• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN PROFESIONAL DOSEN D-2 PGSD DALAM RANGKA PENYESUAIAN SEBAGAI TENAGA EDUKATIF PADA FKIP UNIVERSITAS TERBUKA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN KEMAMPUAN PROFESIONAL DOSEN D-2 PGSD DALAM RANGKA PENYESUAIAN SEBAGAI TENAGA EDUKATIF PADA FKIP UNIVERSITAS TERBUKA."

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

DOSEN D-2 PGSD DALAM RANGKA PENYESUAIAN SEBAGAI TENAGA EDUKATIF PADA FKIP

UNIVERSITAS TERBUKA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Pada Program Pascasarjana IKIP Bandung

Bidang Studi Administrasi Pendidikan

OLEH

Tita Rosifg

9332005

PROGRAM PASCA SARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BANDUNG

(2)

Pembimbing I,

Prof. Dr. H. y Gaffar, M. Ed.

Pembimbing II,

Prof. Dr. H. Achinad Sanusi, SH., MPA.

PROGRAM PASCA SARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(3)

ABSTRAK

Penelitian ini mengetengahkan topik "Pengembangan Kemampuan

Profesional Dosen D2 PGSD Universitas Terbuka". Fokus penelitian ini

adalah mencari jawaban atas pertanyaan utama, yaitu sejauh manakah

penyelenggaraan program pengembangan kemampuan profesional bagi dosen

D2 PGSD di lingkungan FKIP Universitas Terbuka. Metode penelitian yang

diterapkan adalah metode deskriptif analitik dengan pendekatan kualitatif

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara, observasi dan studi

dokumentasi. Sedangkan pengolahan dan analisis data dilakukan selama

maupun setelah data dikumpulkan dan bersifat tentatif

Berdasarkan analisis awal tentang keadaan dosen D2 PGSD UT; bahwa

sejak alih fungsi dari guru SPG dan SGO menjadi dosen program D2 PGSD

UT sampai dengan penelitian ini dilakukan, belum ada perubahan kemampuan

profesional yang mendasar baikjumlah maupun perubahan peningkatan karir.

Keadaan ini merupakan implikasi dari lambannya personil dan lingkungannya

saling beradaptasi, yakni lingkungan perguruan tinggi, di mana sebelumnya

terbiasa dengan kenaikan pangkat secara otomatis menjadi kenaikan pangkat

dan jabatan berdasarkan angka kredit.

Keadaan ini juga merupakan

konsekuensi logis dari program alih fungsi yang menuntut kemampuan

manajerial dan adaptabilitas yang tinggi dari pihak-pihak yang terkait,

sehingga bukan saja di lingkungan Universitas Terbuka sendiri tetapi juga

lembaga scara keseluruhan sesuai dengan kewenangannya.

Lambannya mereka beradaptasi ditandai dengan kurangnya frekuensi

atau kemampuan dalam melakasanakan tridharma perguruan tinggi khususnya

(4)

dimensi/bidang tugas dosen tersebut bukan saja karena belum optimalnya

program pengembangan juga kurangnya motivasi yang turnbuh di kalangan

dosen-dosen sendiri di samping dukungan lembaga-lembaga terkait yang belum

mampu mengembangkan potensi para dosen sebagaimana mestinya.

Melalui penelitian juga ingin diungkapkan kondisi kemampuan

profesional dosen sebelum dan sesudah mengikuti program pengembangan.

Dari hasil telaahan ternyata ada sedikit perbedaan sebagai output dari

program pengembangan yang diikuti. Bagaimanapun program pengembangan

yang diikuti mampu memperkenalkan situasi akademik dan administratif di

perguruan tinggi kepada para dosen D2 PGSD UT. Hal tersebut khususnya

diperoleh dari program PPK.

Lebih jauh penelitian ini juga berhasil mengungkapkan model

pengembangan personil yang relevan dengan kondisi kelembagaan dan

karakteristik Universitas Terbuka. Model tersebut diperoleh dari hasil telaah

yang mendalam tentang keterkaitan-keterkaitan dan alur program

pengembangan yang mungkin ditempuh oleh lembaga dan para dosen. Sebagai

saran yang relevan dengan model tersebut adalahformat pendataan aktivitas

dosen D2 PGSD UT yang mencoba mengangkat aktivitas/kegiatan

(5)

HAL

KATA PENGANTAR i

APRESIASI DAN UCAPAN TERIMAKASIH iv

ABSTRAK vi

BAB I. PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Masalah 9

C. Tujuan Penelitian 14

D. Kegunaan Penelitian 16

E. Paradigma Penelitian 17

F. Asumsi 21

BAB II KONSEP PENGEMBANGAN PERSONIL EDUKATIF 23

A. Konsep Dasar Pengembangan Personil 23

B. Proses Pengembangan Personil Edukatif 28

C. Prosedur dan Teknik Operasional Pengembangan Tenaga

Edukatif di Perguruan Tinggi 35

D. Pengembangan Sebagai Fungsi Administrasi Personil 38

E. Pengertian, Fungsi dan Tujuan Perguruan Tinggi 42

F. Profesi Dosen dan Tugas-Tugas Pokok Dosen 46

G. Beberapa Hasil Penelitian sebelumnya Yang Berkaitan

Dengan Konsep Pengembangan Personil 52

I. Tinjauan tentang Proses Belajar Mengajar Sebagai Dasar

Tugas Dosen Selaku Tenaga Edukatif pada program D2

61

PGSD UT

(6)

HAL

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian 94

B. Unit Analisis dan Sampel Penelitian 97

C. Teknik Pengumpulan Data 98

D. Pelaksanaan Penelitian 99

E. Prosedur Analisis Data 102

F. Signifikansi Penelitian 103

BAB IV. Analisis dan Pembahasan Hasil Penelitian 107

A. Pelaksanaan Pengembangan Kemampuan Profesional

Dosen Universitas Terbuka Melalui Program Penataran 107

B. Program Pengembangan Melalui Pendidikan Formal 139

C. Program Pengembangan Melalui Program Informal 147 D. Program Pengembangan Melalui Peningkatan Kualitas

dan Kuantitas Sarana serta Prasarana 152

E. Tinjauan Atas Pelaksanaan Teknis Program

Pengembangan bagi Tenaga Edukatif di UPBJJ 152

F. Gambaran tentang Kemampuan Profesional Tenaga

Edukatif Program D-2 PGSD-UT Sebelum dan Sesudah

Mengikuti Program Pengembangan 172

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan 194

B. Implikasi 214

(7)

DAFTAR PUSTAKA 224

(8)

DAFTAR TABEL

NO NAMA TABEL HAL

1.1 DOSEN D2 PGSD UT YANG BERASAL DARI ALIH

FUNGSI GURU-GURU SPG DAN SGO 4

2.6 PROSENTASE GOLONGAN TENAGA EDUKATIF D2

PGSD UT 91

3.1 UNIT ANALISIS SAMPEL PENELITIAN 97

4.1 WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN PPK m

4.2 PESERTA PPPK UNTUK SETIAP KELOMBANG DAN

BIDANG STUDI 121

4.3 GAMBARAN UMUM HASIL EVALUASI PPK m

4.4 PENILAIAN PESERTA PPK ATAS KUALITAS

PELAKSANAAN PPK 130

4.5 GAMBARAN MENGENAI DOSEN YANG TELAH DAN SEDANG MELANJUTKAN STUDI KE JENJANG

S2 DAN S3 147

4.6 IKHTISAR PROGRAM PENGEMBANGAN

KEMAMPUAN PROFESIONAL TENAGA EDUKATIF

PADA UPBJJ 162

4.7 RINCIAN KEGIATAN TENAGA EDUKATIF FKIP UT

DI UPBJJ 169

4.8 PROSENTASE DOSEN D2 PGSD UT YANG TIDAK

MENGAJAR 177

4.9 PROSENTASE GOLONGAN TENAGA EDUKATIF D2

PGSD UT 187

4.10 USULAN ANGKA KREDIT DOSEN D2 PGSD UT DI

UPBJJ JAKARTA, BOGOR DAN BANDUNG 188

4.11 DOSEN PGSD UT YANG TIDAK PERNAH MELAPOR

189

KE UPBJJ

SELAMA TIGA BULAN TERAKHIR

(9)

NO. NAMA GAMBAR HAL

1.1 FAKTOR-FAKTOR YANG TERLIBAT DALAM

PENGEMBANGAN PERSONIL 6

1.2 MODEL PENGEMBANGAN PERSONIL 8

1.3 PARADIGMA PENELITIAN 20

1.4 TIGA KOMPONEN DAN PENANGGUNG JAWAB DALAM SISTEM DASAR PROGRAM

PENYETARAAN DII GURU SD 64

2.2 PROSEDUR PELAKSANAAN DAN PENILAIAN

PRAKTIKUM 79

4.4 PENGEMBANGAN MASALAH/TOPIK PENELITIAN

DARI BERBAGAI SUMBER 137

JARINGAN PROSES PENGEMBANGAN PERSONIL

TENTANGEDUKATIF PADA FKIP - UT DAREERAH 161

(10)

PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Upaya pengembangan sumber daya manusia dinilai sangat posistif untuk

diterapkan pada organisasi pendidikan, sehubungan dengan kebutuhan tuntutan

profesional tenaga kependidikan itu sendiri. kebijakan pendidikan nasional pada

dasarnya mengacu pada UUD 1945 dan UU No. 2 Tahun 1992 tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Amanat tentang pengembangan sumber daya manusia secara

eksplisit tertuang dalam rumusan tujuan pendidikan nasional sendiri dijelaskan

dalam BAB II Pasal 4 sebagai berikut:

Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Mafia Esa, berbudi pekerti

luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan

rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab

kemasyarakatan dan kebangsaan.

Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka dalam GBHN 1993 (BAB IV.F.26) ditetapkan kebijaksanaan pembangunan lima tahun keenam

(REPELITA VI) sebagai berikut:

(11)

kualitas pendidikan dasar sudah dipersiapkan sejak akhir PELITA V, khususnya mengenai kebutuhan peningkatan kualitas calon guru dan guru Sekolah Dasar, seperti yang dikemukakan Fuad Hasan (Kompas, 18 Januari 1993) bahwa diantara tugas-tugas mendesak yang harus dilaksanakan oleh Depdikbud adalah mempersiapkan sebaik mungkin segala langkah guna persiapan dan pelaksanaan wajib belajar sembilan tahun bagi setiap anak Indonesia, untuk masa depan yang

produktif, bukan pasif apalagi terlambat. Berangkat dari upaya untuk mencapai tujuan tersebut, maka terlebih dahulu perlu peningkatan LPTK, dan khususnya

menyangkut peningkatan tenaga pengajar. Dengan demikian, sejak tahun 1991 Depdikbud menyelenggarakan program D2 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

(PGSD) yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas calon guru dan guru Sekolah Dasar. Sumber tenaga edukatif untuk program D2 PGSD ini diantaranya adalah guru-guru SPG dan SGO yang memenuhi syarat untuk dialihfungsikan menjadi

tenaga edukatif di PGSD.

Khusus mengenai penanganan kualitas guru Sekolah Dasar (SD), karena tugas dan tanggung jawab yang sedang dijalani, maka sulit bagi guru SD untuk

belajar pada program D2 PGSD secara konvensional/reguler. Untuk mengantipasi

kondisi tersebut Universitas Terbuka bertanggung jawab untuk mengelola tersebut

termasuk mengembangkan kemampuan profesional tenaga edukatif-nya yang sebagian besar berasal dari guru SPG dan SGO yang dialihfungsikan. Kehadiran

(12)

bertanggung jawab untuk memperkuat komitmen pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan serta membuat pendidikan lebih relevan dengan kebutuhan pembangunan nasional. Selain itu UT juga memberikan kesempatan yang sama bagi masyarakat untuk memasuki jenjang pendidikan tinggi dengan berusaha mengatasi hambatan geografis, ketidakmampuan sosial ekonomis atau fisik.

Dengan mempertimbangkan populasi mahasiswa UT yang menyebar di seluruh Indonesia, maka UT memeriukan manajemen desentralisasi. Di tingkat regional terdapat 32 unit yang disebut Unit Program Belajar Jarak Jauh (UPBJJ).

Dari 32 UPBJJ, 26 diantaranya menyelenggarakan program D-2 PGSD. Sebagaimana diuraikan di muka, salah satu sumber tenaga edukatif program D-2 PGSD adalah guru-guru yang dialihfungsikan dari SPG dan SGO menjadi tenaga edukatif pada program D-2 PGSD, termasuk untuk program D-2 PGSD Universitas Terbuka. Tenaga edukatif tersebut dilimpahkan langsung oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdikbud kepada UT setelah memenuhi persyaratan tertentu. Berdasarkan hasil studi pendahuluan diperoleh data mengenai jumlah dosen D-2 PGSD UT yang berasal dari guru-guru SPG dan SGO yang dialihfungsikan.

(13)

Tabel 1.1

DOSEN D-2 PGSD UT YANG BERASAL DARI PROGRAM ALIH FUNGSI GURU-GURU SPG DAN SGO

no- i LOKASIUPBJJ-UT /,. JC^LAif DO»3

m Banda Aceh * s •• %

-4-02 Bandar Larapung s

\ 03 ' Bandung

! 04 Banjarmasin

! 05 Bogor

;*->*

I? >""'

*

! 06 Jakarta ; - " 2 $

! 07 Jambi

-;^\ '

2

08 Jayapura •.,--"- 4

09 Jeraber ' , : - S

10 Kupang 4

11 Malang ' " ; -a

12 Menado 5

13 Mataram *% -5

14 Medan

,; i%20

^ s

15 Padang •3

16 Palangkaraya 4

V? . Palembang 1 \ *.' %

-48 Palu \*:**?S?"' & ,

"*:"-to Pakanbaru

20 Pontianak

'%% Purwokerto

k-V'^ar °"-'%

22 Semarang

U^v ^ -

-23 Surabaya

rV;^v35 *'

--24 Surakarta F; -»%r; , n . i '

25 * Ujung Pandang

%Hy<

:m

\-\

26 Yogyakarta f * -v ' 34 -, <

1XWAL 26 UPBJJ 1 v\., 43$ *V

Sumber: Universitas Terbuka PusatJakarta (1994)

Dari tabel dapat diketahui bahwa terdapat 436 personil guru SPG dan

SGO yang dialihfungsikan menjadi Dosen D-2 PGSD UT yang tersebar di 26

(14)

tenaga edukatif pada jenjang pendidikan tinggi.

Berbagai masalah yang muncul pada program D-2 PGSD UT khususnya berkenaan dengan tenaga edukatif yang dialihfungsikan dari guru SPG dan SGO adalah masalah pengembangan kemampuan profesional tenaga edukatif tersebut.

Masalah pengembangan personil tersebut berkaitan dengan tenaga edukatif yang harus mampu menyesuaikan dengan tuntutan kemampuan profesional tenaga

edukatif pada jenjang pendidikan tinggi, yaitu: 1) para tenaga edukatif harus menyesuaikan diri dengan organisasi pendidikan tinggi, di mana mereka

sebelumnya berada pada organisasi pendidikan menengah, 2) para tenaga edukatif harus menyesuaikan dengan situasi belajar mengajar yang non-konvensional, karena UT memiliki tipikal Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang berbeda

dengan lembaga pendidikan konvensional, 3) para tenaga edukatif harus dapat

menyesuaikan diri dengan tuntutan tridharma perguruan tinggi sebagai

konsekuensi tugas tenaga edukatif pada jenjang pendidikan tinggi dan 4) para

tenaga edukatif PGSD UT masih banyak yang tidak dapat melaksanakan KBM (tutorial) karena belum ada kesempatan, sebagai akibat kebijakan pihak Kanwil

setempat.

Sejalan dengan tuntutan dan kebutuhan pengembangan personil, maka

pihak UT melalui FKIP memiliki program yang diarahkan pada upaya

pengembangan kemampuan profesional tenaga edukatif yang berlatar belakang alih

(15)

edukatif pada jenjang pendidikan tinggi. Lebih jauh, melalui program ini para tenaga edukatif diharapkan mampu memahami tuntutan organisasi dan mampu memberikan sumbangan kemampuan yang optimal. Organisasi lembaga

pendidikan tinggi memiliki kriteria tertentu bagi tenaga edukatifnya, yang kesemuanya mengacu pada Tridharma Perguruan Tinggi, yaitu tugas pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan ilmu serta pengabdian pada

masyarakat.

Hal di atas sejalan dengan latar belakang konsep pengembangan personil

pada lembaga pendidikan yang dikemukakan oleh William B. Castetter (1981:322) yang digambarkan sebagai berikut:

GAMBAR 1.1

FAKTOR-FAKTOR YANG TERLIBAT DALAM PENGEMBANGAN PERSONIL

Perfonnayaag Dibattft&aa

X

Kebututiaii 11

1

Sasaran Perfooaa

T

Reagan* P^ogaabangad TJmtPrograms Evalwasi

}

>

J

>

J

J

Sumber: William B. Castetter (1981:322)

iPasgeiafauaB, left&rsGafp&g dan#3p

mc

1

]

jtaca^etked &seip&g%a" "..

1

... Peogatetaaoyaagjfttfesaaitwa&fe MKqgMria^a!^^

(16)

Dari gambar 1.1 tersebut dapat diketahui bahwa latar belakang dilaksanakannya program pengembangan personil adalah: 1) kebutuhan akan performa personil, meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap yang diperlukan untuk mencapai performa personil yang efektif, 2) kebutuhan pengembangan

personil, yaitu meningkatkan performa personil untuk mengantisipasi perannya, 3) Adanya sasaran-sasaran performa, yaitu sebagai upaya untuk memperkecil kesenjangan antara harapan dan kenyataan performa yang ditunjukkan, 4) Adanya Rencana Pengembangan, yaitu untuk memperkecil kesenjangan performa, 5)

Adanya unit program pengembangan, yaitu upaya menciptakan pengalaman untuk mengaitkan rencana pengembangan operasionalisasi unit-unit dan rencana

pengembangan pola pengajaran. Dengan demikian program pengembangan kemampuan profesional tenaga edukatif PGSD-UT eks guru SPG dan SGO

dilatarbelakangi oleh beberapa hal yang dikemukakan tersebut.

Program pengembangan tersebut secara khusus sejalan dengan berbagai tuntutan kemampuan prrofesional yang diharapkan n(ideal) dari seorang tenaga edukatif secara terarah dan terpadu. Akan tetapi karena penyelenggaraan program PGSD-UT di Indonesia juga menghadapi masalah geografis, maka upaya pengembangan tenaga edukatif tersebut perlu komitmen dari berbagai pihak, selain metode yang diterapkan juga harus terarah dan berkesinambungan. Dari hasil studi

pendahuluan, akibat jauhnya jarak dari tempat tenaga edukatif bertugas ke UPBJJ

(17)

sarana transportasi. Dengan demikian diindikasikan program pengembangan yang

dapat dijalankan di tingkat UPBJJ juga terhambat oleh hambatan geogarfis.

Di sisi lain para tenaga edukatif memeriukan upaya pengembangan yang

intensif dan efektif, guna meningkatkan kemampuan profesionalnya selaku tenaga

edukatif pada jenjang pendidikan tinggi. Sebagai gambaran mengenai program

pengembangan personil yang sudah dilaksanakan yaitu diuraikan oleh Agus

Rahmat melalui hasil penelitiannya yang dilaksanakan tahun 1992. Dari penelitian

tersebut diketahui bahwa dari hasil penataran (sebagai salah satu program

pengembangan personil) yang dilaksanakan ditemukan perbedaan-perbedaan yang

ada antara peserta penataran dari P. Jawa dan luar P. Jawa. Untuk itu menurut Agus

Rahmat diperlukan penyesuaian keluasan dan kedalaman materi yang disajikan.

Berdasarkan data empiris (Pada tabel 1.1), diketahui bahwa jumlah tenaga

edukatif PGSD-UT yang tersebar pada 26 UPBJJ di seluruh Indonesia adalah 436

orang, 52,75% (230 orang) diantaranya tersebar di Pulau Jawa. Berangkat dari

kondisi tersebut, melalui penelitian ini akan diungkapkan bagaimana pelaksanaan

program pengembangan kemampuan profesional tenaga edukatif PGSD-UT eks

guru SPG dan SGO akan bermanfaat bukan saja bagi pengembangan ilmu

manajemen personil pendidikan, tetapi juga bagi organisasi pendidikan secara

keseluruhan, khususnya dalam menginventarisasikan alternatif pengembangan

sumber daya manusia yang dimiliki melalui perwujudan kemampuan profesional

(18)

B. Masalah

1. Identifikasi Masalah

Penyelenggaraan program D2 PGSD Universitas Terbuka di tingkat regional secara operasional diselenggarakan oleh UPBJJ. Berdasarkan Diktum Ketiga SK dirjen Dikti No. 28/Dikti/Kep/1990, tentang tempat penyelenggaraan program D2 PGSD yang secara fisik terpisah dari kampus induk tetapi secara nyata

berperan sebagai suatu subsistem yang memiliki kewenangan dan mendekati

penerapan asas dekonsentrasi dalam manajemen pendidikan.

Salah satu permasalahan penting dalam manajemen program D2 PGSD-UT adalah kemampuan profesional dosen yang berlatar belakang guru SPG dan SGO yang dialihfungsikan ke dalam iklim organisasi pendidikan dan bersifat non reguler. Permasalahan tersebut, diduga salah satunya dapat diantisipasi dengan menerapkan pola pengembangan sumber daya manusia di lingkungan program D2 PGSD-UT. Program pengembangan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemampuan profesional yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan lembaga pendidikan tinggi.

Dari hasil studi pendahuluan ditemukan beberapa hal yang mempertegas permasalahan pokok di atas:

(19)

b. Sebagian besar tenaga edukatif program D2 PGSD-UT yang dialihfungsikan dari SPG dan SGO memiliki pangkat dan jabatan fungsional yang masih rendah serta menghadapi lingkungan baru yang berbeda dengan tempat tugas asal.

Sulitnya para tenaga edukatif untuk naik pangkat/golongan adalah diindikasikan

salah satu penyebabnya adalah karena sebagian besar bobot pekerjaan mereka adalah pekerjaan administratif.

c. Para tenaga edukatif menghadapi tugas mengajar yang berbeda, misalnya ketika mengajar di SPG/SGO mereka mengajarkan ilmu pendidikan dan olah raga, tetapi pada program D2 PGSD-UT mereka harus mengajarkan IPS, Geografi dan sebagainya.

d. Pendayagunaan tenaga edukatif pada program D2 PGSD-UT belum terarah sepenuhnya pada upaya pelaksanaan tridharma perguruan tinggi dan tugas pokok dosen lainnya. Bahwa sejak dialihfungsikan ke program D2 PGSD-UT masih ada tenaga edukatif yang belum pernah mengadakan penelitian, menulis karya ilmiah dan melaksanakan pengabdian pada masyarakat yang juga merupakan barometer kemampuan profesional tenaga edukatif pada perguruan

tinggi.

e. Para tenaga edukatif pada program D2 PGSD-UT banyak melakukan kegiatan administratif yang tidak memiliki nilai kredit point yang dapat disetarakan dengan unsur-unsur tridharma perguruan tinggi.

(20)

Kondisi di atas, menunjukkan adanya kesenjangan antara tugas pokok tenaga edukatif dan kemampuan profesional empiris yang dimiliki. Tuntutan tugas pokok tersebut ditetapkan berdasarkan SK Dirjen Dikti No. 48/DJ/Kep 1983 yaitu: 1) Pendidikan dan Pengajaran, 2) Penelitian dan pengembangan ilmu, 3)

Pengabdian pada masyarakat, 4) Pembinaan sivitas akademika, 5) Administrasi dan

Manajemen.

Di samping itu tenaga edukatif dituntut pula oleh kebutuhan pengumpulan

angka kredit. Bagi jabatan tenaga edukatifdi jenjang perguruan tinggi, angka kredit

bukan hanya merupakan indikator tingkat prestasi pelaksanaan tugas pokoknya, tetapi juga merupakan bentuk penghayatan yang digunakan sebagai salah satu persyaratan pengembangan karir sampai jenjang tertinggi dalam sistem

kepegawaian Pegawai Negeri Sipil. Secara yuridis kebijakan ini ditetapkan dalam

Keputusan Menpan No. 26/Menpan/1989.

Berdasarkan tuntutan kompetensi profesional yang mengacu pada tuntutan tugas pokok di atas, maka pihak UT, khususnya FKIP perlu untuk melaksanakan upaya pengembangan tenaga edukatif guna meningkatkan pemahaman mereka terhadap lingkungan dan tugas yang baru secara terarah dan berkesinambungan. Permasalahan yang lebih spesifik adalah bagaimana metode pengembangan yang telah dilaksanakan oleh FKIP-UT dalam rangka mencapai kompetensi profesional yang sesuai dengan tuntutan kemampuan profesional tenaga edukatif pada jenjang

(21)

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan fokus masalah di atas, maka berikut

ini dirumuskan masalah penelitian untuk mengarahkan pelaksanaan penelitian. Masalah pokok dalam penelitian ini adalah:

Bagaimanakah pola pelaksanaan pengembangan kemampuan dosen

program D-2 PGSD-UT dalam rangka penyesuaian sebagai tenaga edukatif

pada FKIP-UT ?

Dari masalah pokok di atas, selanjutnya dapat dirumuskan masalah-masalah khusus sebagai berikut:

a. Bagaimanakah pola pelaksanaan program pengembangan personil bagi dosen D-2 PGSD-UT yang berasal dari guru SPG dan SGO yang dialihfungsikan menjadi tenaga edukatif pada PGSD-UT melalui penataran ?

Pertanyaan ini dirinci menjadi:

1) Metode pengembangan apakah yang digunakan dalam penataran bagi dosen D-2

PGSD-UT ?

2) Apa yang menjadi tujuan program pengembangan personil melalui penataran

yang diterapkan oleh FKIP-UT bagi dosen D-2 PGSD UT?

3) Materi program pengembangan apakah yang ditetapkan oleh FKIP-UT melalui

(22)

4) Bagaimanakah pola pelaksanaan program pengembangan melalui penataran bagi

dosen D-2 PGSD-UT ?

5) Pola evaluasi apakah yang dipergunakan oleh FKIP-UT untuk menilai keberhasilan program pengembangan melalui penataran bagi dosen D-2 PGSD

UT?

b. Pola pelaksanaan program pengembangan personil apakah yang diterapkan melalui pendidikan formal bagi dosen D-2 PGSD UT yang berasal dari guru SPG dan SGO yang dialihfungsikan menjadi tenaga edukatif pada PGSD UT ? c. Pola pelaksanaan program pengembangan personil apakah yang diterapkan

melalui pendekatan informal bagi dosen D-2 PGSD UT ?

d. Pola pelaksanaan pengembangan personil apakah yang dilaksanakan melalui peningkatan kualitas sarana dan prasarana bagi dosen D-2 PGSD UT ?

e. Bagaimanakah gambaran pelaksanaan teknis program pengembangan kemampuan profesional dosen D-2 PGSD UT yang dilaksanakan di UPBJJ ? Pernyataan tersebut dirinci menjadi:

1) Program apa yang diterapkan dalam mengembangkan kemampuan profesional jarak jauh bagi dosen D-2 PGSD UT di UPBJJ ?

2) Program apa yang ditetapkan dalam mengembangkan kemampuan

profesional di tempat bagi dosen D-2 PGSD UT di UPBJJ ?

(23)

f. Bagaimanakah gambaran tentang kemampuan profesional dosen D-2 PGSD UT

sebelum dan sesudah mengikuti program pengembangan ? Pernyataan ini dirinci menjadi:

1) Bagaimanakah tingkat kemampuan mengajar para dosen D-2 PGSD UT sebelum dan sesudah mengikuti program pengembangan personil yang diselenggarakan oleh FKIP Universitas Terbuka ?

2) Bagaimanakah tingkat kemampuan penelitian para dosen D-2 PGSD UT sebelum dan sesudah mengikuti program pengembangan personil yang diselenggarakan oleh FKIP Universitas Terbuka ?

3. Bagaimanakah tingkat kemampuan dosen D-2 PGSD UT untuk melaksanakan pengabdian pada masyarakat sebelum dan sesudah mengikuti program pengembangan personil yang dieselenggarakan oleh FKIP UT ?

g. Model pengembangan personil apakah yang paling sesuai dengan kebutuhan program pengembangan personil bagi tenaga edukatif PGSD UT ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

(24)

berasal dari guru-guru SPG dan SGO yang dialihfungsikan sebagai tenaga edukatif

pada FKIP Universitas Terbuka.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah:

a. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis program pengembangan personil yang diselenggarakan oleh Universitas Terbuka dalam rangka penyesuaian tenaga edukatif program D2 PGSD-UT yang berasal dari guru SPG dan SGO yang

dialihfungsikan.

b. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kemampuan profesional dosen program D-2 PGSD yang berasal dari guru-guru SPG dan SGO yang dialihfungsikan menjadi tenaga edukatif pada program D2 PGSD-UT sebelum mengikuti program pengembangan personil yang diselenggarakan oleh

FKIP-UT.

c. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kemampuan profesional dosen program D-2 PGSD-UT yang berasal dari guru-guru SPG dan SGO yang

dialihfungsikan menjadi tenaga edukatif pada PGSD-UT setelah mengikuti

program pengembangan personil yang diselenggarakan oleh Universitas

Terbuka.

(25)

E. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan Penelitian ini di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai berikut:

a. Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi ilmu administrasi pendidikan, khususnya pengembangan personil dalam organisasi pendidikan, karena penelitian ini diharapkan mampu memberikan penjelasan disertai bukti-bukti empiris tentang pentingnya program pengembangan personil

bagi pencapaian tujuan organisasi.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut bagi

penelitian dan pengembangan ilmu yang berhubungan dengan ilmu administrasi pendidikan, khususnya administrasi personil pendidikan.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada semua pihak yang terlibat dalam pengelolaan lembaga pendidikan khususnya untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi personil-nya.

(26)

pelaksanaan program dapat menjadi sumber informasi yang penting bagi semua pihak yang terkait

E. Paradigma Penelitian

Fungsi dan permasalahan pengembangan personil dapat terjadi dalam setiap organisasi, termasuk organisasi pendidikan. Dengan demikian masalah pengembangan sumber daya manusia (personil) menjadi suatu masalah yang

sifatnya universal dan kompleks karena melibatkan berbagai pihak dan kepentingan. Kebutuhan akan pengembangan personil organisasi ini erat kaitannya dengan tuntutan kebutuhan organisasi sendiri baik yang sifatnya internal maupun

eksternal.

Guru SPG dan SGO yang dialihfungsikan sebagai tenaga edukatif pada program D2 PGSD-UT di Universitas Terbuka dituntut untuk dapat menguasai kemampuan profesional tertentu yang sejalan dengan tridharma perguruan tinggi. Tuntutan kemampuan tersebut meliputi:

a. Kemampuan mengajar, yaitu kemampuan tenaga edukatif untuk merencanakan

program perkuliahan, mengorganisasikan kegiatan perkuliahan,

mengorgani-sasikan peserta didik dan sebagainya. b. Kemampuan untuk melakukan penelitian

(27)

Model pelaksanaan program pengembangan personil sendiri dikemukakan

oleh William B. Castteter (1981:333) sebagai berikut:

GAMBAR 1.2

MODEL PENGEMBANGAN PERSONIL

Keterangan:

1 = Apa yang harus dipelajari (Isi); 1) Teori-teori, konsep-konsep, prinsip-prinsip, 2)aplikasi teori, konsep, prinsip, 3) Kombinasi 1) dan 2)

2 = Bagaimana isi tersebut dipelajari (metoda); 1) self-instruction, 2) tutorial, 3) Group instruction, 4) kombinasi 1), 2) dan 3)

3 = Fokus Program (settings); 1) on the job, 2) off the job, 3) kombinasi 1) dan 2) 4 = Partisipasi (pendekatan); 1) Formal Voluntary (resmi/sukarela) 2) formal

-compulsary (formal-resmi), 3) Informal - Voluntary (sukarela) 4) Informal-Compulsary (Informal-Wajib)

5 = Sumber-sumber daya untuk pelaksanaan program; 1) Sumber Daya Manusia, 2) Sumber Daya Non Manusia, 3) Kombinasi 1) dan 2)

Berdasarkan model di atas, maka pada dasarnya program pengembangan personil setidaknya mencakup kajian-kajian mengenai materi, metode, jenis program, pendekatan dan sumber-sumber yang dapat digunakan.

(28)

aMengontrakkan kegiatan pelatihan kepada institusi lain atau mengirimkan karyawannya untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan di luar organisasi mereka. Dalam hal ini unit pengembangan staf harus memiliki seseorang yang mampu mengidentifikasi institusi pendidikan dan pelatihan yang dibutuhkan, mampu melaksanakan negosiasi serta mampu memonitor dan mengevaluasi pelayanan mereka.

bMenyelenggarakan pelatihan sendiri, dengan memakai tenaga dari luar

organisasi, dari dalam organisasi atau kombinasi dari keduanya. Untuk

kepentingan penyelenggaraan pelatihan tersebut unit pengembangan staf harus mampu mengidentifikasi para pakar yang diperlukan.

Berkenaan dengan sistem kepegawaian, alur organisasi, kompensasi/reward maka kebijakan-kebijakan pengembangan personil tersebut telah mulai dirintis melalui Penataran Pelatihan Kemampuan (PPK) yang diselenggarakan selama

kurang lebih 1 bulan (pada tahun 1991). Pola pengembangan tersebut cenderung bersifat statis dan kontekstual serta waktunya relatif singkat. Sedangkan kebijakan

mengenai sistem kerja (termasuk tuntutan kemampuan profesional) sifatnya lebih

dinamis dan perlu metode pengembangan yang lebih terencana, terpadu, bertahap dan berkesinambungan. Alasan untuk dilaksanakannya pengembangan personil

tersebut didukung oleh kondisi sistem belajar mengajar di Universitas Terbuka

yang memiliki tipikal berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya, sehingga

program pelatihan yang diselenggarakan perlu dievaluasi dan ditelaah efektivitasnya.

(29)

yang dialihfungsikan sebagai tenaga edukatif pada PGSD-UT di wilayah Jawa

Barat dan DKI Jakarta.

Dengan demikian paradigma penelitian ini dapat digambarkan sebagai

berikut:

GAMBAR 1.3

PARADIGMA PENELITIAN

Guru SPG dan SGO

yang dialifungsikan menjadi

tenaga Edukatif PGSD UT

Kemampuan Profesional;

L Pendidikan dan Pengajaran

2. Peae&iaa

3. Pengabdian pada masyarakat

TUTOR

Program Pengembangan Personil UT:

PPK

Penataraan Penelitian Pendidikan Formal Pendidikan Non formal Sarana dan Prasarana

Evaluasi

Kemampuan Profesional:

Pendidikan dan Pengajaran

Penelitian

Pengabdian pada Masyarakat (sebelum & sesudah mengikuti

program pengembangan)

Model Pengembangan Personil

(30)

F. Asumsi

Sebagai titik tolak dalam menelaah permasalahaan penelitian dikemukakan asumsi-asumsi yang mendukung. Berikut ini dikemukakan yang mendasari teori pengembangan personil dari William B Castteter (1981) sebagai berikut:

1. Efektivitas sistem terletak pada kompetensi setiap anggotanya. Efektivitas individual dapat ditingkatkan melalui kesempatan yang disediakan oleh sistem

untuk mengembangkan kapabilitas yang masih belum tampak.

2. Pengembangan adalah kebutuhan bagi semua personil yang sifatnya berkelanjutan, mulai dari individu bekerja sampai pensiun. Pengembangan

personil adalah aktivitas yang berlangsung terus menerus.

3. Suatu sistem merupakanuniversitas kecilyang menyediakan kesempatan untuk berkembang melalui pengalaman dalam beberapa program yang diikuti oleh

personil.

4. Tujuan utama dari program pengembangan adalah agar sistem lembaga pendidikan mampu mencapai tujuannya. Tujuan lain adalah untuk membimbing personil agar mereka dapat meningkatkan efektivitas pekerjaannya.

(31)

6. Kesenjangan antara tujuan yang ingin dicapai dan apa yang sesungguhnya dapat

ditanggulangi dengan menetapkan program pengembangan personil.

Berdasarkan asumsi-asumsi di atas, maka konsep yang mendasari penelitian

ini adalah:

1. Tenaga edukatif merupakan satu-satunya sumber daya manusia yang berpontensi

untuk dikembangkan.

2. Perkembangan organisasi dan lingkungannya harus diantisipasi dengan pengembangan personil yang seimbang agar tidak terjadi kesenjangan yang

mengganggu stabilitas organisasi.

3. Program pengembangan personil merupakan kebijakan organisasi yang harus

didukung oleh semua pihak agar berjalan secara efektif dan efisien.

4. Pengembangan personil edukatif di perguruan tinggi harus mengacu pada

tuntutan tugas yang berlaku di perguruan tinggi.

5. Pimpinan unit organisasi memiliki peranan penting dalam mendukung program

(32)

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis yang didukung oleh

hasil pengolahan data kualitatif. Penggunaan metode dan pendekatan ini berangkat

dari tujuan pokok penelitian yaitu, untuk mendeskripsikan dan menganalisis pola

kebutuhan pengembangan tenaga edukatif dan pelaksanaannya di lingkungan Program D2 PGSD-FKIP Universitas Terbuka. Dengan kata lain, bertujuan untuk memperoleh pemahaman dan pengertian tentang suatu peristiwa atau perilaku

manusia yang ingin tumbuh dan beradaptasi dengan lingkungan kerjanya.

Metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai pada pengumpulan data, tetapi

meliputi analisis dan interpretasi tentang arti data itu, membandingkan persamaan dan perbedaan fenomena tertentu (Winarno Surakhmad, 1990:139). Sejalan dengan

hal tersebut, Stephen Isaac (1982:46) mengatakan maksud penelitian deskriptif

adalah: is To describe systematically the facts and characteristics of a given population or area of interest, factually and accuratelly .

Penelitian dengan pendekatan kualitatif sering juga disebut dengan metode etnografik, metode fenomenologis atau metode naturalistik. Penelitian kualitatif mempunyai ciri-ciri:

1. Data diambil langsung dari setting alami (nature setting)

2. Penentuan sampel secara purposive.

(33)

4. Penelitiannya lebih menekankan pada proses dari pada produk atau hasilnya,

sehingga bersifat deskriptif analitik.

5. Analisis data secara induktif atau interpretasi bersitat idiografik.

6. Mengutamakan makna (meaning) dibalik data. (Bogdan dan Bilken, 1982:27-30,

Nasution, 1980: 9-12)

Melalui karakteristik pertama, pihak peneliti berperan sebagai penggali data

atau informasi (human instrument) langsung dari nara sumber tanpa memberikan

perlakuan (treatment) seperti pada penelitian eksperimen. Tujuan pendekatan semacam ini adalah agar dapat diperoleh suatu gambaran tentang fenomena sosial,

dalam hal ini adalah tindakan pimpinan dan lembaga dalam melaksanakan program

pengembangan personil. Tindakan tersebut sejalan dengan anjuran Philips

(1967:17), yang menyatakan bahwa:Approaches to be used in studying social

phenomena should be closely related and refer to the real condition where the

phenomena exist (Pendekatan yang dipergunakan dalam fenomena studi sosial

sebaiknya benar-benar dekat dan memperhatikan kondisi di mana fenomena tersebut benar-benar ada).

Karakteristik kedua, mengisyaratkan bahwa pengambilan sampel harus disesuaikan dengan tujuan penelitian. Dengan demikian berarti jumlah sampel sangat tergantung pada pertimbangan kelengkapan informasi atau data yang dibutuhkan. Sejalan dengan itu Nasution (1988:32-33) mengatakan bahwa untuk

(34)

reduksi, ketuntasan atau kejenuhan; maksudnya bahwa dengan menggunakan

responden selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru

yang berarti.

Sedangkan karakteristik yang ketiga, pengambilan data dilakukan langsung

oleh peneliti, yakni menempatkan peneliti sebagai instrumen pokok dalam penelitian

ini. Dengan demikian instrumen diharapkan mempunyai adaptabilitas yang tinggi;

bisa menyesuaikan diri dengan situasi yang cenderung berubah-ubah, dapat memperhalus pertanyaan-pertanyaan yang berguna untuk mencapai tujuan.

(Nasution, 1988:54 55).

Dengan karakteristik berikutnya, data yang dikumpulkan dalam penelitian ini cenderung berbentuk uraian kata daripada angka-angka; demikian juga hasil analisisnya (Miles dan Hubermen, 1984:15). Dengan demikian berarti laporan hasil penelitian kaya dengan deskripsi dan penjelasan serta analisis tentang aspek-aspek

masalah yang menjadi fokus penelitian. Walaupun demikian bukan berarti bahwa dalam penelitian kualitatif sama sekali bebas dari laporan yang berbentuk

angka-angka tadi.

(35)

Fokus penelitian ini meliputi keseluruhan karakteristik dan unsur-unsur yang

menyangkut penyelenggaraan program D2 PGSD-UT, guru SPG dan SGO yang

dialihfungsikan sebagai tenaga edukatif pada PGSD-UT di Bandung, Bogor dan

DKI Jakarta. Sedangkan yang menjadi unit analisis adalah program pengembangan

yang telah diterapkan oleh FKIP-UT dan kemampuan profesional para guru SPG dan

SGO yang dialihfungsikan sebagai tenaga edukatif pada PGSD-UT di Bandung,

Bogor dan DKI Jakarta.

Penyebaran unit analisis ditetapkan berdasarkan program D2 PGSD

UPBJJ-UT yang ada di Bandung, Bogor dan DKI Jakarta, sebagaimana diuraikan pada tabel

berikut:

TABEL 3.1

UNIT ANALISIS DAN SAMPEL PENELITIAN

No. Lokasi UPBJJ Tenaga Edukatif Sebagai Unit Analisis

Jumlah Unit Analisis

1 Bandung 21 21

2 Bogor 17 17

3 DKI Jakarta 28 28

Jumlah 66 66

Sumber: Hasil StudiPendahuluan pada UT(1995)

Selain tenaga edukatif sebagai unit analisis dilakukan pula telaah atas

program pengembangan personil bagi guru-guru SPG dan SGO yang

(36)

(Wawancara) dilakukan dengan nara sumber yakni: Pimpinan UPBJJ dan dosen

(tenaga edukatif dari D2 PGSD UT). Selain itu dilakukan pula observasi. Observasi

ini ditujukan untuk melengkapi informasi dari wawancara, dan sekaligus melakukan

recheckatau triangulasi.

Adapun komunikasi tidak langsung dilakukan studi dokumentasi. Sebagai

alat pengumpul data digunakan pedoman studi dokumentasi.

D. Pelaksanaan Penelitan

Tahap-tahap dalam penelitian kualitatif tidak mempunyai batas-batas yang

tegas, namun secara garis besar dapat dibedakan menjadi: l)tahap orientasi, 2) tahap

eksplorasi dan 3) tahap member check (Lincoln dan Guba, 1985:233-236, Nasution,

1988:33). Dengan demikian penelitian ini mengikuti prosedur seperti itu, yakni

sebagai berikut:

1. Tahap Orientasi

Dilaksanakannya tahap ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang

lengkap dan jelas mengenai masalah yang hendak diteliti. Tahap ini dilakukan untuk memantapkan desain dan menentukan fokus penelitian serta nara sumbernya. Pelaksanaan tahap orientasi dari bulan Maret sampai dengan Desember 1995,

bersamaan dengan penyusunan desain penelitian dengan bantuan dosen

pembimbing.

Pada tahap ini dilakukan kunjungan secara informal dengan menghubungi

pihak Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Terbuka dan UPBJJ di lingkungan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Tujuannya adalah untuk

(37)

Adapun komunikasi tidak langsung dilakukan studi dokumentasi. Sebagai

alat pengumpul data digunakan pedoman studi dokumentasi.

D. Pelaksanaan Penelitan

Tahap-tahap dalam penelitian kualitatif tidak mempunyai batas-batas yang

tegas, namun secara garis besar dapat dibedakan menjadi: l)tahap orientasi, 2) tahap eksplorasi dan 3) tahap member check (Lincoln dan Guba, 1985:233-236, Nasution, 1988:33). Dengan demikian penelitian ini mengikuti prosedur seperti itu, yakni

sebagai berikut:

1. Tahap Orientasi

Dilaksanakannya tahap ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang lengkap dan jelas mengenai masalah yang hendak diteliti. Tahap ini dilakukan untuk memantapkan desain dan menentukan fokus penelitian serta nara sumbernya. Pelaksanaan tahap orientasi dari bulan Maret sampai dengan Desember 1995, bersamaan dengan penyusunan desain penelitian dengan bantuan dosen

pembimbing.

(38)

2. Tahap Eksplorasi

Pada tahap ini dilakukan proses penelitian yang sesungguhnya, yakni

mengumpulkan data sesuai dengan fokus dan tujuan penelitian yang telah

ditetapkan. Pelaksanaannya setelah diberi rekomendasi atau ijin penelitian dari pihak

yang berwenang, dalam hal ini adalah IKIP Bandung dengan surat ijin dari

Pembantu Rektor I yang bertanggung jawab dalam bidang akademik.

Pengumpulan data atau informasi dilakukan dengan wawancara kepada para

nara sumber sesuai dengan tujuan atau secara purposif random dengan menggunakan pedoman wawancara yang tujuannya agar wawancara dapat berlangsung secara terarah dan mencapai tujuan yang diharapkan. Untuk memperkuat pemahaman

permasalahan penelitian dilakukan pula observasi dan studi dokumentasi. Kedua

aktivitas tersebut juga berguna untuk melengkapi data yang terkumpul sekaligus

untuk mengecek atau triangulasi

(39)

Dalam tahap eksplorasi ini juga sekaligus dilakukan analisis, yakni dengan

cara mereduksi data atau informasi, dengan menyeleksi catatan lapangan yang ada

dan merangkum hal-hal penting secara sistematis agar dapat ditemukan tema atau

polanya. Dengan cara ini dapat mempermudah peneliti untuk mempertajam

gambaran tentang fokus penelitian.

Langkah - langkah dalam tahap ini adalah sebagai berikut:

a. Menguhubungi Dekan FKIP, pimpinan UPBJJ dan tenaga edukatif untuk

mengadakan wawancara dengan pedoman yang telah disusun. dan menggunakan

fasilitas bantu lainnya.

b. Mengadakan sfudi dokumentasi sambil membuat catatan sekitar data yang

diperlukan, yang relevan dengan permasalahan.

c. Mengadakan observasi terhadap kegiatan pelaksanaan tugas tridharma perguruan

tinggi, yaitu meliputi: 1) pendidikan dan pengajaran, 2) penelitian, dan

3) pengabdian pada masyarakat

d. Setelah data terkumpul, kemudian diolah dan dianalisis secara kualitatif dengan

dukungan berbagai konsep teori atau hasil kajian kepustakaan.

3. Tahap Member Check

Tahap ini dimaksudkan untuk mengecek kebenaran dari informasi-informasi

yang telah dikumpulkan agar hasil penelitian dapat lebih dipercaya. Pengecekan

informasi ini dilakukan setiap kali peneliti selesai wawancara, yakni dengan

(40)

Selanjutnya untuk lebih memantapkan perolehan informasi dari wawancara,

dilakukan pula observasi dan studi dokumentasi serta triangulasi kepada responden

maupun nara sumber lainnya yang kompeten seperti, Bagian Pengembangan Sumber

Daya Manusia dan Bagian Akademik. Sesuai dengan kondisi tersebut, maka

pelaksanaan member check ini dilakukan seiring dengan tahap eksplorasi.

E. Prosedur Analisis Data

Analisis dan interpretasi dilakukan dalam rangka memahami dan

memberikan makna bagi data yang dikumpulkan. Karakteristik tersebut menjadi ciri

dari penelitian kualitatif, di mana analisis data dilakukan secara terus menerus semenjak data awal dikumpulkan hingga penelitian selesai. Adapun proses

interpretasi atau penafsiran dilakukan dengan mengacu kepada rujukan teoritis yang

berhubungan dengan permasalahan penelitian.

Nasution (1988:129-130) serta Miles dan Huberman (1984:21)

mengemukakan tentang pelaksanaan analisis data. Pelaksanaan analisis dilakukan

dengan mengikuti prosedur sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi data dilakukan dengan meringkas kembali catatan lapangan dengan

memilih hal-hal yang pokok atau penting, yakni yang berkaitan dengan

(41)

Hal-hal pokok yang diperoleh dari reduksi data selanjutnya dirangkum dalam susunan yang lebih sistematis agar dapat diketahui tema dan polanya. Untuk memudahkan pola ini maka penelitian disajikan dalam bentuk matriks hasil penelitian.

3. Kesimpulan dan Verifikasi

Dari pola yang tampak dalam display data tersebut selanjutnya dapat ditarik suatu kesimpulan sehingga data yang dikumpulkan memiliki makna. Proses analisis dilakukan semenjak data awal dikumpulkan. Oleh karena itu kesimpulan yang ditarik pada awalnya bersifat sangat tentatif atau masih kabur. Dengan demikian untuk menetapkan kesimpulan tersebut lebih berakar, maka verifikasi dilakukan dengan maksud untuk menjamin tingkat kepercayaan hasil penelitian sehingga

prosesnya berlangsung sejalan dengan 'member check, triangulasi dan audit trail'.

F. Signifikansi Hasil Penelitian

Tingkat kebermaknaan proses maupun produk suatu penelitian kualitatif

(42)

1. Kredibilitas

Kredibilitas

merupakan ukuran tentang

kebenaran data yang

dikumpulkan, yang dalam penelitian kuantitatif disebut validitas internal.

Kredibilitas dalam penelitian kualitatif menggambarkan kecocokan konsep

peneliti dengan konsep yang ada pada responden atau nara sumber. Beberapa

langkah yang perlu dilakukan agar kondisi tersebut tercapai adalah:

a. Triangulasi

Triangulasi adalah pengecekan kebenaran data dengan membandingkan

data yang diperoleh dengan data dari sumber lain. Seperti diketahui, nara

sumber dalam penelitian ini adalah pimpinan UPBJJ dan tenaga edukatif,

yang saling terkait secara vertikal. Oleh karena itu dalam mencari data atau

informasi dari seorang nara sumber, sekaligus dilakukan pengecekan data atau

informasi dari nara sumber lain. Misalnya pada waktu wawancara untuk

menggali informasi dari para tenaga edukatif, sekaligus pula digunakan untuk

mengecek kebenaran informasi dari pimpinan UPBJJ secara internal yang

bersifat vertikal.

b. Penggunaan Bahan Referensi

Tahap ini dilakukan dengan menggunakan hasil rekaman tape recorder

(43)

tentang informasi yang diberikan oleh nara sumber sekaligus dapat memahami

konteks pembicaraannya, sehingga diupayakan untuk memperkecil kekeliruan

yang terjadi.

c. Member Check

Member check adalah tahap untuk melakukan konfirmasi kepada nara

sumber pada setiap akhir wawaneara. Hal ini dilakukan dengan maksud

apabila ada kekurangan dapat ditambah dengan data atau informasi baru yang

relevan.

2. Transferabilitas (Validitas Ekstemal)

Dalam' penelitian kuantitatif, kriteria ini disebut dengan validitas

ekstemal, yaitu tingkat aplikasi dan penggunaan hasil penelitian. Dengan kata

lain, transferabilitas adalah berkaitan dengan generalisasi.

Nasution (1988:118) mengemukakan bahma 'bagi penelitian kualitatif,

transferabilitas bergantung pada si pemakai, yakni hingga manakah hasil

penelitian itu dapat mereka gunakan dalam konteks dan situasi tertentu.

(44)

3. Dependabilitas dan Konfirmabilitas

Dependabilitas diartikan sejajar dengan reliabilitas dalam penelitian

kuanlitatif, yang dimaksudkan untuk membahas konsistensi suatu penelitian.

Dependabilitas dalam hal ini menguji apakah penelitian ini dapal diulangi atau

direplikasikan

dengan

menemukan

hasil

yang

sama.

Sedangkan

konfirmabilitas, sehubungan dengan objektivitas hasil penelitian.

Sebagaimana kita ketahui bahwa situasi sosial pada hakekatnya bersifat

unik dan tidak direkonstruksi sepenuhnya seperti semula, oleh karena itu

sangat sulit mengukur konsistensi hasil penelitian, khususnya tentang

pengembangan tenaga edukatif. Dengen demikan, untuk menjaga kebenaran

dan objektivitas hasil penelitian diakukan 'audit trail', yakni dengan

melakukan pemeriksaan guna meyakinkan bahwa hal-hal yang dilaporkaan

memang demikian dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Mencatat dan merekam selengkap mungin hasil wawancara, observasi

maupun studi dokumentasi sebagai data mentah guna kepentingan analisis

selanjutnya.

b. Membuat penafsiran atau kesimpulan sebagai hasil sintesis data

c. Melaporkan seluruh proses penelitian dari sejak pra survey dan penyusunan

desain sampai pengolahan data, sebagaimana yang digambarkan dalam

(45)

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

Bab ini mengemukakan beberapa kesimpulan, implikasi dan saran yang

didasarkan atas hasil serta temuan penelitian berdasarkan analisisnya, yakni

yang berkenaan dengan program pengembangan kemampuan profesional dosen

D2 PGSD Universitas Terbuka yang sudah dilaksanakan pada obyek penelitian,

yaitu UPBJJ Jakarta, Bogor dan Bandung. Kajian tersebut diarahkan pada

program pengembangan kemampuan profesional yang telah dilaksanakan yang

dilatarbelakangi oleh tipikal organisasi serta pola penyelenggaraan belajar dan

mengajar di lingkungan Universitas Terbuka. Selain itu kajian ini juga mencoba

mengungkapkan kondisi proses pengembangan kemampuan dosen D2 PGSD

dan hasil-hasil umum yang telah dicapai sampai dengan tahun 1995 yaitu

kurang lebih lima tahun setelah pelaksanaan program alih fungsi.

Kesimpulan di sini merupakan pemaknaan secara terpadu terhadap

seluruh hasil penelitian, yakni kondisi proses pengembangan kemampuan

profesional dosen D2 PGSD itu sendiri, khususnya yang sudah dilaksanakan di

UPBJJ Jakarta, Bogor dan Bandung. Implikasi merupakan ekses dari hasil

penelitian yang menuntut pihak-pihak terkait dalam penelitian ini untuk

berpartisipasi dalam upaya pengembangan kemampuan profesional dosen D2

PGSD UT secara optimal.

(46)

A. Kesimpulan

Pengembangan kemampuan profesional dosen D2 PGSD Universitas

Terbuka dapat dijadikan kajian yang bermakna untuk menghasilkan model

pengembangan kemampuan profesional dosen yang sesuai dengan situasi dan

kondisi lingkungannya. Secara rinci pokok kesimpulan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Program Pengembangan Kemampuan Profesional Bagi dosen D2 PGSD

UT Yang Telah Dilaksanakan Oleh Universitas Terbuka

a. Program Pengembangan Melalui Penataran 1)PPK

Program PPK dilaksanakan untuk memberikan penyesuaian

kemampuan dalam hal ini adalah suatu usaha nyata untuk meningkatkan

pengetahuan dan keahlian seseorang. Upaya ini merupakan peningkatan

kewenangan dasar untuk keberhasilan profesi. Dengan demikian seseorang

yang diberi tambahan kewenangan dasar dalam salah satu bidang studi

merupakan awal dimilikinya kemampuan profesional dalam bidang studi

tersebut.

Pada dasarnya terdapat empat kategori yang perlu dipelajari dari

penataran yakni meliputi: kenyataan, konsep, prosedur dan prinsip. Oleh sebab

itu apabila diperoleh suatu penyampaian ilmu dari suatu penataran baik yang

(47)

diperoleh penafsiran yang benar. Dalam menyesuaikan kemampuan dirinya para

peserta PPK ini diharapkan mampu memahami informasi-informasi yang

diperolehnya dari segala ranah yang ada padanya. Lebih jauh PPK tersebut

merupakan sarana untuk terjadinya suatu pengalaman baru yang dapat

meningkatkan kualitas pengetahuan, sikap dan tindakan selaku tenaga edukatif

yang profesional.

PPK yang diselenggarakan pada dasarnya memberikan bekal kepada para

tenaga edukatif dalam rangka mengadaptasikan dirinya pada situasi baru yang

lebih kompleks. Setelah penyesuaian tersebut diharapkan tenaga edukatif

tersebut mampu mengembangkan kemampuan dirinya secara optimal.

Mengingat pentingnya PPK sebagai dasar pengembangan kemampuan

profesional tenaga edukatif pada program PGSD UT, maka peran penatar juga

dinilai sangat menentukan. Peran penatar ikut menentukan berhasil tidaknya

proses penataran.

Sesuai dengan ketetapan dalam Term Of Reference (TOR) yang

disetujui. Penataran ini diselenggarakan dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu

mempersiapkan dosen PGSD UT dan sesuai pula dengan TOR, maka materi

penataran mencakup program umum, program khusus, pengelolaan akademik

Program Penyetaraan Tatap Muka dan PPL. Secara garis besar materi ini

dikembangkan oleh Tim Penatar dari masing-masing LPTK ketika mengikuti

(48)

2) Penataran Kemampuan Penelitian

Program pengembangan kemampuan penelitian ini memang secara

khusus digalakkan di lingkungan Universitas Terbuka, selain diberikan melalui

kursus tertulis juga diberikan melalui penataran-penataran insidental yang

pesertanya juga berasal dari tenaga edukatif alih fungsi.

Berdasarkan materi yang diberikan. konteks penelitian di lingkungan Universitas

Terbuka secara garis besar dibagi dalam tiga kelompok kategori penelitian

yaitu: 1) Penelitian Kelembagaan, 2) Penelitian Keilmuan dan 3) Penelitian

Kebijakan. Secara visual pengembangan masalah topik penelitian dari berbagai

sumber yang diterapkan pada Universitas Terbuka dapat dilihat pada gambar 4.

Selain memberikan penataran-penataran yang berkaitan dengan

pengembangan kemampuan profesional tenaga edukatif di lingkungan

perguruan tinggi, secara khusus pihak UT juga memberikan peluang kepada

yang berminat dan mampu untuk melanjutkan pendidikan. Pendidikan lanjutan

yang berhak diikuti oleh para tenaga edukatif sifatnya formal dan mengacu pada

kebutuhan lembaga secara keseluruhan.

b. Program Pengembangan Melalui Pendidikan Formal

Khusus untuk tenaga edukatif PGSD UT diberikan kesempatan untuk

melanjutkan pendidikan ke SI ke 2. Program pendidikan SI ke 2 bagi dosen

PGSD langsung dibawahi oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Adapun

(49)

1) Bahwa untuk dapat menunjang pengadaan dan penyetaraan guru sekolah

dasar, diperlukan tenaga akademik yang mempunyai kualifikasi yang

disyaratkan.

2) Bahwa tenaga akademik yang tersedia, ternyata masih belum memenuhi

kualifikasi yang disyaratkan.

3) Bahwa sehubungan dengan butir b di atas, diperlukan penetapan

pembentukkan Program Studi Pendidikan Matematika, Bahasa Indonesia.

Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial.

Berdasarkan surat keputusan di atas Direktur Jenderal Pendidikan

Tinggi mengeluarkan beberapa surat keputusan tentang pembentukkan program

studi pendidikan IPA Sekolah Dasar jenjang S 1 . Adapun keputusan tersebut

berisi:

1) Membentuk Program Studi Pendidikan IPA Sekolah Dasar pada IKIP

Padang, IKIP Bandung dan IKIP Ujung Pandang.

2)Membentuk Program Studi Pendidikan Bahasa Sekolah Dasar pada IKIP

Malang.

3) Membentuk Program Studi Pendidikan IPS Sekolah Dasar pada IKIP

Bandung

4) Membentuk Program Studi Pendidikan Matematika Sekolah Dasar dan

(50)

5) Biaya penyelenggaraan dan pengelolaan Program studi pendidikan

dibebankan kepada anggaran Departemen Pendidikan dan kebudayaan atau

anggaran lain yang relevan.

Dengan demikian program pendidikan SI ke 2 bagi dosen-dosen PGSD

UT diberikan untuk memperkokoh dasar keilmuan para dosen sehingga mampu

menjalankan tugas secara profesional di tempat tugas. Dasar keilmuan yang

mantap dan kokoh tersebut dinilai sangat relevan dengan tuntutan perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan peningkatan kualitas pendidikan

dasar di Indonesia.

Di samping program pendidikan SI ke 2 di atas, pihak UT juga memberikan

kesempatan yang seluas-luasnya bagi mereka yang mampu dan mau melanjutkan

ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, misalnya Strata 2 sampai dengan Strata

3. Kesempatan untuk melanjutkan tersebut juga diberikan kepada tenaga edukatif

program D2 PGSD UT yang memenuhi syarat-syarat serta dinilai layak untuk

melanjutkan studi baik di dalam maupun di luar negeri

Adapun realisasi dari kesempatan untuk melanjutkan pendidikan bagi dosen D2

PGSD UT ke program pascasarjana adalah dengan adanya Keputusan dari

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan kebudayaan

Republik Indonesia tentang Pembentukan Program Studi jenjang S2 pada

beberapa LPTK yang ditunjuk.

Sehubungan dengan kesempatan yang diberikan untuk melanjutkan pendidikan

(51)

belum memanfaatkannya secara optimum. Hambatan utama yang dihadapi oleh

para tenaga edukatif dalam upaya mengikuti jenjang pendidikan S2 atau S3

adalah kurangnya penguasaan Bahasa Inggris dan kurangnya motivasi. Hal ini

diakui oleh tenaga edukatif yang sempat diwawancarai, di samping terbukti dari

hasil tes masuk S2 yang banyak mengalami kegagalan akibat kurangnya

kemampuan bahasa Inggris baik secara pasif maupun aktif. Padahal kemampuan

bahasa Inggris ini mutlak diperlukan bagi mereka yang akan melanjutkan ke

Program S2 atau S3

c. Program Pengembangan Melalui Program Informal

Program informal yang diidentifikasikan tersebut adalah adanya

pertemuan-pertemuan rutin dan insidental serta pengarahan dari kepala UPBJJ

pada setiap kesempatan. Pertemuan rutin yang diselenggarakan baik di UT

Pusat maupun UPBJJ dinilai sebagai sarana penting dalam memecahkan

permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh para dosen dalam menjalankan

tugas sehari-hari. Pertemuan rutin yang diadakan tersebut, jikadikaitkan dengan

ilmu administrasi pendidikan dapat menjadi kegiatan supervisi klinis atau

kegiatan gugus mutu yang secara rutin dapat mencegah terjadinya permasalahan

dalam pelaksanaan tugas yang semakin parah.

Sejalan dengan manfaat pertemuan bagi program pengembangan, maka

kunci keberhasilan dari pertemuan tersebut adalah pada kualitas komunikasi

(52)

Selain pertemuan rutin ada pula pertemuan insidental yang diadakan di

UT Pusat maupun UPBJJ. Pertemuan insidental tersebut biasanya merupakan

pertemuan

yang

diselenggarakan

sewaktu-etaktu

sehubungan

dengan

kepentingan tertentu. Program pengembangan informal lainnya, adalah dengan

memberikan wejangan atau pengarahan pada setiap kesempatan, misalnya pada

kesempatan upacara hari kesetiaan KORPRI setiap tanggal 17 atau upacara

hari-hari besar lainnya.

Kegiatan lain yang dapat digolongkan sebagai kegiatan pengembangan personil

in formal adalah kegiatan seminar-seminar yang diikuti oleh para dosen. Materi

seminar yang diikuti umumnya tentang pendidikan dan materi yang

berhubungan dengan disiplin ilmu tertentu. Jika dilihat dari frekuensinya

kegiatan seminar yang diikuti oleh para dosen dinilai sangat kurang, selain itu

para dosen yang mengikuti seminar tersebut juga cenderung pasif, karena hanya

sebagai pendengar saja. Pada dasarnya kegiatan seminar yang diikuti tersebut

dapat memberikan manfaat bagi kepentingan pengembangan personil edukatif.

d. Program Pengembangan Melalui Peningkatan Kualitas dan Kuantitas

Sarana Serta Prasarana

Sarana dan prasarana pendidikan sangat menunjang kelancaran

pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, di suatu lembaga pendidikan dan

(53)

Universitas Terbuka. Khusus mengenai sarana perpustakaan dan buku-buku yang

tersedia di UT Pusat dan UPBJJ telah dimanfaatkan oleh para dosen, baik di baca

di tempat maupun dipinjam untuk dibawa ke rumah. Buku-buku memang erat

kaitannya dengan perpustakaan. Di UT Pusat sudah ada perpustakaan dengan

koleksi buku-buku yang cukup lengkap dan sejauh ini telah dimanfaatkan dengan

baik. Sedangkan kondisi perpusatakaan di UPBJJ Bogor dan Bandung relatif

belum lengkap dibandingkan dengan Perpustakaan di UPBJJ Jakarta. Akan tetapi

para dosen di ketiga UPBJJ (Jakarta, Bogor dan Bandung)

telah dapat

memanfaatkannya, khususnya untuk melengkapi referensi bahan mengajar dan

menyusun kepustakaan penelitian. Lebih jauh khususnya tentang kuantitas dan

kualitas buku yang tersedia serta minat baca dari para dosen yang berada jauh

dari lokasi Perpustakaan.

4. Pelaksanaan Teknis Program Pengembangan bagi Tenaga Edukatif

FKIP Universitas Terbuka Di UPBJJ

Secara umum pembinaan fungsional tenaga edukatif FKIP-UT di daerah

bertujuan untuk memberi kemudahan, berupa kesempatan, situasi, sarana,

proses dan dorongan yang memungkinkan para tenaga edukatif di daerah baik

sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama dalam- kelompok dapat

meningkatkan kemampuannya. Pada dasarnya tugas pengembangan personil di

lingkungan FKIP-UT sejalan dengan konsepsi tugas fungsional tridharma

(54)

Proses pengembangan fungsional tenaga edukatif FKIP-UTdi UPBJJ

melibatkan berbagai unsur berikut: 1) Universitas Terbuka Pusat, 2) Perguruan

Tinggi lain, 3) Pusat Sumber Belajar (PSB) termasuk Balai Sumber Belajar, 4)

Kelompok dosen UT pusat dan di daerah dan 5) Masyarakat dan lembaga lain

di daerah.

5. Hasil Evaluasi Terhadap Program Pengembangan Kemampuan

Profesional Dosen D2 PGSD UT

Berdasarkan kajian atas program pengembangan kemampuan

profesional dosen D2 PGSD Universitas Terbuka yang telah diselenggarakan

oleh pihak Univeritas terbuka, maka dapat dikemukakan hal-hal berikut:

a. Program pengembangan kemampuan pendididan dan pengajaran para dosen

melalui PPK dinilai cukup berhasil, baik dari segi materi maupun

penguasaan mata kuliah oleh dosen pasca penataran. Penyelenggaraan PPK

tersebut sejauh ini dinilai telah dapat menyentuh kebutuhan para dosen

untuk memiliki dasar keilmuan yang kuat sehingga memiliki bekal yang

cukup untuk melaksanakan tugas pendidikan dan pengajaran di perguruan

tinggi.

b. Pemanfaatan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan- ke jenjang S2 dan

S3 belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Lain halnya dengan program

SI ke 2, sejauh ini terus berjalan dan umumnya para dosen dapat mengikuti

(55)

yang berhasil menempuh pendidikan pada program pasca sarjana adalah

akibat kurangnya informasi, kurangnya motivasi dan kurangnya kemampuan

dalam berbahasa Inggris.

c. Program pengembangan yang dilaksanakan secara informal sejauh ini

keberhasilannya belum merata. Hal tersebut terjadi karena pada

UPBJJ-UPBJJ yang jauh dari domisili dosen jarang sekali dikunjungi dosen, kecuali

untuk kepentingan-kepentingan tertentu. Bahkan sampai ini masih ada dosen

yang tidak melapor ke kantor UPBJJ dalam 3 (tiga) bulan terakhir. Kondisi

tersebut dapat terjadi karena hambatan geografis maupun rendahnya tingkat

kedisiplinan dosen.

d. Kemampuan profesional dosen sebelum dan sesudah mengikuti program

pengembangan dapat digambarkan sebagai berikut:

1) Kemampuan pendidikan

dan

pengajaran

sesudah mengikuti program

pengembangan dinilai lebih baik daripada sebelum mengikuti program

pengembangan tersebut. Jika menelaah potensi yang dimiliki oleh para dosen

untuk melaksanakan tugas pendidikan dan pengajaran, maka para dosen D2

PGSD UT hanya perlu menyesuaikan dengan tipikal belajar mengajar di UT

khususnya dan pola pendidikan dan pendaftaran di perguruan tinggi pada

umumnya. Berkaitan dengan tugas pendidikan dan pengajaran, permasalahan

yang ditemukan di lapangan adalah bahwa para dosen D2 PGSD UT justru

tidak memperoleh kesempatan untuk melakukan kegiatan pendidikan dan

(56)

kemampuan profesional dalam pendidikan dan pengajaran yang diberikan

ternyata belum dimanfaatkan secara optimal, karena masih ada dosen yang

'menganggur'. Dengan demikian masalah pokok yang dihadapi dalam

pengembangan kemampuan profesional dalam bidang pendidikan dan

pengajaran adalah justru kesempatan mengajar itu sendiri yang belum merata.

2) Kemampuan penelitian sesudah mengikuti program pengembangan tidak

begitu berbeda dengan saat sebelum mengikuti program pengembangan.

Dengan kata lain program pengembangan untuk bidang penelitian sejauh ini

masih belum dapat dikatakan berhasil memenuhi tuntutan kemampuan

penelitian yang diharapkan. Temuan kasus pada bidang pengembangan

kemampuan penelitian oleh para dosen D2 PGSD UT adalah belum

dirasakannya manfaat program pengembangan bidang penelitian secara

optimal. Kesimpulan tersebut berangkat dari berbagai pendapat dan keluhan

dari responden yang mengemukakan bahwa mereka merasa banyak

mengalami kesulitan dalam melaksanakan penelitian dan tidak memiliki

motivasi untuk melaksanakan penelitian tersebut. Ketidakmampuan untuk

melaksanakan penelitian tersebut bertitik tolak dari kurangnya pemantapan

kemampuan di bidang peneiitian yang selama ini diberikan. Menurut para

responden pemantapan kemampuan penelitian yang diberikan sampai saat ini

belum memadai untuk dijadikan landasan yang kuat dalam membentuk

(57)

Para responden umumnya merasa tidak mampu dan enggan melaksanakan

penelitian karena sulit dan tidak tahu bagaimana prosedur yang harus

ditempuh .

3) Kemampuan pengabdian masyarakat dan penunjangnya dari para dosen

PGSD UT dinilai tidak begitu jauh terbeda antara sebelum dan sesudah

program pengembangan dilaksanakan. Kemanapuan untuk melaksanakan

pengabdian masyarakat para dosen dalam hal ini belum mampu berkembang

secara optimal.

Kasus yang ditemukan sehubungan dengan pelaksanaan tugas pengabdian

pada masyarakat dan penunjangnya pada dasarnya terkait dengan kejelian

para dosen untuk merinci berbagai aktivitas pengabdian pada masyarakat dan

penunjangnya menjadi aktivitas yang menunjang terhadap perolehan kredit

point. Dalam hal ini, para dosen memang lebin banyak melakukan

aktivitas-kegiatan administratif yang tidak teridentifikasi sebagai aktivitas-kegiatan yang

memberikan nilai kredit tertentu. Masalah tersebut akan berdampak pada

proses kenaikan pangkat yang memeriukan rincian aktivitas yang relevan

dengan ketentuan Menpan No. 59/Menpan/87 .

4) Sejalan dengan gambaran kemampuan profesional di atas, maka dirasakan

akibatnya pada pengembangan karir dosen D2 PGSD UT, termasuk para

dosen yang berada di UPBJJ Jakarta, Bogor dan Bandung. Hampir seluruh

dosen program D2 PGSD UT berdasarkan data yang ada, sampai dengan

(58)

demikian sejak dialihfungsikannya para dosen tersebut pada tahun 1991

relatif tidak ada proses kenaikan pangkat yang memanfaatkan tipikal proses

kenaikan pangkat di perguruan tinggi, yaitu proses kenaikan pangkat dengan

menggunakan angka kredit point. Para responden sendiri merasa bahwa ada

hambatan-hambatan yang belum teridentifikasi dalam hal proses kenaikan

pangkat ini.

Terhambatnya pengembangan karir tersebut antara lain juga disebabkan oleh

komposisi aktivitas dosen D2 PGSD UT yang tidak seimbang. Sebagaimana

diketahui bahwa pekerjaan sebagian besar dosen adalah melaksanakan

tutorial, membimbing PPL dan mengawasi ujian.

Masalah lain yang juga kerkaitan dengan aktivitas dosen PGSD UT dalam

rangka pengembangan kemampuan profesional dosen adalah komposisi

kegiatan dosen PGSD UT yang tidak seimbang. Ketidakseimbangan tersebut

berdasarkan pada aktivitas para dosen yang justru tidak banyak melakukan

aktivitas yang merujuk pada SK Menpan No. 26/ 1987 sehingga tidak

menghasilkan kredit point bagi mereka. Kegiatan administratif ternyata

lebih banyak dilakukan, karena memang alur pekerjaan di UT, mulai dari

pendaftaran, registrasi, ujian dan kegiatan pendidikan dan pengajarannya

melibatkan b

Referensi

Dokumen terkait

Pada prinsipnya pelayanan farm asi ( obat dan perbekalan kesehat an) kepada pasien di RS lapangan ham pir sam a dengan pelayanan pada pasien di rum ah sakit biasa

Jika telah diputuskan bahwa restraint diperlukan, dokter harus menentukan jenis restraint apa yang dipilih dan dapat memenuhi kebutuhan pasien dengan resiko yang paling kecil

Penurunan diameter zona hambat yang terjadi pada kontrol positif amoksisilin cawan petri IV diduga akibat adanya viskositas atau kekentalan yang dapat mempengaruhi

Program siaran Lang Lang Kota Radio Mayangkara FM adalah program siaran utama yang dirancang sebagai ruang publik bagi pendengar (masyarakat) untuk menyampaikan informasi

Untuk pengaruh jarak tempuh terhadap emisi nitrogen oksida yaitu tidak selalu semakin besar jarak tempuh yang telah dilalui oleh kendaraan, maka emisi nitrogen oksida

 Kebijakan yang kondusif untuk membesarkan anak dalam lingkungan keluarga dan stabil dan mapan.  Pertimbangan tentang adopsi dan pemeliharaan oleh

Sehubungan dengan dilaksanakannya proses evaluasi dokumen penawaran dan dokumen kualifikasi, Kami selaku Panitia Pengadaan Barang dan Jasa APBD-P T. A 2013 Dinas Bina Marga

yang tetap melanjutkan aktivitas menganyam eceng gondok sampai saat ini adalah Desa Huta Namora, sementara pengrajin dari desa lainnya tidak melanjutkan aktivitas