• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II RONA WILAYAH PESISIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II RONA WILAYAH PESISIR"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

RONA WILAYAH PESISIR

2.1 Geo-Administrasi

Kelurahan Fatubesi merupakan salah satu dari 10 Kelurahan yang berada dalam wilayah Kecamatan Kota Lama Kota Kupang. Dalam rangka pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2009, tentang Organisasi Perangkat Daerah maka, perlu penataan kembali Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan dalam Kota Kupang, maka Peraturan Daerah Kota Kupang Nomor 17 Tahun 2000, tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan dalam wilayah Kota Kupang memerlukan penyesuaian sehingga perlu dicabut dan dibentuk Peraturan yang baru yakni Peraturan Daerah Kota Kupang Nomor 13 dan 14 Tahun 2001 tentang Penjabaan Tugas Pokok dan Fungsi Pemerintah Kecamatan dan Kelurahan Lingkup Pemerintah Kota Kupang.

Kelurahan Fatubesi secara geografis terletak diatara 10° 09' 20.21" LS dan 123° 35' 43.86"BT sampai 10° 09' 22.58" LS dan 123° 35' 11.77"BT, dengan elevasi 0 – 80 kaki di atas permukaan laut. Kelurahan Fatubesi terletak strategis yang berada di pusat Kota Kupang dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

 Sebelah Utara berbatasan dengan TWAL Teluk Kupang  Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Oeba  Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Pasir Panjang  Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Tode Kisar

Luas Wilayah Kelurahan Fatubesi secara keseluruhan adalah: 0,24 Km2 dengan jumlah RT sebanyak 18 dan RW sebanyak 4.

Kondisi batimetri perairan di Kelurahan Fatubesi cenderung landai. Pada jarak 100 m dari garis pantai, kedalaman dasar laut sebesar 4 meter. Pada jarak sampai 1 km dari garis pantai, kedalaman perairan hanya 40 meter.

Suhu perairan pesisir Kelurahan Fatubesi berada pada kisaran umum suhu perairan tropis (26,90C). Tidak ada pencemaran termal di Kelurahan Fatubesi.

(2)

Salinitas laut di pesisir Kelurahan Fatubesi menunjukkan ciri khas perairan laut (340/00).

Pengukuran yang dilakukan pada akhir Bulan September dimana pada saat tersebut Kelurahan Fatubesi sedang mengalami musim kemarau menyebabkan pengaruh air tawar sangat rendah terhadap laut. Akibatnya salinitas perairan pesisir cenderung tinggi.

Kecerahan perairan laut di pesisir Kelurahan Fatubesi pada jarak sekitar 100-200 meter dari garis pantai umumnya rendah (3 m). Rendahnya tingkat kecerahan ini karena keping sechi masih terlihat sampai dasar perairan. Namun bila dibandingkan dengan nilai kekeruhan (1,95 NTU), maka lokasi kajian menunjukkan kualitas perairan yang masih baik berdasarkan Kep.Men.LH No.51/2004 untuk wisata bahari dan biota air laut karena tingkat kekeruhan belum melewati ambang batas baku mutu kualitas air bagi kelayakan hidup biota perairan yaitu maksimal 5 NTU.

Nilai partikel padatan terlarut (Total Suspended Solid/TSS) sebesar 21,8 mg/l sedikit lebih tinggi dari ambang batas baku mutu kualitas air bagi biota laut. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi perairan pesisir pada Kelurahan Fatubesi mulai kurang memadai dalam mendukung kehidupan biota perairan berdasarkan Kep.Men.LH No.51/2004 untuk wisata bahari dan biota air laut. Nilai TSS di bawah 20 mg/l menunjukkan perairan yang masih baik.

Nilai pH di Kelurahan Fatubesi menunjukkan ciri khas perairan laut karena nilai pH mencapai 8,27. Untuk konsentrasi oksigen terlarut (Dissolved Oxygen/DO) di perairan pesisir Kelurahan Alak menunjukkan kondisi perairan yang masih baik (7,30 mg/l). Syarat perairan laut yang layak bagi kehidupan organisme harus memiliki nilai oksigen terlarut minimal 5 mg/l

Batas baku mutu perairan laut yang layak bagi kehidupan organisme laut dilihat dari sisi hara berdasarkan Kep.Men.LH No.51/2004 untuk wisata bahari dan biota air laut yaitu maksimum 0,008 mg/l untuk nitrat, 0,3 mg/l untuk amonia, dan 0,015 mg/l untuk fosfat. Pada Kelurahan Alak konsentrasi nitrat sebesar 0,009 mg/l, amoniak 0,620 mg/l, dan orthofosfat 0,045 mg/l. Dilihat dari sisi konsentrasi amoniak dan orthofosfat, Kelurahan Fatubesi telah mengalami pencemaran perairan.

Klorin merupakan salah satu bahan dasar yang digunakan sebagai desinfektan dan pemutih pakaian. Meskipun pemakaian klorin memberikan dampak yang baik sebagi

(3)

desinfektan dan pemutih pakaian, namun konsentrasi klorin yang berlebih dapat memberi efek toksik, malformasi, bahkan lethal (mematikan) terhadap organisme lain yang bukan sasaran, seperti ikan dan organisme bentik. Beberapa penelitian menunjukkan efek mematikan dari keberadaan klorin bagi mikroorganisme dari 0,25 mg/l (GESAMP, 1984), 1,5 mg/l (Davis dan Jensen, 1975), dan 0,75-0,90 mg/l pada suhu lebih tinggi dari 25-300C (Latimer et al., 1975). Nilai klorin yang masih cukup rendah di perairan pesisir Kelurahan Fatubesi sebesar 0,09 mg/l untuk Cl total dan 0,17 mg/l untuk Cl bebas menunjukkan masih rendahnya pemakaian berbagai merek cairan pemutih pakaian berbahan dasar klorin.

2.2 Kondisi Sosial Budaya 2.2.1 Kependudukan

Jumlah Penduduk menurut kelompok umur di Kelurahan Fatubesi adalah 3.571 orang yang terdiri dari :

Laki-laki : 1.830 jiwa

Perempuan : 1.741 jiwa

Jumlah : 3.571 jiwa

Jumlah Kepala Keluarga : 1.135 jiwa

Jumlah penduduk menurut kelompok umur di dominasi oleh penduduk yang berumur antara 16-30 tahun, kisaran usia ini tergolong sebagai umur produktif bagi penduduk (Tabel 7.2.).

Tabel 7.2.1. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Kelompok Umur

(Tahun)

Jumlah Penduduk

Laki-laki Perempuan Total

00 - 05 190 194 384 06 - 10 175 177 352 11 - 15 151 150 301 16 - 20 230 217 447 21 - 25 237 205 442 26 - 30 244 224 468 31 - 35 172 150 322 36 - 40 123 125 248

(4)

Kelompok Umur (Tahun)

Jumlah Penduduk

Laki-laki Perempuan Total

46 - 50 80 54 134

51 - 55 64 48 112

56 - 60 22 30 52

61 tahun ke atas 35 24 59

JUMLAH 1,830 1,741 3,571

Sumber: Laporan Kelurahan Fatubesi, 2014.

2.2.2 Budaya

Kelurahan Fatubesi merupakan pemekaran dari Kelurahan Oeba, Kedua wilayah ini dipisahkan oleh Jalan A. Yani untuk memudahkan dalam penentuan batas wilayah.

Secara garis besar sejarah terbentuknya Kelurahan Fatubesi beserta budaya yang ada dalamnya dimulai dengan masa sebelum Indonesia merdeka, wilayah Desa Oeba dipimpin oleh beberapa Temukung dan juga tokoh masyarakat yang berpengaruh. Beberapa orang di antaranya ditunjuk oleh Pemerintah Belanda yang sementara berkuasa di Kupang. Saat itu pusat pemerintahan wilayah Oeba berpindah-pindah mengikuti tempat tinggal kepala desa.

Pada masa itu wilayah Desa Oeba terbagi atas 4 Dusun yaitu Dusun I yaitu Oeba, Dusun II yaitu Boak Satu, Dusun III yaitu Batu Besi dan Dusun IV yaitu Tode Kisar. Masing-masing dusun ini dipimpin oleh seorang Kepala Dusun.

Pada tahun 1946, pimpinan Kantor Pemerintah Jepang yang berada di Airnona mengangkat Bapak Welem Ayub Taulo sebagai Kepala Desa Oeba dan dengan sendirinya menempatkan Kantor Kepala Desa Oeba di Boak Satu (sekarang menjadi wilayah Kelurahan Pasir Panjang). Enam bulan setelah menjalankan roda pemerintahan di Boak Satu, Kantor Kepala Desa Oeba dipindahkan ke Straat A, di Oeba.

Pada tahun 1962, Letkol Paikun yang saat itu menjabat sebagai Danrem di Kupang dalam suatu pertemuan bersama warga, menunjuk sebuah lokasi untuk pembangunan Balai Desa Oeba. Pada lokasi tersebut dibangun Balai Desa Oeba dan ditempati hingga sekarang ini (sekarang menjadi Kantor Kelurahan Oeba). Pada tahun 1966, beliau memerintahkan pembagian wilayah Desa Oeba agar lebih rapih dan efisien dalam menjalankan roda pemerintahan yakni wilayah Lapangan Merdeka (sekarang Stadion Merdeka) dan areal

(5)

bahagian barat yang dulunya merupakan wilayah Desa Merdeka, menjadi wilayah Desa Oeba. Wilayah Tode Kisar dipisahkan dari Desa Oeba dan ditetapkan menjadi Desa Tode Kisar yang berdiri sendiri. Sementara itu wilayah Boak Satu (sekarang Markas Brimob Polda NTT dan sekitarnya) digabungkan ke Desa Pasir Panjang, sedangkan wilayah Batu Besi tetap dipertahankan menjadi wilayah Desa Oeba.

Seiring dengan perkembangan zaman, tingkat kepadatan penduduk serta berkembangnya berbagai permasalahan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan, maka Desa Oeba kemudian menjadi Kelurahan Oeba, dan pada tahun 1989 Pemerintah Kota Kupang melakukan pemekaran terhadap wilayah Kelurahan Oeba. Wilayah Kelurahan Oeba yang terletak di bahagian selatan disebut Kelurahan Oeba, sementara wilayah Kelurahan Oeba yang berada di bahagian utara ditetapkan menjadi Kelurahan Fatubesi.

Di Kelurahan Fatubesi didominasi masyarakat pendatang karena aktivitas Pasar Oeba yang telah lama beroperasi, mulai dari suku yang Jawa, Bugis, Makasar, Madura, dan beberapa suku di luar Pulau Timor seperti Rote, Flores dan Sumba.

2.3 Aktivitas Ekonomi Masyarakat

Jumlah penduduk menurut profesi atau mata pencaharian didominasi oleh penduduk dengan kategori “pedagang” hal ini didukung dengan keberadaan pasar tradisional di kelurahan ini (Tabel 7.2.2), sedangkan penduduk bermata pencaharian petani/nelayan berjumlah 465 orang hal ini berhubungan erat dengan letak Kelurahan Fatubesi yang berhadapan langsung dengan pantai, sehingga sebagian masyarakat menggantungkan hidupnya sebagai nelayan atau usaha yang berhubungan dengan nelayan.

Sebagai penunjang perekonomian masyarakat, di Kelurahan Fatubesi terdapat Pasar, Pertokoan, Perbankan, Tempat Pelelangan Ikan (TPI), Perusahan Ekspor Ikan, Pelabuhan Perlindungan Kapal, dan beberapa fasilitas penunjang.

(6)

Tabel 7.2.2. Jumlah Penduduk Menurut Profesi/Mata pencaharian

Mata Pencaharian Jumlah Penduduk

Laki-laki Perempuan Total

PNS 216 156 372 TNI 6 - 6 Polri 20 - 20 PNS TNI 19 14 33 PNS POLRI 23 17 40 Guru 42 36 78 Dosen 8 8 16 Dokter 3 2 5 Mantri/Bidan - 8 8 Petani/Nelayan 445 20 465 Sopir 24 - 24 Montir 117 - 117 Pedagang/Swasta 436 185 621 Pensiunan PNS 199 143 342 Pensiunan TNI 14 - 14 Pensiunan Polri 18 11 29 Pengusaha 149 18 167 Lain-lain 591 1.465 2056 Jumlah 2.330 2.083 4.413

Sumber: Laporan Lurah Fatubesi, 2014.

2.4 Potensi Sumberdaya Alam dan Jasa Lingkungan

2.4.1 Ekosistem Mangrove

Ekosistem lamun tidak ditemukan di Perairan Fatubesi.

2.4.2 Ekosistem Terumbu Karang

Luasan ekosistem terumbu karang di perairan Kelurahan Fatubesi seluas 39,01 Ha. Dilaporkan bahwa kondisi terumbu karang di enam (6) lokasi, yaitu di perairan Alak, Namosain, Nunbaun Delha, Nunhila, Oesapa Barat dan Kelapa Lima. Terumbu karang di perairan Kota Kupang merupakan tipe terumbu karang tepi (fringing reef) dimana komunitas karang tumbuh dan berkembang dekat pantai. Tipe terumbu karang tepi ini terdapat disepanjang pesisir Kota Kupang, mulai dari kelurahan Alak sampai dengan Lasiana. Namun pada beberapa lokasi seperti pesisir kelurahan LLBK, Tode Kiser, Fatubesi, Oesapa

(7)

dan Lasiana, tidak dijumpainya adanya pertumbuhan komunitas karang sebagai akibat tingginya sedimentasi yang mengakibatkan partikelpartikel lumpur menutupi permukaan dasar perairan. Selain tipe terumbu karang tepi (fringing reef) juga terdapat tipe patch reef di sekitar pesisir kelurahan Oesapa. Tipe terumbu karang ini dicirikan dengan adanya bongkahan/kumpulan karang yang tumbuh terpisah dari formasi terumbu karang induk dan dibatasi oleh perairan.

2.4.3 Ekosistem Lamun

(8)

BAB III

PERENCANAAN PENGELOLAAN

3.1 Isu-isu Prioritas Pengelolaan Pesisir dan Laut Aspek SDA dan Lingkungan Pesisir dan Laut

a. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia terkait perlindungan dan pengelolaan pesisir dan laut Kelurahan Fatubesi

b. Pencemaran dan kerusakan lingkungan pesisir dan laut

Aspek Sosial Budaya

a. Kepadatan Penduduk dari aktifitas pasar. Banyak penduduk yang masuk untuk berdomisili sementara tanpa melaporkan diri ke Aparat RT.

b. Perjudian bebas

c. Banyaknya penduduk sementara akibat aktivitas pasar

d. Buang sampah sembarangan (kontribusi sampah melimpah), dan dibuang ke laut. e. Hewan (babi dan kambing) yang berkeliaran.

Aspek Sosial-Ekonomi

a. Sampah (dibuang ke laut) b. Hewan ternak dari RT tetangga c. Maraknya minuman keras d. Maraknya perjudian

e. Sering kebanjiran di musim hujan, karena rusaknya drainase.

Aspek Kelembagaan

a. Limbah Rumah tangga / kotoran manusia b. Pembuangan oli dan solar bekas

c. Kurang MCK (toilet umum), dibuang di pesisir pantai

(9)

3.2 Strategi Pengelolaan

Isu SDA dan Lingkungan Pesisir dan Laut Tujuan:

a. Peningkatan persepsi, wawasan dan ketrampilan terkait perlindungan dan pengelolaan pesisir dan laut

b. Peningkatan kesadaran terkait perlindungan dan pengelolaan pesisir dan laut demi keberlangsungan alam dan generasi masa depan.

c. Peningkatan kemampuan mengelola lingkungan berbasis ekonomi wisata, asri, indah, bersih, dan naturalis.

d. Berkurangnya pencemaran lingkungan pesisir dan laut oleh limbah industri, rumah tangga dan minyak di daerah PPI Oeba.

e. Merelokasi hewan ternak yang bebas berkeliaran (babi dan kambing) ke tempat yang jauh dari pemukiman dan Pasar Oeba.

f. Berkurangnya pencemaran lingkungan dari limbah Rumah Potong Hewan Oeba.

g. Berkurangnya kebiasaan penggunaan bom dan racun cyanida, akar tuba, dan buah gewang, “makan meting”, berupa penginjakan atau membalik karang saat surut untuk memperoleh ikan atau keperluan lainnya (termasuk para pengunjung yang mandi saat terjadi air surut), yang mengakibatkan kerusakan ekosistem laut.

h. Berkurangnya sedimentasi di sekitar DAS.

Strategi:

a. Meningkatkan kualitas pendidikan dan ketrampilan masyarakat pesisir b. Pembentukan kelompok masyarakat peduli lingkungan pesisir dan laut.

c. Pelatihan SWOT dan penyusunan program kerja strategis kelompok masyarakat peduli lingkungan pesisir dan laut.

d. Penetapan lokasi pilot project rencana pengembangan lingkungan pesisir dan laut berbasis ekonomi wisata, asri, indah, bersih, dan naturalis.

(10)

e. Penyusunan protokol pilot project rencana pengembangan lingkungan pesisir dan laut berbasis ekonomi wisata, asri, indah, bersih, dan naturalis.

f. Keputusan Peraturan Walikota Kupang dan Peraturan Lurah Fatubesi tentang ketentuan pembuangan limbah baik di pesisir dan laut dari limbah industri.

g. Keputusan Peraturan Walikota Kupang dan Peraturan Lurah Fatubesi tentang ketentuan pemeliharaan hewan (babi dan kambing) di wilayah pesisir dan sekitarnya, termasuk sanksinya.

h. Terbentuknya kelompok masyarakat pengendali dan pengawas lingkungan pesisir dan laut.

i. Ditetapkannya insentif bagi kelompok masyarakat pengendali dan pengawas lingkungan pesisir dan laut.

j. Menyusun kriteria dan penetapan zonasi wilayah pesisir dan laut. Indikator:

a. Ditetapkannya program pendidikan dan pelatihan terkait perlindungan dan pengelolaan pesisir dan laut

b. Terbentuknya kelompok masyarakat peduli lingkungan pesisir dan laut, dan memiliki program kerja yang didukung oleh Pemerintah dan stakeholder lainnya

c. Ditetapkannya lokasi pilot project lingkungan berbasis ekonomi wisata, asri, indah, bersih, dan naturalis

d. Ditetapkannya Peraturan Walikota Kupang dan Peraturan Lurah Fatubesi tentang ketentuan pembuangan limbah baik di pesisir dan laut dari limbah industri (termasuk rumah potong hewan), limbah rumah tangga, dan limbah minyak kapal motor di daerah PPI Oeba, termasuk sanksinya

e. Ditetapkannya Peraturan Walikota Kupang dan Peraturan Lurah Fatubesi tentang ketentuan pemeliharaan hewan (babi dan kambing) di wilayah pesisir dan sekitarnya, termasuk sanksinya

f. Kesepakatan berbagai pihak pengguna area pesisir dan laut terkait penjagaan kebersihan pesisir dan laut

(11)

h. Penanaman pohon mangrove atau pohon lainnya sesuai kondisi wilayah pesisir. i. Penetapan zonasi wilayah pesisir dan laut

Aspek Sosial Budaya Tujuan:

a. Tertatanya sistem domisili penduduk sementara b. Zona bebas perjudian

c. Kesadaran masyarakat tentang Kebersihan lingkungan, area publik (pasar), pesisir dan laut.

d. Melokalisir hewan (babi dan kambing) Strategi:

a. Monitoring penduduk yang berdomisili sementara b. Penegakan hukum terhadap perjudian

c. Pembuatan TPS

d. Lurah membentuk Pokmaswas kebersihan dan perjudian.

e. Mamfasilitasi penertiban pemeliharaan hewan (babi dan kambing)

Indikator:

a. Ketertiban domisili penduduk sementara di Kelurahan Fatubesi. b. Kesadaran masyarakat untuk tidak melakukan perjudian.

c. Kebersihan lingkungan pemukiman, lingkungan pasar, dan lingkungan pesisir dan laut. d. Ketertiban pemeliharaan hewan (babi dan kambing)

Aspek Sosial Ekonomi Tujuan:

a. Meningkatnya minat pembeli untuk berkunjung ke pasar, karena kebersihan lingkungan pasar, pantai, dan laut

b. Meningkatnya tingkat keamanan, karena rendahnya aktifitas perjudian dan minuman keras.

(12)

Strategi:

a. Pembuatan tempat sampah melalui swadaya masyarakat dan pemerintah b. Pendataan pemilik hewan dan membuat kandang di luar pemukiman c. Maksimalisasi fungsi Kamtibmas

d. Pendataan tempat-tempat saluran air dan membuat drainase Indikator:

a. Pendapatan masyarakat pedagang dan nelayan meningkat, karena karena kebersihan lingkungan pasar, pantai, dan laut

b. Area bebas judi dan bebas minuman keras c. Banjir tersalurkan melalui drainase ke laut

Aspek Kelembagaan Tujuan:

a. Menyediakan MCK umum di pesisir pantai

b. Meningkatkan kesadaran Komunitas cinta pantai dan laut

c. Penerangan di sekitar MCK umum (belakang Kantor Lurah Fatubesi) untuk meminimalisir pembuangan limbah di lokasi tersebut

d. Meningkatkan peranserta Pokmaswas untuk pengendalian sampah di sekitar pantai dan pasar

e. Melakukan perekrutan masyarakat pesisir sebagai anggota Koperasi Bahari Sejahtera di Kota Kupang

Strategi:

a. Pengadaan WC umum di pinggir pantai/belakang kantor lurah yang layak

b. Kerjasama pemerintah dan masyarakat untuk kebersihan pesisir dan laut serta kegiatan Jumat bersih oleh masyarakat di RT masing-masing

(13)

d. Optimalkan peran pokmaswas, untuk konservasi lingkungan pesisir dari limbah perahu/kapal

e. Memasang pagar terali di sepanjang jalan pesisir/pantai, mencegah buang kotoran manusia langsung

f. Revitalisasi WC umum yang sudah ada

g. Perekrutan anggota Koperasi Bahari Sejahtera

Indikator:

a. Masyarakat sadar dengan tidak membuang sampah dan kotoran lainnya di pesisir pantai b. Berfungsinya MCK umum

c. Terbentuknya komunitas cinta pantai dan laut

d. Seluruh masyarakat menjadi anggota koperasi serta kemudahan mendapatkan pinjaman modal

(14)

3.1 Rencana Aksi

Tabel 7.2.3.Tabulasi Isu, Program dan Kegiatan Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Pesisir dan Laut di Kelurahan Fatubesi

Issue Prioritas Program Kegiatan Pelaksana Waktu Pelaksanaan (tahun) Pembiayaa

n

2016 2017 2018 2019

Isu Sumberdaya Alam dan Lingkungan:

1) Rendahnya kualitas sumberdaya

manusia terkait perlindungan dan pengelolaan pesisir dan laut Kelurahan Fatubesi 1) Penguatan Kapasitas Masyarakat terkait perlindungan dan pengelolaan pesisir dan laut.

Pendidikan dan ketrampilan masyarakat pesisir DKP Propinsi, DKP Kota Kupang, CCDP-IFAD, PT, Dinas Pariwisata, BAPPEDA Kota Kupang. √ √ √ √ APBD, APBN, dan Dana Hibah a) Pembentukan kelompok masyarakat peduli lingkungan pesisir dan laut.

DKP Kota Kupang, CCDP-IFAD, BLHD Kota Kupang, BKSDA NTT, NGOs, dan Perguruan Tinggi √ √ √ √ APBD, APBN, dan bantuan lembaga lainnya a) Pelatihan SWOT dan

penyusunan program kerja strategis kelompok masyarakat peduli lingkungan pesisir dan laut.

DKP Kota Kupang, CCDP-IFAD, BLHD Kota Kupang, BKSDA NTT, NGOs, dan Perguruan Tinggi √ √ √ √ APBD, APBN, dan bantuan lembaga lainnya

(15)

Issue Prioritas Program Kegiatan Pelaksana Waktu Pelaksanaan (tahun) Pembiayaa n 2016 2017 2018 2019 2) Pilot project lingkungan pesisir. a) Inisiasi pembentukan

pilot project rencana

pengembangan

lingkungan pesisir dan laut berbasis ekonomi wisata, asri, indah, bersih, dan naturalis.

DKP Kota Kupang, CCDP-IFAD, BLHD Kota Kupang, BKSDA NTT, NGOs, dan Perguruan Tinggi √ √ √ √ APBD, APBN, dan bantuan lembaga lainnya b) Penyusunan protokol

pilot project rencana

pengembangan

lingkungan pesisir dan laut berbasis ekonomi wisata, asri, indah, bersih, dan naturalis.

DKP Kota Kupang, CCDP-IFAD, BLHD Kota Kupang, BKSDA NTT, NGOs, dan Perguruan Tinggi √ √ √ √ APBD, APBN, dan bantuan lembaga lainnya Pencemaran dan kerusakan lingkungan pesisir dan laut

a) Pengelolaan Kawasan Pesisir berbasis masyarakat b) Pengendalian limbah industri dan limbah rumah tangga. c) Penanaman a) Pembuatan Liflet, Spanduk, Baliho, dan Billboard

b) Ditetapkannya

Peraturan Walikota Kupang dan Peraturan Lurah Fatubesi tentang ketentuan pemeliharaan hewan √ √ √ √ APBD, APBN, dan bantuan lembaga lainnya

(16)

Issue Prioritas Program Kegiatan Pelaksana Waktu Pelaksanaan (tahun) Pembiayaa n 2016 2017 2018 2019 atau pohon lainnya sesuai kondisi wilayah pesisir. d) Penetapan zonasi wilayah pesisir dan laut

wilayah pesisir dan sekitarnya, termasuk sanksinya.

c) Kesepakatan berbagai pihak pengguna area pesisir dan laut terkait penjagaan kebersihan pesisir dan laut.

d) sanksinya.

e) Terbentuknya

kelompok masyarakat pengendali dan pengawas lingkungan pesisir dan laut.

f) Ditetapkannya insentif bagi kelompok masyarakat pengendali

dan pengawas

lingkungan pesisir dan laut.

g) Menyusun kriteria dan penetapan zonasi wilayah pesisir dan laut. Isu Kelembagaan:

Sanitasi lingkungan Peningkatan kualitas lingkungan di sekitar pasar Oeba dan Ppi Oeba a. Penyediaan MCK Umum b. Penerangan di sekitar MCK umum (belakang Kantor Lurah Fatubesi) DKP Kota Kupang, CCDP-IFAD, DKP Prov. NTT, PT, dan NGOs √ √ √ APBD, APBN, dan bantuan lembaga lainnya

(17)

Issue Prioritas Program Kegiatan Pelaksana Waktu Pelaksanaan (tahun) Pembiayaa n 2016 2017 2018 2019 untuk meminimalisir pembuangan limbah di lokasitersebut Keberadaan koperasi Bahari

Sejahtera di Kota Kupang

Pelibatan masyarakat pada Koperasi Bahari Sejahtera

Perekrutan masyarakat pesisir sebagai anggota Koperasi bahari Sejahtera

DKP Propinsi, DKP Kota Kupang, Dinas Koperasi Kota Kupang dan CCDP-IFAD, Pengurus Koperasi Bahari Sejahtera √ √ √ √ APBD, APBN, dan bantuan lembaga lainnya

(18)

3.2 Rencana Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi dari pelaksanaan rencana pengelolaan ini dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah kelurahan untuk menilai kegiatan dan hasil capaian dari setiap kegiatan. Proses dan pelaksanaan monitoring dan evaluasi ini telah diintegrasikan dalam dokumen rencana pembangunan dan pengelolaan. Review tahunan dilaksanakan oleh masyarakat dengan atau tanpa bantuan atau dukungan pemerintah setempat, dan dilaksanakan sebelum siklus pendanaan tahun anggaran berikutnya dimulai sebagai masukan bagi rencana kegiatan tahunan berikutnya.

Berdasarkan rencana pengelolaan ini maka akan dibuat rencana aksi tahunan oleh badan pengelola dimana penentuan prioritas kegiatan dan rencananya ditetapkan dan disetujui oleh masyarakat desa secara transparan dan terbuka yang dikoordinasi oleh badan pengelola, sedangkan petunjuk, kebijakan dan bantuan teknis serta dananya diperoleh dari pemerintah daerah (dinas dan instansi yang berkepentingan), APBD/APBN langsung, LSM, perguruan tinggi dan donatur, serta dari pendapatan dan usaha yang sah dari desa maupun lewat swadaya masyarakat.

Dalam memantau pelaksanaan kegiatan dalam rencana pengelolaan perlu dilakukan penilaian terhadap pelaksanaan kegiatan yang dilakukan. Kegiatan monitoring dan evaluasi ini dilaksanakan oleh pemerintah kelurahan dan Badan Pengelola, satu tahun sekali dan melaporkan hasilnya dalam suatu rapat musyawarah desa.

Laporan tersebut berisi meliputi :

a. Laporan keuangan, penerimaan dan pembelanjaan b. Laporan kegiatan

c. Laporan hasil yang dicapai

Tujuan Monitoring dan Evaluasi

Tujuan pelaksanaan monitoring dan evaluasi tersebut meliputi: a. Sejauh mana rencana Pengelolaan sudah dilaksanakan.

b. Kelemahan dan kekurangan dari rencana pengelolaandan untuk mengadakan perbaikan selanjutnya.

c. Efektifitas dari kegiatan yang dipilih dan dilaksanakan.

(19)

e. Aspek pembelajaran dan pemberdayaan masyarakat.

f. Aspek masyarakat dapat menilai dan melihat pelaksanaan rencana pengelolaan di desa.

g. Merancang program dan strategi pelaksanaan untuk tahun selanjutnya.

Hasil Yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan berupa hasil yang dapat dirasakan secara fisik dan non-fisik, misalnya bangunan prasarana fisik yang telah dibangun (adanya daerah perlindungan laut, tanggul banjir, MCK, sarana air bersih, penyuluhan yang telah dilakukan, kelompok usaha yang dibentuk, dll.). Secara non-fisik hasil yang diharapkan adalah adanya kesadaran, kepedulian dan perubahan hidup masyarakat terhadap lingkungan dan sumberdaya alam yang ada di sekitar mereka.

Indikator

Indikator berupa penilai pencapaian hasil yang diharapkan misalnya luas daerah perlindungan laut, jumlah ikan di DPL dan sekitarnya, jumlah MCK yang dibangun, panjang tanggul yang dibangun, jumlah bak penampungan air bersih dan pompa yang sudah dibangun, banyaknya penyuluhan yang telah dilakukan, pendapatan, produksi, jumlah penduduk, dan lain-lain.

(20)

Tabel 7.2. 4. Matriks Rencana Aksi Kelurahan Fatubesi

No .

Rencana Monitoring

Tujuan Monitoring dan Evaluasi

Hasil Yang Diharapkan Indikator Waktu Pelaksa√naan

2016 2017 2018 2019 2020 1 Laporan keuangan, penerimaan dan pembelanjaan Untuk Mengetahui Realisasi keuangan dan Fisik yang disesuaikan dengan target Tertatanya manajemen keuangan Penyampaian laporan keuangan tiap bulan √ √ √ √ √ 2 Laporan kegiatan a. Menhetahui Sejauh mana rencana Pengelolaan sudah dilaksanakan. b. Mengetahui Kelemahan dan kekurangan dari rencana pengelolaandan untuk mengadakan perbaikan selanjutnya.

c. Sejauh mana tujuan telah tercapai dan keinginan masyarakat telah terpenuhi

1. Diketahui jenis kegiatan dan lokasi kegiatan yang telah dilaksanakan 2. Mengetahui waktu pelaksanaan dan berakhir suatu kegiatan 3. Diketahui komponen dari suatu kegiatan

1. Adanya TOR dan RAB 2. Adanya Matrik pelaksanaan kegiatan 3. Laporan kemajuan √ √ √ √ √

3 Laporan hasil yang dicapai

a. Mengetahui efektifitas dari kegiatan yang

dipilih dan dilaksanakan. b. Mengetahui ketepatan waktu pelaksanaan kegiatan c. Mengetahui prosentase /tingkat keberhasilan suatu kegiatan. 1. Diketahui tingkat keberhasilan 2. Di ketahui permasalahan dan langkah tindak lanjut yang telah dilkasanakan 1. Laporan akhir 2. Laporan pelaksanaan kegiatan 3. Dokumentasi pelaksanaan kegiatan √ √ √ √ √

(21)

BAB IV LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1. Peta Profil Kelurahan Fatubesi

(22)

Lampiran 2. Dokumentasi Kegiatan (Lokasi Kegiatan : Pondok Informasi IFAD Kelurahan Fatubesi)

(23)
(24)
(25)
(26)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 2014, Laporan Kelurahan Fatubesi, Kota Kupang

Bessie, D.M. 2013. Struktur Komunitas Mangrove di Taman Wisata Alam Laut Teluk Kupang, Nusa Tenggara Timur. Jurnal Aquatic Science and Management 1: 1-9

Davis, C. C. 1955. The marine and freshwater plankton. Michigan State University Press. USA

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2009

Peraturan Daerah Kota Kupang Nomor 17 Tahun 2000, tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan dalam wilayah Kota Kupang

Peraturan Daerah Kota Kupang Nomor 13 dan 14 Tahun 2001 tentang Penjabaan Tugas Pokok dan Fungsi Pemerintah Kecamatan dan Kelurahan Lingkup Pemerintah Kota Kupang

Kep.Men.LH No.51/2004 tentangkriteria baku dan peoman kerusakan biota air laut

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2004. Salinan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 201 Tahun 2004 tentang Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove.

Tim Peneliti FPIK UKAW, 2013, Survai dan pemetaan sumberdayaPesisir dan laut kota kupang,Nusa Tenggara Timur, Fakultasi Ilmu Kelautan dan Perikanan UKAW, 2013

Gambar

Tabel 7.2.1. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur  Kelompok Umur
Tabel 7.2.2. Jumlah Penduduk Menurut Profesi/Mata pencaharian
Tabel 7.2.3.Tabulasi Isu, Program dan Kegiatan Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Pesisir dan Laut di Kelurahan Fatubesi
Tabel 7.2. 4. Matriks Rencana Aksi Kelurahan Fatubesi  No

Referensi

Dokumen terkait

Karena Tujuan Dari Perlindungan Korban adalah untuk Memberikan rasa aman kepada korban, khususnya pada saat memberikan keterangan pada setiap proses peradilan

Penelitian ini secara praktis dapat memberikan informasi terhadap masyarakat tentang kebijakan yang diambil Pemerintah Indonesia terhadap konflik yang terjadi

Setelah membaca dan memahami isi penjelasan pada lembar pertama, saya bersedia dengan sukarela menjadi responden dan akan melakukan pengisian sesuai ketentuan

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus di Bank Wakaf Mikro Wafa Al Fithrah Surabaya. Jenis data yang digunakan dalam

Analisis perbandingan kepercayaan diri sebelum dan setelah perlakuan dengan uji Wilcoxon dan perbandingan beda peningkatan kepercayaan diri pada kedua kelompok

Gambar 7 Profil vertikal diurnal suhu potensial virtual (θv), kelembaban spesifik (q), dan kecepatan angin (M) pada pagi hari, siang hari, dan malam hari tanggal 1 Februari 2012

Penelitian tentang perbandingan model pembelajaran problem based learning dan inkuiri terbimbing terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik pada materi listrik dinamis kelas

KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif