• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS VII SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATERI SEGITIGA DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS VII SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATERI SEGITIGA DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

SISWA KELAS VII SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL

MATERI SEGITIGA DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA

Muhamaad Ridlo Yuwono*

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk (a) mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik kelas VII pada materi segitiga, dan (b) menemukan alternatif pemecahan hasil diagnosis kesulitan belajar pada materi segitiga. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode tes dan metode wawancara. Penulis mengambil subjek dari peserta didik kelas VII. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Terdapat tiga jenis kesulitan belajar peserta didik dalam mengerjakan soal materi segtiga yaitu (a) kesulitan dalam memahami konsep serta definisi alas dan tinggi segitiga, serta peserta didik masih kesulitan dalam memahami konsep dua garis yang saling berpotongan dan menyebutkan hubungan antarsudut pada dua garis yang saling sejajar, (b) kesulitan dalam mengidentifikasi dan menyebutkan sifat-sifat yang meliputi kesulitan mengidentifikasi dan mengaitkan antara sifat segitiga samasisi dengan sifat segitiga samakaki, dengan menyebutkan bahwa segitiga samasisi bukan segitiga samakaki, (c) kesulitan dalam menemukan rumus yang meliputi kesulitan membuktikan jumlah besar sudut dalam suatu segitga adalah 180° dan menemukan atau membuktikan rumus luas segitiga jika diketahui ukuran alas dan tingginya. (2) Untuk jenis kesulitan dalam memahami konsep dan definisi serta kesulitan dalam mengidentifikasi dan menyebutkan sifat-sifat pada materi segitiga alternatif pemecahannya adalah dengan menerapkan pembelajaran sesuai dengan teori van Hiele, karena dalam pembelajaran tersebut terdapat tahapan yang sudah terurutkan secara sistematis. (2) Untuk jenis kesulitan menemukan rumus alternatif pemecahannya adalah dengan diterapkannya pembelajaran yang menggunakan metode penemuan terbimbing (discovery learning). Alasannya adalah pada metode penemuan terbimbing siswa dituntut untuk menemukan sendiri pengetahuan yang baru dengan bimbingan dari guru.

Kata Kunci: kesulitan belajar, segitiga, alternatif pemecahan PENDAHULUAN

Menurut Abdussakir (2010), geometri menempati posisi khusus dalam kurikulum matematika, karena banyaknya konsep-konsep yang termuat di dalamnya. Dari sudut pandang psikologi, geometri merupakan penyajian abstraksi dari pengalaman visual dan spasial, misalnya bidang, pola, pengukuran dan pemetaan. Sedangkan dari sudut pandang matematik, geometri menyediakan pendekatan-pendekatan untuk pemecahan masalah, misalnya gambar-gambar, diagram, sistem koordinat, vektor, dan transformasi.

Abdussakir (2010) menyatakan bahwa prestasi

tingkat SMP ditemukan bahwa masih banyak peserta didik yang belum memahami konsep-konsep geometri. Sesuai dengan penelitian Sunardi, sebagaimana dikutip oleh Abdussakir (2010), ditemukan bahwa masih banyak peserta didik yang salah dalam menyelesaikan soal-soal mengenai garis sejajar pada peserta didik SMP dan masih banyak peserta didik yang menyatakan bahwa belah ketupat bukan jajargenjang.

Hasil penelitian Nurlaeli (2009) menunjukkan bahwa terdapat enam jenis kesalahan peserta didik dalam menyelesaikan soal-soal subpokok bahasan hubungan antarsudut. Enam jenis kesalahan tersebut adalah sebagai berikut.

(2)

1. Kesalahan dalam kalimat matematika, yang meliputi kesalahan dalam penulisan simbol derajat dan kesalahan penulisan persamaan.

2. Kesalahan dalam memahami soal, yang meliputi kesalahan membaca informasi dari soal, kesalahan membaca informasi dari gambar, kesalahan dalam menentukan langkah awal penyelesaian, dan kesalahan dalam merumuskan persamaan. 3. Kesalahan pemahaman konsep, yang meliputi

kesalahan pemahaman konsep hubungan sudut yang saling bertolakbelakang.

4. Kesalahan penerapan konsep, yang meliputi kesalahan menerapkan konsep hubungan sudut yang saling bertolakbelakang, kesalahan menerapkan konsep hubungan sudut yang saling berpelurus, kesalaha n menerapkan konsep prasyarat yang dalam hal ini adalah perbandingan, dan kesalahan menerapkan konsep prasyarat yang dalam hal ini adalah persamaan linear satu variabel dan persamaan linear dua variabel.

5. Kesalahan mengilustrasikan gambar hubungan antarsudut, yang meliputi kesalahan menentukan hubungan sudut yang saling berpelurus, kesalahan menentukan hubungan sudut yang sa ling bertolakbelakang, dan kesulitan menentukan titik-titik dalam menggambar sudut.

6. Kesa lahan perhitungan, ya ng meliputi kesa lahan mengopera sikan penjumla han, pengurangan, pembagian, dan perkalian.

Menurut Rahayu (2013), dalam pembelajaran matematika di kelas VII SMP, di dalamnya memuat materi segitiga yang terdiri atas sub materi segitiga dan jenis-jenis segitiga, garis-garis pada segitiga, besar sudut-sudut segitiga, keliling, dan luas segitiga. Dalam memahami sub materi besar sudut-sudut, keliling, dan luas segitiga masih banyak peserta didik yang

mengalami kesulitan. Menurut Rahayu (2013), masalah yang dialami peserta didik pada materi segitiga antara lain: peserta didik kurang terampil menggunakan sifat jumlah sudut-sudut dalam segitiga untuk menyelesaikan soal, peserta didik belum dapat memahami pengertian sudut luar segitiga, peserta didik kura ng terampil menggunakan menggunakan hubungan sudut dalam dan sudut luar segitiga dalam pemecahan soal, serta peserta didik cenderung hanya menghafalkan rumus keliling dan luas segitiga, sehingga mereka kurang dapat menyelesaikan soal yang berkaitan dengan keliling dan luas segitiga.

Berdasarkan uraian tersebut, diper oleh informasi bahwa peserta didik mengalami kesulitan belajar geometri pada hal-hal yang lebih bersifat konseptual. Jika peserta didik belum memahami suatu konsep geometri, maka peserta didik tersebut dimungkinkan mengalami kesulitan dalam memahami konsep geometri yang selanjutnya. Hal tersebut dikarenakan peserta didik kesulitan dalam mengaitkan konsep yang satu dengan konsep lainnya. Terlebih jika untuk memahami konsep yang lain memerlukan pemahaman terhadap konsep yang sebelumnya. Sebagai contohnya adalah jika peserta didik belum memahami konsep hubungan antarsudut, maka akan kesulitan dalam belajar membuktikan jumlah besar sudut segitiga adalah 180°.

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah (a) Kesulitan belajar apa saja yang dialami peserta didik kelas VII pada materi segitiga? (b) Bagaimana alternatif pemecahan hasil diagnosis kesulitan belajar pada materi segitiga?

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah (a) untuk mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik kelas VII pada materi

(3)

segitiga. (b) untuk menemukan alternatif pemecahan hasil diagnosis kesulitan belajar pada materi segitiga. METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode tes dan metode wawancara. Penulis mengambil subjek dari peserta didik kelas VII. Peserta didik kelas diberi tes materi segitiga, kemudian penulis mengambil tiga sampel untuk diwawancarai terkait hasil pekerjaannya. Tiga sampel tersebut penulis ambil untuk kategori peserta didik dengan kemampuan akademik tinggi (kode S1), kemampuan akademik sedang (kode S2), dan kemampuan akademik rendah (kode S3). Penulis meminta guru yang mengajar peserta didik tersebut untuk memilihkan tiga peserta didik sesuai dengan kategori tersebut. Kesulitan belajar peserta didik pada materi segit iga unt uk penelitian ini diba tasi berdasarkan tiga jenis kesulitan belajar, yaitu (1) kesulitan dalam memahami konsep dan definisi, (2) kesulitan dalam mengidentifikasi dan menyebutkan sifat-sifat, serta (3) kesulitan dalam menemukan dan menggunakan rumus.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Soal Tes

Berikut adalah soal tes yang digunakan untuk mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik pada materi segitiga.

Soal nomor 1

a. Perhatikan gambar berikut!

Dari gamba r tersebut, ma nakah yang merupakan bangun segitiga?

b. Berapakah banyak sisi yang membatasi suatu bangun segitiga dan banyak titik sudut pada suatu segitiga?

c. Apakah yang Anda ketahui tentang segitiga? Soal nomor 2

a. Perhatikan gambar berikut!

Berdasarkan ABC berikut, tentukan sisi-sisi alas dan sisi-sisi tingginya!

b. Apa yang Anda ketahui tentang alas dan tinggi dari suatu segitiga?

Soal nomor 3

a. Gambarlah suatu segitiga samakaki dan suatu segitiga samasisi!

b. Apa yang Anda ketahui tentang segtiga samasisi dan segitiga samakaki!

c. Apakah segitiga kaki juga merupakan segitiga samasisi? (sertai alasan Anda)

d. Apakah segitiga samasisi juga merupakan segitiga samakaki? (sertai alasan Anda) Soal nomor 4

a. Apa yang Anda ketahui tentang dua garis yang saling sejajar?

b. Perhatikan gambar berikut!

(i) (ii) (iii) (iv)

A B C D E F

(4)

Dengan menggunakan sifat -sifat dari kesejajaran dua garis, buktikan bahwa jumlah besar sudut-sudut suatu segitiga adalah 180°. c. Perhatikan gambar berikut!

Pada DKLM tentukan a) nilai

b) besar masing-masing ÐK, ÐL dan ÐM.. Soal nomor 5

a. Perhatikan gambar berikut!

Melalui gambar tersebut coba Anda buktikan bahwa Luas daerah segitiga = (1/2) ´ ukuran alas ´ ukuran tinggi. (jika pada gambar tersebut alasnya adalah AB dan tingginya adalah CD). b. Perhatikan gambar berikut!

A B C k l 1 2 3 4 5 x° 3x° 2x°

Berdasarkan gambar tesebut, sebutkan tiga rumus luas

ABC!

c. Perhatikan gambar berikut!

Hitunglah luas daerah PQR! 2. Jawaban Tertulis dan Analisisnya

a. Jawaban Tertulis dan Analisis pada Pemahaman Konsep dan Definisi Segitiga

Pada soal nomor 2a, ketiga subjek tersebut menjawab alas segitiga adalah AB, sedangkan tingginya adalah FC. Jawaban tersebut masih kurang tepat. Sebenarnya pada segitiga tersebut tedapat tiga pasang alas dan tinggi segitiga. Kemungkinan mereka menganggap bahwa alas segitiga selalu berada di bagian bawah segitiga dan tingginya adalah ruas garis yang tegak lurus dengan alas segitiga.

A B C E F D A B C D E F 8 cm 6 cm 10 cm P B O Jawaban Subjek S1

(5)

Pada jawaban soal nomor 4a, subjek S1 sudah tepat. Subjek S2 dan S3 belum menjawab dengan tepat. Mereka menjawab dua garis saling sejajar sama-sama memiliki besar sudut 180°. Memang benar dua garis yang saling sejajar masing-masing memiliki besar sudut 180°. Dimungkinkan mereka menjawab seperti itu karena belum mengerti definisi dua garis yang saling sejajar.

b. Jawaban Tertulis dan Analisis Kesalahan dalam Mengidentifikasi dan Menyebutkan Sifat-Sifat Segitiga

Pada jawaban soal nomor 2b, subjek S1 tidak mendefinisikan alas dan tinggi segitiga secara terpisah, tetapi dia mencoba mencari hubungan antara alas dan tinggi segitiga. Dimungkinkan subjek tersebut salah paham terhadap maksud dari soal nomor 2b tersebut. Jawaban subjek S2 hampir sama dengan subjek S3. Mereka menjawab kalau alas segitiga merupakan sisi bawah dari segitiga, sedangkan tinggi merupakan sisi yang tegak lurus dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah. Hal ini dimungkinkan mereka belum mengerti dan memahami konsep alas dan tinggi segitiga.

Pada jawaban soal nomor 3d, semua subjek menjawab tidak tepat. Menurut mereka segitiga samasisi bukan termasuk segitiga segitiga samakaki. Hal ini dimungkinkan karena kurangnya analisis subjek dalam mencari hubungan antara panjang sisi-sisi pada segtiga samasisi dan segitiga samakaki, sehingga terjadi kesalahan konsep seperti itu.

Jawaban Subjek S1

(6)

c. Jawaban Tertulis dan Analisis Kesalahan Subjek dalam Menemukan dan Menggunakan Rumus

Pada soal nomor 4b, peserta didik diminta untuk membuktikan bahwa jumlah besar sudut-sudut suatu segitiga adalah 180°. Subjek S1 tidak menjawab untuk soal nomor 4b. Subjek S2 dan S3 meiliki jawaban yang hampir sama. Tetapi jawaban mereka belum mengarah ke pembuktian seperti yang diharapkan oleh pembuat soal. Hal tersebut dimungkinkan karena subjek tidak terbiasa mengerjakan soal pembuktian rumus, tetapi lebih terbiasa untuk menggunakan rumus, serta belum mengerti tentang hubungan antarsudut pada dua garis yang saling sejajar.

Gambar untuk soal nomor 4b

A B C 1 2 3 4 5 Jawaban Subjek S1

Pada jawaban soal nomor 5a, subjek S1 sudah mencoba membuktikan rumus tersebut. Mungkin dia ingin menunjukkan jika luas daerah segitiga ABC = (1/2) ´ AB ´ EA = (1/2) ´ AB ´ CD. Sedangkan jawaban subjek S2 dan S3 masih belum tepat. Mungkin mereka ingin membuktikan secara langsung dengan menggunakan rumus luas segitiga. Akan tetapi, ketika mereka mengambil alas segiiga adalah ruas garis AB, tinggi segitiga diambil ruas garis BC. Hal tersebut dimungkinkan karena mereka belum memahami konsep alas dan tinggi suatu segitiga.

(7)

Jawaban Subjek S1

Pada jawaban soal nomor 5, semua subjek mengerjakan dengan cara yang sama dan hasilnya juga sama. Memang semuanya sudah benar, tetapi mereka masih saja mengambil alas adalah ruas garis PQ.

Berdasarkan hasil analisis jawaban tertulis peserta didik, muncul beberapa dugaan mengenai kesulitan yang dialami peserta didik pada materi segitiga. Kesulitan tersebut diantaranya adalah kesulitan pada pemahaman konsep dan definisi segitiga (dalam menentukan alas dan tinggi segitiga, serta mengaitkan sifat segitiga samasisi dengan segitiga samakaki), kesulitan dalam mengidentifikasi dan menyebutkan sifat-sifat segitiga (dalam menyebutkan sifat alas dan tinggi segitiga, serta mengaitkan hubungan antara sifat segitiga samasisi dengan segitiga samakaki), dan kesulitan dalam menemukan rumus (menemukan rumus jumlah besar sudut dalam segitiga, dan menemukan rumus luas segitiga).

3. Hasil Wawancara dan Analisisnya

Tujuan diadakannya wawancara adalah untuk mengidentifikasi kesulitan belajara peserta didik, apakah sesuai dengan dugaan kesulitan atau tidak.

Berdasarkan petikan wawancara ketiga subjek, dapat diketahui bahwa subjek S1 sudah bisa mencoba untuk mengaitkan fakta dengan konsep yang dimilikinya. Sementara subjek S2 dan S3 masih kesulitan mengaitkan fakta dengan konsep yang dimilikinya, seakan-akan antara fakta dengan ungkapan verbal konsep yang dimilikinya tidak ada kaitannya. Definisi yang dipahami subjek S2 dan S3 terkesan bertentangan dengan fakta yang telah dipahaminya. Hal ini sejalan dengan dugaan penulis terkait dengan hasil analisis jawaban peserta didik mengenai kesulitan dalam memahami konsep dan definisi. Subjek menganggap bahwa alas segitiga selalu berada di bagian bawah segitiga dan tingginya adalah ruas garis yang tegak lurus dengan alas segitiga. Subjek secara langsung mengerti dua garis yang saling sejajar, tetapi definisi yang mereka ungkapkan masih belum sesuai dengan definisi yang sebenarnya.

Berdasarkan petikan wawancara ketiga subjek, dapat diketahui bahwa subjek belum bisa mengidentifikasi dan mengaitkan antara sifat yang satu dengan sifat yang lain. Hal ini sejalan dengan hasil analisis jawaban tertulis peserta didik mengenai kesulitan dalam mengidentifikasi dan menyebutkan sifat-sifat. Subjek belum memahami konsep alas dan tinggi segitiga, serta kurangnya analisis subjek dalam mencari

(8)

hubungan antara panjang sisi-sisi pada segitiga samasisi dan segitiga samakaki, sehingga terjadi kesalahan konsep mengenai hubungan segitiga segitiga samasisi dengan segitiga samakaki.

Berdasarkan petikan wawancara ketiga subjek, dapat diketahui bahwa subjek belum terbiasa untuk mengerjakan soal pembuktian rumus. Mereka lebih cenderung menghafalkan rumus dan menggunakannya begitu saja. Subjek S1 sudah mulai bisa membuktikan rumus, meskipun dengan beberapa bantuan pertanyaan pancingan yang diberikan kepadanya. Sementara subjek S2 dan S3 masih saja membuktikan rumus dengan menggunakan rumus tersebut.

4. Hasil Analisis

a. Kesulitan dalam Memahami Konsep dan Mendefinisikan

1. Hampir semua peserta didik yang menjadi subjek, menyatakan bahwa alas dari suatu segitiga adalah sisi yang letaknya selalu di bawah pada segitiga tersebut. Berdasarkan analisis jawaban tes dan wawancara, dapat dikatakan bahwa konsep serta definisi alas dan tinggi segitiga belum tertanam secara baik pada diri peserta didik. Jika peserta didik belum bisa memahami suatu konsep dengan benar, maka akan berdampak pada pemahaman konsep selanjutnya. Sehingga jika peserta didik belum memahami secara benar konsep serta definisi alas dan tinggi segitiga, maka peserta didik tersebut dipastikan juga akan menemui kesulitan mengerjakan soal mengenai luas daerah segitiga.

2. Berdasarkan analisis jawaban tes dan wawancara, diperoleh fakta bahwa peserta didik masih kesulitan dalam memahami konsep dua garis yang saling berpotongan dan menyebutkan hubungan antarsudut pada dua garis yang saling sejajar. Masih kesulitan mengaitkan fakta dengan konsep yang dimilikinya, seakan-akan antara fakta dengan ungkapan verbal dari konsep yang dimilikinya tidak ada kaitannya.

b. Kesulitan dalam Mengident ifikasi dan Menyebutkan Sifat-Sifat

Berdasarkan analisis jawaban dan wawancara, dapat dijelaskan bahwa peserta didik belum bisa mengident ifikasi dan mengaitkan antara sifat segitiga samasisi dengan sifat segitiga samakaki, dengan menyebutkan bahwa segitiga samasisi bukan segitiga sama kaki. Mereka hanya menyebutkan sifat-sifat berdasarkan apa yang terdapat pada soal atau berdasarkan gambar yang digambarnya. Meskipun dengan sedikit bantuan mereka mampu mengidentifikasi dan mengaitkan antara sifat segitiga samasisi dengan sifat segitiga samakaki.

c. Kesulitan dalam Menemukan Rumus

Berdasarkan analisis jawaban dan wawancara, dapat dijelaskan bahwa subjek belum terbiasa untuk mengerjakan soal pembuktian rumus. Peserta didik kesulitan membuktikan jumlah besar sudut dalam suatu segitga adalah 180° dan menemukan atau membuktikan rumus luas segitiga jika diketahui ukuran alas dan tingginya. Pada pembuktian rumus, peserta didik cenderung menggunakan

(9)

rumus tersebut untuk membuktikannya. Mereka lebih cenderung menghafalkan rumus dan menggunakannya begitu saja.

5. Alternatif Pemecahan

a. Alternatif Pemecahan untuk Menga tasi Kesulitan Memahami Konsep, Mendefinisikan, Mengidentifikasi dan Menyebutkan Sifat-Sifat Menurut penulis, pemecahan untuk mengatasi kesulitan tersebut adalah dengan menerapkan pembelajaran sesuai teori van Hiele. Alasan pengambilan alternatif pemecahan tersebut, karena dalam pembelajaran tersebut terdapat tahapan yang sudah terurutkan secara sistematis, sehingga guru dapat mengetahui pencapaian siswa pada tahap tersebut dan segera dapat membantu kesulitan yang dialami oleh siswa tersebut.

Berikut beberapa hasil penelitian yang mendukung pengambilan alasan tersebut. Hasil penelitian Khoiri (2014) menunjukkan bahwa pembelajaran berdasarkan teori van Hiele mampu membangun pemahaman siswa pada konsep segiempat. Hasil penelitian Yadil (2009) menunjukkan bahwa skenario pembelajaran van Hiele yang dirancang pada setiap siklus dapat meningkatkan pemahaman peserta didik dari tahap berpikir visualisasi ke tahap analitik. Menurut Abdussakir (2011), berikut ini adalah contoh sederhana mengenai pembelajaran materi segitiga sesuai teori van Hiele.

1. Tahap 0 (Visualisasi)

Pada tahap 0 ini guru menyediakan berbagai model bangun (atau dapat juga gambar) segitiga dan bukan segitiga. Berbagai

gambar segitiga dan bukan segitiga ini dibuat sangat bervariasi dan ditempatkan secara acak. Siswa dihar apkan dapat mengelompokkan mana yang termasuk segit iga dan yang bukan segit iga. Berdasarkan pengelompokkan tersebut diharapkan siswa siswa dapat mengenal segitiga meskipun pengenalan ini masih terbatas pada penampakan visual.

2. Tahap 1 (Analisis)

Berdasarkan pengelompokan yang dibuat, siswa mulai mengeksplorasi berbagai sifat yang dimiliki tiap kelompok gambar. Siswa mulai lebih memfokuskan pada sifat-sifat daripada identifikasi. Siswa mulai mencari sifat-sifat mengapa suatu kelompok gambar tertentu termasuk kelompok segitiga dan kelompok lain bukan segitiga. Selain itu, siswa membandingkan masing-masing kelompok menurut sifat-sifat yang mereka temukan. Dengan demikian, sifat-sifat dapat mencirikan dan mengontraskan masing-masing kelompok.

3. Tahap 2 (Deduksi Informal)

Siswa membuat daftar sifat yang ditemukan untuk masing-masing kelompok gambar. Selanjutnya siswa mendiskusikan sifat yang perlu dan cukup untuk kondisi suatu bangun atau konsep. Siswa mulai mengarah pada sifat yang perlu dan cukup agar suatu bangun dapat disebut segitiga atau bukan. Selanjutnya siswa diarahkan menggunakan bahasa yang bersifat deduktif informal, misalnya: jika-maka. Pada tahap ini, guru mulai mengarahkan siswa untuk membuat

(10)

b. Alternatif Pemecahan untuk Menga tasi Kesulitan Menemukan Rumus

Sebelum membuktikan suatu rumus, guru harus memastikan bahwa siswa sudah memahami materi prasyarat yang berkaitan dengan pembuktian rumus tersebut. Penulis juga menyarankan supaya diterapkannya pembelajaran yang menggunakan metode penemuan terbimbing (discovery learning).

Berikut beberapa hasil penelitian yang mendukung pengambilan alasan tersebut. Hasil penelitian Balim (2009) menunjukkan bahwa metode pembelajaran discovery learning mampu meningkatkan keberhasila n dan keterampilan menemukan peserta didik yang lebih baik dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional. Hasil penelitian Uside et. al. (2013) menyatakan bahwa Metode Discovery Eksperimental berpengaruh signifikan pada prestasi peserta didik dengan meningkatka n retensi pengetahuan dan menanamkan kepercayaan peserta didik. Hasil penelitian Effendi (2012) menunjukkan bahwa, (1) secara keseluruhan peningkatan kemampuan representasi dan pemecahan masa lah mat ematis peserta didik yang memperoleh pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing lebih baik daripada pembelajaran konvensional, (2) peningkatan kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis siswa berbeda signifikan antarkemampuan awal matematis, (3) serta terdapat interaksi yang signifikan antara faktor pembelajaran dan kemampuan awal matematis terhadap kemampuan representasi dan pemecahan masalah matema tis. Hasil penelitian Ra hman & Maarif (2014)

menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan analogi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan metode discovery lebih baik daripada siswa yang memperoleh metode pembelajaran dengan metode ekspositori.

Menurut Suyitno (2004), dalam metode penemuan terbimbing, para siswa diberi bimbingan singkat unt uk menemukan jawabannya. Harus diusahakan agar jawaban atau hasil akhir itu tetap ditemukan sendiri oleh siswa. Menurut Suyitno (2004), perencanaan metode penemuan adalah sebagai berikut: i Aktivitas siswa untuk belajar mandiri perlu

ditingkatkan.

ii Hasil akhir harus ditemukan sendiri oleh siswa.

iii Materi prasyarat harus sudah dimiliki siswa. iv Guru hanya sebagai pengarah/pembimbing. Menurut Suyitno (2004), kelebihan metode penemuan adalah sebagai berikut: 1) Siswa aktif dalam kegiatan belajar. 2) Siswa memahami benar bahan pelajaran. 3) Menimbulkan rasa puas bagi siswa. 4) Siswa akan dapat mentransfer

pengetahuannya ke berbagai konteks. 5) Melatih siswa belajar mandiri.

Pada metode penemuan terbimbing siswa dituntut untuk menemukan sendiri pengetahuan yang baru dengan bimbingan dari guru. Bimbingan tersebut dapat berupa susunan pert anyaan yang bersifat memba ngun pengetahuan dari siswa. Sehingga, siswa dapat

(11)

belajar mandiri dalam menemukan pengetahuan yang baru.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Terdapat tiga jenis kesulitan belajar peserta didik dalam mengerjakan soal materi segtiga yaitu (a) kesulitan dalam memahami konsep serta definisi alas dan tinggi segitiga, serta peserta didik masih kesulitan dalam memahami konsep dua garis yang saling berpotongan dan menyebutkan hubungan antarsudut pada dua garis yang saling sejajar, (b) kesulitan dalam mengidentifikasi dan menyebutkan sifat-sifat yang meliputi kesulitan mengidentifikasi dan mengaitkan antara sifat segitiga samasisi dengan sifat segitiga samakaki, dengan menyebutkan bahwa segitiga samasisi bukan segitiga samakaki, (c) kesulitan dalam menemukan rumus yang meliputi kesulitan membuktikan jumlah besar sudut dalam suatu segitga adalah dan menemukan atau membuktikan rumus luas segitiga jika diketahui ukuran alas dan tingginya. (2) Untuk jenis kesulitan dalam memahami konsep dan definisi serta kesulitan dalam mengidentifikasi dan menyebutkan sifat-sifat pada

materi segitiga arlternatif penyelesaiannya adalah dengan menerapkan pembelajaran sesuai dengan teori van Hiele, karena dalam pembelajaran tersebut terdapat tahapan yang sudah terurutkan secara sist ematis. Sehingga gur u dapat menget ahui pencapaian siswa pada tahap tersebut dan segera dapat membantu kesulitan yang dialami oleh siswa tersebut. (3) Untuk kesulitan menemukan rumus alternatif penyelesa iannya a dalah dengan diterapkannya pembelajaran yang menggunakan metode penemuan terbimbing (discovery learning). Alasannya adalah pada metode penemuan terbimbing siswa dituntut untuk menemukan sendiri pengetahuan yang baru dengan bimbingan dari guru. Bimbingan tersebut dapat berupa susunan pertanyaan yang bersifat membangun pengetahuan dari siswa. Sehingga, siswa dapat belajar mandiri dalam menemukan pengetahuan yang baru.

Saran yang dapat diberikan adalah penelitian ini masih terbatas pada tiga jenis kesulitan belajar pada materi segitiga. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan peneliti lain dapat mengembangkan jenis kesulitan belajar yang lain pada materi segitiga beserta alternatif pemecahannya.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Abdussakir. 2010. Pembelajaran Geometri Sesuai Teori van Hiele. El-Hikmah Jurnal Kependidikan dan Keagamaan, 7(2), ISSN 1693-1499. Fakultas Tarbiyah UIN Maliki

Mala ng. Tersedia di htt p://

abdussakir.wordpress.com/ [diakses 20-3-2013]. Balim, A. G. 2009. The Effects of Discovery Learning on Students’ Success and Inquiry Learning Skills. Eurasian Journal of Educational Research, Issue 35, Spring 2009, 1-20.

Effendi, L. O. 2012. Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Jurnal Penelitian Pendidikan, 13(2): 1-10. Khoiri, M. 2014. Pemahaman Siswa Pada Konsep

Segiempat Berdasarkan Teor i van Hiele. Prosiding Seminar Nasional Matematika, Universitas Jember, 19 November 2014, (262-267).

Nurlaeli, R. 2009. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal-Soal Subpokok Bahasan Hubungan Antarsudut. Skripsi: FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Rahayu, N. S. 2013. Eksperimentasi Pembelajaran Matematika dengan Model Problem Solving pada Sub Materi Besar Sudut-Sudut, Keliling dan Luas Segitiga Ditijau dari Aktivitas Belajar Matematika Siswa Kelas VII Semester II SMP Negeri 2 Jaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011. Jurnal Pendidikan Matematika Solusi, 1(1): 54-60. Rahman, R. & S. Maa rif. 2014. Pengaruh

Penggunaan Metode Discovery terhadap Kemampuan Analogi Matematis Siswa SMK Al-Ikhsan Pamarican Kabupaten Ciamis Jawa Barat. Infinity-Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, 3(1): 33-58.

Suyit no, A. 2004. Dasar-Dasar dan Proses Pembelajaran Matemati ka 1. Sema rang: Universitas Negeri Semarang.

Uside, O. N., K. H. Barchok, & O. G. Abura. Effect of Discovery Method on Secondary School Student’s Achievement in Physics in Kenya. Asian Journal of Social Sciences & Humanities, 2(3): 351-358.

Yadil, M. N. 2009. Penerapan Model Pembelajaran van Hiele untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa SMP Karunadipa Palu terhadap Konsep Bangun- Bangun Segiempat. Prosiding Seminar Nasi onal Matemati ka dan Pendidikan Matematika. Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 5 Desember 2009.

Gambar

Gambar untuk soal nomor 4b

Referensi

Dokumen terkait

1) Untuk pinjaman modal usaha besarnya koefisien regresi adalah 0,452 dengan tanda positif maka berarti bahwa apabila jumlah pinjaman modal usaha dinaikan sebesar

Table 3.8 merupakan tabel retur yang digunakan Toko Elektronik Atari untuk menyimpan data Retur pembelian. Field Tipe Data Null

[r]

Menurut Sugiyono (2015:61), mengemukakan bahwa variabel penelitian yaitu suatu petunjuk atau sifat atau nilai dari orang, obyek, atau rangkaian kegiatan yang

sekolah yang sama dengan materi yang berbeda atau pada sekolah lain guna menguatkan hasil penelitian ini dan memperoleh pengetahuan yang lebih. tentang metode

Hal ini menunjukkan bahwa karakter jumlah buah dan bobot per buah dapat dijadikan sebagai kriteria seleksi yang berpengaruh langsung terhadap bobot buah per

Berdasarkan hasil Life Cycle Assessment (LCA) pada software Simapro 8, aktivitas supply chain produk susu nandhi murni mulai dari ekstraksi bahan baku susu segar di

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Transparansi alokasi dana Desa di Desa Sumbertlaseh Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro dari segi pengelolaannya sudah terbantu