• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum

Ditinjau dari sumberdaya lahan dan ketersediaan teknologi, Kabupaten Bandung memiliki peluang untuk menjadi salah satu pemasok Jagung terbesar di Jawa Barat. Upaya peningkatan produksi Jagung dapat ditempuh melalui perluasan areal tanam dan peningkatan produktivitas. Perluasan areal tanam diarahkan pada lahan-lahan potensial seperti lahan sawah irigasi, lahan sawah tadah hujan dan lahan kering yang belum dimanfaatkan untuk pertanian. Selain perluasan areal tanam dan peningkatan produktivitas, upaya pengembangan Jagung juga memerlukan peningkatan efisiensi produksi, penguatan kelembagaan petani, peningkatan mutu produk, peningkatan nilai tambah, perbaikan sistem permodalan, pengembangan infrastruktur serta pengaturan tataniaga dan insentif usaha. Sampai saat ini penawaran Jagung belum dapat mengimbangi permintaan. Semakin bertambah luasnya penawaran Jagung, menunjukkan bahwa minat petani untuk mengusahakan Jagung cukup besar

Dilihat dari rata - rata hasil per hektar, produktivitas Jagung cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya penggunaah benih Jagung yang bermutu serta penerapan teknologi budidaya yang semakin baik. Kondisi ini menunjukkan bahwa usaha tani Jagung di Kabupaten Bandung semakin berkembang dan memberikan prospek yang cerah di masa mendatang.

Tabel. 12. Perkembangan luas tanam, luas panen, produksi dan produktivitas Jagung di Kabupaten Bandung dari tahun 2005 – 2008 :

Tahun Luas Tanam (ha) Luas Panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (kuintal/ha) 2005*) 16.050 17.658 85.076 48,18 2006*) 15.780 13.677 66.402 48,55 2007**) 12.127 6.266 32.958 52,98 2008**) 12.329 7.092 38.267 53,96

Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat, 2009

*) Dengan wilayah Kabupaten Bandung Barat, sebelum dimekarkan (45 kecamatan) **) Setelah pemekaran Kabupaten Bandung (30 kecamatan)

(2)

Dari Tabel 12 terlihat bahwa terjadi peningkatan luas tanam, luas panen, produksi dan produktivitas Jagung di Kabupaten Bandung. Secara umum lokasi produksi Jagung di Kabupaten Bandung tersebar merata di seluruh kecamatan, namun secara kuantitas penyebaran Jagung yang utama ada di Kecamatan Soreang, Nagreg, Pangalengan, Cicalengka, Cikancung dan Arjasari.

Masalah yang banyak dihadapi oleh petani Jagung adalah penanganan pasca panen dan pemasarannya. Pada umumnya petani menjual Jagung baik dalam bentuk pipilan maupun tongkolan kepada pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul memiliki posisi yang cukup kuat untuk menentukan harga sehingga harga di tingkat petani menjadi rendah. Dengan adanya kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil seperti yang sudah berjalan di Gapoktan Rido Manah memberikan kepastian harga dan pasar bagi petani Jagung serta memutus rantai tataniaga Jagung yang biasanya melalui bandar/ pengumpul. Keberadaan Silo Jagung di Gapoktan Rido Manah, Kecamatan Nagreg telah membantu petani mengatasi masalah penanganan pasca panen, sehingga kualitasnya meningkat dan dapat diterima pasar (pabrik pakan ternak).

4.1.1 Sejarah dan Perkembangan Unit Usaha Silo Jagung

Lokasi Unit Usaha Silo Jagung yang dijadikan obyek kajian terletak di Kecamatan Nagreg Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat. Unit usaha yang dijadikan obyek kajian adalah Unit Usaha Gapoktan Rido Manah yang memiliki 1 unit alat pemipil (corn sheller) kapasitas 1–1,5 ton/jam , 1 unit pembersih (corn cleaner) kapasitas 7-8 ton/jam, 1 unit pengering (dryer) kapasitas 10 ton per proses dan 1 unit penyimpanan Jagung ( Silo ) berkapasitas 50 ton.

Lokasi unit usaha Silo Jagung Gapoktan Rido Manah memiliki lahan seluas 700 m2 yang terdiri dari bangunan tempat Silo dan perlengkapannya, lantai jemur dan perkantoran. Lokasi usaha ini strategik karena berada di Sentra pertanaman Jagung di Kabupaten Bandung dan letaknya berada di pinggir jalan raya Nagreg dengan sarana dan prasarana yang memadai.

Munculnya berbagai peluang dan hambatan sesuai dengan lingkungan sosial ekonomi setempat membutuhkan adanya pengembangan kelompok tani ke dalam suatu organisasi yang jauh lebih besar. Beberapa kelompok tani bergabung ke dalam Gapoktan. Penggabungan dalam Gapoktan dapat dilakukan oleh kelompok tani yang berada dalam satu wilayah administrasi pemerintahan

(3)

untuk menggalang kepentingan bersama secara kooperatif. Wilayah kerja Gapoktan sedapat mungkin di wilayah administratif Desa/Kecamatan, tetapi sebaiknya tidak melewati batas wilayah Kabupaten/Kota. Penggabungan kelompok tani ke dalam Gapoktan dilakukan agar kelompok tani dapat lebih berdaya dan berhasil guna, dalam penyediaan sarana produksi pertanian, permodalan, peningkatan atau perluasan usahatani ke sektor hulu dan hilir, pemasaran serta kerja sama dalam peningkatan posisi tawar (Peraturan Menteri Pertanian No.273/Kpts/OT.160/4/2007 tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani).

Gapoktan diharapkan mampu melakukan fungsi-fungsi berikut : a. Satu kesatuan unit produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar

b. Penyediaan sarana produksi pertanian (saprotan) dan menyalurkannya kepada para petani melalui kelompoknya

c. Penyediaan modal usaha dan menyalurkan secara kredit/pinjaman kepada para petani yang memerlukan

d. Melakukan proses pengolahan produk para anggota (penggilingan, grading, pengepakan dan lainnya) yang dapat meningkatkan skor tambah

e. Menyelenggarakan perdagangan, memasarkan/menjual produk petani kepada pedagang/industri hilir.

Gapoktan Rido Manah merupakan sebuah organisasi petani Jagung. Petani yang bergabung dalam Gapoktan Rido Manah seluruhnya berlokasi di Kecamatan Nagreg yang terdiri dari 40 kelompok tani dari 6 Desa. Jumlah petani yang tergabung dalam Gapoktan Rido Manah berjumlah 800 petani dan yang aktif berjumlah 250 petani, dengan potensi lahan 2.000 Ha.

Beberapa prestasi yang pernah diraih oleh Gapoktan Rido Manah adalah : a. Penghargaan Bupati Dalam Pengembangan Teknologi Jagung pada Tahun

2007

b. Kelompok Tani Terbaik Intensifikasi Jagung Tingkat Kabupaten Tahun 2007 c. Juara I Kelompok Tani Jagung Tingkat Kabupaten Tahun 2008

d. Penghargaan Bupati dalam Budidaya Jagung Tahun 2008 e. Juara II Kelompok Tani TK Nasional Tahun 2008

Sebagaimana dinyatakan dalam Peraturan Menteri Pertanian No.273/Kpts/OT.160/4/2007 tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani, Gapoktan yang kuat dan mandiri dicirikan sebagai berikut :

(4)

a. Adanya pertemuan/rapat anggota/rapat pengurus yang diselenggarakan secara berkala dan berkesinambungan

b. Disusunnya rencana kerja Gapoktan secara bersama dan dilaksanakan oleh para pelaksana sesuai dengan kesepakatan bersama dan setiap akhir pelaksanaan dilakukan evaluasi secara partisipasi.

c. Memiliki aturan/norma tertulis yang disepakati dan ditaati bersama.

d. Memiliki pencatatan/pengadministrasian setiap anggota organisasi yang rapih.

e. Memfasilitasi kegiatan–kegiatan usaha bersama di sektor hulu dan hilir. f. Menfasilitasi usahatani secara komersial dan berorientasi pasar.

g. Sebagai sumber, serta pelayanan informasi dan teknologi untuk usaha para petani umumnya dan anggota kelompoktani khususnya.

h. Adanya jalinan, kerjasama antara Gapoktan dengan pihak lain.

i. Adanya pemupukan modal usaha baik iuran dari anggota atau penyisihan hasil usaha/kegiatan Gapoktan.

Mengacu pada kriteria di atas, maka Gapoktan Rido Manah dapat dikategorikan sebagai Gapoktan kuat dan mandiri, karena :

a. Gapoktan sudah menyusun aturan norma tertulis (AD/ART), dan pengadministrasian anggota Gapoktan terlaksana dengan baik bahkan telah dibentuk wadah koperasi Rido Manah

b. Gapoktan memberikan pelayanan penuh dalam menunjang usaha anggotanya, baik dalam penyediaan saprodi maupun sarana pengolahan c. Keanggotaan petani dalam Gapoktan saat ini hanya terbatas pada

diwajibkannya petani menggunakan input produksi sesuai kesepakatan dengan Gapoktan, kewajiban untuk menjual hasil panennya kepada Gapoktan, serta pemupukan modal melalui iuran atau simpanan anggota.

Struktur organisasi unit usaha Silo Jagung adalah:

Nama Ketua : Ade Samanudin

Sekretaris : Agus Yani

Bendahara : H. Ara Koswara

Manajer : Drs. Endang

(5)

Kabid Administrasi dan Keuangan : Asep

Kabid Teknik/Operasi : Dafa

Kabid Pemasaran : Aceng

4.2 Analisis Usahatani Jagung

Analisis usahatani Jagung dilakukan kepada petani Anggota Gapoktan Rido Manah dan bukan anggota yang lokasinya berdekatan dengan anggota Gapoktan. Analisis ini bertujuan untuk melihat berapa besar keuntungan petani bila melakukan usahatani Jagung. Untuk melihat sejauh mana keuntungan yang diperoleh petani bila bergabung dalam Gapoktan dan bukan, maka dilakukan analisis terhadap petani anggota dan bukan anggota seperti terlihat dalam Tabel 13

Tabel 13.Analisis pendapatan rataan Usahatani Jagung per musim

No Deskripsi Satuan Anggota

Gapoktan Kontribusi thdp biaya (%) Non Anggota Kontribu si thdp biaya (%) A Luas tanam Ha 1.15 0.9 B Produksi Kg 5,221 3,837

C1 Produktivitas (tumpang sari) Kg/Ha 4,593 4,292 Jarak tanam 40 x 70 cm

C2 Produktivitas (Monokultur) Kg/Ha 6,706 6,267 Jarak tanam 25 x 60 cm D Harga jual Rp/Kg 1,928 1,846 E Penerimaan Rp 10,064,200 7,082,269 F Biaya Total Rp 5,520,913 4,151,393 - Benih Rp 628,188 11.4 506,286 12.2 - Pupuk Rp 1,842,256 33.4 1,427,714 34.4 - Pestisida Rp 60,750 1.1 47,429 1.1 - Sewa lahan Rp 116,219 2.1 98,393 2.4 -Tenaga kerja Rp 2,661,625 48.2 1,878,000 45.2 - Biaya lain-lain Rp 211,875 3.8 193,571 4.7 G Pendapatan Rp 4,543,288 2,930,877

H R/C atas biaya total (E/F) 1.823 1.706

I Biaya pokok (F/B) Rp 1,057 1,082

Berdasarkan data hasil penelitian terlihat bahwa produktivitas rataan petani anggota Gapoktan sedikit lebih tinggi (4,59 ton/Ha) dibandingkan petani bukan anggota Gapoktan (4,29 ton/Ha). Produktivitas rataan petani ini lebih rendah bilah dibandingkan dengan produktivitas jagung hibrida pada umumnya diakibatkan pola tanam tumpang

(6)

sari. Jarak tanam jagung bila ditanam secara tumpang sari adalah 40 x 70 cm sedangkan bila ditanam secara monokultur, maka jarak tanam yang biasa dilakukan 25 x 60 cm sehingga terjadi kenaikan jarak tanam 46% yang mengakibatkan berkurangnya produktivitas jagung. Dengan asumsi ini bila jagung ditanam secara monokultur, maka produktivitas rataan jagung anggota Gapoktan (6,70 Ton/Ha) dan bukan anggota Gapoktan (6,26 Ton/Ha). Produktivitas Jagung ini mendekati produktivitas jagung hibrida 7-8 Ton/Ha. Perbedaan produktivitas Jagung petani anggota dan bukan anggota ini utamanya disebabkan oleh faktor yaitu (1) penggunaan benih unggul bermutu (2) penggunaan pupuk sesuai anjuran. Penggunaan benih hibrida Bisi-2 dan Bisi-16 dengan jadwal tanam 2 (dua) kali setahun. Penggunaan pupuk oleh petani anggota berpengaruh terhadap produktivitas Jagung. Pola tanam petani Jagung di Kecamatan Nagreg adalah tumpang sari dengan tanaman palawija seperti Ubikayu dan Kacang Kedelai.

Penjualan hasil panen petani anggota Gapoktan dilakukan kepada Ketua kelompok tani dalam bentuk pipilan ataupun tongkolan. Jagung bentuk pipil kering petani (KA 20-22%) harga Rp 1.800–1.950 per kg. Pembayaran dilakukan sesuai dengan mutu Jagung pipil terutama penilaian terhadap KA dan kadar kotoran. Jagung tongkolan (KA 20-22%) dengan harga 1.200 – 1.300 per kg . Penjualan Jagung oleh petani bukan anggota umumnya dilakukan kepada pedagang pengepul dengan rataan harga yang sedikit berbeda dibandingkan dengan petani anggota Gapoktan. Dengan harga Jagung yang lebih tinggi, maka rataan penerimaan petani anggota Gapoktan (Rp 1.928/kg) lebih tinggi dibandingkan petani bukan anggota (Rp 1.846/kg).

Ukuran efisiensi pengelolaan usahatani dapat dilihat dengan menggunakan koefisien perbandingan penerimaan dan biaya (rasio R/C). Tabel 13 menunjukkan bahwa nilai rasio R/C petani anggota (1,82) maupun petani bukan anggota (1,71) lebih besar dari satu, ini menunjukkan bergabung dengan Gapoktan maupun tidak, usahatani Jagung tetap efisien dan menguntungkan, karena imbalan yang diperoleh masih lebih tinggi dibandingkan biaya yang harus dikeluarkan.

Nilai rasio R/C atas biaya total petani anggota sedikit berbeda dibandingkan petani bukan anggota. Nilai rasio R/C atas biaya total petani anggota 1,82 dan petani bukan anggota 1,71. Nilai-nilai tersebut dapat diartikan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan dalam usahatani Jagung akan menghasilkan tambahan penerimaan Rp 1,82 untuk petani anggota Gapoktan dan bagi petani yang tidak tergabung dalam Gapoktan hanya mendapatkan tambahan penerimaan Rp 1,71. Hal ini menunjukkan bahwa dengan bergabung dalam Gapoktan, petani anggota hanya menerima keuntungan

(7)

6,4% lebih tinggi daripada petani bukan anggota namun dengan Silo Jagung kepastian pasar sudah ada yang menampung dibandingkan sebelum ada.

Harga pembelian Jagung di tingkat petani berfluktuasi antara Rp 1.800 – 1.950/kg,Jagung pipil kering petani (KA 20-22%). Dari perhitungan biaya pokok usahatani Jagung dimana biaya pokok merupakan perbandingan total pengeluaran usahatani Jagung (Rp) dengan jumlah produksi Jagung (kg). Nilai ini menunjukkan bahwa petani anggota Gapoktan akan rugi bila menjual Jagung pipilnya dibawah Rp 1.057 per kg sedangkan petani bukan anggota akan rugi bila menjual Jagung pipilnya dibawah Rp.1.082 per kg, seperti dicantumkan dalam Tabel 13.

4.3 Analisis Kelayakan Usaha Silo Jagung

Untuk melihat prospek atau kelayakan usaha Silo Jagung diperlukan pembahasan yang mencakup aspek-aspek berikut :

4.3.1 Aspek Teknis Produksi

Untuk melihat prospek atau kelayakan unit usaha Silo Jagung diperlukan pembahasan yang mencakup aspek-aspek berikut :

1. Fasilitas Produksi dan Peralatan a. Bangunan

Bangunan digunakan untuk tempat menampung bahan baku, melakukan proses produksi dengan penempatan mesin-mesin pengolahan dan penyimpanan produksi sementara. Bangunan seluas 180 m2 diperoleh dari bantuan dari Departemen Pertanian . Dilihat dari kondisi ruangan yang sekaligus tempat produksi dan gudang sementara, maka ruangan tersebut terlalu kecil sebagi tempat alat dan bahan baku.

b. Elevator

Elevator merupakan alat yang berfungsi untuk menaikkan/mengangkat Jagung pipil dari corong masuk ke dryer dengan arah vertikal.

c. Alat Pemipil Jagung (Corn Sheller)

Alat Pemipil Jagung yang dimiliki Gapoktan Rido Manah 1 unit dengan kapasitas 1-1,5 ton per jam sementara untuk 1 kali proses dibutuhkan Jagung pipil 10 ton ( KA 20-22 %). Untuk mengatasi permasalahan ini maka unit Silo Jagung membeli bahan baku dari petani melalui ketua kelompok dalam bentuk

(8)

Jagung pipil kering petani (KA 20-22%). Kondisi ini akan menjadi masalah bila panen raya bertepatan pada musim hujan dimana petani tidak bisa melakukan penjemuran dengan sinar matahari, sehingga menjual Jagung tongkolan (KA lebih besar dari 30%).

d. Alat Pembersih Jagung (Corn Cleaner)

Corn cleaner adalah mesin pembersih Jagung pipil (KA 20–22%) yang dirancang sedemikian rupa agar Jagung pipil dapat dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menyertainya secara optimal, kapasitas 7–8 ton per jam. Pembersihan ditujukan untuk memisahkan pipilan Jagung dari tumpi, pecahan tongkol dan kotoran lainnya. Penggunaan Corn Cleaner ini sangat bermanfaat bagi petani karena mutu yang dihasilkan lebih bagus (Kadar kotoran 1-2 %). Bila KA Jagung pipil yang diterima dari petani sudah memnuhi standar penerimaan (KA 14 -16%) maka unit usaha Silo Jagung hanya melakukan pembersihan untuk menyeragamkan dan mengurangi kadar kotoran Jagung dengan menggunakan corn cleaner.

e. Pengering (Dryer )

Mesin pengering Jagung vertikal untuk mengeringkan Jagung pipil dengan jalan mendistribusikan udara panas dan udara dingin secara merata. Kapasitas Dryer 10 ton per proses, mesin ini akan lebih efektif bila KA Jagung yang masuk 20 – 22% dan keluar KA 14 -16 %. Dryer dilengkapi tungku dengan sekam atau kayu bakar sebagai pemasok udara panas yang suplainya dapat diatur melalui panel kontrol, sehingga memudahkan operasinya. Unit usaha Silo Jagung Gapoktan Rido Manah menggunakan kayu bakar sebagai pemasok udara panas. Bila panas matahari cukup untuk mengeringkan, maka pengeringan akan dilakukan dengan lantai jemur, karena lebih menghemat biaya. Dryer digunakan sebentar untuk menyeragamkan KA .

f. Tangki Penampungan Sementara/Silo

Silo dengan kapasitas 50 ton berfungsi sebagi penampung sementara, sebelum dikemas, kondisi ini menjadi kelemahan bagi unit usah Silo Jagung dimana jumlah produksi 20 ton per hari sementara kapasitas Silo hanya 50 ton yang dapat menampung Jagung pipil kering (KA 14 -16 %) hasil produksi 2-3 hari, sehingga fungsi Silo sebagai tempat penyimpanan masih kurang efektif

(9)

g. Timbangan

Timbangan duduk dengan kapasitas 100 kg berfungsi untuk menimbang bahan baku sebelum dan sesudah proses. Jagung pipil kering dikemas dalam karung kemudian ditimbang untuk mengontrol berat Jagung per karung.

2. Bahan Baku

Sumber utama bahan baku dari anggota Gapoktan berupa Jagung tongkol kering panen atau Jagung pipil kering petani (KA 20-22 % ) yang kemudian diolah di Silo Jagung menjadi Jagung pipil kering (KA 14-16%). Namun bila jumlah pasokan bahan baku dari anggota tidak mencukupi maka diperoleh dari petani bukan anggota. Jumlah bahan baku Jagung pipil kering petani (KA 20-22%) dibutuhkan kira-kira 20 ton atau 2 - 3 kali proses per hari .

3. Tenaga Kerja

Posisi dan jumlah pekerja di Unit Usaha Silo Jagung seperti tercantum dalam Tabel 14.

Tabel 14. Posisi dan jumlah pekerja di unit usaha Silo Jagung

Posisi Jumlah (orang)

Tenaga Kerja tak Langsung

Manager 1 Petugas Lapangan 1 Administrasi 1 Security 1 Sub Total

Tenaga Kerja langsung

Tenaga Operator 3

Kuli 3

Sub Total

Total 10

Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam operasionalisasi silo jagung adalah seorang manajer, 1 orang staf administrasi, 1 orang petugas lapangan, 1 orang security, 3 orang bagian produksi dan 3 kuli secara rinci dapat dilihat pada Tabel

(10)

14. Kemampuan SDM pengelola masih rendah, dimana setiap bagian belum bekerja sesuai dengan tugas dan fungsinya disamping keterbatasan tenaga kerjanya sendiri. Peran anggota gapoktan terlihat dalam pembelian bahan baku Jagung pipil kering petani (KA 20 – 22%). Ketua kelompok tani melakukan pembelian Jagung langsung kepada petani anggota dan dijual ke unit usaha Silo Jagung untuk dikeringkan dan dibersihkan agar layak dijual ke industri pakan ternak.

4. Proses Produksi

Urutan pekerjaan diawali dengan proses pengumpulan bahan baku Jagung, mengukur KA dan kadar kotoran. Apabila bahan baku berupa Jagung tongkol kering panen, maka dilakukan pemipilan sehingga menghasilkan Jagung pipil (KA 20 -22 %) yang merupakan bahan baku unit Silo Jagung.

Pembersihan Jagung dilakukan dengan alat pembersih (corn cleaner). Pembersihan dilakukan dalam 2 tahap. Tahap pertama menggunakan hisapan (blower) dan aspirator untuk menghilangkan kotoran. Tahap kedua dialirkan ke dalam ayakan untuk mendapatkan Jagung pipil benar-benar bersih.

Jagung pipil yang bersih kemudian dialirkan ke elevator untuk dibawa ke mesin pengering dengan kapasitas 10 ton per proses. Mesin ini dilengkapi dengan tungku sekam atau kayu bakar sebagai pemasok udara panas yang suplainya dapat diatur melalui panel kontrol.

Bila KA Jagung pipil kering sudah tercapai (14-16%), maka Jagung oleh conveyor getar dibawa ke elevator ke tangki penampungan/Silo dengan kapasitas 50 ton. Dengan kapasitas Silo 50 ton, maka penyimpanan Jagung hanya mampu menampung hasil proses pengeringan 2–3 hari. Selanjutnya Jagung dikemas dalam karung agar mudah ditumpuk secara teratur selama disimpan di ruang penyimpanan dan memudahkan pengangkutan.

5. Kapasitas Produksi dan Mutu Produk

Kapasitas dryer 10 ton per proses atau 20 ton Jagung pipil kering petani (KA 20 -22%) menjadi Jagung pipil kering (KA 14-16%) penyusutan kira-kira 5 % sehingga dalam 1 kali proses dihasilkan Jagung pipil kering 9.500 kg atau 19 ton per hari. Kapasitas Silo 50 ton mampu menyimpan hasil produksi 2 -3 hari.

(11)

Mutu Jagung yang dihasilkan dari proses pengeringan Jagung KA 14 -16 %, penampakan Jagung pipil kering lebih cerah dan seragam (kadar kotoran 1– 2%). Jagung pipil kering yang dihasilkan dengan mutu lebih baik, karena adanya pemisahan Jagung dari tumpi, pecahan tongkol dan kotoran lainnya dengan alat corn cleaner. Mutu Jagung pipil kering yang baik menjadi persyaratan penting dalam pemasaran Jagung. Kebanyakan pabrik pakan ternak menerima Jagung pipil kering dengan KA paling tinggi 17%, kadar kotoran 1-2% dengan penampakan yang seragam. Permasalahan mutu Jagung petani Gapoktan Rido Manah dapat diatasi dengan adanya unit usaha Silo Jagung.

4.3.2 Aspek Pemasaran

Aspek pemasaran meliputi kondisi permintaan, penawaran, persaingan, harga dan proyeksi permintaan pasar.

1. Permintaan

Permintaan Jagung mengalami peningkatan tiap tahunnya, mengingat manfaat sebagai bahan makanan pangan, bahan baku pakan ternak dan akhir-akhir ini banyak digunakan sebagai bahan baku biofuel sehingga telah menciptakan peluang pasar yang sangat luas, baik untuk dipasarkan dalam negeri maupun luar negeri.

Permintaan Jagung secara nasional untuk bahan baku industri makanan, konsumsi langsung manusia dan terbesar untuk bahan baku industri pakan ternak yang mencapai 5 juta ton/tahun dengan laju kenaikan sekitar 10-15% per tahun. Total Permintaan Jagung tahun 2008 sebesar 13,6 juta ton. Namun demikian permintaan Jagung nasional belum dapat memenuhi kebutuhan industri dalam negeri. Impor Jagung jumlahnya cukup besar, terutama untuk memenuhi kebutuhan industri pakan ternak yang makin berkembang saat ini.

2. Penawaran

Angka Sementara (ASEM) produksi Jagung nasional tahun 2008 sebesar 16,32 juta ton pipilan kering. Dibandingkan produksi tahun 2007 (ATAP), terjadi kenaikan 3,04 juta ton (22,85 %). Kenaikan produksi terjadi karena peningkatan luas panen seluas 372,99 ribu hektar (10,27%) dan

(12)

produktivitas sebesar 4,18 kuintal/hektar (11,42%). Angka Ramalan I (ARAM I) produksi Jagung tahun 2009 diperkirakan 16,48 juta ton pipilan kering. Dibandingkan produksi tahun 2008 (ASEM), terjadi kenaikan 154,32 ribu ton (0,95 %). Kenaikan produksi tahun 2009 diperkirakan terjadi karena naiknya luas panen seluas 5,87 ribu hektar (0,15%) dan produktivitas 0,32 kuintal/hektar (0,78 %).

3. Harga

Harga jual Jagung pipil kering petani pada saat kajian berkisar Rp.1.800 - Rp 1.950 (KA 20–22 %) sedangkan Jagung pipil kering di unit usaha Silo Jagung Rp 2.100 – Rp 2.200 (KA 14-16%). Perbedaan harga ini disebabkan perbedaan mutu terutama KA dan kotoran.

4.3.3 Aspek Keuangan

Untuk melakukan analisis aspek keuangan diperlukan adanya beberapa asumsi sebagai dasar perhitungan dalam kajian aspek keuangan. Dalam hal ini, asumsi yang digunakan ditentukan berdasarkan hasil penilitian terhadap unit usaha Silo Jagung dan acuan pustaka. Asumsi tersebut disajikan dalam Tabel 15.

Pada dasarnya, ada dua modal yang diperlukan untuk melakukan usaha , yakni modal tetap dan modal variabel. Modal tetap dalam hal ini adalah modal yang diperlukan untuk mengadakan fasilitas berupa peralatan dan bangunan tempat produksi. Sedangkan modal berjalan atau modal variabel adalah modal yang diperlukan untuk kegiatan operasional proses produksi selama kegiatan usaha tersebut berlangsung hingga periode waktu tertentu.

Dasar untuk menilai kelayakan suatu proyek investasi dilakukan dengan menggunakan kriteria yang lazim digunakan dalam mengevaluasi layak dan tidak layaknya suatu proyek dijalankan dengan melihat kriteria-kriteria investasi.

Dari analisis perkiraan biaya operasional unit usaha Silo Jagung seperti dicantumkan dalam Tabel 15 diperoleh biaya tetap Rp 241.521 per jam atau Rp 97 per kg dan biaya variabel Rp 4.986.556 per jam atau Rp 1.995 per kg seperti ditunjukkan dalam Tabel 16.

Dari nilai biaya tetap dan variabel yang diperoleh, maka biaya pokok usaha pengeringan Jagung Rp. 5.228.077 tiap jam atau Rp 2.091,23 tiap kg Jagung pipil

(13)

kering. Biaya pokok merupakan penjumlah biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan oleh unit usaha Silo Jagung.

Tabel 15. Perkiraan biaya operasional Unit Usaha Silo Jagung

No. Komponen Kelayakan Keterangan

1 Harga Paket Silo dan Motor Penggerak Rp 857.600.000

2 Nilai akhir = 10% x harga awal (1) Rp 85.760.000

3 Kapasitas Alat Pengering (10 ton/4 jam) 2.500 kg/jam

4 Kapasitas Alat Pengering per hari (2 x proses) 20.000 kg/hari

5 Daya Motor Penggerak 60 HP

6 Umur Ekonomis Penggunaan Dryer 5 tahun

7 Harga Bangunan Rp 200.000.000

8 Nilai akhir bangunan = 10% x harga awal (7) Rp 20.000.000

9 Umur ekonomis bangunan 15 tahun

10 Jam kerja per hari 8 jam/hari

11 Hari kerja per bulan 25 hari/bulan

12 Bulan kerja per tahun 7 bulan

13 Hari kerja per tahun 175 hari/tahun

14 Harga bahan bakar per liter Rp 4.500 (2,5 l/jam)

15 Harga oli/ pelumas per liter Rp 25.000 10 l/200 jam

16 Harga Kayu bakar/kubik Rp 40.000 0,3 m3/jam

17 Karung Rp 166.667 per proses

18 Bunga modal per tahun 14 %

19 Bahan Baku Jagung Pipil (20-22%) di gudang Rp 1.950 per kg

20 Harga Jual Jagung Pipil Kering( KA 14-16 %) Rp 2.200 per kg

21 Hasil penjualan per proses Rp 20.900.000

(14)

Tabel 16. Perhitungan biaya pokok Unit Usaha Silo Jagung

No Komponen Keterangan

I Biaya Tetap

- Penyusutan alat per tahun Rp 224.824.292,5 per tahun

- Penyusutan bangunan per tahun Rp 29.305.613 per tahun

- Biaya gaji/TK Tak Langsung Rp 84.000.000 per tahun

- Biaya tetap per tahun Rp 338.129.906 per tahun

Biaya tetap per jam (a) Rp 241.521 per jam

Biaya Tetap per kg 97 per kg

II Biaya Variabel

- Biaya Bahan Baku Rp 4.875.000,0 per jam - Biaya bahan bakar Rp 11.250,0 per jam

- Biaya kayu bakar Rp 12.000,0 per jam

- Biaya Pelumas/ oli Rp 1.250,0 per jam

- Biaya Kemasan Rp 55.555,6 per jam

- Biaya pemeliharaan dan perawatan Rp 1.500,0 per jam

- Biaya TK Langsung kerja per jam Rp 10.000,0 per jam

- Biaya lain-lain Rp 20.000,0 per jam

Biaya Variabel per jam (b) Rp 4.986.556 per jam

Biaya Variabel per kg (c) Rp 1.995 per kg

Biaya Variabel per ton (d) Rp 1.994.622 per ton

III Biaya Pokok ( a+b ) Rp 5.228.077 per jam

Biaya Pokok Rp 2.091,23 per kg

Dari analisis perhitungan komponen-komponen biaya seperti dicantumkan dalam Tabel 15 dan 16 didapatkan nilai kriteria kelayakan usaha unit usaha Silo Jagung Gapoktan Rido Manah sebagai berikut :

1. NPV

NPV merupakan nilai sekarang dari sejumlah uang di masa mendatang dan dikonversikan ke masa sekarang dengan menggunakan tingkat bunga terpilh.

(15)

Produk yang memberikan nilai sekarang bersih positif layak dikelola. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan DF 14 % (Lampiran 4), maka nilai NPV unit usaha Silo Jagung Rp 127.019.755,6 selama 5 tahun investasi. Nilai NPV positif mengindikasikan bahwa unit usaha Silo Jagung layak dikelola oleh Gapoktan Rido Manah.

2. IRR

IRR merupakan alat untuk mengukur tingkat pengembalian hasil internal. Usulan tingkat bunga pengembalian (IRR) yang lebih tinggi dari pada bunga modal yang diminta yang diminta merupakan hasil-hasil yang dapat dipilih. Nilai IRR unit usaha Silo Jagung dari perhitungan NPV1; DF 14 % dan nilai NPV2; DF 18% (Lampiran 4) diperoleh IRR 21% dimana nilai ini lebih besar dari suku bunga bank komersial yang berlaku saat penelitian (14%). IRR lebih besar dari bunga bank komersial mengindikasikan bahwa unit usaha Silo Jagung Gapoktan Rido Manah layak dilaksanakan.

3. PBP

PBP merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode) pengembalian investasi suatu proyek atau usaha. Berdasarkan analisis perhitungan, PBP usaha Silo Jagung Gapoktan Rido Manah 2,78 tahun atau 487 hari (Lampiran 5). Total investasi Rp 1.057.600.000, dengan umur ekonomis paket Silo Jagung selama 5 (lima) tahun, maka proyek ini dapat dikembalikan melalui Cash flow selama 2,78 tahun, lebih pendek dari jangka waktu umur ekonomis proyek investasi. Hal ini mengindikasikan bahwa usaha Silo Jagung layak dikembangkan.

4. B/C Ratio ( BCR)

Perbandingan untung dan biaya dapat ditentukan sebagai perbandingan nilai keuntungan ekuivalen terhadap nilai biaya ekuivalen. Berdasarkan analisis perhitungan BCR (Lampiran 5) diperoleh nilai BCR 1,07 (lebih besar dari 1). Nilai BCR lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa unit usaha Silo Jagung Gapoktan Rido Manah layak dilaksanakan bila dilihat dari dampak sosial yang ditimbulkannya maupun dari segi finansialnya. Namun nilai BCR 1,07 sangat sensitif dengan perubahan biaya-biaya tetap maupun variabel. Hal ini disebakan waktu kerja silo jagung yang hanya 7 (tujuh) bulan dalam setahun, untuk itu perlu dikaji

(16)

pemanfaatan pengering untuk komoditi serealia lainnya dengan mepertimbangkan waktu kerja silo tidak beroperasi, sehingga BCR lebih besar.

5. Titik Impas

Analisis Titik Impas (BEP) merupakan suatu gambaran kondisi produksi yang harus dicapai untuk melampaui titik impas. Proyek dikatakan impas jika jumlah hasil penjualan produknya pada suatu periode tertentu sama dengan jumlah biaya yang ditanggung sehingga proyek tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga tidak memperoleh laba.

Berdasarkan analisis perhitungan BEP (Lampiran 5) dapat diketahui bahwa titik impas untuk usaha Silo Jagung pada kapasitas produksi minimal 1.646,38 ton/tahun atau 9 ton per hari. Bila dikonversikan dengan luas panen gapoktan Rido

Manah dibutuhkan luas panen 358 ha per tahun atau 179 Ha per musim ( produktivitas rataan 4,6 ton/ha). Dari nilai tersebut maka potensi lahan Gapoktan

Rido Manah seluas 2.000 Ha sangat mendukung pengembangan unit usaha Silo tersebut.

6. Analisis Sensitivitas

Untuk mengetahui sampai sejauh mana kemampuan finansial usaha terhadap perubahan pada komponen biaya maupun komponen pendapatan, dilakukan analisa sensitivitas. Kemungkinan perubahan yang terjadi adalah perubahan yang kurang diharapkan di masa depan dibandingkan dengan keadaan sekarang seperti yang diuraikan dalam analisis finansial. Di antara komponen biaya dan pendapatan yang dinilai paling sensitif adalah harga bahan baku utama jagul pipil kering petani (KA 20-22% ) dan harga jual produk Jagung pipil kering (KA 14-16%).

Untuk kepentingan analisa sensitivitas ini digunakan asumsi kemungkinan terjadinya peningkatan (1) harga bahan baku utama 3 % dari harga sekarang (Hb) atau (2) terjadinya penurunan harga jual 3 % (Hj). Pada Tabel 17 dapat dilihat hasil analisa sensitivitas dimaksud berdasarkan kemungkinan perubahan Hb dan Hj.

Hasil analisa sensitivitas menunjukkan bahwa investasi pada unit usaha Silo Jagung ini sangat rentan terhadap kenaikan harga bahan baku utama (Hb+3%) dimana NPV negatif menunjukkan usaha tidak layak, BCR 1,04, IRR 89%, BEP 2.302 ton/tahun dan PBP menjadi lebih besar dari umur investasi alat (6,01 tahun).

(17)

Silo Jagung juga sangat rentan terhadap penurunan harga jual Jagung pipil kering (Hj-3%), NPV negatif, IRR 98% , BCR 1,04, BEP 2.426 ton/tahun dan PBP menjadi lebih besar dari umur investasi Alsin (7,07 tahun). Setiap kondisi yang bersangkutan dapat dilihat pada Tabel 17. Dari analisa tersebut maka bila harga beli bahan baku naik sebaiknya harga jual Jagung pipil kering harus dinaikkan.

Tabel 17. Analisis sensitivitas

4.4 Strategi Pengembangan Usaha Silo Jagung

4.4.1 Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman

Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal unit usaha Silo Jagung berupa kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) serta kondisi eksternal unit usaha Silo Jagung yang meliputi peluang (opportunities) dan ancaman (threats) yang berpengaruh terhadap pengembangan usaha unit Silo Jagung. Dari hal tersebut dapat diidentifikasi faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancamannya. Hasil analisis tersebut akan digunakan untuk menetapkan posisi unit usaha Silo Jagung dengan menggunakan matriks (IE), dipetakan posisi suatu perusahaan dalam suatu diagram. Setelah mengetahui posisi perusahaan, selanjutnya hasil analisis tersebut digunakan untuk merumuskan alternatif starategik bisnis ke dalam analisis SWOT.

Berikut ini dianalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman unit usaha Silo Jagung Gapoktan Rido Manah, yaitu :

1. Kekuatan

a. Mutu Jagung Lebih Baik

Jagung pipil kering yang dihasilkan unit usaha Silo Jagung mempunyai mutu yang lebih baik dan dapat bersaing di pasaran, hal ini dapat dilihat dari KA yang

Kondisi NPV IRR BCR BEP PBP

(Rp) Ton/tahun Tahun Normal 127.019.755,59 21% 1,07 1.646,38 2,78 Hb + 3% (367.982.070,86) 89% 1,04 2.302,12 6,01 Hj - 3% (403.520.663,52) 98% 1,04 2.426,00 7,07 Keterangan : Hb = harga bahan baku utama naik 3% (+)

(18)

dihasilkan 14-16% dengan penampakan, keseragaman dan kebersihan Jagung pipil kering lebih baik (kadar kotoran 1-2%). Hasil tersebut erat kaitannya dengan proses penanganan pascapanen yang dilakukan, dengan pemanfaatan teknologi yang dimiliki sangat mendukung untuk menghasilkannya produk dengan mutu Jagung pipil kering yang lebih baik. Mutu Jagung Pipil Kering yang dihasilkan unit usaha silo jagung yang diterima oleh pabrik pakan ternak masuk dalam kategori Mutu II dan III ( KA 14-16% dengan kadar kotoran 1-2 %).

b. Jaringan Pemasaran Sederhana

Unit usaha Silo Jagung Gapoktan Rido Manah memperoleh bahan baku dari petani anggota Gapoktan melalui ketua kelompok tani. Pengeringan dan perbaikan mutu Jagung dilakukan di unit usaha Silo Jagung. Jagung pipil kering yang dihasilkan diambil oleh mitra perusahaan pakan ternak, seperti PT Malindo dan Wonokoyo. Bila bahan baku Jagung kurang, bagian pemasaran turun ke lapangan untuk melakukan pembelian Jagung dari petani bukan anggota.

c. Manajer Silo Profesional

Seiring dengan meningkatnya jumlah anggota, skala usaha dan jumlah unit kegiatan organisasi, maka peran seorang manajer profesional merupakan kekuatan bagi pengembangan unit usaha Silo Jagung. Manajer Silo Jagung ini telah lama menekuni bisnis perJagungan dan telah dikenal baik oleh mitra kerja perusahaan pakan ternak. Dalam hal ini, Gapoktan diharapkan mampu menerapkan manajemen korporasi (farmer enterprise) untuk menjalankan sistem usaha agribisnis Jagung.

d. Lokasi Silo Strategik

Lokasi unit usaha Silo Jagung yang terletak di sentra pertanaman Jagung, lokasi gudang terletak dipinggir jalan raya Nagreg dengan sarana dan prasarana yang bagus telah menjadikan unit usaha Silo Jagung menjadi pusat agribisnis Jagung di Kecamatan Nagreg.

e.Gapoktan Mandiri

Gapoktan Rido Manah dapat dikategorikan sebagai Gapoktan kuat dan mandiri, karena :

1. Gapoktan Rido Manah sudah menyusun aturan norma tertulis (AD/ART), dan pengadministrasian anggota Gapoktan terlaksana dengan baik, bahkan telah dibentuk wadah koperasi Rido Manah

(19)

2. Gapoktan memberikan pelayanan dalam menunjang usaha anggotanya, baik dalam penyediaan saprodi maupun sarana pengolahan,

3. Keanggotaan petani dalam Gapoktan saat ini hanya terbatas pada diwajibkannya petani menggunakan input produksi dan jadwal tanam sesuai kesepakatan dengan Gapoktan, kewajiban untuk menjual hasil panennya kepada Gapoktan dan pemupukan modal melalui iuran atau simpanan anggota f. Ketersediaan lahan

Lahan untuk pertanaman Jagung di Kecamatan Nagreg masih terbuka luas, potensi lahan yang dimiliki 2.000 Ha. Pola tanam Jagung di Kecamatan Nagrek 2 (dua) kali musim tanam dalam setahun dengan pola tanam tumpang sari dengan tanaman palawija. Ketersediaan lahan ini sangat mendukung potensi pengembangan jagung di Kecamatan Nagrek secara khusus.

2. Kelemahan

a. Biaya Produksi Lebih Besar

Biaya produksi dalam hal ini pengeringan untuk menghasilkan Jagung pipil kering (KA 14–16%) dari Jagung pipil kering petani (KA 20-22%) dengan menggunakan dryer Rp 150 per kg untuk biaya operasional. Nilai ini diperoleh dari selisih biaya pokok Rp 2.092 per kg dengan bahan baku Jagung pipil kering petani (Tabel 16). Dari asumsi tersebut maka biaya pengeringan dengan menggunakan dryer lebih besar bila dibandingkan dengan pengeringan menggunakan sinar matahari.

b. Akses Permodalan Lemah

Akses permodalan unit usaha Silo Jagung ke perbankan atau penyedia jasa keuangan lainnya masih lemah, sementara modal usaha yang dibutuhkan sangat besar. Pihak perbankan masih sulit untuk mencairkan dana kepada petani walaupun dalam bentuk lembaga Gapoktan karena pengalaman masa lalu. Jenis kredit untuk petani memang sudah tersedia namun kenyataan dilapangan, Gapoktan tetap sulit mendapatkan akses ke perbankan. Pengembangan agribisnis Jagung ini membutuhkan dukungan dari lembaga keuangan baik untuk petani, pedagang, maupun industri. Oleh karena itu Kredit Ketahanan Pangan (KKP) yang selama ini ditekankan pada beras dan gula juga sudah masanya dikembangkan untuk Jagung.

(20)

c. Kapasitas Alsin tidak seimbang

Kapasitas dryer 10 ton per proses dan kapasitas Silo 50 ton, dengan demikian fungsi Silo sebagai alat penyimpan belum kelihatan jelas. Silo hanya dapat menampung hasil produksi selama 2 -3 hari. Disamping itu jumlah corn sheller 1 unit dengan kapasitas 1-1,5 ton per jam Jagung tongkol (KA 20 - 22%) sementara bahan baku Jagung pipil kering yang dibutuhkan sebanyak 20 ton hari. Hal ini menjadi kelemahan karena tidak dapat mengatasi permasalahan Jagung bila panen bertepatan dengan musim hujan, dengan produksi yang melimpah maka petani biasanya menjual Jagung dalam bentuk tongkolan sementara kapasitas Alsin yang tersedia tidak memenuhi. Dilihat dari konsep pengembangan Silo Jagung oleh Deptan dimana unit usaha Silo Jagung diharapkan sebagai pusat penanganan pasca panen dan agribisnis Jagung maka keberadaan unit usaha Silo Jagung di Kecamatan Nagrek menjadi model dalam pengembangan Agribisnis Jagung. Yang nantinya diharapkan dapat memberi

d. Kemampuan SDM Gapoktan terbatas

Kemampuan SDM Gapoktan Rido Manah masih terbatas, baik dalam budidaya, pasca panen dan manajemen usaha. Untuk menjamin kelancaran produksi, perlu ditingkatkan ketrampilan petani dan pengelola melalui pelatihan.

Pengelola perlu mendapatkan pelatihan teknis maupun manajemen untuk meningkatkan ketrampilan para operator dalam mengelola Alsin tersebut. Masalah keselamatan kerja juga harus mendapatkan perhatian yang serius. Pengamanan tidak hanya diberikan kepada mesin, tetapi juga terhadap pekerja. e. Bahan Baku Musiman

Bahan baku Jagung yang sifatnya musiman menyebabkan pasokan bahan baku ke unit usaha Silo Jagung tidak kontinyu sehingga unit usaha Silo Jagung tidak dapat beroperasi penuh dalam setahun. Bahan baku musiman menjadi kelemahan penting dalam pengembangan Unit Usaha Silo Jagung, karena Silo hanya beroperasi pada musim-musim tertentu.

f. Tingkat Pengembalian Modal Lambat

Biaya yang dikeluarkan pada unit usaha Silo Jagung digolongkan ke dalam dua kelompok, yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (variabel). Penggolongan biaya ini didasarkan pada perubahan volume kegiatan. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tidak berubah dalam volume kegiatan. Biaya tetap yang

(21)

dibutuhkan dalam unit usaha Silo Jagung, diantaranya modal pembelian Alsin dan bangunan unit usaha. Besarnya modal untuk pembelian alat dan bangunan yang sangat tinggi (Rp 1.057.600.000) dengan kondisi unit Silo tidak dapat berproduksi sepanjang tahun. Dari perhitungan PBP diperoleh pengembalian modal setelah 2,78 tahun dengan asumsi unit usaha Silo Jagung melakukan pengeringan 20 ton per hari. Bila pengeringan 10 ton per hari, maka tingkat pengembalian modalnya menjadi 5,56 tahun

3. Peluang

a. Pangsa Pasar yang Potensial

Pangsa pasar Jagung dalam negeri masih terbuka luas, mengingat kebutuhan Jagung dalam negeri meningkat terus menerus, diperkirakann meningkat 10-15% per tahun. Jagung digunakan untuk bahan baku industri makanan, konsumsi langsung manusia dan terbesar untuk bahan baku industri pakan ternak. Pangsa pasar Jagung untuk unit usaha Silo Jagung ini sangat potensial mengingat lokasinya yang dekat dengan ibukota Provinsi dan Jakarta, dimana terdapat industri makanan dan industri pakan ternak seperti PT Malindo, PT Wonokoyo, PT Charoed Phophand, PT Shierad dan lain-lain.

b. Hubungan yang Baik dengan Pembeli

Hubungan yang baik antara unit usaha Silo Jagung dengan pembeli (PT Malindo lewat mitranya) memberikan manfaat dan nilai tambah dalam pengembangan usaha Silo Jagung yang dikelola sehingg perlu ada keterkaitan usaha utama (core business) antara kedua pihak. Adanya hubungan yang baik antara unit usaha Silo Jagung dengan PT Malindo dapat menciptakan kondisi saling membutuhkan. Keterkaitan ini merupakan modal utama untuk menciptakan saling ketergantungan dan saling membutuhkan. Faktor ini menjadi kekuatan, karena bidang usaha utama unit usaha Silo Jagung dan bidang usaha utama PT Malindo saling melengkapi. Unit Usaha Gapoktan Rido Manah memasok bahan baku Jagung pipil kering kepada PT Malindo. Sedangkan PT Malindo melalui mitranya aktif melakukan pembelian Jagung dan melakukan pelatihan dan pendampingan kepada anggota Gapoktan untuk dapat menghasilkan Jagung dengan mutu baik. Hubungan ini masih sebatas saling percaya, belum dituangkan dalam bentuk kontrak kerjasama.

(22)

c. Permintaan Jagung Meningkat

Permintaan Jagung cenderung terus meningkat untuk bahan baku industri makanan, konsumsi langsung manusia dan pakan ternak. Permintaan terbesar adalah untuk industri pakan ternak dengan kebutuhan rataan 5 juta ton/tahun atau meningkat 10–15% per tahun.

d. Kebijakan Pemerintah (Pengadaan)

Kebijakan pemerintah dalam pengadaan bantuan kepada petani baik berupa benih, saprodi dan Alsin menjadi peluang bagi pengembangan unit usaha Silo Jagung. Dalam pengelolaan unit usaha Silo, peran pemerintah sangat besar dalam mendukung kemajuan Gapoktan Rido Manah dalam bisnis Jagung. Bantuan kepada Gapoktan baik berupa alat dan modal usaha telah dilakukan pemerintah baik melalui APBN maupun APBD dengan harapan unit usaha Silo Jagung ini dapat menjadi pusat agribisnis Jagung di Kabupaten Bandung.

e. Kesempatan bermitra dengan industri pakan ternak.

Unit Usaha Silo Jagung Gapoktan Rido Manah akan berkelanjutan apabila dapat menghasilkan keuntungan oleh karena itu harus diupayakan kemitraan usaha dengan berbagai industri hilir untuk memperoleh jaminan pasar dengan harga layak. Adanya kesempatan ini harus dimanfaatkan unit usaha Silo Jagung dalam mengembangkan usahanya. Untuk itu dukungan pemerintah dan peran manajer sangat penting dalam memanfaatkan kesempatan ini.

f. Dukungan Pemerintah daerah

Jagung bisa ditanam hampir di seluruh wilayah Indonesia, tapi sentra Jagung hanya di beberapa provinsi. Oleh karenanya peranan pemerintah daerah di sentra produksi sangat penting untuk memfasilitasi bertumbuhnya sistem agribisnis bersinergi. Peranan pemerintah daerah yang sangat penting adalah menyediakan infrastruktur lokal seperti jalan, irigasi, lembaga keuangan daerah, dan pasar. Dukungan pemerintah daerah yang kondusif dalam pengembangan agribisnis Jagung di Kabupaten Bandung merupakan peluang bagi unit usaha Silo Jagung Pendampingan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam hal ini dilakukan oleh Dinas Pertanian di tingkat Provinsi maupun Kabupaten dalam pengembangan agribisnis Jagung di Provinsi Jawa Barat. Petugas lapangan aktif dalam membimbing petani Jagung, baik budidaya maupun penaganan pascapanen Jagung.

(23)

4. Ancaman

a. Perubahan Cuaca dan Iklim

Perubahan cuaca dan iklim yang semakin sulit diprediksi menjadi ancaman bagi pengembangan unit usaha Silo Jagung karena dapat menyebabkan pergeseran musim tanam sehingga waktu panen juga sulit diprediksi. Kondisi pengairan Jagung di kecamatan Nagreg adalah non irigasi, sehingga petani sangat tergantung dengan alam. Petani mulai menanam Jagung bila musim hujan mulai tiba. Panen raya bertepatan pada musim hujan akan mengahsilkan mutu Jagung yang rendah karena KA yang dihasilkan lebih tinggi. Disamping itu Jagung yang tidak segera dikeringkan akan menyebabkan tumbuhnya jamur aflatoxin. Kadar aflatoxin menjadi persyaratan mutu penting dalam pemasaran Jagung, bila kadar aflatoxin lebih dari 50 ppb maka Jagung tidak layak digunakan lagi. b. Fluktuasi Harga Jagung

Harga Jagung sepenuhnya ditetapkan oleh pasar sehingga posisi petani masih sangat lemah dalam penetapan harga Jagung. Jagung umumnya dihasilkan petani secara musiman, skala usaha kecil dan tersebar diberbagai wilayah telah menyebabkan industri pakan ternak kesulitan dalam pengumpulan pasokan yang menyebabkan para industri pakan ternak cenderung melakukan impor Jagung. Bila impor Jagung dilaksanakan, maka harga Jagung akan turun drastis, bahkan sebelum kapal tiba di Indonesia gejolak ini telah mempengaruhi pasar. Panen raya Jagung yang pada umumnya di musim hujan dengan produksi melimpah, penanganan pasca panen masih tradisional, sehingga mutu turun berdampak pada turunnya harga.

c. Tingkat persaingan usaha

Tingkat persaingan usaha Silo Jagung Gapoktan Rido Manah biasanya terjadinya dengan pedagang pengumpul setempat maupun dari luar daerah. Pedagang pengumpul dengan cara tidak sehat akan memberikan pinjaman modal kepada petani, sehingga petani terikat dengan pedagang pengumpul tersebut.

d. Tingkat Suku Bunga Kredit

Tingkat suku bunga kredit untuk produk pertanian yang tinggi merupakan ancaman dalam pengembangan unit usaha Silo Jagung. Unit Silo Jagung membutuhkan modal besar dalam pembelian bahan baku dari petani. Untuk

(24)

sekali proses dibutuhkan dana Rp. 20.000.000 untuk bahan baku. Dengan kondisi ini, unit usaha Silo Jagung sangat terancam dengan kenaikan tingkat suku bunga.

e. Tingginya Impor Jagung

Impor Jagung yang tinggi oleh pabrik pakan ternak merupakan ancaman dalam pengembangan unit usaha Silo Jagung, karena adanya impor akan sangat berpengaruh langsung dengan harga Jagung. Harga Jagung di tingkat petani akan turun drastis bila impor Jagung dilakukan bahkan sebelum Jagung tiba di pelabuhan.

f. Perubahan Kultur Masyarakat

Perubahan Kultur Masyarakat merupakan ancaman dalam agribisnis Jagung, semakin berkurangnya minat masyarakat untuk menekuni usaha pertanian, Lahan pertanian yang berlaih fungsi baik menjadi perumahan maupun untuk sarana lainnya.

4.4.2 Analisis Matriks IFE

Faktor yang dianalisis dengan matriks ini adalah faktor-faktor strategik internal perusahaan. Faktor-faktor strategik ini merupakan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan unit usaha. Hasil identifikasi kekuatan dan kelemahan dimasukkan sebagai faktor-faktor strategik internal, kemudian diberi bobot dan rating, sehingga diperoleh hasil identifikasi seperti Tabel 18. Pembobotan dan pemberian rating tiap-tiap faktor strategik internal tersebut dapat dilihat pada Lampiran 6 dan 8.

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 18, mutu Jagung lebih baik diakui sebagai faktor kekuatan paling penting yang dimiliki unit usaha Silo Jagung dalam pengembangan usahanya (skor 0,363). Mutu Jagung yang lebih baik dengan penggunaan teknologi pasca panen terkait dengan jaringan pemasaran Jagung yang sederhana (skor 0,348) didukung peran manajer Silo Jagung (skor 0,335) yang memiliki pengalaman dalam bisnis Jagung selama 5 (lima) tahun. Lokasi Silo yang strategik (skor 0,292) yang terletak di sentra Jagung di Kabupaten Bandung dengan sarana dan prasarana yang memadai menjadikan unit Silo Jagung menjadi pusat penanganan pasca panen dan pemasaran Jagung di Kecamatan Nagrek dan daerah

(25)

sekitarnya. Gapoktan Rido Manah yang mandiri (skor 0,259) merupakan kekuatan yang dimiliki dalam pengembangan usahanya.

Tabel 18. Faktor Strategik Internal unit Usaha Silo Jagung Gapoktan Rido Manah

Faktor Strategik Internal

Bobot (a) Rating (b)

Skor (axb)

Kekuatan (A)

Mutu Jagung baik 0,1008 3,600 0,363

Jaringan pemasaran sederhana 0,0871 4,000 0,348 Manajer Silo profesional 0,0932 3,600 0,335

Lokasi Silo strategik 0,0811 3,600 0,292

Gapoktan mandiri 0,0924 2,800 0,259

Ketersediaan lahan 0,0720 3,400 0,245

Kelemahan (B)

Biaya produksi lebih besar 0,0773 3,000 0,232

Akses permodalan lemah 0,0848 2,600 0,221

Kapasitas Alsin tidak seimbang 0,0765 2,800 0,214

Kemampuan SDM Gapoktan terbatas 0,0765 2,600 0,199

Bahan baku musiman 0,0826 2,400 0,198 Tingkat pengembalian modal lambat 0,0758 2,600 0,197

Total (A+B) 1 3,103

Faktor kelemahan utama dalam pengembangan unit usaha Silo Jagung adalah biaya produksi yang dikeluarkan lebih besar (skor 0,232), biaya pengeringan bila menggunakan dryer Rp 141,23 per kg dengan asumsi Jagung yang dikeringkan KA 20 - 22% menjadi KA 14 -16%. Kondisi ini dipersulit dengan lemahnya akses permodalan (skor 0,221). Sementara kapasitas Alsin yang tidak seimbang (skor 0,214), jumlah alat pemipil yang tersedia hanya 1 unit kapasitas 1-1,5 ton/jam, kondisi ini menyebabkan banyak Jagung yang tidak tertangani bila musim panen bertepatan dengan musim hujan dan juga kapasitas Silo 50 ton tidak seimbang dengan kapasitas dryer 10 ton per proses atau 20 ton per hari sehingga Gapoktan belum dapat menyimpan Jagung bila panen raya karena harga saat panen raya biasanya turun. Kemampuan SDM Gapoktan yang terbatas, yaitu kemampuan manajerial dan teknis (skor 0,199) merupakan

(26)

kelemahan yang harus diatasi. Ketersediaan bahan baku musiman (skor 0,193) merupakan kelemahan unit usaha Silo Jagung dimana unit usaha Silo Jagung tidak dapat berproduksi sepanjang tahun. Tingkat pengembalian modal lambat (skor 0,197) yang ditunjukkan dengan tingginya modal awal yang digunakan untuk pembelian paket Silo Jagung dan bangunan Rp.1.057.600.00. Dari hasil perhitungan kelayakan usaha diperoleh pengembalian modal setelah 2,78 tahun dengan asumsi unit usaha Silo Jagung beroperasi sebanyak 2 (dua) kali sehari.

Hasil evaluasi matriks pada Tabel 18 selanjutnya akan digabungkan dengan hasil evaluasi matrik eksternal dan dengan menggunakan Matriks IE akan dipetakan posisi unit usaha Silo Jagung Gapoktan Rido Manah dalam suatu diagram untuk mempermudah perumusan alternatif strategi bisnis.

4.4.3 Analisis Matriks EFE

Faktor yang dianalisis dengan matriks ini adalah faktor-faktor strategik eksternal perusahaan. Faktor-faktor strategik ini merupakan faktor-faktor yang menjadi ancaman dan peluang unit usaha. Hasil identifikasi kekuatan dan kelemahan dimasukkan sebagai faktor-faktor strategik eksternal, kemudian diberi bobot dan rating, sehingga diperoleh hasil identifikasi seperti Tabel 19. Pembobotan dan pemberian rating tiap-tiap faktor strategik tersebut dapat dilihat pada Lampiran 7 dan 9.

Peluang utama yang diakui dalam pengembangan unit usaha Silo Jagung adalah pangsa pasar yang potensial (skor 0,308). Pangsa pasar potensial ini menciptakan hubungan unit usaha Silo Jagung dengan pembeli (skor 0,293) merupakan peluang yang harus dimanfaatkan dengan tetap menjaga kepercayaan karena kemitraan dijalin belum dituangkan secara tertulis. Permintaan akan Jagung yang meningkat dari tahun ke tahun (skor 0,291) merupakan peluang dalam pengembangan unit usaha Silo Jagung. Demikian juga halnya dengan kebijakan pemerintah terutama pengadaaan (skor 0,274) baik pengadaan Alsin maupun benih dan Saprodi merupakan peluang yang harus dimanfaatkan mengingat unit usaha Silo Jagung menjadi usaha yang perlu dibina. Peluang lainnya yang dapat dimanfaatkan oleh Gapoktan Rido Manah adalah terbukanya kesempatan bermitra dengan industri pakan ternak (skor 0,272) yang diikuti

(27)

dukungan pemerintah daerah (skor 0,259) terhadap unit usaha Silo Jagung baik dalam membuka pasar maupun dalam pendampingan .

Tabel 19. Faktor Strategik Eksternal Unit Usaha Silo Jagung

Faktor Strategik Eksternal

Bobot (a) Rating (b) Skor (axb) A. Peluang

Pangsa pasar potensial 0,0856 3,600 0,308 Hubungan yang baik dengan pembeli 0,0917 3,200 0,293 Permintaan Jagung meningkat 0,0909 3,200 0,291 Kebijakan pemerintah (Pengadaan) 0,0856 3,200 0,274 Kesempatan bermitra dengan industri pakan ternak 0,0848 3,200 0,272 Dukungan Pemerintah Daerah 0,0864 3,000 0,259 B. Ancaman

Perubahan Cuaca dan Iklim 0,0924 3,000 0,277 Fluktuasi Harga Jagung 0,0811 3,400 0,276 Tingkat persaingan usaha 0,0833 2,800 0,233 Tingkat suku bunga kredit 0,0674 3,000 0,202 Tingginya Impor Jagung 0,0803 2,400 0,193 Perubahan kultur masyarakat 0,0705 2,000 0,141

Total A + B 1 3,019

Ancaman utama dalam pengembangan unit usaha Silo Jagung adalah perubahan cuaca dan iklim (skor 0,277), maka perlu disiasati untuk menjamin ketersediaan bahan baku. Fluktuasi harga Jagung (skor 0,276) yang sulit diprediksi merupakan ancaman bagi pengembangan unit usaha. Oleh karena itu, diharapkan adanya kebijakan pemerintah dalam menetapkan HMR (Harga Minimum Regional) Jagung, sehingga tingkat persaingan usaha (skor 0,233) dapat dikurangi. Tingginya suku bunga kredit menjadi ancaman bagi pengembangan unit usaha Jagung hal ini berhubungan dengan modal yang dibutuhkan untuk pembelian bahan baku Jagung pipil petani (KA 20 -22%) untuk 1 hari sebesar 39.000.000 dengan jumlah bahan baku 20 ton per hari.

Tingginya impor Jagung oleh industri pakan ternak (skor 0,193) karena kebutuhan rataan Jagung oleh industri pakan ternak 5 juta ton/tahun atau meningkat 10–15% per tahun. Dimana menurut ASEM) produksi Jagung tahun 2008 16,32 juta ton pipilan kering. Dilihat dari angka produksi Jagung, sebenarnya jumlah produksi Jagung nasional dapat mencukupi kebutuhan Jagung untuk pakan ternak. Ketersediaan Jagung yang musiman, mutu rendah dan

(28)

tersebar telah menyebabkan kesulitan bagi pabrik pakan ternak untuk mendapatkan Jagung lokal. Disamping itu perubahan kultur masyarakat (skor 0,141) merupakan ancaman bagi pengembangan agribisnis Jagung dimana perubahan kultur masyarakat yang semakin modern telah menyebabkan petani enggan untuk melakukan usaha tani.

4.4.4 Matriks IE

Matriks IE disusun untuk mengetahui strategi apa yang sebaiknya digunakan. Untuk menentukan strategi tersebut, dipetakan skor rataan dari matrik IFE (3,103) dan EFE (3,019) seperti dimuat pada Tabel 20.

Dari hasil evaluasi dan analisis yang telah dilakukan, selanjutnya dilakukan analisis IE yang menghasilkan matriks IE untuk mengetahui posisi perusahaan dalam pemilihan alternatif strategi.

Pemetaan posisi usaha sangat penting bagi pemilihan alternatif strategi untuk menghadapi persaingan dan perubahan yang terjadi dalam unit usaha Silo Jagung. Total nilai pada matriks internal 3,013, maka unit usaha Gapoktan Rido Manah memiliki faktor internal tergolong tinggi untuk melakukan agribisnis Jagung dan total matriks eksternal 3,019 memperlihatkan respon yang diberikan oleh unit usaha Silo Jagung Gapoktan Rido Manah kepada lingkungan eksternal tergolong tinggi.

Apabila masing-masing total skor dari faktor internal maupun eksternal dipetakan dalam matriks, maka posisi unit usaha saat ini berada pada kuadran pertama. Pada sel ini, strategi pertumbuhan dimaksud melalui konsentrasi integrasi vertikal, dengan cara backward integration (mengambil alih fungsi supplier) atau dengan cara forward integration (mengambil alih fungsi distributor).

Agar dapat meningkatkan kekuatan bisnisnya maka unit usaha Silo Jagung harus melaksanakan upaya meminimalkan biaya dan operasi yang tidak efisien untuk mengontrol mutu dan distribusi produk. Integrasi vertikal dapat dicapai, baik melalui sumber daya internal maupun eksternal. Unit usaha Silo Jagung dapat mengembangkan usahanya dengan meningkatkan kelembagaan petani Jagung Petani sebagai pemasok Jagung, dibina dan dilatih untuk meningkatkan produksinya melalui penyediaan sarana produksi, fasilitasi prasarana produksi seperi tali air dan pengaturan pola tanam sehingga ketersediaan Jagung sepanjang

(29)

musim selalu tersedia. Unit usaha Silo Jagung dapat juga mengembangkan usahanya dengan mendirikan pabrik pakan ternak dan peternakan dalam satu kawasan.

Tabel 20. Matriks IE Strategik unit usaha Silo Jagung Gapoktan Rido Manah

Total Skor EFI

Kuat Rata-rata Lemah

4.0 3.0 2.0 1.0

I II III

Tinggi

3.0

Pertumbuhan Pertumbuhan Penciutan

IV V VI T ot al S k o r E F E Menengah 2.0 Stabilitas Pertumbuhan / Stabilitas Penciutan VII VIII IX Rendah 1.0

Pertumbuhan Pertumbuhan Likuidasi

4.4.5 Analisis Matriks SWOT

Penajaman alternatif strategi pengembangan unit usaha Silo Jagung dapat dirumuskan berdasarkan analisis Matriks SWOT. Penyusunan formulasi strategi dilakukan dengan mengkombinasikan berbagai faktor yang telah diidentifikasi dan dikelompokkan. Hasil formulasi dikelompokkan menjadi empat kelompok formulasi strategi yang terdiri dari strategi Kekuatan – Peluang (S – O), strategi Kekuatan – Ancaman (S – T), strategi Kelemahan – Peluang (W – O) dan strategi Kelemahan – Ancaman (W – T), seperti yang dimuat dalam Tabel 21.

(30)

Tabel 21. Matriks SWOT Unit Usaha Silo Jagung

Faktor Internal Kekuatan(S) Kelemahan (W)

Faktor Eksternal

1. Mutu Jagung lebih baik 2. Jaringan pemasaran sederhana 3. Manajer Silo profesional 4. Lokasi Silo strategik 5. Gapoktan mandiri 6. Ketersediaan lahan

1. Biaya produksi lebih besar 2. Akses permodalan lemah 3. Kapasitas Alsin tidak seimbang

4. Kemampuan SDM Gapoktan terbatas

5. Bahan baku musiman

6. Tingkat pengembalian modal lambat

Peluang (O) Strategi SO ( agresif) Strategi WO ( diversifikasi) 1. Pangsa pasar potensial

2. Hubungan yang baik dengan pembeli 3. Permintaan Jagung meningkat 4. Kebijakan pemerintah (Pengadaan) 5. Kesempatan bermitra dengan industri pakan ternak

6. Dukungan Pemerintah Daerah

1.Membangun kemitraan dengan industri pakan ternak dengan tetap mempertahankan mutu produk ( S1,S3,S5,

O1,O2,O3,O4,O5,O6) 2.Meningkatkan peran manajer

dalam mengembangkan unit usaha Silo Jagung (S1,S3,S4, S5,O1, O2,O5)

3.Meningkatkan produksi dan produktivitas dalam

memanfaatkan permintaan Jagung yang semakin meningkat (S5,S6,O1,O2,O3,O5)

1. Meningkatkan efisiensi usaha unit Silo Jagung

(W1,W2,W6,O1,O2,O5) 2. Meningkatkan kemampuan

SDM Gapoktan dengan memanfaatkan dukungan pemerintah dan mitra usaha (W2,W4,W5,O1,O6)

3. Meningkatkan kapasitas Alsin untuk meningkatkan produksi dan pengembangan produk olahan (W1,W3, W5,W6, O1,O3,O4,O6)

Ancaman (T) Strategi ST( diferensiasi) Strategi WT ( defensif) 1. Perubahan Cuaca dan Iklim

2. Fluktuasi Harga Jagung 3. Tingkat persaingan usaha 4. Tingkat suku bunga kredit 5. Tingginya Impor Jagung 6. Perubahan Kultur

Masyarakat

1.Pengembangan produk olahan Jagung dalam menghadapi fluktuasi harga

(S1,S3,S4,S5,S6,T2,T3) 2.Memanfaatkan peran manajer

Silo dalam menghadapi tingkat persaingan usaha

(S1,S3,S5,T1,T3)

3.Mengembangkan kelembagaan Gapoktan dalam menghadapi persaingan usaha dan perubahan kultur masyarakat

( S1,S5,S6,T3, T6)

1. Aktif menjalin kerjasama dengan stake holder terkait dalam menghadapi

permasalahan Jagung

(W2,W3,W4,W6,T2,T3,T4,T5) 2. Meningkatkan kemampuan

SDM Gapoktan melalui pelatihan dan magang (W4,W5,T1,T3,T6) 3. Mendorong anggota untuk

meningkatkan sistem usaha tani

( W4,W5,T1, T2,T5)

1. Strategi S – O

Strategi S – O adalah strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengambil keuntungan dari peluang yang ada dengan menggunakan strategik berikut :

a.Membangun kemitraan dengan industri pakan ternak dengan tetap mempertahankan mutu produk

(31)

b.Meningkatkan peran manajer dalam mengembangkan unit usaha Silo Jagung c.Meningkatkan produksi dan produktivitas dalam memanfaatkan permintaan

Jagung yang semakin meningkat. 2. Strategi S – T

Strategi ini dilakukan dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki dengan cara menghindari ancaman, dengan menggunakan :

a.Pengembangan produk olahan Jagung dalam menghadapi fluktuasi harga b.Memanfaatkan peran manajer Silo dalam menghadapi tingkat persaingan usaha c.Mengembangkan kelembagaan Gapoktan dalam menghadapi persaingan usaha

dan perubahan kultur masyarakat 3. Strategi W – O

Strategi ini dilakukan dengan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan. Dalam hal ini unit usaha sebaiknya tetap berproduksi untuk mendapatkan keuntungan, dengan menggunakan strategi berikut :

a. Meningkatkan efisiensi usaha unit Silo Jagung

b. Meningkatkan kemampuan SDM Gapoktan dengan memanfaatkan dukungan pemerintah dan mitra usaha

c. Meningkatkan kapasitas Alsin untuk meningkatkan produksi dan pengembangan produk olahan

4. Strategi W – T

Strategi ini bersifat bertahan, sehingga ditujukan untuk meminimalkan kelemahan yang ada dan menghindari ancaman melalui strategi berikut :

a. Aktif menjalin kerjasama dengan stake holder terkait dalam menghadapi permasalahan Jagung.

b. Meningkatkan kemampuan SDM Gapoktan melalui melalui pelatihan dan magang

c. Mendorong anggota untuk meningkatkan sistem usaha tani

4.4.6 Pemilihan Alternatif Strategik

Setelah diperoleh beberapa alternatif strategik yang diterapkan oleh manajemen usaha, selanjutnya dilakukan pemilihan alternatif strategik paling efektif untuk diimplementasikan. Pemilihan alternatif strategik tersebut dilakukan dengan cara memberikan bobot pada setiap unsur SWOT yang telah diidentifikasi sesuai dengan

(32)

tingkat kepentingannya. Tingkat kepentingan unsur SWOT diberi bobot 1, 2, 3 dan 4 (Tabel 22).

Tabel 22. Tingkat kepentingan unsur SWOT pada unit usaha Silo Jagung

SWOT Peringkat

Kekuatan (S) 21

S1. Mutu Jagung baik 4

S2. Jaringan pemasaran sederhana 4

S3. Manajer Silo profesional 4

S4. Lokasi Silo strategis 4

S5. Gapoktan mandiri 3

S6. Ketersediaan lahan 3

Kelemahan (W) 16 W1. Biaya produksi lebih besar 3

W2. Akses permodalan lemah 3

W3. Kapasitas Alsin tidak seimbang 3

W4. Kemampuan SDM gapoktan terbatas 3

W5. Bahan baku musiman 2

W6. Tingkat pengembalian modal lambat 3

Peluang (O) 19 O1. Pangsa pasar yang potensial 4

O2. Hubungan yang baik dengan pembeli 3

O3.Permintaan Jagung meningkat 3

O4. Kebijakan pemerintah (Pengadaan) 3

O5. Kesempatan bermitra dengan industri pakan ternak 3

O6. Dukungan Pemerintah Daerah 3

Ancaman (T) 17 T1. Perubahan Cuaca dan Iklim 3

T2. Fluktuasi Harga Jagung 3

T3. Tingkat persaingan usaha 3

T4. Tingkat suku bunga kredit 3

T5. Tingginya Impor Jagung 2

T6. Perubahan Kultur Masyarakat 2

Keterangan ; 1 = Sangat tidak penting 2 = Tidak penting

(33)

Tabel 23. Penentuan Alternatif Strategi terbaik pada Unit Usaha Silo Jagung Gapoktan Rido Manah

Alternatif Strategi SWOT Keterkaitan

Kepentingan Rangking Strategi S-O ( S1,S3,S5, O1,O2,O3,O4,O5,O6) 29 1 (S1,S3,S4,S5,O1, O2,O5) 27 2 (S5,S6,O1,O2,O3,O5) 19 6

1. Membangun kemitraan dengan industri pakan ternak dengan tetap

mempertahankan mutu produk 2. Meningkatkan peran manajer dalam

mengembangkan unit usaha Silo Jagung 3. Meningkatkan produksi dan

produktivitas dalam menghadapi permintaan Jagung yang semakin meningkat Strategi W-O (W1,W2, W6,O1,O2,O6) 18 (W2,W4,W5,O1, O3,O6) 17 (W1,W3,W5,W6,O1,O3, O4,O6) 21 5

1. Meningkatkan efisiensi usaha unit Silo Jagung

2. Meningkatkan kemampuan SDM Gapoktan dengan memanfaatkan dukungan pemerintah dan mitra usaha 3. Meningkatkan kapasitas alsin untuk

meningkatkan produksi dan pengembangan produk olahan Strategi S-T

(S1,S3,S4, S5,S6,T2,T3) 24 3

(S1,S3,S5,T1,T3) 16

( S1,S5,S6,T1, T3, T6) 18 1. Pengembangan produk olahan Jagung

dalam menghadapi fluktuasi harga 2. Memanfaatkan peran manajer Silo

dalam menghadapi tingkat persaingan usaha

3. Mengembangkan kelembagaan Gapoktan dalam menghadapi persaingan usaha dan perubahan kultur masyarakat Strategi W-T (W2,W3,W4,W6,T2,T3, T4,T5) 22 4 (W4, W5, T1,T3,T6) 13 (W4,W5,T1, T2,T5) 14

1. Aktif menjalin kerjasama dengan stake

holder terkait dalam menghadapi

permasalahan Jagung

2. Meningkatkan kemampuan SDM Gapoktan melalui pelatihan, study banding dan magang

3. Mendorong anggota untuk meningkatkan sistem usaha tani untuk mengurangi impor dan fluktuasi harga

Berdasarkan analisis tersebut, strategi yang paling efektif dilakukan oleh unit usaha Silo Jagung (Tabel 23) adalah (1) Menjalin kemitraan dengan industri pakan ternak dengan tetap menjaga mutu produk, (2) Meningkatkan peran manager dalam pengembangan unit usaha Silo Jagung, (3) Pengembangan produk olahan Jagung dalam menghadapi fluktuasi harga, (4) Aktif menjalin kerjasama dengan stakeholder

(34)

terkait dalam menghadapi permasalahan Jagung (5) Meningkatkan kapasitas alsin untuk peningkatan produksi dan pengembangan produk olahan Jagung (6) Meningkatkan produksi dan produktivitas dalam menghadapi permintaan Jagung yang semakin meningkat.

Setelah pembobotan terhadap unsur-unsur SWOT dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah menentukan skor kepentingan dari setiap alternatif strategik yang diperoleh dalam analisis SWOT berdasarkan jumlah akumulasi keterkaitan antar unsur SWOT yang menghasilkan strategik tersebut(Tabel 23). Selanjutnya dari hasil penjumlahan itu, masing-masing alternatif strategik diberi peringkat (ranking) yang merupakan urutan strategik terbaik berdasarkan kondisi usaha saat ini. Dari 12 alternatif strategik yang diperoleh dalam analisis SWOT dipilih alternatif strategik untuk diimplementasikan dari 6 rangking tertinggi, yaitu ranking 1, 2, 3, 4, 5 dan 6

4.4.7 Implementasi Strategik

Strategi yang telah dirumuskan pada analisis SWOT tersebut perlu diimplementasikan pada kebijakan usaha. Langkah-langkah tersebut diimplementasi pada aspek produksi, Sumber Daya Manusia (SDM), pemasaran dan pengembangan. Uraian implementasi strategi yang dimaksud adalah :

1. Produksi

Alternatif strategik yang dapat dilakukan oleh unit usaha Silo Jagung antara lain dengan meningkatkan kapasitas alsin untuk peningkatan produksi dan pengembangan produk olahan Jagung. Penambahan jumlah Corn Sheller dapat dilakukan dengan pengadaan Corn Sheller di tiap kelompok tani sehingga keterlibatan petani dalam unit usaha semakin nyata sehingga bahan baku Jagung yang diterima di Silo sudah dalam bentuk Jagung pipil kering petani (KA 20-22 %) diolah menjadi Jagung pipil kering (KA 14-16%).

Untuk dapat menyimpan Jagung pipil kering saat musim panen raya maka strategi yang perlu diimplementasikan adalah penambahan kapasitas Silo, sehingga unit usaha dapat menyimpan Jagung lebih lama sesuai dengan fungsi Silo sebenarnya untuk menyimpan Jagung pipil kering.

Dari segi produksi bahan baku untuk unit usaha Silo Jagung perlu dilakukan peningkatan produksi dan produktivitas Jagung petani. Rataan produktivitas Jagung petani masih di bawah 5 ton/ha perlu ditingkatkan dengan

Gambar

Tabel 14.  Posisi dan jumlah pekerja di unit usaha Silo Jagung
Tabel 15. Perkiraan biaya operasional Unit Usaha Silo Jagung
Tabel 16. Perhitungan biaya pokok Unit Usaha Silo Jagung
Tabel 18.  Faktor Strategik Internal unit Usaha Silo Jagung Gapoktan Rido Manah
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dari pelaksanaan pembelajaran IPSdengan model pembelajaran kooperatiftipe TGT siklus I dan siklus II, pada materi pengaruh keunggulan lokasi terhadap kegiatan

(http://www.muamalatbank.com/home/about/profile). Dalam kegiatan perusahaan, sumber daya manusia memegang peranan yang sangat dominan. Berhasil atau tidaknya perusahaan

Penelitian ini difokuskan pada karakter pendidik dan peserta didik yang ada dalam kitab At Tibyan fi adabi hamalatil quran karya imam An dan Penilitian Meneliti nilai

Praktek Kerja Industri (Prakerin) tidak hanya memfokuskan siswa pada keahlian yang dimiliki untuk dapat bekerja pada suatu industri, namun keahlian tersebut dapat

Hal ini menandakan air sumur di 10 sumur gali yang menjadi sampel masih dapat dikonsumsi, karena kadar nitrit masih berada pada batas normal, sehingga masyarakat

Sistem Informasi Laboratorium Klinik Keperawatan merupakan bagian dari sistem yang ada di institusi pendidikan keperawatan, dimana dalam pembuatan aplikasi sistem

Kondisi Sosial Astronomi Kotabaru Parahyangan Padalarang Jawa Barat Sebagai salah satu kota yang terletak di daerah Bandung Barat, Kota Baru Parahyangan Padalarang

Masjid Asy-Syarif merupakan masjid kuno yang dibangun pada tahun 1962 M dalam rangka mensejahterakan dan menghimpun potensi umat Islam dalam usaha pemberdayaan kaum muslimin,