• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 4, No 3 (2015)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 4, No 3 (2015)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan

Jurnal Teknik Lingkungan,

Vol 4, No 3 (2015)

PENGARUH RASIO ND/D TERHADAP KEBUTUHAN AIR PELANGGAN PDAM KOTA

SEMARANG CABANG TIMUR

Ahmad Naufal*), Irawan Wisnu Wardana**), Ganjar Samudro**) Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Jl. Prof. H. Sudarto, S.H. Tembalang – Semarang, 50275 Email : jln.palemkuning@yahoo.com

Abstrak

Air merupakan kebutuhan pokok bagi manusia. Seiring dengan pesatnya perkembangan penduduk maka kebutuhan air bersih untuk masyarakat juga semakin meningkat. Peningkatan kebutuhan ini disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk, peningkatan derajat kehidupan warga, perkembangan kota/kawasan Non domestik dan Domestik, ataupun hal-hal yang berhubungan dengan peningkatan kondisi sosial ekonomi warga yang dibarengi dengan peningkatan jumlah kebutuhan air per kapita. Oleh sebab itu untuk mengimbangi meningkatnya kebutuhan air perlu adanya penelitian tentang kebutuhan air. Selama ini dalam merencanakan dan mengembangkan jaringan distribusi, PDAM masih menggunakan pedoman Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 18 Tahun 2007 untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan air seperti faktor jam puncak (peak hour), faktor harian maksimum (maximum day), dan besar pemakaian air rata-rata. Namun pedoman ini tidak dapat digeneralisir karena tiap wilayah memiliki karakteristik yang bervariasi. Rasio kegiatan Non Domestik dan domestik (ND/D) merupakan factor yang dapat mempengaruhi kebutuhan air disuatu wilayah. Penelitian ini menggunakan data Rasio ND/D dan pengukuran fluktuasi pemakaian air selama 14 hari. Dari hasil analisi didapat bahwa kebutuhan air per kapita wilayah pelayanan PDAM Kota Semarang Cabang Timur sebesar 136,4 liter/orang/hari, faktor jam puncak sebesar 1,624 dan faktor harian maksimum sebesar 1,294. Pengaruh Rasio ND/D juga menunjukkan memiliki pengaruh terhadap kebutuhan air rata-rata perkapita dimana semakin tinggi rasio ND/D maka kebutuhan air perkapita menjadi semakin kecil.

Kata kunci :Rasio ND/D, Kebutuhan air, Faktor jam puncak, Faktor harian maksimum.

Abstract

Water is a basic need for humans. this is because the rapid growth of population, the need for clean water for the community is also increasing. This increased need caused by increasing population, an increase in the degree of life of citizens, domestic and non-domestic activities, or matters relating to the improvement of social-economic conditions of citizens coupled with an increase in the number of per capita water demand. Therefore, to compensate for the increasing needs of water is need for research on water demand. During this time in planning and developing the distribution network, taps are still used Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 18 Tahun 2007 to determine the factors that influence water needs as a factor peak hour (peak hour), the maximum daily factor (maximum day), and a large water consumption on average. However, these guidelines can not be generalized because each region has varying characteristics. Non Domestic ratio and domestic activities (ND / D) is a factor that can affect water demand in a region. This study uses data ratio ND / D and measuring fluctuations in water usage for 14 days. From the analysis results obtained that the water demand per capita of service areas Semarang PDAM East Branch of 136.4 liters / person / day, peak hour factor of 1,624 and a maximum daily factor of 1.294. Influence ratio ND / D also appear to have an influence on the water needs of the average per capita wherein the higher the ratio ND / D, the per capita water needs become increasingly smaller.

(2)

PENDAHULUAN

Penggunaan air dalam kehidupan sehari-hari sangat beragam tergantung dari jenis pemakaiannya (Hariyanti, 1997). Berdasarkan fluktuasi pemakaian air ini dapat ditentukan standar perencanaan yaitu berupa perkiraan faktor jam puncak dan harian maksimum sehingga dapat mengoptimalkan produksi air dan meningkatkan pelayanan (Prasifka, 1993). Penelitian yang dilakukan di PDAM Cabang Timur, Kota Semarang, Jawa Tengah ini dilakukan untuk mengetahui pola pemakaian air di daerah tersebut, yang dimanfaatkan sebagai upaya ekspansi terhadap jaringan distribusi air minum PDAM.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18 Tahun 2007, mengatakan bahwa faktor harian maksimum pemakaian air berkisar antara 1,1 – 1,5 sedangkan faktor jam puncak pemakaian air berkisar antara 1,15 – 3. Menurut Syahputra (2000), faktor jam puncak dan harian maksimum yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum tidak dapat digeneralisir, karena belum tentu daerah yang satu dengan yang lainnya mempunyai faktor jam puncak yang sama. Dari uraian di atas, maka masih diperlukan adanya ekspansi jaringan distribusi air minum yang dapat memenuhi keinginan masyarakat mendapatkan air bersih yang sehat dengan mengetahui pola pemakaian air terlebih dahulu pada daerah tersebut.

METODOLOGI PERENCANAAN

Diagram alir penelitian pengaruh rasio ND/D terhadap factor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan air pelanggan PDAM Kota Semarang Cabang Timur sebagai berikut.

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pemilihan Meter Induk

Untuk menentukan meter induk yang akan diteliti, penelitian ini menggunakan Metode Distribusi Frekuensi Data Kualitatif. Dalam metode ini menentukan jumlah kelas, lebar kelas dan batas kelas (Supranto, 2008).

Perhitungan jumlah kelas digunakan untuk menghitung berapa jumlah kelas dari jumlah sampel yang akan diambil dari 15 DMA berdasarkan rasio Non domestik dan Domestik. Untuk mewakili ketiga kelas tersebut dipilihlah Ketileng dari kelas rendah, Plamongan Indah dari kelas Sedang dan Klipang dari Kelas Tinggi

2. Kebutuhan Air Perkapita

Dari data pemakaian air PDAM bulan Desember di DMA Ketileng, didapatkan pemakaian air tiap harinya. Dengan jumlah pelanggan di DMA

Ketileng sebanyak 600 SR bisa didapat pemakaian air perkapita.

Tabel 1Pemakaian Air Bulan Desember di DMA

Ketileng No. Kode

Tarif Jenis Tarif

Pemakaian air (m3/Bulan) 1 F Rumah Tangga 3 12609 2 G Rumah Tangga 4 890 3 O Niaga 1 70 4 A Sosial Khusus 407 Total 13976

Berikut ini merupakan perhitungan pemakaian air perkapita di DMA Ketileng dengan pemakaian air bulan Desember.

Pemakaian air perkapita = (Pemakaian Air) / (Jumlah SR) = (13976 m3/Bulan) / (600 SR) = (450,83 m3/hari) / (600 SR) = 0,751 m3/SR/hari = 751 liter/SR/hari = 150,2 liter/orang/hari Setiap kebutuhan air tiap DMA tentu berbeda-beda, begitu juga di DMA Plamongan Indah. Dalam menentukan kebutuhan air perkapita digunakan data pemakaian air pada bulan Desember. Berikut table pemakaian air bulan Desember.

Tabel 2Pemakaian Air Bulan Desember di DMA

(3)

Tersedia online di: http://ejournal

Jurnal Teknik Lingkungan,

No. Kode

Tarif Jenis Tarif

Pemakaian air 1 F Rumah Tangga 3 2 G Rumah Tangga 4 3 O Niaga 1 4 P Niaga 2 5 Q Niaga 3 6 T Niaga 6 7 L Lembaga Pendidikan 1 8 A Sosial Khusus Total

Pada table 4 total pemakaian air bulan Desember di DMA Plamongan Indah sebesar 25325 m3/Bulan. Jumlah pelanggan di DMA

Indah sebanyak 1206 SR. Sehingga didapat pemakaian air perkapita di wilayah Plamongan Indah sebesar 135,4 liter/orang/hari

Untuk DMA Klipang dalam menentukan kebutuhan air perkapita digunakan data pemakaian air pada bulan Desember. Berikut table pemakaian air bulan Desember.

Tabel 3Pemakaian Air Bulan Desember di Klipang

No. Kode

Tarif Jenis Tarif

Pemakaian air (m3/Bulan) 1 F Rumah Tangga 3 2 G Rumah Tangga 4 3 O Niaga 1 4 P Niaga 2 5 Q Niaga 3 6 R Niaga 4 7 A Sosial Khusus Total

Pada table 5 total pemakaian air bulan Desember di DMA Klipang sebesar 13447 m3/Bulan. Jumlah pelanggan di DMA Plamongan Indah sebanyak 701 SR. Sehingga didapat pemakaian air perkapita di wilayah Plamongan Indah sebesar 123,6 liter/orang/hari.

3. Kehilangan Air

Kehilangan air dapat diketahui dengan cara menghitung selisih antara volume air yang didistribusikan ke dalam jaringan dan jumlah volume air yang tercatat di rekening pelanggan (BPSPAM, 2009).

Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan

Jurnal Teknik Lingkungan,

Vol 4, No 3 (2015)

Pemakaian air (m3/Bulan) 21482 2467 364 136 176 634 10 56 25325 4 total pemakaian air bulan Plamongan Indah sebesar 25325 Plamongan Indah sebanyak 1206 SR. Sehingga didapat pemakaian air perkapita di wilayah Plamongan Indah sebesar

Klipang dalam menentukan kebutuhan air perkapita digunakan data pemakaian air pada bulan Desember. Berikut table pemakaian air

Bulan Desember di DMA

Pemakaian air (m3/Bulan) 12066 498 130 227 320 136 70 13447 Pada table 5 total pemakaian air bulan

Klipang sebesar 13447 m3/Bulan. Plamongan Indah sebanyak Sehingga didapat pemakaian air perkapita di wilayah Plamongan Indah sebesar 123,6

Kehilangan air dapat diketahui dengan cara menghitung selisih antara volume air yang didistribusikan ke dalam jaringan dan jumlah volume air yang tercatat di rekening pelanggan (BPSPAM,

Data jumlah pemakaian air

dari pencatatan rekening pelanggan setiap bulan oleh PDAM dihitung sebagai volume air yang tercatat direkening. Kehilangan air DMA

dihitung dengan cara berikut : Kehilangan Air = Q pengukuran

pelanggan = 1161,86 m3/hari = 711,021 m3/hari

Rasio Kehilangan Air = (Kehilangan Air / Q distribusi) x 100 %

= (711,021 1161,86 = 61,20 %

Dari data pemakaian air rata rata per bulan yang berasal pada pencatatan meter induk tanggal 1 Desember 2014 dapat dihitung sebagai volume air yang didistribusikan ke dalam jaringan.

kehilangan air DMA Plamongan Indah m3/hari dengan rasio kehilangan air 23,16%.

Untuk kehilangan air di digunakan data pemakaian air rata hasil pencatatan meter induk tanggal 1

2014 dihitung sebagai volume air yang didistribusikan ke dalam jaringan. Sehingga didapat kehilangan air

DMA Plamongan Indah sebesar 679,987 dengan rasio kehilangan air 61,05%

4. Faktor Jam Puncak

Dari data pencatatan meter air tersebut, dapat diketahui besarnya pemakaian air tiap jam dari objek studi. Debit pemakaian air dapat diketaui menggunakan persamaan, yaitu :

Q = (Stand Akhir – Stand Awal)

Dengan memakai cara tersebut dapat dihitung debit pemakaian air berdasarkan hasil pencatatan stand meter selama 24 jam selama 2 minggu penelitian. Kemudian data tersebut dirata-rata sehingga diperoleh data debit pemakaian rata-rata setiap jamnya.

s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan

Data jumlah pemakaian air DMA Ketileng pelanggan setiap bulan oleh PDAM dihitung sebagai volume air yang tercatat

DMA ketileng dapat

= Q pengukuran – Q rekening /hari – 450,84 m3/hari /hari = (Kehilangan Air / Q distribusi) x 100 % 711,021 m3/hari / m3/hari) x 100 % %

Dari data pemakaian air rata rata per bulan yang berasal pada pencatatan meter induk tanggal 1-14 sebagai volume air yang didistribusikan ke dalam jaringan. Sehingga didapat Plamongan Indah sebesar 246,204 dengan rasio kehilangan air 23,16%.

Untuk kehilangan air di DMA Klipang emakaian air rata-rata per bulan dari hasil pencatatan meter induk tanggal 1 – 14 Desember 2014 dihitung sebagai volume air yang didistribusikan Sehingga didapat kehilangan air Plamongan Indah sebesar 679,987 m3/hari

%.

Dari data pencatatan meter air tersebut, dapat diketahui besarnya pemakaian air tiap jam dari objek studi. Debit pemakaian air dapat diketaui menggunakan

Stand Awal)

i cara tersebut dapat dihitung debit pemakaian air berdasarkan hasil pencatatan stand meter selama 24 jam selama 2 minggu penelitian. rata sehingga diperoleh rata setiap jamnya.

(4)

Gambar 2Grafik Pemakaian Air Rata-rata Setiap Jam Ketileng

Sebagai contoh perhitungan diatas, rata pemakaian air tiap jam sebesar 48,411 debit pemakaian air rata-rata pada jam 09.00

86,43 m3/jam maka faktor fluktuasi pemakaian air tiap jam pada pukul 09.00 adalah sebesar :

Faktor Jam Puncak = debit / Rata-rata pemakaian air

= 86,43 / 48,411 = 1,785

Berdasarkan perhitungan kehilangan air diketahui kebocoran pada DMA Ketileng mencapai 60,20 %. Debit pemakaian riil merupakan selisih antara debit rata-rata dengan kehilangan air pada system. Dengan kehilangan air tersebut maka rata rata untuk pemakaian air riil dapat dihitung sebagai berikut : Debit Pemakaian riil = debit Rata-rata tiap jam

(debit Rata-rata tiap jam persen kehilangan air) = 86,43 / (86,43 x 61,20%) = 33.534 m3/jam

Untuk DMA Plamongan Indah, berdasarkan data pencatatan meter induk di DMA Plamongan Indah tanggal 1-14 Desember 2014 dapat ditentukan pemakaian air rata-rata setiap jam dan faktor jam puncak setiap jamnya dari jam 01.00 –

Setelah didapatkan faktor jam puncak setiap jam maka faktor terbesar dari 24 jam pemakaian air merupakan faktor jam puncak.

Gambar 3Grafik Pemakaian Air Rata-rata Setiap Jam Plamongan Indah

Sebagai contoh perhitungan diatas, rata pemakaian air tiap jam sebesar 49,29 m3/jam dan debit pemakaian air rata-rata pada jam 08.00 sebesar m3/jam maka faktor fluktuasi pemakaian air tiap jam pada pukul 08.00 adalah sebesar :

Faktor Jam Puncak = debit / Rata-rata pemakaian air

= 49,29 / 44,30 = 1,113

rata Setiap Sebagai contoh perhitungan diatas, rata-rata

48,411 m3/jam dan rata pada jam 09.00 sebesar /jam maka faktor fluktuasi pemakaian air tiap

rata pemakaian

Berdasarkan perhitungan kehilangan air Ketileng mencapai 60,20 %. Debit pemakaian riil merupakan selisih antara rata dengan kehilangan air pada system. Dengan kehilangan air tersebut maka rata rata untuk pemakaian air riil dapat dihitung sebagai berikut :

rata tiap jam / rata tiap jam – persen kehilangan air)

x 61,20%)

Plamongan Indah, berdasarkan Plamongan Indah 14 Desember 2014 dapat ditentukan rata setiap jam dan faktor jam 24.00 WIB. Setelah didapatkan faktor jam puncak setiap jam maka faktor terbesar dari 24 jam pemakaian air merupakan

rata Setiap Sebagai contoh perhitungan diatas, rata-rata

/jam dan debit sebesar 44,30 /jam maka faktor fluktuasi pemakaian air tiap jam

rata pemakaian

Berdasarkan perhitungan kehilangan air pada sub bab 5.3.2 diketahui kehilangan air pada Plamongan Indah mencapai 23,16 %. Dengan kehilangan air tersebut maka rata rata untuk pemakaian air riil dapat dihitung sebagai berikut :

Debit Pemakaian riil = debit Rata (debit Rata

persen kehilangan air) = 49,29 / (49,2 = 37,87 m3/jam

Untuk DMA Klipang, berdasarkan data pencatatan meter induk di DMA Klipang tanggal 1 Desember 2014 dapat ditentukan pemakaian air rata rata setiap jam dan faktor jam puncak setiap jamnya dari jam 01.00 – 24.00 WIB. Setelah didapatkan faktor jam puncak setiap jam maka faktor terbesar dari 24 jam pemakaian air merupakan faktor jam puncak.

Gambar 4Grafik Pemakaian Air Jam Klipang

Sebagai contoh perhitungan diatas, rata pemakaian air tiap jam sebesar 46,20

pemakaian air rata-rata pada jam 19.00

m3/jam maka faktor fluktuasi pemakaian air tiap jam pada pukul 19.00 adalah sebesar :

Faktor Jam Puncak = debit / Rata air

= 49,71 / 46,20 = 1,974

Berdasarkan perhitungan k diketahui kebocoran pada DMA

61,05 %. Debit pemakaian riil merupakan selisih antara debit rata-rata dengan kehilangan air pada system. Dengan kehilangan air tersebut maka rata rata untuk pemakaian air riil dapat dihitung sebagai berikut : Debit Pemakaian riil = debit Rata

(debit Rata

persen kehilangan air) = 49,71 / (49,29 = 35,53 m3/jam

5. Faktor Harian Maksimum

Berdasarkan perhitungan kehilangan air pada sub bab 5.3.2 diketahui kehilangan air pada DMA

Plamongan Indah mencapai 23,16 %. Dengan kehilangan air tersebut maka rata rata untuk pemakaian air riil dapat dihitung sebagai berikut :

Rata-rata tiap jam / Rata-rata tiap jam – persen kehilangan air)

49,29 x 23,16%) /jam

Klipang, berdasarkan data Klipang tanggal 1-14 Desember 2014 dapat ditentukan pemakaian air rata-rata setiap jam dan faktor jam puncak setiap jamnya

24.00 WIB. Setelah didapatkan faktor jam puncak setiap jam maka faktor terbesar dari 24 jam

faktor jam puncak.

Grafik Pemakaian Air Rata-rata Setiap Sebagai contoh perhitungan diatas, rata-rata

46,20 m3/jam dan debit rata pada jam 19.00 sebesar 49,71 fluktuasi pemakaian air tiap jam

= debit / Rata-rata pemakaian

46,20

Berdasarkan perhitungan kehilangan air Ketileng mencapai riil merupakan selisih antara rata dengan kehilangan air pada system. Dengan kehilangan air tersebut maka rata rata untuk pemakaian air riil dapat dihitung sebagai berikut :

Rata-rata tiap jam / Rata-rata tiap jam – persen kehilangan air)

49,29 x 61,05%) /jam

(5)

Tersedia online di: http://ejournal

Jurnal Teknik Lingkungan,

Dari data pencatatan meter induk dan

perhitungan faktor jam puncak dapat dikembangkan untuk mengetahui besarnya fluktuasi harian pada sistem penyediaan air pada suatu DMA. Metode perhitungan yang digunakan untuk menghitung fluktuasi pemakaian air hampir seperti pada fluktuasi pemakaian air dalam satu hari (m3/hari). Hasil perhitungan pemakaian air harian pada sampel seperti pada tabel berikut :

Gambar 5Grafik Harian Maksimum Ketileng Sebagai contoh perhitungan diatas, rata pemakaian air harian sebesar 48,411 m3/jam dan debit pemakaian air rata-rata pada hari selasa minggu kedua sebesar 67,67 m3/jam maka faktor fluktuasi pemakaian air harian maksimum adalah sebesar :

Faktor Harian Maksimum = debit / Rata pemakaian air = 67,67 / 48,411 = 1,398

Berdasarkan perhitungan kehilangan air sebelumnya, diketahui kebocoran pada DMA

mencapai 61,20 %. Debit pemakaian riil merupakan selisih antara debit rata-rata dengan kehilangan air pada system. Dengan kehilangan air tersebut maka rata rata untuk pemakaian air riil dapat dihitung sebagai berikut :

Debit Pemakaian riil = debit Rata-rata tiap hari (debit Rata-rata tiap hari persen kehilangan air) = 67,67 / (67,67 x 61,20%) = 26,255 m3/jam

. Untuk mencari harian maksimum Plamongan Indah dapat menggunakan data rata jam puncak tiap harinya.

Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan

Jurnal Teknik Lingkungan,

Vol 4, No 3 (2015)

Dari data pencatatan meter induk dan perhitungan faktor jam puncak dapat dikembangkan untuk mengetahui besarnya fluktuasi harian pada air pada suatu DMA. Metode perhitungan yang digunakan untuk menghitung fluktuasi pemakaian air hampir seperti pada fluktuasi pemakaian air dalam satu hari (m3/hari). Hasil perhitungan pemakaian air harian pada sampel seperti

Harian Maksimum Ketileng Sebagai contoh perhitungan diatas, rata-rata

/jam dan debit rata pada hari selasa minggu kedua /jam maka faktor fluktuasi pemakaian

= debit / Rata-rata pemakaian air

48,411

Berdasarkan perhitungan kehilangan air

DMA Ketileng mencapai 61,20 %. Debit pemakaian riil merupakan rata dengan kehilangan air pada system. Dengan kehilangan air tersebut maka rata rata untuk pemakaian air riil dapat dihitung sebagai berikut

rata tiap hari / rata tiap hari – persen kehilangan air)

x 61,20%)

Untuk mencari harian maksimum DMA

Plamongan Indah dapat menggunakan data rata-rata

Gambar 6Grafik Harian Maksimum Plamongan Indah

Sebagai contoh tabel pemakaian air harian sebesar 44,298

pemakaian air rata-rata pada hari minggu pada minggu kedua sebesar 48,00 m3/jam maka faktor fluktuasi pemakaian air harian maksimum adalah

Faktor Harian Maksimum = debit / Rata pemakaian air = 48,00 = 1,084

Berdasarkan perhitungan kehilangan air diketahui kehilangan air pada DMA

mencapai 23,16 %. Debit pemakaian riil merupakan selisih antara debit rata-rata dengan kehilangan air pada system. Dengan kehilangan air tersebut maka rata rata untuk pemakaian air riil dapat dihitung sebagai berikut :

Debit Pemakaian riil = debit Rata (debit Rata

persen kehilangan air) = 48,00 / (

= 36,883 m

Untuk mencari harian maksimum Klipang dapat menggunakan data rata

tiap harinya.

Gambar 7Grafik Harian Maksimum Klipang Sebagai contoh tabel

pemakaian air harian sebesar 46,407

pemakaian air rata-rata pada hari minggu pada minggu kedua sebesar 65,04 m3/jam maka faktor fluktuasi pemakaian air harian maksimum adalah sebesar Faktor Harian Maksimum = debit / Rata

pemakaian air

s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan

Maksimum Plamongan diatas, rata-rata 44,298 m3/jam dan debit rata pada hari minggu pada minggu /jam maka faktor fluktuasi pemakaian air harian maksimum adalah sebesar :

= debit / Rata-rata pemakaian air

48,00 / 44,298 1,084

Berdasarkan perhitungan kehilangan air

DMA Plamongan Indah mencapai 23,16 %. Debit pemakaian riil merupakan rata dengan kehilangan air pada system. Dengan kehilangan air tersebut maka rata rata untuk pemakaian air riil dapat dihitung sebagai berikut

Rata-rata tiap jam / Rata-rata tiap jam – persen kehilangan air)

(48,00 x 23,16%) m3/jam

Untuk mencari harian maksimum DMA

Klipang dapat menggunakan data rata-rata jam puncak

Maksimum Klipang diatas, rata-rata 46,407 m3/jam dan debit rata pada hari minggu pada minggu /jam maka faktor fluktuasi pemakaian air harian maksimum adalah sebesar :

= debit / Rata-rata pemakaian air

(6)

= 65,04 / 46,407 = 1,402

Berdasarkan perhitungan kehilangan air diketahui kehilangan air pada DMA Klipang mencapai 23,16 %. Debit pemakaian riil merupakan selisih antara debit rata-rata dengan kehilangan air pada system. Dengan kehilangan air tersebut maka rata rata untuk pemakaian air riil dapat dihitung sebagai berikut : Debit Pemakaian riil = debit Rata-rata tiap jam

(debit Rata-rata tiap jam persen kehilangan air)

= 65,04 / (65,04

= 25,334 m

3

/jam

6.

Tekanan

Tekanan air yang tercatat oleh manometer

juga mempengaruhi besar kebutuhan air pada

daerah pelayanan air di masing-masing

Tekanan yang besar dapat membuat pemakaian air

yang lebih besar dibanding tekanan air yang kec

Hal tersebut dikarenakan tekanan yang kecil

membuat pelanggan menggunakan air tidak secara

maksimal. Berikut besar tekanan air yang tercatat

di masing-masing

DMA.

Berikut ini merupakan

tekanan dilokasi pengukuran yang dilakukan

selama 14 hari :

Tabel 4Tekanan

No

Meter Induk

Tekanan

(Kg/cm

1

Ketileng

1,57

2

Plamongan Indah

0,84

3

Klipang

2,8

Dari data diatas diketahui bahwa hanya pada

DMA Plamongan Indah yang tidak memenuhi

dengan kriteria yang ditetapkan Permen PU No.

18 Tahun 2007 dimana dikatakan bahwa tekanan

pipa berkisar antara 1 – 3 Bar.

7. Analisis Sosial

Berdasarkan hasil penelitian di meter induk daerah Klipang, Plamongan Indah dan Ketileng, Pemakaian air domestik dan non domestik pada setiap jenis kegiatan dapat dilihat pada gambar 7.

98.50% 97.35% 93.58% 1.50% 2.65% 0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% Per sent as e

Gambar 9 Rasio Domestik dan Non Domestik 46,407

Berdasarkan perhitungan kehilangan air Klipang mencapai 23,16 %. Debit pemakaian riil merupakan selisih antara hilangan air pada system. Dengan kehilangan air tersebut maka rata rata untuk pemakaian air riil dapat dihitung sebagai berikut :

rata tiap jam / rata tiap jam – persen kehilangan air)

65,04 x 61,05%)

/jam

Tekanan air yang tercatat oleh manometer

juga mempengaruhi besar kebutuhan air pada

masing

DMA.

Tekanan yang besar dapat membuat pemakaian air

yang lebih besar dibanding tekanan air yang kecil.

Hal tersebut dikarenakan tekanan yang kecil

membuat pelanggan menggunakan air tidak secara

maksimal. Berikut besar tekanan air yang tercatat

Berikut ini merupakan

tekanan dilokasi pengukuran yang dilakukan

Tekanan

Kg/cm

2

)

1,57

0,84

2,8

Dari data diatas diketahui bahwa hanya pada

DMA Plamongan Indah yang tidak memenuhi

dengan kriteria yang ditetapkan Permen PU No.

dikatakan bahwa tekanan

Berdasarkan hasil penelitian di meter induk daerah Klipang, Plamongan Indah dan Ketileng, Pemakaian air domestik dan non domestik pada setiap

Gambar 8 Pemakaian Air D:NDBerdasarkan Jenis Kegiatan

Dari gambar 7 dapat disimpulkan bahwa pemakaian air Non domestik dan Domestik berdasarkan jenik kegiatannya. Pada kawasan Ketileng kegiatan yang paling banyak menggunakan air adalah kegiatan mandi yaitu sebesar 252,33 liter/hari/pelanggan, sedangkan pemakaian air terendah ada pada kegiatan minum dan masak yaitu sebesar 0 liter/hari/pelanggan. Pada kawasan Plamongan Indah yang paling banyak menggunakan air adalah kegiatan mandi yaitu sebesar 217,33 liter/hari/pelanggan, sedangkan pemakaian air terendah ada pada kegiatan minum dan masak yaitu sebesar 0 liter/hari/pelanggan. Pada kawasan Klipang yang paling banyak menggunakan air adalah kegiatan mandi yaitu sebesar 175 liter/hari/pelanggan, sedangkan pemakaian air terendah ada pada kegiatan minum dan makan yaitu sebesar 0 liter/hari/pelanggan.

8. Pengaruh Rasio Non domestik dan Domest Terhadap Faktor- Faktor Kebutuhan Air

Untuk menentukan hubungan

dan Domestik terhadap faktor- faktor kebutuhan air sebebelumnya harus menentukan rasio

dan Domestik daerah yang akan di teliti. Berikut ini merupakan rasio DMA terpilih.

93.58%

6.42%

Gambar 9 Rasio Domestik dan Non Domestik Domestik Non Domestik Berdasarkan Jenis dapat disimpulkan bahwa Non domestik dan Domestik berdasarkan jenik kegiatannya. Pada kawasan Ketileng kegiatan yang paling banyak menggunakan air adalah kegiatan mandi yaitu sebesar 252,33 liter/hari/pelanggan, sedangkan pemakaian air terendah ada pada kegiatan minum dan masak yaitu sebesar 0 /pelanggan. Pada kawasan Plamongan Indah yang paling banyak menggunakan air adalah kegiatan mandi yaitu sebesar 217,33 liter/hari/pelanggan, sedangkan pemakaian air terendah ada pada kegiatan minum dan masak yaitu sebesar 0 liter/hari/pelanggan. an Klipang yang paling banyak menggunakan air adalah kegiatan mandi yaitu sebesar 175 liter/hari/pelanggan, sedangkan pemakaian air terendah ada pada kegiatan minum dan makan yaitu

Non domestik dan Domestik Faktor Kebutuhan Air Untuk menentukan hubungan Non domestik

faktor kebutuhan air sebebelumnya harus menentukan rasio Non domestik daerah yang akan di teliti. Berikut ini

(7)

Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan

Jurnal Teknik Lingkungan,

Vol 4, No 3 (2015)

Dilihat dari Gambar 11 terdapat 3 DMA yang menjadi wilayah pengukuran. Wilayah pengukuran ini dibagi menjadi 3 kelas yaitu wilayah Ketileng mewakili kelas rasio D:ND Rendah, Plamongan Indah mewakili kelas rasio D:ND Sedang, Klipang mewakili kelas rasio D:ND Tinggi. Dari ketiga perbedaan rasio tersebut diharapkan mempunyai hubungan dari faktor-faktor yang mempengaruh kebutuhan air. Faktor- faktor yang mempengaruhi kebutuhan air meliputipola konsumsi air, faktor jam puncak, hari maksimum, kebocoran dan pemadam kebakaran.

9. Pengaruh Rasio Non domestik dan Domestik Terhadap Pemakaian Air Per Kapita

Dari hasil analisis kebutuhan air per kapita pada ketiga wilayah studi di PDAM Cabang Timur terlihat perbedaannya. Berikut ini table pengaruh rasio D:ND terhadap pemakaian air per.

Tabel 5 Pengaruh Rasio ND/D Terhadap Faktor Pemakaian Air Per Kapita

Meter Induk Rasio Domestik (%) Rasio Non Domestik (%) Pemakaian Air Per Kapita (liter/orang/hari) Ketileng 98,5 1,5 150,2 Plamongan Indah 97,35 2,65 135,4 Klipang 93,58 6,42 123,6 Rata-rata 136,4

Berdasarkan tabel 6, dapat dilihat bahwa kebutuhan air per kapita di wilayah pelayanan PDAM Kota Semarang Cabang Timur yang merupakan rata-rata kebutuhan air per kapita dari DMA Ketileng, Plamongan Indah dan Klipang adalah 136,4 liter/orang/hari. Hal ini tidak sesuai dengan kriteria yang ditetapkan Ditjen Cipta Karya Dinas PU, 1996 dimana dikatakan bahwa pemakaian air untuk kota metropolitan lebih besar dari 150 liter/orang/hari.

Berdasarkan tabel 15, terlihat bahwa rasio kegiatan Non domestik dan Domestik berpengaruh terhadap kebutuhan air per kapita. Semakin besar rasio non domestik yang ada di suatu wilayah pelayanan, maka kebutuhan air per kapitanya juga akan semakin kecil.

10. Hubungan D:ND dengan Faktor Jam Puncak Dari hasil analisis faktor jam puncak pada ketiga wilayah studi di PDAM Cabang Timur terlihat

perbedaannya. Berikut ini table pengaruh rasio D:ND terhadap faktor jam puncak.

Tabel 6 Pengaruh Rasio ND/D Terhadap Faktor Jam Puncak Meter Induk Rasio Domestik (%) Rasio Non Domestik (%) FJP Ketileng 98,5 1,5 1,785 Plamongan Indah 97,35 2,65 1,113 Klipang 93,58 6,42 1,974 Rata-rata 1,624

Berdasarkan tabel 7, dapat dilihat bahwa faktor jam puncak di wilayah pelayanan PDAM Kota Semarang Cabang Timur yang merupakan rata-rata faktor jam puncak dari DMA Ketileng, Plamongan Indah dan Klipang adalah 1,624 liter/orang/hari.

Hal ini sesuai dengan kriteria yang ditetapkan Permen PU No. 18 Tahun 2007 dimana dikatakan bahwa faktor jam puncak berkisar antara 1,5 – 3.

Berdasarkan tabel 7, rasio kegiatan Non domestik dan Domestik tidak berpengaruh terhadap faktor jam puncak. Terlihat bahwa rasio non domestik sedang, yaitu DMA Plamongan Indah justru memiliki faktor jam puncak terendah. Hal ini dapat disebabkan karena setiap rumah di Plamongan Indah dilengkapi tanki tandon dengan kapasitas 1 m3, sehingga membuat faktor jam puncaknya tidak terlalu tinggi.

11. Hubungan ND/D dengan Harian Maksimum Dari hasil analisis harian maksimum pada ketiga wilayah studi di PDAM Cabang Timur terlihat perbedaannya. Berikut ini table pengaruh rasio D:ND terhadap faktor jam puncak.

Tabel 7 Pengaruh Rasio ND/D Terhadap Faktor Harian Maksimum Meter Induk Rasio Domestik (%) Rasio Non Domestik (%) FHM Ketileng 98,5 1,5 1,398 Plamongan Indah 97,35 2,65 1,084 Klipang 93,58 6,42 1,402 Rata-rata 1,294

(8)

Berdasarkan tabel 8 rata-rata faktor harian maksimum yang ada di PDAM Kota Semarang Cabang Timur merupakan rata-rata dari DMA Ketileng, Plamongan Indah dan Klipang adalah 1,294. Dari data di atas, dapat disimpulkan rata-rata faktor hariam maksimum PDAM Kota Semarang Cabang Timur sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Permen PU No. 18 Tahun 2007, yaitu antara 1,1 – 1,3.

Berdasarkan table 5.14 rasio kegiatan Non domestik dan Domestik tidak berpengaruh terhadap faktor harian maksimum. Hal ini disebabkan oleh beragamnya aktifitas di pelanggan PDAM Semarang Cabang Timur setiap harinya sehingga faktor Non domestik dan Domestik tidak berpengaruh terhadap faktor harian maksimum.

12. Hubungan D:ND dengan Kehilangan Air Dari hasil analisis harian maksimum pada ketiga wilayah studi di PDAM Cabang Timur terlihat perbedaannya. Berikut ini table pengaruh rasio D:ND terhadap kehilangan air.

Tabel 8 Pengaruh Rasio ND/D Terhadap Kehilangan Air Meter Induk Rasio Domestik (%) Rasio Non Domestik (%) Kehilangan Air Ketileng 98,5 1,5 61,20% Plamongan Indah 97,35 2,65 23,16% Klipang 93,58 6,42 61,05% Rata-rata 48,47%

Berdasarkan tabel 9 rata-rata kehilangan air yang ada di PDAM Kota Semarang Cabang Timur merupakan rata-rata dari DMA Ketileng, Plamongan Indah dan Klipang adalah 48,47%. Dari data di atas, dapat disimpulkan rata-rata kehilangan air PDAM Kota Semarang Cabang Timur tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Permen PU No. 18 Tahun 2007, yaitu antara 20-30%. Menurut Satterfield dan Vivin (2004) kehilangan air bisa terjadi pada salah satu unit distribusi yang berfungsi sebagai sistem akuntabilitas yang memiliki pengaruh terhadap kehilangan air dari segi non fisik. Selain itu menurut Syahputra (2009) kenaikan jumlah pelanggan akan berbanding lurus dengan kehilangan air dan jaringan pipa yang sudah tua merupakan faktor utama penyebab kebocoran air.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dipaparkan maka didapatkan kesimpulan adalah sebagai berikut:

1. Setelah melakukan pengukuran meter induk selama 14 hari dan menggunakan data sekunder didapat hasil perhitungan kebutuhan air per kapita wilayah pelayanan PDAM Kota Semarang Cabang Timur sebesar 136,4 liter/orang/hari, faktor jam puncak sebesar 1,624 dan faktor harian maksimum sebesar 1,294.

2. Terdapat pengaruh rasio kegiatan Non domestik dan Domestik terhadap kebutuhan air, seperti kebutuhan air perkapita. Akan tetapi, belum ada pengaruh yang signifikan terhadap faktor jam puncak dan faktor harian maksimum serta kehilangan air.

SARAN

Berdasarkan kesimpulan serta penjelasan pada bab sebelumnya maka saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah :

1. Perlu adanya koordinasi antara pekerja lapangan dan staff PDAM sehingga data yang diterima PDAM sama dengan data yang ada dilapangan, contohnya data pelanggan baru, data pemakaian air dll.

2. Perlu adanya upaya lebih intensif untuk mengurahi kebocoran di wilayah PDAM Semarang Cabang Timur dengan metode step test secara berkelanjutan.

3. Pengukuran meter air pelanggan sebaiknya dilakuan setiap bulan dan berkelanjutan agar didapat data yang akurat.

4. PDAM perlu melakukan pengukuran meter induk guna melakukan perkembangan jaringan agar tidak kekurangan cakupan air.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Layla, M. Anis, 1980.Water Supply Engineering Design, 3rd Edition. Ann Arbor Science Publishers, Inc. Michigan, USA.

Babbit, Harold E. 1967. Water Supply Engineering 6th Edition. McGraw-Hill Book Company. Ibnu, Hariyanti. Ir. 1997. Rekayasa Lingkungan.

Universitas Gunadarma. Jakarta.

Matos, C. et al., 2013. Domestic water uses: Characterization of daily cycles in the north

(9)

Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan

Jurnal Teknik Lingkungan,

Vol 4, No 3 (2015)

region of Portugal. In Science of the Total Environment. pp. 444–450.

Kamala A dan Kanth Rao, D L. 1993. Environmental Engineering Water Supply, Sanitary Engineering and Pollution. McGraw-Hill. New Delhi.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907 Tahun 2002. Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Jakarta. Mays, Larry W. 2000. Water Distribution Systems

Handbook. American Water Works Association. McGraw-Hill Companies. HarunHidayat, Ibnu Noor. 2010. Analisis Kebutuhan

Air Berdasarkan Unit Pemakaian Air. Program Studi Teknik Lingkungan. Universitas Diponegoro. Semarang.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2007

Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Jakarta

Prasifka, David W. 1998. Current Trend in Water-Supply Planning. Van Nostrad Reinhold Company. New York.

Sasongko, Djoko. Ir. 1991. Teknik Sumber Daya Air Edisi ke-3. Erlangga. Jakarta.

Satterfield, Z. dan Vivin Bardhwaj, 2004, “Tech Brief Water Meter”, Morgantown: National Environmental Services Center at West Virginia University

Steel, EW. Terence J. McGhee. 1990. Water Supply and Sewerage. McGraw-Hill Book Co. Singapore.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Penerbit Alfabeta. Bandung.

Sukamardijaya, Harun et al. 1994. Draft Guidlines For Design And Construction Of Public Water Supply Systems. Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Syahputra, Benny. 2000. Penentuan Faktor Jam Puncak dan Harian Maksimum Terhadap Pola Pemakaian Air Domestik Di Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta. Universitas Islam Sultan Agung. Semarang.

Syahputra, Benny. 2009. Penyusunan Neraca Air Sebagai Fungsi Kontrol Laju Kehilangan Air PDAM (Studi Kasus PDAM Kota Semarang). Universitas Islam Sultan Agung. Semarang.

Swamsee,P.K dan Sharma, A.K. 1990. Reorganization of water distribusion on system. John Wiley & Sons, Inc. New Jersey.

D. D. Ratnayaka, M. J. Brandt and K. M. Johnson.

2009. Twort’s Water Supply. Elsevier Ltd. USA.

Qasim, Syed R. et al. 2000. Water Works Engineering Planning, Design , and Operation. Chiang, Patel & Yerby, Inc. Dallas. Texas.

Warren, Viessman et al. 2009. Water Supply and Pollution Control (Eight Edition). Pearson Education. New Jersey.

Widarjono, Agus. 2010. Analisis Statistika MULTIVARIAT TERAPAN. Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. Yogyakarta

Gambar

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian
Tabel 3Pemakaian Air Bulan Desember di  Klipang
Gambar 3Grafik Pemakaian Air Rata-rata Setiap  Jam Plamongan Indah
Gambar 5Grafik Harian Maksimum Ketileng Sebagai  contoh  perhitungan  diatas,  rata pemakaian  air  harian  sebesar  48,411  m 3 /jam  dan  debit  pemakaian air  rata-rata  pada  hari  selasa minggu  kedua  sebesar 67,67 m 3 /jam maka faktor fluktuasi pema
+4

Referensi

Dokumen terkait

(1) Terdapat tiga jenis kesulitan belajar peserta didik dalam mengerjakan soal materi segtiga yaitu (a) kesulitan dalam memahami konsep serta definisi alas dan tinggi

Pulau kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan 2.000 km² (dua ribu kilometer persegi) beserta kesatuan ekosistemnya. Daerah tertentu adalah daerah

Fase pertama Inisialisasi Sumber Makanan dijelaskan melalui Tabel 2.13 berikut yang merupakan hasil dari persamaan (1)

Dan yang kusesali adalah aku tidak tahu kapan kita akan bertemu lagi.. Kalau aku

Pilih Unit kemudian pilih program dari Rancangan Awal renja yang akan di-load lalu klik tombol Load data dari Ranwal

Sekarang kita akan menambahkan CSS pada halaman HTML kita untuk memperindah tampilan form.. Sebagian besar CSS posisi form dan status messages di tengah jendela, dan form style

10) SKAI atau Pejabat Eksekutif yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan fungsi audit intern telah menyampaikan laporan pelaksanaan audit intern kepada Direktur Utama dan