINESS, HEALTH,
SAFETY, AND ENVIRONMENT SUSTAINABILITY (CHSE) PADA INDUSTRI PERHOTELAN DI KOTA BANDUNG
Oleh
Lien Maulina1), Nenden Dianawati2), Siti Yulia Irani Nugraha3),
Ita Maemunah4) & Sukmadi5) 1,2,3,4,5Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung
Email: 1[email protected], 2[email protected], 3[email protected], 4 [email protected] & 5[email protected]
Abstrak
Bisnis perhotelan merupakan salah satu bagian dari bisnis pariwisata yang paling dirugikan akibat pandemi Covid-19. Banyak hotel yang terpaksa tutup karena tidak lagi kedatangan tamu serta bisnis makanan dan pertemuan yang tidak lagi terisi. Demi meningkatkan kembali kepercayaan wisatawan dan pariwisata nasional, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) telah menyusun sebuah protokol yang dinamakan Protokol Cleanliness, Health, Safety, & Environmental Sustainable (CHSE) pada sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif. Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan studi literatur atau studi kepustakaan, yakni merupakan tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari literatur. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan protokol kesehatan CHSE pada industri perhotelan diawali dengan pembnaan dan pelatihan karyawan tentang prosedr pelaksanaan CHSE. Pada industri pehotelan di Kota Bandung, terhitung taggal 8 Februari 2021 sudah ada 145 hotel di Kota Badung yang telah memperoleh sertifikas CHSE dari Kemenparekraf . Dengan adanya sertifikasi CHSE ini, Hotel dipastikan telah memenuhi standar status kebersihan, kesehatan, keamanan, dan kelestarian lingkungan. Label Indonesia Care akan menjadi penanda bahwa hotel tersebut aman untuk dikunjungi, sekaligus untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat, yang pada akhirnya akan memutar kembali roda perekonomian khususnya sektor pariwisata dan ekraf.
Kata Kunci: Protokol Kesehatan, Cleanliness, Health, Safety, And Environment Sustainability, Industri Perhotelan
PENDAHULUAN
Kehadiran pandemi Covid 19 memberikan dampak yang signifikan pada kehidupan manusia. Selain sektor kesehatan, sektor perekonomian Indonesia juga terkena dampak dari pandemi ini. Salah satu sektor perekonomian yang paling terkena imbas pandemi Covid-19 adalah sektor pariwisata. Sektor pariwisata Indonesia sangat dirugikan dengan menurunnya jumlah wisatawan, baik karena kebijakan pemerintah ataupun berkembangnya rasa takut akan resiko tertular penyakit yang berbahaya ini. Dikabarkan kerugian sektor pariwisata Indonesia mencapai US$ 1,5 miliar (Anwar, 2020).
Bisnis perhotelan merupakan salah satu bagian dari bisnis pariwisata yang paling dirugikan akibat pandemi Covid-19. Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi P. Sukamdani menyatakan bahwa PHRI mencatat rata-rata okupansi hotel di Indonesia hanya 20%, yang berarti ada 80% kamar yang kosong (Anwar, 2020). Keadaan okupansi yang rendah ini mendorong hotel–hotel untuk menghemat biaya pengeluaran atau bahkan memberhentikan kegiatan operasionalnya.
Banyak hotel yang terpaksa tutup karena tidak lagi kedatangan tamu serta bisnis makanan dan pertemuan yang tidak lagi terisi. Indonesia
………...
Vol.15 No.8 Maret 2021 http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI
merasakan dampak dari penyebarannya, saat ini banyak kebijakan yang telah dilakukan oleh Pemerintah Pusat untuk menghambat penyebaran dan juga kebijakan dalam bidang ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang sangat berdampak kesemua lini masyarakat tanpa membedakan pangkat dan golongan serta strata kehidupan masyarakat. Ditambah lagi anjuran pemerintah untuk tetap berdiam diri dirum, bekerja dirumah, belajar dirumah sehingga industry perhotelan ini banyak yang mengalami gejala kebangkrutan.
Sebelum pandemi covid 19, daya saing Indonesia menurut WEC tahun 2019 dalam aspek kebersihan, keamanan, dan Kesehatan dan lingkungan di bidang pariwisata lebih rendah dibandingkan negara lain dimana untuk pilar Safety berada pada rangking 80, pilar healthy and hygiene pada rangking 102 dan pilar environmental sustainability berada pada rangking 135 dunia sehingga pandemi COVID-19 akan membuka sebuah perubahan tentang tren pariwisata di dunia. Dimana isu health dan hygiene serta safety dan security serta sustainabilty akan menjadi pertimbangan utama bagi wisatawan maka perlu penerapan protokol tatanan normal baru di sector pariwisata terutama di destinasi wisata.
Dalam rangka menyambut tatanan normal baru harapan kembali muncul karena sebagian besar hotel yang sempat mengalami keterpurukan mulai beroperasi kembali. Penyedia layanan dan para pekerja industri perhotelan harus memiliki pengetahuan luas dan memiliki kesiapan yang baik agar para tamu tidak ditolak secara tidak wajar karean rasa takut bahwa mereka membawa virus Covid-19 (Jamal dan Budke, 2020). Jaminan pelayanan hotel yang sesuai standar protokol merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki setiap hotel yang beroperasi di masa tatanan normal baru. Oleh sebab itu perlu adanya pengabdian masyarakat dalam bentuk pelatihan kepada pekerja hotel agar mampu memberi rasa aman dan nyaman kepada tamu.
Demi meningkatkan kembali kepercayaan wisatawan dan pariwisata nasional, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
(Kemenparekraf) telah menyusun sebuah protokol yang dinamakan Protokol Cleanliness, Health, Safety, & Environmental Sustainable (CHSE) pada sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Penerapan protokol kesehatan berbasis CHSE menjadi kunci keberhasilan dalam upaya pemulihan pariwisata di tengah pandemi Covid-19 yang belum juga mereda. Tanpa pelaksanaan protokol kesehatan dan disiplin tinggi, tidak mudah bagi sektor pariwisata untuk dapat bangkit kembali. Untuk itu, Kementrian pariwisata dan ekonomi kreatif menerbitkan buku panduan khusus terkait protokol kesehatan berbasis CHSE bagi para pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif. Penerapan protokol kesehatan berbasis CHSE pada destinasi wisata khusus industry perhotelan sangat penting untuk membangkitkan dan meningkatkan kepercayaan wisatawan serta mendorong wisatawan untuk menginap. Oleh karena itu, Dinas Budaya dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Bandung terus melakukan upaya sosialisasi penerapan protokol kesehatan berbasis CHSE ini bagi industri pariwisata di Kota Bandung. Protokol CHSE ini ditujukan bagi semua pihak, mulai dari pengelola, pemilik, asosiasi, karyawan atau pemandu wisata, tamu atau pengungung, kelompok masyarakat hingga pemerintah daerah.
Panduan pelaksanaan CHSE dibuat sangat rinci, diatur mulai dari area parkir hingga ruang karyawan. Semua itu dilakukan sebagai upaya pencegahan dan pengendalian virus Covid-19. Sehingga pengunjung tak perlu khawatir kektika berada di tempat wisata yang sudah memiliki logo InDOnesia CARE. Ruang lingkup penerapan CHSE dari aspek kebersihan (Clean) meliputi penyediaan tempat mencuci tangan atau hand sanitizer, menyediakan pembersihan ruang dan barang publik dengan disinfektan/cairan pembersih lain yang aman, bebas vektor dan binatang pembawa penyakit, pembersihan dan kelengkapan toilet bersih dan tempat sampah bersih. Dari aspek kesehatan (Health), wajib menghindari kontak fisik, pengaturan jarak aman, mencegah kerumunan, tidak menyentuh bagian wajah, mata, hidung, mulut, pemeriksaan suhu tubuh, memakai APD yang diperlukan,
………..
http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Vol.15 No.8 Maret 2021
menerapkan etika batuk dan bersin Pengelolaan makanan dan minuman yang bersih dan higienis, menyediakan peralatan dan perlengkapan kesehatan sederhana, ruang publik dan ruang kerja dengan sirkulasi udara yang baik serta penanganan bagi pengunjung dg gangguan kesehatan ketika beraktivitas di lokasi.
Aspek keselamatan (Safety), menyediakan prosedur penyelamatan diri dari bencana, menyediakan kotak P3K, alat pemadam kebakaran, titik kumpul dan jalur evakuasi, memastikan alat elektronik dalam kondisi mati ketika meninggalkan ruangan serta menyediakan media dan mekanisme komunikasi penanganan kondisi darurat. Semua industri perhotelan di Kota Bandung wajib mengukuti standar CHSE agar tersertifikasi dan memiliki logo InDOnesia CARE sebagai simbol kesiapan pelaku usaha pariwisata menerapkan standar CHSE.
Dari aspek Ramah Lingkungan (Environmental Sustainability), industri perhotelan wajib menggunakan perlengkapan dan bahan ramah lingkungan, pemanfaatan air dan sumber energi secara efisien, sehat demi menjaga keseimbangan ekosistem, pengolahan sampah dan limbah cair dilakukan secara tuntas, sehat, dan ramah lingkungan, kondisi lingkungan sekitar asri dan nyaman, baik secara alami atau dengan rekayasa teknis serta pemantauan dan evaluasi penerapan panduan dan SOP pelaksanaan kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan.
Sertifikat CHSE dan Labelling I DO Care diberikan kepada kepada usaha pariwisata, usaha/fasilitas lain terkait pariwisata, lingkungan masyarakat sekitar daya tarik wisata dan/atau fasilitas pariwisata, serta destinasi pariwisata yang telah memenuhi kriteria dan indikator pelaksanaan kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan yang berfungsi sebagai jaminan kepada wisatawan dan masyarakat bahwa produk dan pelayanan yang diberikan sudah memenuhi protokol kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan yang merupakan Program dari Kemenparekraf berupa kegiatan penilaian untuk melihat tingkat kesiapan industri pariwisata
dalam menerapkan protocol Kesehatan Covid-19 berdasarkan aspek Kebersihan, Kesehatan, Keselamatan dan Kelestarian Lingkungan.
Menurut Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menekankan bahwa sertifikasi CHSE sangat penting bagi industri pariwisata dan ekonomi kreatif untuk memulihkan kepercayaan wisatawan, sekaligus menggeliatkan kembali pariwisata. Selain itu, sertifikasi menjamin bahwa produk dan pelayanan yang diberikan sudah memenuhi standar dan protokol kesehatan. Pada tahun 2021, ditargetkan sebanyak 6,5 ribu pelaku usaha yang tersertifikasi CHSE. Namun, angka ini harus ditingkatkan lagi dengan cara merangkul dunia usaha untuk ikut berpartisipasi.
Dengan adanya pelaksanaan protokol kesehatan berbasis cleanliness, health, safety, and environment sustainability (CHSE) pada industri perhotelan di Kota Bandung diharapkan tingkat okupansi hotel dapat meningkat seiring dengan program-program pemulihan sector pariwisata. Baik protokol kesehatan 3M maupun penerapan sertifikasi CHSE, merupakan solusi yang tersedia agar masyarakat bisa kembali beraktivitas di tengah pandemi Covid-19. Kedisiplinan dalam pelaksanaannya menjadi kunci untuk mempertahankan ekonomi tanpa mengabaikan kesehatan dan keselamatan diri sendiri maupun orang lain.
LANDASAN TEORI Industri Perhotelan
Industri perhotelan dapat dibagi ke dalam 2 segmentasi, yakni commercial dan leissure. Keduanya biasa disebut commercial hotel dan resort hotel. Segmentasi dari commercial hotel itu sendiri digunakan untuk tujuan bisnis, sedangkan resort hotel digunakan untuk kegiatan perjalanan wisata yang tujuannya hanya untuk jalan-jalan. Namun, sekarang banyak hotel-hotel yang menggabungkan antara keduanya supaya sesuai dengan kebutuhan masing-masing konsumen.
Industri Perhotelan adalah salah satu industri yang berperan penting dalam perkembangan ekonomi dan dunia pariwisata di Indonesia. Seperti yang kita ketahui secara umum
………...
Vol.15 No.8 Maret 2021 http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI
hotel adalah seluruh atau sebagian bangunan yang digunakan untuk pelayanan kamar, makanan, dan minuman serta rekreasi yang dikelola dengan tujuan komersial (Soewirjo, 2018). Disebut-sebut sebagai salah satu kota pariwisata favorit wisatawan, baik dari turis lokal maupun asing, menjadi faktor utama laju pertumbuhan hotel yang semakin pesat.
Leslie G.Jett. (2010) menyatakan bahwa industri perhotelan termasuk sebagai industri dengan tingkat pertumbuhan tercepat dan merupakan salah satu industri yang mempekerjakan pekerja terbanyak. Semua orang dapat memenuhi syarat dan menjadi bagian dari industri perhotelan meskipun tidak semua orang dapat mengambil jalan yang sama. Tesone, D. (2010) menyatakan bahwa industri perhotelan mencakup layanan seperti penginapan, layanan makanan, rekreasi, hiburan, kebugaran, dan MICE.
Menurut Sulistyono, (2016) hotel merupakan bagian integral dari usaha pariwisata yang menurut keputusan Menparpostel disebutkan sebagai usaha akomodasi yang dikomersialkan dengan menyediakan fasilitas-fasilitas yaitu kamar tidur atau kamar tamu, makanan dan minuman, pelayanan-pelayanan penunjang lain seperti: fasilitas olahraga, fasilitas laundry, dan sebagainya
Hotel dikelompokkan dalam beberapa kategori yaitu berdasarkan kelas, plan, ukuran, lokasi, area, maksud kunjungan tamu, lamanya tamu menginap, aspek bentu bangunan dan wujud fisik. Menurut Munandar (2013), klasifikasi hotel berdasarkan maksud kunjungan selama menginap, adalah sebagai berikut:
1. Business hotel
Hotel yang tamunya sebagain besar berbisnis, di sini biasanya menyediakan ruang-ruang meeting dan konvensi.
2. Resort/Tourism Hotel
Hotel yang kebanyakan tamunya adalah para wisatawan, baik domestik maupun manca negara.
3. Casino hotel
Adalah hotel yang sebagian tempatnya berfungsi sebagai tempat untuk kegiatan berjudi.
4. Pilgrim hotel
Hotel yang sebagian tempatnya berfungsi sebagai fasilitas beribadah. Seperti hotel-hotel di Arab (pada saat musim haji) dan Lourdes di Perancis.
5. Cure Hotel
Adalah hotel yang tamu-tamunya adalah tamu yang sedang dalam proses pengobatan atau penyembuhan dari suatu penyakit.
Protokol Kesehatan Berbasis Cleanliness, Health, Safety, And Environment Sustainability
(CHSE)
Protokol CHSE adalah kebijakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sebagai panduan bagi para pengusaha dan/atau pengelola, pemandu wisata lokal, serta karyawan daya tarik wisata dalam adaptasi kebiasaan baru berupa pedoman kepada usaha pariwisata, destinasi pariwisata, dan produk pariwisata lainnya untuk menerapkan jaminan kepada wisatawan terhadap pelaksanaan Kebersihan, Kesehatan, Keselamatan, dan Kelestarian Lingkungan.
Pelaksanaan Cleanliness, Health, Safety and Environmental Sustainability (CHSE) atau yang selanjutnya disebut Panduan Pelaksanaan Kebersihan, Kesehatan, Keselamatan, dan Kelestarian Lingkungan di Daya Tarik Wisata merupakan panduan operasional dari Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor
HK.01.07/Menkes/382/2020 tentang Protokol Kesehatan bagi Masyarakat di Tempat dan Fasilitas Umum dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Panduan ini ditujukan bagi pengusaha dan/atau pengelola, karyawan, dan pemandu wisata lokal dalam memenuhi kebutuhan pengunjung akan produk dan pelayanan pariwisata yang bersih, sehat, aman, dan ramah lingkungan pada masa pandemi Covid-19 ini. Panduan ini juga dapat menjadi acuan bagi Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Desa/Kelurahan, termasuk Desa Adat, asosiasi usaha dan profesi
………..
http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Vol.15 No.8 Maret 2021
terkait daya tarik wisata, dan Kelompok Penggerak Pariwisata/Kelompok Sadar Wisata untuk melakukan sosialisasi, tutorial/ edukasi, simulasi, uji coba, pendampingan, pembinaan, pemantauan dan evaluasi dalam penerapan kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan demi meningkatkan keyakinan para pihak serta reputasi usaha dan destinasi pariwisata. Ketentuan yang termuat dalam panduan ini mengacu pada protokol dan ketentuan lain yang telah ditetapkan Pemerintah Indonesia, World Health Organization (WHO), dan World Travel & Tourism Council (WTTC) dalam rangka pencegahan dan penanganan Covid-19.
Penyusunan panduan melibatkan berbagai pihak, yaitu asosiasi usaha dan profesi terkait daya tarik wisata, pengelola desa wisata, Kelompok Penggerak Pariwisata/Kelompok Sadar Wisata, dan akademisi. Tujuan penerapan protokol CHSE adalah:
1. Peningkatan kesadaran masyarakat Indonesia dan dunia terhadap kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan, sangat besar akibat pandemic Covid-19. 2. Pola permintaan dan perilaku wisatawan ke
depan akan sangat dipengaruhi kesadaran terhadap kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan yang tinggi. 3. Dunia pariwisata harus bersiap diri untuk
dapat memberikan jaminan kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan yang tinggi akan produk dan pelayanan yang diberikan kepada wisatawan. 4. Komponen penting yang menjadi factor
penarik utama kunjungan wisatawan adalah daya tarik wisata, yaitu segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
5. Perlu panduan praktis bagi daya Tarik wisata dalam menyiapkan produk dan pelayanan yang bersih, sehat, aman, dan ramah lingkungan.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif yang berusaha mengungkap dan mengkaji pelaksanaan protokol kesehatan berbasis cleanliness, health, safety, and environment sustainability (CHSE) pada industri perhotelan di Kota Bandung. Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan studi literatur atau studi kepustakaan, yakni merupakan tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari literatur, dokumen-dokumen yang sangat berkaitan dengan obyek penelitian terutama media cetak dan media online yang saat ini menjadi sumber terbesar memperoleh data terkait dengan pelaksanaan protokol kesehatan berbasis cleanliness, health, safety, and environment sustainability (CHSE) pada industri perhotelan di Kota Bandung. Data yang berhasil dikumpulkan, baik melalui wawancara dan observasi akan dianalisis secara kualitatif dengan model analisis interaktif. Data yang diperoleh dari lapangan dikelompokkan sesuai dengan fokus penelitian. Dari kategori tersebut kemudian dideskripsikan dengan mengambarkan atau memaparkan teori yang ada secara logis, sistematis untuk mendapatkan hasil signifikan dan ilmiah, sehingga fokus penelitian dapat dijelaskan sesuai dengan fenomena yang terjadi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sektor perhotelan merupakan bagian penting dari industri pariwisata. Wabah Covid-19 telah menyebabkan sektor ini berhenti bergeliat selama beberapa bulan terakhir. Hal ini telah menyebabkan perlambatan perekonomian dan mengakibatkan jumlah kemiskinan meningkat. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Maret 2020 jumlah penduduk miskin sebesar 475,72 ribu orang jika dibandingkan dengan bulan September 2019 sebesar 440,89 ribu orang (BPS, 2020). Namun demikian, harapan sektor perhotelan kembali muncul dengan dimulainya tatanan normal baru dunia pariwisata. Melalui tatanan normal baru diharapkan hotel-hotel yang ada dapat kembali beroperasi, sehingga
………...
Vol.15 No.8 Maret 2021 http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI
perekonomian dapat segera pulih kembali. Saat ini industri pariwisata tidak hanya mengandalkan keunikan dan keindahan sebagai daya tarik utama kepada wisatawan. Penerapan protokol kesehatan terutama dalam penangan Covid-19 merupakan hal yang wajib ada di setiap sudut industri ini.
Pelaksanaan cleanliness, health, safety and environmental sustainability (CHSE) diterbitkan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (KEMENPAREKRAF). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/382/2020 tentang protokol kesehatan bagi masyarakat di Tempat dan Fasilitas umum dalam rangka pencegahan dan pengendalian Covid-19 (Indonesia Travel, 2020). Penjelasan umum mengenai pentingnya kesiapan SDM industry perhotelan memberikan pelayanan terkait pelaksanaan empat poin utama yaitu kebersihan, kesehatan, keselamatan dan kelestarian lingkungan. Hal ini disebabkan pola permintaan dan perilaku wisatawan setelah adanya wabah Covid-19 akan sangat dipengaruhi kesadaran mereka terhadap empat poin tersebut.
Pelaksanaan protokol kesehatan industry perhotelan diawali dengan tugas karyawan yang berada di bagian Security/ Concierge. Karyawan pada bagian ini harus mengenakan alat pelindung diri yang diperlukan. Mengukur suhu tubuh karyawan dan tamu sebelum memasuki area hotel. Karyawan dan tamu yang memiliki suhu tubuh di atas 37,3o C tidak diperkenankan masuk. Meminta tamu untuk mencuci tangan atau menggunakan hand sanitizer yang telah disediakan pihak hotel. Mengatur antrian dan jarak aman antara karyawan dan tamu sesuai dengan pengumuman yang dipasang.
Selanjutnya karyawan yang berada di bagian Front Office. Karyawan di bagian ini wajib mengetahui negara-negara dan daerah-daerah dengan kasus pandemi Covid-19 yang tinggi. Pada saat melayani tamu karyawan memliki kemampuan untuk memahami dan menjelaskan kepada tamu tentang regulasi hotel di masa pandemi Covid-19. Mampu menyampaikan informasi bahwa hotel telah menerapkan standar keamanan pengolahan makanan dan minuman. Melakukan pendataan
tentang riwayat perjalanan tamu selama 14 hari terakhir dan kondisi kesehatan menggunakan formulir self assessment pada saat check in. Apabila hasil self assessment memiliki risiko besar Covid-19 maka segera meminta tamu untuk memeriksakan kesehatannya terlebih dahulu ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat. Karyawan wajib mengetahui nomor kontak penting seperti satuan tugas Covid-19 daerah, kantor imigrasi, kedutaan besar, dan rumah sakit. Menginformasikan kepada tamu agar menghubungi resepsionis jika tamu memiliki gangguan kesehatan (demam, batuk, pilek, nyeri tenggorokan, dan sesak napas). Menyarankan tamu untuk menggunakan pembayaran nontunai. Karyawan membersihkan semua alat yang digunakan dalam proses pembayaran segera setelah transaksi dilakukan. Karyawan menggunakan alat pelindung diri yang diperlukan. Karyawan mengingatkan tamu jika tidak mematuhi protokol kesehatan.
Karyawan housekeeping memiliki peran penting dalam menjaga kondisi hygine seluruh area hotel. Karyawan pada bagian ini bertanggung jawab untuk melakukan sanitasi setiap kamar dan seluruh area hotel. Setiap karyawan diberikan peralatan dan perlengkapan kerja sendiri seperti alat kebersihan, penghisap debu, dan lain-lain. Melakukan pembersihan pada peralatan tertentu yang harus dipakai bergantian dengan disinfektan. Karyawan yang sudah selesai melakukan pembersihan suatu area dilarang kembali lagi ke area tersebut untuk menghindari kontaminasi. Membersihkan trolley dengan disinfektan selesai mengerjakan satu kamar atau ruangan. Menyimpan linen kotor dan bersih secara terpisah ditempat yang berbeda dengan benar. Karyawan mencuci tangan dengan sabun atau menggunakan hand sanitizer begitu selesai melakukan pembersihan suatu area hotel. Karyawan menggunakan alat tulis masing-masing. Karyawan mengingatkan tamu jika tidak mematuhi protokol Kesehatan.
Karyawan yang berada di bagian Food and Beverage Services (Restoran/ Coffe Shop/ Banquet). Karyawan yang bertugas pada bagian ini menyarankan tamu untuk melakukan
………..
http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Vol.15 No.8 Maret 2021
pembayaran secara non tunai. Membersihkan semua alat yang digunakan dalam proses pembayaran dengan disinfektan segera setelah transaksi selesai dilakukan. Membawa makanan dan minuman dari dapur dengan menggunakan penutup yang aman. Melakukan pelayanan dan penyajian makanan dengan tetap menjaga jarak dengan tamu. Untuk pelayanan Pick up and Delivery menggunakan wadah pengangkut dengan keadaan yang selalu bersih dan telah disanitasi. Memperhatikan waktu pengiriman dan pengaturan suhu untuk makanan atau minuman. Menghindari kontaminasi makanan atau minuman dengan menggunakan pembungkus yang aman. Menentukan zona penjemputan khusus (drive-thru) untuk memesan makanan atau minuman.
Penerapan CHSE dilakukan dengan cara sosialisasi, edukasi, simulasi, dan uji coba kepada para pelaku usaha pariwisata, ekraf (ekonomi kreatif), daerah, destinasi, dan terhadap panduan CHSE itu sendiri yang dimulai pada bulan Agustus 2020. Tidak hanya para pelaku, penerapan ini juga dilakukan kepada para pengunjung atau masyarakat yang terlibat. Jenis pariwisata yang dimaksud mulai dari hotel, restoran, homestay, perjalanan, pemandu wisata, dan sebagainya. Sedangkan untuk sektor ekonomi kreatif mulai dari bioskop, seni pertunjukan, musik, seni rupa, fashion, kuliner, wahana permainan, dan sebagainya.
Kemenparekraf bekerja sama dengan lembaga sertifikasi dalam upaya untuk dapat melakukan verifikasi terhadap standar dari CHSE manual yang sudah ditetapkan. Kemenparekraf juga bekerja sama dengan Kemenkes dan Asosiasi seperti PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia), ASITA (Association of The Indonesian Tours And Travel Agencies) sebagai tim terpadu nasional dan berkoordinasi dengan tim provinsi serta kabupaten/kota dalam melakukan verifikasi jenis usaha/sektor/fasilitas dan layanan publik serta deklarasi mandiri wilayah bagi para pelaku usaha. Ruan lingkup pelaksanaan protocol Kesehatan CHSE meliputi item-item berikut:
Tabel 1. Lingkup CHSE Kebersihan/
Cleanliness
1. Mencuci tangan pakai
sabun/menggunakan hand sanitizer 2. Ketersediaan sarana cuci tangan pakai
sabun
3. Pembersihan ruang dan barang publik dengan cara dan disinfektan/cairan pembersih lain yang aman dan sesuai 4. Bebas vektor dan binatang pembawa
penyakit
5. Pembersihan dan kelengkapan toilet bersih
6. Tempat sampah bersih Kesehatan/
Health
1. Menghindari kontak fisik, pengaturan jarak aman, mencegah kerumunan 2. Tidak menyentuh bagian wajah, terutama
mata, hidung, mulut 3. Pemeriksaan suhu tubuh 4. Memakai APD yang diperlukan
5. Menerapkan etika batuk dan bersin Pengelolaan makanan dan minuman yang bersih dan higienis
6. Peralatan dan perlengkapan kesehatan sederhana
7. Ruang publik dan ruang kerja dengan sirkulasi udara yang baik
8. Penanganan bagi pengunjung dg gangguan kesehatan ketika beraktivitas di lokasi.
Keselamatan/ Safety
1. Prosedur penyelamatan diri dari bencana 2. Ketersediaan kotak P3K
3. Ketersediaan alat pemadam kebakaran 4. Ketersediaan titik kumpul dan jalur
evakuasi
5. Memastikan alat elektronik dalam kondisi mati ketika meninggalkan ruangan 6. Media dan mekanisme komunikasi
penanganan kondisi darurat Kelestarian
Lingkungan/ Environtment Sustainability
1. Penggunaan perlengkapan dan bahan yang ramah lingkungan
2. Pemanfaatan air dan sumber energi secara efisien dan sehat dalam rangka menjaga keseimbangan ekosistem 3. Pengolahan sampah dan limbah cair
dilakukan secara tuntas, sehat, dan ramah lingkungan
4. Kondisi lingkungan sekitar asri dan nyaman, baik secara alami atau dengan rekayasa teknis.
5. Pemantauan dan evaluasi penerapan
panduan dan SOP Pelaksanaan
Kebersihan, Kesehatan, Keselamata, dan Kelestarian Lingkungan
………...
Vol.15 No.8 Maret 2021 http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI
Hingga Higga Februari 2021 pemerintah Indonesia telah melakukan sertifikasi CHSE terhadap ribuan hotel/restoran serta usaha pariwisata lainnya di 34 provinsi sehingga diharapkan sertifikasi ini akan memperkuat lagi penerapan protokol Kesehatan berbasis CHSE pada industri pariwisata. Penerapan protokol kesehatan ini kemudian dilembagakan oleh pemerintah pusat dan daerah, antara lain dengan membentuk satuan tugas CHSE di masing-masing daerah. Kelembagaan satuan tugas sertifikasi ini diperlukan sebagai bagian dari langkah mengidentifikasi pasar wisata mengingat beberapa destinasi wisata di daerah dikhawatirkan kehilangan pasar wisatanya selama pandemi COVID-19 sebagai bagian dari upaya meningkatkan kepercayaan konsumen baik dalam maupun luar negeri pada sector pariwisata dan ekonomi kreatif.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif melalui program sertifikasi CHSE ingin memastikan wisatawan yang berkunjung ke Kota Badung semua dalam kondisi sehat, nyaman, dan aman ketika pergi ataupun pulang dari liburan. Melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung, beberapa sektor pariwisata, termasuk perhotelan di Kota Bandung sudah diberikan sertfikasi CHSE (Cleanliness, Health, Safety, dan Environtment Sustainability). Pada industry pehotelan di Kota Bandung, terhitung taggal 8 Februari 2021 sudah ada 145 hotel di Kota Badung yang telah memperoleh sertifikas CHSE
dari Kemenparekraf
(https://chse.kemenparekraf.go.id). Adapun tata cara dalam mengajukan sertifikasi CHSE adalah sebagai berikut:
1. Pelaku yang hendak mendapat sertifikasi CHSE dan label Indonesia Care diharuskan mengisi formulir identitas berisi data diri dan data usaha Terlebih dahulu di www.chse.kemenparekraf.go.id, kemudian mengunggah data-data pendukung seperti yang tercantum di situs.
2. Usai mendaftar, langkah berikutnya adalah penilaian mandiri, yaitu evaluasi yang dilakukan sendiri oleh pelaku tentang usaha yang dijalankan berdasarkan daftar periksa
top form CHSE yang sudah ditetapkan sesuai jenis usaha. Untuk itu, pelaku usaha harus benar-benar paham pedoman dan panduan CHSE. Pemahaman tersebut yang lantas diterapkan sebagai protokol di lingkungan wisata.
3. Setelah penilaian mandiri, pelaku usaha yang telah memastikan diri memenuhi indicator penilaian akan diarahkan untuk mengunggah surat pernyataan deklarasi mandiri, beserta hasil penilaian mandiri. Tim auditor lalu akan memeriksa dan menentukan apabila pelaku berhak mendapat sertifikat CHSE.
4. Adapun syarat yang harus dipenuhi demi memperoleh sertifikat antara lain, memiliki TDUP (Tanda Daftar Usaha Pariwisata), dan/atau Nomor Induk Berusaha bagi usaha skala mikro dan kecil, serta perizinan lain sesuai perundang-undangan.
5. Pelaku usaha yang dinyatakan memenuhi persyaratan lantas akan menjalani proses verifikasi secara daring dan kunjungan langsung oleh tim auditor, baru kemudian lembaga sertifikasi memberi sertifikat. Tempat wisata yang telah terverifikasi itu diharuskan memenuhi standar status kebersihan, kesehatan, keamanan, dan kelestarian lingkungan.
Tahapan dalam proses pemberian sertifikat CHSE pada usaha pariwisata, usaha/fasilitas lain terkait, lingkungan masyarakat, dan destinasi pariwisata, melalui tahapan Penilaian Mandiri, Tahap Deklarasi Mandiri, Tahap Penilaian dan Tahap Pemberian Sertifikat dengan 3(tiga) jenis sertifikasi labelling Indonesia Care sendiri meliputi I Do Care yang harus memenuhi 90-100 persen indicator kriteria pelaksanaan CHSE; sertifikat I Do Care dengan rekomendasi, yaitu yang memenuhi syarat 60 sampai 89,99 persen indikator; serta pembinaan I Do Care yang diberikan pada pelaku usaha yang memenuhi kurang dari 60 persen indicator.
Program Sertifikasi CHSE menjadi salah satu upaya yang saat ini sedang digencarkan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Kemenparekraf RI) dalam rangka mendorong pemulihan ekonomi sektor
………..
http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Vol.15 No.8 Maret 2021
pariwisata di masa pandemi. Sertifikat CHSE diperuntukkan bagi Usaha Jasa Pariwisata (UJP) seperti Hotel, Homestay/Pondok Wisata, Restoran/Rumah Makan, Transportasi Wisata, MICE serta UJP lainnya sesuai kebutuhan perkembangan dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Ada beberapa proses tahapan yang harus dilalui untuk memperoleh Sertifikat CHSE, di antaranya tahap penilaian mandiri, tahap deklarasi mandiri, tahap penilaian dan tahap pemberian sertifikat. Pemberian sertifikasi ini berfungsi sebagai jaminan kepada wisatawan dan masyarakat bahwa produk dan pelayanan yang diberikan sudah memenuhi protokol kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan.
Apabila sertifikasi CHSE dapat berkontribusi pada upaya meningkatkan kepercayaan konsumen di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, Langkah-langkah pemerintah baik melalui Pemerintah Pusat maupun Daerah yang tengah mendorong sertifikasi CHSE sudah tepat dan perlu diapresiasi. Selain itu perlu adanya rancangan strategi yang kompetitif dan inovatif untuk melakukan upaya dan langkah-langkah yang kreatif, inovatif dan berkesinambungan baik untuk produk maupun layanan perhotelan dalam rangka tourism recovery.
Dengan adanya sertifikasi CHSE ini, Hotel dipastikan telah memenuhi standar status kebersihan, kesehatan, keamanan, dan kelestarian lingkungan. Label Indonesia Care akan menjadi penanda bahwa hotel tersebut aman untuk dikunjungi, sekaligus untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat, yang pada akhirnya akan memutar kembali roda perekonomian khususnya sektor pariwisata dan ekraf.
PENUTUP Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa Pelaksanaan protokol kesehatan CHSE pada industri perhotelan diawali dengan pembnaan dan pelatihan karyawan tentang prosedr pelaksanaan CHSE. Pelaksanaan CHSE dilakukan dengan
cara sosialisasi, edukasi, simulasi, dan uji coba tidak hanya para pelaku usaha, pelaksanaan ini juga dilakukan kepada para pengunjung atau masyarakat yang terlibat. Pada industry pehotelan di Kota Bandung, terhitung taggal 8 Februari 2021 sudah ada 145 hotel di Kota Badung yang telah memperoleh sertifikas CHSE dari Kemenparekraf . Dengan adanya sertifikasi CHSE ini, Hotel dipastikan telah memenuhi standar status kebersihan, kesehatan, keamanan, dan kelestarian lingkungan. Label Indonesia Care akan menjadi penanda bahwa hotel tersebut aman untuk dikunjungi, sekaligus untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat, yang pada akhirnya akan memutar kembali roda perekonomian khususnya sektor pariwisata dan ekraf.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Anwar, M. C. (2020). Efek Dahsyat Covid-19, Hotel dan Restoran Rumahkan Pegawai. Diakses pada 8 Februari 2021, dari https://www.cnbcindonesia.com/news/2020 0313102518-4-144580/efekdahsyat-covid-19-hotel-dan-restoran-rumahkan-pegawai. [2] Jamal dan Budke (2020). Tourism In A
World With Pandemics: Local-Global Responsibility and Action. https://www.emerald.com/insight/content/d oi/10.1108/JTF-02-2020.
[3] Kemenparekraft, 2019, Buku Panduan Manajemen Krisis Kepariwistaaan, Jakarta: Kemenparekratf.
[4] Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. (2020). Panduan Pelaksanaan Kebersihan, Kesehatan, Keselamatan, dan Kelestarian Lingkungan di Hotel.
[5] Munandar, A. S. (2013). Psikologi Industri Dan Organisasi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
[6] Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia. (2020). Panduan Umum Normal Baru Hotel dan Restoran dalam Pencegahan Covid-19. Badan Pimpinan Pusat Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia. Jakarta.
[7] Soewirjo,Herdi S. Darmo . (2018). Teori & Praktik Akuntansi Perhotelan. Edisi II. Yogyakarta: Penerbit Andi.
………...
Vol.15 No.8 Maret 2021 http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI
[8] Sulistyono, Agus. (2016). Manajemen Penyelenggaraan Hotel. Bandung; Alfabeta.
[9] Tesone, D.V., (2010). Hospitality Information Systems And E-Commerce. New Jersey: John Willy & Sons, Inc.