• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DASAR PEMIKIRAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II DASAR PEMIKIRAN"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

DASAR PEMIKIRAN

2.1 Jurnalistik Televisi dan Kriteria Dokumenter

Seiring dengan berkembangnya ilmu komunikasi, maka definisi jurnalistikpun makin berkembang. Hal ini juga sesuai dengan perkembangan media pers. Tetapi akar definisi jurnalistik yang perlu kita catat diantaranya adalah yang dikemukakan Adinegoro, seorang tokoh pers yang menjadi ikon di kalangan para wartawan.

Menurut Adinegoro, jurnalistik adalah kepandaian mengarang untuk memberi pekabaran kepada masyarakat dengan selekas-lekasnya agar tersiar seluas-luasnya. Sementara itu definisi menurut ilmu komunikasi adalah suatu bentuk komunikasi yang menyiarkan berita atau ulasan berita tentang peristiwa sehari-hari yang umum dan actual dengan secepat-cepatnya.1 “Jurnalistik adalah

proses penulisan dan penyebaran luasan informasi berupa berita, feature, dan opini media massa“.2

Di dalam Dokumenter sendiri terdapat nilai-nilai jurnalistik, Gerzon R. Ayawaila menyebutkan ada empat kreteria yang menerangkan bahwa dokumenter adalah film nonfiksi:3

1 Askurifai Baskin. Jurnalistik Televisi Teori Dan Praktik. Simbiosa Rektama Media. 2006 hal 47 2 Ibid. 50

(2)

1. Setiap adegan dalam film dokumenter merupakan rekaman kejadian yang sebenarnya, tanpa interpretasi imajinatif seperti halnya dalam film fiksi.

2. Yang dituturkan dalam film dokumenter berdasarkan peristiwa nyata (realita).

3. Sebagai sebuah film nonfiksi, sutradara melakukan observasi pada suatu peristiwa nyata, lalu melakukan perekaman gambar sesuai apa adanya.

4. Apabila struktur cerita pada film fiksi mengacu pada alur cerita atau plot, dalam dokumenter konsentrasinya lebih pada isi dan pemaparan.

Secara Historis, kegiatan jurnalitik muncul pertama kali ketika masa pemerintahan Julius Caesar (100-44 SM), kaisar romawi yang termasyhur, dibuat pengumuman setiap hari tentang kegiatan-kegiatan senat. Pengumuman yang ditempel pada papan pengumuman tersebut dinamakan Acta Diurna.

Secara Etimologis (asal kata, kata jurnalistik berasal dari kata diurna (bahasa latin) yang artinya tiap hari. Dalam bahasa perancis adalah journ (catatan atau laporan harian), dalam bahasa Belanda adalah Jurnalistiek, dalam bahasa inggris Journalism (catatan peristiwa harian).

Secara konseptual, jurnalistik dapat dipahami dari tiga sudut pandang, yakni sebagai proses, teknik, dan ilmu. Sebagai proses, jurnalistik adalah aktivitas mencari, mengolah, menulis, dan menyebarluaskan informasi kepada publik melalui media massa. Aktivitas ini dilakukan oleh wartawan atau jurnalis.

(3)

Sebagai teknik, jurnalistik adalah keahlian atau keterampilan membuat karya jurnalistik termasuk keahlian dalam pengumpulan bahan pemberitaan seperti peliputan peristiwa atau reportase dan wancara.

Sebagai ilmu, jurnalistik adalah bidang kajain mengenai pembuatan dan penyebarluasan informasi melalui media massa. Jurnalistik termasuk ilmu terapan yang dinamis dan terus berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi serta dinamika masyarakat itu sendiri.

Selain itu, jurnalistik dalam dunia ilmu pengetahuan modern berkaitan dengan teori, metode, sistematika, objek studi, dan penelitian.4

Tugas dan fungsi Jurnalistik / pers adalah mewujudkan keinginan ini melalui medianya baik media cetak maupun media elektronik seperti radio, televisi dan internet. Tetapi, tugas dan fungsi pers yang bertanggung jawab tidaklah sekedar itu, melainkan lebih dalam lagi yaitu mengamankan hak-hak warga negara dalam kehidupan bernegaranya.

1. Fungsi informatif, yaitu memberikan informasi atau berita, kepada khalayak ramai dengan cara yang teratur. Pers menghimpun berita yang dianggap berguna bagi orang banyak dan kemudian menuliskannya dalam kata-kata. Pers juga mungkin mengingatkan orang banyak tentang peristiwa-peristiwa yang akan terjadi, seperti prakiraan cuaca.

2. Fungsi kontrol, pers yang bertanggungjawab adalah yang masuk ke balik panggung kejadian untuk menyelidiki pekerjaan pemerintah

(4)

atau perusahaan. Pers harus memberitakan apa yang berjalan baik dan tidak berjalan baik. Fungsi “Watchdog” atau fungsi kontrol ini harus dilakukan dengan lebih aktif oleh pers daripada oleh kelompok masyarakat lainnya.

3. Fungsi interpretatif dan directif, yaitu memberikan interpretatif dan bimbingan. Pers harus menceritakan kepada masyarakat tentang arti suatu kejadian. Kadang-kadang pers juga menganjurkan tindakan yang seharusnya dilakukan oleh masyarakat.

4. Fungsi menghibur, yaitu menuturkan kisah-kisah dunia dengan hidup dan menarik. Mereke meyajikan humor dan drama serta musik. Mereka menceritakan kisa lucu untuk diketahui meskipun kisah itu tidak terlalu penting.

5. Fungsi regeneratif, yaitu menceritakan bagaimana sesuatu itu dilakukan di masa lampau, bagaimana dunia ini dijalankan sekarang bagaimana sesuatu itu diselesaikan, dan apa yang dianggap dunia itu benar atau salah.

6. Fungsi pengawalan hak-hak warga negara, yaitu mengamankan dan mengawal hak-hak pribadi. Demikian pula halnya, bila ada massa rakyat berdemonstrasi, pers harus menjaga baik-baik jangan sampai terjadi tirani golongan mayoritas itu menguasai dan menekan golongan minoritas.

(5)

7. Fungsi ekonomi, yaitu melayani sistem ekonomi melalui iklan. Tanpa radio, televisi, dan surat kabar maka beratlah untuk dapat mengembangkan perekonomian sepesat seperti sekrang ini.

Fungsi swadaya, yaitu bahwa pers mempunyai kewajiban untuk memupuk

kemampuannya sendiri agar ia dapat membebaskan dirinya dari pengaruh-pengaruh serta tekanan-tekanan dalam bidang keuangan. Bila media berada dibawah tekanan soal keuangan, maka sama halnya dengan menempatkan diri dibawah kehendak siapa saja yang mampu membayarnya sebagai balas jasa.5

Selain itu, jurnalistik termasuk bidang kajian ilmu komunikasi, yakni ilmu yang mengkaji proses penyampaian pesan, gagasan, pemikiran, atau informasi kepada orang lain dengan maksud memberitahu, mempengaruhi, atau memberikan kejelasan.

2.1.1 Lingkup Jurnalistik

Jurnalistik termasuk ilmu komunikasi Praktika, Karena ilmu jurnalistik mempelajari penerapan dari pengertian-pengertian ilmu komunikasi teoritika dalam kehidupan manusia. Sebagai sebuah ilmu, jurnalistik mempelajari cara penyampaian pesan dengan menggunakan media massa periodik. Pengertian periodik di sini adalah teratur dalam menerbitkan atau menyiarkan pesan (berita atau informasi). Misalnya harian (koran, radio, televisi, dll) mingguan (tabloid, majalah) dan seterusnya.

5 Hikmat Kusumaningrat. Jurnalistik Teori dan Praktik. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2012.

(6)

Di dalam ilmu komunikasi, kita mengenal antara lain teori kultivasi. Severin dan Tankard mengemukakan “teori kultivasi untuk menjelaskan dampak menyaksikan televisi pada persepsi, sikap dan nilai-nilai orang6.” Menurut

Rohim,”Cultivation berarti penguatan, pengembangan, penanaman atau preratan. Maksudnya bahwa terpaan media khususnya televisi, mampu memperkuat perepsi khalayak terhadap realitas sosial. Artinya semakin lama dia hidup dalam dunia televisi, maka seseorang menganggap bahwa realitas sosial sama dengan yang digambarkan televisi7.

Sementara itu dalam kaitan dengan kegiatan jurnalistik sendiri dikenal teori-teori dalam tradisi gatekeeping, yang berasal dari karya Lewin (1947) yang diterapkan dalam berbagai situasi komunikasi, termasuk berita. Kegiatan gatekeeping tentunya bergantung pada jenis medianya. Berdasarkan media massa yang digunakan untuk menyalurkan kegiatan jurnalistik, maka dikenal jurnalistik cetak, jurnalistik radio, jurnalistik TV, jurnalistik online (flash journalism,

multimedia journalism, backpack journalism).

Karena perbedaan sifatnya, menurut Morrisan (2008, hal. 4), muncullah jurnalistik cetak, jurnalistik radio dan juga jurnalistik televisi, namun semuanya tetap tunduk pada ilmu induknya yaitu ilmu komunikasi. Adapun perbedaan antara televisi, radio dan cetak yang dimaksud Morrisan adalah sebagai berikut.

6Werner J. Severin dan Tankard, James W. (2007). Teori Komunikasi Sejarah, Metode dan

Terapan di Media Massa.Edisi Lima. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 391.

7Syaiful Rohim (2009). Teori Komunikasi Perspektif, Ragam, dan Aplikasi, Jakarta: PT Rineka

(7)

Tabel 2.1

Perbedaan Antara Televisi, Radio, dan Media Cetak

Penguasaan Televisi Radio Surat Kabar

Waktu (isinya dapat dilihat kembali berulang-ulang) Tidak menguasai waktu Tidak menguasai waktu Menguasai waktu Ruang ( dapat diterima dimana saja dalam jangkauan pancarannya secara serentak)

Menguasai ruang Menguasai ruang Tidak menguasai ruang (perlu waktu

yang relatif lama untuk sampai

kepada pembacanya)

2.2 Dokumenter

Definisi dari film dokumenter adalah suatu jenis film yang mengangkat tentang sebuah subjek dengan latar belakang permasalahan yang nyata. Maka dari itu setiap gambar yang kita ambil dalam membuat film dokumenter harus sesuai dengan fakta yang ada. Film dokumenter biasanya dibuat untuk mengangkat sebuah fenomena yang ada pada sebuah subjek yang ingin diangkat, kemudian dikemas

(8)

secara informatif sehingga menarik untuk disaksikan. Dalam pembuatannya, film dokumenter berisikan tentang permasalahan – permasalahan yang kemudian akan dibahas menjadi poin – poin penting lau akan disampaikan secara ringan sehingga garis besar yang ada dalam film tersebut dapat tersampaikan dengan baik kepada masyarakat. Keistimewaan sebuah film dalam media komunikasi massa sangat efektif karena dapat memberikan dampak yang emosional kepada masyarakat. Hal – hal yang menyebabkan film menjadi sebuah media komunikasi massa yang efektif karena:8

1. Film dapat menghadirkan pengaruh emosional yang kuat kepada masyarakat.

2. Film dapat memberikan ilustrasi visual secara langsung. 3. Film dapat berkomunikasi dengan penonton tanpa batas. 4. Film dapat memotivasi untuk membuat perubahan.

5. Film sebagai alat yang mampu menghubungkan penonton dengan pengalaman yang ada dalam gambar.

Dahulu film documenter di TVRI menyajikan flora dan fauna, Nasional Geografic, Historisy Chanel, dan Discovery Chanel. Tetapi sekarang banyak program documenter televise yang lebih popular dengan isu hangat yang menarik, dinamis dan berbasis teknologi. Film documenter merekam adegan dengan nyata dan factual (bukan rekayasa) untuk kemudian dibentuk menjadi seperti program fiksi dengan creative treatmen (membuat kejadian yang terlihat biasa, tanpa rekayasa menjadi istimewa dimata orang lain). Maka pengertian documenter

(9)

merupakan fakta yang mengandung pemikiran, ide, dan sudut pandang idealisme.9

Paul Rotha mengatakan, film documenter adalah mengombinasikan seni pembuatan film, seni produksi, dan penulisan jurnalistik.10 Selanjutnya Sosuke

Yasuma menjelaskan, “Documenter programme to show audience what has never been seen, what has never been told”11 (mengungkapkan segala sesuatu yang sangat

menakjubkan, keanehan, atau keindahan luar biasa, yang kita temukan kepada pemirsa televise dalam satu suatu paket/program televise). Menurut Gerzon R. Ayawaila, documenter televise adalah program documenter dengan tema topik tertentu, disajikan dengan gaya bercerita, menggunakan narasi (dengan voice over, hanya terdengar suara tanpa wajah yang menyuarakan tampak di layar monitor), menggunakan wawancara, juga ilustrasi music sebagai penunjang gambar visual (picture story).12

Menurut Heru Efendi dalam bukunya yang berjudul “Mari Membuat Film (Panduan Menjadi Produser)“ menjelaskan bahwa istilah “Dokumenter” sendiri pertama kali digunakan dalam film karya Lumiere bersaudara. Film tersebut mengisahkan tentang perjalanan (travelogues) yang dibuat sektar tahun 1980-an. Lalu pada tiga puluh enam tahun kemudian istilah ini kembalu digunakan oleh

9 Andy Fachruddin. Dasar – Dasar Produksi Televisi. Kencana Prenada Media Group. 2012 hal

318

10 Paul Rotha, Shinclair Road, and Richard Graffith, 1949, Documentary Film, hlm. 70. New

York: Communications Arts Books.

11 Sosuke Yasuma, 2003, Television Documentary Production, hlm. 5. Tokyo: Text Book. 12 Ayawaila Gerzon R., 2009, Dokumenter: Dari Ide Sampai Produksi, hlm. 30. Jakarta: FFTV

(10)

pembuat dan kritikus film asal Inggris Jhon Grieson untuk film Moana (1926) karya Flaherty. Kemudian Grieson berpendapat bahwa film dokumenter adalah sebuah cara kreatif untuk mempresentasikan realitas. Intinya. Film dokumenter tetap berpijak pada hal – hal yang senyata mungkin. Lalu seiring dengan perkembangannya muncullah berbagai aliran film dokumenter. Tujuan dibuatanya sebuah film dokumenter adalah untuk mengangkat kembali fakta - fakta yang terjadi pada masyarakat, agar dapat teringat kembali serta merangsang masyarakat untuk dapat melakukan aksi ataupun reaksi terhadap suatu permasalahan yang ada. Di dalam sebuah video dokumenter terdapat dua unsur yang biasa digunakan yaitu unsur visual dan unsur verbal.13

2.2.1. Unsur Visual

Sebuah gambar yang diambil berdasarkan peristiwa tertentu. Unsur – unsur visual itu terdiri dari:

1. Observasionalisme reaktif, sesuai dengan maknanya yaitu malakukan tinjauan untuk mengingatkan kembali. Karena dalam pembuatan film dokumenter harus sesuai dengan bahan yang diambil dari subyek yang di filmkan. Hal ini berhubungan dengan ketepatan pengamatan oleh pengarah kamera atau sutradara.

2. Observasionalisme proaktif, yaitu melakukan tinjauan yang bertujuan untuk pembuatan film dokumenter dengan cara memilih film secara

(11)

khusus sehubungan dengan pengamatan sebelumnya oleh pengarah kamera atau sutradara.

3. Mode ilustratif, yaitu pendekatan dalam film dokumenter yang berusaha menggambarkan secara langsung tentang apa yang dikatakan narator.

4. Mode asosiatif, yaitu pendekatan dalam film dokumenter yang berusaha menggunakan potongan – potongan gambar dengan berbagai cara.

2.2.2 Unsur Verbal

1. Overheard exchange, yaitu rekaman pembicaraan antara dua sumber atau lebih yang terkesan direkam secara langsung tanpa adanya rekayasa. 2. Kesaksian, yaitu rekaman pengamatan, pendapat atau informasi yang

dingkapkan secara jujur oleh saksi mata, pakar, dan sumber lain yang berhubungan dengan subyek dokumenter.

3. Eksposisi, yaitu penggunaan voice over atau orang yang berhadapan langsung dengan kamera.

2.3 Teori Jarum Hipodermik

Penulis membuat film documenter Pulau Onrust sebagai bentuk komunikasi kepada masyarakat dan memberikan informasi. Dalam pembuatan film documenter Pulau Onrust penulis mencoba akan menggunakan Teori Jarum Hipodermik. Teori ini berkembang di sekitar tahun 1930 hingga 1940an merupakan teori media massa

(12)

pertama yang ada. Teori ini mengasumsikan bahwa komunikator yakni media massa digambarkan lebih pintar dan juga lebih segalanya dari audience. Teori ini memiliki banyak istilah lain. Biasa kita sebut Hypodermic needle (teori jarum suntik ), Bullet Theory ( teori peluru ) transmition belt theory (teori sabuk transmisi ). Dari beberapa istilah lain dari teori ini dapat kita tarik satu makna , yakni penyampaian pesannya hanya satu arah dan juga mempunyai efek yang sangat kuat terhadap komunikan. Prinsip stimulus-respons telah memberikan inspirasi pada teori jarum hipodermik.

Suatu teori klasik mengenai proses terjadinya efek media massa yang sangat berpengaruh. Teori ini muncul pada 1950an oleh Wilbur Schram, kemudian dicabut kembali pada tahun 1970an karena khalayak sasaran media massa ternyata tidak pasif. Hal ini didukung oleh Lazarsfeld dan Raymond Bauer. Lazarsfeld mengatakan bahwa khalayak yang diterpa peluru tidak jatuh terjerembab (peluru tidak menembus, efek tidak seuai dengan tujuan pnembak, sasaran senang ditembak).

Sedangkan Bauer menyatakan bahwa khalayak sebenarnya tidak pasif (mencari yang diinginkan dari media massa). Pada tahun 1960an, muncul teory limited effect model oleh Hovland. Dia menyatakan bahwa pesan komunikasi efektif dalam menyebarkan informasi, bukan untuk mengubah perilaku. Coooper dan Jahoda menunjukan bahwa persepsi selektif mengurangi efektivitas suatu pesan.

(13)

Jarum Hipodermik pada hakekatnya adalah model komunikasi searah, berdasarkan anggapan bahwa mass media memiliki pengaruh langsung, segera dan sangat menentukan terhadap audience. Mass media merupakan gambaran dari jarum raksasa yang menyuntik audience yang pasif.

Pada umumnya khalayak dianggap hanya sekumpulan orang yang homogen danmudah dipengaruhi. Sehingga, pesan-pesan yang disampaikan pada mereka akan selalu diterima, bahwa media secara langsung dan cepat memiliki efek yang kuat tehadap komunikan. Dari beberapa sumber teori ini bermakna:

1. Memprediksikan dampak pesan pesan komunikasi massa yang kuat dan kurang lebih universal pada semua audience

2. Disini dapat dimaknai bahwa peran media massa di waktunya ( sekitar tahun 1930an ) sangat kuat sehingga audience benar mengikuti apa yang ada dalam media massa. Selain itu teori ini juga di maknai dalam teori peluru karena apa yang di sampaikan oleh media langsung sampai terhadap audience.

3. Kekuatan media yang begitu dahsyat hingga bisa memegang kendali pikiran khalayak yang pasif dan tak berdaya.

Dari sini kita ketahui bahwa teori peluru adalah sebuah teori media yang memiliki dampak yang kuat terhadap audiencenya sehingga tak jarang menimbulkan sebuah budaya baru dan penyaampaiannya secara langsung dari komunikator yakni media kepada komunikan ( audience).

(14)

Dari uraian tersebut diatas, dapat diambil contoh pada iklan pasta gigi yang pertama kai adalah bermerk Odol. Dimana pada saat produk pasta gigi ini dipublikasikan, secara langsung bisa mempengaruhi asumsi khalayak bahwasanya ketika ingin membeli pasta gigi itu adalah Odol. Sehingga sampai saat ini merk Odol sudah terdoktrin di ingatan khalayak. Walaupun sudah banyak merek-merek pasta gigi yang bermunculan.

2.4 Genre / Jenis Film Dokumenter

Genre berarti jenis atau ragam, merupakan istilah yang berasal dari bahasa perancis. Kategorisasi ini terjadi dalam bidang seni – budaya seperti music, film, serta sastra. Genre dibentuk oleh konvensi yang berubah dari waktu ke waktu. Pada kenyataannya bahwa setiap genre berfluktuasi dalam popularitasnya dan akan selalu terikat erat pada faktor – faktor budaya.

Dalam film, terutama dalam film cerita, banyak sekali genre yang sudah dikenal oleh masyarakat seperti melodrama, western, gangster, horror, science fiction (sci – fi), komedi, action, perang, detektif. Namun dalam perjalanannya genre film tersebut sering dicampur satu sama lain (mix ganre) seperti horror– komedi, comedy-western, dan horror-sciennce fiction. Selain itu genre juga bisa masuk ke dalam bagian dirinya yang lebih spesifik yang kemudian dikenal dengan sub genre, contohnya genre dalam genre komedi dikenal sub – genre.

(15)

Dokumenter: Dari Ide Sampai Produksi, Gerzon R. Ayawaila membagi genre menjadi 12 jenis. Akan tetapi menurut penulis beberapa jenis film dokumenter yang ada didalam buku tersebut sebenarnya bias dikelompokkan lagi.14

1. Dokumenter Laporan Perjalanan 2. Dokumenter Sejarah

3. Dokumenter Potret / Biografi

4. Dokumenter Perbandingan / Kontradiksi 5. Dokumenter Ilmu Pengetahuan

a. Film dokumenter Sain

b. Film dokumenter instruksional 6. Dokumenter Nostalgia

7. Dokumenter Rekontruksi 8. Dokumenter Investigasi

9. Dokumenter Eksperimen / ( Association Picture Story ) 10. Dokumenter Drama ( Dokudrama )

2.5 Dokumenter Sejarah

Tahun 1930-an Rezim Adolf Hitler telah menyiapkan unsur sejarah kedalam film – filmnya yang memang lebih banyak bertipe dokumenter. Adapun film dokumenter yang pertama kali di Indonesia adalah ketika diperkenalkan oleh kolonial Belanda, yaitu dokumenter sejarah yang menggambarkan perjalanan Ratu

14 Andy Fachruddin. Dasar – Dasar Produksi Televisi. Kencana Prenada Media Group. 2012 hal

(16)

Olanda dan Raja Hertog Henridrik dikota Den Haag. Melalui publikasi popular kala itu layar tancap, produksi film sejarah bertujuan untuk propaganda. Dalam film tersebut menjadi media pembelajaran yang bersifat pencerahan, tetapi juga memberikan pemahaman yang memanipulasi. Seperti memberikan visi baru dan pemahaman yang mengarahkan kesuatu tujuan atau untuk memanipulasi fakta yang ada. Bisa juga untuk propaganda politik, membangun nasionalisme, dan menekan / menanamkan kebencian pada kelompok yang bersebrangan dengan penguasa. Karya fotografi maupun film yang dibuat untuk tujuan propaganda disebut Illusion of Reality.15

Film dokumenter biasanya juga bias menceritakan sejarah perjuangan suatu bangsa, berisi perjuangan tokoh-tokoh pahlawan untuk mengenang berdirinya suatu negara yang mengalami proses perlawanan menjadi negara yang merdeka. Film dokumenter genre sejarah sangat kental denganaspek referential meaning-nya (makna yang sangat tergantung pada refrensi peristiwanya). Adapun tiga hal penting dalam documenter sejarah adalah waktu peristiwa, lokasi sejarah, dan tokoh pelaku sejarah tersebut.16

Film dokumenter biasanya mengetengahkan peristiwa yang sudah berlalu, seperti ITV Inggris pernah menyiarkan setiap minggu program documenter The War at War. Dokumenter itu dibuat berdasarkan buku karangan Mark Arnold-Foster yang kemudian diangkat kedalam film documenter yang dikumpulkan dari

15 Gerzon R. Ayawaila. Dokumenter: Dari Ide Sampai Produksi. Jakarta. 2008 hal 44

16 Andy Fachruddin. Dasar – Dasar Produksi Televisi. Kencana Prenada Media Group. 2012 hal

(17)

tempat-tempat penting peristiwa perang dunia kedua. Sebagai pelengkapnya, diisi pernyataan para tokoh militer berpengaruh (Jerman dan sekutu) yang masih hidup menjadi saksi dalam peristiwa tersebut menghidupkan film tersebut.17

Pada era reformasi, peta film dokumenter sejarah diproduksi penekanannya karena kebutuhan masyarakat akan pengetahuan dari masa lalu. Disebabkan mobilitas pekerjaan masyarakat yang sangat tinggi, membatasi akan pengetahuan tentang sejarah. Seperti, Exepedition, Morotai peninggalan sejarah yang terlupakan, merupakan dokumenter tentang sejarah peninggalan kolonal Belanda yang memiliki nilai historis yang sangat tinggi namun terbengkalai, Metro file (Metro tv), program yang mengupas sejarah yang tidak terungkap diindonesia, Merah hitam di Batavia, kepahlawanan Dr. Johanes Leimena yang gigi member konstribusi berdinya puskesmas dalam judul Mutiara dari Timur Lentera Bangsa, dan lain sebagainya.18

2.6 Sejarah Pulau Onrust

Pulau yang sangat aktif akan masanya dan menceritakan sejarah belanda pertama kali masuk ke kota batavia dan menduduki kota jayakarta dan dihancurkan tentara inggris, dan kembali memasuki dan mendudukinya kembali kota jayakarta serta pasca kemerdekaan pulau onrust juga menjadi dermaga haji Pertama kali di Indonesia, serta menjadikannya pulau ini menjadi pulau tahanan politik seperti

17 Ibid.

(18)

karto suwiryo yang kala itu sebagai tahanan politik.19

Pulau Onrust merupakan salah satu pulau di Kabupaten Seribu, DKI Jakarta, yang letaknya berdekatan dengan pulau kelor dan pulau cipir. Pada masa kolonial belanda, rakyat sekitar menyebut pulau ini adalah Pulau Kapal karena di pulau ini sering sekali dikunjungi kapal-kapal belanda sebelum menuju Batavia. Di dalam pulau ini terdapat banyak peninggalan arkeologi pada masa kolonial belanda dan juga sebuah rumah yang masih utuh dan dijadikan Museum Pulau Onrust.

Pulau Onrust berukuran kecil, tetapi berperan besar dalam sejarah perkembangan Kota Jakarta, terutama pada abad 17 dan 18. Hal ini menarik untuk dikaji dalam upaya mewujudkan Pulau Onrust sebagai Taman Arkeologi yang memiliki peran ganda, yakni sebagai kawasan peninggalan sejarah dan sebagai objek pariwisata.20

Untuk mencapai Pulau Onrust sangatlah mudah, sebab paling tidak telah ada 3 pelabuhan laut yang dapat mengantar menumpang ke pulau tersebut, yakni; Pelabuhan Marina Ancol; Pelabuhan Angke; dan Pelabuhan Muara Kamal. Dari ke 3 pelabuhan tersebut, yang paling dekat dengan Pulau Onrust adalah pelabuhan muara kamal. Dengan menggunakan perahu tradisional dapat dicapai dalam waktu 10 – 15 menit saja. Memang Pulau Onrust adalah salah satu dari kawasan Kepulauan Seribu yang terdekat dengan pantai Jakarta. Berdasarkan koordinat dari

19 Dinas Museum dan Sejarah. Penelitian Arkeologi Pulau Onrust. Jakarta. 1993.

20 Pemerintah Propisi daerah khusus Ibu Kota Jakarta Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan. Onrust

(19)

titik 0 Greenwich pulau ini terletak pada 1060 44 0 Bujur Timur dan 60 02’ 3”

Lintang Selatan.21

Kolonialisme di Indonesia adalah pengalaman pahit peninggalan-peninggalan hilogis disitus pulau onrust menjadi bukti bahwa kenyataan itu memang pernah tejadi. Namun bagaimanapun juga kolonialisme itu adalah bagian dalam proses perjalanan bangsa Indonesia. Dari pulau onrust kita dapat belajar mengapa hal tersebut dapat terjadi. Memahaminya akan membuat kita lebih arif untuk melangkah ke hari esok sebagai bangsa yang telah merdeka.

2.7 Peran Editor

Perkembangan perfilman dapat ditandai dengan teknik atau metode yang digunakan dalam proses pembuatan film tersebut. Perkembangan teknologi juga banyak berpengaruh terhadap perfilman, sehingga hasil dari kemajuan teknologi tersebut mampu menciptakan teknik pengambilan gambar dan proses editing pita film yang disebut dengan montage. Sergei Einsenstein merupakan seseorang yang pertama kali memperkenalkan Teori Montase Soviet (Soviet Montage Theory). Teori Montase (Montage) adalah teknik dalam mengedit film dimana serangkaian hasil pengambilan gambar diedit berurutan untuk menyingkat ruang, waktu, dan informasi dalam sebuah film. Hal ini biasanya digunakan untuk menunjukkan berlalunya waktu atau peristiwa. Para pembuat film yang berpegang pada teori ini berpendapat bahwa nilai seni sebuah film dapat dikatakan bernilai jika mampu

21 Pemerintah Propisi daerah khusus Ibu Kota Jakarta Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan. Onrust

(20)

menghasilkan makna tertentu dan mempengaruh audiensnya. Berdasarkan perspektif yang dibawanya yakni formalis-estetis, film membentuk suatu makna melalui proses pengambilan sudut pandang (angle shot) dan juga proses editingnya.22

Setiap kegiatan yang dilakukan melalui tahapan dan proses plaksanaan yang sudah ditentukan (standart operation procedur), sehingga pekerjaan yang dilakukan dapat berjalan dengan lancar dan baik sesuai dengan prosedur pengoprasiannya. Demikian juga halnya dengan kegiatan mengedit (editing) program televisi. Pengertian editing itu sendiri adalah proses menyusun, memanipulasi, dan merangkai ulang rekaman video (master tape) menjadi suatu rangkaian cerita yang baru (sesuai naskah) dengan memberikan penambahan tulisan, gambar, atau suara sehingga mudah dimengerti dan dapat dinikmati pemirsa.23

Pada stasiun televisi profesi yang bertugas melakukan penyuntingan gambar (editing televise) disebut seorang editor. Kata editor sendiri menurut kamus berasal dati Bahasa Latin yang merarti “untuk mengemukakan”. Dan editor dalam Bahasa roma kuno adalah seseorang yang sedang memainkan sesuatu di dalam sebuah panggung. Editing televise adalah seni menggabungkan gambar dan audio agar memiliki alur cerita yang dapat dinikmati bagi pemirsa. Edward Dmytryk menetapkan cerita yang dapat dinikmati dan bermanfaat bagi pemirsa. Edward Dmytryk menetapkan 7 “peraturan tentang memotong gambar” yang harus dikuasai

22

http://www.kompasiana.com/pahlevou/kajian-film-pasang-surut-industri-perfilman-hollywood_55091e34a33311d4512e3922, Diakses pada tanggal 19 juni 2016 pukul 02.30

23 Andy Fachruddin. Dasar – Dasar Produksi Televisi. Kencana Prenada Media Group. 2012 hal

(21)

oleh penyunting gambar, yaitu: 24

1. Tidak pernah membuat suatu potongan gambar tanpa suatu alasan yang positif.

2. Manakala ragu-ragu tentang frame mana yang tepat untuk dipotong, maka panjangkan saja tanpa harus dipotong.

3. Di dalam pergerakan gambar dimungkinkan melakukan pemotongan gambar asalkan tidak mengurangi nilai dari pergerakan tersebut.

4. Melakukan atau membuat hal yang baru adalah hal yang lebih baik daripada melakukan atau menggunakan hal yang lama.

5. Semua sequence dan scenes pertama hingga terakhir harus menggambarkan sebuah alur cerita yang berkesinambungan.

6. Memotong sesuai dengan nilai-nilai yang ada.

7. Dahulukan unsur-unsur penyuntingan kemudian baru format penyuntingan.

Menurut Walter Scott Murch, dalam penyuntingan Film ada enam hal yang utama untuk memutuskan kapan kita harus memotong gambar, yaitu: Emosi, Cerita, Irama, Penglihatan, Layar adalah bidang two-dimension, dan Three-dimensional. Hal tersebut disusun menurut arti penting yang paling utama terlebih dahulu:25

24 Dmytryk Edward, 1984, On Film Editing: An Introduction to the Art of Film Construction,

(Boston: Focal Press).

25 Murch, Walter, 2001, In the Blink of an Eye: a Perspective on Film Editing, edisi revisi,

(22)

2.7.1 Pra Produksi

Dalam pembuatan sebuah film, seorang penyunting gambar (editor) sudah dilibatkan sejak awal sehingga dapat mengikuti perkembangan konsep yang terjadi dari tahap scenario yang disepakati hingga kebutuhan visi sutradara. Editor berhak menyampaikan usulan-usulan pada saat produksi yang diprakirakan ia butuhkan pada saat pascaproduksi. Dengan kata lain, editor berhak memberikan “daftar belanja” kepada sutradara setelah ia memahami visi sutradara.26

2.7.2 Produksi

Pada tahapan produksi penulis sebagai Editor tidak memiliki tugas dan tanggung jawab yang khusus. Namun dalam proses produksi ini penulis sebagai Editor dapat membantu mengawasi pendistribusian dan kondisi materi mulai dari laboraturium sampai materi tersebut berada di meja editing. Berbeda dengan kru inti lainnya yang praktis akan terus berinteraksi selama masa produksi, penyunting tidak selalu tampak berada di tengah produksi. Sesekali mungkin akan datang untuk melihat jalannya syuting atau menemui sutradara untuk menyampaikan pendapat-pendapatnya.27

Para dokumentaris yang mengikuti paham realistis menganggap fungsi editor tidak terlalu penting, karena semua susunan gambar, adegan, dan sekuens sudah tertata dengan baik. Ini dikarenakan dokumentaris realistis lebih banyak

26 Tino Saroengallo. Dongeng Sebuah Produksi Film. PT. Intisari Mediatama. Jakarta. 2008 hal

112

27 Tino Saroengallo. Dongeng Sebuah Produksi Film. PT. Intisari Mediatama. Jakarta. 2008 hal

(23)

menggunakan teknik long take dan deep focus photography, yang senantiasa berusaha menghindarkan diri dari pemotongan adegan. Bagi mereka, tugas editor hanya memilih kualitas gambar serta mengukur irama dan tempo (rhythm & pace) agar keseluruhan alur penuturan mengalir secara menarik.28

2.7.3 Pasca Produksi

Pada tahapan pasca produksi penulis (Editor) sangat berperan penting. Pada documenter sejarah, editor tidak hanya menginterpretasikan kontinyuitas shot-shot yang ada saja, tetapi juga penggabungan sejumlah potongan arsip film (footage) yang biasanya merupakan dokumentaris dari reportase dan film berita. Disini penataan suara juga berperan penting untuk membangkitkan emosi, dengan cara menghidupkan suasana atau atmosfer. Pasalnya, banyak film bisu, sehingga ada kemungkinan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan penataan suara dalam documenter sejarah tersebut.29

Pada masa pascaproduksi, penyuntingan adalah proses kerjasama yang panjang antara sutradara dan editor. Producer bisa menjadi penengah yang baik bila terjadi ketegangan diantara mereka. Producer tentu saja juga berhak memberikan masukan kreatif untuk hasil penyuntingan.30

28 Gerzon R. Ayawaila. Dokumenter: Dari Ide Sampai Produksi. Jakarta. 2008 hal 139 29 Ibid.

30 Tino Saroengallo. Dongeng Sebuah Produksi Film. PT. Intisari Mediatama. Jakarta. 2008 hal

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Untuk dapat menilai kewajaran dan mendeteksi adanya indikasi kecurangan, dibutuhkan auditor yang lebih berpengalaman dan kompenten, dalam hal ini adalah auditor di Kantor

Pengaruh Pengendalian Internal, Ketaatan Aturan Akuntansi, dan Perilaku Tidak Etis terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (Studi Empiris pada BUMN di Kota

Bila vena superfisial ini terpapar dengan adanya tekanan tinggi dalam pembuluh darah, pembuluh vena ini akan mengalami dilatasi yang kemudian terus membesar sampai

 Aplikasi kamuflase buatan yang berupa daun kelapa dapat diterapkan untuk menggantikan cara/metode penyamaran bubu karang yang selama ini merusak, yaitu dengan

bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas dipandang perlu menetapkan tugas mengajar bagi tenaga pengajar di Semester Genap Tahun 2015/2016 pada Fakultas Pariwisata

Hal ini dapat dihindari dengan pola asuh gizi yang baik dengan cara asupan gizi balita selalu diperhatikan sehingga akan meningkatkan nilai angka kecukupan protein, sebaliknya

akibat kerja; Penganiayaan; Gaji tidak dibayar; Pelecehan seksual; proses migrasi kerja yang rentan terhadap eksploitasi; kebijakan negara yang justru melegitimasi