• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL PERMASALAHAN SUAMI ISTRI YANG BELUM MEMILIKI KETURUNAN DI KELURAHAN SUNGAI SAPIH KOTA PADANG. Oleh:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFIL PERMASALAHAN SUAMI ISTRI YANG BELUM MEMILIKI KETURUNAN DI KELURAHAN SUNGAI SAPIH KOTA PADANG. Oleh:"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

1

DI KELURAHAN SUNGAI SAPIH KOTA PADANG

Oleh:

Sumita Sari* Dra. Suheni, M.Pd.** Rici Kardo, M. Pd.**

Program Studi Bimbingan dan Konseling Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan

(STKIP) PGRI Sumatera Barat

ABSTRAK

Sumita Sari (NPM:12060259), Profil Permasalahan Suami Istri yang belum Memiliki Keturunan di Kelurahan Sungai Sapiah Kota Padang, Skripsi, Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI, Sumatera Barat, Padang, 2016.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya pasangan yang memiliki beban emosional karena ketidak mampuan memiliki keturunan, adanya pasangan menghadapi kritik sosial dari masyarakat yang berorientasi pada anak, sulit menyesuaikan diri terhadap keluarga besar. Tujuan Penelitian ini untuk mendapatkan data dan informasi secara mendalam tentang 1. Profil permasalahan suami istri yang belum memiliki keturunan dalam aspek emosional, 2. Profil permasalahan suami istri yang belum memiliki keturunan dalam aspek sosialnya, 3. Profil permasalahan suami istri dalam aspek menyesuaikan diri terhadap keluarga besar. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, yang bertujuan menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dari informan. Adapun yang menjadi informan penelitian adalah:1. Informan kunci sebanyak dua orang yaitu suami dan istri, 2. Informan tambahan sebanyak empat orang yaitu ibu dari suami, ibu dari istri, saudara perempuan dari suami dan saudara perempuan dari istri. Instrumen yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara. Teknik analisis data berupa reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa: 1. Profil permasalahan suami istri yang belum memiliki keturunan secara emosional yaitu pasangan merasa sedih, iri, merasakan kasih sayang yang sama seperti awal menikah, menjadi beban fikiran, cemas, merasa tidak sempurna, dan pergi berobat, 2. Profil permasalahan suami istri yang belum memiliki keturunan secara sosial yaitu pasangan dicemooh, dikucilkan oleh lingkungan, disindir, bercerita-cerita dengan orang-orang yang berada dilingkungan sekitar dan mencari solusi agar bisa memiliki keturunan, 3. Profil permasalahan suami istri yang belum memiliki keturunan secara menyesuaikan diri dengan keluarga besar yaitu keluarga mendesak agar secepatnya memiliki keturunan. Berdasarkan hasil penelitian direkomendasikan kepada pasangan suatu Istri agar lebih bersabar dan sesuatu berusaha melakukan yang terbaik untuk memiliki keturunan.

(3)

2

PROFIL PERMASALAHAN SUAMI ISTRI YANG BELUM MEMILIKI KETURUNAN DI KELURAHAN SUNGAI SAPIH KOTA PADANG

Oleh Sumita Sari* Dra. Suheni, M.Pd** Rici Kardo, M. Pd**

Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatra Barat

ABSTRACT

Sumita Sari (NPM: 12,060,259), Profile Issues husband and wife who have not Have Sapiah Descendants in Sungai Padang City, Thesis, Department of Guidance and Counseling STKIP PGRI, West Sumatra, Padang, 2016.

This research was motivated by the couple who own the emotional burden because of the inability to have children, the couple faced criticism from community-oriented social child, a difficult time adjusting to the big family. The purpose of this study was to obtain data and in-depth information about 1. Profile marital problems who do not have descendants in the emotional aspects, 2. Profile of the marital problems that do not have children in the social aspect, 3. Profile of marital problems in the aspect of adjusting to extended family.

This study was descriptive qualitative research, which aims to describe a systematic, factual and accurate information on the facts of the informant. As for the informant research are: 1. The key informant as much as two people are husband and wife, 2. additional informants as many as four people is the mother of the husband, wife's mother, sisters of the husband and the sister of the wife. Instruments that researchers use in this research is interview guides. Data analysis techniques in the form of data reduction, data presentation and conclusion. Results of the study revealed that: 1. Profile of the marital problems that do not have children emotionally that couples feel sad, jealous, felt the same affection as early marriage, a burden on the mind, anxiety, feeling imperfect, and go for treatment, 2. Profile marital problems who do not have social descent is a pair ridiculed, ostracized by the environment, quipped, telling stories with people who are in the environment around and find solutions in order to have offspring, 3. profile of the marital problems that do not have to adjust your offspring myself with a large family, the family urged to immediately have offspring. Based on the results of the study recommended to pair a wife to be more patient and try to do the best thing to have offspring

Keywords: emosioal burden, social criticism and adjustment

PENDAHULUAN

Keluarga mempunyai arti yang sangat penting dalam masyarakat karena pada dasarnya masyarakat terbentuk dari sejumlah keluarga. Keadaan keluarga, sangat menentukan keadaan dari suatu masyarakat. Para ahli filsafat dan analisis sosial telah melihat bahwa masyarakat adalah struktur yang terdiri dari keluarga, dan bahwa keanehan-keanehan suatu masyarakat tertentu dapat menggambarkan dengan menjelaskan hubungan kekeluargaan yang berlangsung didalamnya.

Menurut Beckman dalam jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan (2012:21) bahwa “Ketidakmampuan untuk memiliki anak akan mengakibatkan beban emosional yang besar pada pasangan. Pasangan harus menyesuaikan diri terhadap keluarga besar Hidayah jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan ( 2007:2). Selain itu, pasangan juga harus siap menghadapi kritik sosial dari masyarakat yang berorientasi pada anak menurut Van Hoose & Worth, (Grace, 2009).” Kondisi tidak memiliki anak akan semakin sulit jika

(4)

3 Timbul penyesalan pada pasangan suami istri dewasa madya yang tidak memiliki anak, penyesalan ini berkorelasi dengan depresi. Depresi dan kesepian meningkat bersamaan dengan kemunduran-kemunduran yang terjadi pada masa madya.

Ahmadi (2009:101) juga mengemukakan bahwa “Emosi ialah suatu keadaan kerohanian atau peristiwa kejiwaan yang kita alami senang atau tidak senang dalam hubungan dengan peristiwa mengenal dan bersifat subjektif”. Selain itu Surya (2003:89) mengemukakan “Emosi merupakan warna afektif yang menyertai setiap perilaku individu, yang berupa perasaan-perasaan tertentu yang dialami pada saat menghadapi situasi tertentu”.

Menurut Vebrianto (Hasan, 2013:21) “Keluarga ialah kelompok sosial yang terdiri dari dua orang atau lebih mempunyai ikatan darah perkawinan atau adopsi”. Selain itu Cooley (Hasan, 2013:20) juga mengemukakan bahwa “Keluarga yaitu suatu kesatuan hidup yang anggota-anggotanya mengabdikan dirinya kepada kepentingan dari tujuan kesatuan kelompok dengan rasa cinta kasih”. Maksudnya, dalam mencapai tujuan kelompok (ayah, ibu dan anak) masing-masingnya memperhatikan kemampuan anggotanya dan berkewajiban tolong menolong dalam mencapai kesejahteraan hidup lahir dan bathin dengan rasa cinta kasih. Lestari (2012:1) mengemukakan bahwa “Keluarga merupakan unit sosial penting dalam bangunan masyarakat”.

Sebuah keluarga, idealnya ada seorang ibu, ayah dan anak, karena tanpa memiliki anak keluarga tersebut terasa belum lengkap. Bahkan dapat dikatakan kebahagiaan suatu pernikahan dapat terwujud apabila telah hadirnya seorang anak. Berdasarkan beberapa masalah yang dapat memicu terjadinya perceraian, salah satunya adalah pasangan suami istri yang tidak memiliki anak. Tetapi pada kenyataannya, masih ada pasangan suami istri yang dapat mempertahankan pernikahannya walaupun tidak memiliki anak.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga ialah adanya sebuah pernikahan yang dilakukan oleh satu pasang individu yang berbeda jenis kelamin untuk membuat suatu komitmen dalam menjalankan tanggung jawab dan kewajiban. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya realitas sosial pasangan suami istri yang mengalami inferlitas atau tidak subur dalam waktu lama tanpa anak mampu bertahan dan harmonis menjaga keutuhan pernikahan.

lakukan pada tanggal 20 Januari 2016 di Kelurahan Sungai Sapih RT.04/RW.1 ditemukannya satu pasangan suami istri yang susah atau belum memiliki keturunan, sering terjadinya komunikasi yang kurang baik antara pasangan, cemoohan yang timbul dari tetangga sekitar lingkungan tempat tinggal sering ia terima, baik dari teman-teman sendiri maupun dari orang lain, sehingga hal ini memicu pertengkaran dan komunikasi yang kurang baik antara suami istri.

Berdasarkan wawancara yang telah peneliti lakukan pada tanggal 8 Januari 2016 satu pasangan suami istri di Kelurahan Sapihia mengatakan bahwa sering terjadinya kesalah pahaman karena susah memliliki keturunan, kurangnya pasangan suami istri untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, pasangan suami istri mendapatkan kritikan dari masyarakat, pasangan suami istri merasa sedih saat melihat pasangan suami istri lain yang mempunyai keturunan, timbulnya rasa iri hati terhadap pasangan yang memiliki keturunan, munculnya perasaan rendah diri karena belum memiliki keturunan, kurangnya keinginan pasangan suami istri untuk berkumpul dengan keluarga besar karena merasa minder, terjadinya konflik antara pasangan suami istri dengan keluarga besar Karena sering membahas tentang keturunan.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Profil permasalahan suami istri yang belum memiliki keturunan di Kelurahan Sungai Sapih Kota Padang”.

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka fokus penelitian ini adalah:

1. Profil Pasangan yang memiliki beban emosional karena ketidakmampuan memiliki keturunan.

2. Profil Pasangan yang menghadapi kritik sosial dari masyarakat yang berorientasi pada anak.

3. Profil Pasangan yang sulit menyesuaikan diri terhadap keluarga besar.

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah “Bagaimana profil permasalahan suami istri yang belum memiliki keturunan ?

Adanya tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data dan informasi secara mendalam tentang :

1. Profil pasangan suami istri yang belum memiliki keturunan dalam aspek emosionalnya.

(5)

4 2. Profil pasangan suami istri yang belum

memiliki keturunan dalam aspek sosialnya. 3. Profil pasangan suami istri yang belum

memiliki keturunan dalam menyesuaikan diri terhadap keluarga besarnya.

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Lwetter (Hasan, 2013:2) “Perkawinan dari segi agama Islam merupakan aqad dengan upacara ijab qabul antara calon suami dan istri untuk hidup bersama sebagai suatu pertalian suci (sakral), untuk menghalalkan hubungan kelamin antara pria dan wanita dengan tujuan membentuk keluarga dalam memakmurkan bumi Allah yang luas ini”.

Manusia adalah makhluk sosial yang cenderung ingin hidup bersama manusia lainnya dalam satu bentuk kelompok terkecil sekalipun, Hasan (2013:18) “Keluarga merupakan dorongan keinginan yang normal pada manusia yang pembentukkan diikat oleh pranata-pranata perkawinan yang dianut oleh masyarakatnya”.

Definisi lain tentang keluarga yang dikemukakan oleh Suwarni 1980, (Hasan, 2013:20) yaitu “Suatu kesatuan hidup yang anggota-anggotanya mengabdikan dirinya kepada kepentingan dari tujuan kesatuan kelompok dengan rasa cinta kasih”. Maksudnya, dalam mencapai tujuan kelompok (ayah, ibu dan anak) masing-masingnya memperhatikan kemampuan anggotanya dan berkewajiban tolong menolong dalam mencapai kesejahteraan hidup lahir dan bathin dengan rasa cinta kasih.

Kebutuhan dasar manusia untuk terpenuhinya kecukupan makanan, pakaian, tempat tinggal, kebutuhan biologis lainnya yaitu berupa kebutuhan seksual yang berfungsi untuk menghasilkan keturunan. Orang tua yang terdiri dari suami dan istri memiliki fungsi masing-masing dari fungsi biologis ini. Suami sebagai kepala rumah tangga memiliki kewajiban untuk mencari nafkah sehingga kebutuhan dasar dalam keluarganya berupa pangan, sandang, dan papan dapat terpenuhi. Dan seorang istri berkewajiban menjalankan fungsinya sebagai pendamping dan mengelola apa yang diamanahkan dalam keluarga padanya dengan sebaik-baiknya.

Menurut Hasan (2013:23) “Keluarga adalah merupakan ikatan sosial terkecil dan merupakan lembaga dalam masyarakat yang paling dasar”. Di dalam masyarakat terdapat banyak sekali keluarga dan tiap-tiap keluarga mempunyai ciri-ciri khusus yang berbeda satu dengan yang lainnya. Masing-masing keluarga memliki bentuk-bentuk

atau jenis-jenis dan tipe keluarga yang terdapat di dalam masyarakat.

Menurut Lee (Lestari, 2012:7) “Kompleksitas struktur keluarga tidak ditentukan oleh jumlah individu yang menjadi anggota keluarga, tetapi oleh banyaknya posisi sosial yang terdapat dalam keluarga. Oleh karena itu, besaran keluarga (family size) yang ditentukan oleh banyaknya jumlah anggota, tidak identik engan struktur keluarga (family structure). Walaupun keduanya memiliki pertalian yang positif, namun keduanya tetap merupakan jenis variabel yang berbeda”. Menurut Beckmann dalam jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan (2012: 10) bahwa “Ketidakmampuan untuk memiliki anak akan mengakibatkan beban emosional yang besar pada pasangan. Pasangan harus menyesuaikan diri terhadap keluarga besar menurut Claton, 1975 hidayah, 2007:55). “Selain itu, pasangan juga harus siap menghadapi kritik sosial dari masyarakat yang berorientasi pada anak”. Menurut Van Hoose & Worth,(Grace, 2009). ”Kondisi tidak memiliki anak akan semakin sulit jika dialami oleh pasangan suami istri dewasa madya. Timbul penyesalan pada pasangan suami istri dewasa madya yang tidak memiliki anak”. Penyesalan ini berkorelasi dengan depresi. Depresi dan kesepian meningkat bersamaan dengan kemunduran-kemunduran yang terjadi pada masa madya.

METODE PENELITIAN

Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian, maka penelitian yang dilakukan termasuk penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif. Peneliti menggambarkan pasangan suami istri yang belum memiliki keturunan dalam pernikahan. Penelitian deskriptif kualitatif, artinya penelitian ini menggambarkan suatu keadaan objek tertentu sebagaimana adanya. Menurut Kirk & Miller, 1986 (Moleong, 2002: 3) “Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya”. Informan kunci yang telah peneliti lakukan sepasang suami istri dan informan tambahan empat orang yang terdiri dari ibu dari suami dan saudara perempuan, ibu dari istri dan saudara perempuan dari istri. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini berupa observasi dan wawancara.

HASIL PENELITIAN 1. Emosional

(6)

5 informasi bahwa pasangan yang belum memiliki keturunan cenderung akan merasa sedih, iri kepada pasangan lain yang sudah memiliki keturunan karena ia belum memiliki keturunan. Namun, bentuk kasih sayangnya dan istri masih sama seperti yang dulu, perasaan cemas serta merasa kurang sempurna tentunya akan dirasakan oleh pasangan yang belum memiliki keturunan. Sehubungan dengan hal tersebut Pandanwati dan Suprapti (2012:6) menjelaskan : Perasaan saling memiliki dan kebersamaan mendorong pasangan untuk menanggung beban hidup bersama. Kemampuan untuk mengontrol diri membuat individu sukses dalam mengatasi kesulitan. Sementara regulasi emosi dan evaluasi diri mendorong individu untuk memperbaiki komunikasinya dengan pasangannya. Kemampuan individu untuk merespon secara positif dapat mengurangi rasa sedih akibat ejekan dari orang lain sehingga dapat melanjutkan pengobatan.

Menurut peneliti, keterbukaan dalam berkomunikasi antara suami dan istri berperan penting dalam penyelesaian masalah keluarga. Peran suami terlihat lebih menonjol untuk pembangunan harapan positif bersama, menguatkan spritualitas, dan membangun rasa percaya diri keluarga. Selain itu, pasangan berbagi perasaan, toleran akan perbedaan, tidak saling menyalahkan dan menggunakan humor untuk menyelesaikan masalah.

Jadi, keluarga mampu beradaptasi walaupun belum memiliki keturunan yaitu pasangan mampu mengahadapi segala sesuatu yang berpotensi untuk menimbulkan persoalan atau kesulitan dalam keluarga.

2. Sosial

Berdasarkan wawancara di lapangan diperoleh informasi bahwa hubungannya dengan lingkugan berjalan kurang lancar dikarenakan mereka sering dicemooh, merasa dikucilkan, disindir karena belum memiliki keturunan, sehingga hal tersebut menimbulkan perasaan sedih, menjadi beban waktu bekerja dan kadang juga merasa kesal. Menurut Pandanwati dan Suprapti (2012:6): Sanak keluarga, tetangga, rekan kerja dan profesional menawarkan dukungan berupa motivasi, solusi permasalahan, informasi pengobatan hingga materi. Anak orang lain adalah hiburan bagi keluarga yang tidak memiliki anak kandung. Adanya role model danketerlibatan aktif dalam kegiatan masyarakat terdokumentasi pada keluarga yang tidak memiliki anak kandung”.

Menurut peneliti keharmonisan antara anggota keluarga mendorong pasangan untuk melakukan upaya terbaik dalam menghadapi ketidakhadiran

berbagai kegiatan dimasyarakat akan membantu pasangan dalam memiliki keturunan Jadi, pasangan yang belum memiliki keturunan menanggapi berbagai kesulitan dengan berbagai respon. Menunjukkan bahwa pasangan saling mengisi, saling menghibur dan melakukan berbagai usaha untuk memperoleh keturunan.

3. Menyesuaikan Diri dengan Keluarga Besar Berdasarkan wawancara di lapangan diperoleh informasi bahwa pasangan yang belum memiliki keturunan menimbulkan permasalahan dalam keluarga besar, dalam hal ini seringkali keluarga besar akan mendesak agar secepatnya memiliki keturunan. Selain itu, keluarga besarnya juga memberikan masukan dan dorongan kepada mereka untuk berobat.

Menurut Pandanwati dan Suprapti (2012:4) “Resiliensi keluarga adalah suatu kondisi dimana keluarga mampu beradaptasi dan berhasil melalui stres, baik di saat sekarang maupun waktu-waktu berikutnya. Keluarga yang relisien merespon secara positif setiap kesulitan dengan mempertimbangkan sudut pandang seluruh anggota keluarga”.

Menurut peneliti, kemampuan dalam membina hubungan yang baik antara pasangan dengan keluarga besar sangat memiliki dampak dalam emosional maupun sosial pasangan itu sendiri, dalam hal ini pasangan harus mampu menyesuaikan diri atau interaksi yang baik dengan keluarga besar.

Jadi, keluarga yang tidak memiliki anak berusaha untuk menjaga komunikasi dan interaksi antar anggota keluarga dengan kerjasama yang baik, saling memotivasi dan saling membantu dalam penyelesaian masalah yang dihadapai oleh pasangan sehingga ini akan meminimalisir percecokan antar keluarga.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan pada tanggal 27 Juli 2016 sampai dengan tanggal 03 Agustus 2016 di Kelurahan Sungai Sapih Kecamatan Kuranji dengan pasangan suami istri yang belum memiliki keturunan dan saudara serta ibu dari pasangan yang di jadikan sebagai subjek penelitian tentang profil permasalahan suami istri yang belum memiliki keturunan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Emosional pasangan yang belum memiliki keturunan yaitu munculnya perasaan sedih, iri kepada pasangan lain yang sudah memiliki keturunan cenderung dirasakan oleh pasangan yang belum memiliki keturunan. Kerapkali perasaan cemas serta

(7)

6 merasa kurang sempurna sebagai pemimpin rumah tangga sering dirasakan oleh pasangan ini sehingga hal ini membuat pasangan harus terus berusaha.

2. Sosial pasangan yang belum memiliki keturunan yaitu hubungan dengan teman-teman dan lingkungan sekitar berjalan kurang lancar karena sering dicemooh, merasa dikucilkan, disindir karena belum memiliki keturunan, sehingga hal tersebut sering membuat pasangan merasa sedih, menjadi beban waktu bekerja dan kadang juga merasa kesal.

3. Penyesuaian diri pasangan yang belum memiliki keturunan yaitu hubungan dengan keluarga besar menjadi kurang harmonis karena keluarga sering kali mereka selalu mendesak agar secepat nya memiliki keturunan. Di samping itu keluarga besar juga memberikan masukan dan motivasi. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti menyarankan kepada berbagai pihak yang terkait, sebagai berikut.

1. Suami istri, diharapkan mampu menerima kelebihan dan kekurangan pasangan masing-masing, serta mampu menjaga hubungan komunikasi, dan keharmonisan keluarga. 2. Orang Tua, diharapkan untuk selalu

memberikan motivasi kepada anak, tidak membeda-bedakan anak, serta mampu menerima kekurangan anak dan menantunya. 3. Program studi, diharapkan untuk memberikan kemudahan kepada mahasiswa dalam mengetahui profil permasalahan

suami istri yang belum memiliki keturunan Kelurahan Sungai Sapih Kota Padang. 4. Tokoh Masyarakat, diharapkan untuk dapat

memberikan motivasi dan membantu suami istri yang belum memiliki pasangan dengan memberikan perhatian.

5. Peneliti Selanjutnya, diharapkan bisa melakukan penelitian lanjutan tentang pentingnya profil permasalahan pasangan suami istri yang belum memiliki keturunan. KEPUSTAKAAN

Hidayah, N. 2007. Nilai Anak, Stres Inferlitas dan Kepuasan Pernikahan pada Wanita yang mengalami Inferlitas. http.//elip.pdii.iid

Hasan. 2013.Psikologi dan Konseling Keluarga. Padang: Remaja Rosdakarya.

Lestari. 2012. Psikologi Keluarga. Jakarta: Kencana.

Moleong. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Pandanwati dan Suprapti. 2012. Resiliensi Keluarga pada Pasangan Dewasa Madya yang

Tidak Memiliki Keturunan. Jurnal

Psikologi Pendidikan dan Perkembangan (Vol. 1, No. 03 tahun 2012). Hlm. 1-8

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh penggunan metode (NHT) disertai dengan Peta Konsep dan LKS, motivasi belajar, dan kreativitas siswa terhadap

Pada pelaksanaannya praktikan mengalami kendala yang diantaranya, fasilitas sarana dan prasarana dalam menggandakan surat yang terbatas, komunikasi yang kurang pada

kepala madrasah menunjuk perwakilannya untuk mengikuti kegiatan tersebut tanpa di pungut biaya. Demikian atas perhatian dan kerjasamanya kami sampaikan

Pada jurnal Hasan dan Putra (2019), Sharon dan Santoso (2017) dan Aminah dkk (2017) menuliskan metode SERVQUAL sebagai ldanasan digunakan dalam mengukur kualitas

Setelah dilakukan asuhan selama 28 hari dengan melakukan kunjungan masa nifas sebanyak 6 kali, ditemukan keadaan ibu normal, serta tidak ditemukan adanya masalah

a). Penyisipan vokal /a/ dalam gugus konsonan dapat diketahui dari tabel 12. Vokal yang disisipkan pada gugus konsonan tersebut di atas adalah sejenis dengan vokal sebelumnya.

Pendekatan kuantitatif ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari variabel X yang diteliti yaitu komitmen organisasi terhadap variabel Y yaitu

Gambar 4.4 Kepadatan Nyamuk Anopheles spp Dengan Metode NRC Di Dinding Dalam Rumah Berdasarkan Jam Penangkapan Di Pulau Dompak. Konfirmasi Vektor Malaria