PENGARUH MORALITAS INDIVIDU, EFEKTIVITAS SISTEM
PENGENDALIAN INTERNAL, DAN KETAATAN ATURAN AKUNTANSI
TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN (
FRAUD
)
(Studi Kasus Pada KSP Kecamatan Buleleng)
1
Made Dwi Kusuma Yadnya,
1Ni Kadek Sinarwati,
2Gede Adi Yuniarta
Jurusan Akuntansi Program S1
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: {md2kusuma.yadnya@yahoo.com, kadeksinar20@gmail.com,
gdadi_ak@yahoo.co.id}@undiksha.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan membuktikan secara empiris pengaruh moralitas individu, efektivitas sistem pengendalian internal, dan ketaatan aturan akuntansi terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data primer yang diperoleh dari kuesioner dan diukur dengan menggunakan skala likert. Populasi penelitian seluruh Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di Kecamatan Buleleng yang berjumlah 24 koperasi. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Sampel yang memenuhi kriteria adalah 14 KSP dengan jumlah responden sebanyak 102 orang. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan menggunakan SPSS 17.0 for Windows.
Hasil penelitian menunjukan bahwa secara parsial moralitas individu, efektivitas sistem pengendalian internal, dan ketaatan aturan akuntansi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Secara simultan moralitas individu, efektivitas sistem pengendalian internal, dan ketaatan aturan akuntansi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud).
Kata Kunci: moralitas individu, efektivitas sistem pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi, kecenderungan kecurangan (fraud).
Abstract
This research aimed to prove empirical about the effect of use of individual morality, effectiveness of the internal control system, and observance of accounting rules on the tendency fraud. This study was a quantitative research using primary data obtained from questionnaire and measured with likert scale. The study population were all of Koperasi Simpan Pinjam (KSP) in the district of Buleleng amounting to 24 cooperatives. The sampling technique used purposive sampling. Samples that meet the criteria were 14 KSP with the number of respondents 102 people. The data were analyzed by using multiple linear regression analysis supported by SPSS 17.0 for Windows.
The results showed that partially there was negative and significant effect of individual morality, effectiveness of the internal control system, and observance of accounting rules on the tendency fraud. Simultaneously there were negative and significant effect of individual morality, effectiveness of the internal control system, and observance of accounting rules on the tendency fraud.
Keywords: individual morality, effectiveness of the internal control system, observance of accounting rules, tendency fraud.
PENDAHULUAN
Koperasi sebagai salah satu badan usaha resmi yang berada di Indonesia memiliki dasar hukum yang jelas dan mengikat sebagaimana yang tercantum dalam UU No. 25 Tahun 1992 tentang
perkoperasian yang merupakan
implementasi atau penjabaran dari pasal 33
ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi
“Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan”. Menurut Sutantya (2002), koperasi adalah
suatu perkumpulan atau organisasi
ekonomi yang beranggotakan orang-orang
atau badan-badan yang memberikan
kebebasan masuk dan keluar bagi anggota yang ada, dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan suatu usaha, dengan tujuan mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya.
Koperasi mengalami berbagai
permasalahan yang dihadapi dalam
perkembangannya. Sejumlah 44 koperasi
dari seluruh koperasi yang ada di
Kabupaten Buleleng dinyatakan tidak sehat, sebagian dari koperasi tersebut diambang
kebangkrutan (www.beritabali.com).
Koperasi yang tidak sehat dan bahkan
mengalami kebangkrutan penyebab
utamanya pada kecurangan pengelolaan keuangan yang diduga karena lemahnya sistem pengendalian internal dan moralitas individu (pelaku) koperasi masih rendah. Selain itu terjadi kasus di Koperasi Simpan Pinjam terkait penggelapan uang sebesar Rp. 21.578.000,-. Dimana kasus ini terjadi pada bulan desember 2015 yang dilakukan oleh salah satu karyawan Koperasi Simpan Pinjam Pusko Very Unit Singaraja, Jalan pulau Serangan Blok C No. 17 Singaraja. Karyawan tersebut bernama Heri noris Julianda (24) warga Desa Penglatan
Buleleng, akibat dari perbuatannya
Koperasi Simpan Pinjam Pusko Veri Unit Singaraja mengalami kerugian sebesar Rp. 21.578.000,-. Motifnya, Komang Heri Noris selaku karyawan koperasi tersebut tidak pernah menyetorkan uang yang diterima
dari para nasabah yang melakukan
pembayaran (www.dewatanews.com).
Oknum anggota koperasi akan
melakukan tindakan kecurangan
menunjukkan rendahnya tingkat moralitas individu. Menurut Albrecht dan Albrecht
(2004), salah satu motivasi individu dalam melakukan kecurangan akuntansi adalah keinginan untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Individu dengan level penalaran
moral rendah cenderung akan
memanfaatkan kondisi tersebut untuk
kepentingan pribadinya (self-interest), seperti tindakan yang berhubungan dengan kecurangan akuntansi. Kondisi tersebut sesuai dengan yang ada dalam tingkatan level pre-conventional pada teori Kohlberg (1995), yaitu individu yang memiliki level penalaran moral rendah memiliki motivasi utama untuk kepentingan pribadinya.
Hubungan moralitas individu dengan
kecenderungan kecurangan (fraud)
mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Damayanti (2016), yang menunjukkan bahwa individu dengan level moral yang rendah cenderung melakukan kecurangan akuntansi. Sebaliknya individu dengan level moral tinggi cenderung tidak melakukan kecurangan akuntansi. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti mengambil hipotesis pertama:
H1: Moralitas individu berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud).
Kecenderungan kecurangan dapat diminimalisir dengan pengendalian intern yang efektif. Menurut Susanto (2008), pengendalian intern yang efektif akan membantu melindungi aset, menjamin
tersedianya pelaporan keuangan dan
manajerial yang dapat dipercaya,
meningkatkan kepatuhan terhadap
ketentuan dan peraturan yang berlaku, serta mengurangi risiko terjadinya kerugian,
penyimpangan, dan pelanggaran.
Pengendalian intern sangat penting untuk memberikan perlindungan bagi entitas terhadap kelemahan manusia serta untuk mengurangi kemungkinan kesalahan dan tindakan yang tidak sesuai dengan aturan
(Wilopo, 2006). Jadi, kecenderungan
kecurangan akuntansi dipengaruhi oleh ada atau tidaknya peluang untuk melakukan hal tersebut.
Hubungan efektivitas sistem
pengendalian internal dengan
kecenderungan kecurangan (fraud)
mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Artini (2014), yang menunjukkan
bahwa efektifitas sistem pengendalian internal berpengaruh negatif dan signifikan terhadap fraud. Pengendalian intern yang
efektif akan dapat mengurangi
kecenderungan kecurangan akuntansi.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti mengambil hipotesis kedua:
H2: Efektivitas sistem pengendalian internal
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud).
Oknum anggota koperasi akan
melakukan tindakan kecurangan karena mereka tidak berpedoman pada aturan akuntansi yang berlaku. Pada koperasi, aturan akuntansi yang digunakan mengacu pada Peraturan Menteri Negara KUKM RI Nomor: 04/PER/M.KUKM/VII/2012 tentang
Pedoman Umum Akuntansi Koperasi
Berbasis Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP). Penerapan SAK-ETAP diharapkan
dapat diterapkan prinsip keterbukaan,
transparansi dan akuntabilitas yang dapat diakui, diterima dan dipercaya. Penggunaan aturan akuntansi oleh pegawai koperasi
dapat memenuhi kebutuhan untuk
mempertahankan kualitas dirinya untuk bertanggung jawab pada pekerjaannya.
Ketaatan terhadap aturan akuntansi
merupakan suatu kewajiban dalam
organisasi karena apabila laporan
keuangan yang dibuat tidak sesuai atau tanpa mengikuti aturan akuntansi yang berlaku, maka keadaan tersebut dapat menumbuhkan perilaku tidak etis dan memicu terjadinya kecurangan akuntansi.
Hubungan ketaatan aturan akuntansi dengan kecenderungan kecurangan (fraud) mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Shintadevi (2015), yang menunjukkan
bahwa ketaatan aturan akuntansi
berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap kecenderungan kecurangan
akuntansi. Jika ketaatan aturan akuntansi
semakin tinggi, maka kecenderungan
kecurangan (fraud) semakin rendah.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti mengambil hipotesis ketiga:
H3: Ketaatan aturan akuntansi berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud).
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti mengambil hipotesis keempat: H4: Moralitas individu, efektivitas sistem
pengendalian internal, dan ketaatan
aturan akuntansi berpengaruh
signifikan terhadap kecenderungan
kecurangan (fraud).
METODE
Rancangan penelitian ini
menggunakan metode penelitian kuantitatif. Variabel bebas pada penelitian ini adalah
moralitas individu, efektivitas sistem
pengendalian internal, dan ketaatan aturan akuntansi. Sedangkan, variabel terikat dalam penelitian ini adalah kecenderungan kecurangan (fraud).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh KSP di Kecamatan Buleleng yang berjumlah 24 koperasi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
purposive sampling. Sampel yang memenuhi kriteria dalam penelitian ini adalah 14 KSP dengan jumlah kepala dan karyawan sebanyak 102 orang.
Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik kuesioner. Skala yang digunakan dalam penyusunan kuesioner penelitian ini adalah skala likert. Setiap pernyataan disediakan lima alternatif jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), kurang setuju (KS), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda dengan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas. HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Pada Tabel 1 hasil uji normalitas data
menggunakan statistik
Kolmogiorov-Smirnov menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,782. Nilai tersebut lebih besar dari 0,05. Berdasarkan kriteria uji normalitas, data berdistribusi normal jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran data moralitas individu, efektivitas sistem pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi, dan kecenderungan kecurangan (fraud) berdistribusi normal.
Tabel 1. Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 93
Normal Parametersa,b Mean 0,00000
Std. Deviation 1,658471
Most Extreme Differences Absolute 0,068
Positive 0,068
Negative -0,057
Kolmogorov-Smirnov Z 0,656
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,782 (Sumber: data diolah 2016)
Pada Tabel 2 hasil pengujian
multikolinieritas mengunakan Variance
Inflation Factor (VIF) menunjukkan nilai VIF dari masing-masing variabel bebas lebih kecil dari 10 dan nilai tolerance lebih besar
dari 0,1. Berdasarkan nilai VIF dan
tolerance, korelasi di antara variabel bebas dapat dikatakan mempunyai korelasi yang lemah. Dengan demikian tidak terjadi multikolinearitas pada model regresi linier. Tabel 2. Hasil Uji Multikolineritas
Model Collinearity Statistics Keterangan
Tolerance VIF
Moralitas individu 0,402 2,490 Non Multikolineritas
Efektivitas sistem pengendalian internal 0,537 1,861 Non Multikolineritas
Ketaatan aturan akuntansi 0,436 2,294 Non Multikolineritas
(Sumber: data diolah 2016)
Hasil pengujian heteroskedastisitas menggunakan grafik scatterplot ditunjukkan Gambar 1.
Gambar 1. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Pada Gambar 1 penyebaran titik-titik yang ditimbulkan terbentuk secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu serta
arah penyebarannya berada di atas
maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian, tidak ditemukannya heteroskedastisitas pada model regresi.
Uji hipotesis menggunakan analisis regresi linier berganda. Pengaruh moralitas individu, efektivitas sistem pengendalian internal, dan ketaatan aturan akuntansi
terhadap kecenderungan kecurangan
(fraud) secara parsial tampak pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Uji t
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 94,826 1,899 49,931 0,000 X1 -0,557 0,084 -0,493 -6,633 0,000 X2 -0,210 0,087 -0,155 -2,408 0,018 X3 -0,453 0,093 -0,347 -4,862 0,000
Berdasarkan hasil uji t pada Tabel 3 dapat diinterpretasikan sebagai berikut. 1. Variabel moralitas individu memiliki
koefisien negatif -0,557 dengan nilai signifikansi 0,000. Nilai signifikansi lebih kecil dari α = 0,05, maka moralitas
individu berpengaruh signifikan
terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Sedangkan, nilai koefisien
regresi yang negatif menunjukkan
bahwa moralitas individu berpengaruh
negatif terhadap kecenderungan
kecurangan (fraud). Jadi, moralitas
individu berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap kecenderungan
kecurangan (fraud).
2. Variabel efektivitas sistem pengendalian internal memiliki koefisien negatif -0,210 dengan nilai signifikansi 0,018. Nilai signifikansi lebih kecil dari α = 0,05, maka efektivitas sistem pengendalian internal berpengaruh signifikan terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud).
Sedangkan, nilai koefisien regresi yang negatif menunjukkan bahwa efektivitas
sistem pengendalian internal
berpengaruh negatif terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud).
Jadi, efektivitas sistem pengendalian
internal berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap kecenderungan
kecurangan (fraud).
3. Variabel ketaatan aturan akuntansi memiliki koefisien negatif -0,453 dengan nilai signifikansi 0,000. Nilai signifikansi lebih kecil dari α = 0,05, maka ketaatan aturan akuntansi berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Sedangkan, nilai koefisien
regresi yang negatif menunjukkan
bahwa ketaatan aturan akuntansi
berpengaruh negatif terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud).
Jadi, ketaatan aturan akuntansi
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud).
Hasil analisis pengaruh moralitas individu, efektivitas sistem pengendalian internal, dan ketaatan aturan akuntansi
terhadap kecenderungan kecurangan
(fraud) secara simultan tampak pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4. Hasil Uji F
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1027,210 3 342,403 120,427 0,000
Residual 253,048 89 2,843
Total 1280,258 92 (Sumber: data diolah 2016)
Berdasarkan Tabel 4 ditunjukkan bahwa nilai F sebesar 120,427 dengan nilai signifikansi 0,000. Nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05, sehingga H4 diterima.
Jadi, secara simultan moralitas individu, efektivitas sistem pengendalian internal, dan ketaatan aturan akuntansi berpengaruh
signifikan terhadap kecenderungan
kecurangan (fraud).
PEMBAHASAN
Pengaruh Moralitas Individu Terhadap
Kecenderungan Kecurangan (Fraud)
Hasil pengujian hipotesis H1
mengenai pengaruh moralitas individu
terhadap kecenderungan kecurangan
(fraud) menunjukkan nilai t sebesar -6,633
dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Oleh karena itu, hipotesis H1 dalam
penelitian ini diterima. Hal ini menunjukkan bahwa moralitas individu berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud). Jika moralitas individu semakin tinggi, maka
kecenderungan kecurangan (fraud)
semakin rendah.
Fraud sebagai kebohongan yang
disengaja, ketidakbenaran dalam
melaporkan aktiva perusahaan atau
manipulasi data keuangan bagi keuntungan pihak yang melakukan manipulasi tersebut (Hall, 2007). Fraud dapat terdiri dari berbagai bentuk kejahatan atau tindak pidana, antara lain pencurian, penggelapan
aset, penggelapan informasi, penggelapan
kewajiban, penghilangan atau
penyembunyian fakta, rekayasa fakta dan juga termasuk korupsi. Dalam fraud scale, ketika tekanan situasional dan kesempatan
untuk melakukan fraud tinggi namun
integritas personal rendah, maka
kemungkinan terjadinya fraud akan sangat tinggi. Kesempatan yang dimaksud disini adalah kondisi pengendalian internal dalam sebuah organisasi. Menurut Albrecht dan Albrecht (2004), salah satu motivasi individu dalam melakukan kecurangan akuntansi
adalah keinginan untuk mendapatkan
keuntungan pribadi. Individu dengan level penalaran moral rendah cenderung akan
memanfaatkan kondisi tersebut untuk
kepentingan pribadinya, seperti tindakan yang berhubungan dengan kecurangan akuntansi. Kondisi tersebut sesuai dengan
yang ada dalam tingkatan level
pre-conventional pada teori Kohlberg (1995), yaitu individu yang memiliki level penalaran moral rendah memiliki motivasi utama untuk
kepentingan pribadinya. Jadi, dengan
moralitas individu yang tinggi seorang
pegawai cenderung menjalankan
peraturan-peraturan dan menghindari
perbuatan kecurangan untuk kepentingan
pribadinya. Jika instansi mempunyai
moralitas individu pegawai rendah, maka akan mendorong karyawannya melakukan
kecurangan, sebaliknya semakin baik
moralitas individu pegawai suatu instansi, maka akan semakin rendah kecenderungan karyawan melakuan kecurangan.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Damayanti (2016), yang menunjukkan bahwa individu dengan level moral yang rendah cenderung melakukan kecurangan akuntansi. Sebaliknya individu dengan level moral tinggi cenderung tidak melakukan kecurangan akuntansi.
Pengaruh Efektivitas Sistem
Pengendalian Internal Terhadap
Kecenderungan Kecurangan (Fraud)
Hasil pengujian hipotesis H2
mengenai pengaruh efektivitas sistem
pengendalian internal terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud)
menunjukkan nilai t sebesar -2,408 dengan nilai signifikansi sebesar 0,018. Oleh karena
itu, hipotesis H2 dalam penelitian ini
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas sistem pengendalian internal
berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap kecenderungan kecurangan
(fraud). Jika efektivitas sistem pengendalian
internal semakin tinggi, maka
kecenderungan kecurangan (fraud)
semakin rendah.
Kecurangan atau fraud merupakan
penipuan yang direncanakan misalnya salah saji, tidak mengungkapkan fakta yang material sehingga merugikan pihak lain (Boynton dan Walter, 1996). Kecurangan tersebut umumnya dilakukan dengan tiga skema, yaitu: (1) laporan keuangan tipuan, di mana aset atau pendapatan disajikan lebih tinggi atau lebih rendah dari yang sebenarnya, (2) korupsi, yang terdiri dari penyuapan, pemerasan, hadiah ilegal, dan benturan kepentingan, (3) penyalahgunaan aset, baik aset perusahaan dalam bentuk uang (cash) atau aset dalam bentuk lainnya (Hall, 2007). Untuk meminimumkan bahaya
kecurangan, profesi akuntansi
mengesahkan seperangkat standar dan prosedur umum yang mengacu pada Peraturan Menteri Negara KUKM RI Nomor:
04/PER/M.KUKM/VII/2012 tentang
Pedoman Umum Akuntansi Koperasi
Berbasis Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP). Di dalam SAK-ETAP juga dijelaskan tentang perlunya pengendalian intern dalam suatu perusahaan. Penggunaan SAK-ETAP diharapkan perusahaan kecil, menengah,
mampu untuk menyusun laporan
keuangannya sendiri dan dapat diaudit sehingga dapat menggunakan laporan keuangannya untuk mendapatkan dana untuk pengembangan usaha. Perusahaan yang menggunakan SAK-ETAP harus secara eksplisit menyatakan secara penuh atas kepatuhan terhadap SAK-ETAP dalam
catatan laporan keuangan sehingga
pengendalian intern sangat diperlukan untuk menjaga diterapkannya peraturan tersebut dengan baik.
Salah satu komponen pengendalian intern adalah aktivitas pengawasan yang berhadapan dengan penilaian berkala atau
berkelanjutan (Arens et al., 2003).
Pengendalian intern yang efektif akan membantu melindungi aset, menjamin
tersedianya pelaporan keuangan dan
manajerial yang dapat dipercaya,
meningkatkan kepatuhan terhadap
ketentuan dan peraturan yang berlaku, serta mengurangi risiko terjadinya kerugian, penyimpangan, dan pelanggaran (Susanto, 2008). Pengendalian intern sangat penting
untuk memberikan perlindungan bagi
entitas terhadap kelemahan manusia serta untuk mengurangi kemungkinan kesalahan dan tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (Wilopo, 2006). Jadi, kecenderungan kecurangan akuntansi dipengaruhi oleh ada atau tidaknya peluang untuk melakukan hal
tersebut. Peluang tersebut dapat
diminimalisir dengan adanya pengendalian intern yang efektif. Sistem pengendalian internal memegang peran penting dalam
organisasi. Dengan adanya sistem
pengendalian yang efektif, maka kegiatan operasional juga dapat berjalan secara
efektif dan juga efisien sehingga
kemungkinan adanya penyimpangan dalam proses operasional koperasi juga dapat diminimalisir.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Artini (2014) yang menunjukkan bahwa efektifitas sistem pengendalian internal
berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap fraud. Pengendalian intern yang
efektif akan dapat mengurangi
kecenderungan kecurangan akuntansi. Pengaruh Ketaatan Aturan Akuntansi Terhadap Kecenderungan Kecurangan (Fraud)
Hasil pengujian hipotesis H3
mengenai pengaruh ketaatan aturan
akuntansi terhadap kecenderungan
kecurangan (fraud) menunjukkan nilai t sebesar -4,862 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Oleh karena itu, hipotesis H3
dalam penelitian ini diterima. Hal ini
menunjukkan bahwa ketaatan aturan
akuntansi berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap kecenderungan
kecurangan (fraud). Jika ketaatan aturan
akuntansi semakin tinggi, maka
kecenderungan kecurangan (fraud)
semakin rendah.
Standar akuntansi keuangan (SAK) merupakan pedoman atau prinsip-prinsip yang mengatur perlakuan akuntansi dalam
penyusunan laporan keuangan untuk tujuan pelaporan kepada para pengguna laporan
keuangan (Mardiasmo, 2002). Pada
koperasi, aturan akuntansi yang digunakan mengacu pada Peraturan Menteri Negara
KUKM RI Nomor:
04/PER/M.KUKM/VII/2012 tentang
Pedoman Umum Akuntansi Koperasi
Berbasis Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP). Penerapan SAK-ETAP diharapkan
dapat diterapkan prinsip keterbukaan,
transparansi dan akuntabilitas yang dapat diakui, diterima dan dipercaya. Penggunaan aturan akuntansi oleh pegawai koperasi
dapat memenuhi kebutuhan untuk
mempertahankan kualitas dirinya untuk bertanggung jawab pada pekerjaannya. Hal ini disebabkan karena melalui prosedur kerja dan pelaporan keuangan yang sesuai aturan akuntansi, pegawai koperasi dapat menunjukkan bukti kepada pihak penilai kinerja tentang mutu dan efisiensi kinerja mereka serta dapat memberikan jaminan dan mutu kontrol dari pimpinan. Ketaatan terhadap aturan akuntansi merupakan suatu kewajiban dalam organisasi karena apabila laporan keuangan yang dibuat tidak
sesuai atau tanpa mengikuti aturan
akuntansi yang berlaku, maka keadaan tersebut dapat menumbuhkan perilaku tidak etis dan memicu terjadinya kecurangan akuntansi.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Shintadevi (2015), yang menyatakan bahwa ketaatan aturan akuntansi berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap
kecenderungan kecurangan akuntansi. Pengaruh Moralitas Individu, Efektivitas
Sistem Pengendalian Internal, dan
Ketaatan Aturan Akuntansi Terhadap
Kecenderungan Kecurangan (Fraud)
Hasil pengujian hipotesis H4
mengenai pengaruh moralitas individu, efektivitas sistem pengendalian internal, dan ketaatan aturan akuntansi terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud)
menunjukkan nilai F sebesar 120,427 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Oleh karena itu, hipotesis H4 dalam
penelitian ini diterima. Hal ini menunjukkan bahwa moralitas individu, efektivitas sistem
pengendalian internal, dan ketaatan aturan akuntansi berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Jika
moralitas individu, efektivitas sistem
pengendalian internal, dan ketaatan aturan
akuntansi semakin tinggi, maka
kecenderungan kecurangan (fraud)
semakin rendah.
Fraud sebagai kebohongan yang
disengaja, ketidakbenaran dalam
melaporkan aktiva perusahaan atau
manipulasi data keuangan bagi keuntungan pihak yang melakukan manipulasi tersebut (Hall, 2007). Fraud dapat terdiri dari berbagai bentuk kejahatan atau tindak pidana, antara lain pencurian, penggelapan asset, penggelapan informasi, penggelapan
kewajiban, penghilangan atau
penyembunyian fakta, rekayasa fakta dan juga termasuk korupsi. Dalam fraud scale, ketika tekanan situasional dan kesempatan
untuk melakukan fraud tinggi namun
integritas personal rendah, maka
kemungkinan terjadinya fraud akan sangat tinggi. Kesempatan yang dimaksud disini adalah kondisi pengendalian internal dalam sebuah organisasi. Menurut Albrecht dan Albrecht (2004), salah satu motivasi individu dalam melakukan kecurangan akuntansi
adalah keinginan untuk mendapatkan
keuntungan pribadi. Individu dengan level penalaran moral rendah cenderung akan
memanfaatkan kondisi tersebut untuk
kepentingan pribadinya (self-interest), seperti tindakan yang berhubungan dengan kecurangan akuntansi. Kondisi tersebut sesuai dengan yang ada dalam tingkatan level pre-conventional pada teori Kohlberg (1995), yaitu individu yang memiliki level penalaran moral rendah memiliki motivasi utama untuk kepentingan pribadinya.
Bahaya kecurangan dapat
diminimalisir dengan cara pengesahan seperangkat standar dan prosedur umum yang mengacu pada Peraturan Menteri
Negara KUKM RI Nomor:
04/PER/M.KUKM/VII/2012 tentang
Pedoman Umum Akuntansi Koperasi
Berbasis Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP). SAK-ETAP juga dijelaskan tentang perlunya pengendalian intern dalam suatu
perusahaan. Penggunaan SAK-ETAP
diharapkan perusahaan kecil, menengah,
mampu untuk menyusun laporan
keuangannya sendiri dan dapat diaudit sehingga dapat menggunakan laporan keuangannya untuk mendapatkan dana untuk pengembangan usaha. Perusahaan yang menggunakan SAK-ETAP harus secara eksplisit menyatakan secara penuh atas kepatuhan terhadap SAK-ETAP dalam
catatan laporan keuangan sehingga
pengendalian intern suatu perusahaan
sangat diperlukan untuk menjaga
diterapkannya peraturan tersebut dengan baik. Pengendalian intern yang efektif akan membantu melindungi aset, menjamin
tersedianya pelaporan keuangan dan
manajerial yang dapat dipercaya,
meningkatkan kepatuhan terhadap
ketentuan dan peraturan yang berlaku, serta mengurangi risiko terjadinya kerugian, penyimpangan, dan pelanggaran (Susanto, 2008). Pengendalian intern sangat penting
untuk memberikan perlindungan bagi
entitas terhadap kelemahan manusia serta untuk mengurangi kemungkinan kesalahan dan tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (Wilopo, 2006). Jadi, kecenderungan kecurangan akuntansi dipengaruhi oleh ada atau tidaknya peluang untuk melakukan hal
tersebut. Peluang tersebut dapat
diminimalisir dengan adanya pengendalian intern yang efektif.
Penerapan SAK-ETAP diharapkan
dapat diterapkan prinsip keterbukaan,
transparansi dan akuntabilitas yang dapat diakui, diterima dan dipercaya. Penggunaan aturan akuntansi oleh pegawai koperasi
dapat memenuhi kebutuhan untuk
mempertahankan kualitas dirinya untuk bertanggung jawab pada pekerjaannya. Hal ini disebabkan karena melalui prosedur kerja dan pelaporan keuangan yang sesuai aturan akuntansi, pegawai koperasi dapat menunjukkan bukti kepada pihak penilai kinerja tentang mutu dan efisiensi kinerja mereka serta dapat memberikan jaminan dan mutu kontrol dari pimpinan. Ketaatan terhadap aturan akuntansi merupakan suatu kewajiban dalam organisasi karena apabila laporan keuangan yang dibuat tidak
sesuai atau tanpa mengikuti aturan
akuntansi yang berlaku, maka keadaan tersebut dapat menumbuhkan perilaku tidak etis dan memicu terjadinya kecurangan akuntansi.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. (1) Moralitas individu berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecenderungan
kecurangan (fraud), yang ditunjukkan
dengan koefisien regresi yang negatif -0,557 dengan nilai sig. uji t 0,000 lebih kecil dari α = 0,05. Artinya, apabila moralitas
individu semakin tinggi, maka
kecenderungan kecurangan (fraud)
semakin rendah. (2) Efektivitas sistem pengendalian internal berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecenderungan
kecurangan (fraud), yang ditunjukkan
dengan koefisien regresi yang negatif -0,210 dengan nilai sig. uji t 0,018 lebih kecil dari α = 0,05. Artinya, apabila efektivitas
sistem pengendalian internal semakin
tinggi, maka kecenderungan kecurangan (fraud) semakin rendah. (3) Ketaatan aturan
akuntansi berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap kecenderungan
kecurangan (fraud), yang ditunjukkan
dengan koefisien regresi yang negatif -0,453 dengan nilai sig. uji t 0,000 lebih kecil dari α = 0,05. Artinya, apabila ketaatan aturan akuntansi semakin tinggi, maka
kecenderungan kecurangan (fraud)
semakin rendah. (4) Moralitas individu, efektivitas sistem pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi, dan kesesuaian tugas berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan (fraud), yang ditunjukkan dengan nilai sig. uji F 0,000 lebih kecil dari α = 0,05. Artinya, apabila
moralitas individu, efektivitas sistem
pengendalian internal, dan ketaatan aturan
akuntansi semakin tinggi, maka
kecenderungan kecurangan (fraud)
semakin rendah. Saran
Saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut. (1) Bagi manajemen koperasi agar melakukan evaluasi secara
berkesinambungan mengenai moralitas
individu, efektivitas sistem pengendalian internal, dan ketaatan aturan akuntansi
agar bisa mengurangi kecendrungan
kecurangan (fraud). (2) Keterbatasan
penelitian ini variabel independen yang digunakan hanya tiga variabel, yaitu
moralitas individu, efektivitas sistem
pengendalian internal, dan ketaatan aturan
akuntansi sehingga bagi peneliti
selanjutnya dapat menggunakan variabel lain yang mempengaruhi kecendrungan kecurangan (fraud), misalnya integritas, objektivitas, kesesuaian kompensasi, dan asimetri informasi.
DAFTAR PUSTAKA
Albrecht, S. W. dan C. Albrecht. 2004.
Fraud Examination and Prevention. Australia: Thomson South-Western. Arens, A. A., Randal J. E., dan Mark, S. B.
2003. Auditing dan Pelayanan
Verifikasi Pendekatan Terpadu.
Jakarta: Erlangga.
Artini, N. L. E. A. 2014. Pengaruh Budaya Etis Organisasi dan Efektivitas Pengendalian Internal terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Jembrana. Skripsi. Jurusan Akuntansi Program S1 Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Pendidikan
Ganesha.
Boynton, William C. dan Walter G Kell. 1996. Modern Auditing. Singapore: John Wiley & Sons Inc.
Damayanti, Dionisia Nadya Sri. 2016.
Pengaruh Pengendalian Internal Dan Moralitas Individu Terhadap Kecurangan Akuntansi (Studi Eksperimen pada Pegawai Bagian Keuangan dan Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta). Skripsi. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.
Hall, James A. 2007. Sistem Informasi Akuntansi. Edisi Ketiga. Terjemahan Oleh Amir Abadi Yusuf. Jakarta: Salemba Empat.
Kohlberg, L. 1995 Tahap-tahap Perkembangan Moral. Diterjemahkan Oleh John De Santo dan Cremers A. Yogyakarta: Kanisius.
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Shintadevi, Prekanida Farizqa. 2015.
Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal, Ketaatan Aturan Akuntansi dan Kesesuaian Kompensasi terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi dengan Perilaku Tidak Etis Sebagai Variabel Intervening pada Universitas Negeri Yogyakarta. Skripsi. Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.
Susanto, Azhar. 2008. Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta: Gramedia.
Sutantya, Rahardja. 2002. Hukum Koperasi
Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Wilopo. 2006. Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi: Studi pada Perusahaan Publik dan Badan Usaha Milik Negara di Indonesia. Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi IX, Tanggal 23-26 Agustus 2006 di Padang.