• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VI

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

6

6.1 Kesimpulan

Dalam pembahasan tentang kesiapan PT PAL Indonesia (Persero), penelitian ini menemukan bahwa PT PAL Indonesia (Persero) pada prinsipnya memiliki kesiapan terbatas untuk membangun kapal perang jenis PKR secara mandiri. Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa PT PAL Indonesia (Persero) telah menghadapi berbagai permasalahan yang menjadi kendala untuk mampu melaksanakan proyek pembangunan kapal perang jenis PKR secara mandiri. Meskipun sejumlah upaya telah dilaksanakan, masih banyak persyaratan kesiapan pembangunan proyek kapal perang jenis PKR yang belum dapat dipenuhi oleh PT PAL Indonesia. Untuk itu penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut.

Pertama, kesiapan PT PAL Indonesia (Persero) untuk membangun kapal perang jenis PKR secara mandiri dilaksanakan dengan membandingkan hasil wawancara penelitian dengan persyaratan kemampuan yang harus dimiliki oleh sebuah galangan kapal sebagaimana telah diuraikan dalam pembahasan landasan teori penelitian ini. Kajian pustaka di bidang manajemen dan tekonologi serta proyek pembangunan kapal berteknologi tinggi seperti kapal perang jenis PKR telah mengungkapkan kemampuan yang harus dimiliki sebuah galangan kapal untuk mampu membangun kapal tersebut. Secara singkat, untuk mampu membangun kapal perang yang melibatkan teknologi dan kompleksitas tinggi seperti kapal perang jenis PKR secara mandiri, sebuah galangan kapal membutuhkan kemampuan sebagai berikut:

(2)

1. Penguasaan desain dan rekayasa teknis:

a. Pemahaman detail kebutuhan pengguna (operation requirements TNI Angkatan Laut);

b. Penyusunan detail spesifikasi teknik kapal yang dibutuhkan; c. Penyusunan strategi pembangunan kapal;

d. Penyusunan kontrak pembangunan kapal;

2. Penguasaan proyek pembangunan kapal: a. Manajemen proyek;

b. Rekayasa desain dan teknologi; c. Supply chain management; d. Sistem produksi;

e. Manajemen integrated logistics support;

f. Infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi; g. Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja; h. Manajemen sumber pendanaan proyek;

Analisis data dalam penelitian ini menemukan bahwa PT PAL Indonesia (Persero) telah memiliki kemampuan di bidang sistem produksi (2.d). Oleh karenanya PT PAL Indonesia (Persero) masih harus meningkatkan kemampuannya untuk menguasai persyaratan-persyaratan yang lain untuk mampu membangun kapal perang jenis PKR secara mandiri. Untuk mencapai tujuan strategis tersebut diperlukan komitmen yang kuat dari Manajemen PT PAL Indonesia (Persero) dan Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kapasitas dan

(3)

kapabilitas PT PAL Indonesia (Persero) agar mampu membangun kapal perang jenis PKR secara mandiri.

Penelitian ini telah berhasil menyimpulkan esensi pengertian yang dimaksud dengan kalimat “siap membangun kapal perang jenis PKR” yang dimaksudkan oleh informan wawancara. Kesiapan yang dimaksud merupakan kesiapan terbatas hanya pada bidang produksi proyek pembangunan kapal perang PKR. Sedangkan untuk proses rekayasa desain dan pengendalian proyek kapal, PT PAL Indonesia (Persero) masih membutuhkan asistensi dari pihak galangan kapal DSNS Belanda melalui pendekatan sistem mentoring.

Keterbatasan kesiapan PT PAL Indonesia (Persero) juga terlihat dalam bidang penyiapan logistik yang dibutuhkan untuk pembangunan kapal perang jenis PKR. Dalam proyek pembangunan kapal PKR I dan II, seluruh gambar kerja, perencanaan proyek dan logistik pembangunan kapal dipasok dan dikendalikan langsung oleh pihak galangan kapal DSNS Belanda.

Potensi pasar yang dimiliki PT PAL Indonesia (Persero) untuk menerima hasil produksi kapal perang jenis PKR saat ini hanya dari Pemerintah Indonesia melalui Departemen Pertahanan; yang memesan kapal tersebut untuk TNI Angkatan Laut. Selain itu, PT PAL Indonesia (Persero) terikat perjanjian bahwa mereka harus mendapatkan persetujuan pihak galangan kapal DSNS Belanda untuk memasarkan jenis kapal tersebut selain kepada TNI Angkatan Laut. Hal ini menyebabkan ketergantungan PT PAL Indonesia (Persero) terhadap Pemerintah dan galangan kapal DSNS Belanda dalam mengembangkan dan mempertahankan kemampuannya untuk membangun kapal perang jenis PKR.

(4)

Penelitian ini telah menemukan bahwa PT PAL Indonesia (Persero) hanya memiliki kesiapan fasilitas produksi secara terbatas serta kesiapan sebagai pelaksanakan produksi (sebagai pekerja) dalam proyek pembangunan kapal perang jenis PKR. Sedangkan persyaratan kesiapan lainnya (kemampuan galangan, kemampuan teknis, manajemen galangan, manajemen keselamatan kerja, manajemen rantai pasok dan logistik (logistics and supply chain management) dan manajemen sistem informasi yang terintegrasi) belum dimiliki oleh PT PAL Indonesia (Persero). Oleh karenanya, melalui penelitian ini dapat disimpulkan bahwa PT PAL Indonesia (Persero) belum siap untuk melaksanakan pembangunan kapal perang jenis PKR secara mandiri.

Kedua, penelitian ini telah mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi PT PAL Indonesia (Persero) untuk mampu melaksanakan pembangunan kapal perang jenis PKR secara mandiri. Beberapa tantangan untuk meningkatkan kemampuan dan kesiapannya telah berhasil diatasi oleh PT PAL Indonesia (Persero); namun masih ada tantangan yang perlu mendapatkan perhatian dan komitmen lebih lanjut dari Pemerintah Indonesia maupun pihak Manajemen PT PAL Indonesia (Persero).

Tantangan di bidang penyiapan sumber daya manusia bidang produksi dalam proyek pembangunan kapal perang jenis PKR telah berhasil diatasi oleh PT PAL Indonesia (Persero). Meskipun demikian, kompleksitas proses pembangunan kapal perang jenis PKR mengharuskan PT PAL Indonesia (Persero) untuk mengatasi tantangan-tantangan berikutnya yang antara lain meliputi:

(5)

1. Ketersediaan tenaga ahli di bidang penguasaan desain dan rekayasa teknis, termasuk tenaga ahli di bidang konstruksi dan kekuatan kapal, getaran dan kebisingan kapal, sistem hidro-dinamika kapal;

2. Akses terhadap sistem supply chain dan logistics material pembangunan kapal;

3. Akses terhadap sumber-sumber pendanaan untuk membiayai proyek pembangunan kapal;

4. Jaminan ketersediaan pasar melalui kemampuan dan komitmen Pemerintah untuk melaksanakan pembangunan kapal PKR selanjutnya;

5. Budaya disiplin kerja dan kualitas hasil kerja yang perlu diawasi secara ketat;

6. Sistem birokrasi pemerintah untuk menjamin adanya good governance dalam proyek pembangunan kapal sekelas kapal PKR.

Selain tantangan tersebut, untuk membangun kapal perang jenis PKR PT PAL Indonesia (Persero) juga masih membutuhkan dukungan dalam bentuk asistensi dari galangan kapal DSNS Belanda sebagai galangan kapal yang mengembangkan rekayasa desain dan spesifikasi teknis kapal tersebut. Asistensi tersebut dapat dilaksanakan melalui sistem mentoring yang disampaikan oleh tenaga ahli dari galangan kapal DSNS Belanda untuk melaksanakan pembangunan kapal di galangan kapal PT PAL Indonesia (Persero) di Surabaya, Indonesia. Dalam bidang manajemen logistik pembangunan kapal perang jenis PKR, PT PAL Indonesia (Persero) masih membutuhkan asistensi dari galangan kapal DSNS

(6)

Belanda karena pada proyek pembangunan kapal PKR I dan II seluruh manajemen logistik ditangani langsung oleh DSNS.

Penelitian ini menemukan bahwa PT PAL Indonesia (Persero) telah mengubah pola pandangnya terhadap kendala yang dihadapi menjadi suatu tantangan untuk mancapai kemajuan yang diharapkan. Kendala atau tantangan yang dihadapi bersifat internal dan eksternal PT PAL Indonesia (Persero). Kendala internal terkait pengalaman dan sistem kerja serta birokrasi organisasi PT PAL Indonesia (Persero). Kendala eksternal berupa ketidaksiapan tenaga ahli dan industri dalam negeri untuk mendukung kebutuhan penguasaan teknologi dan material pembangunan kapal perang jenis PKR. Hal ini menimbulkan ketergantungannya terhadap dukungan tenaga ahli dari luar negeri serta pengadaan material pembangunan kapal yang harus diimpor dari luar negeri.

Ketiga, strategi yang dilaksanakan PT PAL Indonesia (Persero) untuk mengatasi kendala-kendala tersebut di atas dalam rangka meningkatkan kesiapannya melaksanakan pembangunan kapal perang jenis PKR yang dibutuhkan TNI Angkatan Laut meliputi:

1. Bidang SDM. PT PAL Indonesia (Persero) melaksanakan perpanjangan jangka waktu kontrak dengan para tenaga kerja yang memiliki keterampilan yang dibutuhkan serta terus melaksanakan pendidikan dan pelatihan kerja dalam bentuk part-time maupun full-time, serta kerja sama dengan galangan kapal maupun badan sertifikasi untuk menguji keterampilan para personelnya;

2. Bidang Penyiapan Dana. Selain mengoptimalkan dukungan Pemerintah, PT PAL Indonesia (Persero) juga mengadakan kerja sama dengan

(7)

purchasing agent dari negara pengekspor material yang dibutuhkan untuk membangun kapal dalam rangka memperoleh sumber pendanaan dari negara tersebut;

3. Bidang Penyiapan Logistik. PT PAL Indonesia (Persero) tetap menjalin kerja sama dengan DSNS Belanda, selain kerja sama yang sudah dimiliki dengan Mitsui Jepang dan Daewoo Korea, untuk memperoleh akses terhadap kebutuhan logistik pembangunan kapal perang terutama kebutuhan logistik yang terkait teknologi tinggi;

4. Strategi Penguasaan Metode pembangunan kapal. PT PAL Indonesia (Persero) membentuk Tim Pengembangan Metode pembangunan kapal yang bertugas merekam dan mempelajari serta mengembangkan setiap metode pembangunan kapal yang digunakan dalam proyek pembangunan kapal PKR I dan II. Tim tersebut bertanggung jawab mengembangkan pola pelatihan dan produksi yang diperlukan untuk menguasai teknologi produksi kapal yang kompleks.

5. Strategi Pemasaran. PT PAL Indonesia (Persero) berusaha secara aktif meningkatkan kualitas hasil produksinya serta bekerja sama dengan TNI Angkatan Laut untuk mempromosikan kapal produksi PT PAL Indonesia (Persero) dalam kegiatan-kegiatan internasional;

6. Bidang Sistem Informasi. PT PAL Indonesia (Persero) mengembangkan sistem IFS yang sudah ada dengan mengadaptasi sistem BAAN yang digunakan galangan kapal DSNS Belanda;

(8)

Penelitian ini menemukan bahwa strategi yang ditempuh PT PAL Indonesia (Persero) meliputi strategi internal dan eksternal. Secara internal, PT PAL Indonesia (Persero) menyusun usaha-usaha peningkatan kemampuan SDM dan sistem manajemen internal sistem produksi maupun pengelolaan galangan kapal secara total. Strategi eksternal PT PAL Indonesia (Persero) dilaksanakan melalui peningkatan dan pengembangan kerja sama dengan galangan-galangan kapal lainnya yang sudah berskala international untuk memperoleh akses terhadap teknologi terkini serta sumber-sumber logistik yang dibutuhkan.

6.2 Rekomendasi

Untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi oleh PT PAL Indonesia (Persero), penelitian ini mengajukan rekomendasi sebagai berikut.

Pertama, untuk mengatasi kendala ketersediaan tenaga ahli PT PAL Indonesia dapat melaksanakan pendidikan dan atau pelatihan meliputi metode di luar pekerjaan (off the job/full time study/training) dan metode sambil bekerja (on the job/part time study/training) (Zainun 2001). Selain merumuskan bagaimana materi pendidikan dan pelatihan dapat disampaikan, PT PAL Indonesia (Persero) perlu merumuskan pola penentuan personel untuk dapat mengikuti pendidikan dan pelatihan agar seluruh know-how yang disampaikan dapat diserap secara maksimal dengan menggunakan sumber daya yang ada. PT PAL Indonesia (Persero) juga harus merumuskan materi pendidikan dan pelatihan yang perlu disampaikan.

Selain hal di atas, keterbatasan kesiapan maupun kemampuan PT PAL Indonesia (Persero) dalam membangun kapal perang jenis PKR secara mandiri,

(9)

harus dipandang sebagai tantangan nasional untuk meningkatkan dan mensinergikan berbagai upaya dan sumber daya yang dimiliki. Upaya-upaya tersebut diarahkan dalam rangka menyerap seluruh know-how yang dapat diperoleh melalui proses transfer of technology berupa pelatihan di galangan kapal DSNS Belanda, di bengkel pelatihan di PT PAL Indonesia (Persero), serta merekam seluruh proses produksi yang dilaksanakan di lapangan (karena tidak diperoleh melalui pelatihan di Belanda), upgrade sarana dan prasarana produksi sesuai saran tenaga ahli dari galangan kapal DSNS Belanda dan disertifikasi oleh Biro Klasifikasi Lloyd’s Register Inggris.

Kedua, untuk menghadapi kendala sistem supply chain dan logistics material pembangunan kapal perang jenis PKR, selain kerja sama dengan DSNS Belanda, Mitsui Jepang dan Daewoo Korea, PT PAL Indonesia (Persero) perlu meningkatkan kemampuan modal dan memperbaiki catatan kreditnya untuk meningkatkan kepercayaan rantai pasok internasional terhadap kemampuan PT PAL Indonesia dalam membangun kapal berteknologi tinggi (kapal perang permukaan air dan kapal selam). Kepercayaan rantai pasok internasional tersebut dapat membuka akses PT PAL Indonesia (Persero) kepada para pemasok logistik internasional kebutuhan bahan baku dan komponen yang dibutuhkan untuk membangun kapal tersebut di atas.

Selain meningkatkan kemampuan PT PAL Indonesia (Persero) sebagai galangan kapal penghasil kapal-kapal perang jenis PKR, industri dalam negeri penghasil bahan baku maupun komponen kapal juga perlu mendapat perhatian. Hampir seluruh material dan komponen pembangunan kapal PKR I dan II didatangkan dari luar negeri. Meskipun Pemerintah sudah mensyaratkan adanya

(10)

komponen dalam negeri, namun produksi dalam negeri yang ada tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Selain itu kemampuan dan kemauan sumber finansial dalam negeri juga perlu diperhatikan. Berdasarkan hasil penelitian ini, diketahui bahwa sumber pendanaan kapal PKR dikelola oleh pihak DSNS dan diperoleh dari luar negeri. Meskipun PT PAL Indonesia berhasil menemukan sumber pendanaan dari Korea untuk membangun kapal SSV pesanan Philipina, namun peningkatan kemampuan sumber pendanaan dalam negeri perlu ditingkatkan untuk mendukung upaya kemandirian sistem pertahanan nasional.

Keberhasilan PT PAL Indonesia (Persero) membangun kapal perang jenis Strategic Sealift Vessel (SSV) pesanan Pemerintah Philipina merupakan salah satu bukti kemampuan PT PAL Indonesia (Persero) melaksanakan rekayasa desain dan produksi kapal perang secara mandiri. Oleh karenanya dengan strategi yang tepat dan komitmen dari pihak Manajemen maka PT PAL Indonesia (Persero) akan mampu membangun kapal perang jenis PKR maupun kapal perang sejenisnya yang melibatkan teknologi tinggi dan sistem yang kompleks.

Proyeksi postur TNI Angkatan Laut hingga tahun 2024 yang memerlukan penambahan alutsista kapal perang jenis PKR atau sekelasnya merupakan potensi pangsa pasar yang harus dapat digunakan untuk memacu semangat dan komitmen seluruh jajaran PT PAL Indonesia (Persero) untuk mampu menguasai manajemen dan teknologi yang dibutuhkan dalam rangka membangun kapal tersebut secara mandiri. Kemampuan ini akan dapat meningkatkan kredibilitas PT PAL Indonesia (Persero) sebagai galangan kapal yang mampu membangun kapal perang pada tingkat internasional. Selain itu, kemampuan tersebut dapat

(11)

meningkatkan ketahanan alutsista TNI Angkatan Laut, serta posisi politik luar negeri Bangsa Indonesia di kawasan regional Asia maupun Internasional.

Ketiga, permasalahan sumber pendanaan untuk membiayai proyek pembangunan kapal bernilai tinggi seperti kapal perang jenis PKR maupun kapal selam PT PAL Indonesia (Persero) dapat mengembangkan strategi pendanaan yang digunakan dalam pembangunan kapal SSV pesanan Pemerintah Filipina. Melalui skema pendanaan tersebut, PT PAL Indonesia (Persero) berhasil mengurangi beban perusahaan maupun Negara yang harus melakukan investasi dalam proyek pembangunan sebuah kapal berteknologi tinggi.

Keempat, untuk menjamin ketersediaan pasar pengguna kapal perang produksi PT PAL Indonesia (Persero), selain memastikan komitmen dukungan Pemerintah PT PAL Indonesia (Persero) juga harus meningkatkan kemampuan internalnya agar proyek-proyek pembangunan kapal yang ditangani dapat selesai dengan tepat waktu atau bila memungkinkan lebih cepat dari waktu yang direncanakan. Komitmen Pemerintah dapat dilihat dari adanya peraturan perundang-undangan tentang penggunaan produk dalam negeri, selain itu kebutuhan kapal perang TNI Angkatan Laut merupakan pasar potensial yang dapat digunakan PT PAL Indonesia untuk memastikan pasar yang dibutuhkan. Dengan percepatan waktu penyelesaian proyek yang dikerjakan, maka PT PAL Indonesia (Persero) dapat menangkap setiap kesempatan yang muncul dalam pasar kebutuhan kapal perang berteknologi tinggi, selain kebutuhan dalam negeri dari TNI Angkatan Laut maupun Kementerian/Lembaga Pemerintah lainnya.

Kelima, PT PAL Indonesia perlu mengembangkan budaya kerja yang produktif untuk meningkatkan kedisiplinan kerja dan kualitas hasil kerja yang

(12)

dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan dan daya saingnya di tingkat internasional. Selain itu, PT PAL Indonesia (Persero) dapat merumuskan penerapan sistem manajemen berstandard internasional seperti ISO (International Standard Organisation), ASTM, DIN, dll, yang sesuai dengan budaya lokal dan dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan dan kedisiplinan budaya kerja SDM PT PAL Indonesia (Persero).

Keenam, PT PAL Indonesia perlu menumbuhkan integritas, kedisiplinan, kejujuran, proses yang efektif sebagai budaya kerja perusahaan. Penanaman nilai-nilai tersebut sebagai budaya kerja perusahaan dapat mendukung terciptanya good governance dalam sistem manajemen PT PAL Indonesia (Persero) yang mengarah pada peningkatan efektifitas dan efisiensi kinerja perusahaan (Armstrong, 2009). Selain itu, PT PAL Indonesia (Persero) perlu mengartikulasikan secara jelas dan tegas tugas dan tanggung jawab perbedaan pengawasan, peraturan dan penegakan sistem autorisasi (Johnston, 2004). Langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk mendukung terciptanya budaya good governance dalam sistem manajemen PT PAL Indonesia (Persero) antara lain: i) menetapkan kebijakan perusahaan secara formal (melalui pengkodean dan panduan petunjuk), ii) menciptakan hubungan sinergi antara Dewan Komisaris dengan Manajemen Eksekutif PT PAL Indonesia (Persero), iii) mendukung terlaksananya hak-hak setiap pemangku-kepentingan antara lain para pekerja dan masyarakat sekitar PT PAL Indonesia, iv) meningkatkan sistem control internal dan eksternal, v) penyampaian informasi secara transparan, dan vi) mendukung terciptanya keberlangsungan bisnis PT PAL Indonesia (Persero) (Johnston, 2004).

(13)

Penelitian ini berhasil menemukan bahwa PT PAL Indonesia (Persero) telah mampu secara terbatas untuk membangun kapal perang jenis PKR. Selain manfaat praktis yang telah dibahas, penelitian ini juga telah memberikan manfaat akademis di bidang manajemen dalam arti luas maupun dalam arti khusus di bidang peningkatan ketahanan nasional. Penelitian ini juga memberikan manfaat berupa alternatif topik penelitian lanjutan dalam rangka meningkatkan ketahanan nasional melalui dukungan kesiapan dan kemampuan PT PAL Indonesia (Persero) untuk melaksanakan pembangunan kapal perang jenis PKR atau yang lebih besar yang dibutuhkan TNI Angkatan Laut maupun lembaga Negara lainnya. Demikian tesis ini disusun sebagai hasil penelitian yang telah dilaksanakan.

Referensi

Dokumen terkait

(3) Persyaratan pencalonan berupa jumlah dukungan bagi calon perseorangan untuk Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati, sebagaimana dimaksud dalam huruf D angka (1),

17 Ksmir, Etika Customer Service, .(Jakarta:PT RajagrafindoPersada.2005).Hal.15-22.. sesuai standar, jumlah karyawan yang disediakan juga harus seimbang, Jangan sampai pelanggan

Kami adalah kader konservasi dari Tim Kerja Pemulihan Dieng (TKPD) dan kami saat ini sedang melakukan studi untuk menghitung nilai yang dibutuhkan untuk

Tingkat penetasan telur tertinggi dicapai pada perlakuan kombinasi ekstender madu dengan DMSO 15% (87,97%) dan tidak berbeda baik dengan kontrol segar maupun

Kloset Duduk keramik merk Mono Blok American Standar buah. Kloset Duduk keramik merk Mono Blok

• Jumlah permintaan rokok pada Skenario I dan Skenario II adalah sama, namun dikarenakan produksi rokok yang dikurangi maka jumlah rokok yang akan dijual menjadi lebih sedikit,

Penelitian yang dilakukan oleh Hendika Apriyanto tahun 2009 dengan judul “Kompetensi Profesional Guru Sosiologi Dalam Proses Pembelajaran di SMA Negeri 1 Kalasan” dengan

Dengan menggunakan tahun dasar untuk angka melek huruf yang sama dengan Kota Solok, yaitu tahun 1996 (91,8 persen) dan tahun 2011 (97,2 persen), hasil proyeksi menunjukkan