Online ISSN 2621-0363
http://journal.unhena.ac.id
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES
TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MAHASISWA
PROGRAM STUDI PGSD UNHENA TAHUN AJARAN 2018/2019
Gufran UsmanPendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Hein Namotemo,
Jalan Kompleks Pemerintahan Halmahera Utara Villa Vak. 1 Tobelo, Halmahera Utara 97762 [email protected]
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar Mahasiswa Semester VI Prodi PGSD Universitas Hein Namotemo pada mata kuliah Evaluasi Pembeajaran dengan menerapkan model pembelejaran koperatif tipe Team Games Tournament (TGT). Desain penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Adapun subjek penelitian ini adalah mahasiswa semester V Prodi PGSD Unhena dengan jumlah 24 orang. Instrumen pengumpulan data pada siklus I dan siklus II yaitu masing-masing sebanyak 8 butir aitem soal. Soal tes ini untuk mengukur hasil belajar mahasiswa. Sedangkan lembar observasi digunakan untuk memperoleh data aktivitas peneliti dan mahasiswa. Setelah data penelitian dianalisis secara diskriptif, diperoleh pada siklus I, aktivitas dosen (peneliti) aktivitas sebesar 62,36 % dan siklus II sebesar 72,72 %. Sedangkan aktivitas mahasiswa pada siklus I sebesar 60,52 % dan siklus II sebesar 76,75. Adapun hasil tes mahasiswa pada siklus I siswa yang tuntas 12 orang atau 50% dan pada siklus II meningkat, yaitu 79,16% atau 19 mahasiswa yang tuntas secara klasikal. Hal ini menunjukan bahwa dengan menerapkan model pembelejaran koperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah Evaluasi Pembelajaran.
Kata kunci : Kooperatif Tipe Team Games Tournament, Hasil Belajar ABSTRACT
The purpose of this study was to improve the learning outcomes of the fifth semester student of Hein Namotemo
University’s PGSD Study Program in the Learning Evaluation course by applying the Team Games Tournament (TGT) cooperative learning model. The research design is Class Action Research. The subjects of this study were the
fifth semester students of Unhena PGSD Study Program with a total of 24 people. The instruments of data collection in the first cycle and second cycle are 8 items each. This test problem is to measure student learning outcomes. While
the observation sheet is used to obtain data on the activities of researchers and students. After the research data was
analyzed descriptively, it was obtained in the first cycle, the activity of the lecturer (researcher) activity was 62.36% and the second cycle was 72.72%. While the activities of students in the first cycle were 60.52% and the second cycle was 76.75%. Theresults of student tests in the first cycle of students completed 12 people or 50% and in the second cycle increased, namely 79.16% or 19 students who completed classically. This shows that by applying the
cooperative learning model the type of Team Games Tournament (TGT) can improve student learning outcomes in the Learning Evaluation course.
Keywords : Cooperative Type Team Games Tournament, Learning Outcomes
1. PENDAHULUAN
Peningkatan mutu pendidikan tidak terlepas dari keberhasilan proses belajar mengajar itu sendiri. Proses belajar mengajar tersebut dipengaruhi oleh beberapa komponen, diantaranya dosen, mahasiswa, metode mengajar, media pembelajaran, keaktifan mahasiswa maupun motivasi mahasiswa itu sendiri dalam proses belajar. Komponen-komponen tersebut memegang peranan penting dalam menentukan
keberhasilan proses belajar mengajar sehingga akan mempengaruhi hasil belajar.
Aktivitas dalam suatu pembelajaran bukan hanya mahasiswa yang aktif belajar tetapi di lain pihak, dosen juga harus mengorganisasi suatu kondisi yang dapat mengaktifkan mahasiswa dalam belajar. Oleh karena itu, salah satu usaha yang dapat dilakukan dosen adalah merencanakan dan menggunakan model pembelajaran yang dapat mengkondisikan mahasiswa agar belajar lebih aktif.
Berdasarkan hasil evaluasi akhir pembelajaran pada Mahasiswa Prodi PGSD semester V, nilai rata rata khususnya Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran hanya mencapai D (Gagal atau 55), hal ini dapat dilihat dari nilai kehadiran, tugas, Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS) yang diperoleh mahasiswa. Tentu nilai rata-rata ini masih jauh dari nilai standar (baik atau 70), dan hal tersebut bukanlah hasil yang diharapkan.
Selain itu juga peneliti melakukan observasi pada saat proses belajar mengajar berlangsung di kelas khususnya di kelas PGSD Semester V dan ternyata dari hasil observasi terlihat bahwa: 1) kurangnya minat belajar mahasiswa, 2) hasil belajar mahasiswa khususnya pada mata kuliah Evaluasi Pembelajaran masih tergolong rendah, 3) kurangnya keterlibatan mahasiswa di dalam kegiatan belajar mengajar, dan 4) interaksi antara mahasiswa dalam pembelajaran masih kurang.
Dari permasalahan-permasalahan di atas, perlu digunakan sebuah metode dan pendekatan untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa, salah satunya adalah dengan menerapan model pembelajaran kooperatif tipe Taem Games Tounament (TGT).
2. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERTIF Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Slavin dalam Isjoni (2009) pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 5 orang dengan struktur kelompok heterogen. Sedangkan menurut Sunal dan Hans dalam Isjoni (2009) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada siswa agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto, 2010). Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) adalah model pembelajaran yang menekankan pada saling ketergantungan positif antar individu siswa, adanya tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi intensif antar siswa, dan evaluasi proses kelompok (Arif Rohman,
2009). Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh
para ahli di atas, maka dapat dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang anggotanya bersifat heterogen, terdiri dari siswa dengan prestasi tinggi, sedang, dan rendah, perempuan dan laki-laki dengan latar belakang etnik yang berbeda untuk saling membantu dan bekerja
sama mempelajari materi pelajaran agar belajar semua anggota maksimal.
2.1. Macam-macam Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif menurut Slavin (2009) yaitu Student Teams-Achievement Division (STAD), Team Game Tournament (TGT), Jigsaw II, Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), Team Assisted Individualization
(TAI), Group Investigation, Learning Together, Complex Instruction, dan Structure Dyadic Methods
2.2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan yang paling penting dari model pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan kontribusi. Selain itu juga adalah untuk menciptakan norma-norma yang proakademik di antara para (mahasiswa), dan dapat berpengaruh yang amat penting bagi pencapaian siswa (mahasiswa) Slavin (2009)
2.3. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Ciri-ciri pembelajaran kooperatif yaitu sebagai berikut:
2.3.1. setiap anggota memiliki peran;
2.3.2. terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa (mahasiswa);
2.3.3. setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman -teman sekelompoknya;
2.3.4. guru (dosen) membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, dan
2.3.5. guru (dosen) hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan. (Isjoni, 2009). 2.4Pembelajaran kooperatif Tipe Team Games
Tournament (TGT)
Pembelajaran kooperatif tipe team games tournament (TGT) merupakan bentuk pembelajaran di dalamnya terdapat unsur permainan akademik atau turnamen untuk mengantikan tes individu, dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok- kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen, (Abdulhak, 2001).
Nurulhayati (2002) memaparkan lima unsur kooperatif learning, yaitu: (1) ketergantungan yang positif, (2) pertanggung jawaban individual, (3) kemampuan bersosialisasi, (4) tatap muka, (5) evaluasi proses kelompok.
2.5 Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT)
Dalam setiap model pembelajaran tentu ada kelebihan dan kekurangannya, menurut Slavin (2009) kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Team Games Tournament adalah :
1. Kelebihan model Team Games Tournament
adalah sebagai berikut:
a. Melalui interaksi dengan anggota kelompok, semua memiliki kesempatan untuk belajar mengemukakan pendapatnya atau memperoleh pengetahuan dari hasil diskusi dengan anggota kelompok.
b. Pengelompokan sesuai secara hitrogen dalam tingka laku kemampuan, jenis kelamin maupun ras diharapkan dapat membentuk rasa hormat dan saling menghargai di antara siswa
c. Dengan belajar kooperatif siswa mendapat ketrampilan kooperatif, yang tidak dimiliki pada pembelajaran lain.
d. Dengan diadahkanya turnamen di harapkan dapat membangkit motivasi siswa untuk berusaha lebih baik bagi dirinya maupun kelompok.
e. Dengan adanya Turnamen dapat membentuk siswa mempunyai kebiasaan bersaing sportif dan selajutnya menumbuhkan keberanian dalam berkompotisi, akibat siswa selalu dalam posisi unggul
f. Dengan pembelajaran kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) dapat menanamkan betapa pentingnya kerja sama dalam pencapaian tujuan belajar baik untuk dirinya maupun seluruh anggota kelompok.
g. Kegiatan belajar berpusat pada siswa, sehingga menimbuhkan keaktifan siswa.
2. Kekurangan model Team Games Tournament
adalah sebagai berikut:
a. Pengunaan waktu yang relatif lama dan biaya yang besar
b. Jika kemampuan pendidik sebagai motivator dan fasilitator kurang memadai atau sarana tidak cukup tersedia maka pembelajaran koomperatif tipe Taem Games Tournament
(TGT) sulit dilaksanakan.
c. Apabilah sportivitas siswa (mahasiswa) yang terbentuk bukanlah yang diharapkan
2.6 Langkah- langkah Model Pembelajaran kooperatif Tipe Team Games
Tournament (TGT)
Adapun langkah langkah dalam pelaksanaan pembelajaran komperatif Tipe Team Games Tournament Menurut (Ibrahim, 2007) terdapat ada enam langkah yaitu:
Fase Tingkahlaku Guru
Fase1
Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa (mahasiswa)
Guru (dosen) menyampaikan semua
tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa (mahasiswa) belajar.
Fase 2
Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi (dosen)
kepada siswa (mahasiswa) dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. Fase 3 M e n g o rg a n i s a s i k a n siswa (mahasiswa) ke dalam kelompok-kelompok belajar Guru (dosen) menjelaskan kepada siswa (mahasiswa) bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi
secara efisien.
Fase 4
Membibing kelompok bekerja dan belajar
Guru (dosen) membibing kelompok-
kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
Fase 5
Evaluasi Guru (dosen) m e n g e v a l u a s i hasil belajar siswa (mahasiswa) tentang materi yang telah di pelajari atau masing masing kelompok mempersentasikan hasil kerjanya.
Fase 6
Memberi penghargaan Guru (dosen) mencari cara – cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu maupun kelompok.
2.7 Hasil Belajar a) Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku dalam diri individu yang relatif tetap sebagai akibat interaksi dengan lingkungannya, yang dilakukan secara sadar untuk tujuan peningkatan diri. Dan perubahan ini meliputi berbagai aspek,
kepribadian, baik fisik maupun psikis sepertinya
perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu
masalah, berfikir,ketrampilan, kecakapan, kebiasaan
maupun sikap.
Muijs dan Reynolds (2008) menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan kemampuan seseorang yang relatif permanen. Dan belajar menyebabkan seseorang, dapat berinteraksi dengan
lingkungannya, member tanggapan yang terjadi di lingkungan sekitarnya dan membuatnya lebih mampu yang beradaptasi dengan memadai dengan lingkungannya.
b) Hasil Belajar
Menurut Hamalik (2008) hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat di amati dan di ukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat di artikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik sebelumnya yang tidak tahu menjadi tahu. Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dikemukakan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku pada diri seseorang akibat tindak belajar yang mencakup aspek kognitif.
Penilaian hasil belajar dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompotensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusun laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian dilakukan secara konsisten, sistimatis, dan terprogram dengan menggunakan tes dan nontes sistem dalam bentuk tertulis atau lisan pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek atau produk. Portofolio, serta penilaiian diri. penilaian hasil pembelajaran menggunakan Standar penilaiian pendidikan dan panduan penilaian kelompok mata pelajaran (Rusman, 2010).
Menurut Dimyati dan Mudjiyono (2009) hasil belajar siswa merupakan perubahan prilaku peserta didik yang di peroleh setelah mengikuti pembelajaran selama kurun waktu tertentu. Perubahan tersebut meliputi aspek kognitif,efektif dan psikomotor, serta memaparkan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindakan belajar. Dari sisi guru, tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar, dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya panggal dan puncak proses belajar, salah satu upaya mengukur hasil belajar siswa dilihat dari hasil siswa itu sendiri. Bukti dari usaha yang dilakukan dalam kegiatan belajar dan proses belajar adalah hasil belajar yang di ukur melalui tes.
3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (classroom action research), yakni suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa tindakan yang berfokus pada upaya untuk mengubah kondisi riil sekarang ke arah kondisi yang diharapkan (improvement oriented). Penelitian tindakan ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Time Games Turnament
(TGT).
Penelitian tindakan kelas dilakukan melalui, perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing), serta refleksi (reflecting). Salah satu prinsip penelitian tindakan adalah tugas guru (dosen)
yang utama dalam menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan berkualitas. Untuk itu, guru atau dosen memiliki beberapa prinsip dalam mengupayakan perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran secara terus menerus. Dalam proses penelitian ini dipilih model spiral atau siklus menurut Kemmis dan Taggart (2002) yaitu berupa perangkat-perangkat siklus tindakan dimana satu perangkat terdiri dari empat tahapan yaitu planning (perencanaan), acting
(pelaksanaan tindakan), observing (observasi) dan
reflecting (refleksi). Adapaun penjelasan keempat
komponen tersebut yaitu sebagai berikut: 1) Perencanaan (planning)
a. Melakukan pertemuan dengan ketua program studi untuk membicarakan tentang tujuan penelitian
b. Melakukan tanya jawab dengan dosen yang selaku observer tentang tujuan penelitian, materi serta model pembelajaran yang akan diterapkan serta menyusun atau merancang pembelajaran 2) Pelaksanaan tidakan
a. Melakukan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah susun.
b. Mengadakan tes awal untuk mengetahui tingkat pemahaman mahasiswa sebelum penerapan pendekatan model pembelajaran kooperatif tipe
Time Games Turnament (TGT). 3) Pengamatan
Melakukan pengamatan dan mencatat semua proses berlangsung selama pelaksanaan tindakan 4) Analisis dan refleksi
Menganalisis hasil tes awal dan membuat rencana pembelajaran untuk siklus berikutnya
3.1 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Tehnik dan instrument yang digunakan dalam pengumpulan data meliputi:
a. Soal tes terdiri dari siklus I dan siklus II masing masing terdiri dari 7 butir soal dengan soal tes ini untuk mengukur hasil belajar mahasiswa, pada aspek kognitif
b. Instrumen terdiri dari lembar observasi digunakan untuk memperoleh data aktivitas mahasiswa selama proses pembelajaran berlangsung.
3.2 Teknik analisi data
Data dianalisis setelah pengumpulan data, untuk mengetahui penigkatan hasil belajar mahasiwa setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Turnamen (TGT). Proses analisis secara kuantitatif dengan menghitung persentase dari skor yang dicapai setiap mahasiswa
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 24 mahasiswa program studi PGSD Unhena dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT)
melihat penguasaan mahasiswapada siklus I dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) adalah sebagai sebagai berikut:
1) Hasil obsever aktivitas mahasiswa terhadap materi pembelajaran di lihat dari ketuntasan dari siklus pertama masih tergolong rendah, hal ini terlihat dari skor rata rata perolehan 138 atau persentasinya 60,52 %
2) Hasil Observasi aktivitas peneliti dalam kegiatan belajar mengajar pada siklus I masih tergolong rendah. Hal ini terlihat dari skor perolehan didapatkan yaitu 28 atau persentasinya 62,36 % 3) Pengusaan mahasiswa terhadap materi
pembelajaran dilihat dari ketuntasan nilai yang di capai dari siklus I, yaitu yang tuntas belajar sebanyak 12 orang atau 50%
Sedangkan pada siklus II, dengan menerapkan model yang sama yaitu ditemukan:
1) Hasil obsever aktivitas mahasiswa terhadap materi pembelajaran di lihat dari ketuntasan dari siklus pertama masih tergolong rendah, hal ini terlihat dari skor rata rata perolehan 175 atau persentasinya 76,75 %
2) Hasil Observasi aktivitas peneliti dalam kegiatan belajar mengajar pada siklus I masih tergolong rendah. Hal ini terlihat dari skor perolehan didapatkan yaitu 32 atau persentasinya 72,72 % 3) Pengusaan mahasiswa terhadap materi
pembelajaran dilihat dari ketuntasan nilai yang di capai dari siklus II, yaitu yang tuntas belajar sebanyak 19 orang atau 79,16% . Hal ini menunjukan bahwa penguasaan mahasiswa terhadap materi pembelajaran terlihat baik.
Adapun hasil peningkatan dari siklus I ke siklus II dapat dilihat pada diagram batang berikut:
Diagram batang 4.1 hasil analisis aktivitas mahasiswa pada siklus I dan II.
Diagram batang 4.2 Hasil analisis peneliti pada siklus I dan II.
Diagram batang 4.3 Hasil analisis tes mahasiswa pada siklus I dan II.
Dari hasil tersebut, maka pada pelaksanaan siklus I masih ada hambatan yang belum dapat terselesaikan dengan baik. Ada 12 (50%) dari 24 mahasiswa yang belum tuntas secara klasikal dalam pembelajaran. Dengan demikian maka siklus I belum berhasil sehingga peneliti melanjutkan pada siklus II. Pada siklus II ini peneliti berusaha secara maksimal agar mahasiswa dapat tuntas dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar pada mata kuliah Evaluasi Pembelajaran. Dari hasil tes siklus II terdapat mahasiswa yg tuntas secara klasikal sebanyak 19 orang (72.72%), sedangkan yang tidak tuntas hanya 5 orang. Dengan hasil tersebut maka mahasiswa dinyatakan tuntas belajar karena sudah mencapai kriteria minimum dalam penilaian yaitu 70 (B = Baik). 5. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan di mahasiswa semester V Program Studi PGSD Universitas Hein Namotemo dapat
disimpulkan bahwa Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah Evaluasi Pembelajaran, hal ini dapat diketahui dari hasil belajar dan aktivitas mahasiswa. Hasil belajar siswa pada siklus I yaitu 50% (rendah) dan Hasil belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan yaitu 79.16 %, sehingga pada hasil akhir siklus II ini dikatakan berhasil.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati Mudjiono, 2009. Belajar Dan Pembelajaran, rineka Cipta Jakarta
Hamalik, 2008. Kurikulum dan pembelajaran. Bumi Aksara Jakarta
Kemmis dan Qadriyah, 2002. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta http://www.ptk.com Ibrahim, 2007. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya:
Unesa Universty Press
Isjoni (2009). https://eprints.uny.ac.id/7734/3/ bab%202%20-%2008108241038.pdf
Muijs, D dan Reynolds, 2008, Pembelajaran yang efektif (terjemahan Soetjipto Helly CV Sinar Baru Bandung.
Nurulhayati, 2002. Pembelajaran kooperatif yang mengairakan wahana informasi dan
komunikasi pendidikan Edisi ke 3.
Rusman, 2010, Model model pembelajaran ( Mengembangkan profesionalisme guru) penerbit Raja Grafindo persada jakarta.
Slavin R, E.2009. Cooperative learning Nusa Media Bandung