• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakterisasi Partikel Arang Kayu Sengon Hasil Tumbukan Mesin Ball Milling Dan Pemanasan Lanjut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Karakterisasi Partikel Arang Kayu Sengon Hasil Tumbukan Mesin Ball Milling Dan Pemanasan Lanjut"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISASI PARTIKEL ARANG KAYU SENGON

HASIL TUMBUKAN MESIN BALL MILLING dan

PEMANASAN LANJUT

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I Pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik

Oleh:

ARIZALI BAHTIAR RAHMAYANTO D200140100

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2020

(2)
(3)
(4)
(5)

1

KARAKTERISASI PARTIKEL ARANG KAYU SENGON HASIL TUMBUKAN MESIN BALL MILLING DAN PEMANASAN LANJUT

Abstrak

Arang kayu sengon adalah bahan utama dari penelitin ini. Pada penelitian ini arang kayu sengon di tumbuk dengan metode HEBM atau High Energy Ball Milling model shaker. Karakterisasi dilakukan dengan pengujian PSA, SEM dan EDX. Siklus tumbukan yang digunakan adalah sebanyak 2 juta siklus, kecepatan rotasi putaran 900 rpm dengan menggunukan ukuran bola baja 1⁄4 inchi. Tabung penumbuk terbuat dari bahan stainless steel ukuran 2 inchi dan panjang 120 mm. kemudian dilakukan proses pemanasan lanjut. Proses ini dilakukan guna mengurangi kadar air yang terkandung dalam partikel arang kayu sengon. Dari evaluasi hasil pengujian photo SEM dapat dilihat bentuk dari partikel arang kayu sengon bulat tidak sempurna dan komposisi kimia yang mendominasi adalah karbon. Dari hasil pengujian didapatkan bahwa ukuran rata – rata dari partikel arang kayu sengon adalah 666,6 nm. Sedangkan pada hasil photo SEM dapat dilihat bentuk dari setiap partikel tidak beraturan. Untuk komposisi yang terdapat pada partikel arang kayu sengon adalah didominasi dengan unsur karbon yang menunjukkan prosentase sebesar 90,74 %

Kata Kunci : Karakterisasi, arang sengon, PSA, SEM EDX

Abstract

Sengon wood charcoal is the main ingredient of this research, sengon wood charcoal was mashed using the HEBM method or the High Energy Ball Milling shaker model. Characterization was carried out by testing PSA, SEM and EDX. The collision cycle used is 2 million cycles, with a rotational speed of 900 rpm using a 1⁄4 inch steel ball. The pounder tube is made of stainless steel, measuring 2 inches and a length of 120 mm. then carried out the further heating process. This process is carried out to reduce the water content contained in the sengon wood charcoal particles. From the evaluation of the SEM photo test results, it can be seen that the shape of the spherical sengon wood charcoal particles is imperfect and the chemical composition that dominates is carbon. From the test results, it was found that the average size of the sengon wood charcoal particles was 666.6 nm. While the SEM photo results can be seen the shape of each irregular particle. For the composition contained in the sengon wood charcoal particles, it is dominated by carbon elements which show a percentage of 90.74%

(6)

2

1. PENDAHULUAN

Semakin berkembangnya zaman dan teknologi ini mengakibatkan kebutuhan akan penelitian dan pengembangan dalam segala bidang semakin meningkat pesat, terutama dalam bidang material. Hal yang mendasarkan dibutuhkannya material baru guna menunjang bidang industri yang lain. Salah satu material yang bisa dikembangkan adalah material karbon, karena material karbon diharapkan dapat menjadi solusi untuk pengembangan riser teknologi nano. Perkembangan nanoteknologi di Indonesia masih dalam tahap rintisan karena fasilitas eksperimen. Dengan kendala yang demikian membuat kita harus bekerja keras memanfaatkan potensi yang ada di tanah air.

Ada dua metode yang bisa digunakan untuk membuat nanomaterial, yaitu secara top-down dan bottom up. Top-down adalah menggerus material yang besar hingga menjadi kecil. buttom-up adalah menyusun atom atau molekul-molekul hingga menjadi suatu partikel berukuran nanometer.

Arang kayu Sengon juga termasuk dalam bahan utama dalam pembuatan karbon. Arang dihasilkan karena ada nya pembakaran yang tidak sempurna. Pembakaran tidak sempurna akan menyebabkan senyawa karbon kompleks tidak teroksidasi menjadi karbon dioksida, peristiwa tersebut disebut pirolisis. Pada saat pirolisis, energi panas mendorong terjadinya oksidasi sehingga sebagia besar molekul karbon kompleks terurai menjadi karbon atau arang. Pirolisis untuk pembentukan arang tejadi pada temperature 150-300 0C. Pembentukan tersebut disebut sebagai pirolisis primer. Arang dapat mengalami perubahan lebih lanjut menjadi karbon monoksida, gas – gas hidrokarbon, Peristiwa ini disebut sebagai pirolisis sekunder. Makin rendah kadar abu, air dan zat yang menguap maka semakin tinggi pula kadar fixed karbonnya dan mutu arang tersebut juga akan semakin tinggi.

(7)

3

Pada penelitian ini Arang kayu Sengon dipakai sebagai bahan utama sumber karbon untuk dipelajari kemungkinan pembentukan karbon nano dengan metode penumbukan (HEMB)

1.1. Perumusan Masalah

Untuk mempermudah penelitian maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

a. Bagaimana mengkarakterisasi partkel arang sengon hasil High Energi Ball Milling (HEBM) dan pemanasan lanjut ?

b. Bagaimana bentuk partikel hasil High Energi Ball Milling (HEBM) dan pemanasan lanjut ?

1.2. Tinjauan Pustaka

Nanopartikel adalah suatu yang mempunyai ukuran sangat kecil. nanopartikel yang biasa digunakan berukuran 1nm sampai 100nm. Penggunaan nanoparikel ini termasuk perkembangan dalam bidang nanosains dan nanoteknologi. Nanosains merupakan ilmu yang terfokus pada gejala alam yang mempunyai ukuran nanometer. Contoh gejala alam maupun objek yang berukuran nanometer adalah sintesis protein, partikel virus, partikel titanium dioksida, dan karbon nanotube. Nanoteknologi bisa diartikan sebagai rekayasa pembuatan material dalam skala nanometer (Dwandaru, 2012).

Nanopartikel bisa diproduksi dengan berbagai cara, saat ini ada beberapa cara untuk memproduksi nanopartikel. Cara sering digunakan yaitu metode presipitasi, penggilingan (milling methods), salting out, fluida superkritis, polimerisasi monomer, polimer hidrofilik, dan disperse pembentukan polimer (Soppimath, et al., 2001; Mansouri ,et al., 2011).

Para peniliti di Uneversitas Duisburg-Essen membuat partikel nano dalam skala industrial dengan cara memproduksinya dari partikel gas. Para peneliti ini mengembangkan tiga macam prosedur produksi

(8)

4

dalam fase gas. Ketiga prosedur ini memiliki kesamaan yaitu material didinginkan secara tiba-tiba dan dikondensasikan dalam fase gas. Prof. Schulz sebagai pemimpin peneitian ini menjelaskan: ‘’Kami dapat menggambarkanya seperti uap air lewat jenuh yang tiba-tiba menjadi tidak stabil dan membentuk kabut. Serupa pada logam dalam bentuk gas yang juga dapat membentuk butiran kecil atau terkondensasi menjadi partikel. Jika ini didinginkan akan membentuk partikel padatan”.

Agus Purwanto ( 2014 ) dalam penelitianya memproduksi partikel nano dari bahan seng nirat tetra hidrat (Zn(NO3)24 H2O)

dengan cara flame assited spray pyrolysis (FASP). Bahan baku (Zn(NO3)24 H2O) sebagai bahan produksi nanopartikel ZnO dengan

menggunakan LPG (Liquified Petroleum Gas) sebagai bahan bakar dan udara sebagai gas pembawa (carrier gas). Penelitian ini menggunakan variasi udara dari kompresor dengan variasi 5 L/menit, 7 L/menit, 9 L/menit. Dari pengujian ini dapat disimpulkan bahwa produksi nano partikel ZnO menggunakan metode flame assited spray pyrolysis (FASP) telah berhasil dilakukan. Laju alir gas pembawa yang lebih lambat akan membuat ukuran partikel ZnO yang lebih kecil pada metode flame assited spray pyrolysisi (FASP) ini.

Dr. Nurul Taufiqu Rochman ( 2008 ) dalam penelitianya membuat partikel nano menggunakan alat ball mill yang mempunyai prinsip kerja sederhana. Wadah yang berisi bola-bola penghancur di putar menggunakan mesin, konsepnya yaitu menghancurkan material yang akan dibuat parikel nano dengan membuat bola-bola saling bertumbukan dalam jumlah yang sangat banyak. Partikel nano yang dihasilkan dengan alat ini diproduksi dengan waktu yang cepat.

(9)

5 P PSA P t c S z A yz P SE sc kt c sc E X 2. METODE 2.1Diagram Alir

Tahap – tahap dalam melakuakna penelitin ini dilakukan sesuai dengan diagram beikut :

Gambar 1 Diagram Alir Penelitian

Mulai

Studi Literatur

Persiapan Alat dan Bahan

Pembuatan Bahan Uji

Penumbukan dangan mesin HEMB (900 rpm, 2 juta siklus, ukuran bola baja 1⁄4 inchi)

Pemanasan pada 300 0C dalam

waktu 75 menit

Analisa Data

Kesimpulan

(10)

6 2.2Bahan Penelitian

a. Arang kayu sengon 2.3Alat Penelitian

a. Tabung b. Shaker

c. Mesh ukuran 200

d. Bola baja ukuran 1⁄4 inchi (6,36mm) e. Mesin HEBM tipr Shaker

f. Botol plastik g. Cawan

h. Pemanas (oven) i. Plastik clip

2.4Langkah – langkah penaliatian

a. Study literatur guna mempelajari tentang partikel nano dan nanoteknologi serta pembahasannya dari penelitian sebelumnya dan dari internet untuk pelengkap.

b. Mempersiapkan alat dan bahan berupa serbuk arang Akasia dengan ukuran awal mesh 200 dan alat yang digunakan untuk pengujian.

c. Melakukan penumbukan manual, lanjut proses HEBM dan pemanasan lanjut 300° C selama 75 menit.

d. Mengambil hasil pengujian atau sampel partikel arang Sengon yang telah diproes menggunakan alat Shaker Mils dengan jumlah siklus tubukan 2,5 juta siklus dan dengan kecepatan putaran 900 rpm.

e. Memisahkan sampel partikel arang Sengon dari bola baja setelah proses shaker mill.

f. Melakukan pengujian PSA (Particle Size Analyer) pada sampel, akan tetapi terlebih dahulu partikel disentrifuge agar mendapatkan partikel yang terkecil.

(11)

7

g. Melakukan pengujian SEM (Scanning Electron Microscope) – EDX.

h. Melakukan analisa data.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1Pengujian PSA dan SEM

Dari Pengujian PSA (Particle Size Analyzer) dapat diketahui ukuran partikel arang Sengon yang sudah ditumbuk dengan shaker mills. Alat yang digunakan yaitu PSA HORIBA SZ-10 dengan pembacaan skala ukuran micrometer sampai nanometer. Hasil pengujian PSA dapat dilihat pada grafik berikut:

Gambar 2 Grafik hasil pengujian PSA

Diagram diatas adalah hasil rata-rata dari 3 kali pengujian PSA. Pada pengujian arang Sengon yang dilakukan dengan 900 Rpm menunjukkan ukuran paling kecil dengan ukuran 497,2 nm, sedangkan ukuran partikel paling besar ada pada ukuran 987,4 nm. Dapat dilihat dari hasil ukuran partikel arang Sengon pada penelitian PSA diambil rata-rata ukuran sebesar 666,6 nm. Ketidakteraturan dari ukuran partikel biasa disebabkan oleh proses penumpukan beberapa zat.

515,2 497,2 987,4 0 200 400 600 800 1000 1200

Sampel A Sampel B Sampel C

U ku ra n ( n m )

(12)

8

Pada Pengujian SEM dapat diketahui visualisasi permukaan benda yang diuji. Dari photo SEM dapat dilihat permukaan partikel arang Sengon dan dapat juga dilihat ukuran partikel. Pada pengujian ini pengujian SEM dilakukan menggunakan 2 perbesaran yaitu 5000x, 7500 x.

Gambar 3 Hasil SEM perbesaran dengan skala 1:5000 nm

(13)

9

Pada hasil SEM dapat dilihat bahwa pada Rpm 900 rata-rata partikel berbentuk bulat tidak beraturan dan lonjong. Rata-rata ukuran pada hasil foto SEM sama dengan hasil uji PSA yaitu berukuran 1 mikro atau lebih.

Pada hasil Photo SEM prosentase ukuran dari partikel banyak yang mencapai nanometer dan paling sedikit adanya gumpalan partikel. Ketidak cocokan antara hasil SEM dan PSA terjadi karena adanya gumpalan pada saat dilakukan penelitian. Gumpulan partikel bisa disebabkan karena adanya proses aglomerasi yaitu adanya bola baja yang menumpuk saat berbenturan sehingga karbon yang ada menumpuk pada bola baja yang kemudian mengakibatkan adanya reaksi mechano chemical yaitu reaksi yang terjadi antara ikatan C dengan C yang baru. Ikatan yang baru tersebut menyebabkan terbentuknya gumpalan tersebut dan reaktivitas dari permukaan nanopartikel yang semula berbentuk kecil karena adanya factor dari suhu/temperature dan udara bentuknya berubah menjadi besar kembali ataupun membentuk gumpalan.

Dari morfologi dapat diketahui bentuk dan ukuran dari partikel arang Sengon yang diuji. Pada hasil SEM tersebut dapat dilihat rata-rata partikel berbentuk bulat tidak sempurna, lonjong tidak sempurna, tidak beraturan dan adanya gumpalan-gumpalan partikel. Rata-rata ukuran partikel mencapai ukuran nanometer,tetapi masih ada juga partikel yang berukuran mikrometer.

3.2Hasil Pengujian EDX

EDX merupakan detector yang terdapat pada alat SEM yang berfungsi untuk mengetahui komposisi yang terdapat pada partikel arang Sengon. Dari pengujian EDX yang dilakukan dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:

(14)

10

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil pengujian arang Sengon terdiri dari komponen-komponen partikel penyusun dan unsur karbon mempunyai presentase rata-rata diatas 90,74% paling dominan dibanding dengan unsur lain. Hal ini dikarenakan arang Sengon yang diuji merupakan karbon aktif.

Spectrum 1

Element Line Type Weight % Weight %

Sigma Atomic % C K series 85.32 0.66 90.74 O K series 8.73 0.25 6.97 Si K series 1.69 0.14 0.77 K K series 2.73 0.40 0.89 Mg K series 0.68 0.09 0.36 Ca K series 0.85 0.56 0.27 Total 100.00 100.00

(15)

11 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pengujian yang dilakukan diperoleh kesimpulan seperti berikut:

a. Dari hasil pengujian PSA dapat disimpulkan bahwa hasil pengujian menunjukkan ukuran rata-rata 666,6 nm. Ketidak teraturan dari ukuran partikel bisa disebabkan oleh proses penumpukan beberapa zat.

b. Dari pengujian PSA dapat dilihat partikel sudah mencapai ukuran nano.

c. Dari hasil pengujian SEM dapat diketahui rata-rata bentuk partikel arang kayu berbentu bulat tidak sempurna, lonjong tidak sempurna dan terdapat juga gumpalan-gumpalan partikel. Rata-rata ukuran partikel berukuran nanometer, tetapi masih ada juga partikel yang berukuran micrometer. Pada hasil photo SEM ukuran nano pada kecepatan 900 Rpm, ukuran partikel banyak yang mencapai nanometer serta paling sedikit adanya gumpalan.

d. Ketidak cocokan yang terjadi antara pengujian PSA dan SEM bisa terjadi karena adanya gumpalan pada saat penelitian.

e. Unsur karbon yang dominan pada partikel arang kayu bisa dimanfaatkan pada bidang industri, kimia, farmasi, dan kesehatan. 4.2Saran

Setelah melakukan rangkaian pengujian sampai dengan mendapatkan kesimpulan ini, dengan ini beberapa saran yang bisa digunakan untuk proses pengembangan penelitian selanjutnya, yaitu:

a. Dalam penelitian selanjutnya dapat dilakukan variasi parameter seperti jumlah siklus, kecepatan motor, ukuran bola baja atau dapat juga digunakan partikel arang kayu yang menempel pada dinding tabung sebagai bahan uji nanopartikel.

b. Dalam penelitian selanjutnya partikel yang digunakan bisa terbuat dari arang batok kelapa, arang kayu jati dan lain sebagainya.

(16)

12

c. Partikel yang di uji tidak hanya partikel yang menempel pada bola baja tetapi partikel yang menempel pada tabung uji.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. 2008., dan Pokropivny, V. 2007. “Pengertian nano partikel”, (Online),(http://olinanotegnologi.blogspot.co.id/2009/07/teknologinan o-merupakan-suatu.html, diakses tanggal 2 Desember 2019)

Anggraeni, Nuha Desi. 2008. “Analisa SEM (Scanning Electron Microscope)

dalam Pemantauan Proses Oksidasi Magnetic MenjadiHermatite”

Seminar Nasional. Kampus Institut Teknologi Nasional, Bandung. Dwandaru. 2012. “Definisi nano teknologi sebagai aplikasi nanosains dalam

berbagai bidang kehidupan” (online),

(http:heptajayawrdana.blogspot.com, diakses tanggal 5 Januari 2020).

Herusatoto. 2012 ”Pengertian PSA (Particle Size Analyzer)” (online), (http://repository.usu.ac.id/bistream/handle.htm, diakses tanggal 10 Januari 2020).

Rochman, Nurul Taufiqu. 2008. “Pembuatan Partikel Nano dengan Alat Ball Mill”.

Saputra, et al. 2011. “Pembuatan nanopartikel berasal dari bahan organic dapat

diterapkan pada kehidupan biologis maupun bidang militer” (online), (http://ppjp.unlam.ac.id, diakses 20 Januari 2020).

Soppimath. 2001., dan Mansouri. 2011. “Metode Pembuatan Nanopartikel” (Online),

Gambar

Gambar 1 Diagram Alir Penelitian Mulai
Gambar 2 Grafik hasil pengujian PSA
Gambar 3 Hasil SEM perbesaran dengan skala 1:5000 nm

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris pengaruh biaya lingkungan dan biaya kemitraan terhadap

Demikian pula pada daerah dengan pendapatan per kapita tinggi tetapi menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang relatif lebih rendah. Kesalahan dalam pengambilan kebijakan

Laboratorium Riset Bahasa Isyarat (LRBI) Departemen Linguistik FIB UI, telah beberapa kali mengundang pakar pengajaran bahasa isyarat dari berbagai negara, yakni Austria,

Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara prestasi belajar Pkn dengan tingkat kesadaran moral siswa, yaitu kesadaran siswa untuk mematuhi norma yang

Seluruh data dan informasi yang tercantum dalam Dokumen ini sesuai dengan LHKPN yang diisi dan dikirimkan sendiri oleh Penyelenggara Negara yang bersangkutan melalui

• Menyimpulkan dan interpretasi ketepatan desain penelitian deskriptif yang sesuai dengan skenario permasalahan kedokteran dan kesehatan kerja?. • Menyimpulkan dan

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa setelah diberikan perlakuan yang berbeda kepada kedua kelompok siswa yang menjadi subjek penelitian, ditemukan nilai rata- rata