• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan meditasi terhadap mutu pelayanan para suster Abdi Kristus Regio Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peranan meditasi terhadap mutu pelayanan para suster Abdi Kristus Regio Yogyakarta"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. P PERANAN MEDITAS SI TERHA ADAP MUT TU PELAY YANAN PARA P SUS STER ABD DI KRISTU US REGIO YOGYAK KARTA. SKRIPSI. Diiajukan untuuk Memenuuhi Salah Saatu Syarat Memperoleeh Gelar Saarjana Pendiidikan Progrram Studi Ilmu Pendiddikan Kekhuususan Penddidikan Agaama Katolikk. Oleh: Margareta D M Danawati NIM: 111124025. ROGRAM STUDI ILM MU PENDIDIKAN PR KEKHU USUSAN PENDIDIKA AN AGAM MA KATOL LIK JURUSA AN ILMU PENDIDIK P KAN FAKULT TAS KEGU URUAN DA AN ILMU PENDIDIK KAN UNIVERS SITAS SAN NATA DHA ARMA Y YOGYAKA ARTA 20166.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. S. KRIP SI. PERANAIY MEDTTASI IERHADAP MUTU PELAYANAI\I PARA SUSTER ABDI KRISTUS REGIO YOGYAKARTA. Dr. B. Agus Rukiyantq S.J.. Tanggal,. l0 Februari 2016.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. S. KRIP SI. IERIIADAP MUTU PELAYANAIY PARA SUSTER ABDI KRISTUS REGIO YOGYAKAR'TA. PERANAFT MEDITASI. Dipersiapkan dan ditulis oleh Margareta Danawati. NIM:. lll1CI4D25. Telah dipertatunkan di depan Panitia Penguji. Pa& tanggal t 0 Maret 2016 :. ,,',dar dinyatakan memenuti-syarat. tfi,. v.rsusrlst:sJ. i:::.. ,.. Yoerakarf4 l0'Maret 2016 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanala Dharma _F!_j 6 ,rrt**r'*. fi. *l*ilr_a_'\rk. [S'"q\. q-v. *i., r"6*I-*:='. -,/-r. ,r=,,ll.hEtt-"-.. r1. "; y-. lll.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PERSEMBAHAN. Skripsi ini dipersembahkan kepada: Tuhan Yesus dan seluruh anggota Kongregasi Biarawati Abdi Kristus dan siapa saja yang telah mendukung saya dengan caranya masing-masing selama kuliah di IPPAK-USD Yogyakarta hingga selesainya penyusunan skripsi.. iv.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. MOTTO. “Jiwaku memuliakan Tuhan, sebab Ia memperhatikan daku hamba-Nya yang hina ini”. (Luk 1: 46-48). v.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PERI\TYATAAI{ KEASLIAN KARYA. Saya menyatakan dengan sesungguhnya batrwa skripsi yang saya tulis. ini. tidak'memuat karya atau bagian karya orang lairU kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftarpustaka sebagaimana layaknya karya ilmiatr.. Yogyakarta, l0 Maret 2016. Penulis. $w. Marganeta Danawati. vl.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. LEMBARAN PERI\IYATAAI\I PERSETUJUAI\I PT'BLII(ASI KARYA ILMIAII T]NTI]K KEPENTINGA}I AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta:. Nama. : MargaretaDanawati. Nomor Matrasiswa :. Doni. llll24025. pengembangan ilmu pengetatruan, saya memberikan kepada perpustakaan. Universias Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah saya yang berjudul PERANAI\T MEDITASI TERIIADAP MUTU PELAYANAI\I PARA SUSTER. ABDI KRISTUS REGIO YOGYAKARTA. beserta porangkat yang diperlukan. (bila ada) saya memberikan kepada perpustakaan Universias Sanata Dharma hak menyimpaq mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendishibusikan secara terbatas dan mempublikasikan di intemet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa. perlu meminta iiin dari. saya. maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagni penulis.. Demikian pemyataan ini penulis buat dengan sebenamya.. Yogyakarta l0 Maret 2016 Penulis,. q,,JMargareta Danawati. vll.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRAK. Skripsi ini berjudul PERANAN MEDITASI TERHADAP MUTU PELAYANAN PARA SUSTER ABDI KRISTUS REGIO YOGYAKARTA, dipilih berdasarkan pengalaman, keprihatinan dan refleksi penulis sebagai anggota Kongregasi Biarawati Abdi Kristus. Doa menjadi salah satu hidup kaul yang dihayati oleh setiap biarawati secara khusus para suster Kongregasi Biarawati Abdi Kristus. Salah satu doa yang dihayati oleh kongregasi ini adalah doa dalam bentuk meditasi. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan penulis sebagai salah satu anggota kongregasi ini, merasakan bahwa meditasi kurang dihidupi dan dihayati karena berbenturan dengan waktu dan kesibukan karya pelayanan. Tidak semua anggota melaksanakan meditasi rutin, sehingga hal ini memberi dampak terhadap mutu karya pelayanan yang dijalani. Skripsi ini bertujuan untuk meningkatkan dan menyegarkan kembali semangat meditasi untuk menjaga mutu pelayanan dalam hidup harian. Berdasarkan pelaksanaan meditasi yang rutin saat dalam tahap pembinaan, meditasi yang dihidupi setiap hari memberikan buah kesegaran jasmani, menyegarkan pikiran, jiwa dan yang pasti juga memberikan kekuatan hidup rohani. Meditasi yang rutin dijalani setiap hari dengan kesungguhan hati tanpa mengabaikan hidup doa yang lain, telah terbukti memampukan seseorang secara khusus para suster Abdi Kristus untuk dapat menghayati hidup keseharian dengan lebih setia dalam setiap permasalahan karya perutusan. Meditasi memampukan seseorang untuk tetap sabar dan fokus dalam setiap karya pelayanan. Meditasi menjadi alat pengontrol setiap kata, tindakan, sehingga membuat orang yang melaksanakan dan menghayati meditasi tersebut tetap bisa mengendalikan diri di saat berbenturan dengan permasalahan hidup karya pelayanan maupun hidup bersama. Meditasi yang sungguh dihayati dalam pelaksanaannya menjadikan seorang biarawati Abdi Kristus seorang pelayan Tuhan yang penuh tanggung jawab, berdayaguna dalam karya pelayanan apapun. Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif, yang melibatkan tiga unsur pokok yakni, teknik wawancara, teknik observasi, pencatatan dan penggunaan dokumen. Ketiga teknik pengumpulan data ini akan digunakan untuk memperkaya temuan yang ada di lapangan (para suster Abdi Kristus Regio Yogyakarta). Tujuan utama dari metode penulisan ini terletak pada usaha untuk menjelaskan apa yang menjadi temuan penulis di lapangan. Harapannya dengan skripsi yang telah penulis persembahkan ini bisa menjadi bahan permenungan yang memberikan semangat dan kegembiraan untuk berani mengambil waktu setiap hari untuk melaksanakan meditasi. Dan yang terpenting adalah mewujudnyatakan buah-buah yang didapat dalam meditasi pada karya pelayanan sehari-hari. Skripsi ini mendukung Kongregasi Biarawati Abdi Kristus dalam upaya meningkatkan dan menyegarkan kembali semangat meditasi demi menjaga mutu pelayanan yang lebih baik. Hal ini terlaksana secara nyata dalam pelaksanaan rekoleksi dalam rangka menyambut Hari Raya Bunda Maria Menerima Kabar Sukacita dan pembaharuan kaul Tri Prasetya para suster Abdi Kristus.. viii.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRACT This undergraduate thesis entitles MEDITATION ROLE ON SERVICE QUALITY OF CHRIST SERVANT SISTERS REGIO YOGYAKARTA, was chosen based on author’s experience, concerns and reflections as a member of the congregation of Christ Servant religious sisters. Praying becomes one of the living vow comprehended by every religious sister in particular the Sisters of the Congregation of the Christ Servant religious sisters. One of the prayers comprehended by the congregation was meditation. Based on the experiences and observations of the author as one of the members of this congregation, felt that meditation was less vitalized and comprehended due to time was in coincidence with the bustle of service work. Not all members carried out regular meditation, so this would have an impact on the quality of service work undertaken. This undergraduate thesis aims to improve and to refresh the spirit of the implementation of the meditation to maintain the quality of service in everyday life. Based on the implementation of the routine meditation while in the stage of formation, the meditation which is vitalized daily gives fruitfully a fresh body, refresh the mind, soul and certainly also gives spiritual life strength. Meditation which is daily undertaken with sincerity without ignoring other pray life, has been proven to enable someone specifically the Christ Servant religious sisters in order to comprehend daily lives more faithfully in each problem of mission work. Meditation enables one to remain patient and focus on in every mission work. Meditation becomes a means of controlling every word and action, so as to make people who implement and comprehend meditation can still control themselves when met the problems of mission work sas well as of living together. Meditation which was actually comprehended in practice to make a religious sister of Christ Servant as a fully responsible and efficiently God Servant in whatever mission work. The writer uses qualitative research method. Qualitative research methods involve three main elements, interview techniques, observation, recording and use of documents. These three data collection techniques will be used to enrich the existing findings in the field (the Sisters of Christ Servants in Yogyakarta). The main purpose of writing this method lies in the effort to explain what the author’s findings in the field. Hopefully this thesis whose author has been dedicated could be a reflection materials that encourage and excitement to dare to take time every day to carry out meditation. And most importantly, bring in the fruits obtained in meditation on concrete daily life. This undergraduate sthesis supports Christ Servant congregation in an effort to improve and refresh the spirit of meditation in order to maintain the better quality of services. This was accomplished significantly in the implementation of recollection to celebrate the Holiday of Mother Mary receiving a Good News and in the renewal of Three Commitments vows for the Christ Servant Sisters.. ix.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KATA PENGANTAR. Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kasih, karena segala kebaikan dan rahmat-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul PERANAN MEDITASI TERHADAP MUTU PELAYANAN PARA SUSTER ABDI KRISTUS REGIO YOGYAKARTA ini. Skripsi ini merupakan karya ilmiah dan sumbangan terhadap para religius, secara khusus para suster Kongregasi Biarawati Abdi Kristus dan sekaligus untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Pendidikan di FKIP-JIPProdi IPPAK Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Proses penulisan skripsi ini berjalan dengan lancar karena dukungan dan kebaikan dari banyak orang sehingga memampukan penulis untuk tetap semangat meskipun banyak tantangan dan kesulitan yang dialami. Penulis sangat berterimakasih kepada berbagai pihak yang telah menyumbangkan ide dan gagasannya, kemudahan dan kesempatan sehingga skripsi ini dapat selesai pada waktu yang tepat. Secara khusus terima kasih penulis sampaikan kepada: 1.. Drs. F.X. Heryatno W.W. SJ., M.Ed selaku Kaprodi IPPAK Universitas Sanata Dharma yang telah berkenan membimbing dan mendukung penulis selama kuliah di kampus IPPAK-USD.. 2.. Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ sebagai pembimbing utama dalam skripsi ini yang penuh kesabaran, kerelaan, kemudahan dalam mendampingi, membimbing penulis selama penyusunan skripsi ini dari awal hingga selesai.. x.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 3.. Y.H. Bintang Nusantara, SFK, M.Hum sebagai dosen penguji II sekaligus dosen pembimbing akademik yang memberi semangat, keramahan, masukan dan dukungan serta kelancaran baik selama kuliah dan secara khusus dalam penyusunan skripsi ini.. 4.. Dr. C. Putranta, SJ sebagai dosen penguji III yang bersedia meluangkan waktu dan memberikan masukan dan dukungan kepada penulis.. 5.. Para dosen dan staf karyawan yang telah membimbing dan memberi dukungan selama penulis kuliah di IPPAK Sanata Dharma Yogyakarta.. 6.. Pimpinan Umum Kongregasi Biarawati Abdi Kristus Sr. M. Elfrida, AK, staff dewan dan seluruh anggota para suster Abdi Kristus di mana pun berada, secara khusus para suster sekomunitas yang telah memberikan kepercayaan dan kesempatan bagi penulis untuk menjalani studi di IPPAK Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.. 7.. Teman-teman seperjuangan selama kuliah, angkatan 2011 yang telah memberi dukungan, semangat, kegembiraan dan kebersamaan yang meneguhkan dalam perjuangan selama studi bersama di IPPAK-USD.. 8.. Orang tua tercinta melalui doa dan perhatian yang istimewa dan segenap anggota keluarga saya secara khusus adik tercinta Dwi Prakasti Diamanta yang memberikan semangat dan dukungan selama penulis menempuh studi di Yogyakarta. Akhirnya penulis menyadari, bahwa dalam skripsi ini masih banyak. kekurangan yang perlu diperbaiki dan penulis membutuhkan koreksi dari pembaca, baik dari segi penulisan maupun dari segi isi. Oleh sebab itu, penulis. xi.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. mengharapkan saran dari para pembaca demi perbaikan skripsi berharap semoga skripsi. ini. ini.. Penulis. dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. sekalian. Terima kasih.. Yogyakarta l0 Maret 2016 Penulis. (,,@ tvtargaLta Danawati. xll.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL......................................................................................... i. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... ii. HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... iii. HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... iv. MOTTO ............................................................................................................ v. HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................... vi. PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................. vii. ABSTRAK ........................................................................................................ viii. ABSTRACT ........................................................................................................ ix. KATA PENGANTAR ...................................................................................... x. DAFTAR ISI ..................................................................................................... xiii. DAFTAR SINGKATAN .................................................................................. xvi. BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1. A. Latar Belakang .................................................................................. 1. B. Rumusan Masalah............................................................................. 8. C. Tujuan Penulisan .............................................................................. 9. D. Manfaat Penulisan ............................................................................ 9. E. Metode Penulisan ............................................................................. 10. F. Sistematika Penulisan ....................................................................... 11. BAB II PERANAN MEDITASI TERHADAP MUTU PELAYANAN PARA SUSTER ABDI KRISTUS REGIO YOGYAKARTA ............ 13. A. Meditasi .......................................................................................... 13. 1. Pengertian Meditasi ................................................................... 13. 2. Ha-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan meditasi ... 15. 3. Buah-buah Meditasi................................................................... 17. 4. Hidup Rohani Kongregasi Biarawati Abdi Kristus ................... 20. 5. Rangkuman ................................................................................ 23. B. Karya Pelayanan Kongregasi Abdi Kristus.................................... 24. 1. Latar Belakang Kongregasi ....................................................... 24. xiii.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. a. Tujuan Didirikan ................................................................... 24. b. Cita-cita Khas dan Kharisma Tarekat ................................... 25. c. Spiritualitas Tarekat .............................................................. 26. d. Lambang dan Semboyan....................................................... 28. 2. Pelayanan Suster-suster Abdi Kristus ....................................... 29. 3. Karya Pelayanan para Suster Abdi Kristus di Yogyakarta ........ 31. C. Mutu Pelayanan .............................................................................. 32. D. Peranan Meditasi Terhadap Mutu Pelayanan ................................. 38. E. Rangkuman ................................................................................... 40. BAB III METODOLOGI, LAPORAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ........................................................................ 43. A. Metodologi Penelitian .................................................................... 43. 1. Rumusan Permasalahan ............................................................. 43. 2. Tujuan Penelitian ....................................................................... 44. 3. Manfaat Penelitian ..................................................................... 44. 4. Jenis Penelitian .......................................................................... 46. 5. Metode Penelitian ...................................................................... 46. 6. Pengumpulan Data..................................................................... 46. 7. Analisis Data ............................................................................. 47. 8. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 48. 9. Responden Penelitian ................................................................ 48. a. Populasi................................................................................. 48. b. Sampel Penelitian ................................................................. 49. 10. Variabel Penelitian .................................................................... 49. a. Variabel Independen ............................................................. 49. b. Variabel Dependen ............................................................... 50. 11. Instrumen Penelitian .................................................................. 50. B. Laporan Hasil Penelitian ................................................................ 52. 1. Hasil Dokumen .......................................................................... 52. 2. Hasil Observasi .......................................................................... 55. 3. Hasil Wawancara ....................................................................... 56. xiv.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. C. Pembahasan Hasil Penelitian Tentang Peranan Meditasi Terhadap Mutu Pelayanan Para Suster Abdi Kristus Regio Yogyakarta........................................................................... 76. 1. Pemahaman Tentang Peran Meditasi Terhadap Mutu Pelayanan Para Suster Abdi Kristus di Yogyakarta .................. 76. D. Rangkuman .................................................................................... 92. BAB IV USULAN PROGRAM REKOLEKSI PERANAN MEDITASI TERHADAP MUTU PELAYANAN PARA SUSTER ABDI KRISTUS ............................................................ 94. A. Latar Belakang Program ................................................................ 94. B. Alasan Pemilihan Program ............................................................. 96. C. Tujuan Program .............................................................................. 96. D. Rumusan Tema dan Tujuan ........................................................... 97. E. Matriks Program Rekoleksi Bagi para Suster Kongregasi Biarawati Abdi Kristus ................................................................... 99. F. Persiapan Rekoleksi ....................................................................... 102. BAB V PENUTUP............................................................................................ 116. A. Kesimpulan ........................................................................................... 116. B. Saran...................................................................................................... 118. DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 121. LAMPIRAN Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian ............................................................... (1). Lampiran 2: Surat Keterangan Selesai Penelitian ...................................... (2). Lampiran 3: Hasil Wawancara ................................................................... (3). Lampiran 4: Foto Responden ................................................................... (23). xv.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR SINGKATAN. A. Singkatan Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal. 8. Ef. :. Efesus. Gal :. Galatia. Kis :. Kisah para rasul. Kor :. Korintus. Luk :. Lukas. Mat :. Matius. Mrk :. Markus. Mzr :. Mazmur. Rm :. Roma. Yoh :. Yohanes. B. Singkatan Lain: AK. : Abdi Kristus. DPU. : Dewan Pimpinan Umum. IPPAK. : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik. KAS. : Keuskupan Agung Semarang. xvi.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Kons. : Konstitusi. LCD. : Liquid Crystal Display. Rm. : Romo. S. J. : Serikat Jesus. Sr.. : Suster. YSMAK : Yayasan Santa Maria Abdi Kristus. xvii.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pelayanan sebuah kata yang indah ketika diucapkan, namun di dalam prakteknya banyak menimbulkan dampak negatif. Padahal yang salah tentu bukan bidang pelayanannya, melainkan orang-orang atau pelaku pelayanan itu sendiri. Masih ada yang beranggapan bahwa di dalam pelayanan yang terpenting adalah kemauan atau kesediaan, atau dalam istilah lebih populer komitmen. Ada lagi yang menambahkan faktor talenta atau kemampuan, termasuk kecakapan bekerja. Pelayanan bukan sekedar melakukan pekerjaan, melainkan melakukan tugas dengan didasari semangat rohani. Pelayanan lebih dari sekedar profesionalisme. Pelayanan sebuah pekerjaan yang dilakukan oleh orang yang memiliki spiritualitas atau hidup rohani yang dihayati dan diwujudkan dalam tindakan nyata. Pelayanan memiliki nilai yang lebih dari sekedar bekerja. Pelayanan sangat berbeda dengan pekerjaan atau melayani berbeda dengan bekerja. Pekerjaan pada akhirnya biasanya mendapatkan imbalan, upah atas jerih payah yang dilakukan, sedangkan pelayanan tidak mengharapkan imbalan apapun. “Upahku adalah tidak mendapatkan upah” (1 Kor: 9). Mutu pelayanan berhubungan dengan sesuatu yang lebih dari sekedar profesionalisme.. Melaksanakan. pelayanan. membutuhkan. persiapan. yang. sungguh-sungguh. Bukan hanya persiapan dalam arti mengerti dan menangkap sabda Allah akan tetapi juga persiapan dalam hal hubungan yang berisi pelayanan..

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 2. Melalui hubungan pelayanan itu sabda Allah sampai kepada manusia (Nouwen, 1986: 19). Persiapan yang dimaksudkan bukan saja persiapan fisik tetapi terlebih persiapan batin. Bekal dalam diri, menghayati spiritualitas rohani secara pribadi. Apa yang akan disampaikan kepada orang lain juga dihayati secara pribadi, itulah bekal yang dimaksudkan. Pelayanan yang biasa saja dengan pelayanan yang bermutu tentu berbeda. Mutu pelayanan adalah pelayanan yang tidak sekedar melakukan tugas, tetapi tugas yang dilakukan dengan jiwa yang didasari ketulusan hasrat untuk melayani, kerelaan untuk berkorban apapun baik waktu maupun tenaga. Selain itu mutu pelayanan adalah apa yang dihasilkan berguna bagi orang lain, bermanfaat bagi orang yang dilayani. Hal tersebut tidak hanya dapat dilihat dan dinikmati dari buah mutu pelayanannya, tetapi baik dari awal, proses maupun akhirnya, semua bermanfaat bagi orang lain, itu mutu sebuah pelayanan. Mutu pelayanan tidak dilihat dari kesuksesan di akhir tetapi dari hari ke hari. Mother Theresa dari Kalkuta mengatakan bahwa “aku dipanggil bukan untuk sukses melainkan untuk setia”. Kesuksesan bukan yang utama dalam mutu pelayanan, melainkan kesetiaan setiap waktu menghadapi suka duka, tantangan, kesulitan, penderitaan dengan jiwa besar, tidak mudah mengeluh, tidak patah semangat,. demi. orang-orang. yang. dilayaninya.. Mutu. pelayanan. tentu. berhubungan dengan bagaimana orang yang melakukan pelayanan itu. Bagaimana sikapnya, prosesnya, hasilnya. Apakah itu memberikan manfaat bagi orang lain atau sebaliknya. Kriteria orang yang memiliki mutu pelayanan adalah mereka yang pada intinya tidak mementingkan kepentingan diri sendiri. Pelayanan yang.

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 3. bermutu bukan suatu pelayanan demi imbalan atau keuntungan pribadi, namun hanya ingin memberi dan mencari, bahkan menyerahkan dan kehilangan nyawa demi yang dilayani. “.....dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia” (Ef 6: 7). Seorang religius pada hakekatnya juga adalah seorang pelayan. Tuntutan seorang religius diharapkan lebih dari seorang awam. Menjadi seorang religius secara istimewa telah mau menyanggupkan diri untuk mengutamakan Allah dan perkara-perkara-Nya dalam segala hal, baik hidup maupun pelayanan dan kerja. Maka kerja dan pelayanan itu sungguh-sungguh rasuli, sejauh bersatu erat dengan Tuhan (Kons. 247). Pelayanan seorang religius adalah persembahan hidup bagi Tuhan. Bagaimana seorang religius dikatakan memiliki mutu pelayanan, yaitu seorang religius yang melaksanakan perutusannya dengan didasari semangat rohani. Pelayanan tersebut seharusnya pelayanan yang berdasarkan ketulusan hati, memegang prinsip melayani Tuhan dalam diri sesama. Pelayanan yang murah hati, tanpa pamrih, penuh kegembiraan. Pelayanan seorang religius bukan semata-mata karena perutusan dari pimpinan, melainkan sebagai ungkapan syukur atas rahmat panggilan dari Allah. “Sebab pelayanan kasih yang berisi pemberian ini bukan hanya mencukupkan keperluan-keperluan orang-orang kudus, tetapi juga melimpahkan ucapan syukur kepada Allah” (II Kor. 9: 12). Setiap religius juga tentu memiliki mutu pelayanan yang berbeda-beda. Ada yang biasa-biasa saja, ada pula yang sungguh-sungguh, misalnya saja para santo-santa. Jelas orang bisa melihat dan merasakan bagaimana pelayanan mereka. Hal tersebut tentu didasari oleh hidup rohani yang sangat.

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 4. mendalam. Begitu pula para religius yang dalam pelayanannya mudah marah, emosi, asal bekerja, hal tersebut tentu karena orang yang bersangkutan kurang memiliki dasar hidup rohani yang mendalam. Bisa dikatakan hidup rohani hanya sekedar rutinitas belaka. Jelas bisa dirasakan bahwa hidup rohani yang baik atau kurang baik sangat mempengaruhi dan memberi peran dalam bidang pelayanan. Sejauh itu benar-benar dilihat dan direfleksikan. Dari pengamatan penulis, pelayanan para religius khususnya, seringkali hanya karena itu memang sudah menjadi tugasnya, sehingga banyak dari mereka yang mengalami krisis pelayanan. Harus diakui betapa tidak mudah memang untuk selalu memiliki semangat pelayanan yang tinggi, sering mengalami godaan untuk sekedar bekerja, berkarya dan bukan melayani. Banyaknya kaum religius yang kurang memiliki mutu pelayanan yang baik, salah satunya disebabkan oleh kurangnya penghayatan dalam doa-doa, termasuk doa dalam bentuk meditasi, dimana meditasi seharusnya menjadi kehidupan rohani yang rutin, yang harus dijalani oleh setiap religius. Kaum religius seringkali kurang memperhatikan buah-buah yang terkandung dari meditasi, bahkan jarang dari mereka, atau tidak pernah melaksanakan meditasi. Sementara meditasi seharusnya merupakan salah satu kewajiban rohani bagi para religius untuk menjadi sarana semakin dekat dengan Tuhan, sehingga berbuah dalam pelayanan. “Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikit pun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah” (Kis 20: 24). Pelayanan berjalan dan dimaknai.

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 5. setiap saat setiap hari sampai akhir hidup, hal ini yang perlu dimiliki oleh setiap religius. “Hendaknya semua selalu memperhatikan dan percaya bahwa karya pengabdian dan pelayanan, apapun bentuk dan keadaannya, hanyalah berarti sejauh sungguh melakukan itu dalam kesatuan dengan Tuhan, mengenakan Tuhan dalam segala hal” (Kons. 235). Meditasi adalah salah satu bentuk hidup doa yang dijalani oleh para religius, yang dilaksanakan kurang lebih satu jam dalam praktek atau pelaksanaannya. Dengan meditasi, jiwa disegarkan, mendapatkan inspirasi, pencerahan, yang dapat memberikan semangat dalam. menjalani kehidupan. sehari-hari. Dari uraian diatas tampak adanya hubungan antara meditasi dengan mutu hidup sehari-hari. Hidup sehari-hari tidak hanya terbatas pada religius yang sudah berkarya, tetapi juga mereka yang masih studi, menjalani masa pembinaan, dan lain sebagainya. Bercermin dari masalah tersebut di atas, berikut ini penulis paparkan mengenai peranan meditasi terhadap mutu pelayanan. Banyak hal dapat dilakukan untuk menjaga mutu pelayanan agar pelayanan tersebut hanya demi kemuliaan Tuhan. Misalnya dengan menghayati hidup doa sehari-hari, laku tapa atau mati raga, juga salah satunya dengan meditasi yang rutin setiap hari, entah itu pada pagi hari maupun sore hari, yang dilaksanakan kurang lebih satu jam setiap harinya. Penulis akan memaparkan tentang salah satu di antaranya yaitu dengan cara meditasi. Meditasi dimaksudkan untuk memurnikan batin, menyegarkan jiwa. Meditasi membersihkan proses pikiran dari apa yang dapat disebut perangsang psikis, yakni hal-hal seperti keserakahan, kebencian, kecemburuan, kelesuan,.

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 6. kemalasan, dan hal-hal yang membuat orang terkungkung dalam belenggu emosional. Meditasi membawa batin ke dalam keadaan ketenangan dan keadaansadar, keadaan penuh konsentrasi dan pencerahan. Meditasi membantu, mendorong seseorang untuk berdoa lebih mendalam, untuk merenungkan bagaimana Tuhan menyampaikan cinta-Nya kepada setiap pribadi tanpa syarat dan bagaimana cinta itu dapat memenuhi hidup setiap pribadi. Hal tersebut dapat terwujud melalui perutusan yang diemban dan melalui pelayanan dalam hidup sehari-hari. Memberi dampak dalam hidup harian, baik dalam sikap maupun tutur kata. Meditasi menjadi bagian penting dalam hidup para religius. Para suster Abdi Kristus juga menjalani meditasi. Penulis sebagai seorang anggota Kongregasi Biarawati Abdi Kristus merasa bahwa meditasi memiliki peran dalam hidup harian. Perjalanan sepanjang hari terasa berbeda antara menjalani hari dengan diawali meditasi atau menjalani hari tanpa melakukan meditasi. Hal ini juga dirasakan oleh penulis. “Tanpa keheningan pada pusat doa, tidak mungkin akan terjadi gerakan atau pertumbuhan. Meditasi adalah upaya untuk menemukan dan menjadi hening” (Freeman, 2014: 5). Meditasi melatih seseorang untuk menjadi hening. Dari keheningan tersebut akan muncul buah-buah rohani yang memberi kesegaran pada hati dan jiwa. Apabila kesegaran jiwa ini senantiasa dihidupi setiap hari dalam pelayanan, tentu saja akan memberikan kesegaran pula dalam karya pelayanan. “Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah” (Mzm. 46: 11). Dengan diam dan hening seseorang yang melakukan meditasi akan menemukan Allah,.

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 7. sapaan Ilahi melalui bisikan dalam hati dan batin yang diperoleh dari meditasi. Dari sini penulis juga merasa yakin bahwa keheningan dalam doa, dalam meditasi akan membawa dampak rohani yang sangat menyegarkan. Dan hal ini akan mempengaruhi dalam karya pelayanan sehari-hari. Meditasi juga melatih seseorang untuk diam secara fisik. Dalam Kitab Suci ini dikatakan dengan sangat indah. “Diam secara fisik membantu menyadari bahwa tubuh kita adalah kudus” (bdk. 1 Kor. 6: 19). Doa hati, doa kontemplasi, atau meditasi pada dasarnya adalah doa iman. “Dalam keheningan, menerima bahwa Allah mengetahui kebutuhan yang akhirnya akan menyempurnakan dalam segala hal” (Freeman, 2014: 6). Menurut pengalaman penulis dalam bermeditasi, keheningan dan diam secara fisik mempengaruhi konsentrasi hati dan budi, sehingga setelah meditasi selesai, apa yang dilakukan senantiasa dilakukan dalam kesadaran. Hal ini sangat menguntungkan, mampu mengatasi kecenderungan-kecenderungan yang tidak baik dalam karya pelayanan sehari-hari. Belajar hening pada saat melaksanakan meditasi mendidik untuk berdoa pada segala waktu. Mendidik untuk menggunakan setiap penundaan atau kekecewaan dalam kehidupan sehari-hari sebagai suatu kesempatan, bahkan suatu karunia, untuk masuk lebih dalam, belajar mendengarkan (Freeman, 2014: 11). Jelas bahwa keheningan yang selalu rutin dilatih dalam meditasi adalah keheningan yang mengandung kebenaran. Menyembuhkan gejolak batin, obat untuk menghilangkan kemarahan, kecemasan, kepedihan. Hal ini akan sangat dibutuhkan untuk melaksanakan pelayanan, sehingga akan memiliki pelayanan yang sungguh-sungguh bermutu..

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 8. Pengalaman hidup rohani penulis saat menjalani masa pembinaan sebagai seorang religius, saat di postulat maupun novisiat, sungguh merasakan manfaat dari meditasi. Meditasi yang rutin penulis jalani setiap hari baik pagi maupun sore, memampukan penulis untuk menjalani hidup setiap hari dengan kegembiraan hati. Dalam arti menjadi senang dan bahagia walau banyak teguran, tantangan, kesulitan. Dan jika dibandingkan dengan saat ini, saat telah menjalani perutusan untuk studi, merasa berbeda ketika tidak lagi rutin bermeditasi. Ada perbedaan saat tekun bermeditasi dan tidak bermeditasi. Berdasarkan uraian tersebut di atas dan pengalaman konkret ini, penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut dan mengambil judul skripsi “PERANAN MEDITASI TERHADAP MUTU PELAYANAN PARA SUSTER ABDI KRISTUS REGIO YOGYAKARTA”.. B. Rumusan Masalah Dengan melihat latar belakang di atas, penulis mengidentifikasikan beberapa permasalahan yang muncul sebagai berikut : 1.. Bagaimana pandangan Kongregasi Abdi Kristus tentang mutu pelayanan?. 2.. Sejauh mana peranan meditasi terhadap mutu pelayanan para suster Abdi Kristus?. 3.. Upaya apa yang dilakukan untuk meningkatkan supaya meditasi menjadi salah satu dasar dalam menjaga mutu pelayanan para suster Abdi Kristus?.

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 9. C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.. Untuk memahami sejauh mana meditasi memberi peranan terhadap mutu pelayanan para suster Abdi Kristus Regio Yogyakarta.. 2.. Mengetahui bagaimana pelaksanaan meditasi selama ini yang dilaksanakan oleh para suster Abdi Kristus Regio Yogyakarta.. 3.. Mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat yang dialami oleh para suster Abdi Kristus dalam melaksanakan karya pelayanannya.. 4.. Mengusahakan bersama penghayatan meditasi sehingga menjadi sarana semakin berkualitasnya hidup perutusan para suster Abdi Kristus dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan.. D. Manfaat Penulisan Adapun manfaat dari penulisan ini adalah: 1.. Bagi para Suster Abdi Kristus. a. Para suster Abdi Kristus diharapkan semakin menyadari pentingnya penghayatan meditasi sehingga menjadi sarana bermutunya pelayanan. b. Para suster Abdi Kristus diharapkan mau mengupayakan penghayatan meditasi dalam hidup sehari-hari, yang mengalir dari kesadaran pribadi sebagai seorang religius yang bertanggung jawab terhadap mutu pelayanannya. c. Para suster Abdi Kristus diharapkan semakin menyadari perannya dalam menjalankan tugas perutusan sebagai seorang religius yang mengedepankan.

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 10. mutu pelayanan untuk membangun semangat perutusan baik di dalam maupun di luar komunitas. d. Para. biarawan-biarawati. diharapkan. semakin. meningkatkan. mutu. pelayanannya dengan menggali kedalaman hidup rohani melalui meditasi, sehingga akan berdampak dalam kedalaman mutu pelayanan hidup sehari-hari. 2.. Bagi Penulis Penulis sebagai seorang biarawati berharap semakin tekun menghayati. meditasi sehingga mampu mewujudkan pelayanan yang berkualitas, baik di komunitas maupun di tempat karya. Meditasi yang rutin dan dihayati diharapkan memampukan penulis untuk mengolah diri terus menerus agar semakin menjadi pribadi yang memiliki mutu pelayanan sehingga mampu melaksanakan karya pelayanan dengan penuh kegembiraan dan tanggung jawab.. 3.. Bagi Pembaca Supaya pembaca tergerak hati untuk memahami kehidupan membiara dan. mengetahui misi kehadirannya, secara khusus pelayanan para suster Abdi Kristus dalam keterlibatannya dalam karya penyelamatan Allah di tengah masyarakat.. E. Metode Penulisan Metode penulisan yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Untuk memperlancar penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif melibatkan tiga unsur pokok, yakni: teknik wawancara, teknik observasi, pencatatan dan penggunaan dokumen..

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 11. Ketiga teknik pengumpulan data ini akan digunakan untuk memperkaya temuan yang ada di lapangan (para suster Abdi Kristus Regio Yogyakarta). Tujuan utama dari metode penulisan ini terletak pada usaha untuk menjelaskan apa yang menjadi temuan penulis di lapangan.. F. Sistematika Penulisan Sebagai sebuah gambaran umum tentang hal apa saja yang akan dibahas di dalam penulisan skripsi, berikut ini adalah sistematika penulisannya: Bab I berisikan pendahuluan yang meliputi: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan. Bab II berisi tentang landasan teori dari berbagai buku dan literatur yang akan mendasari pembahasan-pembahasan selanjutnya mengenai meditasi, mutu pelayanan dan peranan meditasi terhadap mutu pelayanan. Bagian pertama menguraikan tentang apa itu meditasi, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam meditasi, buah-buah meditasi, hidup rohani Kongregasi Biarawati Abdi Kristus dan rangkuman. Bagian kedua akan menguraikan tentang karya pelayanan Kongregasi Biarawati Abdi Kristus, yaitu latar belakang kongregasi, pelayanan suster-suster Abdi Kristus, karya pelayanan para suster Abdi Kristus Regio Yogyakarta. Bagian ketiga menguraikan peranan meditasi terhadap mutu pelayanan dan rangkuman. Bab III berisi metodologi penelitian, laporan dan hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian dan rangkuman tentang peranan meditasi terhadap.

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 12. mutu pelayanan para suster Abdi Kristus Regio Yogyakarta. Dengan pemahaman ini diharapkan meditasi sungguh rutin dilaksanakan dan dihayati sehingga memberikan kesegaran kembali dalam karya pelayanan serta memberi peran bagi pelayanan yang semakin bermutu. Bab IV penulis akan memaparkan mengenai usulan program untuk mendukung perjalanan mutu pelayanan para suster Abdi Kristus. Berisi latar belakang, alasan, tujuan, rumusan dan tema, matriks dan persiapan program rekoleksi. Dalam Bab akhir dari skripsi, penulis akan menguraikan kesimpulan dan saran yang dapat diajukan demi terwujudnya pelayanan yang semakin bermutu dalam tubuh Kongregasi Biarawati Abdi Kristus khususnya Regio Yogyakarta. Demikian proses berpikir penulis yang dituangkan dalam skripsi ini. Penulis mempunyai harapan penulisan tentang peranan meditasi terhadap mutu pelayanan para suster Abdi Kristus Regio Yogyakarta, berguna bagi perkembangan kongregasi. Dengan demikian mutu pelayanan setiap pribadi suster Abdi Kristus di mana pun berkarya semakin dapat menunjukkan kesaksian hidup yang baik di tengah masyarakat, seturut cita-cita pendiri kongregasi..

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 13. BAB II PERANAN MEDITASI TERHADAP MUTU PELAYANAN PARA SUSTER ABDI KRISTUS REGIO YOGYAKARTA. A. Meditasi 1.. Pengertian Meditasi Dalam ulasan-ulasan tentang hidup rohani biasanya disajikan suatu bentuk. doa yang disebut meditasi. Inti metode meditasi ini adalah memikir-mikirkan kebenaran-kebenaran (Yves Raguin, 1986 : 29). Orang yang melakukan meditasi diharapkan diresapi oleh kebenarankebenaran supaya dapat mengalami kemajuan dalam cinta kasih Allah. Metodemetode meditasi mengajarkan untuk memikir-mikirkan kebenaran-kebenaran kristiani, mengait-kaitkannya yang satu dengan yang lain supaya bertambah dayanya untuk meyakinkan budi dan hati. Seluruh waktu meditasi merupakan waktu refleksi dalam doa di hadapan Allah (Yves Raguin, 1986 : 30). Orang yang melakukan meditasi tidak tinggal dalam pikiran-pikirannya sendiri. Ia mampu masuk ke dalam pikiran-pikiran Allah. Orang yang bermeditasi maju dari pikiran yang satu ke pikiran yang lain, tetapi budinya dalam tindak iman, mengarahkan perhatiannya kepada pikiran lain dalam tingkat iman. Apa yang ia baca, dibacanya pada dua tingkat dengan satu pandangan. Ia menangkapnya dalam kedalaman, ia menikmatinya dan membuatnya menjadi santapan rohani bagi jiwa. Dalam pengenalan misterius itu jiwa memperoleh kekuatan. Ia akan segera dapat memasuki kemesraan lebih mendalam dengan.

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 14. Tuhan. Inti meditasi merupakan suatu kontemplasi budi, namun lebih teratur dan tersusun (Yves Raguin, 1986 : 31-32). Meditasi adalah latihan rohani yang universal, yang membimbing seseorang ke dalam keadaan doa, ke dalam doa Kristus. Seseorang yang bermeditasi dibawa dalam suasana yang hening, diam. Cara untuk melakukannya adalah dengan mengulang suatu kata yang suci dengan setia dan penuh cinta selama waktu meditasi. Kata suci itu dinamakan mantra. Hal tersebut di atas merupakan cara berdoa Kristiani kuno yang telah ditemukan kembali oleh seorang rahib Benediktin, Pater John Main (dalam Freeman, 2014: 14). Pater John Main dalam buku Latihan Harian Meditasi Kristiani (Freeman 2014: 27), mengatakan bahwa tantangan terbesar bagi orang modern untuk melakukan meditasi, adalah bahwa meditasi itu sendiri merupakan hal yang sederhana. Meditasi melatih diri untuk berhadapan dengan hal-hal yang rumit. Namun, sederhana itu menuntut disiplin. Meskipun ia terus menekankan untuk membuat meditasi sebagai suatu disiplin harian, bukan sekadar teknik peningkatan diri, ia juga menekankan kesabaran dan kelemahlembutan dalam mempelajari disiplin itu. Meditasi merupakan suatu cara untuk mengenal dan menerima diri. Ini adalah langkah pertama untuk mengenal Allah. Hal itu bukanlah semata-mata mengenal Allah secara intelektual, melainkan mengenal Allah melalui keserasian yang dalam antara tubuh yang diam dan jiwa. Tubuh sendiri merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perjalanan menuju Allah. Perjalanan ini bukanlah perjalanan seorang diri. Perasaan seorang diri dalam bermeditasi menyadarkan.

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 15. akan ketergantungan timbal balik dengan orang lain dan karena itu meditasi menciptakan komunitas atau kebersamaan (Freeman, 2014: 27). Pater John Main tidak mengatakan bahwa meditasi adalah satu-satunya jalan menuju kedalaman hati manusia. Saya tidak ingin mengatakan bahwa meditasi adalah satu-satunya jalan, melainkan bahwa meditasi adalah jalan satu-satunya yang saya temukan. Menurut pengalaman saya, meditasi adalah jalan yang sederhana yang membuat sadar sepenuhnya akan kehadiran Yesus di dalam hati, dan inilah pengalaman yang terekam dalam tradisi Kristiani sejak zaman rasul-rasul sampai masa kini (Freeman, 2014: 28). Meditasi merupakan sebuah pengalaman, yang dipraktekkan langsung, bukan sekadar teori atau suatu konsep tertentu. Meditasi adalah ungkapan doa. Tubuh bukanlah suatu penghalang antara orang yang bermeditasi dengan Allah. Tubuh merupakan sakramen yang diberikan Allah waktu manusia diciptakan. Tubuh adalah bait Roh Kudus dari Yesus yang bangkit. Tubuh merupakan bagian dari seluruh pengalaman doa. Hal tersebut dapat dipahami hanya. dengan. bermeditasi (Freeman, 2014: 31). Teks-teks kuno menyebut bahwa konfrontasi antara sabda dan hati itu adalah meditation. Meditasi yang dimaksud bukanlah meditasi dalam arti kata yang lebih rasional, melainkan meditasi dalam arti kata yang asli, yaitu: terusmenerus mengulangi, secara sabar mengucapkan berkali-kali kata-kata yang sama (Andre Louf, 1984: 65).. 2.. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pelaksanaan Meditasi Berikut ini adalah hal-hal sederhana yang perlu diperhatikan untuk. melakukan meditasi (Freeman, 2014: 32-37)..

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 16. Tubuh dalam keadaan santai, tetapi bukan dalam posisi tidur-tiduran, dalam diam tubuh mengungkapkan sikap dan tingkah laku seseorang. Punggung lurus dan tubuh dalam keadaan sadar penuh. Dalam bernafas, paling baik bernafas dengan perut. Sikap yang santai tetapi sadar penuh merupakan jalan menuju kedamaian. Dalam bermeditasi, mengambil waktu sejenak sangatlah baik untuk menemukan suatu sikap yang nyaman dan bisa bertahan lama. Keteganganketegangan dalam tubuh perlu dihilangkan yang biasanya ada di bagian bahu, tengkuk, mata, dan dahi. Sikap duduk dasar yang dapat dicoba adalah duduk di atas kursi dengan sandaran tegak sebagai penopang atau duduk bersila di lantai. Berguna sekali bila mencoba semua cara sampai mendapatkan satu sikap duduk yang paling baik, yang dirasa paling membantu dalam meditasi. Sikap dan latihan bernafas adalah latihan yang baik untuk tubuh. Sikap dan latihan tersebut akan mengajar manusia untuk menghormati tubuh sebagai karunia dan bait Allah. Sikap-sikap itu adalah persiapan untuk relaksasi yang sangat cocok sebelum melakukan meditasi. Waktu dan tempat yang tenang sangat diperlukan agar dapat terhindar dari gangguan selama meditasi. Waktu perlu diutamakan dalam bermeditasi, karena waktu dan tempat yang tepat akan sangat membantu dalam proses meditasi. Orang yang melakukan meditasi akan mengerti mengapa orang-orang yang setiap hari bermeditasi menganggap waktu-waktu meditasi tersebut sebagai waktu-waktu yang berharga dalam hidup mereka. Melakukan dengan tekun di tempat dan pada waktu yang sama, karena hal ini akan membantu memperdalam irama doa dalam hidup seseorang yang melakukan meditasi..

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 17. Waktu pagi merupakan waktu yang paling baik untuk melakukan meditasi pertama, sebelum melakukan kegiatan apapun. Menjelang malam adalah waktu yang terbaik untuk melakukan meditasi kedua, sesudah pulang kerja, sebelum santap malam dan melakukan kegiatan pada malam hari. Setiap meditasi dapat diawali atau diakhiri dengan sebuah musik atau sesuatu yang lain yang dapat menenangkan. dan memusatkan perhatian. Dan tentu saja, meditasi dapat. diintegrasikan dengan cara-cara doa lainnya, seperti perayaan Ekaristi atau membaca Kitab Suci. Meditasi perlu dijalankan secara teratur dan penuh disiplin. Lamanya waktu meditasi dapat diingatkan dengan alat bantu, misalnya dengan menggunakan timer dengan nada yang lembut atau menggunakan kaset dengan musik lembut selama 3-5 menit pada awal dan akhir rekaman. Memperpendek atau memperpanjang waktu meditasi sesuka hati adalah sikap yang kurang tepat, tetapi bersikap luwes terhadap disiplin diri akan sangat membantu. Kesulitan besar dan paling sering dialami oleh banyak orang dalam bermeditasi adalah pikiran yang datang silih berganti. Kesulitan ini seakan-akan tidak ada habishabisnya. Semua orang mengalami hal yang sama. Semua itu hanya merupakan akibat dari aktivitas pikiran. Mantra adalah cara yang paling sederhana dan efektif untuk mengatasi segala macam pikiran dan khayalan yang mengganggu tersebut.. 3.. Buah-buah Meditasi Buah-buah dalam meditasi bukanlah untuk membuat kesadaran orang yang. melakukannya berubah atau mengalami sesuatu yang luar biasa. Meditasi adalah.

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 18. menghidupi sesuatu yang biasa secara penuh dan menemukan di dalamnya kehadiran Allah. Sesuatu yang biasa namun dilihat dengan cara yang luar biasa. Bila meditasi dilakukan secara teratur dua kali sehari, orang yang tekun melakukannya akan merasakan bahwa keteraturan itu menjadikan hidup manusia lebih seimbang dan damai. Bila ia yang sudah terbiasa melakukannya dan tidak melakukan sehari saja, orang tersebut akan merasakan kehilangan sesuatu yang sangat penting. Meskipun waktu melakukan meditasi, orang yang melakukan tidak bisa tenang dan terganggu oleh banyak hal, meditasi tetap merupakan bagian yang penting dari hari orang yang rutin melakukan. Orang akan. tetap setia. sebagai seorang murid dengan mengikuti suatu disiplin yang begitu sederhana setiap hari (Freeman, 2014: 40). Dalam kehidupan sehari-hari dan teristimewa dalam hubungan dengan orang lain, dengan rutin melakukan meditasi akan dapat dirasakan buah-buah meditasi. Untuk bisa merasakan perubahan batin, tidak terjadi secara cepat atau dramatis. Hal itu disampaikan kepada pelaku meditasi oleh orang-orang yang hidup dan bekerja bersamanya. Mereka dapat memberikan catatan bahwa orang yang tekun melakukan meditasi itu berubah (Freeman, 2014: 40). Meditasi sangat membantu meningkatkan pemahaman dalam membaca Kitab Suci. Cakrawala baru menjadi terbuka, sejalan dengan pengalaman batin yang semakin mendalam (Freeman, 2014: 52). Perubahan itu dijelaskan dengan sangat indah oleh St. Paulus dengan nama “Buah Roh”. “Kasih, sukacita, kedamaian, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri” (Gal 5: 22)..

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 19. Adapun buah-buah meditasi menurut (Freeman, 2014: 41-43) adalah sebagai berikut: a. Kasih: kasih ditempatkan sebagai karunia terbesar. b. Sukacita: sukacita mempunyai arti lebih dalam daripada hanya kesenangan dan kebahagiaan. Sukacita ditemukan dalam pengalaman baru tentang hal-hal sederhana dan biasa dalam hidup. c. Kedamaian: kedamaian berarti pancaran dari keharmonisan hubungan-Nya dengan Bapa dan dengan seluruh ciptaan. d. Kesabaran: kesabaran adalah penyembuhan terhadap letupan-letupan rasa dongkol, kemarahan atau ketidaksabaran, dan segala cara untuk mengendalikan diri terhadap hal-hal yang memicu ketidaksabaran. e. Keramahan: keramahan adalah karunia untuk memperlakukan orang lain seperti diri sendiri. f. Kebaikan: kodrat manusia adalah baik karena diciptakan oleh Allah, dan karena Allah telah hidup di dalam diri. g. Kesetiaan: kesetiaan adalah karunia yang diterima melalui disiplin bermeditasi setiap hari. Menjadikan relasi hidup dan saling mencintai. h. Kelemahlembutan: sikap tanpa kekerasan terhadap orang lain dan juga terhadap diri sendiri. i. Penguasaan diri: menikmati hidup dalam kebebasan. Itulah buah-buah dari meditasi yang membuat perjalanan hidup dan karya pelayanan menjadi bermutu. Seimbang di tengah-tengah yang berlebihan. Buah Roh dalam meditasi perlahan-lahan bertumbuh di dalam diri orang yang setia dan.

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 20. tekun melaksanakan meditasi. Mengapa, karena mulai berpaling kepada kekuatan cinta yang ada dalam diri. Semua karunia dapat diperoleh dengan belajar bersyukur dalam keheningan, dalam meditasi. Menjauhkan dari kelekatankelekatan diri. Sumber dari dalam diri, hati, adalah sumber yang menyembuhkan dan membuat utuh. Menjadi utuh berarti menjadi kudus. Dengan meditasi, orang dikuduskan karena disembuhkan (Freeman, 2014: 43). Dengan meditasi yang rutin hari demi hari, seseorang akan menemukan bahwa mantra yang diucapkan dalam meditasi berakar dengan sendirinya dalam hati, sehingga menghidupi kesibukan dan istirahat sehari-hari dalam kesadaran akan kehadiran Allah. Hidup menjadi lebih kontemplatif yakni lebih berakar dalam “saat kini”, dengan penuh kesadaran dan lebih berbelas kasih (Freeman, 2014: 49-50).. 4.. Hidup Rohani Kongregasi Biarawati Abdi Kristus Berikut ini adalah cara meditasi yang dilakukan oleh para suster Abdi. Kristus, yang tertuang dalam buku doa para suster Abdi Kristus. Untuk bisa masuk ke dalam hati, aku bisa lewat beberapa pintu, misalnya: mata, bibir dan akal budi. Cara atau bentuk doa dipengaruhi oleh macam pintu itu. Bila aku masuk lewat mata, yang memandang lama dan penuh kasih, lalu hati terkena dan berdoa, aku berkontemplasi. Bila aku masuk lewat bibir, yang terus berkomat-kamit mengucapkan katakata atau kalimat singkat, dengan memperhatikan ritme, resonansi dan repetisi (irama, gema, dan pengulangan), aku berdoa “mantra” atau ber “doa Yesus”, yang keduanya adalah doa lisan. Bila aku masuk lewat akal budi, yang menyelidiki, menalari dan menimbang-nimbang, lalu hati tergerak dan berdoa, maka aku bermeditasi..

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 21. Selagi berlatih melaksanakan meditasi, di antara tahap pendahuluan berupa mengheningkan diri dan memohon rahmat khusus dan tahap akhir berupa wawancara dan doa penutup hafalan, ada tahap pokok meditasi berupa pengamatan, pemahaman dan pengalaman (Buku Doa Kongregasi Biarawati Abdi Kristus 2014: 69). Para suster Abdi Kristus yang masih menjalani tahap pembinaan di postulat maupun novisiat melakukan kebiasaan meditasi pada pagi hari sebelum merayakan perayaan Ekaristi. Sedangkan bagi para suster Abdi Kristus yang telah berkarya, melakukan meditasi bisa pada pagi hari atau sore hari atau malam hari. Waktu dan tempat disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi karya masingmasing suster. Bahan yang direnungkan biasanya mengambil dari bacaan Injil pada hari yang bersangkutan atau sesuai dengan kebutuhan masing-masing para suster. Hidup doa ditandai oleh suasana bakti pada kehadiran Allah sebagaimana tampak dalam keheningan, doa pribadi, doa bersama sehingga dapat memperkaya hidup batin dan rohani (Kons. 248). Hidup doa ini diupayakan terus-menerus dengan memupuk keyakinan bahwa Bunda Maria pasti membawa manusia pada putranya; Per Mariam ad Jesum (Kons. 249). Doa tidaklah mengurangi keterlibatan pengabdian, bahkan akan menyuburkan hidup dan pengabdian sebagaimana telah dinyatakan oleh Bunda Maria. Oleh karena itu diperlukan keseimbangan antara hidup doa, karya dan bersama (Kons. 249). Hidup doa para suster Abdi Kristus dijalankan dengan memupuk hidup batin melalui latihan-latihan rohani, berusaha mengikuti Perayaan Ekaristi setiap hari (Kons. 256-257), mendoakan secara bersama dan pribadi doa harian atau ofisi dalam komunitas-komunitas masing-masing (Kons. 259), kebiasaan visitasi dan.

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 22. adorasi Sakramen Maha Kudus, menerima sakramen tobat secara teratur setiap bulan (Kons. 261), berdoa secara pribadi secara teratur haruslah menjadi kerinduan para suster Abdi Kristus (Kons. 262), bimbingan rohani (Kons. 263), ingkar diri atau penyangkalan diri (Kons. 266). Dalam Konstitusi No. 267-269 ditegaskan juga hidup doa yang diupayakan bersama berupa silentium dalam biara, rekoleksi bulanan, retret tahunan dan pemeriksaan batin atau mawas diri yang dilaksanakan baik secara pribadi maupun bersama dalam komunitaskomunitas (Kapitel Umum V, 2008: 7-8). Pembinaan melalui retret ditangani oleh Tim Spiritualitas. Retret dilaksanakan dalam berbagai bentuk, misalnya pendalaman Konstitusi Tarekat Abdi Kristus, penyegaran hidup doa. Pemandu retret selain dari Tim Spiritualitas, juga mengundang pastor sebagai nara sumber utama. Retret dilaksanakan selama 8 hari di rumah retret yang dikelola oleh para suster AK atau di rumah retret lainnya, sesuai dengan kondisi dan kesepakatan bersama antara para suster pembimbing. Bahan retret yang didalami bersama biasanya telah disiapkan oleh pembimbing dengan menggunakan sumber bahan Kitab Suci, Konstitusi Biarawati Abdi Kristus, buku latihan rohani dan tayangan-tayangan atau materi khusus yang disiapkan oleh pembimbing (Dewan Pimpinan Umum Kongregasi Biarawati Abdi Kristus, 2007: 10). Pelaksanaan rekoleksi setiap bulan diserahkan pengaturannya kepada komunitas masing-masing. Bahan biasanya sudah disiapkan oleh tim spiritualitas namun komunitas mempunyai kebebasan untuk menggunakannya, sesuai dengan kebutuhan komunitas. Kitab Suci, Konstitusi merupakan sumber bahan utama.

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 23. yang diambil sesuai dengan kebutuhan. Sumber bahan tambahan lainnya biasanya diambil dari buku-buku bijak, buku inspiratif, atau pengalaman hidup dari salah satu suster yang pernah tertuang dalam bentuk tulisan.. 5.. Rangkuman Berdasarkan berbagai sudut pandang para ahli serta pengalaman penulis. dalam melakukan meditasi dapat disimpulkan bahwa meditasi merupakan salah satu bentuk doa. Di mana dengan meditasi tersebut yang dijalankan dengan kesungguhan hati, akan membawa manusia pada kedekatan dengan Allah. Meditasi adalah suatu bentuk doa yang melibatkan seluruh jiwa dan raga. Doa meditasi tersebut bukanlah doa yang hanya menggunakan hati, namun seluruh pikiran, kesadaran, bahkan tubuh. Semua terarah kepada Allah. Meditasi merupakan bentuk doa yang sederhana, tidak rumit, namun membutuhkan kedisiplinan dari orang yang melakukan meditasi tersebut. Bagi orang kristiani, khususnya para religius, meditasi menjadi sebuah sarana untuk mendapatkan kekuatan dari Allah sendiri dalam menjalankan karya kerasulan. Meditasi dilakukan dalam ketenangan, kedisiplinan, keseriusan serta keteraturan. Meditasi memampukan seseorang memiliki pengalaman batin yang menjadikan ia semakin dekat dengan penciptanya. Buah-buah dalam kerutinan, kebiasaan dan kesungguhan melakukan meditasi tidak hanya dirasakan oleh orang yang tekun dan setia melakukan meditasi, melainkan juga mampu dirasakan oleh orang-orang yang ada di sekitarnya. Penulis sendiri memiliki pengalaman, bahwa setelah melakukan meditasi dengan sungguh-sungguh, merasakan kesegaran jiwa, ada semangat baru serta kegembiraan hati setelah melakukan meditasi..

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 24. B. Karya Pelayanan Kongregasi Biarawati Abdi Kristus 1.. Latar Belakang Kongregasi Ada beberapa bentuk khusus hidup religius, dan Kongregasi Biarawati. Abdi Kristus (AK) merupakan hidup lembaga religius aktif-apostolik. Kongregasi Biarawati Abdi Kristus lahir atas prakarsa Mgr. Petrus Willekens, SJ yang pada waktu itu menjabat sebagai Vikaris Apostolik Batavia. Keinginan beliau untuk memajukan orang-orang pribumi dan memperkembangkan kebudayaan pribumi, terwujud dengan mendirikan Kongregasi Biarawati Abdi Kristus yang pada waktu pendiriannya diberi nama “Kongregasi Abdi Dalem Sang Kristus”, di Ambarawa pada 29 Juni 1938 (Darminta, 2008: 11-12). Dalam mengikuti Kristus pergi kepada Bapa, Kongregasi Biarawati Abdi Kristus terpanggil untuk menyebarluaskan karya penyelamatan Kristus, yang datang untuk membawa tahun rahmat Tuhan Allah bagi bangsa manusia, terutama yang miskin dan tertindas (Luk 4:18-19). Lewat hidup dan karya-karya, Kongregasi Biarawati Abdi Kristus ingin menyatakan bahwa Allah menyertai mereka, membawa perukunan dan perdamaian di dunia, serta mengangkat hidup dan budaya mereka untuk berbakti kepada Allah (Kons. 31).. a.. Tujuan Didirikan Tarekat Abdi Kristus menyediakan dan mempersembahkan diri kepada. karya pewartaan Gereja lewat kegiatan-kegiatan pengabdian kepada Gereja maupun masyarakat. Hidup rasuli merupakan inti hakekat Tarekat. Dengan kegiatan kerasulan itu, Tarekat ingin menyatukan diri dengan Kristus yang.

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 25. mewartakan Kabar Gembira untuk menyelamatkan umat manusia. Kerasulan secara religius dibaktikan kepada Gereja dan Allah, bagi Tarekat merupakan jalan menuju kepada Allah Bapa dengan mengikuti Kristus. Dengan bantuan rahmat Allah, Tarekat bertujuan ikut serta mengakarkan iman kristiani dalam budaya setempat baik lewat hidup Tarekat maupun lewat karya-karyanya (Kons. 29). Panggilan Tarekat terutama ditujukan kepada masyarakat pedesaan dan kota-kota kecil. Pelayanan Tarekat terutama ditujukan kepada mereka yang memerlukan pendidikan dasar dan karya kasih lainnya baik rohani dan jasmani pada tingkat awal. Dengan karya itu Tarekat ingin menanamkan nilai-nilai dasar hidup berdasarkan iman kristiani. Sebagian besar karya dan pelayanan Tarekat ini adalah masyarakat menengah ke bawah (Kons. 32).. b.. Cita-cita Khas dan Kharisma Tarekat Tarekat ini bercita-cita untuk mencintai dan menghayati hidup sederhana,. sesuai dengan masyarakat di mana berada. Hidup sederhana yang dicita-citakan ialah hidup yang penuh kerelaan dalam berbagi kekayaan baik rohani maupun jasmani sebagai wujud dari rasa seperasaan dan sepenanggungan dengan mereka yang miskin. Kemiskinan Tarekat ialah kemiskinan orang bekerja keras untuk memperoleh nafkahnya, bahkan dari kekurangannya berani membagikan kepada sesama. Lewat itu Tarekat ingin menyebarkan pola hidup sederhana kepada masyarakat (Kons. 33). Dengan ingin memupuk hidup seturut teladan Bunda Maria Hamba Allah dalam karya penyelamatan, Tarekat yakin mendapatkan anugrah kharisma khusus.

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 26. untuk diperjuangkan dan dihayati, yaitu kesederhanaan iman. Itu berarti penyerahan diri secara total kepada Allah dan karya penyelamatan-Nya. Allahlah yang merupakan tumpuan harapan satu-satunya, sebab sadar bahwa Allah yang mampu mengangkat kaum hina-dina (Kons. 35).. c.. Spiritualitas Tarekat Bersama Maria, yang menghambakan diri untuk menyambut kedatangan. Sang Penebus dan demi terlaksananya karya penebusan-Nya dengan menyebut dirinya Hamba Allah, Tarekat menyambut rahmat panggilan untuk ikut serta di dalam karya penyelamatan-Nya. Maria Hamba Allah merupakan spiritualitas Tarekat. Maka Tarekat mau meneladan Maria dalam pengabdiannya kepada Gereja dan masyarakat kecil (Kons. 34). Konstitusi Tarekat Abdi Kristus No. 251-255 memaparkan tentang jiwa Bunda Maria yang selayaknya menjadi jiwa para suster Abdi Kristus. Bunda Maria berdoa, karena menyadari kekecilan dan kemiskinan berhadapan dengan sapaan Allah, ia menyebut dirinya Hamba, Maria mampu memuji dan meluhurkan Allah, selalu menggantungkan diri pada kuasa dan rencana Allah. Kesadaran bahwa Allah mencintai dan karena itu dia membuat dirinya yang hina pantas dicintai itulah yang menjadi kenyataan yang dialami dalam jiwa Bunda Maria. Kesadaran bahwa Tuhan adalah penyelenggara utama membuat beban menjadi ringan dan menghantar orang selalu menghadap hadirat-Nya (Kons. 251). Dalam doa berada di hadirat Allah seperti itu, ia merasa ditemani semua pendoa, pria, wanita, oleh Bunda Maria dan Kristus sendiri (Kons. 252). Berjiwa.

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 27. miskin yang semakin dipupuk dan disuburkan lewat doa itu menjamin sikap miskin, yaitu orang merasa bebas terhadap keterbatasan dalam hidup, latar belakang, kesehatan, lanjut usia, ketidakmampuan untuk menyelesaikan apa yang diinginkan, ketergantungan kepada orang lain. Ia dibebaskan dari rasa takut dan putus asa. Maka juga tidak mudah goyah oleh godaan, tidak mau membesarbesarkan penderitaan. Semua hanya didasarkan atas kepercayaan bahwa Tuhan sendirilah yang akan menyempurnakan segala-galanya (Kons. 253). Jiwa kemiskinan itulah yang selayaknya mendorong para suster Abdi Kristus dalam berdoa secara benar dan dibenarkan oleh Allah (Luk 18: 13-14), berdoa bersama umat Allah, baik dalam Ekaristi, doa ibadat harian serta doa-doa lainnya. Selain itu, jiwa kemiskinan ini pula yang mendorong para suster Abdi Kristus untuk berdoa bagi kepentingan-kepentingan orang-orang lain dan mereka yang dilayani, supaya terjadi menurut rencana Allah. Secara khusus dalam doa mohon kekuatan dan keberanian seperti wanita-wanita dalam Injil diperkenankan bersama Maria di hadapan salib (Kons. 254). Dijiwai oleh semangat Bunda Maria, yang mengharapkan agar Sabda Allah terjadi pada dirinya, para suster Abdi Kristus yang hidup dalam komunitaskomunitas sangat diharapkan merenungkan Sabda Allah sebagai sumber kehidupan, seperti yang terungkap dalam Kitab Suci. Sabda Allah yang menjadi sumber hidup berkomunitas ini ditegaskan dengan jelas dalam Konstitusi Tarekat Abdi Kristus no. 260-261. Penulis meringkas demikian: Dalam merenungkan Kitab Suci menuntut kesediaan penuh untuk mendengarkan Tuhan yang bersabda dan hati yang.

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 28. menyesal menanggapi sentuhan dan ajakan Sabda untuk bertobat. Rahmat tobat yang ditawarkan oleh Kitab Suci mengundang para suster untuk memperbaharui diri dengan menyesali dosa dan kekurangan. Pertobatan ini merupakan jalan pemurnian jiwa dan kemerdekaan dalam pelayanan kepada Tuhan. Sejalan dengan teladan Bunda Maria, para suster Abdi Kristus ingin menyerahkan diri agar digunakan oleh Allah, terutama untuk menyapa yang lemah, tersisih dan kurang diperhatikan (Kons.199). Pelayanan Abdi Kristus lebih mementingkan dan mendahulukan mereka kalangan kecil. Bunda Maria menjadi pola pelayanan Abdi Kristus. Melayani dengan kesederhanaan namun sungguhsungguh sangat dibutuhkan oleh orang-orang kecil. Bunda Maria yang menjadi teladan dan pola hidup Kongregasi Abdi Kristus dalam melaksanakan karya penyelamatan Allah bukanlah melalui perbuatan-perbuatan atau karya-karya besar tetapi iman yang penuh penyerahan diri. Hal itulah yang memberi bobot kepada segala pengabdian dan pelayanan para suster Abdi Kristus, betapa pun nampaknya tak berarti dan kecilnya, tetapi pelayanan itu sangat dibutuhkan oleh orang-orang kecil yang tidak terjangkau oleh Kongregasi-kongregasi besar (Kons. 200).. d.. Lambang dan Semboyan Tarekat ini dimeteraikan dengan lambang Salib Berbentuk Jangkar, yang. bertuliskan Ecce Ancila Domint, sebagai tanda pengakuan iman Tarekat. Sebagai Abdi Kristus, Sang Penebus yang memanggul salib, dalam kesederhanaan iman menyerahkan diri seutuhnya kepada kuasa Salib yang menyelamatkan. Tarekat.

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 29. bersemboyan PadaMu Ya Tuhan Aku Berharap (Maz 38: 16), karena dari pengalaman hanya Tuhanlah yang kuasa melangsungkan Tarekat ini (Kons. 37).. 2.. Pelayanan Suster-suster Abdi Kristus Dalam Konstitusi Tarekat Abdi Kristus No 32, dikatakan bahwa pelayanan. Tarekat terutama ditujukan kepada mereka yang memerlukan pendidikan dasar dan karya kasih lainnya baik rohani dan jasmani pada tingkat awal. Pelayanan Kongregasi Abdi Kristus lebih mengutamakan mereka yang kecil, pendidikan menengah ke bawah. Pelayanan tidak hanya dalam bidang pendidikan, melainkan pelayanan apa saja dalam hal rohani maupun jasmani, misalnya asrama atau panti asuhan, rumah bersalin, balai pengobatan, dan lain sebagainya. Cita-cita khas Tarekat adalah mencintai dan menghayati hidup sederhana, sesuai dengan masyarakat di mana berada. Hidup sederhana yang dicita-citakan ialah hidup yang penuh kerelaan dalam berbagi kekayaan baik rohani maupun jasmani sebagai wujud dari rasa seperasaan dan sepenanggungan dengan mereka yang miskin (Kons. 33). Pengalaman rohani penulis sebagai anggota Abdi Kristus merasakan bahwa mutu pelayanan suster Abdi Kristus adalah suatu karya kerasulan yang dilakukan oleh para suster Abdi Kristus, bukan berdasarkan kewajiban dan tugas saja melainkan karena semangat yang didapatkan dari buah hasil sebuah doa yakni salah satunya adalah doa dalam bentuk meditasi. Meditasi menjadi bagian yang sangat penting dalam kehidupan para suster Abdi Kristus. Buah-buah yang diperoleh dari ketekunan untuk bermeditasi mampu memberi kekuatan serta semangat dalam karya pelayanan bagi para Suster Abdi Kristus..

(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 30. Doa bukanlah pengganti pelayanan. Begitu pula pelayanan yang penuh semangat, bukanlah sebagai pengganti doa. Keduanya sangatlah penting bagi kehidupan setiap religius. Mutu pelayanan setiap suster Abdi Kristus tidaklah hanya nampak dalam sikap lahiriah sehari-hari, melainkan juga tentunya dirasakan dalam kedalaman hati setiap suster Abdi Kristus. Mengenai pengabdian para suster Abdi Kristus juga terungkap dalam Konstitusi Tarekat yakni: Kerja kita dan semua pelayanan kita haruslah kita hayati sebagai tugas yang menjadikan kita dan sesama manusiawi, sebagai manusia yang bermartabat karena Tuhan tinggal. Dalam bekerja yang kita cari bukanlah keuntungan pribadi, kepuasan diri, apalagi balas jasa berlebihan, kecuali yang layak diterima, karena setiap pekerja layak mendapat upahnya. Kita perlu selalu mencamkan, bahwa masyarakat memerlukan orang-orang yang merdeka tidak terikat dan terhambat oleh benda materi. Masyarakat sederhana sangat memerlukan orang-orang yang tanpa pamrih mengabdi mereka, berbagi rasa dengan penderitaan mereka. Oleh karena itu mewartakan Injil dalam kemiskinan bagi kita berarti bahwa kita ingin dengan merdeka dan rela ikut menanggung beban hidup dan derita orangorang kecil dan sederhana dalam bergulat untuk menyambung hidup mereka. Kadang kala kitapun harus rela bersama mereka mengalami ketakberdayaan di dalam hidup, sehingga hanya pada Tuhanlah bertumpu harapan kita (Kons.186). Menurut pemahaman dan pengalaman penulis sebagai anggota Abdi Kristus, pelayanan yang dihayati oleh para suster Abdi Kristus adalah pelayanan yang mengutamakan orang-orang kecil dan sederhana, sebagaimana yang menjadi cita-cita Tarekat Abdi Kristus adalah lebih mengutamakan pelayanan pada orangorang kecil dan sederhana, bukan pada karya-karya yang besar seperti Kongregasi-kongregasi besar lainnya. Dalam pertemuan para suster yunior Abdi Kristus, Rm. Krispurwana Cahyadi, S. J. menuliskan dalam diktatnya demikian: Seorang suster Abdi Kristus adalah pelayan perutusan Kristus. Pengabdian tersebut dibuat di dalam Gereja. Maka bisa dikatakan pula bahwa suster.

(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 31. Abdi Kristus adalah pelayan Gereja, sebagai sakramen keselamatan Allah. Di sini tidak dipisahkan, apalagi dibedakan, antara pengabdian kepada Kristus dengan pengabdian kepada Gereja. Pengabdian kepada Kristus tersebut justru ada di dalam Gereja (Krispurwana Cahyadi: 2015). Sejalan dengan teladan Bunda Maria, para suster Abdi Kristus ingin menyerahkan diri agar digunakan oleh Allah, terutama untuk menyapa yang lemah, tersisih dan kurang diperhatikan (Kons.199). Pelayanan para suster Abdi Kristus lebih mementingkan dan mendahulukan mereka kalangan kecil. Bunda Maria menjadi pola pelayanan para suster Abdi Kristus. Melayani dengan kesederhanaan namun sungguh-sungguh sangat dibutuhkan oleh orang-orang kecil. Bunda Maria yang menjadi teladan dan pola hidup Kongregasi Abdi Kristus dalam melaksanakan karya penyelamatan Allah bukanlah melalui perbuatan-perbuatan atau karya-karya besar tetapi iman yang penuh penyerahan diri. Hal itulah yang memberi bobot kepada segala pengabdian dan pelayanan para suster Abdi Kristus, betapa pun nampaknya tak berarti dan kecilnya, tetapi pelayanan itu sangat dibutuhkan oleh orang-orang kecil yang tidak terjangkau oleh Kongregasi-kongregasi besar (Kons. 200).. 3. Karya Pelayanan para Suster Abdi Kristus Regio Yogyakarta Beberapa komunitas para suster Abdi Kristus Regio Yogyakarta: a.. Komunitas Postulat Condronegaran: Komunitas ini merupakan komunitas pendidikan. Dimana para suster yang tinggal di komunitas ini adalah para postulan serta para suster yang sedang menjalani perutusan untuk studi di Yogyakarta..

(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 32. b.. Komunitas Wates: Komunitas dengan karya pelayanan yakni: playgroup, TK serta karya pastoral, di paroki Wates.. c.. Komunitas Wonosari: Komunitas dengan karya pelayanan yakni: panti asuhan (di Ngawen), TK, SMP, SMK serta karya pastoral lainnya.. d.. Komunitas Wedi: Komunitas dengan karya pelayanan TK, SD, dan balai pengobatan serta karya pastoral.. e.. Komunitas Sangkal Putung: Komunitas dengan karya pelayanan rumah retret, sebagai penanggungjawab bagian dapur dan ruangan-ruangan, bekerja sama dengan para pastor Jesuit dan karyawan rumah retret lainnya.. f.. Komunitas Seminari Tinggi Kentungan: Karya sebagai staff seminari tinggi. Bertanggungjawab di bagian dapur dan kapel seminari.. g.. Komunitas Sumber, yang terletak di paroki Sumber dengan karya pastoral yakni: SD, Rumah Retret dan karya pastoral Gereja lainnya yakni mendampingi kegiatan-kegiatan pasca erupsi Merapi. Itulah beberapa karya pastoral komunitas para suster Abdi Kristus Regio. Yogyakarta.. C. Mutu Pelayanan Para pelayan kristiani mulai merasa bahwa doa semakin dialami sebagai pelarian ke dalam hidup batin yang aman dan sebagai jalan untuk menghindarkan diri dari masalah-masalah yang seharusnya mengusik suara hati kristiani dan merupakan tantangan untuk melibatkan diri dalam tindak yang kreatif dalam pelayanan. Meditasi dan kontemplasi akan membosankan dan tidak menghasilkan.

(50) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 33. buah kalau tidak diimbangi dengan menggunakan waktu secara lebih baik untuk melatih ketrampilan yang perlu dan mempelajari teknik-teknik yang membantu untuk dapat melayani sesama dengan sungguh-sungguh. Tidak mengherankan bahwa kapel menjadi tempat yang makin tidak populer untuk dikunjungi, pembimbing rohani semakin jarang didatangi. Sebaliknya semakin banyak perhatian diberikan kepada latihan-latihan pastoral di rumah sakit, penjara, paroki dan proyek-proyek khusus (Nouwen, 1986: 17). Doa bukanlah persiapan sebelum bekerja atau syarat yang tidak dapat diabaikan kalau pelayanan mau berhasil, doa adalah bagian dari hidup orang beriman. Doa dan pelayanan adalah sama dan tidak dapat dipisahkan. Kalau keduanya dipisahkan, seorang pelayan kristiani akan menjadi seorang tukang dan imamat tidak lebih dari sebuah cara lain untuk meringankan penderitaan hidup sehari-hari. Kalau keinginan untuk hening, untuk berkontemplasi dan bermeditasi tidak muncul dari keterlibatan terhadap dunia ini, akan segera menjadi bosan karena tidak tahu mengapa harus menjalani latihan-latihan rohani yang begitu banyak. Kalau Allah tidak semakin menjadi Allah yang hidup, manipulasi bagi mereka yang melayani umat Allah setiap hari, Dia tidak akan ditemukan di gurun, di biara atau pun pada saat-saat diam. Kalau profesionalisme pelayanan tidak mau merosot menjadi satu bentuk manipulasi klerikal, haruslah profesionalisme itu dilandaskan pada hidup rohani pelayan kristiani sendiri yang mengakar begitu dalam, karena profesionalisme itu berkembang dari perhatiannya yang terusmenerus bagi mereka yang bekerja bersama dengan dia (Nouwen, 1986: 21)..

(51) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 34. Keutamaan kerja keras dan mutu adalah tuntutan profesionalitas sekaligus tuntutan totalitas. Kerja keras mengindikasikan kemauan untuk mencurahkan seluruh tenaga dan waktu, sementara mutu mengindikasikan kemauan untuk memberikan semua kemampuan dan potensi diri. Kerja keras dan mutu hendak menunjuk pada pribadi yang tidak setengah-setengah. Ia punya sikap magis, yaitu melakukan yang lebih baik dengan cara memberikan waktu, tenaga maupun pikiran dan talenta diri. Keutamaan kerja keras dan mutu dilakukan sebagai penghayatan iman bahwa ia melakukan semua itu karena ingin dipersatukan bersama Allah sendiri, yang di dalam Yesus Kristus telah bekerja keras demi kebahagiaan dan keselamatan umat manusia seluruhnya (Mintara, 2014: 78). Motivasi sejati dalam pelayanan dimurnikan dan dijernihkan dalam doa. Begitu banyak motifasi yang tidak sehat menentukan pemikiran dan tindakan dan semuanya itu membutakan sehingga tak dapat lagi membedakan motifasi-motifasi yang sesungguhnya (Stockman, 2005: 39). Efektivitas karya pelayanan ikut terpengaruh oleh bagaimana cara melayani. Sebaik dan semutu apapun pelayanan kita, tetapi bila diberikan dengan tidak rela, maka buah dan efektivitas pelayanan menjadi lain, yakni kurang baik. Pelayanan yang murah hati tampak dalam pelayanan yang membebaskan. Pelayanan yang membebaskan tampak dari buah pelayanan yang membawa orang kepada suasana ringan, enak dan gembira. Entah bagaimana kehadiran kita membuat orang lain merasa dibantu, dibebaskan dari belenggu atau tekanan tertentu. Kehadiran dan pelayanan kita selalu dinantikan, diharapkan, dan dirindukan (Martasudjita, 2003: 49-50)..

(52) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 35. Pelayanan yang murah hati adalah pelayanan yang penuh pengabdian. Pengabdian dalam arti sikap pelayanan yang tulus, tanpa pamrih, tidak memikirkan kepentingan diri sendiri. Jiwa pengabdian juga mengandung makna tanpa mencari imbalan alias tanpa pamrih (Martasudjita, 2003: 52-53). Pelayanan dengan penuh pengabdian dijiwai oleh keinginan untuk memberikan seluruhnya bagi Kerajaan Allah. Sedangkan hal-hal lain, seperti keperluan hidup, pakaian, makanan, singkatnya: nafkah, tidak menjadi nomor satu. Orang macam ini meresapkan Sabda Tuhan (Martasudjita, 2003: 54). Seluruh karya pelayanan dan kerasulan hanya bisa ada, hidup dan tumbuh karena mengalir dari Tuhan Yesus Kristus sendiri, Sang Batu Penjuru. Itulah hakikat karya pelayanan yakni karya Tuhan sebagaimana telah direnungkan. Karya pelayanan dan kerasulan merupakan karya Gereja sendiri yang dibangun atas dasar para rasul dan para nabi (Martasudjita, 2006: 47). Di dalam kehidupan ini khususnya dalam karya pelayanan para religius, tentu banyak tantangan dan kesulitan yang dihadapi. Orang beranggapan bahwa kesusahan, derita, penyakit adalah hambatan dalam pelayanan yang baik. Pandangan yang dikemukakan oleh Yesus bertolak belakang dengan pandangan duniawi. Baik dalam pengajaran maupun dalam hidup-Nya, Yesus menunjukkan bahwa kegembiraan yang sejati sering kali tersembunyi di balik kesusahan, tarian kehidupan dimulai dalam kesedihan. Ia berkata, “...kalau tidak mati, biji gandum tidak dapat menghasilkan...”. Salib menjadi lambang yang amat jelas. Salib adalah lambang kematian dan kehidupan dalam karya pelayanan, penderitaan dan kegembiraan, kekalahan dan kemenangan (Nouwen, 1998: 37-38)..

Gambar

Tabel 1. Variabel Penelitian  No Variabel  yang
Tabel 2: Identitas Responden Sebagai Pimpinan Karya dan Anggota  NO Responden  Jawaban  Responden
Tabel 3: Tantangan dalam pelayanan menurut Pimpinan Karya  NO Responden  Jawaban  Responden
Tabel 4: Tantangan dalam pelayanan menurut Anggota  NO Responden  Jawaban  Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait