• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENEMUKAN ISI DAN PESAN TEMBANG MACAPAT DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING PADA SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 4 MAGETAN TESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN MENEMUKAN ISI DAN PESAN TEMBANG MACAPAT DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING PADA SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 4 MAGETAN TESIS"

Copied!
169
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENEMUKAN

ISI DAN PESAN TEMBANG MACAPAT

DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING PADA

SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 4 MAGETAN

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

Minat Utama Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

Oleh :

AGUS PRIHANDOKO

S441108001

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2013

(2)

commit to user

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENEMUKAN

ISI DAN PESAN TEMBANG MACAPAT

DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING

PADA SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 4 MAGETAN

TESIS

Oleh :

AGUS PRIHANDOKO

S441108001

Komisi Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing

Pembimbing I Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd --- 04 - 12 - 2012 NIP.19620407 198703 1 003

Pembimbing II Prof. Dr. Sumarlam M.S --- 17 - 12 - 2012 NIP. 19620309 198703 1 001

Telah dinyatakan memenuhi syarat 2012

Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Minat Utama Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

Program Pascasarjana UNS

Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd NIP.19620407 198703 1 003

(3)

commit to user

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENEMUKAN ISI DAN PESAN TEMBANG MACAPAT DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING

PADA SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 4 MAGETAN

TESIS

Oleh Agus Prihandoko

S441108001 Tim Penguji

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua Prof. Dr. Herman J. Waluyo, M.Pd. ... Januari 2013

NIP. 194403151978041001

Seketaris Prof. Dr. Andayani, M.Pd. ... Januari 2013

NIP. 196010301986012001

Anggota Penguji

Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd.

NIP. 196204071987031003

Prof. Dr. Sumarlam, M.S. Januari 2013 NIP. 196203091987031001

Telah dipertahankan di depan penguji Dinyatakan telah memenuhi syarat

pada tanggal ...Januari 2013

Mengetahui Ketua Program Studi

Direktur Program Pascasarjana UNS PBI M.U. Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd.

NIP. 196107171986011001 NIP. 196204071987031003

(4)

commit to user

MOTTO

-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu

(Q.S Al Mujaadalah)

Orang yang merasa suci adalah orang yang paling kotor. Orang yang merasa (Penulis)

(Penulis)

(5)

commit to user

PERSEMBAHAN

Doa, harapan, senyuman, motivasi dan semangat yang kalian curahkan dengan penuh kasih sayang, saya persembahkan lewat karya ini.

1. Allah AWT yang senantiasa memberikan hidayah, rezeki dan karunia-Nya kepada saya.

2. Bapak Harjo Sukarto, Ibu Sugi dan Ibu Setiyoso yang senantiasa mendoakan dan memberikan motivasi sehingga tesis ini terselesaikan dengan lancar.

3. Istriku tercinta Nova Wistarina yang senantiasa mendampingiku, mendoakan dan memberi support sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan lancar.

4. Putriku tercinta Castra Magistra Citra Kusuma. Kamu adalah anugrah dari Allah yang melengkapi kebahagianku. Semoga tesis ini kelak menjadi motivasi untukmu untuk menimba ilmu dan memperoleh pendidikan yang tinggi.

5. Teman-temanku seperjuangan Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesi Minat Utama Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa angkatan 2011 yang selalu memberikan dorongan sehingga terselesaikan tesis ini.

(6)

commit to user

PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

1. Tesis yang berjudul : PENINGKATAN KEMAMPUAN

MENEMUKAN ISI DAN PESAN TEMBANG MACAPAT DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING PADA SISWA KELAS VIIIC SMP NEGERI 4 MAGETAN ini adalah karya saya sendiri bebas plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Permendiknas No. 17, tahun 2010)

2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author atau PPs UNS sebagai institusinya, apabila dalam waktu sekurang kurangnya satu semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan tesis ini, maka prodi bahasa Indonesia, minat utama Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa PPs UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Bahasa Indonesia minat utama Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa PPs UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.

Surakarta, Januari 2013 Mahasiswa

Agus Prihandoko

(7)

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat Nya, penulis memperoleh kekuatan dan kesabaran sehingga tesis ini yang berjudul Peningkatan Kemampuan Menemukan Isi dan Pesan Tembang Macapat dengan Pendekatan Quantum Learning pada Siswa Kelas VIII C SMP Negeri 4 Magetan dapat terselesaikan dengan lancar.

Dalam penulisan ini, banyak hambatan dan rintangan yang penulis alami. Namun, hambatan dan rintangan ini dapat diatasi berkat bimbingan, semangat, motivasi, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S., Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti study lanjut S2 Pendidikan Bahasa Indonesia.

2. Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian dan sekaligus menjadi dosen pembimbing I, yang sangat teliti memberikan bimbingan dan senantiasa memberi masukan kepada penulis sehingga tesis ini dapat tersusun dengan baik

3. Prof. Dr. Sumarlam M.S., sebagai dosen pembimbing II yang telah memberi bimbingan, semangat dan masukan yang sangat berarti sehingga tesis ini bisa terselesaikan sesuai dengan harapan.

(8)

commit to user

4. Drs. Setyo Budi, Kepala SMP Negeri 4 Magetan yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian dan menggunakan sarana dan prasarana yang menunjang penelitian ini.

5. Susilo Triwibowo, S.Pd., sebagai guru Bahasa Jawa kelas VIII C SMP Negeri 4 Magetan yang telah membantu pelaksanaan penelitian dari awal hingga akhir.

6. Bapak Harjo Sukarto dan ibu Sugi yang selalu memberi kasih sayang dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

7. Ibu Setiyoso yang memberi dorongan dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

8. Istriku tercinta Nova Wistarina yang senantiasa mendampingiku, mendoakan dan memberi support sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan lancar. 9. Anakku Castra Magistra Citra Kusuma yang selalu menginpirasi untuk terus

belajar dan menuntut ilmu.

Semoga amal dan dharma semua pihak yang penulis sebutkan di atas mendapat imbalan yang setimpal dari Tuhan, amin.

Surakarta, Januari 2013

Agus Prihandoko

(9)

commit to user

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

ABSTRAK ... xviii

SARIPATHI ... xix

ABSTRACT ... xx

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA BERPIKIR A. Tinjauan Pustaka ... 8

B. Landasan Teori... 10

1. Hakikat Kemampuan menemukan Isi Pesan Tembang Macapat ... 10

a. Pengertian Kemampuan ... 10

b. Isi Pesan Tembang Macapat ... 12

c. Pengertian Tembang Macapat ... 14 ix

(10)

commit to user

d. Jenis Tembang Macapat ... 18

e. Watak Tembang Macapat ... 20

f. Tembang Macapat di SMP Magetan ... 28

2. Hakikat Quantum Learning ... 31

a. Pengertian Quantum Learning ... 31

b. Sejarah Munculnya Quantum Learning ... 41

c. Asas Utama Quantum Learning ... 44

d. Prinsip Utama Quantum Learning ... 45

e. Dasar Pemikiran Quantum Learning ... 47

f. Karakteristik Umum Quantum Learning ... 48

g. Model Quantum Learning dalam Pembelajaran di Kelas .... 54

h. TANDUR Sebagai Kerangka Perancangan Quantum Learning ... 56

i. Kelebihan dan Kekurangan Quantum Learning ... 59

3. Peran Sikap Positif dalam Pembelajaran Tembang Macapat dengan Pendekatan Quantum Learning ... 60

a. Pengertian Sikap ... 60

b. Macam-macam Sikap ... 63

c. Ciri-ciri dan Fungsi Sikap ... 66

d. Komponen Sikap ... 70

e. Pengukuran Sikap ... 72

f. Faktor Penyebab Perubahan Sikap ... 76

C. Kerangka Berpikir ... 77

1. Quantum Learning dalam Upaya Meningkatkan Sikap Positif terhadap Pembelajaran Tembang Macapat ... 77

2. Quantum Learning dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Menemukan Isi dan Pesan Tembang Macapat ... 78

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu ... 82

B. Jenis Penelitian... 84 x

(11)

commit to user

C. Subjek Penelitian ... 85

D. Data dan Sumber Data ... 86

E. Teknik Pengumpulan Data ... 87

F. Validitas Data... 90

G. Teknik Analisis Data... 90

H. Indikator Keberhasilan ... 91

I. Prosedur Penelitian ... 92

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Kondisi Awal ... 95

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 96

1. Siklus I ... 97

a. Perencanaan Tindakan Siklus I ... 97

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 99

c. Observasi dan Interpretasi Siklus I ... 104

d. Analisis dan Refleksi Siklus I ... 110

2. Siklus II ... 111

a. Perencanaan Tindakan Siklus II ... 111

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 115

c. Observasi dan interpretasi Siklus II ... 119

d. Analisis dan Refleksi Siklus II ... 123

3. Siklus III ... 125

a. Perencanaan Tindakan Siklus III ... 125

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus III ... 126

c. Observasi dan interpretasi Siklus III ... 131

d. Analisis dan refleksi Siklus III ... 131

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 135

1. Peningkatan Sikap Positif dalam Pembelajaran Tembang Macapat dengan Penerapan Pendekatan Quantum Learning ... 137

(12)

commit to user

2. Siswa Mengalami Peningkatan Nilai Kemampuan Menemukan

Isi dan Pesan Tembang Macapat ... 143

V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN a. Simpulan ... 146 b. Implikasi ... 147 c. Saran ... 148 DAFTAR PUSTAKA ... 150 LAMPIRAN ... 155 xii

(13)

commit to user

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1. Komponen Sikap ... 72 2. Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 82 3. Tabel 3. Nilai Kemampuan Menemukan Isi dan Pesan Tembang

Macapat Siklus I... 109 4. Tabel 4. Nilai Kemampuan Menemukan Isi dan Pesan Tembang

Macapat Siklus II ... 123 5. Tabel 5. Hasil Kemampuan Menemukan Isi dan Pesan Tembang

Macapat Siklus III ... 135 6. Tabel 6. Persentase Siswa yang Aktif dalam Pembelajaran ... 139 7. Tabel 7. Nilai Kemampuan Menemukan Isi dan Pesan Tembang

Macapat Siswa Kelas VIIIC SMP Negeri 4 Magetan ... 145

(14)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 1. Sikap Siswa dalam Mengikuti Pelajaran ... 207 2. Gambar 2. Sikap Siswa dalam Diskusi Kelompok ... 120 3. Gambar 3. Guru memancing Siswa Untuk Aktif dalam Pembelajaran . 121

4. Gambar 4. Histogram Persentase Siswa yang Aktif dalam

Pembelajaran ... 139 5. Gambar 5. Histogram Nilai Kemampuan Menemukan Isi dan Pesan

Tembang Macapat ... 145

(15)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran ... 155

2. Surat Permohonan Ijin Penelitian ... 156

3. Pra-Siklus ... 157

4. Lampiran 1. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Guru ... 158

5. Lampiran 2. Catatan Lapangan Observasi Pra Tindakan ... 161

6. Siklus I ... 164

7. Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 165

8. Lampiran 4. Catatan Lapangan Observasi Mendalam (Tahap Pelaksanaan Siklus I) ... 171

9. Lampiran 5. Catatan Lapangan Observasi Mendalam (Tahap Pelaksanaan Siklus I) ... 174

10. Lampiran 6. Jurnal Refleksi Guru Siklus I ... 177

11. Lampiran 7. Jurnal Refleksi Siswa Siklus II ... 178

12. Lampiran 8. Instrumen Penilaian RPP Siklus I ... 179

13. Lampiran 9. Lembar Penilaian Kinerja Guru dalam Pembelajaran Menemukan Isi dan Pesan Tembang Macapat (Siklus I) ... 181

14. Lampiran 10. Lembar Penilaian Kinerja Siswa dalam Pembelajaran Menemukan Isi dan Pesan Tembang Macapat (Siklus I) ... 185

15. Lampiran 11. Soal Kompetensi Tembang macapat Siklus I ... 188

(16)

commit to user

16. Lampiran 12. Lembar Penilaian Kemampuan Menemukan Isi dan Pesan Tembang Macapat Kelas VIIIC SMP Negeri 4

Magetan (siklus I) ... 189

17. Siklus II ... 191

18. Lampiran 13. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Siklus II) ... 192

19. Lampiran 14. Catatan Lapangan Observasi Mendalam (Tahap Pelaksanaan Siklus II)... 198

20. Lampiran 15. Catatan Lapangan Observasi Mendalam (Tahap Pelaksanaan Siklus II) ... 201

21. Lampiran 16. Jurnal Refleksi Guru Siklus II ... 204

22. Lampiran 17. Jurnal Refleksi Siswa Siklus II ... 205

23. Lampiran 18. Instrumen Penilaian RPP Siklus II ... 206

24. Lampiran 19. Lembar Penilaian Kinerja Guru dalam Pembelajaran Menemukan Isi dan Pesan Tembang Macapat (Siklus II) ... 208

25. Lampiran 20. Lembar Penilaian Kinerja Siswa dalam Pembelajaran Menemukan Isi dan Pesan Tembang Macapat Kelas VIIIC dengan Pendekatan Quantum Learning (Siklus II) ... 212

26. Lampiran 21. Soal Kompetensi Kemampuan Menemukan Isi dan Pesan Tembang Macapat (Siklus II) ... 215

27. Lampiran 22. Lembar Penilaian Kemampuan Menemukan Isi dan Pesan Tembang Macapat Siklus II... 216

(17)

commit to user

28. Siklus III ... 218

29. Lampiran 23. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Siklus III) ... 219

30. Lampiran 24. Catatan Lapangan Observasi Mendalam (Tahap Pelaksanaan Siklus III) ... 225

31. Lampiran 25. Catatan Lapangan Observasi Mendalam (Tahap Pelaksanaan Siklus III) ... 228

32. Lampiran 26. Jurnal Refleksi Guru Siklus III ... 231

33. Lampiran 27. Jurnal Refleksi Siswa Siklus III ... 232

34. Lampiran 28. Instrumen Penilaian RPP Siklus III ... 233

35. Lampiran 29. Lembar Penilaian Kinerja Guru dalam pembelajaran Menemukan Isi dan Pesan Tembang Macapat Siklus III ... 235

36. Lampiran 30. Lembar Penilaian Kinerja Siswa dalam Pembelajaran Menemukan Isi dan Pesan Tembang Macapat Kelas VIIIC dengan Pendekatan Quantum Learning di SMP Negeri 4 Magetan (Siklus III) ... 239

37. Lampiran 31. Soal Kompetensi Kemampuan Menemukan Isi dan Pesan Tembang Macapat Siklus III ... 242

38. Lampiran 32. Lembar Penilaian Kemampuan Menemukan Isi dan Pesan Tembang Macapat Siklus III ... 244

(18)

commit to user

ABSTRAK

Agus Prihandoko. S441108001. Peningkatan Kemampuan Menemukan Isi dan Pesan Tembang Macapat Dengan Pendekatan Quantum Learning Pada Siswa Kelas VIII C SMP Negeri 4 Magetan. Tesis. Pembimbing I: Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd. Pembimbing II: Prof. Dr. Sumarlam, M.S. Program Pascasarjana Program Pendidikan Bahasa Indonesia Minat Utama Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa (S2) Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran kemampuam menemukan isi dan pesan tembang macapat dengan pendekatan quantum learning pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 4 Magetan

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII C SMP Negeri 4 Magetan selama 6 bulan, mulai bulan Agustus 2012 sampai dengan bulan Januari 2013. Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas, yaitu penelitian yang bersifat reflektif, yang berangkat dari permasalahan yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran kemudian direfleksikan alternatif pemecahan masalah dan tindak lanjuti dengan tindakan-tindakan nyata terencana dan terstruktur. Strategi penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Subjek penelitian adalah siswa dan guru kelas VIII C SMP Negeri 4 Magetan. Sumber data penelitian berupa peristiwa pembelajaran menemukan isi dan pesan tembang macapat dengan pendekatan quantum learning, siswa dan guru, dan dokumen terkait. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah pengamatan, wawancara, tes, dan analisis dokumen. Uji validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi metode dan trianggulasi sumber. Teknik Analisis yang digunakan adalah teknik deskriptif komparatif dan teknik deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran menemukan isi dan pesan tembang macapat di kelas VIII C SMP Negeri 4 Magetan mengalami peningkatan yang siknifikan. Hal ini terlihat dari sikap positif siswa dalam mengikuti pembelajaran mengalami peningkatan. Dari pantauan keaktifan siswa pada siklus I mencapai 15 siswa (44%). Pada siklus II keaktifan siswa mengalami peningkatan yang lumayan tajam yaitu sebesar 25 siswa (74%). Pada siklus III terjadi peningkatan sebesar 28 siswa (84%) yang aktif dalam pembelajaran. Hasil rerata kemampuan menemukan isi dan pesan tembang macapat mengalami peningkatan. Pada siklus I rerata 59,5, siklus II rerata 78,7, dan siklus III rarata 83,7

Kata Kunci: Tembang macapat, quantum learning

(19)

commit to user

SARIPATHI

Agus Prihandoko. S441108001. Peningkatan Kemampuan Menemukan Isi dan Pesan Tembang Macapat Dengan Pendekatan Quantum Learning Pada Siswa Kelas VIII C SMP Negeri 4 Magetan. Tesis. Pembimbing I: Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd. Pembimbing II: Prof. Dr. Sumarlam, M.S. Program Pascasarjana Program Pendidikan Bahasa Indonesia Minat Utama Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa (S2) Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Panaliten punika ancasipun kangge ningkataken kasagedan manggihaken wos lan pesen tembang macapat kanthi pendekatan quantum learning siswa kelas VIII C SMP Negeri 4 Magetan.

Panaliten punika dipunlaksanaakaken wonten ing kelas VIIIC SMP Negeri 4 Magetan sadangunipun 6 wulan, wiwit wulan Agustus 2012 ngantos wulan Januari 2013. Peneliten punika kalebet penelitian tindakan kelas. Strategi panaliten ingkang dipunginakaken inggih punika deskriptif kualitatif. Subjek panaliten inggih punika siswa lan guru kelas VIII C SMP Negeri 4 Magetan. Sumber data panaliten arupi prastawa pasinaon manggihaken wos lan pesen tembang macapat kanthi pendekatan quantum learning, siswa lan guru, sarta dokumen ingkang wonten gegayutanipun. Teknik kangge ngempalaken dhata ing panaliten punika inggih punika pengamatan, wawancara, tes, lan analisis dokumen. Uji validitas dhata ingkang dipunginakaken ing panaliten inggih punika trianggulasi metode lan trianggulasi sumber. Teknik Analisis ingkang dipunginakaken inggih punika kanthi teknik deskriptif komparatif lan teknik deskriptif kualitatif.

Asil panaliten nedahaken bilih mutu pasinaon manggihaken wos lan pesen tembang macapat ing kelas VIII C SMP 4 Magetan ngalami peningkatan ingkang siknifikan. Kawontenan punika saged dipuntingali saking solah bawanipun siswa ingkang positif ing salebeting ndhereki proses pasinaon ingkang ngalami peningkatan ingkang kathah. Sasampunipun dipunjingglengi aktifipun siswa, ing siklus I saget ngantos dumugi 15 siswa (44%). Ing siklus II keaktifan siswa ngalami peningkatan ingkang kathah inggih punika 25 siswa (74%). Ing siklus III nemahi peningkatan 28 siswa (84%) ingkang aktif ing salebeting pasinaon. Asil rerata kasagedan manggihaken wos lan pesen tembang macapat ngalami peningkatan. Ing salebeting siklus I rerata 59,5, siklus II rerata 78,7, lan siklus III rarata 83,7.

Tembung Kunci: Tembang macapat, quantum learning

(20)

commit to user

ABSTRACT

Agus Prihandoko. S441108001. Improving the Ability in Finding the Content and Message of Tembang Macapat using Quantum Learning Approach to grade VIII C students of SMP Negeri 4 Magetan. Thesis. Counselor I: Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd. Counselor II: Prof. Dr. Sumarlam, M.S. Indonesian Language Education Study Program of Postgraduate Program of Javanese Language and Letter Education main concentration (S2) of Surakarta Sebelas Maret University.

The purposes of this research are to improve the quality of instructional in finding the content and message of tembang macapat using quantum learning approach to the grade VIII C students of SMP Negeri 4 Magetan.

This research was conducted in six months, started from August 2012 until January 2013. This research was a classroom action research. The research used was qualitative descriptive. The research subjects were the students and the teacher of grade VIII C of SMP Negeri 4 Magetan. The research was instructional activity in finding the content and message of tembang macapat using quantum learning approach, the students and teacher, and related documents. The techniques of collecting data used in this reseach were observation, interview, test and document analysis. The data validation test used in this research were method triangulation and source triangulation. The technique of analyzing data used were comparative descriptive technique and qualitative descriptive technique.

The result of this research showed that the instructional quality in finding the content and message of tembang macapat in grade VIII C of SMP Negeri 4 Magetan improved significantly. It could be seen from the improvement of the process. The students who were active in cycle I were 15 students (44%). In cycle II the students who were active increased sharply until 25 students (74%). In cycle III the students who were active increased up to 28 students (84%). The mean value of ability in finding the content and the message increased. The mean value of cycle I was 59,5, cycle II was 78,7 and cycle III was 83,7.

Keywords: Tembang macapat, quantum learning

(21)

commit to user

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemampuan siswa SMP Negeri 4 Magetan dalam pembelajaran menemukan isi dan pesan tembang macapat masih sangat rendah. Dari hasil kajian hasil tes menunjukkan bahwa sebagian besar siswa mendapat nilai yang sangat rendah. Keadaan ini tentu merisaukan guru bahasa Jawa. Harapan guru seakan kandas oleh realitas yang dihadapi. Apalagi jika hal ini dibiarkan berlarur-larut maka akan menjadi pukulan berat bagi guru bersangkutan dalam menjalankan tugas profesinya. Dan pada gilirannya tujuan pendidikan nasional tidak akan tercapai.

Keadaan ini sangat erat hubungannya dengan sikap positif siswa dalam mengikuti pelajaran bahasa Jawa. Sikap positif siswa seperti aktif, serius dan berfikir positif akan menentukan hasil belajar siswa dalam mengikuti pelajaran bahasa Jawa. Maka dari pada itu, sikap positif siswa harus ditumbuhkan agar dalam proses pembelajaran menghasilkan output yang memuasakan.

Dalam pembelajaran bahasa Jawa di kelas VIII C SMP Negeri 4 Magetan terlihat jelas bahwa siswa kurang antusias dalam mengikuti pelajaran bahasa Jawa. Ketika guru mengajarkan materi tembang macapat, banyak siswa yang berbicara sendiri, mengantuk dan pikirannya tidak fokus pada pelajaran. Siswa mengikuti pelajaran hanya sebagai rutinitas sehari-hari. Belajar sebagai sebuah kegembiraan belum nampak sama sekali, sehingga proses pembelajaran terkesan berjalan sangat lamban dan membosankan.

(22)

commit to user

Keadaan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, yakni (1) guru cenderung menggunakan teacher-centered approach dalam proses pembelajaran, (2) guru hanya menggunakan metode ceramah (3) suasana pembelajaran yang tidak ditata secara baik, dan (4) penggunaan strategi belajar yang kurang tepat.

Pendekatan yang berorientasi pada guru cenderung menganggap bahwa guru memegang peran yang sangat penting. Oleh karena pentingnya peran guru, maka biasanya proses pengajaran hanya akan berlangsung manakala ada guru. Guru memiliki otoritas dalam menentukan rencana, menyampaikan informasi dan mengevaluasi hasil belajar. Dalam perannya sebagai penyampai informasi, sering guru menggunakan metode ceramah sebagai metode utama. Pendekatan ini menempatkan siswa sebagai objek yang harus menguasai materi pelajaran. Siswa dianggap sebagai organisme, yang belum memahami apa yang harus dipahami, sehingga melalui proses belajar mereka dituntut untuk memahami segala sesuatu yang diberikan guru (Sanjaya, 2011: 96-97)

Metode ceramah cenderung menempatkan siswa pada posisi yang pasif. Peran guru sangat dominan dalam proses pembelajaran. Hal ini dilatarbelakangi oleh sebuah keyakinan bahwa belajar adalah proses transformasi informasi dari guru kepada siswa. Guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya, sedangkan siswa hanya menerima informasi tersebut. Dengan demikian jelas bahwa metode ceramah kurang melibatkan mental siswa dalam belajar. Jika belajar hanya dipandang sebagai proses transformasi informasi maka proses pembelajaran akan mengalami kegagalan karena tidak melibatkan peran mental siswa. Belajar seharusnya dipandang sebagai proses mental yang terjadi pada dalam diri

(23)

commit to user

seseorang, sehingga belajar menyebabkan munculnya perubahan perilaku siswa. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari, termasuk dengan guru itu sendiri.

Suasana belajar yang kondusif akan berdampak pada hasil belajar siswa. Suasana belajar siswa kelas VIII C SMP Negeri 4 Magetan belum ditata dengan baik. Suasana yang ada tidak memberi peran dan tidak membawa pesan apa-apa kepada siswa dalam mempengaruhi kegiatan pembelajaran. Padahal lingkungan belajar atau suasana kelas adalah penentu psikologis utama yang mempengaruhi belajar akademis. Suasana yang baik adalah suasana yang penuh dengan keterlibatan emosi siswa. Dikatakan demikian karena suasana yang dibangun akan memberi sugesti kepada siswa dalam proses pembelajaran.

Strategi belajar sangat penting dalam membantu siswa meraih tujuan yang hendak dicapai. Pemilihan strategi yang kurang tepat akan menyebabkan kegagalan siswa dalam mempelajari materi.Strategi pembelajaran seperti pemain sepak bola yang menggunakan taktik untuk memenangkan pertandingan, ketika mereka berada di stadium. Siswa menggunakan strategi pembelajaran untuk mempelajari sesuatu dengan sukses (Chien Kuo Lee, 2010:135)

Dari keempat penyebab tersebut yang merupakan penyebab utama adalah penggunaan pendekatan dan metode guru yang kurang tepat. Dalam menggunakan pendekatan dan metode, seharusnya guru mempertimbangkan beberapa hal agar tujuan pembelajaran dapat terwujud. Pertimbangan tersebut antara lain: (1) pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai, (2) pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran, (3)

(24)

commit to user

pertimbangan dari sudut siswa, dan (4) pertimbangan-pertimbangan lain, seperti: apakah metode itu memiliki efektivitas dan efisiensi?

Permasalahan tersebut harus segera mendapat perhatian dan segera mendapatkan pendekatan pembelajaran pengganti yang sesuai agar siswa mampu mewujudkan tujuan yang telah ditentukan. Pendekatan yang tepat, yang mampu mengatasi persoalan tersebut adalah pendekatan pembelajaran quantum learning.

Pendekatan quantum learning sangat tepat dan cocok digunakan untuk

pembelajaran di ruang kelas oleh guru. Quantum learning yang

diimplementasikan diruang kelas, oleh DePorter disebut dengan istilah Quantum Teaching. Dalam bukunya yang bejudul Quantum Teaching: Mempraktekan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas, DePorter membagi dua seksi utama: konteks dan isi. Dalam seksi konteks, DePorter menguraikan beberapa hal, diantaranya (1) suasana yang memberdayakan, (2) landasan yang kukuh, (3) lingkungan yang mendukung, dan (4) rancangan belajar yang dinamis. Sementara itu bagian isi, DePorter menguraikan tentang (1) penyajian yang prima, (2) fasilitas yang luwes, (3) keterampilan belajar untuk belajar dan keterampilan hidup.

Penerapan pendekatan quantum teaching di kelas untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengungkapkan isi dan pesan Tembang macapat,

didasarkan pada beberapa pertimbangan. Pertama, quantum teaching

menguraikan beberapa metode atau cara-cara baru yang akan lebih memudahkan bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran lewat pemaduan seni dan pencapaian-pencapaian yang terarah. Apapun mata pelajaran yang diajarkan akan

(25)

commit to user

lebih mudah ketika guru menggunakan pendekatan quantum teaching. Dengan

menggunakan pendekatan quantum teaching, guru akan menggabungkan

keistimewaan belajar menuju bentuk perencanaan pengajaran yang akan melejitkan prestasi siswa.

Kedua, quantum teaching merupakan ramuan dari berbagai teori pendidikan yang selaras dengan fungsi kerja otak, sehingga akan mampu meningkatakan kemampuan guru untuk mengilhami dan kemampuan murid untuk berprestasi. Di samping itu, quantum teaching juga menawarkan suatu sistesis antara cara-cara baru untuk memaksimalkan dampak usaha pengajaran guru melalui perkembangan hubungan, penggabungan belajar, dan penyampaian kurikulum.

Atas dasar pertimbangan tersebut maka quantum learning diyakini mampu mengatasi persoalan-persoalan di kelas dalam mengajarkan materi kemampuan menemukan isi dan pesan tembang macapat oleh guru. Dalam suasana yang nyaman dan menyenangkan, siswa akan lebih termotivasi melakukan pencarian dan penjelajahan sesuai dengan karakter siswa yang masih memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Potensi siswa yang ada akan mendapat penyaluran yang tepat sehing

kehidupannya.

Dari uraian tersebut maka penulis melaksanakan penelitian dengan judul

Tembang Macapat Dengan Pendekatan Quantum learning Pada Siswa Kelas VIIIC SMP Negeri

(26)

commit to user

B. Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian:

1. Apakah penerapan pendekatan quantum learning dapat meningkatkan sikap positif siswa kelas VIII C SMP Negeri 4 Magetan dalam pembelajaran menemukan isi dan pesan tembeng macapat?

2. Apakah penerapan pendekatan quantum learning dapat meningkatkan kemampuan menemukan isi dan pesan tembang macapat siswa kelas VIII C SMP Negeri 4 Magetan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Meningkatkan sikap positif siswa kelas VIII C SMP Negeri 4 Magetan terhadap pembelajaran menemukan isi dan pesan tembang macapat melalui pendekatan quantum learning.

2. Meningkatkan kemampuan menemukan isi pesan tembang macapat siswa kelas VIII C SMP Negeri 4 Magetan melalui pendekatan quantum learning.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Siswa

a. Siswa lebih termotivasi belajarnya untuk meningkatkan proses belajarnya. b. Siswa dapat menemukan isi pesan tembang macapat.

(27)

commit to user

2. Guru Bahasa Jawa

a. Memperbaiki proses pembelajaran, khususnya pembelajaran bahasa Jawa tentang menemukan isi dan pesan tembang macapat.

b. Menambah pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan penelitian tindakan kelas.

c. Menambah pengetahuan tentang pembelajaran bahasa Jawa yang sesuai dengan perkembangan peserta didik.

d. Membantu guru meningkatkan kinerjanya sebagai guru professional. e. Membantu guru untuk lebih kreatif dalam menciptakan pembelajaran yang

inovatif.

3. Manfaat bagi sekolah

a. Penelitian tindakan kelas ini akan mendorong inovasi para guru untuk meningkatkan pretasi sekolah

b. Mendorong sekolah untuk mengembangkan kurikulum bahasa Jawa yang memenuhi kebutuhan siswa.

c. Sebagai gambaran penerapan kegiatan pembelajaran menemukan isi dan pesan tembang macapat dan cara penyelesaiannya.

d. Memberi pengalaman kepada sekolah berkaitan dengan penelitian tindakan kelas.

e. Memberi informasi ilmiah tentang pembelajaran bahasa Jawa untuk mengembangkan pembelajaran bahasa Jawa.

(28)

commit to user

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,

DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Tinjauan Pustaka

Penelitian tentang penerapan pendekatan quantum learning sudah pernah dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar. Dibawah ini akan diuraikan hasil beberapa penelitian tentang penerapan quantum learning yang relevan dengan penelitian ini.

Rita Purbawanti (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan ketrampilan Menyimak Puisi Melalui Metode Quantum Learning Pada Siswa

Kelas X6 MAN 2 Madiun Tahun Ajaran 2011/2012 menunjukkan bahwa

penerapan quantum learning dapat meningkatkan ketrampilan menyimak puisi. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah siswa yang mencapai batas ketuntasan minimal, yaitu pada siklus I adalah 16 siswa dari 36 siswa (44,44%). Pada siklus II menjadi 27 siswa (27%) dan meningkat lagi pada siklus 3, yaitu 29 siswa (80,33%)

Ellen Inderasari (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Pengalaman Melalui Pendekatan Quantum Learning Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia (Penelitian Tindakan Kelas Siswa Kelas V SD Negeri 03 Kanigoro, Kecamatan Kartoharjo, Kota Madiun), menunjukan bahwa penerapan quantum learning dapat meningkatkan kemampuan menulis pengalaman dalam pelajaran bahasa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata kelas pada kemampuan menulis pengalaman bahasa

(29)

commit to user

Indonesia meningkat 28,52%. Selain itu, dengan pendekatan quantum learning sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia mengalami perubahan dari siswa yang semula sering menunjukkan sikap negatif berubah menjadi sikap positif

Fajar Sri Utami (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Upaya Peningkatan Keterampilan Menulis Deskripsi Dengan Pendekatan Quantum Learning Pada Siswa Kelas IV SD 3 Demaan Kecamatan Kota Kudus Tahun Pelajaran 2008/2009, menunjukan bahwa penerapan quantum learning dapat meningkatkan keterampilan menulis deskripsi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata kelas pada Keterampilan Menulis Deskripsi meningkat 20%. Selain itu, dengan pendekatan quantum learning sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran semakin baik, antusias dan semangat.

DePorter, Mark Reardon dan Sarah Singer Nurie (1999) pernah melakukan penelitian di 5 negara bagian di USA. Mereka menyatakan bahwa teknik-teknik yang dianjurkan untuk diterapkan di dalam pembelajaran berdasarkan paradigma quantum learning dapat bermanfaat untuk mengembangkan dan memberdayakan lingkungan belajar, serta dapat memberikan penghargaan secara nyata terhadap murid dengan latar belakang yang berbeda-beda. Selain itu, pembelajaran quantum learning menghasilkan prestasi murid yang optimal (Andayani: 2009,130-131)

Shelby Reeder (2003) pernah melakukan penelitian dengan menerapkan quantum learning dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dikelas, kepercayaan diri, dan sikap positif mereka terhadap sekolah. Ia juga menemukan bahwa (1)

(30)

commit to user

tiap-tiap orang hakikatnya adalah mampu belajar, (2) setiap orang belajar dengan jalan atau cara yang berbeda-beda, (3) kepercayaan diri adalah faktor yang penting ke arah kesuksesan belajar, (4) dalam belajar, setiap orang perlu memelihara saling menghormati dan mengawasi atau mengendalikan dirinya masing-masing, (5) pembelajaran akan menjadi efektif apabila murid diperkenalkan dengan sesuatu yang menimbulkan kesenangan dan menentang lingkungan disekitarnya, (6) kepercayaan antara para murid dan para guru adalah penting dalam proses belajar, (8) hubungan antara guru dengan para murid dan orang tua dapat memelihara proses pembelajaran yang efektif, dan (8) masa depan yang sukses bagi murid tergantung penguasaan murid terhadap ketrampilan hidup (Andayani: 2009,131-132)

B. Landasan Teori

4. Hakikat Kemampuan Menemukan Isi dan Pesan Tembang Macapat g. Pengertian Kemampuan

Setiap siswa memiliki kemampuan untuk merespon terhadap proses pembelajaran dan kemampuan ini bersifat kompleks. Hal ini sebagai mana diungkapkan Werren (1994: 1) bahwa kemampuan adalah kekuatan siswa dalam menunjukkan tindakan responsif, termasuk gerakan-gerakan terkoordinasi yang bersifat kompleks dan pemecahan problem mental.

Menurut Chaplin (2000:1) kemampuan diartikan sebagai

(31)

commit to user

untuk melakukan suatu perbuatan. Sementara itu Sternberg (1994: 4)

berpendapat bahwa kemampuan adalah suatu kekuatan untuk

menunjukkan suatu tindakan khusus atau tugas khusus, baik secara fisik maupun mental

Kemampuan siswa bisa dilihat dari hasil belajar siswa. Siswa telah mencapai kemampuan atau belum bisa diukur pada setiap akhir pembelajaran. Ini karena kemampuan sangat erat hubungannya dengan hasil prestasi sebagai mana yang diungkapkan Gagne dan Briggs (1997: 57) bahwa kemampuan adalah hasil belajar siswa setelah mengikuti suatu proses belajar-mengajar. Selaras dengan itu, Eysenck, Arnold, dan Meili (1995: 5) mengemukakan bahwa kemampuan adalah suatu pertimbangan konseptual. Selanjutnya mereka mengatakan bahwa kemampuan berarti semua kondisi psikologi yang diperlukan siswa untuk menunjukkan suatu aktivitas

Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pada

hakekatnya kemampuan adalah kecakapan, ketangkasan, bakat,

kesanggupan, tenaga yang dimiliki siswa yang menunjukan tindakan reponsif sebagai hasil belajar setelah mengikuti proses pembelajaran. Bila

menemukan isi dan pesan tembang macapat

aktivitas siswa yang ditunjukkan adalah kecakapan atau ketangkasan siswa dalam menemukan isi dan pesan tembang macapat.

(32)

commit to user

h. Isi dan Pesan (Amanat) Tembang Macapat

Sebuah puisi-termasuk puisi Jawa-pada hakekatnya terdiri atas bentuk fisik puisi dan bentuk batin puisi. Bentuk fisik dan bentuk batin lazim disebut pula dengan bahasa dan isi atau bentuk dan isi. Marjori Boulton menyebut kedua unsur pembentuk puisi tersebut dengan istilah bentuk fisik dan bentuk mental. Bentuk fisik dan bentuk mental bersatu padu menyatu raga (Waluyo, 2010: 26)

I.A Richards menyebut adanya hakekat puisi untuk mengganti bentuk batin atau isi puisi, dan metode puisi untuk mengganti bentuk fisik. Bentuk batin meliputi tema, perasaan penyair, nada atau sikap penyair terhadap pembaca, dan amanat. Sementara bentuk fisik atau metode puisi terdiri atas diksi, kata konkret, bunyi yang menghasilkan rima dan ritma (Waluyo, 2010: 27)

Jadi yang dimaksud isi puisi adalah unsur batin yang membentuk puisi, yang terdiri atas (1) tema/makna, yaitu gagasan pokok atau subject-master yang dikemukakan ole penyair, (2) rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya, (3) nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dan lain-lain, dan (4)Amanat/tujuan/maksud (itention); sadar maupun tidak, ada

(33)

commit to user

tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya.

Berikut ini diberikan contoh tembang durma sebagai berikut. Iki sapa kethek papat bareng mara,

apa arep ngayoni, iki Kumbakarna,

gegedhuging Ngalengka, apa tan kulak pawarti, tandhing lan ingong, mesthi tumekeng pati

Isi yang dikemukakan tembang durma ini adalah tantangan yang diberikan oleh Kumbakarna kepada empat prajurut kera dalam perang antara pasukan Rama dengan pasukan Rahwana yang dipimpin olah Kumbakarna. Tantangan ini bernada marah, keras dan panuh kesombongan. Mengungkapkan jiwa yang dibakar api patriotisme mempertahankan negara Alengka yang akan diduduki oleh pasukan kera.

untuk menyebut kera.

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa isi lebih luas dari pada pesan. Pesan merupakan bagian dari isi puisi. Dalam sebuah puisi (tembang macapat), pengarang selain mengemukakan tema juga ingin menyampaikan pesan kepada pembaca. Amanat menurut Soediro Satoto (1993:42) adalah pesan yag ingin disampaikan pengarang kepada publiknya. Sementara itu, Panuti Sudjiman (1988:57) mengatakan bahwa

(34)

commit to user

amanat adalah pesan atau ajaran moral yang ingin disampaikan oleh pengarang.

Sementara menurut Herman J Waluyo (2002:28) tema karya sastra berhubungan dengan arti (meaning) dari karya sastra itu, sedangkan amanat berhubungan dengan makna (significance) dari karya sastra itu. Tema bersifat sangat lugas, objektif, dan khusus; sedangkan amanat bersifat kias, subjektif, dan umum.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa amanat adalah ajaran moral atau pesan yang disampaikan secara tersirat maupun tersurat oleh pengarang yang termuat dalam sebuah karya sastra termasuk tembang macapat kepada pembaca.

i. Pengertian Tembang Macapat

Tembang adalah karangan dengan menggunakan aturan tertentu yang sudah pasti. Cara mengucapkan tembang tidak seperti karangan yang lain yang berbentuk gancaran (prosa) tetapi harus dilagukan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh S. Padmosoekatjo (1960) bahwa yang dimaksud tembang adalah

paugeran tertamtu (gumathok) kang pamacane (olehe ngutjapake) kudu (karangan atau pembentukan bahasa dengan aturan tertentu (pasti) dengan cara membacanya harus dilagukan dengan seni suara).

(35)

commit to user

Sementara itu, tembang menurut Martopangrawit adalah vokal yang berhubungan dengan karawitan (musik Jawa) seperti sindhenan, bawa, gerong, sulukan, sekar ageng, sekar tengahan, dan sekar macapat (Martopangrawit, 1975: 3)

Tembang biasanya dilagukan dengan iringan gamelan Jawa yang

memiliki bentuk yang bermacam-macam seperti bawa, lagon, ada-ada, gerongan, sindhenan, dan rambangan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Murdiati dan Untung Muljono sebagai berikut.

Tembang adalah nyanyian Jawa atau vokal Jawa yang diiringi gamelan Jawa dan tembang itu sendiri bentuknya ada bermacam-macam di antaranya bawa,lagon, ada-ada, gerongan, sindhenan, dan rambangan. Bawa adalah vokal tunggal yang dilakukan seorang pria atau wanita, tanpa iringan gamelan dan pada akhir bawa diterima gendhing. Dengan kata lain adalah introduksi oleh vokal tunggal untuk mengawali gending tertentu. Lagon adalah vokal yang dilakukan oleh beberapa pria secara bersama (koor). Ada-ada adalah bentuk lagu yang dibawakan oleh beberapa orang (koor) pada umumnya menggambarkan suasana tegang dan marah. Gerongan adalah tembang yang dibuat dan disesuaikan dengan gendingnya. Sindhenan adalah vokal tunggal yang dilakukan oleh wanita atau pesindhen dengan pola gendhing yang disajikan. Rambangan adalah vokal tunggal yang dilakukan seorang pria atau wanita dengan menggunakan tembang macapat dan diiringan dengan beberapa instrumen gamelan.

Pengertian tembang seperti di atas senada dengan apa yang diungkapkan oleh Suyoto dkk yang tertuang dalam laporan penelitian yang berjudul Bawa Kaitannya dengan Gendhing (1996) bahwa tembang adalah sajian vokal dalam karawitan yang meliputi sindhenan, palaran, gerong, dan bawa. Sementara itu, Darsono dkk, (1995:2) dalam laporan

(36)

commit to user

penelitiannya yang berjudul Perkembangan Musikal Sekar Macapat di Surakarta menyatakan bahwa tembang adalah vokal pria atau wanita dalam karawitan Jawa yang mencakup sekar ageng, sekar tengahan, dan sekar macapat (Darsono, 1995:2)

Kata tembang merupakan merupakan bahasa Jawa ngoko, dan

bahasa kramanya adalah sekar. Tembang atau sekar itu hasil atau manfaat

dari bahasa yang edi endah -kata

yang terikat oleh aturan-aturan tertentu yaitu lagu (Sutardjo, 2011:8) Sementara itu yang dimaksud macapat adalah sekar waosan yang keempat sebagai mana yang diungkapkan oleh R.Ng Ranggawarsita dalam bukunya yang berjudul Mardawalagu seperti berikut:

Mungguh kang diarani matja-pat lagu iku, tegese tembang wewacan kang kaping pat, kang diarani tembang cilik, ija kaya lelagoning wewatjan lajang djarwa, awit saka panganggite Kangjeng Susuhunan ing Giri Kedhaton, bandjur kababarake dening Sunan ing Benang, waratane marang wali kabeh nganti tumeka ing saprene iki. Dene wewatone padha uga karo tembang tengahan, ora nganggo angetung pada pala, mung ngetung pada lingga bae, ija nganggo kaupakara lungguhe tibaning dhong dhing ing dalem sapada-linggane nganti tumekaning pada gedhe sarta ora mesthi etunge lingganing sarta ing dalem sapada lingsa mau iku (R.Ng Ranggawarsita, 1957:15)

Yang dimaksud macapat itu, maksudnya tembang bacaan yang ke empat, yang disebut juga dengan tembang cilik, ya seperti lagu-lagu dalam bacaan serat Jarwa, yang merupakan karya Kangjeng Susuhunan Giri Kedaton terus disebarluaskan lebih lanjut oleh Sunan Bonan, merata ke para wali semua sampai sekarang ini. Sedangkan aturannya sama dengan tembang tengahan, tidak menghitung pada pala, hanya menghitung pada lingganya saja, iya juga memperhatikan dhongdhing dalam setiap sapada-lingganya sampai ke pada gedhe

(37)

commit to user

serta tidak harus menghitung pada lingganya serta di dalam sapad-lingsa itu tadi.

Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa sekar macapat disebut juga dengan istilah sekar cilik. Sekar cilik pernah dipakai oleh Kangjeng Susuhunan Giri dalam menyusun layang jarwa dan kemudian diturunkan ke Sunan Bonang dan akirnya kita terima seperti sekarang.

Maca Pat Lagu adalah sekar waosan yang keempat yang dikenal dengan nama macapat atau sekar alit. Satu bait sekar macapat disebut pada, sedangkan baris-baris macapat disebut gatra. Perbedaan sekar macapat yang satu dengan macapat yang lain dapat dilihat pada guru lagu dan guru wilangan. Guru lagu adalah bunyi huruf hidup (vokal) pada akhir baris, sedangkan adalah jumlah suku kata dalam setiap barisnya (Darsono, 1995:3-4)

Macapat menurut Karsono (2001) adalah suatu bentuk puisi Jawa

yang menggunakan bahasa Jawa baru, diikat oleh persajakan yang meliputi guru gatra, guru wilangan, dan guru lagu.

Macapat memiliki aturan atau persajakan yang meliputi: (1)guru gatra, yaitu baris yang terdapat dalam satu bait tembang, (2) guru lagu, yaitu jatuhnya suara atau dong dingnya suara diakhir baris, dan (3) guru wilangan, yaitu jumlah suku kata setiap baris

Jadi yang dimaksud tembang macapat adalah suatu bentuk

karangan dengan menggunakan bahasa Jawa baru yang diikat oleh persajakan tertentu dan cara membacanya dengan dilagukan.

(38)

commit to user

j. Jenis Tembang Macapat

Menurut Subalidinata (1968: 89) tembang macapat terdiri dari sembilan macam yaitu: pocong, maskumambang, mijil, kinanti, durma, asmaradana, pangkur, sinom, dandanggula.

Karsono (2001) mengelompokan pola persajakan atau metrum macapat menjadi tiga golongan yaitu: (1) metrum sekar macapat asli, meliputi dandanggula, sinom, asmaradana, durma, pangkur, mijil, kinanthi, maskumambang, pocong, (2) metrum sekar tengahan yang

sudah dianggap sebagai metrum macapat, meliputi jurudemung,

wirangrong, balabak, gambuh, dan dhudhukwuluh (megatruh), (3) metrum sekar ageng yang sering muncul bersama dengan macakup, yakni girisa.

R.Ng Ranggawarsita (1957:15) menjelaskan bahwa jenis tembang macapat terdiri dari delapan jenis yakni dhandhanggula, mijil, asmaradana, sinom, pangkur, durma, kinanthi, dan pocong.

Padmosoekotjo (1960:28) menjelaskan bahwa tembang macapat pada mulanya terdiri dari sembilan, yakni dhandhanggula, kinanthi, pocong, asmaradana, pangkur, durma, mijil, sinom, dan maskumambang. Selanjutnya tembang macapat berkembang menjadi lima belas jenis dengan tambahan tembang girisa, wirangrong, jurudemung, dan balabak. Keempat jenis tembang tersebut sebelumnya termasuk jenis tembang tengahan.

(39)

commit to user

Gunawan Sri Hastjarja (tanpa tahun) dalam buku macapat menjelaskan bahwa tembang macapat berjumlah dua belas jenis, yakni dhandhanggula, sinom, kinanthi, pangkur, asmaradana, mijil, durma, pocong, maskumambang, megatruh, dudukwuluh, dan gambuh (Gunawan Sri Hastjarja, t.th:1-95)

R.S Tjiptasoehardja menjelaskan bahwa tembang macapat ada sebelas jenis dan mengalami perubahan yaitu bertambah empat jenis sehingga jumlahnya menjadi lima belas jenis, yakni dhandhanggula, sinom, pangkur, asmaradana, kinanthi, mijil, durma, maskumambang, gambuh, megatruh, pocong, jurudemung, balabak, wirangrong, dan girisa (R.S Tjiptasoehardja, 1969: 17-18 )

M. Soeharto menjelaskan bahwa tembang macapat berjumlah sebelas jenis yakni pocong, maskumambang, megatruh, gambuh, kinanthi, mijil, pangkur, durma, asmaradana, sinom dan dhandhanggula (M Soeharto, 1978:96)

Sementara itu, Sutardjo (2011) mengatakan bahwa tembang macapat berdasarkan perkembangan kesasteraan, sekarang berjumlah sebelas, yaitu pucung, maskumambang, mijil, kinanti, durma, asmaradana, pangkur, dandanggula, sinom, megatruh, dan gambuh.

Dari keterangan di atas terlihat bahwa para ahli terdapat perbedaan pendapat. Meski demikian, jika kita cermati tembang macapat yang beredar di masyarakat sekarang terdiri dari sebelas jenis, yakni pocung,

(40)

commit to user

gambuh, pangkur, durma, maskumambang, megatruh, mijil, kinanthi, asmarandana, sinom, dhandhanggula

k. Watak Tembang Macapat

Tembang macapat dalam membacanya harus dilagukan dan harus memperhatikan watak agar tercipta rasa yang mendukung suasana yang diinginkan. Menurut Tedjohadisumarto (1958), Soedjono (1964), Gunawan Sri Hastjarjo (1978), Sadjijo Prawiradisastra (1991), Sukiyat (1997) tembang macapat memiliki watak sebagai berikut.

1. Pucung

Pucung berwatak sesuka hati, ceroboh, lucu

dan menggelikan; selain itu tembang pucung juga mempunyai watak kurang bersemangat, lemah, narima, tidak sungguh-sungguh, sereng ampang. Tembang pucung itu dalam karawitan Jawa sering digunakan

untuk mengiringi seni pertunjukan wayang atau tari untuk

menggambarkan suasana menggelikan dan kurang kesungguhan. Tembang pucung biasa digunakan untuk sembranan, cerita lucu dan menyenangkan. Perhatikan tembang pucung dibawah ini.

Bapak pucung dudu watu dudu gunung sabamu ing sendhang

pencokanmu lambung kering

prapteng wisma si pocung mutah guwaya Terjemahan:

Bapak pucung bukan batu bukan gunung kelanamu di sendang,

hinggapmu di pinggul kiri,

(41)

commit to user

2. Gambuh

Gambuh memiliki watak bergairah, keras hati, marah, sereng antep, bersemangat tetapi agak prihatin. Tembang ini lebih tepat untuk memberi nasehat, cinta kasih yang membara, atau untuk suasana yang romantis. Tembang gambuh itu sering untuk mengiringi pertunjukan tari

atau wayang dengan adegan yang bersuasana marah pada adegan

perang. Perhatikan tembang gambuh berikut. Samengko ingsun tutur,

sembah catur supaya lumuntur, dingin raga cipta jiwa rasa kaki, ing kana lamun tinemu,

tandha nugrahaning Manon

(Serat Wedhatama pupuh IV, bait 1) Terjemahan:

Kini aku memberi nasehat,

empat macam sembah agar mengalir, pertama sembah raga cipta,

jiwa dan rasa anakku, di dalam itu jika ketemu, tanda memperoleh anugrah

3. Pangkur

Pangkur mempunyai watak bergairah, keras hati, marah, sereng antep, bersemangat tetapi agak prihatin. Tembang pangkur cocok untuk memberi nasehat, cinta kasih yang membara atau suasana yang romantis. Tembang pangkur sering digunakan untuk pertunjukan wayang untuk menggambarkan suasana marah, jatuh cinta, atau adegan tegang. Misalnya pada adegan perang kembang (perang seoarang satria dengan raksasa buta cakil) dalam wayang kulit. Dalam wayang orang sering diiringi dengan

(42)

commit to user

pangkur palaran yang mempunyai rasa sereng atau marah. Perhatikan kutipan di bawah ini.

Mingkar mingkuring angkara, akarana karenan mardi siwi, sinawung resmining kidung, sinuba sinukarta,

mrih katarta pakartine ngelmu luhung, tumprape wong tanah Jawa,

agama ageming aji,

(Serat Wedhatama pupuh I bait 1) Terjemahan:

Menghindari angkara,

karena keinginanya mengajar anak, yang termuat dalam keindahan puisi, dihias dipercantik,

agar mudah dipahami ilmu yang luhur, bagi orang Jawa,

Agama yang dipakai oleh para raja

4. Durma

Tembang durma mempunyai watak keras, marah, greget, buas,

ganas, kemarahan yang luar biasa. Tembang ini cocok untuk

mengungkapkan rasa marah. Tembang durma digunakan untuk pethilan atau wayang pada adegan yang sereng atau untuk adegan tantang-tantangan (sesumbar) sebelum peperangan terjadi.

Gajah Pagon muntap krodha mamrep mengsah, peteng madyaning jurit,

lebu ngampak-ampak, singa katrajang bubar, buta wilis mapak jurit, tan dangu pejah, sang Wilalungin kanin,

(Serat Ranggalawe, pupuh XIII, bait 6 dalam Karsono H Saputra )

(43)

commit to user

Terjemahan:

Gajah Pagon menghadapi mungsuh sangat marah, suasana dalam pertempuran gelap,

debu gulung-gumulung,

siapapun yang diterjang tercerai-berai, buta wilis menghadapi perang,

tewas tak lama kemudian, Wilalulangpun terluka

5. Maskumambang

Maskumambang mempunyai watak sedih, nalangsa, prihatin,

memelas dan nglokro . Tembang ini cocok untuk

melukiskan perasaan sedih, memilukan, penyesalan, terlunta-lunta akibat nasip yang malang. Tembang maskumambang untuk mengiringi tari atau wayang misalkan adegan Sinta di Taman Soka Alengkadiraja atau adegan putri cina bertanding dengan Adaninggar dalam pethilan Adaninggar Kelaswara, untuk merebut Wong Agung Jayengrana. Bisa juga dugunakan dalam cerita wayang sebagai berikut.

Gereng-gereng Gathutkaca sru anangis sambate mlas arsa

luhnya marawayan mili gung tinameng astanira (Abimanyu kerem)

Terjemahan:

Gereng-gereng Gathutkaca menangis dengan keras rintihannya sangat memilikan

air matanya menetes dipipi

selalu ditangkap dengan tangannya

Tembang maskumambang juga cocok digunakan untuk memberi nasehat. Hal ini tampak pada kutipan berikut.

Wong tan manut pitutur wong tuwa ugi, anemu duraka,

(44)

commit to user

ing donya tumekeng akhir,

tan wurung kasurang-surang (Serat Wulang Reh, pupuh V bait 5) Terjemahan:

orang yang tidak menurut orang tua, akan menalami durhaka,

di dunia sampai akhirat, hidup akan terlunta-lunta

6. Megatruh

Tembang megatruh mempunyai watak sedih, getun

nglangut tanpa harapan, nalangsa dan gelisah. Tembang ini cocok untuk melukiskan suasana yang mengandung rasa sedih, kecewa dan putus asa karena putus cinta. Perhatikan kutipan berikut.

Ri paduka tan pegat denya manekung, atarak brata wus lami,

supe dhahar lawan nginum, puwara sang prameswari, langkung welase ing batos,

(Serat Ranggalawe, pupuh XVII, bait 8 dalam Karsono H Saputra)

Terjemahan:

Adik paduka tiada henti bersemedi, bertapa sudah lama,

lupa makan dan minum, sehingga prameswari, sangat prihatin dalam batin

7. Mijil

Mijil mempunyai watak prihatin dan cinta kasih. Tembang ini cocok untuk mengungkapkan rasa cinta kasih, prihatin atau nasehat-nasehat tentang asmara.

(45)

commit to user

Abot lakuning janma utami, angel yen ginayuh,

para pandhita wali lakune, tyas ira wus pindha jalanidhi, tan akagyat osik,

ing jagad kadulu,

(Serat Sasanasunu, pupuh XIV bait 24 dalam Karsono H Saputra)

Terjemahan:

Beratlah laku manusia utama, sulit jika dicapai,

lakunya pandita dan wali, yang hatinya bagaikan samodra, tak terkejut pada perubahan, dunia yang tampak.

8. Kinanthi

Kinanthi mempunyai watak senang dan kasih sayang, riang gembira, cinta kasih. Tembang ini cocok untuk memberikan nasehat atau pemaparan kasih sayang, bercumbu rayu. Di bawah ini contoh tembang kinanthi.

Lan wong anom puniku, kang kanggo ing mangsa iki, andhap asor dipunsimpar, umbag gumungguning dhiri, obrol umuk kang den gulang, kumenthus lawan kumaki

(Serat Wulang Reh karya Pakubuwana IV, pupuh II bait 8)

Terjemahan:

Dan orang muda itu, yang digunakan saat ini, rendah hati dibuang, mengagunkan diri,

omong kosong yang dipelajari,

(46)

commit to user

9. Asmaradana

Tembang Asmaranda mempunyai watak kasih sayang, sedih, cinta, asmara, sengsem. Tembang ini cocok untuk melukiskan hal-hal yang mengandung rasa kasih sayang, asmara. Seni pertunjukan Jawa sering menggunakan tembang ini untuk mengiringi langendriyan. Perhatikan kutipan di bawah ini.

Gegaraning wong akrami, dudu bandha dudu rupa, amung ati pawitane, luput pisan kena pisan, yen gampang luwih gampang, yen angel-angel kalangkung, tan kena tinumbas arta,

(Petikan dari bawa tembang Setya Tuhu ) Terjemahan:

Modalnya orang berumah tangga, bukan harta bukan kecantikan, hanya hati modalnya,

lepas sekali kena sekali, jika mudah lebih mudah, jika sulit akan semakin sulit, tidak bisa dibeli dengan uang. 10. Sinom

Tembang Sinom memiliki watak lincah, cerdas, kasih sayang, riang gembira tetapi juga berwatak sereng greget. Tembang ini cocok untuk melukiskan kelincahan gerak, memberikan nasehat. Di bawah ini contoh teks tembang sinom.

Lamun sira paksa nulad, tuladhaning kangjeng nabi, o ngger kadohan panjangkah, watake tan betah kaki,

sarehne sira Jawi, sathithik bae wus cukup,

(47)

commit to user

away guru aleman,

nelad kas ngeplegi pekeh,

lamun pengkuh pengangkah yekti karahmat. (Serat Wedhatama, pupuh II bait 10)

Terjemahan:

Seandainya engkau terpaksa meniru, teladan Kangjeng Nabi,

O nak..terlalu jauh,

biasanya tidak mampu nak.., karena engkau orang jawa, sedikit saja sudah cukup, janganlah gila pujian, meniru persis fikih,

jika kuat dalam kemauan niscaya memperoleh rahmat

11.Dhandhanggula

Tembang Dhandhanggula mempunyai watak menyenangkan dan menggembirakan. Tembang ini dapat digunakan dalam berbagai keperluan karena sifatnya yang luwes. Masyarakat Jawa sering menggunakan untuk

midodareni malam hari pernikahan. Tembang

Dhandhanggula juga sangat cocok untuk memberi nasehat. Ini tampak pada kutipan berikut.

Wonten malih tuladha prayogi, satriya gung nagari Ngalengka, Sang Kumbakarna arane, tur iku warna diyu,

suprandene nggayuh utami, duk awit prang Ngalengka, dennya darbe atur,

mring raka amrih raharja,

Dasamuka tan kengguh atur yekti, amung mungsuh wanara.

(Serat Tripama, bait 3 dalam Karsono) Terjemahan:

Adalagi contoh yang baik,

(48)

commit to user

Sang kumbakarna namanya, apalagi berwujud raksasa,

meski demikian ingin merengkuh kemuliaan, sejak perang Alengka dimulai,

ia memiliki nasehat,

kepada kakak agar (hidup) sejahtera, Dasamuka tidak menghiraukan nasehatnya, karena hanya mungsuh kera

l. Tembang macapat di SMP

Berdasrkan silabus di SMP Kabupaten Magetan, kompetensi

tentang tembang macapat hanya diberikan pada kelas VIII dan IX. Kompetensi tembang tidak terdapat pada kelas VII. Kompetensi dasar pada kelas VIII SMP di Magetan terdiri atas (1) menemukan ciri dan jenis tembang macapat, dan (2) menemukan isi dan pesan tembang macapat. Keduanya dipelajari pada semester satu.

Kompetensi dasar menemukan ciri dan jenis tembang macapat memiliki indikator (a) mampu mengidentifikasi jenis tembang melalui guru lagu, guru gatra, dan guru wilangan ketika tembang tersebut diperdengarkan secara tepat, dan (b) dapat secara kreatif dan inovatif dalam membuat tembang macapat yang terkait dengan kegiatan sehari-hari.

Kompetensi dasar menemukan isi dan pesan tembang macapat memiliki indikator: (1) mampu memberi tanggapan secara kritis dengan basa ngoko/ basa krama mengenai isi tembang macapat, (2) mampu memberi tanggapan dengan penuh rasa percaya diri dalam basa ngoko/ basa krama pesan yang terdapat dalam tembang macapt, dan (3) mampu

(49)

commit to user

melantunkan salah satu tembang macapat dengan kepercayaan diri yang kuat

Pada kelas IX hanya ada satu kompetensi dasar tentang tembang macapat, yaitu kompetensi dasar membuat tembang macapat sesuai dengan kaidah. Pada kompetensi dasar ini siswa diharapkan mampu membuat tembang macapat berdasarkan kaidah-kaidah tembang macapat, seperti guru gatra, guru lagu, dan guru wilangan. Guru gatra adalah jumlah baris setia pada atau bait. Guru lagu adalah bunyi suara vokal diakhir baris, dan guru wilangan jumlah suku kata dalam setiap baris. Setiap tembang dibedakan atas dasar kaidah ini. Secara khusus siswa kelas IX diharapkan mampu membuat Tembang macapat seperti Kinanti, Asmaradana, Sinom, Megatruh, Dhandhanggula, Maskumambang.

Tembang kinanthi memiliki kaidah sebagai berikut: (1) dalam satu pada atau bait terdiri atas enam baris, (2) baris pertama sampai baris keenam memiliki suku kata yang sama, yakni delapan suku kata. (3) memiliki guru wilangan 8-u,8-i, 8-a, 8-i, 8-a, dan 8-i.

Tembang asmarandana memiliki kaidah sebagai berikut: (1) dalam

satu pada atau bait terdiri atas tujuh baris atau gatra, (2) baris pertama terdiri atas delapan suku kata, baris kedua terdiri atas delapan suku kata,, baris ketiga terdiri atas delapan suku kata, baris keempat terdiri atas delapan suku kata, baris kelima terdiri atas tujuh suku kata, baris keenam terdiri atas delapan suku kata, baris tujuh terdiri atas delapan suku kata,

(50)

commit to user

dan baris kedelapan terdiri atas tujuh suku kata, dan (3) memiliki guru wilangan 8-i, 8-a, 8-e, 8-a, 7-a, 8-u, dan 8-a

Tembang sinom memiliki kaidah sebagai berikut: (1) dalam satu pada terdiri atas sembilan baris, dan (2) memiliki guru wilangan dan guru lagu 8-a, 8-i, 8-a, 8-i, 7-I, 8-u, 7-a, 8-I, dan 12-a. Tembang sinom termasuk tembang yang memiliki baris yang banyak, yakni sembilan baris

Tembang megatruh memiliki kaidah sebagai berikut: (1)dalam satu pada atau bait terdiri atas lima baris, dan (2) memiliki guru wilangan dan guru lagu 12-u, 8-a, 8-u, 8-I, dan 8-o. Tembang megatruh termasuk tembang yang memiliki gatra sedang, yakni lima gatra

Tembang dhandhanggula memiliki kaidah sebagai berikut: (1) dalam satu pada atau bait terdiri atas sepuluh baris, dan (2) memiliki guru wilangan dan guru lagu 10-i, 10-a, 8-e, 7-a, 9-i, 7-a, 6-u, 8-a, 12-i, dan 7-a. Tembang dhandhanggula termasuk tembang yang memiliki gatra yakni lima gatra banyak, yakni sepuluh baris.

Tembang maskumambang memiliki kaidah sebagai berikut: (1) dalam satu pada atau bait terdiri atas empat baris, dan (2) memiliki guru wilangan dan guru lagu 12-i, 6-a, 8-i, dan 8-a. Tembang maskumambang termasuk tembang yang memiliki gatra sedikit, yakni hanya empat gatra saja.

Gambar

Tabel 1. Komponen Sikap
Gambar 1. Sikap siswa dalam mengikuti pelajaran
Tabel  3.  Nilai  kemampuan  menemukan  isi  dan  pesan  tembang  macapat siklus I
Gambar  3.  Guru  memancing  siawa  untuk  aktif  dalam  pembelajaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini sudah dilakukan lembaga pengelola zakat (BAZ/LAZ) di Indonesia dalam medayagunakan zakat profesi secara produktif yang lambat laun dapat meningkatkan

Pengaruh Pemberian Jus Buah Pare (Momordica charantia) Dosis Bertingkat terhadap Kenaikan Kadar Kolesterol Total Serum Tikus Jantan Galur Wistar yang Diberi Pakan

Hasil penelitian ini bagi perusahaan Samsung diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam mempertahankan produk dan konsumennya serta

(2) Keanggotaan TABG sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas unsur-unsur perguruan tinggi, asosiasi profesi, masyarakat ahli (adat) dan instansi Pemerintah Daerah yang

Hasil pengujian dianalisis dengan menggunakan program POLO PC (LeOra Software 1987) untuk mengetahui konsentrasi yang dapat mematikan 50% serangga uji (LC 50 ) dan LC 95

Kelompok Kerja (Pokja) Pengadaan Barang Unit Layanan Pengadaan (ULP) pada SKPD19 Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banjar akan melaksanakan Pelelangan Sederhana untuk

belajar IPA yang diperoleh pada saat posttest dibandingkan dengan hasil pretes, yaitu Nilai rata-rata posttest pada siklus I yaitu 71,4 dengan persentase siswa

Hasil dari penganalisisan dalam penelitian ini menyatakan rincian jenis kebutuhan neurotik yang digunakan dalam novel Calabai karya Pepi Al-Bayqunie adalah: (1) kebutuhan