• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENEMUKAN ISI DAN PESAN TEMBANG MACAPAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN MENEMUKAN ISI DAN PESAN TEMBANG MACAPAT"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENEMUKAN ISI DAN PESAN TEMBANG

MACAPAT DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING PADA SISWA KELAS

VIIIC SMP NEGERI 4 MAGETAN

Agus Prihandoko, Sarwiji Suwandi, Sumarlam

Magister Pendidikan Bahasa Indonesia, Minat Utama Pendidikan Bahasa dan

Sastra Jawa Program PASCASARJANA UNS

prihandokoagus@yahoo.co.id

ABSTRACT

This classroom action research aims toImproving the Ability in finding content and message of Tembang Macapat using Quantum Learning Approach students to grade VIII C students of SMP Negeri 4 Magetan

.

The subject of research was the teachers and the VII C graders of SMPN 4 Magetan

.

The techniques of collecting data used in this reseach were observation, interview, test,and document analysis. The data validation test used in this research were method triangulation and source triangulation. Technique of analyzing data used was a critical comparative analytical descriptive and qualitative descriptive technique.The result of this research showed that the instructional quality in finding the content and message of tembang macapat in grade VIII C of SMP Negeri 4 Magetan improved significantly. It could be seen from the improvement of the students’ positive attitude in learning process. From the students’ activeness in cycle I was 15 students (44%). In cycle II the students’ activeness increased sharply until 25 students (74%). In cycle III the students’activeness increased up to 28 students (84%). The mean value of ability in finding the content and the message increased. The mean value of cycle I was Hasil rerata kemampuan menemukan isi dan pesan tembang macapat mengalami peningkatan. Pada siklus I rerata 59,5, siklus II rerata 78,7 dan siklus III rarata 83,7.

Keywords: Tembang macapat, quantum learning

PENDAHULUAN

Kemampuan siswa SMP Negeri 4 Magetan dalam pembelajaran menemukan isi dan pesan tembang macapat masih sangat rendah. Dari hasil kajian wawancara menunjukkan bahwa sebagian besar siswa mendapat nilai yang sangat rendah. Keadaan ini tentu merisaukan guru bahasa Jawa. Harapan guru seakan kandas oleh realitas yang dihadapi. Apalagi jika hal ini dibiarkan berlarut-larut maka akan menjadi pukulan berat bagi guru bersangkutan dalam menjalankan tugas profesinya. Dan pada gilirannya tujuan pendidikan

nasional tidak akan tercapai.

Keadaan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, yakni (1) guru cenderung menggunakan teacher-centered approach dalam proses pembelajaran, (2) guru hanya menggunakan metode ceramah, dan (3) suasana pembelajaran yang tidak ditata secara baik

Dari ketiga penyebab tersebut yang merupakan penyebab utama adalah penggunaan pendekatan dan metode guru yang kurang tepat. Dalam menggunakan pendekatan dan metode, seharusnya guru mempertimbangkan

(2)

2

beberapa hal agar tujuan pembelajaran dapat terwujud. Pertimbangan tersebut antara lain: (1) pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai, (2) pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran, (3) pertimbangan dari sudut siswa, dan (4) pertimbangan-pertimbangan lain, seperti: apakah metode itu memiliki efektivitas dan efisiensi?

Pendekatan yang tepat, yang mampu mengatasi persoalan tersebut adalah pendekatan quantum learning. Pendekatan quantum learning sangat tepat dan cocok digunakan untuk pembelajaran di ruang kelas oleh guru.

Quantum learning yang

diimplementasikan diruang kelas, oleh DePorter disebut dengan istilah Quantum Teaching. Dalam bukunya yang bejudul

Quantum Teaching: Mempraktekan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas, DePorter membagi dua seksi utama: konteks dan isi. Dalam seksi konteks, DePorter menguraikan beberapa hal, diantaranya (1) suasana yang memberdayakan, (2) landasan yang kukuh, (3) lingkungan yang mendukung, dan (4) rancangan belajar yang dinamis. Sementara itu bagian isi, DePorter menguraikan tentang (1) penyajian yang prima, (2) fasilitas yang luwes, (3) keterampilan belajar untuk belajar dan keterampilan hidup.

Atas dasar pertimbangan tersebut maka quantum learning diyakini mampu

mengatasi persoalan-persoalan di kelas dalam mengajarkan materi kemampuan menemukan isi dan pesan tembang macapat oleh guru. Dalam suasana yang nyaman dan menyenangkan, siswa akan lebih termotivasi melakukan pencarian dan penjelajahan sesuai dengan karakter siswa yang masih memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Potensi siswa yang ada akan mendapat penyaluran yang tepat sehingga potensi itu akan berubah menjadi “cahaya” yang berguna dalam kehidupannya.

Istilah quantum berasal dari ilmu fisika yang berarti energi cahaya. Dalam pembelajaran, quantum learning

merupakan interaksi yang mengubah energi menjadi "cahaya". Energi cahaya ini diperoleh melalui interaksi yang terjadi dalam pembelajaran (DePorter dan Hernacki, 1992: 16).

Asas utama quantum learning adalah

Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke dunia Mereka. Setiap bentuk interaksi dengan pembelajar, setiap metode pembelajaran harus dibangun diatas asas ini. Asas ini memiliki maksud agar pengajar membangun jembatan yang otentik memasuki kehidupan pelajar sebagai langkah pertama (DePorter dkk, 2011:34-35). Setelah jembatan terbangun dan pengajar sudah memasuki dunia murid maka memudahkan pengajar menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan yang pengajar inginkan dan membawa mereka tetap belajar

(3)

3

(Mitahul, 2011:27). Jika hal tersebut di atas mampu diterapkan, maka baik pembelajar maupun pengajar akan memperoleh pemahaman baru. Ini berarti dunia pembelajar diperluas, dan dunia pengajar diperluas. Disini dunia kita menjadi dunia bersama pengajar dan pembelajar. Inilah dinamika pembelajaran manusia selaku pembelajar

(Sugiyanto, 2010:69).

Ada lima prinsip utama yang mendasari quantum learning yaitu (1)

Segalanya berbicara. Dalam quantum

learning, segala sesuatu mulai

lingkungan pembelajaran sampai dengan bahasa tubuh pengajar, penataan ruang sampai sikap guru, mulai kertas yang dibagikan pengajar sampai dengan rancangan pembelajaran, semua mengirim pesan pembelajaran, (2)

Segalanya bertujuan. Semua yang terjadi dalam proses pengubahan energi menjadi cahaya mempunyai tujuan. Baik pelajar maupun pengajar harus menyadari bahwa kejadian yang dibuatnya selalu bertujuan, (3) Pengalaman sebelum

memberi nama. Otak manusia

berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks yang akan menggerakkan rasa ingin tahu, oleh karena itu, proses belajar paling baik ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa mereka mempelajari, (4) Akui setiap usaha. Belajar selalu mengandung resiko yang besar. Dikatakan demikian karena belajar berarti melangkah keluar

dari zona yang nyaman menuju ke zona yang penuh dengan ketidakpastian. Keberanian siswa melakukan langkah ini, patut memperoleh pengakuan dan panghargaan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka, dan (5) Sesuatu yang layak dipelajari maka layak untuk dirayakan. Segala sesuatu yang layak dipelajari oleh pelajar sudah selayaknya dirayakan atas keberhasilannya.

Sebagai sebuah model pembelajaran, quantum learning hampir sama dengan sebuah simfoni. Dalam simfoni ada banyak unsur yang menjadi faktor pengalaman musik penonton. Secara garis besar unsur itu ada dua kategori, yaitu konteks dan isi (DePorter dkk, 2011: 37) Konteks adalah latar pengalaman penonton. Konteks merupakan keakraban ruang orkestra itu sendiri (lingkungan), semangat konduktor dan pemain muksiknya (suasana), keseimbangan instrumen dan musisi dalam bekerja sama (landasan), dan lembar interprestasi sang maestro terhadap lembaran musik (rancangan). Bagian isi (content), bagaikan lembaran musik itu sendiri. Salah satu unsur isi adalah bagaimana tiap frase musik dimainkan (penyajian). Isi juga meliputi fasilitas ahli sang maestro terhadap orkestra, memanfaatkan bakat setiap pemain musik dan potensi setiap instrumen.

Pada saat penerapan quantum learning di kelas, guru juga bisa membagi unsur-unsur tersebut menjadi dua

(4)

4

kategori, yaitu: konteks dan isi (context

dan content). Konteks menyangkut masalah suasana yang memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang mendukung, dan rancangan yang dinamis. Sedangkan isi berkaitan dengan penyajian yang prima, fasilitas yang luwes, ketrampilan belajar untuk belajar, dan ketrampilan hidup (DePorter dkk, 2011 :38).

Dalam rangka untuk memudahkan operasional quantum learning dalam pembelajaran dikelas, DePorter dkk, (2011:127) menyebutnya dengan istilah

TANDUR yang merupakan akronim dari :

Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan.

Unsur-unsur tersebut membentuk basis struktur yang melandasi model pembelajaran quantum.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang bersifat reflektif. Kegiatan penelitian berangkat dari permasalahan nyata yang dihadapi oleh guru dalam proses belajar mengajar, kemudian direfleksikan alternatif pemecahan masalah dan tindak lanjuti dengan tindakan-tindakan nyata terencana dan terstruktur. Hal yang penting dalam PTK adalah tindakan nyata yang dilaksanakan guru (dengan pihak lain) untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar. Tindakan itu harus direncanakan dengan

baik dan dapat diukur tingkat keberhasilannya dalam pemecahan masalah. Jika ternyata program tersebut belum dapat memecahkan masalah yang ada, maka perlu dilakukan penelitian siklus berikutnya sampai pemecahan masalah tersebut dapat diatasi (Sarwiji Suwandi, 2011:12)

Subjek penelitian ini adalah siswa dan guru Bahasa Jawa SMP Negeri 4 Magetan tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 32. Siswa yang dijadikan subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII C. Dengan kata lain, kelas VIII C ditetapkan sebagai setting kelas. Sementara itu, guru bahasa Jawa yang dijadikan subjek penelitian ini adalah bapak Susilo Triwibowo, S.Pd. Penelitian ini bersifat kolaboratif yang melibatkan guru dan siswa. Kelas VIII C dijadikan objek penelitian karena prestasi siswa kurang memuaskan sehingga perlu dilakukan tindakan agar hasil prestasi siswa meningkat

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini, berupa peristiwa dan informasi tentang kemampuan menemukan isi dan pesan tembang macapat kelas VIII SMP 4 Magetan. Data sebagian besar berupa uraian kata-kata yang didapat dari tiga sumber antara lain: (1) Informan (narasumber), yaitu dari guru bahasa Jawa dan siswa kelas VIII C SMP 4 Magetan. Selain guru dan siswa, informan yang lain yaitu kepala sekolah SMP 4 Magetan sebagai orang yang bertanggung jawab di sekolah tersebut,

(5)

5

(2) Peristiwa, yaitu proses pembelajaran kemampuan menemukan isi dan pesan

tembang macapat dengan menggunakan pendekatan quantum learning. Dalam peristiwa ini, peneliti melakukan pengamatan selama proses belajar mengajar berlangsung, dan (3) dokumen atau arsip, yaitu informasi tertulis yang berupa kurikulum, silabus, rencana pembelajaran, kriteria ketuntasan minimal yang dibuat oleh guru, hasil kerja siswa, serta buku penelitian.Teknik yang digunakan untuk mengumpulankan data di atas meliputi pengamatan, wawancara, atau diskusi, kajian dokumen, angket dan tes.

Teknik yang digunakan memeriksa validitas data antara lain melalui trianggulasi data. Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan memanfaatkan sarana diluar data itu untuk keperluan penegecakan ataupun membandingan data itu (Lexy J. Moleong, 1995: 178). Teknik triangulasi yang digunakan antara lain berupa triangulasi sumber data dan tianggulasi metode pengumpulan data.

Analisis yang digunakan untuk menganalisis data yang telah berhasil dikumpulkan adalah dengan teknik deskriptif komparatif (stastitistik deskriptif komparatif) dan teknik deskriptif kualitatif. Teknik stastistik deskriptif komparatif digunakan untuk analisis data kuantitatif, yaitu dengan membandingkan hasil antar siklus. Peneliti membandingkan hasil sebelum

penelitian dengan hasil pada akhir setiap siklus (Sarwiji Suwandi, 2011:66). Teknik deskriptif kualitatif merupakan teknik analisis data untuk menggambarkan suatu keadaan atau fenomena.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Siswa mengalami kesulitan dalam menentukan isi dan pesan tembang macapat. Hanya beberapa siswa yang mampu menentukan isi dan pesan

tembang macapat. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan menentukan isi dan pesan tembang macapat masih belum memadai. Kemampuan menentukan isi dan pesan tembang macapat yang masih rendah disebabkan karena pelaksanaan pembelajaran tembang macapat yang kurang kreatif dan variatif. Maka dari itu, dalam menyampaikan pembelajaran

tembang macapat perlu dikemas

semenarik mungkin. Hal ini bertujuan untuk dapat menumbuhkan sikap positif sehingga prestasi atau hasil belajar siswa juga dapat meningkat.

Menurut hasil wawancara dan pengamatan secara langsung dapat ditemukan bahwa kualitas pembelajaran bahasa jawa kurang maksimal. Sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran sangat kurang. Keadaan ini berimbas pada hasil belajar siswa yang kurang memuaskan. Ada beberapa faktor penyebab masalah ini, yakni (1) proses pembelajaran masih menggunakan pendekatan konvensional, (2) pilihan materi kurang kontekstual sehingga

(6)

6

menyulitkan siswa dalam mempelajarinya, (3) guru kurang memupuk keberanian siswa untuk mengungkapkan pendapatnya.

Untuk mengatasi permasalahan itu perlu dilakukan pemilihan pendekatan yang tepat. Salah satu alternatif pembelajaran inovatif yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menentukan isi dan pesan tembang macapat adalah pendekatan quantum learning. Kelebihan quantum learning

adalah : (1) menciptakan lingkungan belajar yang efektif, (2) memotivasi dan menumbuhkan sikap positif dengan menerangkan kerangka yang dikenal dengan singkatan TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasi, Ulangi dan Rayakan), (3) menerapkan falsafah belajar sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil belajar, (4) membangun rasa kebersamaan; (5) menumbuhkan dan mempertahankan daya ingat, (6) merangsang daya dengar anak didik, (7) tujuan pendekatan quantum learning

adalah : menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dengan bantuan visual / alat peraga yang digunakan selama pembelajaran; dan (8) tampilan guru yang pleasant to look at.

Dengan pendekatan quantum learning ditargetkan peningkatan sikap positif siswa dari siklusa I ke siklus II dan pada akhirnya ke siklus III. Selain itu juga tidak kalah penting mengenai hasil pembelajaran diupayakan meningkat dari siklus I ke siklus berikutnya

1. Peningkatan Sikap Positif Siswa dalam Pembelajaran Tembang

Macapat dengan Penerapan

Pendekatan Quantum Learning. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan di kelas VIII C SMP Negeri 4 Magetan dilaksanakan dengan

menggunakan rancangan pembelajaran TANDUR. Meskipun

demikian setiap siklus memiliki perbedaan. Siklus I guru belum menggunakan media compac disc tembang macapat, guru hanya menembangkan tembang macapat

secara langsung. Pada siklus II dan III, guru memanfatkan media compac

disc tembang macapat untuk

memberi rangsangan dan motivasi siswa agar tumbuh kemauan dan keinginan untuk belajar. Belajar yang dilandasi rasa gembira akan membawa kondisi psikologis siswa untuk siap menerima pelajaran. Keputusan guru untuk memanfaatkan media ini, membawa

dampak yang siknifikan bagi siswa. Dengan menggunakan media siswa terlihat sangat senang dan gembira. Keadaan siswa yang lesu pada siklus I berangsur-angsur berubah pada siklus II dan siklus III. Jadi media yang tepat akan membawa manfaat bagi siswa dalam meraih tujuannya.

Pada siklus II dan III, selain guru menggunakan media sebagai sarana untuk membantu siswa

(7)

7

meraih tujuannya, guru juga memasang musik dan menggunakan strategi berotasi posisi. Musik sangat berguna untuk mempengaruhi kondisi fisiologi siswa. Selama belajar, siswa akan mengalami ketegangan dan gelombang otak akan meningkat. Dengan adanya musik ketegangan akan menjadi menurun dan kondisi akan menjadi releks kembali. Kondisi yang releks akan membuat pikiran selalu siap dan mampu berkonsentrasi sehingga tercipta pelajar-pelajar yang hebat. Dengan demikian, kondisi siswa pada siklus I yang kurang semangat, bisa berubah menjadi antusias mengikuti pelajaran.

Strategi guru berotasi keliling akan berdampak pada keseriusan siswa mengikuti pelajaran. Siswa yang berbicara dengan teman akan segera mendapat teguran dan guru segera memberi perhatian. Keputusan ini akan bermanfaat bagi siswa untuk selalu memperhatikan dengan serius sehingga siswa akan belajar dengan baik. Dengan berpindah posisi, guru akan memberi perhatian secara merata keseluruh siswa.

Pemberian reward juga dilakukan guru untuk memancing siswa agar berani mengungkapkan pendapatnya. Strategi ini juga sangat ampuh merangsang siswa belajar lebih giat lagi. Setelah diberi reward

anak semakin berani berkompetisi dengan teman yang lain, berani menjawab pertanyaan guru dan mengemukakan pendapatnya.

Jadi penggunaan rancangan TANDUR yang dipadu dengan pimilihan media dan pemilihan strategi akan bermanfaat untuk meningkatkan sikap positif siswa dalam mengikuti pembelajaran menemukan isi dan pesan tembang macapat. Inilah yang membedakan penerapan quantum learning pada penelitian ini dengan quantum learning penelitian yang lain

Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I, II dan III dapat dinyatakan bahwa terjadi peningkatan sikap positif siswa dalam pembelajaran tembang

macapat dengan menggunakan

pendekatan quantum learning dari siklus I ke siklus berikutnya. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 1. Presentase Siswa yang Aktif dalam Pembelajaran No Kegiatan Siswa Presentase Sikl us I us II Sikl Sikl us III 1. Aktif selama apersepsi 29% 59% 74% 2. Aktif selama KBM 44% 74% 82% 3. Aktif dalam menjawab soal-soal 29% 59% 76%

(8)

8

(lisan maupun tulisan) 4. Mampu menemuk an isi dan pesan tembang macapat 29% 53% 91%

Gambar 1: Histogram Presentase Siswa yang Aktif dalam Pembelajaran

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa selama siklus I diketahui dari segi keaktifan siswa pada kegiatan apersepsi masih tergolong rendah yaitu sekitar 10 siswa (29%), sedangkan siswa yang aktif dalam KBM hanya 15 siswa (44%), sedangkan siswa yang aktif dalam menjawab pertanyaan hanya 10 siswa (29%), sedangkan siswa yang mencapai KKM hanya 10 siswa (29%). Tetapi setelah dilakukan refleksi antara guru dan peneliti dengan adanya perbaikan pada siklus II akhirnya bisa meningkat dengan sangat signifikan. Siswa yang aktif dalam kegiatan apersepsi sebanyak sebanyak 20 siswa (59 %). Siswa yang aktif dalam KBM sebanyak 25 anak (74%) sedangkan yang aktif

menjawab pertanyaan dari guru 20 siswa (59%) dan mampu menemukan isi dan pesan tembang macapat

dengan prosedur TANDUR sebanyak 18 siswa (53%). Setelah merefleksi siklus II ternyata masih ada sisi kekurangan sehingga perlu adanya tindakan siklus III. Pada siklus ke III ternyata hasilnya sudah memuaskan ada peningkatan signifikan yaitu aktif dalam kegiatan apersesi sebanyak 25 siswa (74%), aktif dalam KBM 28 siswa (82%), aktif menjawab pertanyaan dari guru 26 siswa (76%) dan mampu menemukan isi dan pesan tembang macapat dengan prosedur TANDUR yang mencapai KKM adalah 31 siswa (91%) .

Dari pantauan keaktifan siswa pada siklus I mencapai 15 siswa (44%). Pada siklus II keaktifan siswa mengalami peningkatan yang lumayan tajam yaitu sebesar 25 siswa (74%). Pada siklus III terjadi peningkatan sebesar 28 siswa (84%) yang aktif dalam pembelajaran.

2. Siswa Mengalami Peningkatan Nilai Kemampuan Menemukan Isi dan Pesan Tembang Macapat.

Sebelum diadakan tindakan siswa mengalami kesulitan dan pembelajaran tembang macapat. Siswa juga tidak tertarik mengikuti pembelajaran tembang macapat. Kebanyakan siswa merasa kesulitan dalam menemukan isi dan pesan

(9)

9

tindakan dalam siklus I,II,III kemapuan siswa dalam menemukan isi dan pesan

tembang macapat meningkat. Hal ini terlihat dari hasil pekerjaan siswa yang semakin meningkat. Tingkat keberhasilan ini cukup signifikan. Nilai yang diperoleh siswa dari tiap siklusnya naik dengan memuaskan. Penilaian yang dilakukan guru dan peneliti meliputi penguasaan kosa kata, kemampuan menemukan isi

tembang macapat dan kemampuan menemukan pesan tembang macapat.

Pada pelaksanaan siklus I, nilai rerata kemampuan siswa dalam menemukan isi dan pesan tembang macapat adalah 59,7. Dari segi ketuntasan belajar secara individu belum mencapai tujuan yang diharapkan. Dari 34 siswa, tercatat 24 siswa belum mencapai KKM, sedangkan 10 siswa telah mencapai KKM. Penelitian tindakan kelas dilanjutkan pada siklus II.

Pada siklus II hasil rerata kemampuan siswa dalam menemukan isi dan pesan tembang macapat adalah 78,7 meningkat dari siklus I. Namun masih terdapat 16 siswa yang berada dibawah KKM. Sedangkan siswa yang mencapai KKM sebanyak 18 ketuntasan secara klasikal 53%. Jadi hasil tes kemampuan siswa dalam menentukan isi dan pesan tembang macapat pada siklus II, jika dilihat dari KKM sesuai indikator belum

memenuhi kriteria. Penelitian tindakan kelas dilanjutkan pada siklus III.

Nilai rerata tes kemampuan siswa dalam menemukan isi dan pesan

tembang macapat pada siklus III adalah 80,3. Ketuntasan klasikal sebesar 91 %. Masih ada 3 siswa yang nilainya dibawah KKM. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa tindakan pada siklus III berhasil.

Tabel 2. Nilai Kemampuan Menemukan Isi dan Pesan

TembangMacapat Siswa Kelas

VIIIC SMP Negeri 4 Magetan

Tindakan Nilai Rerata Kelas Di bawah KKM (<78) Di atas KKM (> 78) Siklus I 59,7 24 (71%) (29%) 10 Siklus II 78,8 16 (47%) (53%) 18 Siklus III 80,3 3 (09%) (91%) 31

Gambar2: Histogram Nilai Kemampuan Menemukan Isi dan Pesan

Tembang Macapat

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa nilai kemampuan menemukan isi dan pesan tembang macapat mengalami peningkatan. Nilai rerata siswa pada pada siklus I sebesar 59,7 siklus II sebesar 78,8 dan siklus III

(10)

10

sebesar 80,3. Sedangkan prosentase siswa yang mendapat nilai di atas KKM mengalami peningkatan yaitu pada siklus I sebesar 29%, siklus II sebesar 53%, dan siklus III sebesar 91%.

SIMPULAN

Kesimpulan dari hasil penelitian ini secara singkat adalah adanya peningkatan kualitas pembelajaran (baik proses maupun hasil) dalam kemampuan menemukan isi dan pesan tembang macapat yaitu:

1. Sikap positif siswa mengalami peningkatan yaitu dari siklus I segi keaktifan siswa pada kegiatan apersepsi sekitar 10 siswa (29%), siswa yang aktif dalam KBM hanya 15 siswa (44%), sedangkan siswa yang aktif dalam menjawab pertanyaan hanya 10 siswa (29%). Pada siklus II mengalami peningkatan dari segi keaktifan siswa pada kegiatan apersepsi sebanyak 20 siswa (59 %), siswa yang aktif dalam KBM sebanyak 25 anak (74%) sedangkan yang aktif menjawab pertanyaan dari guru 20 siswa (59%). Pada siklus ke III ternyata hasilnya sudah memuaskan ada peningkatan

signifikan yaitu aktif dalam kegiatan apersesi sebanyak 25 siswa (74%), aktif dalam KBM 28 siswa (82%), aktif menjawab pertanyaan dari guru 26 siswa (76%).

2. Penerapan pendekatan quantum

learning ternyata mampu

meningkatkan kemampuan siswa dalam menemukan isi dan pesan

tembang macapat hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah siswa yang mengalami ketuntasan belajar pada siklus I hingga siklus III. Selain itu, juga dapat dilihat dari adanya peningkatan nilai rata – rata kemampuan menemukan isi dan pesan

tembang macapat dari siklus I hingga siklus III. Pada siklus I, jumlah siswa yang tuntas KKM adalah 10 siswa (29%). Sedangkan nilai rata – rata yang dicapai pada siklus I adalah 59,5. Pada siklus II ada peningkatan 18 yang tuntas KKM sehingga jumlah siswa yang tuntas sebanyak 18 siswa (53%) dan nilai rata – rata mencapai 78,7. Pada siklus III hasilnya cukup memuaskan karena jumalah siswa yang tuntas KKM mencapai 31 siswa (91%) dan nilai rata – rata mencapai 83,7

(11)

11

DAFTAR PUSTAKA

Andayani. 2009. Pendekatan Pembelajaran Bahasa Indonesia. Salatiga: Widya Sari Press DePorter, Bobbi dan Hernacki, Mike. 1992. Quantum Learning: Unleashing the Genius in

You. New York: Dell Publishing Group

DePorter, Bobbi dan Hernacki, Mike. 2011. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Diterjemahankan oleh Alwiyah Adurrahman. Cetakan XXX. Bandung: Kaifa

DePorter, Bobbin Reardon Mark, Singer Sarah, dan Nourie. 2011. Quantum Teaching :

Mempraktekkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas. Edititor, Hernacki, Mike. Diterjemahankan oleh Ary Nilandary. Cetakan III. Bandung: Kaifa

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Sugiyanto. 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Cetakan II. Surakarta: Yuma

Pustaka.

Suwandi, Sarwiji . 2011. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: Yuma Pustaka

Gambar

Gambar 1:  Histogram Presentase Siswa  yang Aktif dalam  Pembelajaran
Tabel  2.  Nilai Kemampuan Menemukan  Isi dan Pesan

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan ekonomi informal me- miliki keterkaitan yang cukup erat dengan ekonomi formal, baik dari sisi produksi dan distribusi, maupun hubungan kerja para pelakunya.

mengganti strategi pembelajarannya 3. Analisis Data ketuntasan belajar a. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan

Kedua manajemen sumber daya manusia dan fasilitas, agar bisa memunculkan musik keroncong di lingkungan Departemen Pendidikan Musik ia memerlukan mahasiswa lainnya

Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar dan kemampuan berpikir tingkat tinggi, baik dalam bentuk pemahaman konseptual dan pemahaman algoritmik, maupun

Dengan ini saya Nama: Ayu Ratna Mutia NIM: H0711020 Program Studi: Agroteknologi menyatakan bahwa dalam skripsi saya yang berjudul “Pertumbuhan Kunyit

Gulma yang termasuk dalam golongan ini memiliki ciri utama letak daun berjejal pada pangkal batang, bentuk daun seperti pita, tangkai buga tidak beruas dan

Angka ini berarti bahwa kualitas pelayanan akademik berpengaruh secara tidak langsung terhadap loyalitas mahasiswa sebesar 60,7 % melalui kepuasan mahasiswa di STP

Hasil Penelitian diperoleh bahwa nilai kuat tekan optimum yang dihasilkan oleh mortar geopolimer 8M pada variasi penambahan zeolit sebesar 10% dengan nilai kuat tekan 36,87 MPa,