• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "III. METODE PENELITIAN"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Pandangan kelembagaan (institutional minded) termasuk dalam kelembagaan masyarakat yang menunjang aktifitas sosial ekonomi selalu dihadapkan dengan masalah kelangkaan (scarcity) terutama kelangkaan sumberdaya. Pengertian model kelembagaan bersifat relatif, artinya kelembagaan dalam penelitian ini bermakna umum untuk jenis kasus yang ditimbulkan oleh konflik pemanfaatan lahan. Jenis karakter persoalan kelembagaan tidak dapat digeneralisir karena karakteristik tersebut cukup beragam yang merupakan jalan masuk untuk mengelaborasi unsur-unsur pendekatan ilmiah, sehingga output dari penelitian dapat merekomondasikan unsur keragaman dan kecenderungan karakater persoalan kelembagaan itu secara relatif.

Konstruksi analisis kelembagaan dalam penelitian ini didesain melalui kerangka ekonomi kelembagaan (New Institutional Economics) dimana kerangka kelembagaan dibagi melalui dua pilar utama yakni institutional govarnance dan institutional arrangement . Kerangka ini mengacu pada pernyataan Menard and Shrley (2005) dimana analisis ini dilakukan berdasarkan kedua komponen di atas. Institutinal govarnance merupakan tatakelola kelembagaan yang didasarkan pada Transaction cost Economics (TCE). Oleh karena itu pada komponen ini aspek manfaat dan biaya yang berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya tambang sesuai dengan stadia pengelolaan di wilayah kontrak karya PT Gorontalo Minerals termasuk kegiatan penambangan tanpa izin (PETI) dianalisis terlebih dahulu untuk memperoleh informasi biaya transaksi. Pada tahapan kedua yang berkaitan dengan komponen Institutional Arrangement didasarkan pada property right dan aspek legal yang didahului dengan analisis spasial untuk mengetahui kondisi riil yang berkaitan dengan klaim pemanfaatan dan penguasaan lahan di wilayah tumpang tindih. Kemudian berkaitan dengan peraturan kelembagaan dalam pemanfaatan sumberdaya tambang. Kedua komponen ini akan memberikan input bagi pengembangan model kelembagaan yang akan dibangun dan diselaraskan pada jenis-jenis kasus kelembagaan pertambangan. Keseluruhan kerangka pikir dapat dilihat pada Gambar 15 berikut ini.

(2)

Implikasi Model Kelembagaan Tambang Institusional arrangement Kelayakan Kelaya-kan Ekonmi

Kelayakan Kelembagaan Sosial Ekonomi Masyarakat Pendapat -an Bersih Kela-yakan Penju-alan Penda-patan Lingkungan Cadangan, Harga Biaya Konstruksi, Capital,

Operasi, Produkasi Indikator

(NPV, IRR, PBP)

Valuasi Model Hotelling (Biaya Ekstraksi) Valuasi Ekonomi

(Struktur Pasar)

Institusional Governance

Model Pemanfaatan Sumberdaya Tambang dan Kaitannya terhadap Pemb.

Wilayah di Kab. Bone Bolango

Analisis Sensitivitas

Royaliti Pajak Land Rent

Penguasaan lahan dan

PETI

Spatial & logistic analysis Pengguna an lahan (land use Model advokasi, kelembaga-an sosek Profil RT, Advokasi, Kelembaga-an SOSEK

Gambar 15. Kerangka Pikir Penelitian

(3)
(4)

3.2. Hipotesis

Adapun hipotesis yang dapat di formulasikan dalam penelitian ini yaitu: 1. Diduga bahwa perubahan pengelolaan kawasan serta

permasalahan-permasalahan sosial ekonomi berdampak pada peningkatan penguasaan dan pemanfaatan lahan konsesi kontrak karya PT Gorontalo Minerals saat ini. 2. Diduga bahwa hasil penelitian eksplorasi perusahaan-perusahaan pemegang

izin kontrak karya layak secara ekonomi baik dari aspek struktur pasar dan pola ekstraksi optimal.

3. Diduga bahwa struktur kelembagaan berperan penting dalam pengelolaan sumberdaya tambang dalam mengembangkan resolusi konflik pemanfaatan sumberdaya tambang.

3.3. Alur Penelitian

Pada tahap awal penelitian ini mengkaji aspek-apek historis yaitu bentuk kelembagaan pemanfaatan sumberdaya tambang dan bentuk-bentuk perubahan kawasan di wilayah pemanfaatan sumberdaya tambang yang menjadi cikal bakal sumber dan potensi konflik sosial ekonomi. Selanjutnya untuk memperkuat argumentasi historis dilakukan analisis spasial dimana hasilnya memberikan makna terhadap pemanfaatan ruang. Pada tahap berikutnya dilakukan analisis valuasi ekonomi minerals kesiapan masyarakat untuk menyambut pemanfaatan sumberdaya tambang secara profesional dapatlah dilakukan melalui penyerapan persepsi masyarakat terhadap kapasitas pendidikan agar masyarakat menjadi bagian dalam proses pemanfaatan sumberdaya tambang (tenaga kerja), persepsi terhadap model advokasi yang dilakukan untuk memberikan pemahaman terhadap pemanfaatan sumberdaya tambang, persepsi terhadap kesiapan infrastruktur dan suprastruktur, persepsi terhadap lembaga sosial masyarkat dan lembaga ekonomi, serta persepsi masyarakat yang melakukan pertambangan tanpa izin.

Tahapan-tahapan kajian diarahkan pada model kelembagaan pemanfaatan sumberdaya tambang dengan mengacu pada dua unsur penting serta landasan-landasan hukum dan peraturan yang diacu secara implisit di sektor pertambangan seperti telah dideskripsikan pada (Gambar 15). Sistimatika penelitian dapat dilihat pada Gambar 16 berikut ini.

(5)

Gambar 16. Alur Penelitian

Tujuan

3. menyusun model kelembagaan dalam mengelolaan sumber daya mineral dlm rangka pengelolaan sumberdaya alam untuk pembangunan yang berkelanjutan 2. Menganalisis kelayakan

ekonomi sumberday tambang dari finansial, aspek ekstraksi terhadap cadangan, harga dan nlilai lingkungan.

1.Mendeskripsikan sejarah perubahan dan pemanfaatan serta menyusun peta tutupan lahan dan inventarisasi luasan.

Alur Penelitian Model sumber daya tambang Dan kaitannya terhadap Pembangunan Wilayah di Kabupaten Bone Bolango Prov.Gorontalo

INSTRUMENT DASAR PENDUKUNG

UUD 1945. Undang-Undang no.32 Tahun 2004 Undang-Undang No.26 Tahun 2007 Undang-Undang No. 04 tahun 2009. Undang-Undang No.09 Tahun 1999. Kepmenhut

No.324 dan No 325 Tahun 2010. Peraturan Pemerintah.No. 104 Tahun 2004 1. Sejarah perubahan dan

pemanfaatan kawasan. Peta tutupan lahan dan lay oout peta Adm, pertanian, perkebunan, PETI, serta peta pemukiman 2.Kelayakan ekonomi

pada aspek financial dan kelayakan ekstraksi pada cadangan, harga serta nilai lingkungan berdasarkan model Hotelling 3.Model kelembagaan sumberdaya tambang yang optimal Output Analisis

1.Peta Citra SPOT4 liputan 2010-03-05 komposit warna kombinasi Band 213, Peta KK, Peta Desa, Peta RBI (1:50.000),Peta tutupan lahan 2009,peta dasar tematik Badan Planologi kehut RI 2.Data Primer: pengedaran

angket dilokasi penelitian, titi koordinat dan info kondisi ril dilokasi melalui foto. Deposit eksplorasi PT Gorontalo Minerals 3. Data sekundr : BPS

Kab. Bone Bolango 2010, dan Kecamatan Dalam angka pada sampel lokasi penelitian.

Sumber Data

1. Analisis Spasial sederhana dan kajian sejarah (land tenure)

2. Valuasi Finansial dan Ekonomi Sumber daya Mineral

3. Valuasi Ekonomi Sumberdaya Mineral Model Hotelling 4. Analisis Statistik Tabel

frekuensi dan Kontigensi dan Analisis Statisitik Model Logistik.

Metode/Proses

1. Informasi Ruang dalam

kawasan konsesi Kontrak karya yang berhimpitan langsung dengan: Pemukiman, Lahan Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, dan

Semakbelukar, serta PETI.

2. Kelayakan Ekonomi dan

Ekologi. 3. Model Kelembagaan pemanfaatan sumberday tambang di Kabupaten Bone Bolango. Rekomendasi Permasalahan

1.Bagaimanakah dampak permasalahan-permasalahan masa lalu tersebut terhadap konflik pengelolaan sumberdaya tambang saat ini?.

Permasalan

2. Apakah sumberdaya tambang dapat menjadi pendorong kinerja pemb. Wilayah layak dikelola secara profesional ?

3. Bagaimana kesiapan model kelembagaan dalam pengelolaan sumberdaya tambang di Kabupaten Bone Bolango saat ini?

Alur Penelitian Model sumber daya tambang Dan kaitannya terhadap Pembangunan Wilayah di Kabupaten Bone Bolango Prov.Gorontalo

(6)

3.4. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bone Bolango di Provinsi Gorontalo. Penentuan lokasi penelitian ini didasari atas pertimbangan bahwa :

1. Pemerintah telah memberikan izin usaha pertambangan (IUP) dan kontrak karya kepada perusahaan pertambangan diantaranya yaitu PT Gorontalo Minerals serta memiliki Izin Penelitian Eksplorasi Tambang dari Departemen ESDM RI dan telah menyampaikan hasil penelitian eksplorasi dalam bentuk Feasibility Study (FS) dan rencana kerja anggaran bersama kepada pemerintah. Namun saat ini wilayah kontrak karya ini telah tumpang tindih dengan pemukiman, lahan pertanian dan perkebunan penambangan tanpa izin.

2. Kabupaten Bone Bolango adalah daerah yang persentase pertumbuhan ekonominya relatif rendah dibanding kabupaten/kota lainnya di Provinsi Gorontalo.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

1. Melalui analisis data yang terkait dengan penggunaan lahan dan tutupan lahan dilakukan melalui pengamatan atau survei langsung di lapangan untuk memperkuat akurasi data. Hal ini dapat dilihat pada peta lokasi pengamatan wilayah tumpang tindih (Gambar 17).

Gambar 17. Peta Lokasi Sampel Wilayah Tumpang Tindih (Berhimpitan Langsung) dengan Konsesi Kontrak Karya PT Gorontalo Minerals dan

(7)

2. Metode penarikan data menggunakan metode simple random sampling yang digunakan untuk rumah tangga responden di masing-masing desa disetiap kecamatan, sedangkan untuk lembaga publik, lembaga produktif, informal leader serta key informan akan dipilih secara purposive. Pengambilan sampel ini mempertimbangkan keragaman dan perbedaan letak wilayah seperti pegunungan, pantai, dataran rendah dan dataran tinggi (Juanda, 2007). Sebaran sampel ini dapat dilihat pada Lampiaran 9.

3. Data Primer diambil dalam bentuk wawancara yang dibarengi dengan angket yang telah disiapkan untuk mencatat dan memberikan pembobotan satu per satu terhadap hasil wawancara langsung dengan responden yang dilakukan secara sengaja (purpose sampling).

4. Sebelum angket didistribusikan kepada responden yang sesungguhnya, angket ini diuji – cobakan kepada sejumlah warga masyarakat yang secara apriori memberikan jawaban, sehingga dapat terkoreksi baik dari segi bahasa maupun terpenuhinya aspek-aspek yang akan diteliti dalam angket. 5. Angket penelitian didistribusikan kepada responden pada saat peneliti

bertatap muka dengan tokoh masyarakat, agama, pemuda, wanita, (informal leader) lembaga publik, rumah tangga, dan lembaga produktif di lokasi penelitian yaitu di beberapa desa yang berada dilokasi Perencanaan pertambangan yaitu Kecamatan Suwawa Timur, Kecamatan Suwawa, Kecamatan Bone, Kecamatan Bulawa dan Kecamatan Bone Raya.

3.6. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder yang terdiri dari :

1. Data Primer diperoleh dari :

a. Data lapangan pada obyek penelitian yaitu pengamatan langsung di lapangan terkait dengan informasi pemanfaatan lahan oleh masyarakat yang lebih detail dengan mengambil titik-titk koordinat dan memfusialkan dalam bentuk kamera digital tentang kondisi hasil pengamatan di lahan pertanian, perkebunan, semak belukar, penambang tanpa izin, serta wawancara lansung dengan para penambang tanpa izin.

(8)

Tujuannya mempermudah hasil digitasi on screen yang akan dilakukan dengan Citra SPOT4, karena alat citra yang digunakan memiliki resolusi sedang.

b. Aparat pemerintah yang menyangkut data sosial ekonomi, persepsi para pihak, kesinergian kebijakan, pembangunan berkelanjutan, tatakelola dan proses manajemen pemanfaatan sumberdaya tambang di Kabupaten Bone Bolango dan Provinsi Gorontalo.

c. Tokoh masyarakat, agama, pimpinan yayasan sosial dan organisasi kemasyarakatan terutama masyarakat yang berdomisili di lokasi penelitian berupa data-data tentang faktor-faktor motivasi, kepemimpinan serta persepsinya menyangkut tata kelola pemanfaatan sumberdaya tambang Kabupaten Bone Bolango dan Provinsi Gorontalo.

2. Data sekunder, yaitu data instansi BPS, BAPPEDA, Dinas Kehutanan dan Pertambangan Kabupaten Bone Bolango dan Provinsi Gorontalo, serta laporan-laporan hasil kajian pada PT Gorontalo Minerals yang merupakan pemilik Kontrak Karya sejak tahun 1971 dan dari Instansi terkait lainnya. Selanjutnya untuk analisis konflik lahan dibutuhkan beberapa peta yaitu peta rupa bumi Indonesia, peta penunjukkan kawasan hutan, peta penggunaan lahan, peta kemiringan lereng, peta intensitas hujan, peta citra SPOT, peta blok plan kotrak karya PT. Gorontalo Minerals, peta geologi dalam bentuk digital.

3.7. Teknik Analisis Data

Sesuai dengan tujuan penelitian maka alat analisis yang digunakan yaitu:

3.7.1 Analisis Spasial dan Land Tenure

Bagian ini akan diawali dengan kajian deskriptif pada aspek historis tentang tahapan-tahapan pemanfaatan dan perubahan kawasan. Kemudian dilanjutkan dengan aspek ekologi, aspek sosial ekonomi dan aspek hukum dan kelembagaan. Selanjutnya pada komponen spasial dimulai dari interpretasi awal penutupan dan penggunaan lahan dilakukan berdasarkan tampilan warna, pola, tekstur asosiasi dan dibantu dengan hasil survei di lapangan berupa titik-titik koordinat dari masing-masing obyek yang disurvei.

(9)

Adapun hasilnya yaitu 1) peta tutupan lahan yang dari digitasi dari citra SPOT dan Goegle Earth; 2) peta batas administrasi dihasilkan dari queri peta penutupan dan penggunaan lahan dan di overlay dengan peta administrasi desa dari BPS Kabupaten Bone Bolango dan peta konsesi kontrak karya PT Gorontalo Minerals; 3) peta areal pertanian secara luas diperoleh dari queri areal pertanian dan perkebunan di peta penutupan lahan yang di overlay dengan peta konsesi peta batas administrasi kecamatan; 4) peta permukiman diperoleh dari queri pemukiman peta penutupan lahan yang di overlay dengan peta konsesi kontrak karya PT Gorontalo Minerals dan peta batas administrasi Kecamatan; 5) peta Pertambangan Tanpa Izin (PETI) dihasilkan dari queri PETI di peta penutupan lahan yang di overlay dengan peta konsesi kontrak karya PT Gorontalo Minerals. Alur analisis spasial yang terbangun dari tujuan satu dalam rangka mendapatkan output pemanfaatan dan penguasaan ruang di wilayah tumpang tindih dengan kontrak karya PT Gorontalo Minerals disajikan pada (Gambar 18).

Gambar 18. Alur Pemikiran Analisis Spatial

Interpretasi dan digitasi

Inventarisasi Luas penutupan/ penggunaan lahan di lokasi studi Citra SPOT 05-03-2010 Google Earth 03-03-2010 Peta Administrasi Lokasi studi Peta Penutupan/ Penggunaan Lahan Layout :

1. Peta wilayah administrasi

2. Peta penutupan/penggunaan lahan 3. Peta areal pertanian vs izin pertambangan 4. Peta permukiman vs izin pertambangan 5. Peta PETI vs izin pertambangan

Data BPS Kab. Bone Bolango

(10)

Selanjutnya sistimatika analisis spasial berdasarkan tujuan penelitian, data dasar, sumber data, analisis variabel indikator serta output diharapkan tertera pada Tabel 6 berikut ini.

Tabel 6. Tujuan Penelitian, Data Dasar, Analisis Variabel Indikator dan Output Analisis Spasial dan Rapid Land Tanur Assesment (RATA)

N o

Tujuan Penelitian Data Dasar Sumber Data Analisis Variabel Indikator Output yang diharapkan 1.Mengkaji dan mengidentifikasi Aspek Historis, perusahaan pemegang konsesi kontrak karya dan tahapan Perubahan, kawasan dan Konflik Sosek dan statusnya dirubah melalui RTRWP Peta Perubahan Status Kawasan 1967,1991 &2009 yang diolah (overlay) peta administrasi , peta kehutanan, dan Peta Citra Spot resolusi sedang Jumlah dan luasan masing-masing Desa masuk dalam Kawasan tumpang tindih Legalitas KK Perusahaan Pertambang an 1967-1998 Taman Nas. Bogani Nani Wartabone Dinas Kehutanan dan Pertambang-an Prov. Gorontalo Dep. Hut RI Bakosur-tanal BAPPEDA Prov. Gtalo PT Gorontalo Minerals Tokoh Masyarakat, Informal Leader, Buruh Tambang (masa Eksplorasi 1968-1991) LSM Analisis Spasial sederhana Agraviting Factors: Politics, Economics , Environme ntal Tersusunnya informasi tentang sejarah pemegang kontrak karya dan perubahan status kawasan. Deskripsi aspek yuridis, ekologis, sosial ekonomi di wilayah tumpang tindih Tersusunya peta penggunaan dan peta hasil layout administrasi, permukiman ,pertanian, perkebunan, dan penambang tanpa izin di wilayah tumpang tindih dengan lahan kontrak karya PT Gorontalo Minerals 2.Mendeskripsikan aspek

yuridis, ekologis dan sosial ekonomi yang berkaitan dengan perubahan peruntukan sebagian kawasan TN Bogani Nani

Wartabone yang tumpang tindih dengan wilayah KK PT Gorontalo Minerals. Analisis Aktor Wawancar a, FGD, PRA Deskripsi Analisis Kebijakan dan Perspektif Sejarah Dialog Kebijakan 3.Mengidentifikasi dan menginventarisasi kawasan tumpang tindih dengan administrasi wilayah, pemukiman masyarakat, kawasan pertanian dan perkebunan, kehutanan, dan penambang tanpa izin (PETI).

(11)

3.7.2 Analisis Tabel Frekuensi

Sesuai dengan tujuan penelitian yang dilaksanakan khusus untuk analisis data primer yang telah diperoleh di lokasi sampel, maka alat analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode tabel frekuensi dan analisis tabel silang. Untuk mencari hubungan atau pengaruh yang signifikan antara dua variabel, yaitu variabel X profil rumah tangga, tingkat pendidikan, (keikutsertaan dalam penyuluhan, keikutsertaan dalam organisasi, pengetahuan, peran tokoh masyarakat), peran kelembagaan sosial dan kelembagaan ekonomi, ketersediaan infrastruktur serta penyelesaian konflik pemanfaatan sumberdaya tambang dengan variabel Y (tingkat partisipasi) melalui frekuensi observasi dan frekuensi harapan, dengan taraf signifikan ( ) 0,05 menggunakan analisis X2 dengan persamaan sebagai berikut :

X2 = e 2 e o f ) f f ( , (1)

dimana X2 = Nilai tingkat hubungan variabel fo = Frekuensi observasi

fe = Frekuensi harapan

Berdasarkan hasil uji dimana fo = ditolak jika “terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel tersebut”. Sebaliknya fe = diterima jika “tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel tersebut”.

Sedangkan untuk mencari hubungan kedua data nominal (kedua variabel) yang dinyatakan dengan besarnya koefisien kontingensi (C) dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

C = n X X 2 2 , (2)

dimana : C = Koefisien Kontigensi

X2 = Nilai tingkat hubungan variabel N = Jumlah sampel

Pada bagian metode analisis ini telah diformulasi dalam suatu matriks (tabel) tujuan penelitian, data dasar, analisis variable indicator dan output analisis dapatlah dilihat pada Tabel 7 berikut.

(12)

Tabel 7. Tujuan Penelitian, Data Dasar, Analisis Variabel Indikator Dan Output Analisis Tabel Frekuensi Dan Analisis Tabel Silang

N o

Tujuan Penelitian Data Dasar Sumber Data Analisis Variabel Indikator Output yang diharapkan Memperoleh informasi langsung dari masyarakat pemukim yang berhimpitan langsung dengan wilayah konsesi Kontrak Karya PT Gorontalo Minerals melalui pengedaran angket bertujuan tuk mengetahui dan menganalisis Identitas Responden, profil rumah tangga, Model advokasi pemanfaata SD Tambang, model penyelesaian konflik pemanfaatan ruang (kelembagaan sosial ekonomi), infrastruktur, keterkaitan masyarakat dengan wilayah konsesi dan penambang tradisional Angket diedarkan dan diwawancara langsung dengan responden dilokasi penelitian. Wawancara dan diskusi informal dalam rangka menggali informasi yang lebih baik. Pengamatan langsung dilapangan tentang kondisi riil dengan mendokumnen tasikan kondisi riil tersebut dimasing-masing lokasi sampel. Respon-den telah di tentukan secara sengaja karena perilaku aktivitas responden pada umumnya berpindah-pindah. Metode tabel frekuensi dan analisis tabel silang. Untuk mencari hubungan atau pengaruh yang signifikan antara dua variabel, yaitu variabel X profil rumah tangga, tingkat pendidikan, (keikutsertaan dalam penyuluhan, keikutsertaan dalam organisasi, pengetahuan, peran tokoh masyarakat), peran kelembagaan sosial dan kelembagaan ekonomi, ketersediaan infrastruktur serta penyelesaian konflik pemanfaatan sumberdaya tambang dengan variabel Y (tingkat partisipasi) melalui frekuensi observasi dan frekuensi harapan Untuk mencari hubungan atau pengaruh yang signifikan antara dua variabel, yaitu variabel X profil rumah tangga, tingkat pendidikan, (keikutsertaan dalam penyuluhan, keikutsertaan dalam organisasi, pengetahuan, peran tokoh masyarakat), peran kelembagaan sosial dan kelembagaan ekonomi, ketersediaan infrastruktur serta penyelesaian konflik pemanfaatan sumberdaya tambang dengan variabel Y (tingkat partisipasi)

(13)

3.7.3 Valuasi Sumberdaya Mineral (Tambang)

Secara umum penilaian asset sumberdaya mineral dapat dilakukan melalui tiga pendekatan antara lain dalam Suparmoko (2006) yaitu:

A. Pendekatan Biaya

Metode pendekatan biaya untuk melakukan penilaian diterapkan pada asset mineral yang berada dalam tahap prospeksi atau eksplorasi, atau tahap awal dalam pendefinisian sumberdaya. Dasar pemikiran dari aplikasi pendekatan biaya dalam penilaian aset mineral adalah nilai riil dari asset eksplorasi dan penemuan cadangan mineral yang ekonomis. Artinya semakin besar potensi dari sumberdaya mineral dan prospek ekonomisnya, maka semakin besar pengeluaran eksplorasi yang diperlukan untuk meningkatkan derajat kepercayaan dari cadangan.

B. Pendekatan Pasar

Penilaian asset mineral tambang menggunakan pendekatan pasar dapat diterapkan untuk asset mineral yang masih pada tahap penelitian eksplorasi. Prinsip dari pendekatan pasar adalah menggunakan harga transaksi (price transaction) dari asset sejenis yang dapat dibandingkan dalam rangka penetapan nilai dari asset subyek.

C. Pendekatan Pendapatan

Penilaian asset mineral dengan pendekatan pendapatan mempunyai dasar pemikiran mengubah keuntungan kedepan (net operating income) yang bisa dihasilkan jika aset mineral tersebut dapat diproduksi. Kegiatan penambangan akan dilakukan di masa datang, sehingga dalam perhitungan aset dengan menggunakan pendekatan pendapatan perlu ditetapkan asumsi-asumsi yang mempertimbangkan faktor waktu dengan proyeksi dan akurasi data yang lebih baik. Artinya faktor waktu memiliki peranan penting karena waktu terkadang menjadi krusial. Hal ini dilakukan untuk menghindari bias dalam penilaian asset. Bila terjadi bias dalam penilaian asset maka penilaian kedepan akan mengalami bias juga. Metode discounted Cash flow (DCF) dengan parameter yang digunakan untuk menunjukkan nilai asset adalah Net Present Value (NPV).

(14)

D. Weighted average cost of capital (WACC)

WACC merupakan salah satu jenis discount rate dengan mempertimbangkan cost of equity dan cost of debt perusahaan berdasarkan rasio debt-equity. Komponen WACC adalah sebagai berikut:

a. Komposisi pinjaman, Komposisi hutang adalah peminjaman modal sebagai sumber dana pembiayaan proyek yang akan dilakukan. Karena tidak direncanakan adanya peminjaman modal, maka komposisi hutang ditentukan sebesar 0 persen.

b. Komposisi modal, Komposisi modal adalah sumber dana pembiayaan proyek dari perusahaan sendiri. Karena tidak direncanakan adanya peminjaman modal, maka komposisi modal sendiri ditentukan sebesar 100%.

c. Pajak (Tax), Pajak yang dikenakan sebesar 30 persen, berdasarkan peraturan perpajakan yang berlaku di Indonesia.

d. Biaya Modal (Cost of equity), Pendekatan yang digunakan untuk menentukan biaya modal adalah dengan menggunakan expected return dari suatu proyek/investasi. Expected return dipengaruhi oleh risk-free interest rate, inflation premium, dan risk premium (expected return = risk-free interest rate + inflation premium + risk premium). Risk-free interest rate merupakan opportunity cost karena memiliki asset, dan inflation premium adalah untuk mengakomodasi penurunan daya beli uang. Risk-free interest rate dan inflation premium dapat diperkirakan berdasarkan government bond. Bila disederhanakan; expected return = interest rate on government bond + risk premium.

Cost of equity dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut: (3) Dimana:

Ke = Cost of Equity ; Rf = Risk Free Rate ; Rc = Country Risk Premium Β = Equity Beta ;

(15)

Penjelasan tentang unsur cost of equity yang telah dirumuskan di atas dapat dideskripsikan sebagai berikut:

i. Rf (Risk Free Rate)

harga batubara dalam industri sumberdaya alam didasarkan pada satuan USD, biasanya aliran kas (cash flow) dibuat dalam USD. Menggunakan suku bunga tahunan rata-rata dari suku bunga US Treasury selama 10 tahun sebagai acuan risk free rate yang sesuai, mengacu pada lokasi investasi yang akan dilakukan. Faktor yang berpengaruh langsung terhadap asumsi cash flow adalah inflasi dan nilai tukar. Saat ini, suku bunga nominal rata-rata per tahun dari suku bunga US Treasury sebesar 2,9 persen.

ii. Rc (Country Risk Premium)

Investasi di negara berkembang lebih beresiko dibandingkan dengan investasi di Negara maju, hal ini disebabkan Negara berkembang memiliki dasar perekonomian lebih lemah dibandingkan Negara maju. Hal ini ditunjukkan tingkat kredit yang lebih rendah serta tingkat pinjaman luar negeri yang lebih tinggi pada negara berkembang. Perbedaan incremental dalam biaya pinjaman antara Negara berkembang dan negara maju disebut dengan country risk premium dan dapat ditentukan dengan resiko dasar yang dikenakan pada pinjaman di Negara tersebut. PT.GM mengasumsikan nila dari country risk premium sebesar 4,1 persen, berdasarkan rata-rata diantara US Treasury dan pemerintahan Indonesia dalam kurun waktu 3 tahun.

iii. β (Equity Beta),

β adalah ukuran dari hubungan paralel dari sebuah saham biasa dengan seluruh tren dalam pasar saham. Bila β > 1,00 artinya saham cenderung naik dan turun lebih tinggi daripada pasar. β < 1,00 artinya saham cenderung naik dan turun lebih rendah daripada indek pasar secara umum (general market index). Dalam perhitungan, nilai β ditentukan sama dengan dengan 1 yang artinya kecenderungan kenaikan dan penurunan saham sebanding dengan indeks pasar secara umum.

(16)

iv. EMRP (Equity Market Risk Premium),

EMRP menunjukkan pengembalian tambahan dari risk free rate yang dibutuhkan investor untuk melakukan investasi secara aman. Beberapa penelitian menentukan EMRP antara lain Dimson, Marsh and Staunton (2003), meneliti EMRP di 16 negara yang berbeda dari tahun 1900 sampai 2002. Hasil penelitian disimpulkan bahwa EMRP sebagian besar pasar adalah 3-5 persen. Fama and French (2002) menentukan nilai EMRP dari tahun 1951 sampai 2000 sebesar 2,5 sampai 4,3 persen. Nilai tersebut terlalu jauh di bawah pengembalian saham dengan risk free rate 7.4 persen karena pengurangan EMRP menyebabkan kenaikan harga saham yang tidak dapat diprediksi. Nilai EMRP yang realistis berkisar antara 3 sampai 7 persen, nilai EMRP PT GM adalah 3 persen. Rumus yang digunakan adalah:

(4) Ke = 2,9% + 4,1% + 1*3,0%

= 10%

e. Biaya Pinjaman (Cost of debt)

Biaya Pinjaman adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemegang/pembeli obligasi. Jika PT.GM meminjam dari lembaga keuangan dengan bunga pinjaman sebesar 8 persen per tahun, maka cost of debt adalah 8 persen. Perhitungan WACC dapat dilakukan menggunakan rumus berikut:

(5) Dimana:

E = Komposisi modal ; D = Komposisi pinjaman ; TC = Total modal + pinjaman Ke = Cost of Equity ;

Kd = Cost of Debt ; T = Pajak

Dengan perhitungan seperti diatas, maka nilai WACC adalah

(6) WACC = 10% + 0

WACC = 10%

(17)

Untuk mencapai asumsi pembagian royalti berdasar harga pasar bagi komoditi emas, tembaga dan perak serta discount rate juga biaya modal maka dibutuhkan analisis sensitivitas. Tujuan analisis sensitivitas adalah untuk menjaga ketidakpastian pasar dan kemungkinan lain yang terjadi seperti gejolak politik atau bentuk kekerasan dan unjuk rasa buruh yang dapat menganggu dan bahkan dapat membuat usaha dapat berhenti seperti dialami oleh perusahaan pertambangan di daerah lain. Adapun parameter aliran kas akan dilakukan dengan dua metode yaitu metode deterministik dan probabilistik. Tabel 8 menyajikan tujuan penelitian, data dasar, sumber data dan analisis variabel indikator serta output yang diharapkan pada valuasi ekonomi mineral berdasarkan perhitungan konvensional (struktur pasar) disajikan berikut ini.

Tabel 8. Tujuan Penelitian 1, Data Dasar, Sumber Data, Analisis Variabel Indikator dan Output Valuasi Sumberdaya di Wilayah KK PT GM No Tujuan

Penelitian

Data Dasar Sumber Data Analisis Variabel Indikator Output yang diharapkan 1. 2. Analisis Investasi dan Kelayakan Ekonomi. Menganali-sis rasio cadangan hasil eksplorasi sumberdaya tambang apakah layak secara ekonomi Analisis proyeksi Kinerja Pembangun an Wilayah. Mengiden-tifikasi nilai royalti dan Pajak yang dapat diterima Daerah Hasil Kajian Teknis meliputi aspek geologi, penambangan , pengolahan tembaga dan emas serta kajian transportasi konsentrat dan tailing PT GM Data Investasi sejak eksplorasi dan periode penyiapan sarana & prasarana PT GM Kab. Bone Bolango dalam angka 2005-2010 Olah Data untuk proyeksi total cadangan emas, tembaga dan perak Data diolah dari total cadangan mineral pada harga pasar Internasional. Olah Data untuk proyeksi penerimaan (revenue) Data diolah untuk memproyeksi nilai royalty dan pajak sesuai dengan UU dan Peraturan Pemerintah. Indikator utama kelayakan rencana produksi tembaga-emas adalah Net Present Value (NPV), jika NPV bernilai positif menunjukkan rencana penambangan tembaga-emas PT.GM layak secara ekonomi. Indikator lain untuk menentukan kelayakan adalah Internal Rate of Return (IRR) dan

Payback Period (PBP). Analisis Sensifitas menggunakan metode deterministik dan metode probabilitas. kegiatan produksi tembaga-emas oleh PT.GM, secara tidak langsung pemerintah akan mendapatkan keuntungan melalui royalty dan pajak . Nominal royalty dan pajak ditunjukkan secara kuantitatif pada proyeksi aliran kas.

(18)

3.7.4 Valuasi Sumberdaya Tambang Model Hotelling

Tujuannya yaitu bagaimana ekstraksi yang optimal dapat dilakukan terhadap sumberdaya tambang, bagaimana memilih alur ekstraksi yang efisien dari berapa besar output optimalnya. Karena produk sumberdaya tambang tersebut harganya dipengaruhi oleh mekanisme pasar maka model Hottelling dalam analisis ini menggunakan struktur pasar kompetitif. Adapun asumsi-asumsi sederhana yang digunakan yaitu harga persatuan output dari sumberdaya konstan, artinya kurva permintaan dari sumberdaya bersifat elastis sempurna. Selanjutnya biaya ekstraksi sumberdaya diasumsikan hanya merupakan fungsi dari output (Fauzi, 2006). Persamaan dari kedua asumsi diatas dapat diturunkan dalam model Hotelling. Dimisalkan harga per satuan output pada periode 0 dan 1 masing-masing adalah Podan P . Jumlah ekstraksi pada kedua periode ditulis sebagai

0

q dan q1. Dimisalkan bahwa biaya ekstraksi berkolerasi linier terhadap jumla yang diekstraksi, atau:

t cq

C1 t 1,2 (7)

Di mana C adalah biaya perunit ekstraksi. Sehingga manfaat dari ekstraksi sumberdaya tambang dapat ditulis:

1 , t cq q pt t t t (8)

Karena sifat sumberdaya tambang ini memiliki kendala stok yang terbatas, kendala tersebut dapat ditulis:

S q

q0 1 (9)

Artinya adalah jumlah yang diekstrkasi pada dua periode tersebut harus sama dengan stok yang tersedia (S).

Ciri utama dari ekstraksi sumberdaya tambang ini yaitu sangat terkait dengan peranan waktu yang bersifat intertemporal, dimana manfaat ekonomi periode 0 dan periode 1 tidak sama, dimana pada periode 1 harus didiskon dengan menggunakan discount rate, sehingga total manfaat ekonomi ekstraksi sumberdaya tambang dapat ditulis:

1 0 ) 1 ( 1 PV (10)

(19)

Di mana PV (present value) menggambarkan manfaat ekonomi dalam dua periode dan adalah discount rate yang menggambarkan biaya oportunitas dari capital. Beberapa asumsi penyederhanaan diatas, penentuan ekstraksi yang optimal dapat ditentukan dengan: 1 0 ) 1 ( 1 maxPV (11) Dengan Kendala: S q q0 1 (12)

Pemecahan masalah diatas dapat menggunakan fungsi Lagrangian yang sudah biasa digunakan dalam pendekatan ekonomi. Fungsi Lagrangian dari persamaan diatas ditulis:

) ( 1 1 1 0 1 0 S q q L ( ) ( ) ) 1 ( 1 ) (p0q0 cq0 p1q1 cq1 S q0 q1 (13)

Di mana merupakan pengganda Lagrangian (Lagrange multiplier) karena variable pilihan dalam hal ini adalah q0dan q1, syarat keharusan (necessary condition) dari persamaan (13) adalah:

0 ) ( 0 0 c p q L 0 ) ( ) 1 ( 1 1 1 c p q L (14)

Karena kedua sisi kanan dari persamaan (14) sama dengan nol, dengan penyederhanaan aljabar dihasilkan:

) ( ) 1 ( 1 ) (p0 c p1 c ) ( ) 1 ( 1 ) (p0 c p1 c (15)

Persamaan di atas dapat disederhanakan lebih lanjut menjadi:

) ( ) ( ) ( 0 0 1 c p c p c p (16)

(20)

Persamaan 16 merupakan dasar persamaan Hotelling untuk sumberdaya alam tidak terbarukan (sumberdaya tambang) (Fauzi, 2006). Lebih lanjut dikatakan bahwa notasi sebelah kiri tanda sama dengan menunjukkan laju pertumbuhan proporsional dari manfaat bersih sumberdaya, sementara notasi di sebelah kanan tanda sama dengan menunjukkan biaya opportunity dari kapital atau aset yang sering ditunjukkan dengan suku bunga. Jadi, jika suku bunga 15 persen, hukum Hotelling mengatakan bahwa ekstraksi yang efisien dan optimal mengharuskan manfaat bersih dari sumberdaya tambang tumbuh secara proporsional sebesar 15 persen setiap tahun. Dengan kata lain agar pemilik sumberdaya “indifferent” antara mengekstrak kini atau di masa yang akan datang, manfaat yang diperoleh kini (capital gain) harus sama dengan discount rate. Proses analisis model Hotelling disajikan pada (Tabel 9).

Tabel 9. Tujuan Penelitian 2, Data Dasar, Sumber Data, Analisis Variabel Indikator dan Output Analisis Valuasi Ekonomi Tambang Model Hotelling.

No Tujuan Penelitian Data Dasar Sumber Data Analisis Variabel Indikator/Asumsi Output yang diharapkan 1. ekstraksi yang optimal dapat dilakukan terhadap sumberdaya tambang, bagaimana memilih alur ekstraksi yang efisien dari berapa besar output optimalnya. Karena produk sumberdaya tambang tersebut harganya dipengaruhi oleh mekanisme pasar maka model Hottelling dalam analisis ini menggunakan struktur pasar kompetitif. Hasil Penelitian Eksplorasi yang telah dilakukan oleh Perusahaan pemegang konsesi kontrak karya PT GM dan Perusahaan pemegang konsesi kontrak karya sebelumnya PT GM Departemen ESDM Data Perusahaan Pertambang-an lain yPertambang-ang telah beroperasi: PT Newmont Mataram dan PT Aneka Tambang Pongkor Kab. Bogor (sebagai informasi umum dalam membangun analisis.

harga per satuan

output pada periode 0 dan 1 adalah

PodanP. jumlah ekstraksi pada kedua periode ditulis sebagai q0dan q1. jika suku bunga 15 persen, hukum Hotelling

mengatakan ekstraksi yang efisien dan optimal mengharuskan manfaat bersih tumbuh secara proporsional sebesar 15 persen setiap tahun, agar pemilik sumberdaya

“indifferent” antara mengekstrak kini atau dimasa men datang, manfaat kini

(capital gain) harus sama dengan discount rate. Kelayakan usaha pertambangan layak atas penerimaan bersih perusahaan maupun kelayakan pembagian royalty dan pajak serta land rent terhadap pemerintah . kelayakan ekonomi model Hotelling menjadi alternatif solusi mempertim-bangkan variabel lingkungan eksternal perusahaan .

(21)

3.7.5 Analisis Regresi Model Logistik Pada Model Kelembagaan Pemanfaatan Sumberdaya Tambang di Kabupaten Bone Bolango

Selanjutnya terdapat 3 model analisis logistik menggunakan software Minitab yaitu regresi logistik biner yang digunakan apabila suatu klasifikasi hanya memiliki 2 kategori (skala biner), dan analisis regresi logistik ordinal yang digunakan apabila memiliki lebih dari 3 kategori (skala data ordinal) serta analisis regresi logistik nominal digunaka apabila memiliki lebih dari 3 kategori nominal dan tidak ada urutan (Juanda, 2009) menyatakan bahwa pendekatan dengan least square (OLS dan WLS) diterapkan dalam model logit dengan asumsi peubah x dikelompokkan dulu (dalam suatu selang), namun pada umumnya dalam penggunaan model logit yaitu kemungkinan maksimum atau maximum likelihood (ML) estimator. Sebagaimana telah disebutkan bahwa ibernilai 1 atau 0 dan menyebar menurut sebaran (distribusi) Bernouli maka fungsi peluang atau fungsi kemungkinan untuk pengamatan berpasangan ( i, i) untuk i= 1,2,...n adalah:

i i i i i) ( ) 1 ( )1 ( (17)

Karena n pengamatan ( i, i) diasumsikan bebas, maka fungsi kemungkinan bersamanya: ) ( ) ( )... ( ) ( ) ( 1 2 1 i n i n  (18)

Prinsip prosedur MLE adalah menentukan dugaan yang nilainya akan memaksimumkan persamaan peluang bersama n pengamatan (18) karena

 ( )

dan

 ( )

sulit dicari maka untuk mempermudahnya ditransformasi dengan logaritme natural, sehingga mendapatkan fungsi log likelihood berikut:

) ( 1 ln ) 1 ( ) ( ln ) ( ln ) ( 1 i i i i n i L  (19)

Untuk menentukan dugaan yang memaksimumkan l( ) kita diferensiasikan persamaan (19) terhadap masing-masing parameter, dan kemudian disamakan dengan 0 sehingga :

0 1 i i n i L (20)

(22)

0 1 i i n i L (21)

Persamaan (18) dan (19) serta persamaan (20) dan (21) disebut persamaan kemungkinan (likelihood equations) yang merupakan persamaan non linier dalam parameter ( dab ) sehingga diperlukan metode iterasi yang telah diprogramkan dalam software regresi logistik. Proses model regresi logistik yang digunakan untuk menganalisis model kelembagaan di wilayah pemanfaatan sumberdaya tambang yang tumpang tindih dengan konsesi wilayah kontrak karya PT Gorontalo Minerals disajikan pada (Tabel 10).

Tabel 10. Tujuan Penelitian, Data Dasar, Sumber Data, Analisis Variabel Indikator dan Output Analisis Persepsi Masyarakat Terhadap Kesiapan Pemanfaatan Sumberdaya Tambang di Wilayah Konsesi Kontrak Karya PT Gorontalo Minerals

N o

Tujuan Penelitian Data Dasar Sumber Data Analisis Variabel Indikator Output yang diharapkan 1. Mengetahui persepsi masyarakat terhadap pemanfaatan sumberdaya tambang di wilayah konsesi kontrak karya PT GM dimana setelah analisis aspek kelayakan cukup prospektif dan ekonomis. Persepsi masyarakat penting untuk Model advokasi, kelembagaan sosial ekonomi, sarana prasarana, kapasitas pendidikan dan PETI. Data primer dari sampel lokasi penelitian 4 Kecamatan yang berhimpitan langsung dengan wilayah Konsesi kontrak karya. Hasil Fokus Group Discussion di sampel lokasi Penambang tanpa izin seperti Di pegunungan Waluhu, Mantulangi, desa Bulantala, desa Tulabolo Timur. Masyarakat yang bermukim dilahan konsesi kontrak karya yang dipilih secara proporsional. Penambang tanpa izin yang dipilih secara proporsional. Tokoh Masyarakat dan Pemilik usaha ekonomi dilahan konsesi Analisis regresi logistik biner digunaka apabila suatu klasifikassi hanya memiliki skala data biner. Apabila variabel respon bersifat kualitatif. bahan informasi penting pada aspek non teknis) yang digunakan oleh para pihak untuk menyusun kebijakan dan program. solusi alternatif yang efektif dalam membangun resolusi konflik model kelembaga-an yang efektif dan efisien.

(23)

Gambar

Gambar 15. Kerangka Pikir Penelitian
Gambar 16. Alur Penelitian Tujuan
Gambar 17. Peta Lokasi Sampel Wilayah Tumpang Tindih (Berhimpitan  Langsung) dengan Konsesi Kontrak Karya PT Gorontalo Minerals dan
Gambar 18. Alur Pemikiran Analisis Spatial
+6

Referensi

Dokumen terkait

Sutabri mengemukakan “Sistem Informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian yang mendukung

Field research adalah sumber data yang diperoleh dari lapangan penelitian yaitu mencari data terjun langsung ke obyek penelitian untuk memperoleh data yang kongret

Sejatinya bahwa hasil akhir dari pendekatan kluster ini diharapkan dapat menghasilkan produk oleh produsen yang ada di dalam kluster bisnis ini, diharapkan mempunyai peluang

Penelitian hukum normatif dijelaskan oleh Peter Mahmud Marzuki dengan melihat pada tujuannya yaitu: “… menemukan kebenaran koherensi, yaitu adakah aturan hukum

Hal itu akan memberi kesempatan kepada setiap Ahmadi bangkit menjadi pengawas masjid itu, agar setiap orang yang datang ke sini, siapapun orang yang mencarinya, maka setiap

Memperoleh paling sedikit 1 (satu) pekerjaan sebagai penyedia dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir, baik di lingkungan pemerintah maupun swasta termasuk pengalaman

a) Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pemustaka melalui jaminan mutu yang terorganisasi dan sistematik. Proses dokumentasi dalam ISO 9001: 2000 menunjukan bahwa kebijakan,

Return on Assets (ROA) adalah suatu indikator yang mencerminkan performa keuangan perusahaan, semakin tingginya nilai ROA yang mampu diraih oleh perusahaan maka