• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Potensi Hutan Mangrove Untuk Pembangunan Ekowisata Di Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kajian Potensi Hutan Mangrove Untuk Pembangunan Ekowisata Di Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Kajian Potensi Hutan Mangrove Untuk Pembangunan Ekowisata Di Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan Provinsi

Sumatera Utara

“Study of mangrove forest potential for ecotourism development at

belawansicanang village, medanbelawan sub district of north sumatera province”

1

M Ripal Al-kautsar, 2Pindi Patana, 3Irwanmay 1

Mahasiswa Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia 20155, Email : alkautsarripa@gmail.com 2

Staff Pengajar di Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara, Medan. 3

Staff Pengajar di Fakultas Perikanan, Universitas Darma Wangsa , Medan.

ABSTRACT

Researchonthe tourism potentialof mangrovesat Kelurahan Belawan Sicanang village in Medan Belawan districtneeds to be donetodevelopthe areaofeco-tourismaspect. The purpose ofthis research was todeterminethe potential andcondition of the resourcethatcan be performed onthe mangrove ecosystemin Kelurahan Belawan Sicanang village andassess the appropriateness andthe carrying capacity ofmangrove ecosystemsfor the management ofmangroveecotourismin Kelurahan Belawan Sicanang village. Based on research, the mangrove ecosystem in Kelurahan Belawan Sicanang village consisted by nine speciesof mangrove, whichAcrotichum specium, Avicennia alba,

Avicennia marina, bruguiera sexangula, Excoecaria agollocha, Lumnitzera littorea, Rhizopora stylosa, Soneratia caseolaris, Soneratia ovata.Generally, the

density valuemost speciesof great valueisthe typeExocoecaria agollocha.The suitability index of mangrove ecosystem included into the category corresponding conditional (SB).There are two proposed location tracks, that waters track and the inlands track. The value of the region carrying capacity of water track is 160 people per day and a land track is 180 people per day.

Keywords : Ecotourism, Mangrove, Belawan Sicanang

PENDAHULUAN Latar Belakang

Ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang kompleks terdiri atas flora dan fauna daerah pantai. Selain menyediakan

keanekaragaman hayati

(biodiversity), ekosistem mangrove juga sebagai plasma nutfah

(genetic pool) dan menunjang keseluruhan sistem kehidupan di sekitarnya. Habitat mangrove merupakan tempat mencari makan (feeding ground), tempat mengasuh dan membesarkan (nursery ground), tempat bertelur dan memijah (spawning ground) Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin cepat, maka kebutuhan

(2)

hidup manusia akan semakin meningkat. Meningkatnya kebutuhan ini akan menimbulkan tekanan terhadap sumberdaya alam, dimana pemanfaatan belum banyak memperhitungkan kerugian yang berdampak ekologis (Muhaerin, 2008).

Ekowisata memberikan peluang untuk mendapatkan keuntungan bagi penyelenggara, pemerintah dan masyarakat setempat, melalui kegiatan-kegiatan yang non-ekstraktif dan non-konsumtif sehingga meningkatkan perekonomian daerah setempat.

Penyelenggaraan yang

memperhatikan kaidah-kaidah ekowisata, mewujudkan ekonomi berkelanjutan (Zanaria, 2012).

Wilayah Medan memiliki luas 265,10 merupakan ibukota Provinsi Sumatra Utara.Salah satu provinsi di Indonesia yang memilki wilayah pesisir dan lautan. Kota Medan terbagi menjadi 21 kecamatan dan 151 kelurahan. Medan Belawan adalah salah satu termasuk kecamatan di Kota Medan yang merupakan daerah pesisir.

Kelurahan Belawan Sicanang merupakan kelurahan yang berada di Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan, yang memiliki kawasan hutan mangrove yang masih alami

(natural based) dan berpotensi untuk

dijadikan kawasan ekowisata. Hal inilah yang mendasari diperlukannya kajian mengenai potensi hutan mangrove yang ada di Kelurahan Belawan Sicanang untuk dijadikan sebagai tempat edukasi maupun ekowisata. Dengan pendekatan ini, harapannya dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan pengelolaan yang tepat dan berkelanjutan dalam upaya pembangunan ekowisata di

Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara (Kelurahan sicanang, 2012)

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengkaji potensi dan kondisi sumberdaya yang dapat dimanfaatkan pada ekosistem mangrove di Kelurahan Belawan Sicanang

2. Mengkaji kesesuaian dan daya dukung ekosistem mangrove untuk pengelolaan ekowisata mangrove di Kelurahan Belawan Sicanang

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan September 2016 di Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan.

Identifikasi jenis mangrove dilakukan di Laboratorium Terpadu Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Peta lokasi Penelitian disajikan pada Gambar 1.

(3)

Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah parang, tali rafia, kantong plastik, jangka sorong, gunting, kompas, Global Positioning

System (GPS), alattulis, kamera,

penggaris, kertas milimeter, meteran. Bahan yang digunakan yaitu kuisioner.

Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengambilan data dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu: (1) Melakukan survey lapangan, (2) Wawancara dan Tabel 1. Komposisi dan jenis data

pemberian kuisioner pada masyarakat, (3) Studi literatur

Data Primer

Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan langsung (observasi) di lapangan, dengan melakukan pengukuran potensi hutan mangrove dan melakukan wawancara langsung dengan pengunjung, masyarakat, dan pihak-pihak terkait. Komposisi dan jenis data yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 1.

No. Kelompok Jenis Data Aspek-Aspek Jenis Data

Primer Sekunder

1 Faktor Fisik Pasang Surut √

2 Faktor Sosial Masyarakat Identitas (umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan) √ Persepsi, pemahaman dan harapan √ Pengunjung Persepsi, pemahaman dan keinginan √ 3 Faktor biologi Vegetasi mangrove (kerapatan) √ √ Objek biota mangrove √ √ Sumber : Muhaerin, (2008)

a. Metode Pengamatan Ekosistem mangrove

Lokasi yang ditentukan untuk pengamatan vegetasi mangrove harus dapat mewakili setiap zona mangrove yang terdapat di wilayah kajian. Data vegetasi mangrove yang diambil berupa data primer dan data sekunder. Metode pengambilan sampel dilakukan secara Purposive

Random Sampling yang dibagi menjadi 3 stasiun.

Deskripsi Stasiun Pengambilan Stasiun 1

Stasiun ini secara geografis terletak pada titik koordinat 3o 45' 3,4" LU dan 98o 38' 54,3" BT. Merupakan area hutan mangrove yang dekat dengan pemukiman Stasiun 2

Stasiun ini secara geografis terletak pada titik koordinat 3o 45' 23,1" LU dan 98o 38' 23,3" BT.

(4)

Merupakan area hutan mangrove yang masih alami. Pada lokasi ini kondisi tumbuhnya mangrove tergolong baik yaitu mangrove memiliki ukuran tinggi yang sama.

Stasiun 3

Stasiun ini secara geografis terletak pada titik koordinat 3o 44' 57,5" LU dan 98o 38' 19" BT. Merupakan area hutan mangrove yang dekat dengan aktivitas tambak b.Metode Pengambilan Data Persepsi Masyarakat

Penentuan jumlah responden dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin, yaitu :

Keterangan: n = ukuran sampel e = galat pendugaan (10 %) N = ukuran populasi Metode pengambilan sampel/responden yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu metode pengambilan sampel tidak secara acak melainkan berdasarkan pertimbangan tertentu atau sengaja. Pertimbangannya adalah bahwa sampel/responden tersebut bersifat spesifik, sehingga penentuannya harus dilakukan secara sengaja (purposive).

Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mengumpulkan dokumen-dokumen hasil studi/penelitian, Sumber data berasal dari Pemerintahan Pusat atau

Pemerintahan Daerah dari Dinas/Instansi terkait.

Analisis Data

1.Analisis Potensi Ekosistem Mangrove

a. Kerapatan Spesies

Kerapatan spesies adalah jumlah individu spesies i dalam suatu unit area yang dinyatakan sebagai berikut:

Kerapatan Spesies = ni / A b. Kerapatan Total

Kerapatan Total adalah jumlah semua individu mangrove dalam suatu unit area yang dinyatakan sebagai berikut:

Kerapatan Total = ∑n / A Keterangan:

ni : Jumlah total individu dari spesies i

∑n : Jumlah total individu seluruh spesies

A : Luas area pengambilan contoh

2. Analisis Kesesuaian Ekologis IKW = ∑( )x 100% Keterangan:

IKW : Indeks kesesuaian ekosistem untuk wisata mangrove (Sesuai: >83%, Sesuai Bersyarat: 50%-<83%, Tidak Sesuai : <50). Ni : Nilai parameter ke-i (Bobot x Skor).

Nmaks :Nilai maksimum dari kategori wisata mangrove

(5)

Kesesuaian wisata pantai kategori wisata mangrove mempertimbangkan 5 parameter dengan 4 klasifikasi penilaian. Parameter kesesuaian wisata pantai

kategori wisata mangrove antara lain: disajikan pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Parameter kesesuaian wisata pantai kategori wisata mangrove No Parameter Bobot Kategori

Baik Skor Kategori Cukup Baik Skor Kategori Cukup Buruk Skor Kategori Buruk S k o r 1. Ketebalan mangrove (m) 5 >500 3 >200-500 2 50-200 1 >50 0 2. Kerapatan mangrove (Ind/Ha) 3 >15-25 3 >10-15 2 5-10 1 <5 0 3. Jenis Mangrove 3 >5 3 3-5 2 1-2 1 0 0 4. Pasang surut 1 0-1 3 >1-2 2 >2-5 1 >5 0 5. Objek biota 1 Ikan, udang, kepiting, moluska, reptil, burung 3 Ikan, udang, kepiting, moluska 2 Ikan, moluska 1 Salah satu biota air 0

3. Analisis Daya Dukung

Perhitungan DDK dalam bentuk rumus adalah sebagai berikut (Yulianda, 2007): Keterangan:

DDK = Daya Dukung Kawasan (orang/hari).

K = Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area (orang).

Lp = Panjang area yang dapat dimanfaatkan (m).

Lt = Unit area untuk kategori tertentu (m).

Wt = Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalamsatu hari (jam/hari).

Wp = Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu (jam/hari).

Potensi ekologis pengunjung per luas area kegiatan dalam hal ini untuk kegiatan wisata mangrove dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Potensi ekologis pengunjung (K) dan luas area kegiatan (Lt) Jenis

kegiatan

K (∑ pengunjung) Unit area (Lt) Keterangan

Wisata

mangrove 1 50 m

Dihitung panjang track, setiap orang sepanjang 50 m

(6)

3% 42% 28% 25% 2% TK SD SLTP

Waktu kawasan adalah lama waktu areal dibuka dalam satu hari, dan

rata-rata waktu kerja sekitar 8 jam (Tabel 4).

Tabel 4. Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan wisata mangrove

No. Kegiatan Waktu yang dibutuhkan (Wp) (jam/hari) Total waktu 1 hari (Wt) (jam/hari) 1. Wisata mangrove 2 8 Sumber : Yulianda (2007)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Kondisi Sosial Ekonomi Di Kelurahan Belawan Sicanang 1. Karakteristik Masyarakat

Pemanfaat Ekosistem Mangrove .Responden masyarakat terdiri dari 61 orang. Rata-rata usia masyarakat yang menjadi responden berkisar antara 27-40 tahun.. Gambar 8.

Gambar 8. Persentase Usia Responden Masyarakat

Data mengenai tingkat pendidikan responden dari masyarakat pesisir dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Tingkat Pendidikan Responden Masyarakat

pendidikan masyarakat belum cukup baik. Tingkat pendidikan masyarakat yang paling banyak adalah SD dengan persentase 42%. Sedangkan pendidikan S1 hanya sebanyak 2% (Gambar 9).

Jenis pekerjaan dari masyarakat yang ada di Kelurahan Belawan sicanang dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Jenis Pekerjaan Responden Masyarakat

2. Kegiatan Pemanfaatan Kawasan Mangrove oleh Masyarakat

pemanfaatan kawasan mangrove yang dilakukan oleh masyarakat pesisir Sicanang dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Jenis Pemanfaatan Kawasan 44% 34% 19% 3% 27-40 Tahun 41-56 Tahun 39% 32% 18% 2% 9% Nelayan Petani 91% 9% Penang kapan ikan, udang, keran…

(7)

12% 18% 70% rendah sedang tinggi

Masyarakat sebagian besar melakukan kegiatan pemanfaatan kawasan ini berupa penangkapan ikan (91%), sisanya ada yang melakukan penangkapan udang, kerang dan kepiting. Selain itu melakukan pemanfaatan kayu mangrove (9%).

3. Pemahaman dan Persepsi Masyarakat

Penelitian yang dilakukan di Kelurahan Belawan Sicanang, diperoleh hasil persentase mengenai pemahaman masyarakat tentang mangrove dan ekowisata yang disajikan pada Gambar 12 dan Gambar 13.

Gambar 12. Pemahaman Masyarakat tentang Mangrove

Pemahaman masyarakat terhadap ekosistem mangrove cukup baik. masyarakat sudah mengetahui pengertian ekosistem mangrove secara umum dan fungsinya.

Responden mengenai pemahaman masyarakat pesisir tentang ekowisata disajikan pada Gambar 13.

Gambar 13. Pemahaman Masyarakat tentang Ekowisata

Dari hasil wawancara diketahui bahwa pemahaman masyarakat mengenai ekowisata sudah terbilang cukup tinggi dengan nilai persentase mencapai 70%. Maka dari itu dengan adanya sosialisasi program atau penyuluh konservasi secara kontinyu kepada masyarakat.

Wawancara terhadap masyarakat mengenai kondisi mangrove yang terdapat di Kelurahan Belawan Sicanang disajikan pada Gambar 14.

Gambar 14. Persepsi Masyarakat tentang kondisi mangrove Masyarakat sebagian besar mengatakan bahwa kondisi mangrove di Kelurahan Belawan Sicanang berada dalam keadaan cukup baik atau sedang dengan persentase mencapai 54%. Adapun beberapa yang mengatakan kondisi mangrove berada dalam keadaan buruk dengan nilai persentase mencapai 33%. Persepsi masyarakat terhadap kondisi mangrove yang berada dalam keadaan buruk ini disebabkan karena masyarakat cenderung membandingkan keadaan mangrove pada saat ini dengan keadaan mangrove dahulu (sebelum adanya alih fungsi lahan ekosistem mangrove menjadi pertambakan). 4. Keterlibatan Masyarakat

Salah satu tujuan dari kegiatan ekowisata adalah untuk mensejahterakan masyarakat lokal. Keterlibatan masyarakat lokal dalam 20% 58% 22% Rendah Sedang tinggi 13% 54% 33% Baik Sedang Buruk

(8)

kegiatan ekowisata sangat penting, karena merekalah yang akan menyediakan sebagian besar atraksi sekaligus menentukan kualitas produk wisata. Adapun persentase keinginan masyarakat untuk ikut terlibat dalam kegiatan ekowisata disajikan pada Gambar 15.

Gambar 15. Keterlibatan Masyarakat dalam Ekowisata

Dari wawancara, sebagian besar dari masyarakat (51%) berkeinginan untuk terlibat dalam

kegiatan ekowisata, 15% tidak ingin terlibat, dan sekitar 34% mengatakan tidak tahu. Masyarakat yang ingin terlibat dalam kegiatan ekowisata ini ada yang bersedia menjadi pemandu, menyewakan rumahnya untuk penginapan ekowisatawan dan ada juga yang berkeinginan untuk menjadi relawan dalam pengembangan ekowisata mangrove di Kelurahan Sicanang. Ekosistem Mangrove

1. Potensi Sumberdaya Mangrove

Hasil pengamatan mangrove di 3 stasiun yang terdapat di Kelurahan Belawan Sicanang didapatkan jenis-jenis mangrove yang dicantumkan

dalam Tabel 5.

Tabel 5. Komposisi jenis mangrove yang ditemukan

No. Nama Spesies Stasiun

1 2 3 1. Acrostichum speciusum √ 2. Avicennia alba √ √ 3. Avicennia marina √ 4. Bruguiera sexangula √ √ √ 5. Excoecaria agallocha √ √ 6. Lumnitzera littorea √ 7. Rhizopora stylosa √ 8. Sonneratia caseolaris √ √ 9. Sonneratia ovata √ √

Jenis - jenis mangrove yang terdapat di kelurahan belawan sicanang antara lain yaitu Acrostichum speciusum,

Avicennia alba, Avicennia marina, Bruguiera sexangula, Excoecaria agollocha, Lumnitzera littorea, Rhizopora stylosa, Sonneratia caseolaris dan Sonneratia ovata.

gambar jenis-jenis mangrove bisa dilihat pada Lampiran 6

Hasil pengamatan di lapangan, telah diperoleh kisaran kerapatan jenis mangrove setiap stasiunnya. Selain itu, kisaran kerapatan total mangrove juga dapat diperoleh dengan cara menjumlahkan semua jenis yang terdapat pada setiap plotnya. Hasil perhitungan nilai kerapatan jenis vegetasi mangrove dicantumkan pada Tabel 6. 51%

15%

34% Ingin

(9)

Tabel 6. Nilai Kerapatan Mangrove

Stasiun Species Jumlah

Pohon (Ni) Luas Area( ) Kerapatan (ind/ha) I Avicennia alba 4 50 80 Bruguiera sexangula 4 50 80 Excoecaria agallocha 20 50 400 Rhizopora stylosa 4 50 80 Soneratia caseolaris 12 50 240 Sonneratia ovata 8 50 160 Total 52 1040 II Bruguiera sexangula 15 50 300 Excoecaria agallocha 25 50 500 Lumnitzera littorea 10 50 200 Soneratia caseolaris 5 50 100 Soneratia ovata 5 50 100 Total 60 1200

III Acrostichum speciusum 5 50 100

Avicennia marina 4 50 80 Bruguiera sexangula 7 50 140 Excoecaria agallocha 15 50 300 Rhizopora stylosa 4 50 80 Soneratia caseolaris 10 50 200 Total 45 900

Pengukuran nilai kerapatan jenis mangrove berdasarkan kategori pohon di setiap plot pada masing-masing stasiun menunjukkan bahwa jenis Excoecaria agallocha memiliki nilai kerapatan yang tinggi. Berdasarkan nilai kerapatan di setiap stasiun, maka didapatkan pada

stasiun 1 memiliki nilai kerapatan tertinngi 400 Ind/ha, stasiun 2 memiliki nilai kerapatan 500 Ind/ha dan stasiun 3 memiliki nilai kerapatan 300 Ind/ha. Perhitungan nilai kerapatan mangrove dapat di lihat pada Lampiran 7

(10)

2. Keberadaan Fauna Ekosistem Mangrove

Mangrove memiliki fungsi ekologis sebagai habitat berbagai jenis satwa. Komunitas Fauna ekosistem mangrove di Kelurahan Belawan Sicanang membentuk

percampuran antara dua kelompok, yaitu kelompok fauna daratan (terestrial) dan kelompok fauna perairan (akuatik). Fauna yang ditemukan di kawasan mangrove Kelurahan Belawan Sicanang dapat dilihat pada Tabel 7

Tabel 7. Fauna yang ditemukan di kawasan mangrove di Kelurahan Belawan Sicanang

No Kelas Spesies

1.

Fauna Daratan

Burung Bangau (ciciniidae sp)

2. Reptil Primata Biawak (varanus salvator) Monyet (Hominoidea sp) 3. Fauna Perairan

Moluska Gelonia sp, Solen sp,

Murex sp, Terebralia sp

4. Ikan Ikan glodok

5. Crustacea Udang (Panaeus

monodon), Scylla serrata(kepiting bakau),

kepiting biola (Uca sp) Jenis – jenis fauna daratan dan

perairan antara lain dari jenis burung seperti burung bangau, dari jenis reptil seperti biawak (varanus

salvator),dan jenis primata yaitu

monyet dari jenis moluska seperti

Gelonia sp, Solen sp, Murex sp, Terebralia sp, jenis ikan glodok, dan

dari jenis crustacea seperti udang, kepiting bakau (Scylla serrata), kepiting biola (Uca sp).

4.Kesesuaian Ekologis Untuk Kegiatan Ekowisata

Nilai Indeks Kesesuaian Wilayah magrove Kelurahan Belawan Sicanag termasuk kedalam kategori sesuai bersyarat dengan nilai IKW berkisar antara 62,5%-75%, seperti yang dicantumkan pada Tabel 8. Nilai kesesuaain wilayah disajikan pada (Lampiran 8).

Tabel 8. Indeks Kesesuaian Wilayah Untuk Wisata Mangrove Lokasi Pengamatan Indeks Kesesuaian Ekosistem

(%) Tingkat Kesesuaian

Stasiun 1 75 SB

Stasiun 2 75 SB

Stasiun 3 62,5 SB

5. Daya Dukung Kawasan Untuk Kegiatan Ekowisata

Daya dukung kawasan adalah jumlah maksimum pengunjung yang

(11)

secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu

tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia

(Yulianda, 2007). Berdasarkan penelitian diperoleh nilai Daya Dukung Kawasan untuk pemanfaatan kawasan mangrove Di Kelurahan Belawan Sicanang yang dicantumkan pada Tabel 9.

Tabel 9. Nilai Daya Dukung Kawasan

No. Lokasi Usulan track Daya Dukung

Kawasan (org/hari) Total (orang/hari) 1. Perairan  Fishing (memancing)  Berperahu  Hunting (fotografi)  Pengamatan biota 32 60 40 28 160

2. Daratan  Tracking (jalan

santai sambil mengamati jenis-jenis mangrove)

180

180

Adapun Track Perairan Sungai Dapat Dilihat Pada Gambar 16

Gambar 16. Track Perairan (sungai) Pembahasan

Potensi Sumberdaya Mangrove Ditemukan 9 jenis mangrove yang terdapat di Kelurahan Belawan Sicanang antara lain Acrostichum

speciusum, Avicennia alba, Avicennia marina ,Bruguiera sexangula, Excoecaria agallocha, Lumnitzera littorea, Rhizopora stylosa, Soneratia caseolaris, dan Sonneratia ovata. Nontji (2005)

menyatakan, dari sekian banyak jenis

mangrove di Indonesia, jenis api-api (Avicennia sp), bakau (Rhizopora sp), tancang (Bruguiera sp), dan pedada (Sonneratia sp) merupakan tumbuhan mangrove utama yang paling banyak dijumpai. Jenis-jenis mangrove tersebut adalah kelompok mangrove yang menangkap, menahan endapan, dan menstabilkan tanah habitatnya (Muhaerin, 2008).

Nilai kerapatan paling tinggi yaitu 500 Ind/Ha dari jenis

Excoecaria agallocha yang terdapat

di stasiun 2 Tingginya kerapatan mangrove menunjukkan banyaknya pohon dalam stasiun ini, dengan demikian pengunjung yang datang berwisata dapat memperoleh informasi yang bersifat edukatif tentang jenis-jenis mangrove selain menikmati pemandangan hutan mangrove yang indah.

Nybakken (1992) menyatakan komunitas mangal bersifat unik,

(12)

disebabkan luas vertikal pohon, dimana organisme daratan menempati bagian atas sedangkan hewan lautan menempati bagian bawah.

Satu hal yang spesial dari mangrove, akarnya selain fungsi lazimnya sebagai penopang dan menyerap makanan, juga berfungsi sebagai “akar nafas” yang digunakan untuk bernafas oleh mangrove yang merupakan atraksi yang paling menonjol (Alfira, 2014).

Indeks Kesesuaian Wilayah

Indeks Kesesuaian Wilayah untuk wisata mangrove di Kelurahan Belawan Sicanang termasuk kedalam kategori tingkat Sesuai Bersyarat (SB). Kategori sesuai bersyarat menunjukan bahwa untuk menjadikan lokasi ini sebagai lokasi wisata, maka lokasi ini perlu dikelola terlebih dahulu sebelum dijadikan sebagai tempat wisata. Oleh karena itu perlu adanya pengelolaan yang lebih lanjut agar potensi yang ada pada ekosistem mangrove di kawasan ini dapat terus dikembangkan menjadi suatu kawasan wisata berbasis lingkungan. Daya Dukung Kawasan

1. Perairan

Kegiatan yang dilakukan pada kawasan ini dalam

pelaksanaannya harus

memperhatikan daya dukung kawasan. Terdapat satu usulan track pada lokasi ini, dengan nilai daya dukung kawasan sebanyak 180 orang/hari untuk ekosistem darat (mangrove) dan 160 orang/hari untuk ekosistem perairan (sungai). Nilai ini menunjukan bahwa, dalam satu harinya maksimal ekowisatawan yang dapat melalui lokasi ini adalah

180 orang. Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan ekowisata mangrove ini adalah 8 jam dalam satu harinya, untuk wisata sungai (berperahu menyusuri sungai) dapat disediakan waktu sebanyak 4 jam/hari, waktu ini disesuaikan dengan rata-rata lama pasang air laut. 2. Daratan

Jumlah maksimal

ekowisatawan yang dapat berkunjung ke track daratan ini berjumlah 180 orang per harinya (Tabel 9). Waktu yang dapat diberikan oleh kawasan pada kegiatan track daratan ini adalah sebanyak 8 jam, sesuai dengan rata-rata lama jam kerja (Yulianda, 2007).

Rekomendasi yang dapat dilakukan dalam pembangunan ekowisata mangrove di Kelurahan Belawan Sicang antara lain :

1.Meningkatkan pemahaman masyarakat di Kelurahan Belawan Sicanag dengan cara memberikan penyuluhan dan membuat kelompok-kelompok sadar wisata dan sadar lingkungan.

2.Memberikan pengetahuan dalam pengelolaan ekowisata untuk masyarakat di Kelurahan Belawan Sicanang

3.Meningkatkan keterampilan pada masyarakat di Kelurahan Belawan Sicanang.

4.Pemantauan dilakukan oleh pemerintah setempat.

KESIMPULAN

1. Ekosistem mangrove di Kelurahan Belawan Sicanang didominasi oleh sembilan jenis mangrove yaitu Acrotichum specium, Avicennia alba, Avicennia marina, bruguiera

(13)

sexangula, Excoecaria agollocha, Lumnitzera littorea, Rhizopora stylosa, Soneratia caseolaris, Soneratia ovata dan berbagai

jenis fauna seperti burung, reptil, ikan, moluska dan crustacea. Berdasarkan parameter pengembangan ekowisata mangrove, hutan mangrove di Kelurahan Belawan sicanang memiliki keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi. Sehingga, secara ekologi hutan mangrove di Kelurahan Belawan Sicanang berpotensi untuk dijadikan kawasan ekowisata mangrove. 2. Indeks Kesesuaian Ekosistem

untuk kegiatan wisata mangrove di kawasan mangrove di Kelurahan Belawan Sicanang termasuk kedalam kategori sesuai bersyarat (SB). Terdapat dua usulan lokasi track, yaitu track perairan dan track daratan. Nilai daya dukung kawasan track perairan adalah 160 orang per hari dan track daratan adalah 180 orang per hari.

DAFTAR PUSTAKA

Alfira, R. 2014. Identifikasi Potensi dan Strategi Pengembangan Ekowisata Mangrove Pada kawasan Suaka Margasatwa Mampie di Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polewali Mandar.Skripsi. Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin: Makassar.

Bengen, D. G. 2001. Ekosistem dan sumberdaya pesisir dan laut serta pengelolaan secara terpadu dan berkelanjutan. Prossiding pelatihan wilayah pesiisr terpadu. Bogor

Kelurahan Sicanang. 2012. Profil Wilayah Kelurahan Sicanang, Kecamatan Medan Belawan Tahun 2012.

Muhaerin, M. 2008. Kajian Sumberdaya Ekosistem Mangrove Untuk Pengelolaan Ekowisata Di Estuari Perancak, Jembrana, Bali. Skripsi.Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Nontji, A. 2005. Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan

Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut: Suatu Tinjauan Ekologis. Jakarta: PT. Gramedia.

Yulianda, F. 2007. Ekowisata Bahari Sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir Berbasis Konservasi. Makalah Sains Departemen MSP. IPB. Bogor

Zanaria., 2012.Visitors’ Management of Mangrove Tourism Desa Teluk Pambang.Jurnal.Riau.

Gambar

Gambar  1.  Peta  lokasi  Peneliatan
Tabel 3. Potensi ekologis pengunjung (K) dan luas area kegiatan (Lt)  Jenis
Tabel 4. Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan wisata mangrove
Gambar 15. Keterlibatan Masyarakat  dalam Ekowisata
+4

Referensi

Dokumen terkait

Media Nusantara Citra (MNC), for a strategic partnership in supplying satellite, network, telecommunication services, infrastructure, multimedia content, TV

Hasil analisis rasio panjang-lebar palea-lemma menunjukan bahwa perlakuan sitokinin yang dicobakan berpengaruh sangat nyata terhadap rasio panjang lebar palea-

Dengan berlakunya Undang-Undang No 7 tahun 2017 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 yang terkait dengan pengawasan yaitu Bahwa Bawaslu (Badan

CHAPTER IV INTERPRETATION AND

Based on a worldwide survey of global freight forwarders and express carriers, the Logistics Performance Index is a benchmarking tool developed by the World Bank that

Orang yang puas dengan pekerjaannya cenderung lebih mencintai organisasinya dibandingkan dengan orang yang tidak puas karena mereka merasa sudah diperhatikan oleh

[r]

JUDUL : RI DORONG PEMBENTUKAN AHS MEDIA : SEPUTAR INDONESIA. TANGGAL : 11