• Tidak ada hasil yang ditemukan

GEOLOGI TEKNIK TANAH PENYUSUN LERENG LINTAS BARAT KM 0-30, LIWA, LAMPUNG BARAT KAITANNYA DENGAN POTENSI LONGSOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GEOLOGI TEKNIK TANAH PENYUSUN LERENG LINTAS BARAT KM 0-30, LIWA, LAMPUNG BARAT KAITANNYA DENGAN POTENSI LONGSOR"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

GEOLOGI TEKNIK TANAH PENYUSUN LERENG

LINTAS BARAT KM 0-30, LIWA, LAMPUNG BARAT

KAITANNYA DENGAN POTENSI LONGSOR

1Prahara Iqbal dan 1Asep Mulyono

1UPT Loka Uji Teknik Penambangan dan Mitigasi Bencana LIPI, Liwa, Lampung Barat Email: praharaiqbal123@gmail.com

ABSTRAK

Investigasi geologi teknik telah dilakukan di lereng jalan Lintas Barat Km 0 -30, Liwa, Lampung Barat menggunakan metode adalah pemetaan geologi, pengambilan sampel tanah terganggu dan tak terganggu, serta analisis laboratorium. Berdasarkan pengamatan di lapangan dan analisis laboratorium terdapat dua jenis tanah penyusun lereng jalan Lintas Barat Km 0 -30, yaitu tanah lempung dan tuf pasiran. Tanah lempung merupakan tanah residu yang memiliki karakteristik plastisitas dan kompresibilitas tinggi, tersusun oleh tuf dan debu vulkanik. Sedangkan tuf pasiran merupakan endapan piroklastik yang tidak terkonsolidasi dengan baik, tersusun dominan oleh pasir, mika, dan batuapung. Kedua jenis tanah penyusun lereng merupakan tanah yang berpotensi longsor ketika musim hujan datang.

Kata kunci: Lintas Barat, Liwa, investigasi geologi teknik, tanah lempung, tuf pasiran

ABSTRACT

Engineering geological investigations were carried out on the slopes along the Cross West road Km 0-30, Liwa, West Lampung. The method used were geological mapping, disturbed and undisturbed soil sampling, and laboratory analysis. Based on field observations and laboratory analysis, there are two types of soil, which is clay soil and sandy tuff. Clay soil is residual soil that have high plasticity and compressibility, composed of tuff and volcanic ash. While sandy tuff is pyroclastic deposit, composed predominantly by sand, mica, and pumice. Both of soil are landslides potentially during the rainy season comes.

Keywords: Cross West, Liwa, geological investigation techniques, clay soil, sandy tuff

PENDAHULUAN

Diantara daerah di Provinsi Lampung yang memiliki resiko terhadap bencana kebumian, Lampung Barat adalah daerah yang memiliki resiko tinggi tersebut. Ditinjau dari segi geologinya, daerah ini dibentuk oleh batuan volkanik muda yang belum terkonsolidasi dengan baik (Kastowo dkk, 1996). Morfologinya berupa perbukitan terjal dan bergelombang memiliki lembah yang dalam, dilalui oleh sungai – sungai dengan tingkat kerapatan rapat – sangat rapat serta berada di ketinggian antara 500 sampai 1200 m diatas permukaan laut (Soebowo dkk, 1997). Tata guna lahan yang berkembang di daerah penelitian adalah hutan lindung, kebun campuran, ladang, dan pemukiman. Selain itu Lampung Barat merupakan daerah yang dilalui oleh Zona Sesar Sumatra (Koswara dan Santoso, 1995; Sieh dan Natawidjaja, 2000). Kondisi tersebut mengakibatkan Lampung Barat rentan terhadap bencana kebumian khususnya longsor.

(2)

rembesan/mataair, kegempaan, dan vegetasi lereng (Anwar dan Kesumadharma, 1991; Hirnawan, 1994).

Investigasi geologi teknik berupa pemetaan geologi, pengambilan sampel terganggu dan tak terganggu, serta analisis laboratorium dilakukan di lereng tanah jalan Lintas Barat Km. 0 -30, Liwa, Lampung Barat dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran fisik dan keteknikan tanah residual penyusun lereng kaitannya dengan potensi longsor. Pemetaan geologi dilakukan dengan cara mengamati morfologi, topografi, jenis litologi, kondisi hidrologi, struktur geologi yang berkembang, dan tata guna lahan di lokasi penelitian. Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan standar ASTM menggunakan plastik sampel 500 gr, tabung sampel fisik, dan tabung sampel triaksial. Sementara analisis ukuran butir, batas-batas Atterberg, dan analisis triaksial dilakukan sebagai bagian dari analisis laboratorium.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Posisi geografis jalan Lintas Barat Km. 0-30, Liwa, Lampung Barat adalah di sebelah timur Kota Liwa dengan arah memanjang barat-timur (Gambar 1). Jalan ini termasuk kedalam jalur Transek Liwa-Bukit Kemuning. Berdasarkan pengamatan di lapangan, tanah lempung dan tuf pasiran adalah litologi utama penyusun lereng.

Tanah Lempung

Berdasarkan kenampakan megaskopis, lempung berwarna merah - merah kecokelatan, ukuran butir lempung lanauan – lempung pasiran, dan bersifat plastis. Lempung ini merupakan tanah residu. Tanah residu adalah tanah yang dihasilkan dari pelapukan batuan induk. Tanah ini tidak mengalami perpindahan dari tempat di mana proses pelapukan batuan induk berlangsung. Jenis tanah ini dapat dijumpai di jalan Lintas Barat, Km. 0-30 membentuk morfologi perbukitan dengan kemiringan lereng berkisar antara 25o-70o (Gambar 2). Tata guna lahan yang berkembang di tanah jenis ini adalah pemukiman dan kebun campuran. Berdasarkan pengamatan langsung di lereng, tidak ditemukan adanya mataair atau rembesan, yang terlihat adalah erosi alur yang intensif.

Tanah residu di daerah penelitian dapat dibagi berdasarkan warnanya, yaitu tanah residu berwarna cokelat (TR Cokelat) dan tanah residu berwarna merah (TR Merah) (Anwar dkk, 1994). Secara stratigrafi, TR Cokelat terletak diatas TR Merah dengan ketebalan 0.5 – 2 m. Kedua jenis tanah tersebut dapat dibedakan secara fisik dan teknik (Tabel 1).

Berdasarkan analisis laboratorium, tanah lempung yang menyusun daerah penelitian secara umum termasuk kedalam jenis tanah CH dan MH (USCS) dengan karakteristik plastisitas yang tinggi (Hardiyatmo, 2006) (lihat Tabel 1)).

(3)

Gambar 1. Jalan lintas barat Km. 0-30 km, Liwa, Lampung Barat

Gambar 2. Lereng tanah lempung

Tabel 1. Karakteristik fisik dan teknik tanah lempung Lintas Barat, Km 0-30

No Jenis Tanah Sifat USCS % Finest Batas Cair (%) Batas Plastis (%) IP (%) UCS (gr/cm2) c’ (kg/cm2) Ɵ' TR Cokelat TR Merah

(4)

Tuf Pasiran

Tuf pasiran memiliki karakteristik berwarna segar abu-abu sampai abu-abu kecokelatan, tekstur sedang sampai kasar, bentuk butir membundar sampai sangat membundar, terpilah baik, permeabilitas baik, kemas terbuka, dapat diremas, mengandung mika dan batuapung, serta lepas-lepas (Iqbal, 2013) (Gambar 3). Kenampakan di lapangan tuf pasiran memiliki ketebalan + 75 m, membentuk morfologi perbukitan berlereng sedang – sangat terjal dengan kemiringan lereng 50o-80o. Tata guna lahan yang berkembang berupa kebun campuran. Jenis tanah ini merupakan jenis tanah produk letusan gunungapi berupa endapan piroklastik (Koswara dan Santoso, 1995). Hasil pengamatan lapangan menggambarkan tidak adanya mataair atau rembesan air yang terlihat, tetapi banyak ditemukan erosi alur yang disebabkan gundulnya lereng.

Secara fisik dan teknik tuf pasiran memiliki karakteristik persentasi kandungan halus sebesar 11,05 %, dengan kohesi 0,25, sudut geser dalam 32,5o - 38,5o (Natawidjaja dkk, 1993), dan memiliki kuat tekan sebesar 1,40 – 2,06 gr/cm2 (Anwar dkk, 1994) (Tabel 2).

Gambar 3. Lereng tuf pasiran

Tabel 2. Karakteristik fisik dan teknik tuf pasiran Lintas Barat, Km 0-30

Jenis Tanah

Sifat % Finest Batas Cair

(%) Batas Plastis (%) UCS (gr/cm2) c’ (kg/cm2) Ɵ' Tuf pasiran 11,05 59,22 31,38 1,4 – 2,06 0,25 32,5 - 39

DISKUSI

Daerah penelitian merupakan bagian dari Jalan Lintas Barat Sumatra, jalur Transek Liwa-Bukit

Kemuning, Km 0-30. Secara fisiografi termasuk kedalam lajur Bukit Barisan Selatan (Koswara dan Santoso, 1995) dan berada dekat dengan Zona Sesar Sumatra (Koswara dan santoso,

1995; Sieh dan Natawidjaja, 2000). Morfologi yang membentuk daerah penelitian adalah perbukitan dan pedataran dengan kemiringan lereng 25o-80o. Tata guna lahan yang berkembang di daerah penelitian adalah pemukiman dan kebun campuran. Secara geologi, daerah penelitian

(5)

Tanah lempung yang menyusun daerah penelitian merupakan tanah residu hasil pelapukan batuan vulkanik berupa breksi gunungapi (Soebowo dkk, 1997). Secara umum tanah lempung daerah penelitian memiliki karakteristik plastisitas sedang hingga tinggi, memiliki nilai kohesi yang kecil, dan sudut geser dalam yang tidak terlalu besar. Berdasarkan UCS termasuk kedalam endapan sangat lemah. Karakteristik yang dimiliki tanah lempung mengindikasikan bahwa endapan i ni tersusun dominan oleh tuf dan debu vulkanik, hal yang sama juga diungkapkan oleh Soebowo dkk (1997). Kondisi ini menyebabkan tanah lempung tidak terkonsolidasi dengan baik sehingga mudah sekali lepas/urai jika ada penambahan air di musim hujan. Jika endapan tersebut membentuk kemiringan maka akan berpotensi longsor, hal serupa juga didapatkan oleh Soebowo dkk (1997). Pengamatan di lapangan memperlihatkan bahwa jenis longsoran yang sering terjadi pada lereng tanah lempung adalah jenis longsoran translasi (Varnes, 1978) (Gambar 4).

Gambar 4. Longsoran di lereng tanah lempung

Tuf pasiran adalah jenis endapan kedua penyusun daerah penelitian. Endapan tersebut merupakan endapan darat produk gunungapi Kuarter (Koswara dan Santoso, 1995). yang merupakan bagian dari Formasi Ranau (Amin dkk., 1993) dan dikenal dengan nama Tuf Liwa (Koswara dan Santoso, 1995) berumur Pliosen – Plistosen. Endapan ini tersebar di dataran tinggi lembah Liwa dan memanjang dengan arah barat-timur (Koswara dan Santoso, 1995). Berdasarkan pengamatan di lapangan dan analisis laboratorium menggambarkan bahwa tuf pasiran adalah jenis tanah yang tidak terkonsolidasi. Hal tersebut disebabkan oleh umur endapan yang relatif muda dan dominan tersusun oleh pasir. Fraksi pasir penyusun tuf pasiran memiliki karakteristik keteknikan berupa kuat geser (shear strength) yang lebih besar dan tidak mudah memadat daripada fraksi lempung. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Ishihara (1985), Kramer (1996), dan Bell (2007). Sementara fraksi lempung adalah sedimen yang umumnya lengket, memiliki plastisitas, dan memiliki karakteristik

(6)

yang dibentuk oleh tuf pasiran akan berpotensi longsor. Longsoran jenis translasi (Varnes, 1978) (Gambar 5) adalah jenis longsoran yang sering terjadi di lereng tuf pasiran.

Gambar 5. Longsoran di lereng tuf pasiran

KESIMPULAN

1. Terdapat dua jenis tanah penyusun lereng jalan Lintas Barat Km 0-30, Liwa, Lampung Barat, yaitu tanah lempung dan tuf pasiran.

2. Tanah lempung merupakan tanah residu hasil pelapukan gunungapi Kuarter yang tidak terkonsolidasi dengan baik, memiliki plastisitas dan kompresibilitas sedang hingga tinggi, serta berpotensi longsor.

3. Tuf pasiran adalah endapan piroklastik hasil gunungapi Kuarter yang dominan tersusun oleh pasir. Jenis tanah ini tidak terkonsolidasi dengan baik dan berpotensi longsor pula.

UCAPAN TERIMA KASIH

Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala UPT LUTPMB LIPI, Liwa, Lampung Barat bapak Asep Mulyono yang telah mengijinkan penulis untuk melaksanakan penelitian ini dan mempublikasikannya, ucapan terima kasih kami layangkan pula kepada Pak Adrin dan Pak Eko Soebowo dari Puslit Geoteknilogi, LIPI, Bandung atas diskusi, kritik, dan masukannya sehingga tulisan ini dapat diselesaikan.

DAFTAR PUSTAKA

Amin, T.C., Sidarto, Santosa, S., dan Gunawan, W., 1993. Peta Geologi Lembar Kotaagung,

Sumatera, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi

Anwar, H.Z., dan Kesumadhama, S., 1991. Konstruksi Jalan di daerah Pegunungan tropis, Makalah

(7)

Anwar, H.Z., Edi, S., Sudaryanto, dan Rukmana, I., 1994. Karakteristik enjinering lapisan tufa pasiran dan tanah residu di daerah Liwa dan sekitarnya, Proceedings Ekspose Ilmiah

Psulitbang Geoteknologi-LIPI, 1

Bell, F.G., 2007, Engineering Geology, Elsevier, 2

Chang, W.J., Ni, S.H., Huang, A.B., Huang, Y.H., dan Yang, Y.Z., 2011, Geotechnical reconnaissance and liquefaction analyses of a liquefaction site with silty fine sand in Southern Taiwan, Engineering Geology, 123, 235–245

Hardiyatmo, H.C., 2006, Mekanika Tanah 1, Gadjah Mada University Press

Hirnawan, R. F., 1994. Peran faktor-faktor penentu zona berpotensi longsor di dalam mandala geologi dan lingkungan fisiknya Jawa Barat, Majalah Ilmiah Universitas Padjadjaran, No. 2, 12, hal. 32-42

Ishihara, K., 1985, Stability of natural deposits during earthquakes, Proc. 11th Int. Conf. Soil Mech.

and Found. Eng, 1, 321-376

Iqbal, P., 2013. Batako tuf pasiran sebagai batako alternatif untuk bahan bangunan di daerah Liwa, Lampung Barat, Majalah Pusdiklat Geologi, IX, hal 51-58

Kastowo. L, Gerhard, W. Gafoer, S. dan Amin, T.C., 1996, Peta Geologi Lembar Padang,

Sumatera, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung

Koswara, A., dan Santoso., 1995. Geologi rinci daerah Liwa Lampung Barat Sumatera Selatan skala 1:50.000, Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral, VI

Kramer, S.L., 1996, Geotecnical Earthquake Engeneering, University of Washington

Natawidjaja, D.H., Kesumadharma, S., Delinom, R.M., Dudi, mahdi, C., 1993. Studi Geologi

Teknik, Gerakan Tanah, dan Gempabumi Daerah Liwa, Kab. Lampung Barat, Laporan

penelitian, Puslitbang Geoteknologi, LIPI

Soebowo, E., Kusumadharma, S., Djakamihardja, A.S., Wibawa, S., 1997. Geologi longsoran pada jalur Liwa-Krui, Lampung Barat, Prosiding IAGI, PIT XXVI, Jakarta

Sieh, K., dan Natawidjaja, D.H., 2000, Neotectonics of the Sumatra Fault, Indonesia, Journal of

Geophysical Research, 105, 28 295-28 326

Varnes, D. J., 1978. Slope movement types

and

processes, In:

Special Report 176:

Landslides:

Analysis

and

Control

Gambar

Tabel 1. Karakteristik fisik dan teknik tanah lempung Lintas Barat, Km 0-30
Gambar 3. Lereng tuf pasiran
Gambar 4. Longsoran di lereng tanah lempung
Gambar 5. Longsoran di lereng tuf pasiran

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosisterbaik kombinasi pupuk hayati dan pupuk anorganik dalam meningkatkan populasi Azotobacter, kandungan N, dan hasil

Berdasarkan Gambar 4, dapat dilihat bahwa citra hasil temu kembali dengan menggunakan SVM lebih baik Hal ini dikarenakan sistem mempunyai model klasifikasi untuk memprediksi baik

KDRT yang terdapat di dalam novel Adam Hawa tampak pada (1) perilaku Adam kepada Maia, (2) perilaku Maia kepada Idris, (3) perilaku Adam kepada Khabil,

Supaya penggunaan input pada usahatani sawi mencapai nilai optimum dapat dilakukan dengan cara mengurangi penggunaan input benih, pupuk urea, pupuk NPK, pestisida dan

Pemanfaatan hasil sampingan dari pengolahan CPO yang diaplikasikan ke areal pertanaman kelapa sawit sebagai pupuk memang tidak begitu banyak mempengaruhi produksi, namun

Kegiatan yang dilakukan penulis sebagai pendamping mandor panen adalah melakukan absensi terhadap pekerja yang masuk, turut serta bersama mandor panen dalam pemberian

Dengan rancangan tata letak tombol dan kursi kendali usulan, dapat diketahui dengan simulasi ROM yang dilakukan bahwa terjadi peningkatan kenyamanan kerja dari 22% menjadi 65%

Jawab : Sistem operasi adalah perangkat lunak ( soffware ) komputer yang bertugas untuk melakukan kontrol dan manajemen perangkat keras dan juga operasi-operasi dasar