• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL DESA Kondisi Geografis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFIL DESA Kondisi Geografis"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Pada bab ini diuraikan mengenai profil lokasi penelitian yang terbagi ke dalam beberapa sub bab. Sub bab yang pertama adalah mengenai kondisi geografis Desa Lulut. Sub bab kedua membahas mengenai struktur sosial di Desa Lulut, yang terbagi dalam uraian mengenai pendidikan, ekonomi, kependudukan dan mobilitas penduduk. Pada sub bab ketiga diuraikan mengenai pola-pola kebudayaan. Terakhir, dibahas mengenai pola adaptasi ekologi di Desa Lulut.

Kondisi Geografis

Desa Lulut merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Desa Lulut ini juga merupakan salah satu desa binaan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (selanjutnya disingkat ITP). Secara administratif batas desa ini ialah sebagai berikut :

1. Sebelah utara : Desa Bantarjati/Nambo 2. Sebelah selatan : Desa Leuwi Karet 3. Sebelah timur : Desa Hegar Mukti 4. Sebelah barat : Kali Cileungsi

Desa ini terletak delapan km dari kantor Kecamatan Klapanunggal, 15 km dari ibu kota Kabupaten Bogor, 180 km dari ibu kota Provinsi Jawa Barat, serta sekitar 90 km dari ibu kota Negara RI Jakarta. Desa Lulut dapat ditempuh dengan segala jenis kendaraan transportasi, baik kendaraan roda dua maupun roda empat. Kondisi jalan belum diaspal atau biasa disebut jalan putih.

Desa Lulut memiliki empat dusun, 41 rukun tetangga (RT) serta delapan rukun warga (RW). Desa Lulut oleh sebagian besar warganya dikatakan sebagai “desa jantung ITP”. Hal ini disebabkan oleh letak desa ini yang relatif dekat dengan Kantor Pusat PT ITP dan pusat eksplorasi tambang semen ITP. Selain itu, beberapa aset strategis milik ITP juga berada di desa ini. Oleh karenanya, Desa Lulut dijadikan sebagai salah satu desa binaan corporate social responsibility

(CSR) ITP.

Luas wilayah Desa Lulut ini ialah sebesar 1806.832 ha dimana sebagian wilayahnya berada pada dataran tinggi/pegunungan. Umumnya lahan digunakan sebagai pemukiman dan pekarangan. Namun masih banyak juga lahan yang digunakan sebagai lahan persawahan. Berikut merupakan tabel luas wilayah menurut penggunaan.

(2)

Tabel 3 Luas wilayah Desa Lulut menurut penggunaan

No Penggunaan Luas (ha)

1 Luas Pemukiman 454.91 2 Luas Persawahan 38.00 3 Luas Tegal/Ladang 852.78 4 Luas Kuburan 1.30 5 Luas Pekarangan 454.90 6 Perkantoran 0.50

7 Luas prasarana umum lainya 4.44

Total Luas 1806.83

Sumber : Data Monografi Desa Lulut (2009)

Desa Lulut sendiri dapat dibagi ke dalam 13 kampung, yakni: Lulut, Pojok Muara, Sawah, Sigedong, Citoke, Cinyengcle, Bojong Koneng, Tegal Tengah, Sarongge, Cikulawing, Curug Dengdeng, Cikukulu, dan Tegal Peuntas. Ketiga belas desa tersebut dapat dibagi menjadi empak karakter ekologi, yaitu sawah, perikanan, lahan kering, dan pemukiman.

Tabel 4 Karakter ekologi Desa Lulut berdasarkan kampung

No Karakter

Ekologi Kampung Keterangan

1 Sawah Sarongge, Tegal

Tengah, Sawah

Luas areal sawah rata-rata di atas 10 ha

2 Perikanan

Curug Dengdeng, Cikulawing, dan Cikukulu

1. Ketersediaan air cukup besar

2. Hulu sungai dengan debit air cukup baik

3 Perkebunan

Rawa Siluman, Cinyengcle, Citoke, Sigedong, dan Bojong Koneng

Dominan lahan kering untuk komoditas buah-buahan

4 Pemukiman Lulut dan Pojok Muara

1. Hampir tidak ada lahan kosong untuk pertanian 2. Aktivitas ekonomi: toko

sembako, bengkel, rumah makan, kontrakan, dan pangkalan ojek. Sumber : Potensi Desa (2008)

Kondisi geografis Desa Lulut juga dapat dilihat dari letaknya yang berada di ketingginan 400-700 m dari permukaan laut dengan suhu rata-rata harian 27o-30o

(3)

Celcius. Curah hujan rata-rata di Desa Lulut ialah sebesar 107 mm di tahun 2010. Padahal pada tahun 2000, curah hujan rata-rata mencapai 305 mm. Warna tanah cenderung berwarna merah dan abu-abu dengan teksur tanah lampungan. Kepadatan agraris di desa ini ialah 1.09 jiwa/ha. Hal ini disebabkan berkurangnya tanah yang dijadikan lahan untuk petani, akibat ambil alih dari PT ITP. Kondisi air di desa ini juga termasuk bersih dengan ragam sumber seperti mata air, sumur gali serta sumur pompa. Masyarakat umumnya menggunakan sumur gali.

Secara umum, kondisi dan kualitas lingkungan Desa Lulut tergolong rawan dengan pencemaran. Terbukti dengan adanya pabrik swasta yang menjadi salah satu sumber pencemar udara dan dapat menyebabkan ISPA. Selain itu, pencermaran suara juga rawan terjadi di desa ini akibat adanya kompayer pabrik serta kendaraan pabrik yang sering lalu lalang di jalan putih Desa Lulut.

Kondisi Ekonomi

Ekonomi merupakan salah satu pilar penting dalam menopang kehidupan di desa. Ketika aktivitas ekonomi desa meningkat, harapannya pendapatan masyarakat pun dapat meningkat. Ekonomi juga berkaitan dengan bidang-bidang lain seperti pendidikan, infrastruktur serta keamanan. Keberhasilan di bidang ekonomi tentunya akan mendukung keberhasilan di bidang-bidang lainnya.

Pada awalnya, mata pencaharian warga Desa Lulut berasal dari sektor pertanian dan perkebunan. Masyarakat umumnya menanam padi, kacang-kacangan, serta buah-buahan. Namun setelah adanya PT ITP mata pencaharian warga berubah. Lulut menjadi salah satu desa yang sumber penghasilan warganya berasal dari non sektor pertanian. Data Podes 2008 yang dikeluarkan BPS melangsir bahwa sumber pengahasilan warga Lulut umumnya berasal dari industri pengolahan. Mayoritas warganya bekerja sebagai karyawan swasta, pedagang dan juga buruh pabrik. Walaupun demikian, jumlah warga yang bekerja di sektor pertanian juga cukup banyak. Tabel 5 merupakan tabel mata pencaharian pokok warga Desa Lulut. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa 43.98 persen dari masyarakat Desa Lulut bermata pencaharian sebagai penyedia jasa. Mata pencaharian selanjutnya yang menjadi pilihan warga ialah di bidang pertanian dengan persentase sebesar 22.29 persen bekerja dan disusul dengan 17.08 persen warga bekerja di bidang swasta.

Kondisi Pendidikan

Pendidikan merupakan hal yang vital dalam peningkatan kapasitas manusia yang ada. Sayangnya, Desa Lulut masih belum memiliki infrastruktur pendidikan yang memadai. Walaupun demikian, Desa Lulut memiliki sarana pendidikan agama non formal yaitu pesantren. Status sekolah dan gedung sekolah yang ada di Desa Lulut umumnya merupakan sekolah negeri, namun ada juga beberapa sekolah swasta. Berdasarkan Kecamatan dalam Angka Tahun 2010, terdapat satu TK swasta dan dua SLTP swasta serta lima SD negri di Desa Lulut, sedangkan menurut Podes Tahun 2008, terdapat satu pesantren, tujuh SD serta satu SLTP/sederajat.

(4)

Tabel 5 Jumlah dan persentase penduduk Desa Lulut berdasarkan jenis pekerjaan dan jenis kelamin

No Jenis Pekerjaan Laki-Laki Perempuan Total %

1 Aparatur Negara / PNS 21 13 34 0.93 2 Swasta 600 26 626 17.08 3 Pertanian 425 392 817 22.29 4 Perdagangan 538 32 570 15.55 5 Penyedia Jasa 407 1205 1612 43.98 6 Buruh Migran 2 4 6 0.16 Total 1993 1672 3665 100.00

Sumber : Data Monografi Desa Lulut 2009 (diolah)

Dengan kurangnya fasilitas sekolah di Desa Lulut, banyak warga yang hanya merupakan tamatan SD (3471 jiwa). Selain tamatan SD, sebagian warga juga merupakan tamatan SMP (421 jiwa). Walaupun demikian, ada juga sebagian kecil warga yang dapat mengenyam pendidikan hingga bangku kuliah. Sebanyak 19 jiwa warga Desa Lulut merupakan sarjana. Padahal Desa Lulut sendiri tidak memiliki bangunan pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Akibat kecilnya jumlah lulusan setaraf SMA/sederajat maka kesempatan untuk terlibat pada bidang pekerjaan formal juga berkurang. Fakta menunjukkan bahwa kurang lebih 60 persen penduduk di desa ini tidak terserap dalam bidang pekerjaan baik formal maupun informal.

Tabel 6 Jumlah penduduk Desa Lulut menurut tingkat pendidikan dan jenis kelamin Tahun 2010 No Tingkat pendidikan Jenis Kelamin Total Laki-laki Perempuan 1 Tidak Sekolah 159 173 332 6.11 2 Tidak Tamat SD 267 262 529 9.73 3 Tamat SD/Sederajat 1736 1735 3471 63.83 4 Tamat SMP/Sederajat 421 418 839 15.43 5 Tamat SMA/Sederajat 130 118 248 4.56 6 Tamat Sarjana 14 5 19 0.35 Total 2727 2711 5438 100.00 Sumber : Potensi Desa 2010 (diolah)

(5)

Karakteristik Penduduk

Desa Lulut terdiri dari delapan RW dan 41 RT dengan jumlah keluarga sebanyak 3258 KK dengan jumlah penduduk sebanyak 13036 jiwa pada Tahun 2010. Menurut jenis kelamin, jumlah laki-laki masih lebih banyak dibandingkan perempuan, namun perbedaannya tidak begitu signifikan yaitu hanya sebesar dua persen.

Jumlah penduduk laki-laki seluruhnya adalah 6668 jiwa, sementara jumlah penduduk perempuan adalah 6368 jiwa. Rasio penduduk dengan jumlah kepala keluarga ialah 4:1, dimana setiap kepala keluarga rata-rata menanggung beban keluarga sebanyak empat jiwa. Kepadatan penduduk di Desa Lulut pada Tahun 2010 ialah sebesar 574 jiwa/km2. Pada Tahun 2003-2008, pertumbuhan penduduk di Desa Lulut meningkat tinggi, dari 0.51 persen menjadi 4.53 persen. Namun pada Tahun 2008-2010, pertumbuhan penduduk kembali menurun hingga mencapai angka 0.64 persen. Mayoritas warga merupakan warga asli Sunda dan beberapa merupakan warga dengan etnis lain seperti suku Jawa, Batak dan Padang. Hampir semua warga merupakan penganut agama Islam. Data jumlah, kepadatan serta reit pertumbuhan penduduk dapat di lihat melalui tabel di bawah ini.

Tabel 7 Jumlah, kepadatan dan reit pertumbuhan penduduk Desa Lulut Tahun 2000-2010 No Kategori Tahun 2000 2003 2008 2010 1 Laki-laki (jiwa) 5126 5243 6612 6668 2 Perempuan (jiwa) 4737 4875 6013 6368

3 Total Penduduk (jiwa) 9863 10118 12625 13036

4 Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) 434 - - 574 5 Reit Pertumbuhan Penduduk Laki-Laki (%) - 0.45 4.75 0.17 6 Reit Pertumbuhan Penduduk Perempuan(%) - 0.57 4.28 1.15 7 Reit Pertumbuhan Penduduk (%) - 0.51 4.53 0.64 8 Kepadatan Agraris (jiwa/ha) 0.00008 - - -

Sumber: Kecamatan dalam Angka 2000 dan 2010 serta Podes 2003-2008 (diolah)

Perbandingan penduduk laki-laki dan wanita di Desa Lulut dapat dilihat melalui Gambar 6. Gambar 6 menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki

(6)

ternyata lebih banyak dibandingkan dengan perempuan. Hal tersebut juga terjadi tidak hanya pada jumlah laki-laki dan perempuan secara keseluruhan, namun juga terjadi pada jumlah laki-laki dan perempuan per golongan umur. Selain itu pada Tabel 7, terlihat bahwa reit pertumbuhan penduduk laki-laki juga lebih besar dibandingkan reit pertumbuhan penduduk perempuan

Sumber : Data Potensi Desa 2009 (diolah) Gambar 6 Piramida penduduk Desa Lulut

Mobilitas Peduduk

Mobilitas penduduk dapat dilihat dari reit migrasi kasar, reit migrasi masuk serta reit migrasi keluar. Angka-angka ini akan menunjukkan desa-desa mana saja yang memiliki angka migrasi tertinggi. Angka ini biasanya menunjukkan tingkat ketersediaan sumberdaya alam sebagai faktor pendorong warga melakukan migrasi. Berdasarkan data Potensi Desa, bahwa Kecamatan Kelapa Nunggal sepanjang lima tahun terakhir mengalami reit migrasi kasar sebesar 3.87 persen.

Tabel 8 menunjukkan bagaimana reit migrasi kasar, migrasi masuk serta migrasi keluar Desa Lulut pada Tahun 2008 dan 2010. Melalui Tabel 8 kita dapat melihat bahwa Desa Lulut mengalami peningkatan jumlah penduduk baik yang keluar maupun masuk desa. Peningkatan tersebut hampir mencapai dua kali lipat. Peningkatan terbesar ada pada jumlah penduduk yang melakukan migrasi keluar desa. Hal ini dapat disebabkan oleh jumlah lahan pertanian yang semakin

(7)

berkurang, sehingga banyak warga yang bekerja serabutan. Kondisi tersebut dapat saja menyebabkan perpindahan penduduk keluar desa.

Tabel 8 Reit migrasi masuk, reit migrasi keluar dan reit migrasi kasar Desa Lulut Tahun 2008 dan 2010 No Kategori Tahun 2008 2010 1 Jumlah Penduduk 12625.00 13036.00 2 Penduduk Masuk 2.00 10.00 3 Penduduk Keluar 12.00 17.00 4 Total Migrasi 14.00 27.00

5 Reit Migrasi Masuk (%) 0.16 0.76

6 Reit Migrasi Keluar (%) 0.95 1.30

7 Reit Migrasi Kasar (%) 1.11 2.07

Sumber : Kecamatan dalam Angka, 2010 (diolah) dan Potensi Desa 2008

Struktur Sosial Masyarakat

Di Desa Lulut, Islam adalah agama mayoritas yang menjadi kepercayaan warga dan Sunda merupakan etnik dominan. Oleh karena itu, masyarakat di desa ini dapat disebut masyarakat mono-religi dan mono-etnik. Tokoh agama menjadi salah satu pemimpin informal yang disegani dan sebagai ujung tombak penyelesaian persoalan-persoalan yang dihadapi oleh warga Lulut. Tokoh agama yang ada di Desa Lulut merupakan pimpinan dari pesantren yang ada di desa tersebut.

Pelapisan sosial dalam masyarakat Desa Lulut digolongkan menjadi masyarakat golongan atas, menengah dan juga bawah. Standar dari penggolongan ini ialah kekayaan yang dimiliki oleh masyarakat. Kekayaan ini dapat dilihat dari kepemilikan tanah yang ada, kepemilikan kendaraan dan juga jenis pekerjaan. Namun, hal yang paling mendasar dalam pembedaan golongan tersebut adalah kepemilikan tanah. Orang-orang yang memiliki tanah sendiri akan mempekerjakan orang lain untuk mengurus tanahnya dan mendapatkan bagian dari hasil panen orang tersebut. Di saat yang bersamaan, orang tersebut mencari pekerjaan lain lagi untuk juga memenuhi kebutuhan hidupnya. Golongan atas biasanya juga merupakan orang-orang yang memiliki pendidikan cukup, para pemuka agama maupun pamong desa. Golongan menengah biasanya adalah mereka yang bekerja berdagang, bekerja sebagai buruh tetap di pabrik-pabrik, dengan pendidikan yang terbatas. Golongan bawah adalah mereka yang bekerja serabutan ataupun mengerjakan tanah orang lain serta kurang memiliki pendidikan.

Walaupun mayoritas penduduk bekerja di sektor penyedia jasa, Desa Lulut juga masih ditunjang dengan sektor pertaniannya. Umumnya lahan digunakan

(8)

masyarakat untuk menanam padi sawah. Selain itu komoditas utama yang dihasilkan adalah uji kayu, mentimun serta ubi jalan. Durian dan buah-buahan lainnya juga pernah menjadi komoditas utama Desa Lulut. Sayangnya buah-buahan itu berkurang jumlah dan keberadaannya seiring dengan masuknya perusahaan. Desa Lulut juga memiliki tanaman jarak yang merupakan salah satu program CSR dari PT ITP. Hasil tanaman ini dijadikan sebagai biofuel untuk konsumsi pribadi PT ITP.

Untuk masalah pendidikan, kebanyakan warga Desa Lulut masih belum memiliki pendidikan yang mencukupi. Kebanyakan warga merupakan lulusan SD. Keadaan serupa juga terjadi pada anak-anak di Desa Lulut. Banyak dari mereka yang malas sekolah sehingga tidak mengenyam pendidikan. Padahal sarana pendidikan hingga SLTP sudah ada di Desa Lulut. Akibatnya, warga sering mengganggap dirinya orang kecil dan bodoh karena kurangnya pendidikan (merasa inferior).

Akses masuk ke Desa Lulut cenderung sudah baik, walaupun cukup jauh dari kota. Terdapat sebuah trayek yang mencapai Desa Lulut, yang baru beroperasi dua sampai tiga bulan yang lalu. Trayek ini mengantarkan warga hingga ke Pasar Citeureup sehingga warga tidak kesulitan untuk membeli kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu ada juga ojek yang menyediakan jasa untuk mengantar warga mencapai daerah-daerah Desa Lulut yang tidak dilewati trayek angkutan. Walaupun akses masuk sudah cukup baik, namun kondisi jalan putih cukup memprihatinkan. Jalan menuju ke Desa Lulut merupakan jalan putih yang juga berbatu. Menurut warga, jalan ini adalah jalan kabupaten sehingga seharusnya pemerintah kabupaten perlu mengaspal jalan ini. Namun menurut perusahaan, jalan ini merupakan jalan tambang (hauling) milik perusahaan, sehingga jika diaspal akan membuat jalan mudah rusak akibat lalu lalang kendaraan perusahaan.

Pola Kebudayaan Masyarakat

Walaupun mayoritas masyarakat Desa Lulut merupakan suku Sunda, namun masyarakat sudah mengenal kehidupan modern sehingga kebudayaan ini tidak begitu kental terlihat. Upacara-upacara adat dalam dunia pertanian juga sudah tidak dilakukan dalam masyarakat. Gaya bahasa dan pergaulan masyarakat masih menggunakan bahasa Sunda dan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Namun ada juga beberapa orang tua yang tidak bisa berbahasa Indonesia. Ciri khas dari masyarakat Lulut sendiri ialah cara mereka berbicara dengan bahasa Sunda. Mereka memiliki logat khusus yang bisa membedakan masyarakat Lulut dengan masyarakat lain di Kecamatan Klapanunggal ini. Masyarakat umumnya juga sudah mengenal berbagai media massa seperti televisi, handphone dan juga internet.

Dalam melakukan interaksi sosial, masyarakat Lulut memiliki hubungan dekat antar satu sama lain. Buktinya, walaupun rumah mereka berjauhan namun masyarakat masih mengenal satu sama lain. Masyarakat pun terbuka dengan orang luar, sehingga dapat dikatakan ramah dan memudahkan dalam melakukan pendekatan. Kekerabatan dalam masyarakat pun sangat tinggi, ditandai dengan cukup banyak perkawinan antar tetangga. Sayangnya, kerja sama antar warga

(9)

sudah jarang terlihat karena kebanyakan warga sibuk dengan urusannya masing-masing. Hanya dalam kondisi tertentu saja, warga mau melakukan kegiatan gotong royong. Padahal sebelumnya masyarakat merupakan masyarakat yang sangat tinggi menjunjung gotong royong.

Kepedulian masyarakat terhadap lingkungan sudah dapat terlihat dengan adanya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang dibangun di Desa Lulut. Adanya TPA ini membuat masyarakat lebih mudah mengumpulkan sampah. Masyarakat juga memanfaatkan kotoran sapi sebagai biomassa sehingga lebih ramah lingkungan. Namun kegiatan biomassa ini tidak dilakukan oleh seluruh warga sehingga masih ada juga warga yang kurang peduli terhadap lingkungan.

Pola-Pola Adaptasi Ekologi Masyarakat

Keberadaan PT ITP yang dekat dengan Desa Lulut tentunya memberikan dampak bagi kehidupan masyarakat.Pada awalnya masyarakat bermata pencaharian sebagai petani. Namun banyak lahan petani yang ternyata merupakan milik PT ITP sehingga harus dikembalikan ketika PT ITP beroperasi di Desa Lulut. Akibatnya para petani tersebut kehilangan pekerjaan dan menjadi pekerja serabutan. Beberapa dari mereka ada yang bekerja sebagai buruh kasar di PT ITP. Untuk kaum perempuan, umumnya bekerja sebagai buruh tekstil di daerah lain untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hanya sebagian yang memiliki tanah pribadi yang masih bekerja sebagai petani.

Awalnya kebutuhan hidup masyarakat dipenuhi secara subsisten dari hasil pertanian dan perkebunan mereka. Namun seiring berkurangnya jumlah lahan pertanian yang ada, masyarakat memenuhi kebutuhan mereka melalui pasar yang ada di daerah Citeureup. Selain itu masyarakat juga dapat membeli melalui warung-warung kecil yang ada di Desa Lulut sendiri.

Aktivitas pertambangan yang dilakukan PT ITP juga memberikan dampak pada lingkungan hidup di masyarakat Desa Lulut. Keberadaan kompayer PT ITP dapat menjadi salah satu sumber pencemaran suara yang dapat menimbulkan ketulian. Selain kompayer, lalu lalang kendaraan tambang juga menimbulkan kebisingan bagi warga. Kendaraan ini beroperasi setiap harinya dari mulai pukul enam pagi hingga enam sore. Selanjutnya, dekatnya pabrik dengan desa juga menjadi salah satu sumber polusi udara. Debu yang berasal dari jalan putih mengganggu masyarakat ketika melintas di jalan ataupun di pinggir jalan. Asap juga muncu dari pabrik melalui cerobong-cerobong pabrik. Masyarakat juga terganggu akibat getaran dirasakan masyarakat akibat blasting batu kapur yang tak jauh dari desa. Kondisi ini sangat mengganggu kehidupan warga, mengingat bahwa Desa Lulut merupakan desa ring satu yang terkena dampak langsung dari aktivitas PT ITP.

Ikhtisar

Desa Lulut merupakan sebuah desa binaan PT ITP dengan luas 1806.832 ha/m2, yang cenderung berada pada daerah dataran tinggi/perbukitan. Umumnya lahan desa digunakan sebagai pemukiman dan pekarangan. Desa Lulut terletak

(10)

pada ketingginan 400-700 m dari permukaan laut dengan suhu rata-rata harian 27o-30o Celcius. Curah hujan rata-rata sebesar 107 mm. Warna tanah cenderung berwarna merah dan abu-abu dengan teksur tanah lampungan dan kepadatan agraris sebesar 1.09 jiwa/ha.

Desa Lulut terdiri dari delapan RW dan 41 RT dengan jumlah keluarga sebanyak 3258 KK dengan jumlah penduduk sebanyak 13036 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki seluruhnya adalah 6668 jiwa, sementara jumlah penduduk perempuan adalah 6368 jiwa. Rasio penduduk dengan jumlah kepala keluarga ialah 4:1, dimana setiap kepala keluarga rata-rata menanggung beban keluarga sebanyak empat jiwa. Kepadatan penduduk di Desa Lulut pada Tahun 2010 ialah sebesar 574 jiwa/km2 dengan reit pertumbuhan penduduk sebesar 0.64 persen.

Pada awalnya, mata pencaharian warga Desa Lulut berasal dari sektor pertanian dan perkebunan, dengan komoditas utama kacang-kacangan serta buah-buahan. Namun setelah adanya PT ITP mata pencaharian warga berubah menjadi karyawan swasta, pedagang dan juga buruh. Berdasarkan Kecamatan dalam Angka Tahun 2010, terdapat satu TK swasta dan dua SLTP swasta serta lima SD negeri di Desa Lulut, sedangkan menurut Podes Tahun 2008, terdapat satu pesantren, tujuh SD serta satu SLTP/sederajat. Walaupun demikian, kepedulian akan pendidikan di Desa Lulut masih sangat rendah.

Tokoh yang sangat dipercayai di desa ini merupakan tokoh agama yang juga kepala pesantren setempat. Dengan penduduk mayoritas suku Sunda dan beragama Islam, Desa Lulut merupakan sebuah desa mono-etnik dan mono-religi. Akses menuju desa cenderung mudah dengan adanya sebuah trayek, namun sayangnya kondisi jalan masih cukup memprihatinkan. Pelapisan sosial di masyarakat Lulut dapat digolongkan menjadi golongan atas, menengah dan bawah, dimana faktor pembedanya ialah kepemilikan tanah dan pendidikan. Masyarakat Lulut cenderung terbuka dan ramah namun kurang terlihat kerja sama antar warga. Mereka cukup peduli dengan lingkungan melalui adanya TPA serta usaha pembuatan biomassa.

Keberadaan PT ITP di sekitar desa tentunya memberikan dampak pada masyarakat. Dampak utama ialah perubahan mata pencaharian dari sektor pertanian ke sektor non-pertanian. Selain itu dampak juga terjadi pada lingkungan hidup masyarakat. Pencemaran udara dan suara terjadi akibat aktivitas PT ITP seperti blasting, lalu lalang kendaraan, keberadaan kompayer di desa, debu jalan tambang serta buangan asap dari cerobong PT ITP.

Gambar

Tabel 5 Jumlah dan persentase penduduk Desa Lulut berdasarkan jenis pekerjaan  dan jenis kelamin
Tabel 7  Jumlah,  kepadatan dan reit pertumbuhan penduduk Desa Lulut Tahun  2000-2010  No  Kategori  Tahun  2000  2003  2008  2010  1  Laki-laki (jiwa)  5126  5243  6612  6668  2  Perempuan (jiwa)  4737  4875  6013  6368
Gambar 6 Piramida penduduk Desa Lulut
Tabel 8  Reit migrasi masuk, reit migrasi keluar dan reit migrasi kasar Desa Lulut  Tahun 2008 dan 2010  No  Kategori  Tahun  2008  2010  1  Jumlah Penduduk  12625.00  13036.00  2  Penduduk Masuk  2.00  10.00  3  Penduduk Keluar  12.00  17.00  4  Total Mig

Referensi

Dokumen terkait

dalam sektor tanaman pangan adalah padi, palawija (jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar dan hortikultura (sayur-sayuran dan

Sedangkan jasa persewaan terdapat tiga komoditas unggulan, dimana rental mobil merupakan komoditas yang paling unggul di Kabupaten Tapanuli Tengah untuk sektor

Data pemerintahan daerah Kapasan Surabaya menunjukkan bahwa mata pencaharian masyarakat Kapasan Surabaya bekerja di sektor yang berfariasi salah satu contohnya

Sama halnya dengan dua kecamatan sebelumnya, di Kecamatan Morotai Selatan Barat, mata pencaharian yang paling dominan adalah dari sektor pertanian yaitu sebanyak 2162 KK atau

Di kawasan Teritip, perkebunan juga kurang lebih mendominasi mata pencaharian warga sekitar sini. Ada banyak jenis perkebunan di daerah ini namun yang paling banyak

dalam sektor tanaman pangan adalah padi, palawija (jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar dan hortikultura (sayur-sayuran dan

Lava Andesit dan batuan klastika gunung api yang berasal dari Pegunungan Jembangan, terutama andesit kipersten augit, setempat – setempat mengandung horenblenda dan setempat –

Untuk sektor perikanan terdapat lima komoditas unggulan untuk Kota Tanjung Balai yaitu ikan laut menjadi komoditas yang paling unggul dengan Produksi perikanan laut Kota