• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Meditasi Terhadap Mutu Pelayanan

BAB II PERANAN MEDITASI TERHADAP MUTU PELAYANAN

D. Peranan Meditasi Terhadap Mutu Pelayanan

Doa dalam spiritualitas aktif. Maksudnya adalah kerohanian mereka yang hidup aktif, artinya yang mengabdikan hidupnya dalam keterlibatan di dunia ramai, bukan mengabdikan diri pada hidup doa saja dalam suasana keheningan, jauh dari keramaian dunia. Dalam tradisi kerohanian Kristiani orang mengenal dua arus spiritualitas, yaitu tradisi spiritualitas kontemplatif dan tradisi spiritualitas aktif. Dua tradisi ini mempunyai penekanan yang berbeda dalam memandang relasi antara acara doa dengan kegiatan hidup sehari-hari. Hubungannya dengan pelayanan yang bermutu adalah, acara doa dihayati dan akhirnya tertuang dalam tindakan nyata pada karya pelayanan. Doa yang sungguh dihayati dan dihidupi akan nampak dalam keaktifan hidup sehari-hari.

Dalam tradisi kontemplatif, doa formal menduduki tempat sentral, seperti tarekat-tarekat monastik (Trappist, Karmelit, Klarist) mengatur acara harian

mereka di seputar doa formal. Mereka memahami spiritualitas mereka di sekitar rahmat yang paling dimohon, yaitu pengalaman kesatuan mistik dengan Allah dalam doa (sering diistilahkan dengan “rahmat kontemplasi”). Kemajuan hidup rohani diukur terlebih dalam taraf kesempurnaan yang dicapai dalam doa formal.

Tradisi spiritualitas aktif (yang menjiwai kaum awam, imam diosesan, tarekat-tarekat religius aktif, termasuk tarekat Abdi Kristus). Doa informal justru menjadi tujuan yang ingin dicapai lewat doa formal sebagai sarana yang mutlak perlu. Artinya, rahmat yang paling dimohon bukanlah pertama-tama kesatuan mistik dengan Tuhan dalam doa, melainkan kontak terus-menerus dengan Allah yang secara subur menjiwai penyerahan diri dalam pelayanan di tengah dunia. Doa formal adalah doa yang terstruktur oleh semua atau salah satu dari unsur-unsur berikut: saat tertentu dalam hari, frekuensi tertentu, lamanya tertentu, tempat tertentu, sikap tubuh tertentu, atau cara berdoa tertentu.

Suasana doa yang dibawa ke dalam hidup mencakup kesadaran yang penuh kesiagaan akan kehadiran dan aktifitas Allah di tengah dunia, usaha untuk terus menegaskan kehendak Allah sekarang ini dan di tempat ini untuk mengikuti kehendak-Nya dalam pelayanan pada sesama secara lebih baik lagi. Rahmat yang paling dirindukan oleh spiritualitas aktif yang berfokus pada “doa informal” adalah rahmat penyangkalan diri, mengalahkan ego-sendiri dan menyatukan diri ke dalam kehendak Allah di medan dunia.

Spiritualitas kaum aktif ternyata mempunyai akar alkitabiah yang jelas. Khususnya Rasul Paulus telah memberikan sumbangan visi yang kuat bagi mereka yang terlibat dalam keramaian dunia. Spiritualitas aktif sebagaimana

dipaparkan di atas jauh sekali dari suatu spiritualitas duniawi yang berusaha mendamaikan kenikmatan serta kekayaan material dengan kesalehan serta macam-macam devosi. Kesuburan spiritualitas aktif akan menjadi nyata bila dijalani dengan setia, dan salah satu buah kesuburan ini antara lain (seturut rahmat yang dianugerahkan kepada masing-masing) adalah kemudahan doa dan berkontak dengan Tuhan (Putranta, 2006: 2-9).

E. Rangkuman

Berdasarkan pembahasan mengenai meditasi dari beberapa tokoh serta pengalaman penulis, dan juga pembahasan mengenai mutu pelayanan baik dari beberapa tokoh maupun dari Konstitusi Para Suster Abdi Kristus, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Meditasi merupakan salah satu bentuk doa, relasi pribadi manusia dengan Allah. Bagi orang Kristiani meditasi menjadi sarana untuk menyegarkan jiwa dan hidup rohani seseorang. Meditasi juga merupakan salah satu bentuk doa yang dijalani oleh para religius, secara khusus pula para suster Abdi Kristus. Bagi para suster Abdi Kristus yang hidup di tengah masyarakat luas, setiap suster mengemban pelayanan yang berbeda-beda. Ada yang di dunia pendidikan, sosial, kemasyarakatan, paroki, dan lain sebagainya.

Dengan melihat apa yang tertuang dalam konstitusi para Suster Abdi Kristus, mereka menjadikan Maria sebagai pola hidup sehari-hari termasuk dalam bidang pelayanan. Jelas dalam konstitusi bahwa Bunda Maria memiliki semangat

hidup sederhana serta hidup doa yang begitu mendalam. Begitu pula Yesus Kristus yang menjadi teladan utama para Suster Abdi Kristus, memiliki hidup doa yang patut diteladani. Dua tokoh tersebut menjadi figur bagaimana para Suster Abdi Kristus berdoa dan melayani, lepas dari kekurangan masing-masing pribadi para suster dalam pelayanan dan doa sehari-hari.

Meditasi dalam buku doa harian para Suster Abdi Kristus merupakan salah satu bentuk doa yang dihidupi oleh Kongregasi. Meditasi menjadi salah satu sarana para Suster Abdi Kristus untuk menjalin relasi yang mendalam dengan Tuhan. Untuk dapat menjelaskan dan membuktikan lebih lanjut, maka pada bab berikutnya nanti akan dijelaskan kenyataan yang sesungguhnya berdasarkan penelitian yang akan penulis laksanakan. Penelitian nanti akan ditujukan kepada para Suster Abdi Kristus Regio Yogyakarta. Penelitian yang dilaksanakan sehubungan dengan bagaimana meditasi itu memberikan peran terhadap mutu pelayanan para Suster Abdi Kristus.

Meditasi berperan sebagai cara bagaimana seorang religius mengenal pelayanannya serta menerima pelayanan dengan penuh sukacita. Dalam sebuah pelayanan tentu akan sering didapati tantangan dan kesulitan, namun meditasi yang dijalani dengan tekun dan setia akan memampukan menerima itu semua dengan kegembiraan hati.

Mengenali kehendak Tuhan tidak dapat diwujudkan begitu saja, melainkan sebuah proses yang terus menerus digulati dalam hidup harian. Dalam meditasi seseorang akan memiliki kesadaran penuh, dan kesadaran tersebut akan dibawa

dalam pelayanannya sehingga dengan kesadaran itu akan memampukan untuk dapat mengenali kehendak Tuhan dalam setiap peristiwa hidup, secara khusus dalam pelayanan setiap hari.

Seorang religius yang tekun setia dalam olah rohani setiap saat, dalam ketekunan bermeditasi, tentu sangat berbeda dengan mereka yang tidak melakukannya. Sehingga jelas bahwa meditasi membantu meningkatkan mutu sebuah pelayanan. Meditasi membantu seorang religius untuk menghayati pelayanannya sebagai perutusan dari Allah sendiri. Memampukan seorang religius melihat dan memaknai pimpinannya sebagai wakil Tuhan yang memberikan tugas perutusan sebagai sebuah pelayanan.

Meditasi secara khusus juga membantu para suster Abdi Kristus dalam meningkatkan mutu pelayanannya. Melaksanakan pelayanan dan perutusan sebagai rahmat karunia dari Allah sehingga pelayanan sungguh dihayati sebagai pemberian dan persembahan hidup bagi Tuhan.

Dokumen terkait