• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI, LAPORAN DAN PEMBAHASAN

B. Laporan Hasil Penelitian

3. Hasil Wawancara

Berikut ini akan dipaparkan laporan hasil wawancara berdasarkan pertanyaan yang diajukan penulis kepada para suster baik sebagai pimpinan karya maupun anggota.

a. Identitas Responden

Dalam tabel 2 ini penulis akan menuliskan 12 identitas responden yang sudah penulis wawancarai. Baik sebagai pimpinan karya maupun anggota, serta responden lainnya, yakni para suster yang masih dalam tahap pembinaan.

Tabel 2: Identitas Responden Sebagai Pimpinan Karya dan Anggota

NO Responden Jawaban Responden

1 R1 Sr. M. Yosephinia, AK. Usia 58 tahun. Sebagai pimpinan komunitas sekaligus penanggungjawab dan pimpinan karya PAUD Terpadu, St. Theresia, serta Pastoral. Berkarya selama lima (5) tahun di komunitas Wates. Berkarya dengan para guru, karyawan baik sekolah maupun komunitas, dengan rama paroki serta umat setempat.

2 R2 Sr. M. Nerifa, AK. Usia 25 tahun. Berkarya sebagai anggota komunitas dan pendamping TPA, sehari-hari menemani anak-anak, sekitar 7 anak. Sudah berkarya selama satu tahun. Selain itu juga pastoral. PIA, Misdinar, WK: Arisan, memberi renungan, memimpin ibadat, Dasawisma. Bekerja dengan para karyawan play group, para suster, rama paroki, ketua lingkungan dan umat setempat.

3 R3 Sr. M. Retha, AK. Usia 53 tahun. Bekerja selama 4 tahun, sebagai bendahara dan keuangan sekolah (PAUD Terpadu: TPA, Play Group, TK). Bekerja dengan para guru dan karyawan non Guru. Selain berkarya di sekolah juga menjalani pastoral.

4 R4 Sr. M. Angela, AK. Usia 66 tahun. Berkarya sebagai pimpinan karya dan penanggungjawab Klinik St. Maria Wedi, Klaten. Dalam karya bekerja dengan para perawat, dokter, pasien, dan karyawan non kesehatan. Sudah lebih dari 25 tahun berkarya dalam bidang kesehatan.

5 R5 Sr. M. Yovita, AK. Usia 54 tahun. Sebagai anggota komunitas, bendahara RB & BP St. Maria, dan sebagai perawat. Berkarya selama 4 tahun. Relasi karya dengan para karyawan dan anggota komunitas.

6 R6 Sr. M. Carola, AK. Usia 40 tahun. Sebagai pimpinan komunitas dan penanggung jawab di rumah retret Sangkal Putung Klaten. Berkarya selama bulan, sebelumnya tinggal di komunitas novisiat. Di rumah retret berkarya bersama para Rama Jesuit, para karyawan rumah retret.

7 R7 Sr. Yhosepha Maria. Usia 53 tahun. Sebagai anggota komunitas dengan karya penanggungjawab bagian kamar dan ruangan-ruangan di rumah retret Sangkal Putung Klaten. Sudah berkarya selama 4 tahun. Dalam karya bekerja dengan para karyawan rumah retret.

8 R8 Sr. M. Hilaria, AK. Usia 59 tahun. Sebagai pengurus rumah tangga seminari tinggi kentungan, berkarya selama 5 tahun, 2 bulan. Dalam karya bekerjasama dengan para Rama praja, para frater, dan karyawan seminari.

9 R9 Sr. M. Chantal, AK. Usia 56 tahun. Sebagai anggota komunitas di seminari tinggi kentungan Yogyakarta dan sekaligus sebagai penanggungjawab dapur di seminari tinggi kentungan Yogyakarta. Sudah berkarya selama 4 tahun. Bekerjasama dengan para karyawan seminari. 10 R10 Sr. M. Marcellina, AK. Usia 46 tahun. Sebagai pengelola

panti asuhan Ngawen Wonosari, dan sebagai anggota komunitas. Berkarya selama satu tahun. Dalam karya bekerja dengan para pengasuh anak panti.

11 R11 Sr. M. Mathilda, AK. Usia 20 tahun. Sebagai novis AK, menjalani pembinaan kurang lebih 3 tahun. Dalam keseharian hidup bersama dengan Magistra novisiat, para suster sekomunitas dan rekan kerja seperti para karyawan komunitas.

12 R12 Sr. M. Tarsisiani, AK. Usia 21 tahun. Sebagai novis AK menjalani pembinaan kurang lebih 3 tahun. Dalam keseharian hidup bersama dengan Magistra novisiat, para suster sekomunitas dan rekan kerja seperti karyawan novisiat.

b. Dalam Menghadapi Tantangan dan Kesulitan dalam Pelayanan, Hal-hal yang Dirasakan

R1 sebagai pimpinan karya mengatakan bahwa di dalam pelayanan dirasakan ada kegembiraan setiap hari. Tantangan dan kesulitan itu selalu ada, namun bukan penghalang untuk tetap bahagia dalam pelayanan dan panggilan. Hal ini sama dengan apa yang dikatakan oleh R2 sebagai anggota komunitas bahwa tantangan tidak pernah tidak ada, bahkan selalu ada, tetapi justru dari tantangan itu digembirakan oleh Tuhan bisa melayani dengan perjuangan, sehingga tetap bahagia meskipun ada kesulitan. Perhatian dan kasih dari orang-orang sekitar baik di tempat karya maupun di komunitas memampukan untuk tetap bahagia dalam tantangan dan kesulitan sekalipun.

R3 mengatakan hal yang sama dengan yang dialami oleh R7 dan R9, kebahagiaan dirasakan dalam pelayanan yang tulus, bekerja dengan sebaik-baiknya. Dalam karya pelayanan merasakan kecewa, sedih, marah, emosi, baik pada karyawan maupun rekan kerja yang lain, namun hal tersebut tidak membuat lemah dan putus asa di dalam karya pelayanan setiap hari.

Beberapa responden lain juga mengatakan bahwa tantangan dan kesulitan bukan penghalang untuk tetap bahagia dan gembira dalam pelayanan sehari-hari. Justru dalam situasi apapun diharapkan tetap bahagia, itulah jati diri seorang Abdi Kristus atau pelayan Tuhan. Kegembiraan batin dirasakan dalam tantangan dan kesulitan karena itu yang membuat krasa dadi suster (merasakan benar jadi seorang suster seperti ini). Dalam kesulitan masih tetap bahagia itu kegembiraan sejati sebagai seorang Abdi Kristus.

Dalam tabel 3 dan tabel 4 berikut ini penulis akan memaparkan secara lengkap hasil wawancara tersebut.

Tabel 3: Tantangan dalam pelayanan menurut Pimpinan Karya

NO Responden Jawaban Responden

1 R1 Tetap bahagia dan gembira walaupun banyak tantangan dan kesulitan. Kesulitan pasti selalu ada dalam kehidupan pelayanan maupun hidup bersama dalam komunitas. Ada kesulitan bukan berarti tidak bahagia. Semua orang tentu mempunyai kesulitan masing-masing, dan bagi saya itu menjadi tantangan yang membuat berkembang. Kebahagiaan dan kegembiraan yang saya alami bukan berarti tanpa kesulitan. Dan menghadapi kesulitan dan tantangan bukan berarti saya tidak bahagia. Intinya menjadi suster tetap bahagia dan gembira.

2 R4 Pertolongan Tuhan saat mengalami kesulitan merupakan kebahagiaan. Kebahagiaan bukan hanya dalam hal-hal

yang menggembirakan, namun juga dalam kesulitan. Merasa bahagia karena boleh ambil bagian dalam karya Tuhan meski dalam hal-hal yang sederhana, misalnya melayani orang sakit, dan tidak mendapat imbalan apapun, itu menggembirakan.

3 R6 Bahagia bukan saat menerima, tetapi saat bisa memberi dengan penuh ketulusan hati. Berkarya di tengah banyak karyawan dan teman kerja dari kongregasi lain semakin menambah wawasan dan ada banyak tantangan. Namun dukungan dan kerjasama yang baik dengan teman sekomunitas sangat membantu dalam pelaksanaan karya. 4 R8 Bahagia karena bisa menjadi penyalur rahmat Tuhan

melalui kemampuan yang dimiliki. Bahagia sebagai orang yang dipilih menjadi utusan-Nya. Merasa sebagai orang pineleh (terpilih). Berkarya di lingkungan para rama dan frater sangat tidak mudah, ada tantangan tersendiri yang dihadapi. Tetap gembira dan bahagia bisa melayani sesuai dengan kemampuan meski terbatas.

Tabel 4: Tantangan dalam pelayanan menurut Anggota

NO Responden Jawaban Responden

1 R2 Kerjasama yang baik antar rekan kerja, suster sekomunitas. Itu sudah merupakan kebahagiaan. Bisa merayakan ekaristi setiap hari juga merupakan kebahagiaan yang tidak terkira. Meskipun kadang ada kesulitan, tantangan, tetapi tetap merasa bahagia. Dalam tantangan dan kesulitan bisa merasakan artinya kebahagiaan. Bahagia tidak terletak pada fisik yang penuh tawa, tetapi keiklasan hati menerima tantangan merupakan kebahagiaan batin.

2 R3, R7, R9 Kebahagiaan itu dirasakan dalam pelayanan yang tulus, bekerja dengan sebaik-baiknya itu membahagiakan. Dalam pelayanan setiap hari tetap bahagia. Terkadang ada rasa kecewa, sedih, kesulitan, emosi, namun itu tidak membuat putus asa, tidak menyurutkan dalam melayani. 3 R5, R10 Setiap hal dalam pelayanan sangat membahagiakan

karena untuk itu diutus yaitu untuk melayani. Perkara bahagia itu rahmat yang diperoleh setiap hari. Sejauh setiap peristiwa selalu dimaknai dan direfleksikan bersama Tuhan, itu pasti selalu membahagiakan.

4 R11, R12 Hidup keseharian dalam pembinaan tidak lepas dari tantangan dan hambatan, baik dalam hidup pribadi maupun bersama. Banyak mendapat teguran, banyak perhatian dan sorotan dari komunitas lain. Sering ditegur itu setiap hari, tetapi itu mengembangkan, menjadi tahu mana yang salah, mana yang benar. Setiap hari dibentuk melalui teguran. Tetapi mendewasakan.

c. Hal-hal yang Menyemangati dalam Pelayanan

Sebagian besar dari responden mengatakan bahwa hidup doa, hidup rohani itu yang paling memberi semangat di dalam karya pelayanan. Relasi dengan Tuhan dalam doa, meditasi, perayaan ekaristi setiap hari, bacaan rohani, mendalami konstitusi, kegiatan rohani tersebut yang selalu memberi kekuatan, demikian yang diungkapkan oleh R1, R4 sebagai pimpinan karya, sama halnya yang dikatakan oleh anggotanya yakni R2, R3. Menurut R6 mengatakan bahwa hal pokok dan utama yang menyemangati dalam karya pelayanan adalah kekuatan doa. Baik doa bersama sesuai kesepakatan bersama dan aturan kongregasi, maupun doa pribadi dalam bentuk hening, meditasi, adorasi serta perayaan ekaristi. Selain itu dukungan dari komunitas, kongregasi, keluarga juga sangat memberi kekuatan di dalam pelayanan. Hal tersebut sama dengan yang dikatakan oleh R7. Rahmat yang didapat dari doa-doa memberi peneguhan dalam karya. Saling mendukung antar anggota komunitas dan pimpinan karya sangat memberi pengaruh dalam pelaksanaan karya.

Berbeda dengan R5, mengatakan bahwa yang menyemangati di dalam karya pelayanan adalah rasa syukur sebagai orang terpanggil secara khusus, hal ini yang menjadi penyemangat setiap hari dalam pelayanan. Pelayanan bermutu

yang penuh semangat karena luapan rasa syukur dari dalam hati. Hal serupa juga diungkapkan oleh R8, R9 dan responden lain yakni para novis, R11 dan R12.

Dalam tabel 5 dan 6 berikut ini, penulis akan memaparkan secara lengkap hasil wawancara tersebut.

Tabel 5: Yang Menyemangati dalam Pelayanan Menurut Pimpinan Karya

NO Responden Jawaban Responden

1 R1 Satu-satunya yang menyemangati adalah relasi dengan Tuhan. Rahmat Tuhan yang didapatkan melalui doa bersama, meditasi serta perayaan ekaristi setiap hari. Segalanya karena Tuhan yang memberi rahmat, sehingga bersemangat setiap hari dalam pelayanan.

2 R4 Pelayanan dalam bentuk apapun adalah sarana untuk mengabdi Tuhan. Yang paling terasa menyemangati dalam karya pelayanan adalah kedisiplinan hidup rohani secara pribadi, tanpa pernah mengabaikan kebersamaan. Saya melihat orang sakit yang saya layani adalah Yesus sendiri. itu yang selalu membuat semangat. Yesus hadir melalui orang sakit. Melihat orang sakit berarti melihat Yesus.

3 R6 Kekuatan doa dalam bentuk doa bersama dalam komunitas, doa pribadi seperti adorasi, meditasi, hening, refleksi. Buah-buah dari doa-doa itulah yang memberi kekuatan dan semangat dalam karya pelayanan dalam wujud apapun dimana pun. Dukungan dan perhatian kongregasi serta keluarga juga sangat mendukung dalam pelayanan.

4 R8 Kepercayaan yang diberikan dari kongregasi merasa sebagai orang yang diutus, itu yang selalu menjadi semangat. Saya di sini dipanggil dan diutus. Utusan dari kongregasi merupakan utusan Tuhan.

Tabel 6: Yang Menyemangati Dalam Pelayanan Menurut Anggota

NO Responden Jawaban Responden

1 R2 Motivasi awal menjadi seorang religius memberi semangat dalam pelayanan setiap hari. Sadar diri bahwa

dipanggil untuk melayani, maka selalu semangat. Tanpa semangat rohani pelayanan sekedar bekerja saja.

2 R3 Bacaan rohani dan menghayati konstitusi, menjadi tongkat dalam perjalanan pelayanan setiap hari.

3 R5 Rasa syukur sebagai orang terpanggil secara khusus menjadi penyemangat setiap hari dalam pelayanan. Pelayanan bermutu yang penuh semangat karena luapan rasa syukur dalam hati. Rasa syukur itu menumbuhkan semangat dan kreatifitas dalam melayani.

4 R7 Kekuatan doa dalam bentuk doa bersama dalam komunitas, doa pribadi seperti adorasi, meditasi, hening, refleksi. Rahmat yang didapat melalui kehidupan rohani itu memberi peneguhan dan semangat dalam karya pelayanan dalam wujud apapun dimana pun. Relasi yang baik antara pimpinan dan anggota juga mendukung. 5 R9, R10 Dipanggil untuk terlibat. Diutus oleh pimpinan dimaknai

sebagai utusan dari Tuhan sendiri.

6 R11, R12 Semangat karena teguran itu demi kebaikan dan perkembangan panggilan. Sadar diri karena dibentuk Tuhan melalui pimpinan dan kongregasi.

d. Pengertian Tentang Mutu Pelayanan

Mutu pelayanan menurut beberapa responden bukanlah pengertian secara teori, namun karena sudah dilaksanakan sehingga mengartikan dan memaknai apa itu pelayanan yang bermutu atau mutu pelayanan karena merasakan maknanya dalam kenyataan. Menurut R4 sebagai pimpinan di karya kesehatan mengatakan bahwa mutu pelayanan itu saat memberi dengan tulus tanpa mengharapkan imbalan apapun. Hal ini sesuai dengan pengalamannya selama bertahun-tahun berkarya di kesehatan bahwa ketika pasien tidak membayar karena tidak mempunyai uang, Suster sebagai responden dalam penelitian ini tetap merasa bahagia. Dia mengatakan di sinilah letak pelayanan yang bermutu. Menurut R8

pelayanan yang bermutu itu adalah pelayanan yang dilakukan dengan sebaik-baiknya, tidak mengandalkan kekuatan sendiri, tetapi mengandalkan Tuhan. Semua semata-mata untuk Tuhan.

Dalam tabel 7 dan tabel 8 berikut ini penulis menguraikan dengan jelas jawaban dari responden mengenai pengertian mutu pelayanan.

Tabel 7: Pengertian Mutu Pelayanan Menurut Pimpinan Karya

NO Responden Jawaban Responden

1 R1 Karya apapun yang dilakukan dibumbui dengan doa, tidak sekedar bekerja saja, tetapi ada semangat doa di dalamnya. tidak mengandalkan diri sendiri, tetapi mengandalkan kekuatan Tuhan.

2 R4 Siap sedia melakukan perutusan setiap hari dengan menghayati ketiga kaul yakni, kaul kemurnian, kaul ketaatan dan kaul kemiskinan. Melayani berbeda dengan bekerja. Melayani tidak menuntut upah.

3 R6 Pelayanan yang seimbang, bukan hanya bekerja, berkarya tetapi juga berdoa. Kesabaran menghadapi apapun juga. 4 R8 Pelayanan yang mengarahkan diri pada Tuhan, tidak

mencari kepentingan pribadi tetapi semua karya ditujukan pada Tuhan. Tidak mengandalkan diri sendiri tetapi mengandalkan Tuhan dengan doa dan karya yang sebaik-baiknya. Semua semata-mata hanya untuk Tuhan.

Tabel 8: Pengertian Mutu Pelayanan Menurut Anggota

NO Responden Jawaban Responden

1 R2 Pelayanan yang tulus dan tidak mudah mengeluh, murah hati, mendahulukan kepentingan orang lain di atas kepentingan pribadi maupun kelompok.

2 R3 Mutu pelayanan tidak terletak pada besarnya pelayanan atau jabatan, tetapi sikap batin dalam melaksanakannya.

3 R5 Bekerja dengan baiknya, melayani dengan sebaik-baiknya, bukan menurut ukuran diri sendiri, tetapi dengan motivasi menggembirakan orang lain.

4 R7, R10 Berkarya dimana pun senang, mengerjakan apapun senang, tidak ada yang tinggi tidak ada yang rendah. Dalam pelayanan semua di hadapan Tuhan sama, maka juga mengusahakan segalanya menjadi sarana melayani Tuhan. Pekerjaan bentuk apapun dan di mana pun, semua dilakukan dengan ketulusan hati, kegembiraan batin. Kemurahan hati tidak dalam berapa banyak yang kuberikan tetapi kerelaan hati memberikan waktu, tenaga dan perhatian.

5 R9 Bukan dilihat dari hasilnya, tetapi kerelaan hati apapun hasilnya. Memberikan diri bagi pelayanan untuk kemuliaan Tuhan. Bertindak kreatif sesuai dengan talenta yang diberikan, tidak monoton tetapi berkembang.

6 R11, R12 Melakukan pekerjaan seperti mengepel, berkebun, menyapu, berdoa, dengan sebaik-baiknya, tulus, gembira, bukan maksud ingin dipuji, bukan karena ada pimpinan yang melihat. Ada pimpinan maupun tidak ada pimpinan tetap berkerja dan melayani dengan sebaik-baiknya. Orientasinya pada Tuhan, motivasi melakukan untuk Tuhan, bukan untuk pimpinan.

e. Cara Mengupayakan Agar Pelayanan Sungguh Bermutu

Banyak cara yang dilakukan dan diusahakan supaya dari hari ke hari pelayanan untuk Tuhan semakin mantap dan bermutu. Setiap pribadi dari responden mengusahakan hal itu. Menurut R4 beliau mengatakan bahwa setiap hari selalu mengusahakan kedekatan dengan Tuhan. Banyak cara yang dilakukan agar relasi dengan Tuhan terjaga dengan baik, dan salah satu yang pokok adalah melalui hidup doa, itu yang menjadi sumber kekuatan. Dan rata-rata sebagian besar dari responden juga mengatakan hal yang sama, bahwa hidup doa menjadi kekuatan paling besar dalam menjalani pelayanan setiap hari. Tidak ada kekuatan

yang lebih besar selain dari Tuhan melalui doa. Hal serupa juga dikatakan oleh R10 bahwa tunduk dengan hati dan batin itu jauh lebih kokoh dari kekuatan manapun. Di dalam Tuhan segalanya menjadi bisa karena doa. Doa, meditasi, refleksi merupakan relasi yang dibangun setiap hari dengan Tuhan karena dari sini mengalir sumber rahmat dan kekuatan.

Berikut ini pada tabel 9 dan tabel 10 penulis akan menjabarkan lebih lanjut tentang usaha-usaha yang dilakukan oleh seluruh responden dalam menjaga agar pelayanan menjadi semakin bermutu.

Tabel 9: Usaha Agar Pelayanan Bermutu Menurut Pimpinan Karya

No Responden Jawaban Responden

1 R1 dan R4 Berdoa dan meditasi setiap hari. Selalu mengambil waktu khusus untuk berdoa baik pribadi maupun bersama. Bacaan rohani dan konstitusi. Hidup rohani yang dihayati menjadi pondasi kuat dalam menjaga mutu pelayanan. Dengan berbagi terwujud persaudaraan sejati dalam karya yang dijalani.

2 R6 Selalu bersyukur setiap saat menjadi energy rohani yang memberi daya dalam menjaga pelayanan agar tetap bermutu dan bermakna.

3 R8 Memupuk kesadaran bahwa semua orang adalah kenisah Tuhan, maka wajib dihormati dan dihargai.

Tabel 10: Usaha Agar Pelayanan Bermutu Menurut Anggota

NO Responden Jawaban Responden

1 R2 Melakukan pelayanan setiap hari dengan sebaik mungkin. Apapun dikerjakan dengan hati berdoa, demi kemuliaan Tuhan, bukan diriku.

2 R3 Memupuk disiplin, percaya pada orang lain, mengikuti perkembangan zaman dan memupuk cinta pada sesama dan pada karya perutusan. Komitmen dan tidak plin plan. Selalu bersyukur.

3 R5, R7 Berlatih untuk dapat hening meski dalam keramaian. Hati yang dibiasakan untuk reflektif atas peristiwa hidup sehari-hari.

4 R9 Menjalin komunikasi yang baik dengan pimpinan dan rekan kerja. Transparan dan terbuka pada komunitas dan rekan kerja.

5 R10 Mendengarkan orang lain, apa yang baik dari orang lain dengan rendah hati menggunakannya jika itu sungguh memperkembangkan dalam menjaga mutu pelayanan. Tidak sombong dengan kemampuan diri sendiri, terbuka pada kelebihan orang lain.

6 R11, R12 Mengarahkan pekerjaan untuk Tuhan, bukan ingin dipuji supaya kelihatan baik. Bekerja dan berdoa. Dalam bekerja sehari-hari, dalam suasana hening. Hening tidak cukup tanpa bicara, tetapi doa dalam batin dengan ujub tertentu.

f. Melakukan Meditasi Sebelum dan Sesudah Karya Pelayanan

Pada dasarnya meditasi dilakukan oleh seluruh responden, hanya cara dan waktu yang berbeda-beda. Semua disesuaikan dengan waktu dan situasi karya pelayanan masing-masing. Tidak ada satu pun responden yang meninggalkan doa dan meditasi maupun hidup rohani yang lainnya, namun waktu dan tempat yang berbeda dalam melaksanakan meditasi tersebut berbeda-beda. Menurut R4 mengatakan bahwa rutin melakukan meditasi pada pagi dan malam hari. Pada pagi hari dilakukan di kamar setelah bangun tidur sebelum beranjak untuk berkarya. Meditasi juga dilanjutkan di kapel merenungkan sabda Tuhan dalam Kitab Suci. Pada malam hari, meditasi dilakukan pula secara pribadi setelah doa completorium bersama. Meditasi rutin ini dilakukan setiap hari pagi dan malam. Hal ini sama dengan yang dilakukan oleh R10, mengatakan bahwa meditasi itu nafas hidup dalam panggilan. Menggerakkan dan menyegarkan hati dan jiwa.

Pada tabel 11 dan tabel 12 berikut ini, penulis akan menjelaskan lebih lengkap tentang responden yang melakukan meditasi pada setiap harinya.

Tabel 11: Sebelum dan Sesudah Pelayanan, Apakah Melakukan Meditasi Menurut Pimpinan Karya

NO Responden Jawaban Responden

1 R1, R4, R6 dan R8

Melakukan meditasi, namun tidak tergantung pada waktu dan tempat. Menyesuaikan dengan waktu karya. Waktu dan tempat tidak pasti, tetapi rutin melakukan baik sehari sekali maupun sehari dua kali. Pada pagi hari dan malam hari. Di kapel maupun di tempat-tempat pribadi.

Tabel 12: Sebelum dan Sesudah Pelayanan, Apakah Melakukan Meditasi Menurut Anggota

NO Responden Jawaban Responden

1 R2, R3, R5, R10

Melakukan meditasi. Tidak tergantung pada waktu dan tempat. Menyesuaikan dengan waktu karya maupun komunitas. Waktu dan tempat tidak pasti, tetapi rutin melakukan baik sehari sekali maupun dua kali. Sebagai seorang religius, meditasi adalah pokok dalam perjalanan hidup panggilan.

2 R7, R9 Melakukan meditasi. Selalu mengambil waktu dan kesempatan secara pribadi untuk melakukan meditasi. Melakukan meditasi tidak otomatis duduk manis di kapel, tetapi juga dilakukan dengan cara hening dalam melakukan pelayanan. Misalnya berkebun dengan hening. Merenungkan Sabda Tuhan sebelum merayakan ekaristi. 3 R11, R12 Pasti melakukan meditasi, waktu sudah diatur dan

ditentukan. Selalu tersedia waktu. Kadang di kapel, terkadang meditasi di alam terbuka. Meditasi pribadi merenungkan Sabda Tuhan dan meditasi terpimpin, mendapat tuntunan dari magistra.

g. Kebiasaan Rutin dalam Meditasi

Hal ini hampir sama dengan tabel dan penjelasan sebelumnya, yaitu sehubungan dengan sebelum dan sesudah pelayanan melakukan meditasi ada

hubungan erat dengan kebiasaan rutin dalam melakukan meditasi setiap harinya. Jawaban-jawaban dari responden tidak jauh berbeda dengan jawaban sebelumnya. Dari sini nampak kekonsistenan para responden dalam menjawab maupun dalam pelaksanaannya.

Berikut ini pada tabel 13 dan tabel 14 akan penulis paparkan seluruh jawaban dari responden.

Tabel 13: Apakah Kebiasaan Rutin Meditasi Setiap Hari Suster Jalani Menurut Pimpinan Karya

NO Responden Jawaban Responden

1 R1, R4, R6, R8

Iya, secara pribadi mengambil waktu untuk bermeditasi, waktunya tidak pasti, bisa pagi, siang, atau sore. Tergantung Tuhan kapan memberi waktu yang tepat. Meditasi dijalani, tergantung situasi yang terjadi hari itu. Disesuaikan dengan keadaan, tidak kaku pada aturan dan jam. Lebih sering pada pagi hari.

Tabel 14: Apakah Kebiasaan Rutin Meditasi Setiap Hari Suster Jalani Menurut Anggota

NO Responden Jawaban Responden

1 R2, R3, R5 Doa itu pokok, dan meditasi juga makanan pokok setiap hari. Rutin menjalani karena selalu disediakan waktu oleh Tuhan, dan berani mengambil waktu untuk meditasi di sela-sela kesibukan.

2 R7, R9, R10

Sujud dari dalam hati bukan fisik. Meditasi tidak harus dipahami tetapi direnungkan. Sesibuk apapun tetap secara

Dokumen terkait