DOSEN D-2 PGSD DALAM RANGKA PENYESUAIAN SEBAGAI TENAGA EDUKATIF PADA FKIP
UNIVERSITAS TERBUKA
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Pada Program Pascasarjana IKIP Bandung
Bidang Studi Administrasi Pendidikan
OLEH
Tita Rosifg
9332005
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
Pembimbing I,
Prof. Dr. H. y Gaffar, M. Ed.
Pembimbing II,
Prof. Dr. H. Achinad Sanusi, SH., MPA.
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
ABSTRAK
Penelitian ini mengetengahkan topik "Pengembangan Kemampuan
Profesional Dosen D2 PGSD Universitas Terbuka". Fokus penelitian ini
adalah mencari jawaban atas pertanyaan utama, yaitu sejauh manakah
penyelenggaraan program pengembangan kemampuan profesional bagi dosen
D2 PGSD di lingkungan FKIP Universitas Terbuka. Metode penelitian yang
diterapkan adalah metode deskriptif analitik dengan pendekatan kualitatif
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara, observasi dan studi
dokumentasi. Sedangkan pengolahan dan analisis data dilakukan selama
maupun setelah data dikumpulkan dan bersifat tentatif
Berdasarkan analisis awal tentang keadaan dosen D2 PGSD UT; bahwa
sejak alih fungsi dari guru SPG dan SGO menjadi dosen program D2 PGSD
UT sampai dengan penelitian ini dilakukan, belum ada perubahan kemampuan
profesional yang mendasar baikjumlah maupun perubahan peningkatan karir.
Keadaan ini merupakan implikasi dari lambannya personil dan lingkungannya
saling beradaptasi, yakni lingkungan perguruan tinggi, di mana sebelumnya
terbiasa dengan kenaikan pangkat secara otomatis menjadi kenaikan pangkat
dan jabatan berdasarkan angka kredit.
Keadaan ini juga merupakan
konsekuensi logis dari program alih fungsi yang menuntut kemampuan
manajerial dan adaptabilitas yang tinggi dari pihak-pihak yang terkait,
sehingga bukan saja di lingkungan Universitas Terbuka sendiri tetapi juga
lembaga scara keseluruhan sesuai dengan kewenangannya.
Lambannya mereka beradaptasi ditandai dengan kurangnya frekuensi
atau kemampuan dalam melakasanakan tridharma perguruan tinggi khususnya
dimensi/bidang tugas dosen tersebut bukan saja karena belum optimalnya
program pengembangan juga kurangnya motivasi yang turnbuh di kalangan
dosen-dosen sendiri di samping dukungan lembaga-lembaga terkait yang belum
mampu mengembangkan potensi para dosen sebagaimana mestinya.
Melalui penelitian juga ingin diungkapkan kondisi kemampuan
profesional dosen sebelum dan sesudah mengikuti program pengembangan.
Dari hasil telaahan ternyata ada sedikit perbedaan sebagai output dari
program pengembangan yang diikuti. Bagaimanapun program pengembangan
yang diikuti mampu memperkenalkan situasi akademik dan administratif di
perguruan tinggi kepada para dosen D2 PGSD UT. Hal tersebut khususnya
diperoleh dari program PPK.
Lebih jauh penelitian ini juga berhasil mengungkapkan model
pengembangan personil yang relevan dengan kondisi kelembagaan dan
karakteristik Universitas Terbuka. Model tersebut diperoleh dari hasil telaah
yang mendalam tentang keterkaitan-keterkaitan dan alur program
pengembangan yang mungkin ditempuh oleh lembaga dan para dosen. Sebagai
saran yang relevan dengan model tersebut adalahformat pendataan aktivitas
dosen D2 PGSD UT yang mencoba mengangkat aktivitas/kegiatan
HAL
KATA PENGANTAR i
APRESIASI DAN UCAPAN TERIMAKASIH iv
ABSTRAK vi
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Masalah 9
C. Tujuan Penelitian 14
D. Kegunaan Penelitian 16
E. Paradigma Penelitian 17
F. Asumsi 21
BAB II KONSEP PENGEMBANGAN PERSONIL EDUKATIF 23
A. Konsep Dasar Pengembangan Personil 23
B. Proses Pengembangan Personil Edukatif 28
C. Prosedur dan Teknik Operasional Pengembangan Tenaga
Edukatif di Perguruan Tinggi 35
D. Pengembangan Sebagai Fungsi Administrasi Personil 38
E. Pengertian, Fungsi dan Tujuan Perguruan Tinggi 42
F. Profesi Dosen dan Tugas-Tugas Pokok Dosen 46
G. Beberapa Hasil Penelitian sebelumnya Yang Berkaitan
Dengan Konsep Pengembangan Personil 52
I. Tinjauan tentang Proses Belajar Mengajar Sebagai Dasar
Tugas Dosen Selaku Tenaga Edukatif pada program D2
61
PGSD UT
HAL
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian 94
B. Unit Analisis dan Sampel Penelitian 97
C. Teknik Pengumpulan Data 98
D. Pelaksanaan Penelitian 99
E. Prosedur Analisis Data 102
F. Signifikansi Penelitian 103
BAB IV. Analisis dan Pembahasan Hasil Penelitian 107
A. Pelaksanaan Pengembangan Kemampuan Profesional
Dosen Universitas Terbuka Melalui Program Penataran 107
B. Program Pengembangan Melalui Pendidikan Formal 139
C. Program Pengembangan Melalui Program Informal 147 D. Program Pengembangan Melalui Peningkatan Kualitas
dan Kuantitas Sarana serta Prasarana 152
E. Tinjauan Atas Pelaksanaan Teknis Program
Pengembangan bagi Tenaga Edukatif di UPBJJ 152
F. Gambaran tentang Kemampuan Profesional Tenaga
Edukatif Program D-2 PGSD-UT Sebelum dan Sesudah
Mengikuti Program Pengembangan 172
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan 194
B. Implikasi 214
DAFTAR PUSTAKA 224
DAFTAR TABEL
NO NAMA TABEL HAL
1.1 DOSEN D2 PGSD UT YANG BERASAL DARI ALIH
FUNGSI GURU-GURU SPG DAN SGO 4
2.6 PROSENTASE GOLONGAN TENAGA EDUKATIF D2
PGSD UT 91
3.1 UNIT ANALISIS SAMPEL PENELITIAN 97
4.1 WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN PPK m
4.2 PESERTA PPPK UNTUK SETIAP KELOMBANG DAN
BIDANG STUDI 121
4.3 GAMBARAN UMUM HASIL EVALUASI PPK m
4.4 PENILAIAN PESERTA PPK ATAS KUALITAS
PELAKSANAAN PPK 130
4.5 GAMBARAN MENGENAI DOSEN YANG TELAH DAN SEDANG MELANJUTKAN STUDI KE JENJANG
S2 DAN S3 147
4.6 IKHTISAR PROGRAM PENGEMBANGAN
KEMAMPUAN PROFESIONAL TENAGA EDUKATIF
PADA UPBJJ 162
4.7 RINCIAN KEGIATAN TENAGA EDUKATIF FKIP UT
DI UPBJJ 169
4.8 PROSENTASE DOSEN D2 PGSD UT YANG TIDAK
MENGAJAR 177
4.9 PROSENTASE GOLONGAN TENAGA EDUKATIF D2
PGSD UT 187
4.10 USULAN ANGKA KREDIT DOSEN D2 PGSD UT DI
UPBJJ JAKARTA, BOGOR DAN BANDUNG 188
4.11 DOSEN PGSD UT YANG TIDAK PERNAH MELAPOR
189
KE UPBJJ
SELAMA TIGA BULAN TERAKHIR
NO. NAMA GAMBAR HAL
1.1 FAKTOR-FAKTOR YANG TERLIBAT DALAM
PENGEMBANGAN PERSONIL 6
1.2 MODEL PENGEMBANGAN PERSONIL 8
1.3 PARADIGMA PENELITIAN 20
1.4 TIGA KOMPONEN DAN PENANGGUNG JAWAB DALAM SISTEM DASAR PROGRAM
PENYETARAAN DII GURU SD 64
2.2 PROSEDUR PELAKSANAAN DAN PENILAIAN
PRAKTIKUM 79
4.4 PENGEMBANGAN MASALAH/TOPIK PENELITIAN
DARI BERBAGAI SUMBER 137
JARINGAN PROSES PENGEMBANGAN PERSONIL
TENTANGEDUKATIF PADA FKIP - UT DAREERAH 161
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Upaya pengembangan sumber daya manusia dinilai sangat posistif untuk
diterapkan pada organisasi pendidikan, sehubungan dengan kebutuhan tuntutan
profesional tenaga kependidikan itu sendiri. kebijakan pendidikan nasional pada
dasarnya mengacu pada UUD 1945 dan UU No. 2 Tahun 1992 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Amanat tentang pengembangan sumber daya manusia secara
eksplisit tertuang dalam rumusan tujuan pendidikan nasional sendiri dijelaskan
dalam BAB II Pasal 4 sebagai berikut:
Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Mafia Esa, berbudi pekerti
luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka dalam GBHN 1993 (BAB IV.F.26) ditetapkan kebijaksanaan pembangunan lima tahun keenam
(REPELITA VI) sebagai berikut:
kualitas pendidikan dasar sudah dipersiapkan sejak akhir PELITA V, khususnya mengenai kebutuhan peningkatan kualitas calon guru dan guru Sekolah Dasar, seperti yang dikemukakan Fuad Hasan (Kompas, 18 Januari 1993) bahwa diantara tugas-tugas mendesak yang harus dilaksanakan oleh Depdikbud adalah mempersiapkan sebaik mungkin segala langkah guna persiapan dan pelaksanaan wajib belajar sembilan tahun bagi setiap anak Indonesia, untuk masa depan yang
produktif, bukan pasif apalagi terlambat. Berangkat dari upaya untuk mencapai tujuan tersebut, maka terlebih dahulu perlu peningkatan LPTK, dan khususnya
menyangkut peningkatan tenaga pengajar. Dengan demikian, sejak tahun 1991 Depdikbud menyelenggarakan program D2 Pendidikan Guru Sekolah Dasar
(PGSD) yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas calon guru dan guru Sekolah Dasar. Sumber tenaga edukatif untuk program D2 PGSD ini diantaranya adalah guru-guru SPG dan SGO yang memenuhi syarat untuk dialihfungsikan menjadi
tenaga edukatif di PGSD.
Khusus mengenai penanganan kualitas guru Sekolah Dasar (SD), karena tugas dan tanggung jawab yang sedang dijalani, maka sulit bagi guru SD untuk
belajar pada program D2 PGSD secara konvensional/reguler. Untuk mengantipasi
kondisi tersebut Universitas Terbuka bertanggung jawab untuk mengelola tersebut
termasuk mengembangkan kemampuan profesional tenaga edukatif-nya yang sebagian besar berasal dari guru SPG dan SGO yang dialihfungsikan. Kehadiran
bertanggung jawab untuk memperkuat komitmen pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan serta membuat pendidikan lebih relevan dengan kebutuhan pembangunan nasional. Selain itu UT juga memberikan kesempatan yang sama bagi masyarakat untuk memasuki jenjang pendidikan tinggi dengan berusaha mengatasi hambatan geografis, ketidakmampuan sosial ekonomis atau fisik.
Dengan mempertimbangkan populasi mahasiswa UT yang menyebar di seluruh Indonesia, maka UT memeriukan manajemen desentralisasi. Di tingkat regional terdapat 32 unit yang disebut Unit Program Belajar Jarak Jauh (UPBJJ).
Dari 32 UPBJJ, 26 diantaranya menyelenggarakan program D-2 PGSD. Sebagaimana diuraikan di muka, salah satu sumber tenaga edukatif program D-2 PGSD adalah guru-guru yang dialihfungsikan dari SPG dan SGO menjadi tenaga edukatif pada program D-2 PGSD, termasuk untuk program D-2 PGSD Universitas Terbuka. Tenaga edukatif tersebut dilimpahkan langsung oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdikbud kepada UT setelah memenuhi persyaratan tertentu. Berdasarkan hasil studi pendahuluan diperoleh data mengenai jumlah dosen D-2 PGSD UT yang berasal dari guru-guru SPG dan SGO yang dialihfungsikan.
Tabel 1.1
DOSEN D-2 PGSD UT YANG BERASAL DARI PROGRAM ALIH FUNGSI GURU-GURU SPG DAN SGO
no- i LOKASIUPBJJ-UT /,. JC^LAif DO»3
m Banda Aceh * s •• %
-4-02 Bandar Larapung s
\ 03 ' Bandung
! 04 Banjarmasin
! 05 Bogor
;*->*
I? >""'
*
! 06 Jakarta ; - " 2 $
! 07 Jambi
-;^\ '
2
08 Jayapura •.,--"- 4
09 Jeraber ' , : - S
10 Kupang 4
11 Malang ' " ; -a
12 Menado 5
13 Mataram *% -5 „
14 Medan
,; i%20
^ s
15 Padang •3
16 Palangkaraya 4
V? . Palembang 1 \ *.' %
-48 Palu \*:**?S?"' & ,
"*:"-to Pakanbaru
20 Pontianak
'%% Purwokerto
k-V'^ar °"-'%
22 Semarang
U^v ^ -
-23 Surabaya
rV;^v35 *'
--24 Surakarta F; -»%r; , n . i '
25 * Ujung Pandang
%Hy<
:m
\-\
26 Yogyakarta f * -v ' 34 -, <
1XWAL 26 UPBJJ 1 v\., 43$ *V
Sumber: Universitas Terbuka PusatJakarta (1994)
Dari tabel dapat diketahui bahwa terdapat 436 personil guru SPG dan
SGO yang dialihfungsikan menjadi Dosen D-2 PGSD UT yang tersebar di 26
tenaga edukatif pada jenjang pendidikan tinggi.
Berbagai masalah yang muncul pada program D-2 PGSD UT khususnya berkenaan dengan tenaga edukatif yang dialihfungsikan dari guru SPG dan SGO adalah masalah pengembangan kemampuan profesional tenaga edukatif tersebut.
Masalah pengembangan personil tersebut berkaitan dengan tenaga edukatif yang harus mampu menyesuaikan dengan tuntutan kemampuan profesional tenaga
edukatif pada jenjang pendidikan tinggi, yaitu: 1) para tenaga edukatif harus menyesuaikan diri dengan organisasi pendidikan tinggi, di mana mereka
sebelumnya berada pada organisasi pendidikan menengah, 2) para tenaga edukatif harus menyesuaikan dengan situasi belajar mengajar yang non-konvensional, karena UT memiliki tipikal Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang berbeda
dengan lembaga pendidikan konvensional, 3) para tenaga edukatif harus dapat
menyesuaikan diri dengan tuntutan tridharma perguruan tinggi sebagai
konsekuensi tugas tenaga edukatif pada jenjang pendidikan tinggi dan 4) para
tenaga edukatif PGSD UT masih banyak yang tidak dapat melaksanakan KBM (tutorial) karena belum ada kesempatan, sebagai akibat kebijakan pihak Kanwil
setempat.
Sejalan dengan tuntutan dan kebutuhan pengembangan personil, maka
pihak UT melalui FKIP memiliki program yang diarahkan pada upaya
pengembangan kemampuan profesional tenaga edukatif yang berlatar belakang alih
edukatif pada jenjang pendidikan tinggi. Lebih jauh, melalui program ini para tenaga edukatif diharapkan mampu memahami tuntutan organisasi dan mampu memberikan sumbangan kemampuan yang optimal. Organisasi lembaga
pendidikan tinggi memiliki kriteria tertentu bagi tenaga edukatifnya, yang kesemuanya mengacu pada Tridharma Perguruan Tinggi, yaitu tugas pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan ilmu serta pengabdian pada
masyarakat.
Hal di atas sejalan dengan latar belakang konsep pengembangan personil
pada lembaga pendidikan yang dikemukakan oleh William B. Castetter (1981:322) yang digambarkan sebagai berikut:
GAMBAR 1.1
FAKTOR-FAKTOR YANG TERLIBAT DALAM PENGEMBANGAN PERSONIL
Perfonnayaag Dibattft&aa
X
Kebututiaii 111
Sasaran PerfooaaT
Reagan* P^ogaabangad TJmtPrograms Evalwasi}
>
J
>
J
J
Sumber: William B. Castetter (1981:322)
iPasgeiafauaB, left&rsGafp&g dan#3p
mc
1
]
jtaca^etked &seip&g%a" "..
1
... Peogatetaaoyaagjfttfesaaitwa&fe MKqgMria^a!^^
Dari gambar 1.1 tersebut dapat diketahui bahwa latar belakang dilaksanakannya program pengembangan personil adalah: 1) kebutuhan akan performa personil, meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap yang diperlukan untuk mencapai performa personil yang efektif, 2) kebutuhan pengembangan
personil, yaitu meningkatkan performa personil untuk mengantisipasi perannya, 3) Adanya sasaran-sasaran performa, yaitu sebagai upaya untuk memperkecil kesenjangan antara harapan dan kenyataan performa yang ditunjukkan, 4) Adanya Rencana Pengembangan, yaitu untuk memperkecil kesenjangan performa, 5)
Adanya unit program pengembangan, yaitu upaya menciptakan pengalaman untuk mengaitkan rencana pengembangan operasionalisasi unit-unit dan rencana
pengembangan pola pengajaran. Dengan demikian program pengembangan kemampuan profesional tenaga edukatif PGSD-UT eks guru SPG dan SGO
dilatarbelakangi oleh beberapa hal yang dikemukakan tersebut.
Program pengembangan tersebut secara khusus sejalan dengan berbagai tuntutan kemampuan prrofesional yang diharapkan n(ideal) dari seorang tenaga edukatif secara terarah dan terpadu. Akan tetapi karena penyelenggaraan program PGSD-UT di Indonesia juga menghadapi masalah geografis, maka upaya pengembangan tenaga edukatif tersebut perlu komitmen dari berbagai pihak, selain metode yang diterapkan juga harus terarah dan berkesinambungan. Dari hasil studi
pendahuluan, akibat jauhnya jarak dari tempat tenaga edukatif bertugas ke UPBJJ
sarana transportasi. Dengan demikian diindikasikan program pengembangan yang
dapat dijalankan di tingkat UPBJJ juga terhambat oleh hambatan geogarfis.
Di sisi lain para tenaga edukatif memeriukan upaya pengembangan yang
intensif dan efektif, guna meningkatkan kemampuan profesionalnya selaku tenaga
edukatif pada jenjang pendidikan tinggi. Sebagai gambaran mengenai program
pengembangan personil yang sudah dilaksanakan yaitu diuraikan oleh Agus
Rahmat melalui hasil penelitiannya yang dilaksanakan tahun 1992. Dari penelitian
tersebut diketahui bahwa dari hasil penataran (sebagai salah satu program
pengembangan personil) yang dilaksanakan ditemukan perbedaan-perbedaan yang
ada antara peserta penataran dari P. Jawa dan luar P. Jawa. Untuk itu menurut Agus
Rahmat diperlukan penyesuaian keluasan dan kedalaman materi yang disajikan.
Berdasarkan data empiris (Pada tabel 1.1), diketahui bahwa jumlah tenaga
edukatif PGSD-UT yang tersebar pada 26 UPBJJ di seluruh Indonesia adalah 436
orang, 52,75% (230 orang) diantaranya tersebar di Pulau Jawa. Berangkat dari
kondisi tersebut, melalui penelitian ini akan diungkapkan bagaimana pelaksanaan
program pengembangan kemampuan profesional tenaga edukatif PGSD-UT eks
guru SPG dan SGO akan bermanfaat bukan saja bagi pengembangan ilmu
manajemen personil pendidikan, tetapi juga bagi organisasi pendidikan secara
keseluruhan, khususnya dalam menginventarisasikan alternatif pengembangan
sumber daya manusia yang dimiliki melalui perwujudan kemampuan profesional
B. Masalah
1. Identifikasi Masalah
Penyelenggaraan program D2 PGSD Universitas Terbuka di tingkat regional secara operasional diselenggarakan oleh UPBJJ. Berdasarkan Diktum Ketiga SK dirjen Dikti No. 28/Dikti/Kep/1990, tentang tempat penyelenggaraan program D2 PGSD yang secara fisik terpisah dari kampus induk tetapi secara nyata
berperan sebagai suatu subsistem yang memiliki kewenangan dan mendekati
penerapan asas dekonsentrasi dalam manajemen pendidikan.
Salah satu permasalahan penting dalam manajemen program D2 PGSD-UT adalah kemampuan profesional dosen yang berlatar belakang guru SPG dan SGO yang dialihfungsikan ke dalam iklim organisasi pendidikan dan bersifat non reguler. Permasalahan tersebut, diduga salah satunya dapat diantisipasi dengan menerapkan pola pengembangan sumber daya manusia di lingkungan program D2 PGSD-UT. Program pengembangan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemampuan profesional yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan lembaga pendidikan tinggi.
Dari hasil studi pendahuluan ditemukan beberapa hal yang mempertegas permasalahan pokok di atas:
b. Sebagian besar tenaga edukatif program D2 PGSD-UT yang dialihfungsikan dari SPG dan SGO memiliki pangkat dan jabatan fungsional yang masih rendah serta menghadapi lingkungan baru yang berbeda dengan tempat tugas asal.
Sulitnya para tenaga edukatif untuk naik pangkat/golongan adalah diindikasikan
salah satu penyebabnya adalah karena sebagian besar bobot pekerjaan mereka adalah pekerjaan administratif.
c. Para tenaga edukatif menghadapi tugas mengajar yang berbeda, misalnya ketika mengajar di SPG/SGO mereka mengajarkan ilmu pendidikan dan olah raga, tetapi pada program D2 PGSD-UT mereka harus mengajarkan IPS, Geografi dan sebagainya.
d. Pendayagunaan tenaga edukatif pada program D2 PGSD-UT belum terarah sepenuhnya pada upaya pelaksanaan tridharma perguruan tinggi dan tugas pokok dosen lainnya. Bahwa sejak dialihfungsikan ke program D2 PGSD-UT masih ada tenaga edukatif yang belum pernah mengadakan penelitian, menulis karya ilmiah dan melaksanakan pengabdian pada masyarakat yang juga merupakan barometer kemampuan profesional tenaga edukatif pada perguruan
tinggi.
e. Para tenaga edukatif pada program D2 PGSD-UT banyak melakukan kegiatan administratif yang tidak memiliki nilai kredit point yang dapat disetarakan dengan unsur-unsur tridharma perguruan tinggi.
Kondisi di atas, menunjukkan adanya kesenjangan antara tugas pokok tenaga edukatif dan kemampuan profesional empiris yang dimiliki. Tuntutan tugas pokok tersebut ditetapkan berdasarkan SK Dirjen Dikti No. 48/DJ/Kep 1983 yaitu: 1) Pendidikan dan Pengajaran, 2) Penelitian dan pengembangan ilmu, 3)
Pengabdian pada masyarakat, 4) Pembinaan sivitas akademika, 5) Administrasi dan
Manajemen.
Di samping itu tenaga edukatif dituntut pula oleh kebutuhan pengumpulan
angka kredit. Bagi jabatan tenaga edukatifdi jenjang perguruan tinggi, angka kredit
bukan hanya merupakan indikator tingkat prestasi pelaksanaan tugas pokoknya, tetapi juga merupakan bentuk penghayatan yang digunakan sebagai salah satu persyaratan pengembangan karir sampai jenjang tertinggi dalam sistem
kepegawaian Pegawai Negeri Sipil. Secara yuridis kebijakan ini ditetapkan dalam
Keputusan Menpan No. 26/Menpan/1989.
Berdasarkan tuntutan kompetensi profesional yang mengacu pada tuntutan tugas pokok di atas, maka pihak UT, khususnya FKIP perlu untuk melaksanakan upaya pengembangan tenaga edukatif guna meningkatkan pemahaman mereka terhadap lingkungan dan tugas yang baru secara terarah dan berkesinambungan. Permasalahan yang lebih spesifik adalah bagaimana metode pengembangan yang telah dilaksanakan oleh FKIP-UT dalam rangka mencapai kompetensi profesional yang sesuai dengan tuntutan kemampuan profesional tenaga edukatif pada jenjang
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan fokus masalah di atas, maka berikut
ini dirumuskan masalah penelitian untuk mengarahkan pelaksanaan penelitian. Masalah pokok dalam penelitian ini adalah:
Bagaimanakah pola pelaksanaan pengembangan kemampuan dosen
program D-2 PGSD-UT dalam rangka penyesuaian sebagai tenaga edukatif
pada FKIP-UT ?
Dari masalah pokok di atas, selanjutnya dapat dirumuskan masalah-masalah khusus sebagai berikut:
a. Bagaimanakah pola pelaksanaan program pengembangan personil bagi dosen D-2 PGSD-UT yang berasal dari guru SPG dan SGO yang dialihfungsikan menjadi tenaga edukatif pada PGSD-UT melalui penataran ?
Pertanyaan ini dirinci menjadi:
1) Metode pengembangan apakah yang digunakan dalam penataran bagi dosen D-2
PGSD-UT ?
2) Apa yang menjadi tujuan program pengembangan personil melalui penataran
yang diterapkan oleh FKIP-UT bagi dosen D-2 PGSD UT?
3) Materi program pengembangan apakah yang ditetapkan oleh FKIP-UT melalui
4) Bagaimanakah pola pelaksanaan program pengembangan melalui penataran bagi
dosen D-2 PGSD-UT ?
5) Pola evaluasi apakah yang dipergunakan oleh FKIP-UT untuk menilai keberhasilan program pengembangan melalui penataran bagi dosen D-2 PGSD
UT?
b. Pola pelaksanaan program pengembangan personil apakah yang diterapkan melalui pendidikan formal bagi dosen D-2 PGSD UT yang berasal dari guru SPG dan SGO yang dialihfungsikan menjadi tenaga edukatif pada PGSD UT ? c. Pola pelaksanaan program pengembangan personil apakah yang diterapkan
melalui pendekatan informal bagi dosen D-2 PGSD UT ?
d. Pola pelaksanaan pengembangan personil apakah yang dilaksanakan melalui peningkatan kualitas sarana dan prasarana bagi dosen D-2 PGSD UT ?
e. Bagaimanakah gambaran pelaksanaan teknis program pengembangan kemampuan profesional dosen D-2 PGSD UT yang dilaksanakan di UPBJJ ? Pernyataan tersebut dirinci menjadi:
1) Program apa yang diterapkan dalam mengembangkan kemampuan profesional jarak jauh bagi dosen D-2 PGSD UT di UPBJJ ?
2) Program apa yang ditetapkan dalam mengembangkan kemampuan
profesional di tempat bagi dosen D-2 PGSD UT di UPBJJ ?
f. Bagaimanakah gambaran tentang kemampuan profesional dosen D-2 PGSD UT
sebelum dan sesudah mengikuti program pengembangan ? Pernyataan ini dirinci menjadi:
1) Bagaimanakah tingkat kemampuan mengajar para dosen D-2 PGSD UT sebelum dan sesudah mengikuti program pengembangan personil yang diselenggarakan oleh FKIP Universitas Terbuka ?
2) Bagaimanakah tingkat kemampuan penelitian para dosen D-2 PGSD UT sebelum dan sesudah mengikuti program pengembangan personil yang diselenggarakan oleh FKIP Universitas Terbuka ?
3. Bagaimanakah tingkat kemampuan dosen D-2 PGSD UT untuk melaksanakan pengabdian pada masyarakat sebelum dan sesudah mengikuti program pengembangan personil yang dieselenggarakan oleh FKIP UT ?
g. Model pengembangan personil apakah yang paling sesuai dengan kebutuhan program pengembangan personil bagi tenaga edukatif PGSD UT ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
berasal dari guru-guru SPG dan SGO yang dialihfungsikan sebagai tenaga edukatif
pada FKIP Universitas Terbuka.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah:
a. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis program pengembangan personil yang diselenggarakan oleh Universitas Terbuka dalam rangka penyesuaian tenaga edukatif program D2 PGSD-UT yang berasal dari guru SPG dan SGO yang
dialihfungsikan.
b. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kemampuan profesional dosen program D-2 PGSD yang berasal dari guru-guru SPG dan SGO yang dialihfungsikan menjadi tenaga edukatif pada program D2 PGSD-UT sebelum mengikuti program pengembangan personil yang diselenggarakan oleh
FKIP-UT.
c. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kemampuan profesional dosen program D-2 PGSD-UT yang berasal dari guru-guru SPG dan SGO yang
dialihfungsikan menjadi tenaga edukatif pada PGSD-UT setelah mengikuti
program pengembangan personil yang diselenggarakan oleh Universitas
Terbuka.
E. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan Penelitian ini di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai berikut:
a. Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi ilmu administrasi pendidikan, khususnya pengembangan personil dalam organisasi pendidikan, karena penelitian ini diharapkan mampu memberikan penjelasan disertai bukti-bukti empiris tentang pentingnya program pengembangan personil
bagi pencapaian tujuan organisasi.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut bagi
penelitian dan pengembangan ilmu yang berhubungan dengan ilmu administrasi pendidikan, khususnya administrasi personil pendidikan.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada semua pihak yang terlibat dalam pengelolaan lembaga pendidikan khususnya untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi personil-nya.
pelaksanaan program dapat menjadi sumber informasi yang penting bagi semua pihak yang terkait
E. Paradigma Penelitian
Fungsi dan permasalahan pengembangan personil dapat terjadi dalam setiap organisasi, termasuk organisasi pendidikan. Dengan demikian masalah pengembangan sumber daya manusia (personil) menjadi suatu masalah yang
sifatnya universal dan kompleks karena melibatkan berbagai pihak dan kepentingan. Kebutuhan akan pengembangan personil organisasi ini erat kaitannya dengan tuntutan kebutuhan organisasi sendiri baik yang sifatnya internal maupun
eksternal.
Guru SPG dan SGO yang dialihfungsikan sebagai tenaga edukatif pada program D2 PGSD-UT di Universitas Terbuka dituntut untuk dapat menguasai kemampuan profesional tertentu yang sejalan dengan tridharma perguruan tinggi. Tuntutan kemampuan tersebut meliputi:
a. Kemampuan mengajar, yaitu kemampuan tenaga edukatif untuk merencanakan
program perkuliahan, mengorganisasikan kegiatan perkuliahan,
mengorgani-sasikan peserta didik dan sebagainya. b. Kemampuan untuk melakukan penelitian
Model pelaksanaan program pengembangan personil sendiri dikemukakan
oleh William B. Castteter (1981:333) sebagai berikut:
GAMBAR 1.2
MODEL PENGEMBANGAN PERSONIL
Keterangan:
1 = Apa yang harus dipelajari (Isi); 1) Teori-teori, konsep-konsep, prinsip-prinsip, 2)aplikasi teori, konsep, prinsip, 3) Kombinasi 1) dan 2)
2 = Bagaimana isi tersebut dipelajari (metoda); 1) self-instruction, 2) tutorial, 3) Group instruction, 4) kombinasi 1), 2) dan 3)
3 = Fokus Program (settings); 1) on the job, 2) off the job, 3) kombinasi 1) dan 2) 4 = Partisipasi (pendekatan); 1) Formal Voluntary (resmi/sukarela) 2) formal
-compulsary (formal-resmi), 3) Informal - Voluntary (sukarela) 4) Informal-Compulsary (Informal-Wajib)
5 = Sumber-sumber daya untuk pelaksanaan program; 1) Sumber Daya Manusia, 2) Sumber Daya Non Manusia, 3) Kombinasi 1) dan 2)
Berdasarkan model di atas, maka pada dasarnya program pengembangan personil setidaknya mencakup kajian-kajian mengenai materi, metode, jenis program, pendekatan dan sumber-sumber yang dapat digunakan.
aMengontrakkan kegiatan pelatihan kepada institusi lain atau mengirimkan karyawannya untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan di luar organisasi mereka. Dalam hal ini unit pengembangan staf harus memiliki seseorang yang mampu mengidentifikasi institusi pendidikan dan pelatihan yang dibutuhkan, mampu melaksanakan negosiasi serta mampu memonitor dan mengevaluasi pelayanan mereka.
bMenyelenggarakan pelatihan sendiri, dengan memakai tenaga dari luar
organisasi, dari dalam organisasi atau kombinasi dari keduanya. Untuk
kepentingan penyelenggaraan pelatihan tersebut unit pengembangan staf harus mampu mengidentifikasi para pakar yang diperlukan.
Berkenaan dengan sistem kepegawaian, alur organisasi, kompensasi/reward maka kebijakan-kebijakan pengembangan personil tersebut telah mulai dirintis melalui Penataran Pelatihan Kemampuan (PPK) yang diselenggarakan selama
kurang lebih 1 bulan (pada tahun 1991). Pola pengembangan tersebut cenderung bersifat statis dan kontekstual serta waktunya relatif singkat. Sedangkan kebijakan
mengenai sistem kerja (termasuk tuntutan kemampuan profesional) sifatnya lebih
dinamis dan perlu metode pengembangan yang lebih terencana, terpadu, bertahap dan berkesinambungan. Alasan untuk dilaksanakannya pengembangan personil
tersebut didukung oleh kondisi sistem belajar mengajar di Universitas Terbuka
yang memiliki tipikal berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya, sehingga
program pelatihan yang diselenggarakan perlu dievaluasi dan ditelaah efektivitasnya.
yang dialihfungsikan sebagai tenaga edukatif pada PGSD-UT di wilayah Jawa
Barat dan DKI Jakarta.
Dengan demikian paradigma penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
GAMBAR 1.3
PARADIGMA PENELITIAN
Guru SPG dan SGO
yang dialifungsikan menjadi
tenaga Edukatif PGSD UT
Kemampuan Profesional;
L Pendidikan dan Pengajaran
2. Peae&iaa
3. Pengabdian pada masyarakat
TUTOR
Program Pengembangan Personil UT:
PPK
Penataraan Penelitian Pendidikan Formal Pendidikan Non formal Sarana dan Prasarana
Evaluasi
Kemampuan Profesional:
Pendidikan dan Pengajaran
Penelitian
Pengabdian pada Masyarakat (sebelum & sesudah mengikuti
program pengembangan)
Model Pengembangan Personil
F. Asumsi
Sebagai titik tolak dalam menelaah permasalahaan penelitian dikemukakan asumsi-asumsi yang mendukung. Berikut ini dikemukakan yang mendasari teori pengembangan personil dari William B Castteter (1981) sebagai berikut:
1. Efektivitas sistem terletak pada kompetensi setiap anggotanya. Efektivitas individual dapat ditingkatkan melalui kesempatan yang disediakan oleh sistem
untuk mengembangkan kapabilitas yang masih belum tampak.
2. Pengembangan adalah kebutuhan bagi semua personil yang sifatnya berkelanjutan, mulai dari individu bekerja sampai pensiun. Pengembangan
personil adalah aktivitas yang berlangsung terus menerus.
3. Suatu sistem merupakanuniversitas kecilyang menyediakan kesempatan untuk berkembang melalui pengalaman dalam beberapa program yang diikuti oleh
personil.
4. Tujuan utama dari program pengembangan adalah agar sistem lembaga pendidikan mampu mencapai tujuannya. Tujuan lain adalah untuk membimbing personil agar mereka dapat meningkatkan efektivitas pekerjaannya.
6. Kesenjangan antara tujuan yang ingin dicapai dan apa yang sesungguhnya dapat
ditanggulangi dengan menetapkan program pengembangan personil.
Berdasarkan asumsi-asumsi di atas, maka konsep yang mendasari penelitian
ini adalah:
1. Tenaga edukatif merupakan satu-satunya sumber daya manusia yang berpontensi
untuk dikembangkan.
2. Perkembangan organisasi dan lingkungannya harus diantisipasi dengan pengembangan personil yang seimbang agar tidak terjadi kesenjangan yang
mengganggu stabilitas organisasi.
3. Program pengembangan personil merupakan kebijakan organisasi yang harus
didukung oleh semua pihak agar berjalan secara efektif dan efisien.
4. Pengembangan personil edukatif di perguruan tinggi harus mengacu pada
tuntutan tugas yang berlaku di perguruan tinggi.
5. Pimpinan unit organisasi memiliki peranan penting dalam mendukung program
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis yang didukung oleh
hasil pengolahan data kualitatif. Penggunaan metode dan pendekatan ini berangkat
dari tujuan pokok penelitian yaitu, untuk mendeskripsikan dan menganalisis pola
kebutuhan pengembangan tenaga edukatif dan pelaksanaannya di lingkungan Program D2 PGSD-FKIP Universitas Terbuka. Dengan kata lain, bertujuan untuk memperoleh pemahaman dan pengertian tentang suatu peristiwa atau perilaku
manusia yang ingin tumbuh dan beradaptasi dengan lingkungan kerjanya.
Metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai pada pengumpulan data, tetapi
meliputi analisis dan interpretasi tentang arti data itu, membandingkan persamaan dan perbedaan fenomena tertentu (Winarno Surakhmad, 1990:139). Sejalan dengan
hal tersebut, Stephen Isaac (1982:46) mengatakan maksud penelitian deskriptif
adalah: is To describe systematically the facts and characteristics of a given population or area of interest, factually and accuratelly .
Penelitian dengan pendekatan kualitatif sering juga disebut dengan metode etnografik, metode fenomenologis atau metode naturalistik. Penelitian kualitatif mempunyai ciri-ciri:
1. Data diambil langsung dari setting alami (nature setting)
2. Penentuan sampel secara purposive.
4. Penelitiannya lebih menekankan pada proses dari pada produk atau hasilnya,
sehingga bersifat deskriptif analitik.
5. Analisis data secara induktif atau interpretasi bersitat idiografik.
6. Mengutamakan makna (meaning) dibalik data. (Bogdan dan Bilken, 1982:27-30,
Nasution, 1980: 9-12)
Melalui karakteristik pertama, pihak peneliti berperan sebagai penggali data
atau informasi (human instrument) langsung dari nara sumber tanpa memberikan
perlakuan (treatment) seperti pada penelitian eksperimen. Tujuan pendekatan semacam ini adalah agar dapat diperoleh suatu gambaran tentang fenomena sosial,
dalam hal ini adalah tindakan pimpinan dan lembaga dalam melaksanakan program
pengembangan personil. Tindakan tersebut sejalan dengan anjuran Philips
(1967:17), yang menyatakan bahwa:Approaches to be used in studying social
phenomena should be closely related and refer to the real condition where the
phenomena exist (Pendekatan yang dipergunakan dalam fenomena studi sosial
sebaiknya benar-benar dekat dan memperhatikan kondisi di mana fenomena tersebut benar-benar ada).
Karakteristik kedua, mengisyaratkan bahwa pengambilan sampel harus disesuaikan dengan tujuan penelitian. Dengan demikian berarti jumlah sampel sangat tergantung pada pertimbangan kelengkapan informasi atau data yang dibutuhkan. Sejalan dengan itu Nasution (1988:32-33) mengatakan bahwa untuk
reduksi, ketuntasan atau kejenuhan; maksudnya bahwa dengan menggunakan
responden selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru
yang berarti.
Sedangkan karakteristik yang ketiga, pengambilan data dilakukan langsung
oleh peneliti, yakni menempatkan peneliti sebagai instrumen pokok dalam penelitian
ini. Dengan demikian instrumen diharapkan mempunyai adaptabilitas yang tinggi;
bisa menyesuaikan diri dengan situasi yang cenderung berubah-ubah, dapat memperhalus pertanyaan-pertanyaan yang berguna untuk mencapai tujuan.
(Nasution, 1988:54 55).
Dengan karakteristik berikutnya, data yang dikumpulkan dalam penelitian ini cenderung berbentuk uraian kata daripada angka-angka; demikian juga hasil analisisnya (Miles dan Hubermen, 1984:15). Dengan demikian berarti laporan hasil penelitian kaya dengan deskripsi dan penjelasan serta analisis tentang aspek-aspek
masalah yang menjadi fokus penelitian. Walaupun demikian bukan berarti bahwa dalam penelitian kualitatif sama sekali bebas dari laporan yang berbentuk
angka-angka tadi.
Fokus penelitian ini meliputi keseluruhan karakteristik dan unsur-unsur yang
menyangkut penyelenggaraan program D2 PGSD-UT, guru SPG dan SGO yang
dialihfungsikan sebagai tenaga edukatif pada PGSD-UT di Bandung, Bogor dan
DKI Jakarta. Sedangkan yang menjadi unit analisis adalah program pengembangan
yang telah diterapkan oleh FKIP-UT dan kemampuan profesional para guru SPG dan
SGO yang dialihfungsikan sebagai tenaga edukatif pada PGSD-UT di Bandung,
Bogor dan DKI Jakarta.
Penyebaran unit analisis ditetapkan berdasarkan program D2 PGSD
UPBJJ-UT yang ada di Bandung, Bogor dan DKI Jakarta, sebagaimana diuraikan pada tabel
berikut:
TABEL 3.1
UNIT ANALISIS DAN SAMPEL PENELITIAN
No. Lokasi UPBJJ Tenaga Edukatif Sebagai Unit Analisis
Jumlah Unit Analisis
1 Bandung 21 21
2 Bogor 17 17
3 DKI Jakarta 28 28
Jumlah 66 66
Sumber: Hasil StudiPendahuluan pada UT(1995)
Selain tenaga edukatif sebagai unit analisis dilakukan pula telaah atas
program pengembangan personil bagi guru-guru SPG dan SGO yang
(Wawancara) dilakukan dengan nara sumber yakni: Pimpinan UPBJJ dan dosen
(tenaga edukatif dari D2 PGSD UT). Selain itu dilakukan pula observasi. Observasi
ini ditujukan untuk melengkapi informasi dari wawancara, dan sekaligus melakukan
recheckatau triangulasi.
Adapun komunikasi tidak langsung dilakukan studi dokumentasi. Sebagai
alat pengumpul data digunakan pedoman studi dokumentasi.
D. Pelaksanaan Penelitan
Tahap-tahap dalam penelitian kualitatif tidak mempunyai batas-batas yang
tegas, namun secara garis besar dapat dibedakan menjadi: l)tahap orientasi, 2) tahap
eksplorasi dan 3) tahap member check (Lincoln dan Guba, 1985:233-236, Nasution,
1988:33). Dengan demikian penelitian ini mengikuti prosedur seperti itu, yakni
sebagai berikut:
1. Tahap Orientasi
Dilaksanakannya tahap ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang
lengkap dan jelas mengenai masalah yang hendak diteliti. Tahap ini dilakukan untuk memantapkan desain dan menentukan fokus penelitian serta nara sumbernya. Pelaksanaan tahap orientasi dari bulan Maret sampai dengan Desember 1995,
bersamaan dengan penyusunan desain penelitian dengan bantuan dosen
pembimbing.
Pada tahap ini dilakukan kunjungan secara informal dengan menghubungi
pihak Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Terbuka dan UPBJJ di lingkungan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Tujuannya adalah untuk
Adapun komunikasi tidak langsung dilakukan studi dokumentasi. Sebagai
alat pengumpul data digunakan pedoman studi dokumentasi.
D. Pelaksanaan Penelitan
Tahap-tahap dalam penelitian kualitatif tidak mempunyai batas-batas yang
tegas, namun secara garis besar dapat dibedakan menjadi: l)tahap orientasi, 2) tahap eksplorasi dan 3) tahap member check (Lincoln dan Guba, 1985:233-236, Nasution, 1988:33). Dengan demikian penelitian ini mengikuti prosedur seperti itu, yakni
sebagai berikut:
1. Tahap Orientasi
Dilaksanakannya tahap ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang lengkap dan jelas mengenai masalah yang hendak diteliti. Tahap ini dilakukan untuk memantapkan desain dan menentukan fokus penelitian serta nara sumbernya. Pelaksanaan tahap orientasi dari bulan Maret sampai dengan Desember 1995, bersamaan dengan penyusunan desain penelitian dengan bantuan dosen
pembimbing.
2. Tahap Eksplorasi
Pada tahap ini dilakukan proses penelitian yang sesungguhnya, yakni
mengumpulkan data sesuai dengan fokus dan tujuan penelitian yang telah
ditetapkan. Pelaksanaannya setelah diberi rekomendasi atau ijin penelitian dari pihak
yang berwenang, dalam hal ini adalah IKIP Bandung dengan surat ijin dari
Pembantu Rektor I yang bertanggung jawab dalam bidang akademik.
Pengumpulan data atau informasi dilakukan dengan wawancara kepada para
nara sumber sesuai dengan tujuan atau secara purposif random dengan menggunakan pedoman wawancara yang tujuannya agar wawancara dapat berlangsung secara terarah dan mencapai tujuan yang diharapkan. Untuk memperkuat pemahaman
permasalahan penelitian dilakukan pula observasi dan studi dokumentasi. Kedua
aktivitas tersebut juga berguna untuk melengkapi data yang terkumpul sekaligus
untuk mengecek atau triangulasi
Dalam tahap eksplorasi ini juga sekaligus dilakukan analisis, yakni dengan
cara mereduksi data atau informasi, dengan menyeleksi catatan lapangan yang ada
dan merangkum hal-hal penting secara sistematis agar dapat ditemukan tema atau
polanya. Dengan cara ini dapat mempermudah peneliti untuk mempertajam
gambaran tentang fokus penelitian.
Langkah - langkah dalam tahap ini adalah sebagai berikut:
a. Menguhubungi Dekan FKIP, pimpinan UPBJJ dan tenaga edukatif untuk
mengadakan wawancara dengan pedoman yang telah disusun. dan menggunakan
fasilitas bantu lainnya.
b. Mengadakan sfudi dokumentasi sambil membuat catatan sekitar data yang
diperlukan, yang relevan dengan permasalahan.
c. Mengadakan observasi terhadap kegiatan pelaksanaan tugas tridharma perguruan
tinggi, yaitu meliputi: 1) pendidikan dan pengajaran, 2) penelitian, dan
3) pengabdian pada masyarakat
d. Setelah data terkumpul, kemudian diolah dan dianalisis secara kualitatif dengan
dukungan berbagai konsep teori atau hasil kajian kepustakaan.
3. Tahap Member Check
Tahap ini dimaksudkan untuk mengecek kebenaran dari informasi-informasi
yang telah dikumpulkan agar hasil penelitian dapat lebih dipercaya. Pengecekan
informasi ini dilakukan setiap kali peneliti selesai wawancara, yakni dengan
Selanjutnya untuk lebih memantapkan perolehan informasi dari wawancara,
dilakukan pula observasi dan studi dokumentasi serta triangulasi kepada responden
maupun nara sumber lainnya yang kompeten seperti, Bagian Pengembangan Sumber
Daya Manusia dan Bagian Akademik. Sesuai dengan kondisi tersebut, maka
pelaksanaan member check ini dilakukan seiring dengan tahap eksplorasi.
E. Prosedur Analisis Data
Analisis dan interpretasi dilakukan dalam rangka memahami dan
memberikan makna bagi data yang dikumpulkan. Karakteristik tersebut menjadi ciri
dari penelitian kualitatif, di mana analisis data dilakukan secara terus menerus semenjak data awal dikumpulkan hingga penelitian selesai. Adapun proses
interpretasi atau penafsiran dilakukan dengan mengacu kepada rujukan teoritis yang
berhubungan dengan permasalahan penelitian.
Nasution (1988:129-130) serta Miles dan Huberman (1984:21)
mengemukakan tentang pelaksanaan analisis data. Pelaksanaan analisis dilakukan
dengan mengikuti prosedur sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Reduksi data dilakukan dengan meringkas kembali catatan lapangan dengan
memilih hal-hal yang pokok atau penting, yakni yang berkaitan dengan
Hal-hal pokok yang diperoleh dari reduksi data selanjutnya dirangkum dalam susunan yang lebih sistematis agar dapat diketahui tema dan polanya. Untuk memudahkan pola ini maka penelitian disajikan dalam bentuk matriks hasil penelitian.
3. Kesimpulan dan Verifikasi
Dari pola yang tampak dalam display data tersebut selanjutnya dapat ditarik suatu kesimpulan sehingga data yang dikumpulkan memiliki makna. Proses analisis dilakukan semenjak data awal dikumpulkan. Oleh karena itu kesimpulan yang ditarik pada awalnya bersifat sangat tentatif atau masih kabur. Dengan demikian untuk menetapkan kesimpulan tersebut lebih berakar, maka verifikasi dilakukan dengan maksud untuk menjamin tingkat kepercayaan hasil penelitian sehingga
prosesnya berlangsung sejalan dengan 'member check, triangulasi dan audit trail'.
F. Signifikansi Hasil Penelitian
Tingkat kebermaknaan proses maupun produk suatu penelitian kualitatif
1. Kredibilitas
Kredibilitas
merupakan ukuran tentang
kebenaran data yang
dikumpulkan, yang dalam penelitian kuantitatif disebut validitas internal.
Kredibilitas dalam penelitian kualitatif menggambarkan kecocokan konsep
peneliti dengan konsep yang ada pada responden atau nara sumber. Beberapa
langkah yang perlu dilakukan agar kondisi tersebut tercapai adalah:
a. Triangulasi
Triangulasi adalah pengecekan kebenaran data dengan membandingkan
data yang diperoleh dengan data dari sumber lain. Seperti diketahui, nara
sumber dalam penelitian ini adalah pimpinan UPBJJ dan tenaga edukatif,
yang saling terkait secara vertikal. Oleh karena itu dalam mencari data atau
informasi dari seorang nara sumber, sekaligus dilakukan pengecekan data atau
informasi dari nara sumber lain. Misalnya pada waktu wawancara untuk
menggali informasi dari para tenaga edukatif, sekaligus pula digunakan untuk
mengecek kebenaran informasi dari pimpinan UPBJJ secara internal yang
bersifat vertikal.
b. Penggunaan Bahan Referensi
Tahap ini dilakukan dengan menggunakan hasil rekaman tape recorder
tentang informasi yang diberikan oleh nara sumber sekaligus dapat memahami
konteks pembicaraannya, sehingga diupayakan untuk memperkecil kekeliruan
yang terjadi.
c. Member Check
Member check adalah tahap untuk melakukan konfirmasi kepada nara
sumber pada setiap akhir wawaneara. Hal ini dilakukan dengan maksud
apabila ada kekurangan dapat ditambah dengan data atau informasi baru yang
relevan.
2. Transferabilitas (Validitas Ekstemal)
Dalam' penelitian kuantitatif, kriteria ini disebut dengan validitas
ekstemal, yaitu tingkat aplikasi dan penggunaan hasil penelitian. Dengan kata
lain, transferabilitas adalah berkaitan dengan generalisasi.
Nasution (1988:118) mengemukakan bahma 'bagi penelitian kualitatif,
transferabilitas bergantung pada si pemakai, yakni hingga manakah hasil
penelitian itu dapat mereka gunakan dalam konteks dan situasi tertentu.
3. Dependabilitas dan Konfirmabilitas
Dependabilitas diartikan sejajar dengan reliabilitas dalam penelitian
kuanlitatif, yang dimaksudkan untuk membahas konsistensi suatu penelitian.
Dependabilitas dalam hal ini menguji apakah penelitian ini dapal diulangi atau
direplikasikan
dengan
menemukan
hasil
yang
sama.
Sedangkan
konfirmabilitas, sehubungan dengan objektivitas hasil penelitian.
Sebagaimana kita ketahui bahwa situasi sosial pada hakekatnya bersifat
unik dan tidak direkonstruksi sepenuhnya seperti semula, oleh karena itu
sangat sulit mengukur konsistensi hasil penelitian, khususnya tentang
pengembangan tenaga edukatif. Dengen demikan, untuk menjaga kebenaran
dan objektivitas hasil penelitian diakukan 'audit trail', yakni dengan
melakukan pemeriksaan guna meyakinkan bahwa hal-hal yang dilaporkaan
memang demikian dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Mencatat dan merekam selengkap mungin hasil wawancara, observasi
maupun studi dokumentasi sebagai data mentah guna kepentingan analisis
selanjutnya.
b. Membuat penafsiran atau kesimpulan sebagai hasil sintesis data
c. Melaporkan seluruh proses penelitian dari sejak pra survey dan penyusunan
desain sampai pengolahan data, sebagaimana yang digambarkan dalam
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
Bab ini mengemukakan beberapa kesimpulan, implikasi dan saran yang
didasarkan atas hasil serta temuan penelitian berdasarkan analisisnya, yakni
yang berkenaan dengan program pengembangan kemampuan profesional dosen
D2 PGSD Universitas Terbuka yang sudah dilaksanakan pada obyek penelitian,
yaitu UPBJJ Jakarta, Bogor dan Bandung. Kajian tersebut diarahkan pada
program pengembangan kemampuan profesional yang telah dilaksanakan yang
dilatarbelakangi oleh tipikal organisasi serta pola penyelenggaraan belajar dan
mengajar di lingkungan Universitas Terbuka. Selain itu kajian ini juga mencoba
mengungkapkan kondisi proses pengembangan kemampuan dosen D2 PGSD
dan hasil-hasil umum yang telah dicapai sampai dengan tahun 1995 yaitu
kurang lebih lima tahun setelah pelaksanaan program alih fungsi.
Kesimpulan di sini merupakan pemaknaan secara terpadu terhadap
seluruh hasil penelitian, yakni kondisi proses pengembangan kemampuan
profesional dosen D2 PGSD itu sendiri, khususnya yang sudah dilaksanakan di
UPBJJ Jakarta, Bogor dan Bandung. Implikasi merupakan ekses dari hasil
penelitian yang menuntut pihak-pihak terkait dalam penelitian ini untuk
berpartisipasi dalam upaya pengembangan kemampuan profesional dosen D2
PGSD UT secara optimal.
A. Kesimpulan
Pengembangan kemampuan profesional dosen D2 PGSD Universitas
Terbuka dapat dijadikan kajian yang bermakna untuk menghasilkan model
pengembangan kemampuan profesional dosen yang sesuai dengan situasi dan
kondisi lingkungannya. Secara rinci pokok kesimpulan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Program Pengembangan Kemampuan Profesional Bagi dosen D2 PGSD
UT Yang Telah Dilaksanakan Oleh Universitas Terbuka
a. Program Pengembangan Melalui Penataran 1)PPK
Program PPK dilaksanakan untuk memberikan penyesuaian
kemampuan dalam hal ini adalah suatu usaha nyata untuk meningkatkan
pengetahuan dan keahlian seseorang. Upaya ini merupakan peningkatan
kewenangan dasar untuk keberhasilan profesi. Dengan demikian seseorang
yang diberi tambahan kewenangan dasar dalam salah satu bidang studi
merupakan awal dimilikinya kemampuan profesional dalam bidang studi
tersebut.
Pada dasarnya terdapat empat kategori yang perlu dipelajari dari
penataran yakni meliputi: kenyataan, konsep, prosedur dan prinsip. Oleh sebab
itu apabila diperoleh suatu penyampaian ilmu dari suatu penataran baik yang
diperoleh penafsiran yang benar. Dalam menyesuaikan kemampuan dirinya para
peserta PPK ini diharapkan mampu memahami informasi-informasi yang
diperolehnya dari segala ranah yang ada padanya. Lebih jauh PPK tersebut
merupakan sarana untuk terjadinya suatu pengalaman baru yang dapat
meningkatkan kualitas pengetahuan, sikap dan tindakan selaku tenaga edukatif
yang profesional.
PPK yang diselenggarakan pada dasarnya memberikan bekal kepada para
tenaga edukatif dalam rangka mengadaptasikan dirinya pada situasi baru yang
lebih kompleks. Setelah penyesuaian tersebut diharapkan tenaga edukatif
tersebut mampu mengembangkan kemampuan dirinya secara optimal.
Mengingat pentingnya PPK sebagai dasar pengembangan kemampuan
profesional tenaga edukatif pada program PGSD UT, maka peran penatar juga
dinilai sangat menentukan. Peran penatar ikut menentukan berhasil tidaknya
proses penataran.
Sesuai dengan ketetapan dalam Term Of Reference (TOR) yang
disetujui. Penataran ini diselenggarakan dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu
mempersiapkan dosen PGSD UT dan sesuai pula dengan TOR, maka materi
penataran mencakup program umum, program khusus, pengelolaan akademik
Program Penyetaraan Tatap Muka dan PPL. Secara garis besar materi ini
dikembangkan oleh Tim Penatar dari masing-masing LPTK ketika mengikuti
2) Penataran Kemampuan Penelitian
Program pengembangan kemampuan penelitian ini memang secara
khusus digalakkan di lingkungan Universitas Terbuka, selain diberikan melalui
kursus tertulis juga diberikan melalui penataran-penataran insidental yang
pesertanya juga berasal dari tenaga edukatif alih fungsi.
Berdasarkan materi yang diberikan. konteks penelitian di lingkungan Universitas
Terbuka secara garis besar dibagi dalam tiga kelompok kategori penelitian
yaitu: 1) Penelitian Kelembagaan, 2) Penelitian Keilmuan dan 3) Penelitian
Kebijakan. Secara visual pengembangan masalah topik penelitian dari berbagai
sumber yang diterapkan pada Universitas Terbuka dapat dilihat pada gambar 4.
Selain memberikan penataran-penataran yang berkaitan dengan
pengembangan kemampuan profesional tenaga edukatif di lingkungan
perguruan tinggi, secara khusus pihak UT juga memberikan peluang kepada
yang berminat dan mampu untuk melanjutkan pendidikan. Pendidikan lanjutan
yang berhak diikuti oleh para tenaga edukatif sifatnya formal dan mengacu pada
kebutuhan lembaga secara keseluruhan.
b. Program Pengembangan Melalui Pendidikan Formal
Khusus untuk tenaga edukatif PGSD UT diberikan kesempatan untuk
melanjutkan pendidikan ke SI ke 2. Program pendidikan SI ke 2 bagi dosen
PGSD langsung dibawahi oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Adapun
1) Bahwa untuk dapat menunjang pengadaan dan penyetaraan guru sekolah
dasar, diperlukan tenaga akademik yang mempunyai kualifikasi yang
disyaratkan.
2) Bahwa tenaga akademik yang tersedia, ternyata masih belum memenuhi
kualifikasi yang disyaratkan.
3) Bahwa sehubungan dengan butir b di atas, diperlukan penetapan
pembentukkan Program Studi Pendidikan Matematika, Bahasa Indonesia.
Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial.
Berdasarkan surat keputusan di atas Direktur Jenderal Pendidikan
Tinggi mengeluarkan beberapa surat keputusan tentang pembentukkan program
studi pendidikan IPA Sekolah Dasar jenjang S 1 . Adapun keputusan tersebut
berisi:
1) Membentuk Program Studi Pendidikan IPA Sekolah Dasar pada IKIP
Padang, IKIP Bandung dan IKIP Ujung Pandang.
2)Membentuk Program Studi Pendidikan Bahasa Sekolah Dasar pada IKIP
Malang.
3) Membentuk Program Studi Pendidikan IPS Sekolah Dasar pada IKIP
Bandung
4) Membentuk Program Studi Pendidikan Matematika Sekolah Dasar dan
5) Biaya penyelenggaraan dan pengelolaan Program studi pendidikan
dibebankan kepada anggaran Departemen Pendidikan dan kebudayaan atau
anggaran lain yang relevan.
Dengan demikian program pendidikan SI ke 2 bagi dosen-dosen PGSD
UT diberikan untuk memperkokoh dasar keilmuan para dosen sehingga mampu
menjalankan tugas secara profesional di tempat tugas. Dasar keilmuan yang
mantap dan kokoh tersebut dinilai sangat relevan dengan tuntutan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan peningkatan kualitas pendidikan
dasar di Indonesia.
Di samping program pendidikan SI ke 2 di atas, pihak UT juga memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya bagi mereka yang mampu dan mau melanjutkan
ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, misalnya Strata 2 sampai dengan Strata
3. Kesempatan untuk melanjutkan tersebut juga diberikan kepada tenaga edukatif
program D2 PGSD UT yang memenuhi syarat-syarat serta dinilai layak untuk
melanjutkan studi baik di dalam maupun di luar negeri
Adapun realisasi dari kesempatan untuk melanjutkan pendidikan bagi dosen D2
PGSD UT ke program pascasarjana adalah dengan adanya Keputusan dari
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan kebudayaan
Republik Indonesia tentang Pembentukan Program Studi jenjang S2 pada
beberapa LPTK yang ditunjuk.
Sehubungan dengan kesempatan yang diberikan untuk melanjutkan pendidikan
belum memanfaatkannya secara optimum. Hambatan utama yang dihadapi oleh
para tenaga edukatif dalam upaya mengikuti jenjang pendidikan S2 atau S3
adalah kurangnya penguasaan Bahasa Inggris dan kurangnya motivasi. Hal ini
diakui oleh tenaga edukatif yang sempat diwawancarai, di samping terbukti dari
hasil tes masuk S2 yang banyak mengalami kegagalan akibat kurangnya
kemampuan bahasa Inggris baik secara pasif maupun aktif. Padahal kemampuan
bahasa Inggris ini mutlak diperlukan bagi mereka yang akan melanjutkan ke
Program S2 atau S3
c. Program Pengembangan Melalui Program Informal
Program informal yang diidentifikasikan tersebut adalah adanya
pertemuan-pertemuan rutin dan insidental serta pengarahan dari kepala UPBJJ
pada setiap kesempatan. Pertemuan rutin yang diselenggarakan baik di UT
Pusat maupun UPBJJ dinilai sebagai sarana penting dalam memecahkan
permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh para dosen dalam menjalankan
tugas sehari-hari. Pertemuan rutin yang diadakan tersebut, jikadikaitkan dengan
ilmu administrasi pendidikan dapat menjadi kegiatan supervisi klinis atau
kegiatan gugus mutu yang secara rutin dapat mencegah terjadinya permasalahan
dalam pelaksanaan tugas yang semakin parah.
Sejalan dengan manfaat pertemuan bagi program pengembangan, maka
kunci keberhasilan dari pertemuan tersebut adalah pada kualitas komunikasi
Selain pertemuan rutin ada pula pertemuan insidental yang diadakan di
UT Pusat maupun UPBJJ. Pertemuan insidental tersebut biasanya merupakan
pertemuan
yang
diselenggarakan
sewaktu-etaktu
sehubungan
dengan
kepentingan tertentu. Program pengembangan informal lainnya, adalah dengan
memberikan wejangan atau pengarahan pada setiap kesempatan, misalnya pada
kesempatan upacara hari kesetiaan KORPRI setiap tanggal 17 atau upacara
hari-hari besar lainnya.
Kegiatan lain yang dapat digolongkan sebagai kegiatan pengembangan personil
in formal adalah kegiatan seminar-seminar yang diikuti oleh para dosen. Materi
seminar yang diikuti umumnya tentang pendidikan dan materi yang
berhubungan dengan disiplin ilmu tertentu. Jika dilihat dari frekuensinya
kegiatan seminar yang diikuti oleh para dosen dinilai sangat kurang, selain itu
para dosen yang mengikuti seminar tersebut juga cenderung pasif, karena hanya
sebagai pendengar saja. Pada dasarnya kegiatan seminar yang diikuti tersebut
dapat memberikan manfaat bagi kepentingan pengembangan personil edukatif.
d. Program Pengembangan Melalui Peningkatan Kualitas dan Kuantitas
Sarana Serta Prasarana
Sarana dan prasarana pendidikan sangat menunjang kelancaran
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, di suatu lembaga pendidikan dan
Universitas Terbuka. Khusus mengenai sarana perpustakaan dan buku-buku yang
tersedia di UT Pusat dan UPBJJ telah dimanfaatkan oleh para dosen, baik di baca
di tempat maupun dipinjam untuk dibawa ke rumah. Buku-buku memang erat
kaitannya dengan perpustakaan. Di UT Pusat sudah ada perpustakaan dengan
koleksi buku-buku yang cukup lengkap dan sejauh ini telah dimanfaatkan dengan
baik. Sedangkan kondisi perpusatakaan di UPBJJ Bogor dan Bandung relatif
belum lengkap dibandingkan dengan Perpustakaan di UPBJJ Jakarta. Akan tetapi
para dosen di ketiga UPBJJ (Jakarta, Bogor dan Bandung)
telah dapat
memanfaatkannya, khususnya untuk melengkapi referensi bahan mengajar dan
menyusun kepustakaan penelitian. Lebih jauh khususnya tentang kuantitas dan
kualitas buku yang tersedia serta minat baca dari para dosen yang berada jauh
dari lokasi Perpustakaan.
4. Pelaksanaan Teknis Program Pengembangan bagi Tenaga Edukatif
FKIP Universitas Terbuka Di UPBJJ
Secara umum pembinaan fungsional tenaga edukatif FKIP-UT di daerah
bertujuan untuk memberi kemudahan, berupa kesempatan, situasi, sarana,
proses dan dorongan yang memungkinkan para tenaga edukatif di daerah baik
sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama dalam- kelompok dapat
meningkatkan kemampuannya. Pada dasarnya tugas pengembangan personil di
lingkungan FKIP-UT sejalan dengan konsepsi tugas fungsional tridharma
Proses pengembangan fungsional tenaga edukatif FKIP-UTdi UPBJJ
melibatkan berbagai unsur berikut: 1) Universitas Terbuka Pusat, 2) Perguruan
Tinggi lain, 3) Pusat Sumber Belajar (PSB) termasuk Balai Sumber Belajar, 4)
Kelompok dosen UT pusat dan di daerah dan 5) Masyarakat dan lembaga lain
di daerah.
5. Hasil Evaluasi Terhadap Program Pengembangan Kemampuan
Profesional Dosen D2 PGSD UT
Berdasarkan kajian atas program pengembangan kemampuan
profesional dosen D2 PGSD Universitas Terbuka yang telah diselenggarakan
oleh pihak Univeritas terbuka, maka dapat dikemukakan hal-hal berikut:
a. Program pengembangan kemampuan pendididan dan pengajaran para dosen
melalui PPK dinilai cukup berhasil, baik dari segi materi maupun
penguasaan mata kuliah oleh dosen pasca penataran. Penyelenggaraan PPK
tersebut sejauh ini dinilai telah dapat menyentuh kebutuhan para dosen
untuk memiliki dasar keilmuan yang kuat sehingga memiliki bekal yang
cukup untuk melaksanakan tugas pendidikan dan pengajaran di perguruan
tinggi.
b. Pemanfaatan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan- ke jenjang S2 dan
S3 belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Lain halnya dengan program
SI ke 2, sejauh ini terus berjalan dan umumnya para dosen dapat mengikuti
yang berhasil menempuh pendidikan pada program pasca sarjana adalah
akibat kurangnya informasi, kurangnya motivasi dan kurangnya kemampuan
dalam berbahasa Inggris.
c. Program pengembangan yang dilaksanakan secara informal sejauh ini
keberhasilannya belum merata. Hal tersebut terjadi karena pada
UPBJJ-UPBJJ yang jauh dari domisili dosen jarang sekali dikunjungi dosen, kecuali
untuk kepentingan-kepentingan tertentu. Bahkan sampai ini masih ada dosen
yang tidak melapor ke kantor UPBJJ dalam 3 (tiga) bulan terakhir. Kondisi
tersebut dapat terjadi karena hambatan geografis maupun rendahnya tingkat
kedisiplinan dosen.
d. Kemampuan profesional dosen sebelum dan sesudah mengikuti program
pengembangan dapat digambarkan sebagai berikut:
1) Kemampuan pendidikan
dan
pengajaran
sesudah mengikuti program
pengembangan dinilai lebih baik daripada sebelum mengikuti program
pengembangan tersebut. Jika menelaah potensi yang dimiliki oleh para dosen
untuk melaksanakan tugas pendidikan dan pengajaran, maka para dosen D2
PGSD UT hanya perlu menyesuaikan dengan tipikal belajar mengajar di UT
khususnya dan pola pendidikan dan pendaftaran di perguruan tinggi pada
umumnya. Berkaitan dengan tugas pendidikan dan pengajaran, permasalahan
yang ditemukan di lapangan adalah bahwa para dosen D2 PGSD UT justru
tidak memperoleh kesempatan untuk melakukan kegiatan pendidikan dan
kemampuan profesional dalam pendidikan dan pengajaran yang diberikan
ternyata belum dimanfaatkan secara optimal, karena masih ada dosen yang
'menganggur'. Dengan demikian masalah pokok yang dihadapi dalam
pengembangan kemampuan profesional dalam bidang pendidikan dan
pengajaran adalah justru kesempatan mengajar itu sendiri yang belum merata.
2) Kemampuan penelitian sesudah mengikuti program pengembangan tidak
begitu berbeda dengan saat sebelum mengikuti program pengembangan.
Dengan kata lain program pengembangan untuk bidang penelitian sejauh ini
masih belum dapat dikatakan berhasil memenuhi tuntutan kemampuan
penelitian yang diharapkan. Temuan kasus pada bidang pengembangan
kemampuan penelitian oleh para dosen D2 PGSD UT adalah belum
dirasakannya manfaat program pengembangan bidang penelitian secara
optimal. Kesimpulan tersebut berangkat dari berbagai pendapat dan keluhan
dari responden yang mengemukakan bahwa mereka merasa banyak
mengalami kesulitan dalam melaksanakan penelitian dan tidak memiliki
motivasi untuk melaksanakan penelitian tersebut. Ketidakmampuan untuk
melaksanakan penelitian tersebut bertitik tolak dari kurangnya pemantapan
kemampuan di bidang peneiitian yang selama ini diberikan. Menurut para
responden pemantapan kemampuan penelitian yang diberikan sampai saat ini
belum memadai untuk dijadikan landasan yang kuat dalam membentuk
Para responden umumnya merasa tidak mampu dan enggan melaksanakan
penelitian karena sulit dan tidak tahu bagaimana prosedur yang harus
ditempuh .
3) Kemampuan pengabdian masyarakat dan penunjangnya dari para dosen
PGSD UT dinilai tidak begitu jauh terbeda antara sebelum dan sesudah
program pengembangan dilaksanakan. Kemanapuan untuk melaksanakan
pengabdian masyarakat para dosen dalam hal ini belum mampu berkembang
secara optimal.
Kasus yang ditemukan sehubungan dengan pelaksanaan tugas pengabdian
pada masyarakat dan penunjangnya pada dasarnya terkait dengan kejelian
para dosen untuk merinci berbagai aktivitas pengabdian pada masyarakat dan
penunjangnya menjadi aktivitas yang menunjang terhadap perolehan kredit
point. Dalam hal ini, para dosen memang lebin banyak melakukan
aktivitas-kegiatan administratif yang tidak teridentifikasi sebagai aktivitas-kegiatan yang
memberikan nilai kredit tertentu. Masalah tersebut akan berdampak pada
proses kenaikan pangkat yang memeriukan rincian aktivitas yang relevan
dengan ketentuan Menpan No. 59/Menpan/87 .
4) Sejalan dengan gambaran kemampuan profesional di atas, maka dirasakan
akibatnya pada pengembangan karir dosen D2 PGSD UT, termasuk para
dosen yang berada di UPBJJ Jakarta, Bogor dan Bandung. Hampir seluruh
dosen program D2 PGSD UT berdasarkan data yang ada, sampai dengan
demikian sejak dialihfungsikannya para dosen tersebut pada tahun 1991
relatif tidak ada proses kenaikan pangkat yang memanfaatkan tipikal proses
kenaikan pangkat di perguruan tinggi, yaitu proses kenaikan pangkat dengan
menggunakan angka kredit point. Para responden sendiri merasa bahwa ada
hambatan-hambatan yang belum teridentifikasi dalam hal proses kenaikan
pangkat ini.
Terhambatnya pengembangan karir tersebut antara lain juga disebabkan oleh
komposisi aktivitas dosen D2 PGSD UT yang tidak seimbang. Sebagaimana
diketahui bahwa pekerjaan sebagian besar dosen adalah melaksanakan
tutorial, membimbing PPL dan mengawasi ujian.
Masalah lain yang juga kerkaitan dengan aktivitas dosen PGSD UT dalam
rangka pengembangan kemampuan profesional dosen adalah komposisi
kegiatan dosen PGSD UT yang tidak seimbang. Ketidakseimbangan tersebut
berdasarkan pada aktivitas para dosen yang justru tidak banyak melakukan
aktivitas yang merujuk pada SK Menpan No. 26/ 1987 sehingga tidak
menghasilkan kredit point bagi mereka. Kegiatan administratif ternyata
lebih banyak dilakukan, karena memang alur pekerjaan di UT, mulai dari
pendaftaran, registrasi, ujian dan kegiatan pendidikan dan pengajarannya
melibatkan b