BAB 11
Tujuan Audit Investigatif
Investigasi merupakan proses yang panjang dan mahala dan bis berdampka negative terhadap perusahaan atau stakeholders sehingga pimpinan perusahaan atau lembaga perlu menetapkan apa yang sesungguhnya tujuan dari sebuah investigasi sebelum memulai investigasi tersebut. Proses investigasi memakan waktu yang lama karena diikuti dengan banyak pihak yang terlibat baik dari internal maupun eksternal dan memakan biaya yang cukup mahal. Hal penting yang dipertaruhkan dalam investigasi adalah reputasi perusahaan itu sendiri jika pengungkapan investigasi tidak dikomunikasikan secara baik. Oleh karena itu tujuan dari investigasi harus disesuaikan dengan keadaan khusus yang dihadapai dan ditentukan sebelum investigasi dimulai. Tujuan Investigasi
Menurut K.H. Spencer Pickett dan Jennifer Pivket dalam Financial crime Investigation dan Control (2002), tujuan investigasi adalah:
Memberhentikan manajemen, yang bertujuan sebagi teguran keras karena manajemen lalai dalam mengawasi dan mencegah terjadinya kecurangan yang dilakukan karyawan.
Memeriksa, mengumpulkan dan menilai cukup tidaknya dan relevannya bukti.
Melindungi reputasi dari karyawan yang tidak bersalah.
Menemukan dan mengamankan dokumen yang relevan untuk investigasi. Banyak bukti yang diperlukan sehingga kemungkinan besar semakin banyak bukti yang disembunyikan. Sehingga tujuan investigasi ini untuk menjaga keutuhan keutuhan dokumen.
Menemukan asset yang digelapkan dan mengupayakan pemulihan dari kerugian yang terjadi.
Memastikan bahwa semua orang terutama yang diduga pelaku kejahatan, mengerti kerangka acuan dari investigasi tersebut dengan harapan mereka bersikap kooperatif. Memastikan bahwa pelaku kejahatan tidak dapat lolos dari perbuatannya yang dapat
yang kedua kejar asset yang sudah dicuri pelaku sampai dapat dan meminta pelaku untuk mengundurkan diri.
Membersihkan semua karyawan yang bermental penjahat.
Memastikan bahwa perusahaab tidak lagi menjadi sasaran pencurian.
Menentukan bagaimana kelanjutan investigasi. Apakah investigasi akan diperluas atau diperdalam atau justru dibatasi lingkupnya.
Melaksanakan investigasi sesuai standar, sesuai peraturan perusahaan dan sesuai buku pedoman.
Menyediakan laporan kemajuan secara teratur untuk membantu pengambilan keputusan pada investigasi selanjutnya.
Memastikan pelaku kejahatan tidak melarikan diri atau menghilang sebelum tindak lanjut yang tepat diambil.
Mengumpulkan cukup bukti yang dapat diterima pengadilan dengan sumber daya
seminimal mungkin.
Memperoleh gambaran yang wajar tentang kecurangan yang terjadi dan mengambil keputusan yang tepat mengenai tindakan yang harus diambil.
Mendalami tuduhan untuk menanggapinya secara tepat. Sehingga tidak menelan
mentah-mentah informasi yang didapat.
Memastikan bahwa hubungan dan suasana kerja tetap baik.
Melindungi nama baik perusahaan atau lembaga
Mnegikuti seluruh kewajiban hokum dan mematuhi semua ketentuan mengenai due
diligence dan klaim kepada pihak ketiga.
Melaksanakan investigasi dalam koridor kode etik.
Menentukan siapa pelaku dan mengumpulkan bukti mengenai niatnya dengan maksud menyeret si pelaku ke pengadilan pidana.
Mengumpulkan bukti yang cukup untuk menindak pelaku dalam perbuatan yang tidak terpuji.
Mengidentifikasi praktek menejemn yang tidak dapat dipertanggung jawab atau perilaku
Mempertahankan kerahasiaan dan memastikan bahwa perusahaan atau lembaga ini tidak terperangkap dalam ancaman tuntutan pencemaran nama baik.
Mengidentifikasi saksi yang melihat atau mengetahui terjadinya kecurangan dan memastikan bahwa mereka memberikan bukti yang mendukung tuduhan atau dakwaan terhadap si pelaku.
Memberikan rekomendasi mengenai bagaimana mengelola resiko terjadinya kecurangan
ini dengan tepat.
Bab 12
Investigasi dan Audit Investigatif Aksioma Dalam Investigasi
Menurut filsuf yunani, aksioma adalah klaim atau pernyataan yang dapat dianggap benar tanpa perlu pembuktian lanjut. Aksioma atau postulate adalah pernyataan (proposition) yang tidak dibuktikan atau tidak diperagakan dan dianggap sudah jelas dengan sendirinya (self evident). Kebenaran dari proposisi ini tidak dipertanyakan lagi ( taken for granted). Aksioma dapt dikatakan sebagai titik tolak untuk menarik kesimpulan tentang suatu kebenaran yang harus dibuktikan.
Menurut ACFE dalam melakukan investigasi terdapat tiga aksioma
Aksioma-1 Fraud is hidden
Aksioma-2 Reverse proof
Aksioma-3 Existance of fraud
Fraud is Hidden
Modus operandi dari fraud ini adalah mengandung tipuan untuk menyembunyikan fraud yang sedang berlangsung. Yang Nampak pada permukaan bukanlah yang sebenarnya terjadi atau berlangsung. Sebagai contoh perampokan bank yang dilakukan segerombolan orang yang masuk
ke bank kemudian menodongkan pistol dan memaksa petugas untuk mengisi tas mereka dengan uang kemudian kabur dengan kecepatan tinggi, aksi mereka jg terekam kamera cctv dan disaksikan nasabah bank yang sedang melakukan transaksi bank.
Kemudian bandingkan dengan pencurian yang dilakukan direksi bank atau kepal cabang dengan memfasilitasi pelanggannya dengan membuka L/C fiktif atau memberikan kredit bodong yang segera menjadi NPL (Non Performing Loan). Dalam kejadian ini terjadi dua hal, pertama di permukaan seolah-olah terjadi transaksi perbankan yang normal antar banker dan pelanggana. Dan yang kedua scenario tersebut tidak terpisah, satu menguatkan yang lain dalam jaringan yang rapi. Ada arranger. Kalau perlu, ada seremoni penandatanganan perjanjian kredit atau L/C yang dihadiri pejabat negara.
Adegan pertama pembobolan yang pertama terlihat kasar dan kasat mata. Adegan kedua pembobolan dilakukan secara professional dan terlihat bersih. Jumlahnya pun berbeda adegan pertama mungkin hanya mendapat ratusan juta sedangkan adegan kedua bisa mencapai miliaran rupiah.
Reverse Proof
Secara harfian berarti pembuktian terbalik. Agar kita tidak terbalik dengan dengan istilah hokum, maka penulis menyebut reverse proof sebagau pembuktian fraud secara timbale balik.
Penjelasan ACFE mengenai aksioma fraud yang kedua “The examination of fraud is approached from two perspectives. To prove that a fraud has occurred, the proof must be include attempts to prove it has not occurred. The reverse is also true. In attempting to prove fraud has not occurred, that proof must also attempt to prove that is has.” Terjemahannya sebagai berikut pemeriksaan fraud didekai dari dua arah. Untuk membuktikan fraud memang terjadi, pembuktian harus meliputi upaya untuk membuktikan bahwa fraud tidak terjadi dan sebaliknya. Dalam upaya membuktikan fraud tidak terjadi, pembuktian harus meliputi upaya untuk membuktikan bahwa fraud memang terjadi.
Existence of Fraud
Aksioma ini bermaksud bahwa hanya pengadilan yang berhak menetapkan fraud memang terjadi atau tidak. Pemeriksa fraud berupaya membuktikan bahwa terjadi atau tidak terjadinya fraud. Namun, hanya pengadilan yang mempunyai kewenangan untuk menetapkan hal itu. Dalam upaya menyelidiki adanya fraud pemeriksa membuat dugaan apakah seseorang itu bersalah atau tidak. Bersalahnya atau tidaknya seseorang merupakan dugaan atau bagian dari teori fraud, sampai pengadilan memberikan vonis.
Predication
Langkah awal yang dilakukan akuntan forensic dalam audit investigative adalah menyusun predication. Dalam Fraud Examiners Manual (2006) menjelaskan predication adalah keseluruhan peristiwa dan segala hal yang terkait atau berkaitan yang membawa seseorang cukup terlatih dan berpengalaman dengan kehati-hatian yang memadai, kepada kesimpulan bahwa fraud telah, sedang adau berlangsung. Predication dapat dikatan sebagai dasar dalam memulai investigasi.
Pemeriksaan Dalam Hukum Acara Pidana
UU hokum acara pidana (UU No.8 tahun 1981) mengatur tahapan hokum acara pidana:
1. Penyelidikan
2. Pnyidikan
3. Penuntutan
4. Pemeriksaan di siding pengadilan
5. Putusan pengadilan
6. Upaya hokum
7. Pelaksanaan putusan pengadilan
8. Pengawasan pelaksanaan putusan pengadilan
Penyelidikan
Penyelidikan adalah kegiatan mencari dan menemukan perbuatan yang diduga tindak pidana yang bertujuan untuk memastikan dapat atau tidaknya penyidikan dilakukan.
Penyelidik memiliki wewenang:
1. Menerima laporan adanya dugaan tindak pidana
2. Mencari barang bukti
3. Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa pengenal diri
Atas perintah penyidik, penyelidik dapat melakukan tindakan berupa:
1. Penangkapan, larangan meninggalkan tempat, penggeledahan dan penyitaan.
2. Pemeriksaan dan penyitaan surat
3. Membawa dan menghadapkan seseorang pada penyidik
Penyidik
Penyidikan adalah kegiatan mencari dan mengumpulkan bukti, dengan bukti tersebut diharapkan menemukan titik terang tindak pidana yang terjadi dan menemukan tersangkanya. Untuk mengumpulkan barang bukti UU member kewenangan penyidik untuk melakukan:
1. Menggeledah dan menyita surat dan barang bukti
2. Memanggil dan memeriksa saksi yang keterangannya dituangkan dalam berita acara pemeriksaan saksi
3. Memanggil dan memeriksa tersangka dimana keterangannya dituangkan dalam berita acara pemeriksaan tersangka.
4. Mnedatangkan ahli untuk memperoleh keterangan ahli yang dapat juga diberikan dalam
bentuk laporan ahli
5. Menahan tersangka dalam hal tersangka dikhawatirkan akan melarikan diri,
menghilangkan barang bukti atau mengulangi kejahatannya. Prapenuntutan
Prapenuntutan adalah tindakan yang dilakukan jaksa untuk memantau perkembangan penyidikan setelah menerima pemberitahuan dimulainya penyidikan dari penyidik, mempelajari atau meneliti kelengkapan berkas perkara hasil penyidikan yang diterima dari penyidik. Jaksa tidak akan menerima berkas perkara hasil penyelidikan yang tidak lengkap.
Penuntutan
Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara pidana ke pengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan”. (Pasal 1 butir 7 KUHAP).
Pemeriksaan di Pengadilan Pemeriksaan di Pengadilan
Pada tahap ini berkenaan dengan pembuktian dimana bukti-bukti yang diperoleh di tingkat penyidikan diperiksa kembali di siding pengadilan untuk dijadikan alat bukti. Hanya alat bukti yang sah yang diperoleh di siding pengadilan yang dapat menyakinkan hakim tentang kesalahan terdakwa. Alat bukti yang sah terdiri dari keterangan saksi, keterangan ahli, surat, keterangan terdakwa dan petunjuk. Pemeriksaan di pengadilan bertujuan untuk mencari alat bukti yang membentuk keyakinan hakim tentang bersalah atau tidaknya terdakwa.
Putusan Pengadilan
Dalam menjatuhkan hukuman pidana kepada seseorang, hakim memerlukan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah. Kesalahan terdakwa ditentukan oleh keyakinan hakim, dimana keyakinan tersebut berdasarkan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah.
Putusan yag diajtuhkan hakim berdasarkan alat bukti:
1. Putusan pemidanaan, apabila pengadilan beranggapan bahwa terdakwa bersalah
melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya
2. Putusan bebas, apabilan pengadilan beranggapan terdakwa tidak terbukti secara meyakinkan melakukan tindak pidana yang didakwakan
3. Putusan lepas dari segala tuntutan hokum, apabila pengadilan berpendapat bahwa perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa terbukti, tetapi perbuatan itu tidak merupakan suatu tindak pidana atau terbukti tetapi terdakwa tidak dapat dipertanggung jawabkan terhadap perbuatannya.
Upaya Hukum
Upaya hukum merupakan upaya yang diberikan oleh undang-undang kepada seseorang atau badan hukum untuk hal tertentu untuk melawan putusan hakim sebagai tempat bagi pihak-pihak yang tidak puas dengan putusan hakim yang dianggap tidak sesuai dengan apa yang diinginkan, tidak memenuhi rasa keadilan, karena hakim juga seorang manusia yang dapat melakukan kesalaha/kekhilafan sehingga salah memutuskan atau memihak salah satu pihak.