• Tidak ada hasil yang ditemukan

commit to user Sang kumbakarna namanya,

5. Hakikat Quantum Learning a. Pengertian Quantum Learning

Istilah quantum berasal dari ilmu fisika yang berarti energi cahaya. Dalam pembelajaran, quantum learning merupakan interaksi yang mengubah energi menjadi "cahaya". Energi cahaya ini diperoleh melalui interaksi yang terjadi dalam pembelajaran. Hal ini sebagai mana diungkapkan oleh DePorter dan Henacki dalam bukunya yang berjudul

Quantum Learning Unleashing The Genius In You sebagai berikut.

-know formula in quantum physics is Matter times the Speed of Light Squared equals Energy. You may heve seen this ekspresed as E=mc2.

Our phisycsal bodies are matter. As learners, it is our purpose to experience as much light as possible: interaction, connections, inspirations so as to produce radiant energy. (DePorter dan Hernacki, 1992: 16)

Kami mendefisinikan Quantum Learning sebagai interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Semua kehidupan adalah energi. Rumus yang terkenal dalam quantum fisika adalah Massa kali kecepatan cahaya quadrat sama dengan energi. Mungkin anda sudah pernah melihat persamaan ini sebagai E=mc2.

Tubuh kita secara fisik adalah materi. Sebagai pelajar, tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya; interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya.

Sebagai pelajar tujuannya adalah meraih sebanyak mungkin prestasi melalui proses interaksi yang terjadi dalam lingkungan belajar. Potensi siswa diasah, diberdayakan secara maksimal, ditumbuh-kembangkan secara baik dalam lingkungan belajar yang menggembirakan,

commit to user

jauh dari rasa takut dan ragu, sehingga menjadi potensi yang nyata dalam bentuk prestasi yang menakjubkan.

Quantum learning menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas (Miftahul, 2011:21). Begitu pentingnya lingkungan belajar maka ruang kelas ditata sedemikian rupa dengan memperhatikan kebutuhan pembelajar. Ruang kelas yang difokuskan pada kelompok teman sejawat menyediakan lingkungan yang tidak mengancam yang mana siswa termotivasi untuk menjelaskan makna mereka, mengeksplor berbagai sudut pandang dan memodifikasi pemahaman mereka, yang dipercaya bermanfaat bagi konstruksi pengetahuan dan perkembangan kognitif siswa. (Yen-Chi Fan, 2012:114)

Quantum leraning merupakan interaksi yang mengubah energi

menjadi cahaya. Quantum teaching merupakan orkestra sekitar lingkungan belajar. Maka dari itu, interaksi meliputi banyak aspek pembelajaran efektive yang mempengaruhi prestasi siswa. Hal ini sebagaimana diungkapkan Deporter sebagai berikut.

Quantum learning is the interaction which changes the energy to be the light. Thus quantum teaching is an orchestra of surround learning moment.The interaction include many aspects of effective learning influencing student achievement. The interaction change the student ability and their natural talent to be the light that will be useful for them and other (Diah Ayu Kusumaningtyas,

2011:26)

Quantum learning adalah interaksi yang mengubah energi

commit to user

dari peristiwa belajar disekeliling. Interaksi meliputi banyak aspek pembelajaran yang mempengaruhi prestasi siswa. Interaksi mengubah kemampuan siswa dan bakat alami mereka menjadi cahaya yang bermanfaat bagi mereka dan yang lainnya.

Selanjutnya Hernowo (2002:228) mengartikan quntum learning sebagai interaksi yang terjadi dalam proses belajar sehingga mampu mengubah potensi yang ada pada diri manusia menjadi pancaran dalam memperoleh hal-hal baru untuk ditularkan kepada orang lain ( Ellen Indera Sari: 2009, 40)

Istilah quantum dalam quantum learning mempunyai pengertian keragaman atau variasi. Quantum Learning dapat dimaknai sebagai belajar dengan memperhatikan beragam cara atau belajar dengan cara yang bervariasi (Andayani, 2009: 110)

Sementara itu menurut Iskandarwassid dan Dadang Sunendar

quantum adalah banyaknya (jumlah) sesuatu. Dalam konteks

pembelajaran bahasa, bermakna banyaknya faktor yang terlibat dalam pembelajaran bahasa. Pendekatan ini mengutamakan percepatan belajar dengan cara keikutsertaan peserta didik dalam melihat potensi diri dalam kondisi penguasaan diri (2009: 61). Pendekatan ini tidak hanya berfokus pada guru yang menyajikan lebih dari sekedar bimbingan pada pendidikan, tetapi ini menempatkan siswa sebagai garis terdepan dari pendidikan mereka. Sebagai hasilnya, murid lebih terlibat aktif dalam isi dan lebih berpartisipasi dalam kelas (Petress dalam Crosby, B., 2012: 92). Pembelajaran aktif telah menjadi fokus penting pada waktu perubahan pedagogik saat ini. Ketika

commit to user

istilah meliputi praktek, pembelajaran kolaboratif atau kelompok kerja kecil, menyisakan sebuah elemen penting dari teori dan praktek yang aktif (Davis dalam Burke. 2011: 87)

Jadi pembelajaran quantum learning adalah pembelajaran yang memanfatkan segala potensi yang ada, pembelajaran dengan menempatkan siswa secara aktif, belajar dengan cara yang bervariasi untuk mendapatkan hasil pembelajaran yang menakjubkan.

Menurut Nyoman S. Degeng (2005), kelahiran quantum learning sebagai model pembelajaran di Indonesia, pada mulanya diawali dengan adanya praanggapan bahwa manusia Indonesia terjangkit virus keseragaman. Keseragaman ini meliputi sentralistik dan uniformistik yang mewarnai pergemasan dunia pembelajaran. Keseragaman yang menjangkiti dunia pembelajaran ini mengakibatkan kegagalan dalam pembelajaran itu sendiri. karena berlawanan dengan hakikat murid yang sebenarnya memiliki keberanekaragaman. Terlebih lagi, pemaksaan melalui tindakan keseragaman dalam pembelajaran terhadap murid akan menjauhkan dari keberhasilan belajar (dalam Andayani, 2009: 110).

Berkenaan dengan hal itu Nyoman S. Degeng (2005) menyebutkan bahwa pendekatan quantum learning ini sebagai "orkestra pembelajaran" dengar arti pembelajaran yang penuh dengan suasana bebas, Santai, menakjubkan, menyenangkan. dan menggairahkan. Dengan penciptaan suasana seperti itu, dapat: (1) dibangun motivasi; (2) ditumbuhkan simpati dan saling pengertian; (3) dibangun sikap takjub kepada pembelajaran; (4)

commit to user

dibangun perasaan saling memiliki: dan (5) dapat memberikan keteladanan (dalm Ellen Indrasari, 2009: 50).

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan quantum learning, dimana guru harus membawa pikiran siswa ke dalam pikiran guru dan sebaliknya pemikiran guru menjadi pemikiran siswa. Dengan demikian, ada kedekatan secara psikologis antara guru dengan siswa. Guru juga harus mengenali gaya belajar siswa, apakah gaya belajarnya visual (mementingkan segala sesuatu yang dilihat), apakah auditif (mementingkan pendengaran), apakah kinestik (memerlukan gerakan).

Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Derek Bok (2006) dan Weimer ( 2002), menyatakan bahwa pendidikan yang lebih tinggi dituntut untuk merubah pengalaman belajar kelas dari siswa yang mendengarkan ceramah, mengerjakan soal dan mengingat fakta menjadi pengalaman kelas yang menyelesaikan masalah dan siap menuju kehidupan yang bermakna (Jones and Hilaire, 2012: 34)

Hal-hal yang perlu dilatih dalam kemampuan quantum learning ini menurut Mike Hernacki (2005:24) adalah: (1) cara siswa memusatkan perhatian (konsentrasi), (2) cara mencatat yang benar. (3) cara belajar menyiapkan ujian, (4) cara membaca cepat, dan (5) cara menumbuhkan ingatan jangka panjang (long time memory).

Dalam pelaksanaannya quantum learning memiliki petunjuk yang bersifat spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang bahan ajar, menyampaikan isi pembelajaran, dan memudahkan

commit to user

proses belajar (DePorter dkk, 2011 : 32). Selain itu, DePorter juga menguraikan cara-cara efektif pelaksanaan quantum learning sebagai berikut: (1) partisipasi dengan cara mengubah keadaan kelas dari kelas yang biasa menjadi kelas yang menarik; (2) memotivasi dan menumbuhkan minat dengan menerangkan kerangka rancangan yang dikenal dergan singkatan TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan); (3) membangun rasa kebersamaan; (4) menumbuhkan dan mempertahankan daya ingat; dan (5) merangsang daya dengar anak didik. Semua itu pada hakikatnya akan menempatkan guru dan murid pada jalur cepat menuju kesuksesan belajar.

Pembelajaran quantum learning sesungguhnya merupakan ramuan atau rakitan dari berbagai teori atau pandangan psikologi kognitif dan pemrograman neurologi/neurolinguistik yang sejauh sebelumnya sudah ada. Hal ini seperti diungkapkan oleh DePorter dan Hernacki sebagai berikut.

Quantum Learning incorporates suggestology, accelerate learning techniques, and NLP with our own, and methods. It includes key concepts from many other learning theories and strategies including : Right/left brain theory, The triune brain theory, Modality preference (visual,auditory, Kinesthetic), Theory of multiple intelligences, Holistic education, Experriential learning, Metaphoric learning dan Simulation/gaming (DePorter dan Hernacki, 1992: 16)

Quantum learning menggabungkan sugestologi, teknik percepatan, dan NLP (Neo Linguistik Program) dengan teori, teknik dan metode kami sendiri. Termasuk diantaranya konsep-konsep kunci dari berbagai teori dan strategi belajar yang lain seperti: Teori otak kanan/kiri, Teori otak triune (3 in 1), Pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestetik), Pendidikan holistik

commit to user

(menyeluruh), Belajar berdasarkan pengalaman, Belajar dengan simbol dan Simulasi/permainan.

Dari gabungan berbagai teori tersebut, quantum learning tampil mengesankan dan diyakini mampu mengantarkan siswa meraih prestasi yang membanggakan. Ini sudah dibuktikan oleh DePorter sendiri di SuperCamp

Kegiatan pelaksanaan quantum learning mempunyai dua ciri.

Pertama, penataan lingkungan belajar yang tepat. Penataan lingkungan

belajar dilakukan guru sebagai mana kru panggung menata pentas untuk pementasan drama atau musik, segalanya dipersiapkan dengan cara menata ruang pentas mulai dari pencahayaannya, tata suara, setiap nuansa warna dan bentuk yang akan menentukan dan membantu penyampaian pesan kepada penonton. Hal ini sebagai mana dijelaskan DePorter dan Hernacki sebagai berikut.

much easier to develop and maintain a winning attitude. And a winning attitude make for a much more successful learner. When a stage crew is setting the stage for a play or musical production, it knows that attention to detail is important. The lighting, the sound, every nuance of color and shape determine the mood and help send the appropriate messages to audiance (DePorter dan

Hernacki, 1992: 66).

Ketika anda bekerja di lingkungan yang ditata dengan baik, maka lebih mudahlah mengembangkan dan mempertahankan sikap juara. Dan sikap juara akan menghasilkan pelajar yang lebih berhasil. Ketika kru panggung menata pentas untuk pementasan drama atau musik, ia mengetahui bahwa perhatian terhadap yang detail adalah hal yang penting. Pencahayaan, tata suara, setiap nuansa warna dan bentuk akan menentukan suasana dan membantu penyampaian pesan kepada penonton

commit to user

Apa yang diungkapkan DePorter tersebut senada dengan yang diungkapkan oleh Colin Rose (2007:179) dalam bukunya yang berjudul

Super Accelerated Learning bahwa lingkungan akan menjadi sarana yang

bernilai dalam membangun dan mempertahankan sikap positif jika ditata dengan baik.

Demikian pula terkait dengan penataan lingkungan belajar dimulai dengan penataan lingkungan belajar. Quantum learning menekankan pada penciptaan ruangan belajar yang sama dengan kru panggung, yaitu penciptaan lingkungan yang menyenangkan mulai dari penataan perabotan, bantuan visual (alat peraga) baik yang digunakan selama pembelajaran maupun yang tergantung di dinding kelas, tampilan guru "pleasant to look at", bila perlu didengarkan musik, semuanya merupakan kunci yang dapat menciptakan lingkungan belajar yang optimal.

Semua yang ditata tersebut bertujuan untuk menciptakan suasana belajar agar terjaga sikap gembira. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Colon Rose dkk (2007: 177) bahwa kemampuan untuk menikmati belajar dan belajar dengan gembira akan membawa siswa pada berbagai kegembiraan wilayah minat-minat baru. Dan dalam setiap wilayah, siswa akan menemukan begitu banyak kesempatan untuk ditelusuri sehingga siswa akan sibuk selamanya, belajar selamanya, dan terangsang selamanya dengan kerumitan-kerumitan dinia kita. Sebagai bonus terhadap tantangan menarik seumur hidup ini dan penemuan kepuasan diri, siswa akan semakin bernilai bagi lingkungan sekitar.

commit to user

Kegembiraan yang dimaksud bukan berarti menciptakan suasana ribut dan hura-hura. Kegembiraan tidak ada hubungannya dengan kesenangan yang sembrono dan kemeriahan yang dangkal. Namun,

dan terciptanya makna, pemahaman, nilai yang membahagiakan pada diri si pembelajar. Itu adalah kegembiraan yang melahirkan sesuatu yang baru. Dan kegembiraan ini jauh lebih penting untuk pembelajaran daripada segala teknik dan metode atau medium yang mungkin anda pilih untuk digunakan (Dave Meier, 2005: 36)

Kedua, quantum learning menerapkan falsafah belajar suggestologi atau suggestopedia. Metode pembelajaran suggestopedia adalah seperangkat pembelajaran yang direkomendasi yang diturunkan dari sugestologi. Hal ini sebagai mana yang diutarakan oleh Stevik (1972) sebagai berikut.

Suggestopedia, also know as Desuggestopedia, is a method developed by the bulgarian psychiatrist-educator Georgi Lozanove, Suggestopedia is specific set of learning recommendations derived from suggestologi, which Losanove

systematic study of the nonrational and/or nonconcious to ( Richard and Rodger, 2001 : 100 )

Sugestopedia, juga dikenal sebagai desugestopedia, adalah metode yang dikembangkan oleh pendidik psikiatris Bulgaria bernama Georgi Lozanove, Suggestopedia adalah seperangkat spesifik rekomendasi pembelajaran yang berasal dari istilah suggestologi, yang mana Losanov yang berfokus pada penelitian sistematis dari pengaruh merespon secara konstan.

commit to user

Lozanove menyakini bahwa suggestopedia dapat dan pasti mempengaruhi hasil pembelajaran dan setiap detail apapun memberikan sugesti positif dan negatif. Beberapa teknik yang digunakan untuk memberikan sugesti positif adalah mendudukkan murid secara nyaman, memasang musik latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu, memasang poster untuk memberi kesan besar sambil menonjolkan informasi, dan menyediakan guru-guru yang terlatih baik dalam seni pengajaran sugestif. Ini sebagaimana yang di ungkapkan oleh DePorter dan Hernacki (1992) sebagai berikut.

His premise is that suggestion can and does affect the outcome of the learning situation, and every single detail provides either positive or negative suggestion. Some of the techniques he uses to provide positive suggestion are seating students comfortably, using background music in the music in the classroom, increasing individual participation, using posters to suggest greatness while reinforcing information, and having a teacher well trained in the art of suggestive instruction (DePorter dan

Hernacki, 1992:14).

Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiapdetiail apa pun memberikan sugesti positif maupun negatif. Beberapa teknik yang digunakannya untuk memberikan sugesti positif adalah mendudukan murid secara nyaman, memasang musik latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu, memasang poster-poster untuk memberi kesan besar sambil menonjolkan informasi, dan menyediakan guru-guru yang terlatih baik dalam seni pengajaran sugestif.

Wujud sugesti yang lain dalam interaksi belajar disarankan oleh DePorter dan Hernacki (1992: 24) adalah komentar positif. Komentar positif akan membentuk kepercayaan pada diri siswa ketika belajar. Hal

commit to user

ini berarti bahwa quantum learning menghindari komentar negatif, misalnya guru mengatakan "Tidak jawaban itu salah, saya heran melihatmu".

Komentar negatif ini akan menyebabkan (1) siswa terguncang. sehingga benih-benih keraguan akan tertanam pada diri siswa. (2) dapat berhenti belajar dan secara tidak sadar akan menutupi atau menghalangi pengalaman siswa dalam belajar, dan (3) akan membuat perasaan siswa dalam belajar menjadi terasa tegang dan terbebani.

Maka dari itu, fasilitator harus peka terhadap sugesti sugesti negatif yang mungkin mereka masukkan ke dalam lingkungan belajar dan menggantinya dengan yang positif. Bahasa sugestif positif akan dipahami oleh orang secara keseluruhan dan karenanya berpengaruh besar pada hasil belajar (Dave Meier, 2005:111)

Berdasarkan kedua ciri dari quantum learning, maka pelaksanaan

quantum learning dalam kegiatan pembelajaran diarahkan pada (1)

suasana belajar yang menggembirakan (semuanya bermakna), dan (2) menekankan sugesti positif (pemberian komentar positif).

b. Sejarah Munculnya Quantum Learning

Pada awal penerapannya, model pembelajaran ini pertama kali dilakukan pada tahun 1982, yang dikenal dengan nama SuperCamp, sebuah program percepatan Quantum Learning yang ditawarkan Learning

commit to user

Forum, yaitu sebuah program pendidikan internasional yang menekankan

perkembangan keterampilan akademis dan keterampilan pribadi. Pada awalnya, program ini masih diragukan banyak orang akan keberhasilannya, tetapi setelah berjalan beberapa saat, sudah mulai menemukan dan melihat terobosan menuju ke arah yang benar. Akhirnya, program ini berhasil dan melampaui apa yang diharapkan. Hal ini dijelaskan sendiri oleh DePorter dan Hernacki sebagai berikut.

In the summer of 1982, our first group of sixty-four teenagers arrived at camp. Most of them were reluctant, suspicious, and not eager to cooperate. My own son was one of the

My partners and I werw apprehensive about the program as well, but as it go under way we began to see some amazing breakthroughs that told us we werw headed in the right direction. Ultimetely, it was more successful than we ever expected, and became a significant event in the lives of many of teens who attended (DePorter dan

Hernacki, 1992: 4-6).

Program tersebut di atas dilaksanakan dengan cara murid mengikuti pembelajaran dengan program menginap selama dua belas hari, siswa-siswa mulai dari usia sembilan hingga dua puluh empat tahun memperoleh kiat-kiat yang membantu mereka dalam mencatat, menghafal dan membaca cepat, menulis dan berkreasi, berkomunikasi dan melakukan kiat-kiat untuk meningkatkan kemampuan mereka menguasai berbagai hal dalam dalam kehidupan. Hasilnya menunjukkan bahwa murid-murid yang mengikuti program tersebut mendapatkan nilai yang lebih baik, lebih banyak berpartisipasi dan merasa lebih bangga akan diri mereka sendiri. (Vos-Groenendal,1991 dalam DePorter dkk, 2011:32)

commit to user

Quantum Learning oleh Learning Forum kemudian dikukuhkan

sebagai salah satu metodologi pembelajaran dalam bentuk rancangan pembelajaran, penyajian bahan ajar dan fasilitas pembelajaran yang tidak harus dilaksanakan di dalam sebuah SuperCamp namun dilaksanakan di kelas-kelas biasa. Quantum learning ini pada hakikatnya diciptakan berdasarkan pada adopsi terhadap teori-teori pendidikan seperti acceleated

learning (Mapes, 2003), multiple intelligences (Gardner. 1995: 104), experintiel learning (Hart. 1983: 109) dan elements of effective instruction

(Hunter, 1995: 4). Dalam hal ini quantum learning merangkaikan suatu model pembelajaran yang oleh asosiasi tersebut dianggap sebagai model yang efektif untuk dikembangkan menjadi sebuah model pembelajaran. Dikatakan demikian, karena dapat merangsang multi sensorik, multi kecerdasan, dan relevan dengan perkembangan otak pada masa anak-anak, sehingga pada akhirnya dapat mengembangkan kemampuan guru untuk memacu kemampuan murid agar berprestasi (Andayani, 2009:123).

Jadi quantum learning ditetapkan sebagai salah satu metodologi pembelajaran yang efektif yang tidak harus dilaksanakan di dalam sebuah

SuperCamp namun dilaksanakan di kelas-kelas biasa. Quantum learning

diciptakan berdasarkan pada adopsi terhadap teori-teori pendidikan seperti

acceleated learning, multiple intelligences, experintiel learning dan elements of effective instruction yang dianggap sebagai model yang efektif

untuk dikembangkan menjadi sebuah model pembelajaran, karena dapat merangsang multi sensorik, multi kecerdasan, dan relevan dengan

commit to user

perkembangan otak manusia, sehingga pada akhirnya dapat mengembangkan kemampuan guru untuk memacu kemampuan murid agar berprestasi.

c. Asas Utama Quantum Learning

Asas utama quantum learning adalah Bawalah Dunia Mereka ke

Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke dunia Mereka. Setiap bentuk

interaksi dengan pembelajar, setiap metode pembelajaran harus dibangun diatas asas ini. Asas ini memiliki maksud agar pengajar membangun jembatan yang otentik memasuki kehidupan pelajar sebagai langkah pertama (DePorter dkk, 2011:34-35). Setelah jembatan terbangun dan pengajar sudah memasuki dunia murid maka memudahkan pengajar menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan yang pengajar inginkan dan membawa mereka tetap belajar (Mitahul, 2011:27). Jika hal tersebut di atas mampu diterapkan, maka baik pembelajar maupun pengajar akan memperoleh pemahaman baru. Ini berarti dunia pembelajar diperluas, dan dunia pengajar diperluas. Disini dunia kita menjadi dunia bersama pengajar dan pembelajar. Inilah dinamika pembelajaran manusia selaku pembelajar (Sugiyanto, 2010:69).

Jadi jelas bahwa agar pengajar mampu mengajar dengan efektif dan efisien maka pengajar harus meraih hak mengajar dari murid terlebih dahulu. Hanya dengan cara ini, pengajar mampu memimpin, menuntun,

commit to user

dan memudahkan perjalanan mereka menuju kesadaran dan ilmu pengetahuan yang lebih luas.

d. Prinsip Utama Quantum Learning

Prinsip dapat diartikan (1) aturan aksi atau perbuatan yang diterima atau dikenal, dan (2) sebuah hukum, aksioma, atau doktrin fundamental.

Quantum learning juga dibangun diatas aturan aksi atau perbuatan yang

diterima atau dikenal dan atau sebuah hukum, aksioma, atau doktrin fundamental mengenai pembelajaran (Sugiyanto, 2010:69).

Ada lima prinsip utama yang mendasari quantum learning yaitu: 1. Segalanya berbicara

Dalam quantum learning, segala sesuatu mulai lingkungan pembelajaran sampai dengan bahasa tubuh pengajar, penataan ruang sampai sikap guru, mulai kertas yang dibagikan pengajar sampai dengan rancangan pembelajaran, semua mengirim pesan pembelajaran. 2. Segalanya bertujuan

Semua yang terjadi dalam proses pengubahan energi menjadi cahaya mempunyai tujuan. Tidak ada yang tidak bertujuan. Pengubahan bermacam-macam interaksi yang terjadi dalam atau diluar momen belajar memiliki tujuan. Baik pelajar maupun pengajar harus menyadari bahwa kejadian yang dibuatnya selalu bertujuan.

commit to user

Dokumen terkait