• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Eceng Gondok di Samosir (Studi Tentang Ekonomi Kreatif Masyarakat Desa Huta Namora)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemanfaatan Eceng Gondok di Samosir (Studi Tentang Ekonomi Kreatif Masyarakat Desa Huta Namora)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1 Gambaran Umum Desa Huta Namora

Daerah tempat penelitian saya ini terletak di Desa Huta Namora, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir. Kecamatan Pangururan terdiri dari beberapa desa yaitu Aek Nauli, Huta Bolon, Huta Namora, Huta Tinggi, Lumban Pinggol, Lumban Suhi-Suhi Dolok, Lumban Suhi-Suhi Toruan, Panampangan, Parbaba Dolok, Pardomuan I, Pardomuan Nauli, Pardugul, Parhorasan, Parlondut, Parmonangan, Parsaoran I, Rianiate, Saitnihuta, Sialanguan, Sianting-anting, Sinabulan, Siopat Sosor, Sitoluhuta, Situngkir, Tanjung Bunga dengan jumlah Kelurahan sebanyak tiga (3) yaitu Kelurahan Pasar Pangururan, Pintu Sona, Siogung Ogung.

(2)

Secara administratif Desa Huta Namora merupakan salah satu Desa yang termasuk ke dalam Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir dengan batas-batas wilayah terdiri dari :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pintusona 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Rianiate 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Danau Toba 4. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Paraduan

Desa Huta Namora terbagi atas 3 dusun yakni dusun Siholi-holi, dusun Gudang, dan dusun Siambalo. Desa Huta Namora merupakan wilayah Kabupaten Samosir yang berada pada kawasan dataran tinggi bukit barisan dengan ketinggian 36,37 meter di atas permukaan laut, di bawah kaki gunung Pusuk Buhit dengan topografi wilayah landai dan datar, serta dikelilingi Danau Toba yang penuh dengan eceng gondok. Suhu rata-ratanya berkisar antara 17º-29º C (Celsius) dan luas wilayah Desa Huta Namora adalah 7 Km2 .

(3)

2.2 Sarana Fisik

2.2.1 Sarana Jalan dan Transportasi

Sarana jalan yang terdapat di desa ini dalam kondisi yang baik. Jalan sebagai pendukung sarana transportasi darat cukup tersedia di Desa Huta Namora ini. Sarana jalan yang terdapat di Desa Huta Namora adalah jalan aspal dan berada dalam kondisi yang baik. Sarana jalan dilalui berbagai jenis angkutan darat seperti angkutan umum berupa bus Danau Toba Wisata, becak motor, mobil sewa, sepeda dan sepeda motor.

Dari data yang diperoleh dari lapangan diketahui terdapat satu sarana bus umum yang digunakan untuk sarana transportasi pelajar ke sekolah, yaitu bus Danau Toba Wisata. Untuk angkutan darat penduduk biasanya menggunakan sepeda motor. Angkutan darat/Land Transportation ini merupakan sarana yang digunakan masyarakat untuk bepergian ke desa lain. Selain itu angkutan darat juga sebagai sarana untuk memperlancar masyarakat untuk melakukan kegiatan ekonomi seperti aktivitas berdagang di pasar ataupun belanja ke pasar. Sarana transportasi menjadi alat mendorong timbulnya kegiatan perekonomian. Sebagai sarana yang penting, dari segi kuantitas angkutan di Desa Huta Namora tergolong dapat menjangkau daerah yang lebih pelosok.

(4)

jauh harga yang ditawarkan lebih mahal. Alat transportasi lainnya yang digunakan adalah sepeda, biasanya digunakan pelajar untuk ke sekolah. Data mengenai transportasi dapat dilihat pada tabel berikut ini:

TABEL 1

SARANA TRANSPORTASI DESA HUTANAMORA

No Jenis Transportasi Jumlah (Unit)

1 Bus Umum 1

2 Sepeda Motor 850

3 Becak Motor 70

4 Sepeda 20

Sumber: Monografi Desa Hutanamora 2014/2015

Untuk listrik Desa Huta Namora sudah tersedia jaringan listrik PLN, sehingga hampir semua Rumah Tangga sudah menggunakan tenaga listrik untuk memenuhi keperluan penerangan dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Sedangkan untuk pemenuhan kebutuhan air, masyarakat di Desa Huta Namora menggunakan air PAM. Masyarakat yang tidak menggunakan PAM, melakukan aktivitas seperti mencuci kain, piring, mandi dan mengambil air minum dari Danau Toba.

(5)

mereka tidak terjalin begitu saja, mereka saling berinteraksi dan bertegur sapa satu dengan lainnya.

2.2.2 Sarana Pendidikan

Dewasa ini pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan masyarakat. Penduduk Desa Huta Namora juga demikian, orangtua sadar akan pentingnya pendidikan untuk anak-anak mereka. Anak-anak mulai bersekolah dari jenjang pendidikan sekolah dasar (SD) hingga jenjang pendidikan kuliah (Universitas). Mereka sekolah keluar desa, kota bahkan provinsi, hal tersebut terjadi dikarenakan Desa Huta Namora belum memiliki sarana pendidikan hingga jenjang perkuliahan.

(6)

TABEL 2

SARANA PENDIDIKAN

No Sarana Pendidikan Jumlah (Unit)

1 PAUD 1

2 SD 2

3 SLTP 1

Sumber: Monografi Desa Hutanamora 2014/2015 2.3 Komposisi Penduduk

2.3.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

Bisa dikatakan masyarakat Desa Huta Namora adalah penduduk yang homogen, dari agama yang dianut masyarakat Desa Huta Namora hampir keseluruhan adalah beragama Kristen Protestan. Etnik yang mendiami Desa Huta Namora adalah Batak Toba dengan pedoman hidup yang digunakan dalam bermasyarakat adalah berpegang teguh pada filsafat tatanan hidup Dalihan Na Tolu. Bila dilihat dari gaya hidup dan pola pikir masyarakat Desa Huta Namora termasuk cepat menerima gaya hidup baru sepanjang tidak bertentangan dengan adat dan agama, dan memiliki semangat yang tinggi untuk memajukan anak dan keturunan.

(7)

Komposisi keagamaan masyarakat Desa Huta Namora terdiri dari agama Kristen Protestan, Katolik, dan Islam. Masyarakat Desa Huta Namora mayoritas beragama Kristen Protestan dengan penganut sebanyak 1387 jiwa atau 60% dari jumlah keseluruhan penduduk. Penduduk yang beragama Katolik merupakan penduduk yang terbanyak kedua yang berjumlah 1113 jiwa atau 38%. Masyarakat yang beragama Islam di Desa Huta Namora ini tergolong sedikit dengan jumlah 32 jiwa atau 2% dari keseluruhan jumlah penduduk yang ada di Desa Huta Namora.

Terdapat 3 unit bangunan ibadah di Desa Huta Namora yaitu 1 unit Gereja Katolik, 2 unit Gereja Protestan dan 1 unit Gereja Bethel. Sedangkan tempat ibadah Islam hanya ada satu mesjid, yang terletak di Kelurahan Pangururan. Keberagaman agama di Desa Huta Namora tidak menimbulkan perselisihan antar warga. Untuk lebih jelasnya komposisi penduduk Desa Huta Namora berdasarkan agama dapat dilihat pada tabel berikut:

TABEL 3

Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

No Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama Jumlah (%)

1 Kristen Protestan 1387 (60%)

2 Katolik 1113 (38%)

3 Islam 32 (2%)

(8)

Keberadaan agama Islam di Desa Huta Namora umumnya dianut oleh orang Jawa yang datang merantau ke Desa Huta Namora. Bangunan mesjid sebagai sarana ibadah mereka sendiri belum ada di Desa Huta Namora. Mereka akan melakukan ibadah di mesjid yang berada di Kelurahan Pangururan. Tempat ibadah mereka sendiri belum ada di Desa Huta Namora. Mereka juga merayakan hari besar keagamaan mereka dan biasanya mereka memberi makanan hari raya kepada masyarakat yang beragama Kristen. Toleransi keagaman di Desa Huta Namora terpelihara dengan baik.

Penganut agama Kristen juga mendapat perlakuan yang sama, mereka tidak diganggu ketika merayakan natal atau ritual keagamaan yang lain. Kehidupan beragama umat Kristen terlihat dari selalu ramainya gereja pada hari minggu. Mereka juga memiliki perkumpulan agama untuk melakukan doa bersama Kehidupan beragama penganut agama Kristen terlihat dari selalu ramainya gereja pada hari minggu. Mereka juga memiliki perkumpulan agama untuk melakukan doa bersama secara bergantian dirumah-rumah tetangga mereka. Kehidupan bertetangga para penganut agama yang satu dengan agama yang lain pun tetap harmonis dan menjaga ketentraman dengan tidak memunculkan sentimentil keagaman dimasyarakat.

2.3.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

(9)

Ada beberapa jenis mata pencaharian yang digeluti oleh masyarakat Desa Huta Namora seperti petani, pedagang, pegawai negeri, pengusaha, buruh, tukang, wirausaha dan lain sebagainya. Mata pencaharian penduduk kebanyakan adalah bertani, berdagang, wirausaha dan juga sektor jasa lainnya. Mata pencaharian bertani dan berkebun di daerah ini didukung oleh lahan pertanian yang luas. Pertanian yang utama yaitu tanaman padi yang merupakan makanan pokok karena menurut masyarakat tanaman ini memiliki nilai jual paling mahal Disamping itu masyarakat juga menanam palawija seperti terong, kacang panjang, cabe, jagung dan kacang tanah.

TABEL 4

Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa)

1 Petani 882

2 Pedagang 40

3 PNS 20

4 Tukang 1

6 Wirausaha 60

7 Wiraswasta 471

8 Nelayan 10

9 Pensiunan 11

Sumber: Kantor Kepala Desa Huta Namora

(10)

keperluan sehari-hari, membuka kedai kopi dan berdagang hasil-hasil bumi jika ada hari pekan di kecamatan lain. Sedangkan mata pencaharian penduduk dari sektor jasa adalah membuka perbengkelan, mengajar, pegawai negeri dan swasta dan lain sebagainya.

2.4 Organisasi Sosial di Desa Huta Namora

Organisasi sosial merupakan suatu perkumpulan atau wadah yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan masyarakat itu sendiri dan memiliki tujuan yang sama. Adapun organisasi sosial yang ada di Desa Huta Namora antara lain ;

1. Karang Taruna

Karang Taruna merupakan wadah pengembangan generasi muda yang berada di Desa Huta Namora. Organisasi ini dibentuk oleh pemuda/i setempat di Desa Huta Namora. Organisasi ini memiliki tujuan untuk melakukan kegiatan pemuda/i Desa Huta Namora. Organisasi ini berada dibawah pengawasan kepala desa dan perangkat desa.

2. Kelompok Tani

(11)

3. Kelompok PKK

Kelompok PKK ini dibentuk oleh ibu-ibu Desa Huta Namora yang bertujuan untuk melakukan pemberdayaan terhadap keluarga guna meningkatkan kesejahteraan melalui beberapa kegiatan yang diadakan oleh kelompok PKK. Kegiatan yang dilakukan biasanya kegiatan menanam tanaman obat keluarga, arisan PKK, gotong royong, mengikuti kegiatan lomba yang biasa diadakan oleh PKK pusat dan lain-lain. Kelompok PKK Desa Huta Namora diketuai oleh ibu kepala Desa Huta Namora.

4. Kelompok Jumat Bersih

Kelompok ini dibentuk oleh Kepala Desa Huta Namora dan anggotanya merupakan masyarakat Desa Huta Namora sendiri. Kelompok ini memiliki tujuan untuk melakukan kegiatan kebersihan desa setiap hari Jumat. Masyarakat mulai membersihkan selokan, dan membabat rumput liar di pinggiran jalan. Kegiatan ini berlangsung sampai saat ini karena adanya kesadaran dan partisipasi dari masyarakat Desa Huta Namora.

2.5 Sejarah Menganyam di Desa Huta Namora

(12)

dilestarikan dan dikembangkan sebagai warisan budaya. Masyarakat menyebut aktivitas menganyam ini dengan mangaletek.

“Anggo mangaletek bayon nga leleng dung adong di hita on. Hu ingot dope na parjolo au mangaletek bayon, marumur ma au disi lima taon. Nga diajari au paiashon bayon dohot mangaletek, ikkon wajib do binoto mangaletek bayon asa boi mangan.”

Kalo menganyam pandan sudah lama di desa ini. Masih saya ingat waktu pertama kali saya menga nyam pandan, saya masih berumur lima tahun. Saya sudah mulai diajari orang tua membersihkan pandan dan menganyam, kami wajib tahu menganyam pandan biar bisa makan (Gusta Sitanggang, 85 tahun).”

Daun pandan dianyam menjadi tikar dan tempat beras yang biasa dibawa oleh masyarakat ke pesta adat Batak Toba, atau biasa disebut tandok. Proses menganyam dilakukan dengan cara daun pandan dipisahkan dari pelepahnya kemudian dipotong kecil-kecil, untuk proses ini memerlukan waktu 1 hari. Kemudian daun pandan tersebut direbus selama satu jam lalu ditiriskan dengan air dingin dan didiamkan selama satu hari. Setelah itu, dijemur hingga benar-benar kering dan dipepes lagi agar daun lembek sehingga mudah untuk dianyam.

“Dulu waktu masih buat tikar dari pandan, proses mengambil pandan ini lumayan sulit karna durinya banyak kali dek. Habis diambil, duri daun pandan kemudian dibersihkan pake pisau kecil dan dipotong menjadi 4 atau 5 bagian tergantung lebar daun pandan. Untuk membersihkan eceng gondok ini membutuhkan waktu 1 hari juga karna durinya harus benar-benar dibersihkan (Merli Sinurat, 56 tahun).”

(13)

harga relatif murah. Anyaman tikar dari pandan ini dipergunakan saat pesta adat pernikahan sebagai tempat duduk mempelai. Anyaman ini juga digunakan untuk alas tidur dan duduk karena dianggap jauh lebih enak daripada tikar masa sekarang yang terbuat dari bahan plastik (www.partukoan.com).

Namun seiring perjalanannya, pandan semakin sulit untuk ditemukan di Desa Huta Namora. Jumlah pandan yang semakin sedikit dikarenakan masyarakat Desa Huta Namora mulai malas untuk menanamnya. Pandan tumbuh dalam jangka waktu yang cukup lama, sehingga masyarakat beralih ke eceng gondok yang lebih mudah diperoleh tanpa harus menanamnya. Peralihan dari pandan ke eceng gondok dimulai sejak tahun 2012 hingga saat ini. Tidak semua pengrajin anyaman pandan beralih ke eceng gondok. Masih ada beberapa pengrajin pandan di Desa Huta Namora. Tidak ada jumlah pasti yang diberikan oleh pihak desa terkait keberadaan pengrajin pandan ini.

(14)

Melalui kreativitas yang dibangun masyarakat sejak dulu yaitu menganyam pandan, menjadi alat yang mempermudah masyarakat untuk menganyam eceng gondok ini. Dalam buku Primadi Tabrani tentang Kreativitas dan Humanitas (2006:17) mengemukakan bahwa kreativitas tidak saja merupakan kapasitas atau kemampuan dasar manusia, akan tetapi lebih jauh lagi disamping rasionalitas merupakan identitas manusia, yang menunjukkan keunggulannya dari binatang.

“Menganyam eceng gondok ini sudah seperti menganyam pandan dulu, walaupun tehnik dasar,cara dan prosesnya sedikit berbeda. Namun karna sudah terbiasa juga sejak dulu menganyam, jadi belajar menganyam eceng gondok ini tidak terlalu sulit lah (Merli Sinurat, 56 tahun).”

2.6 Usaha Kerajinan Eceng Gondok Desa Huta Namora

Keberadaan pengrajin anyaman eceng gondok di Samosir awalnya tersebar di

beberapa Desa. Ada empat Desa yang penduduknya melakukan aktivitas menganyam yaitu Desa Huta Namora, Desa Rianiate, Desa Pasar Pangururan, Desa Sianjur mula-mula. Dengan bantuan dari Dinas Koprindag, pada tahun 2012 para pengrajin dari keempat desa ini mengikuti pelatihan ke Tasikmalaya selama dua minggu. Seluruh biaya penginapan, biaya makan, ditanggung oleh Dinas Koprindag dan para pengrajin mendapat uang saku.

(15)

yang tetap melanjutkan aktivitas menganyam eceng gondok sampai saat ini adalah Desa Huta Namora, sementara pengrajin dari desa lainnya tidak melanjutkan aktivitas menganyam eceng gondok ini. lean uang pelatihan lao uang masuk name.”

Banyaknya waktu itu kami yang ikut pelatihan menganyam eceng gondok ini. Gak cuman dari Desa Huta Namora, tapi pulang dari situ gak ada lagi yang lanjut buat kerajinan ini. Cuman kami yang di Desa inilah yang tetap lanjut menganyam eceng gondok, yang lainnya kebanyakan ikut latihan karna ada uang saku dikasi untuk uang masuk kami (Merli Sinurat, 56 tahun).”

Usaha kerajinan eceng gondok Desa Huta Namora ini mendapat perhatian lanjut dari Dinas Koprindag. Kemudian tahun 2012 Dinas Koprindag membentuk satu kelompok pengrajin eceng gondok dan menjadikan rumah salah satu pengrajin yaitu Bu Merli Sinurat menjadi sentra kerajinan. Kelompok pengrajin ini terdiri dari 15 orang yang sudah mengikuti pelatihan ke Tasikmalaya.

(16)

kreatif dan inovatif sehingga memiliki nilai jual yang tinggi. Potensi pengembangan industri kreatif kerajinan sudah ada sejak turun-temurun di masyarakat Kabupaten Samosir.

Kegiatan menganyam eceng gondok ini awalnya berlangsung di rumah sentra kerajinan anyaman. Namun sekarang usaha kerajinan ini sudah dilakukan di rumah masing-masing pengrajin, karena sulit mencocokkan waktu antar pengrajin mengingat pekerjaan utama mereka adalah bertani. Kegiatan menganyam eceng gondok ini merupakan pekerjaan sampingan para pengrajin. Kegiatan ini dilakukan oleh laki-laki dan perempuan. Mereka bekerja sama, tidak terlalu tampak pembagian kerja untuk masing-masing anggota keluarganya. Contohnya saja untuk mengambil eceng gondok dari Danau Toba, dapat dilakukan oleh anak laki-laki dan perempuan, walaupun pekerjaan ini tergolong cukup sulit dilakukan. Begitu juga dengan menganyam, dapat dilakukan oleh perempuan dan laki-laki.

(17)

Waktu yang dibutuhkan untuk membuat kerajinan eceng gondok ini tergantung pada jenis produk kerajinan yang akan dibuat dan tingkat kesulitan membuatnya. Misalnya untuk membuat alas kaki para pengrajin dapat menganyam satu alas kaki dalam satu hari, sedangkan untuk membuat tas tergantung pada bentuk tas yang akan dibuat. Untuk membuat satu tas sandang biasanya membutuhkan waktu satu hari, sedangkan untuk membuat tas ransel membutuhkan waktu dua hari. Karena menganyam tas bentuk ransel lebih rumit daripada tas bentuk sandang. Begitu juga dengan alas meja, para pengrajin dapat menganyam satu buah alas meja dalam satu hari.

Biaya yang dikeluarkan untuk membuat kerajinan anyaman eceng gondok ini tergantung pada jenis produk kerajinan, apabila produk kerajinan yang dianyam alami biaya yang dikeluarkan sedikit. Alami yang dimaksud disini adalah, eceng gondok yang dianyam tidak dicampur bahan pewarna. Warna produk kerajinan sesuai dengan warna asli eceng gondok, karena terkadang konsumen lebih suka produk kerajinan dengan warna eceng gondok yang alami daripada eceng gondok yang diwarnai. Namun berbeda dengan kerajinan yang menggunakan bahan pewarna dan pernak-pernik sebagai hiasan kerajinan. Untuk produk kerajinan ini akan membutuhkan biaya lebih banyak.

(18)

pulpen, alas kaki dan alas meja. Harga kerajinan ini berkisar antara Rp. 15.000 – Rp. 120.000, tergantung jenis produk kerajinan. Dampak usaha kerajinan eceng gondok ini sangat positif. Dengan usaha kerajinan eceng gondok ini, penghasilan para pengrajin bertambah atau meningkat.

Masyarakat Desa Huta Namora juga sangat senang dengan adanya usaha kerajinan eceng gondok ini. Eceng gondok di Danau Toba menjadi berkurang, aktivitas masyarakat seperti mencuci kain, piring, mandi dan memancing lebih mudah. Perkembangan usaha kerajinan anyaman eceng gondok ini dari tahun 2012 sampai tahun 2016 mengalami perkembangan walaupun tidak begitu pesat. Hal ini juga didukung dengan adanya peraturan dari Dinas Pendidikan yang mewajibkan seluruh siswa/i dan guru sekolah di Samosir menggunakan tas eceng gondok. Dan tahun 2016 ini, seluruh sekolah yang ada di Samosir akan diwajibkan menggunakan alas kaki dan vas bunga eceng gondok.

Gambar

TABEL 2 SARANA PENDIDIKAN
TABEL 3
TABEL 4

Referensi

Dokumen terkait

Distribusi normal merupakan distribusi yang menguji data variabel independen (X) dan data variabel dependen (Y) pada persamaan regresi yang dihasilkan berdistribusi

Sebuah bola bermassa 0,1 kg dilempar mendatar dengan kecepatan 6 m.s −1  dari atap gedung

banks, financial institutions and investment companies and to provide Shari’ah opinion on matters pertaining to Islamic banking and finance.. This article 5 clearly states

Tanaman dengan sifat-sifat baru (PNT) yang telah dikembangkan baik di dalam negeri atau di negara lain (yang membutuhkan izin impor) dan ditujukan untuk komersialisasi harus

Dengan ini mengundang Saudara yang namanya tersebut di atas untuk hadir dalam Acara Pembuktian Kualifikasi perusahaan Saudara yang sebelumnya telah dinyatakan lulus dalam tahap

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia yang dilimpahkan-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini

[r]

Metode sol- gel digunakan pada penelitian ini karena metode ini merupakan salah satu metode yang mampu meningkatkan sifat kimia dari HAp dan juga memiliki