• Tidak ada hasil yang ditemukan

Spo Penempatan Pasien Dan Penyelenggaraan Ruang Isolasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Spo Penempatan Pasien Dan Penyelenggaraan Ruang Isolasi"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

ISOLASI No.Dokumen 12.03.01 No.Revisi 00 Halaman 1/4 PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit 02-01-10 Ditetapkan:

Direktur RSU Haji Makassar

( DR.drg.Hj.Nurhasnah Palinrungi,M.Kes) PANGKAT : Pembina Utama Muda Nip. 19550915 198410 2001

PENGERTIAN Penempatan pasien adalah menempatkan pasien sesuai penggolongan diagnosis dan cara penularan infeksi

TUJUAN menjadi pedoman penempatan pasien di ruang perawatan, untuk menghindari terjadinya infeksi nosokomial

KEBIJAKAN

SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makassar No. 6518/TU/RSUD/VI/2015 Tanggal 5 JUni 2015 tentang kebijakan pencegahan pengendalian infeksi di Rumah Sakit Umum DaerahHaji Makassar

PROSEDUR

1. Pasien masuk Rumah sakit melalui IGD, Dokter triase,melakukan proses triase dan menggolongkan pasien berdasarkan rujukan atau diagnosis klinis. Pasien digolongkan atas pasien bedah, non bedah dan anak

2. Pasien non bedah di tangani oleh Dokter penanggung jawab pelayanan /DPJP bagian interna, kemudian ditetapkan diagnosis berdasarkan pemeriksaan klinis dan penunjang. Pasien digolongkan dalam pasien non infeksius, pasien infeksi bukan infeksi khusus dan pasien infeksi khusus.

3. Penempatan pasien sebagai berikut :

a. Pasien non infeksius

 Penempatan tidak memerlukaan ruangan yang spesifik/ruang isolasi

 Pasien ditempatkan di ruang perawatan dengan ventilasi dan sinara matahari cukup menerangi ruang perawatan. Jarak anatara pasien 1.5 meter pemakaian alat medis (alat bantu nafas, selang makanan, selang infuse,kateter dan lain lain) dilakasanakan sesuai dengan prosedur tetap / protap

PENEMPATAN PASIEN DAN PENYELENGGARAAN RUANG ISOLASI

No.Dokumen No.Revisi

00

Halaman 2/4

PROSEDUR  Pada pasien dengan kesdadaran menurun, hindarkan dari keadaan yang memudahkan aspirasi dari saluran pernafasan atas atau refluks dari lambung dengan cara : posisi supine, gunakan NGT, immobilisasi secara berkala  Pasien dengan resiko HAP seperti usia lanjut maklnutrisi

dan immunokompromis tangani sebagai pasien beresiko dengan seperti tempatkan pada posisi supine dan immobilisasi secara berkala.

 Perawat melakukan pengawasan terhadap factor yang meningkatkan kolonisasi orofaring / lambung seperti pada penggunaan antibiotic lama, perawatan ICU dan penyakit paru kronis yang sudah ada

b. Pasien infeksi bukan infeksi khusus

Sama dengan penempatan pasien non infeksius

c. Pasien dengan infeksi khusus, yang ditempatkan di ruang isolasi bertekanan negative

 Pasien dengan infeksi khusus antara lain : pasien dengan air borne adalah pasuen – pasien yang terinfeksi dengan organism yang dapat menyebar lewat udara dengan diamteter kurang dari 5µ m contohnya : TB, small pox, difteri dan penyakit viral yang belum diketahui memtode transmisinya seperti SARS, AVIAN?SWINE influenza  Pasien ditempatkan di ruang isolasi bertekanan negative

yang dimonitor dengan 6 – 12 pergantian udara per jam dan system pembuangan audara keluar atau menggunakan saringan udara partikulasi efisiensi tinggi (filter HEPA) ,yang termonitor sebelum masuk ke system dirkulasi udara

 Bila tidak tersedia ruang isolasi bertekanan negative , maka tekanan negative dapat dibuat dengan cara memaasang pendingin ruangan atau kipas angin di jendela sedemikian rupa agar aliran udara keluar gedung melalui jendela. Jendela harus membuka keluar dengan menempatkan sedikit bedk tabor dibawah pintu dan diamati apakah terhisap kedalam ruangan.

PENEMPATAN PASIEN DAN PENYELENGGARAAN RUANG ISOLASI

No.Dokumen No.Revisi

00

Halaman 3/4 PROSEDUR  Pintu setiap saat harus dalam keadaaan tertutup

 Dokter, perawat, pengunjung yang memasuki ruangan harus mencuci tangan sebelum masuk dan sesudah meningglkan ruangan, memakai APD (masker,gaun pelindung,sarung tangan, kacamata pelindung)

 Transportasi pasien dibatasi, bila trnsportasi asien diperlukan maka: pasien diberi APD (masker,gaun) petugas yang melakukan transportasi menggunakan APD lengkap (gaun plindung,sarung tangan,masker,kacamata pelindung)  Perawat/petugas di area tujuan harus diingatkan akan

kedatangan pasien tersebut melaksanakan kewaspadaan yang sesuai.

 Perawat member informasi untuk dilibatkan kewaspadaannya agar tidak terjadi transmisi kepada orang lain.

 Psien dengan diagnosis SARS, Avian influenza atau swine influenza jangan diberi izin meninggalkan tempat isolasikecuali untuk pelayanan kesehatan penting, Pasien melalui alur yang dapat mengurangi kemungkinan terpajannya staf pasien lain atau pengunjung.

 Transportasi ambulance pasien dengan diagnosis infeksi khusus hanya dilakukan bila keperluan sangat penting, semua petugas yang terlibat menggunakan APD lengkap, semua permukaan kontak dengan pasien dibersihkn dengan menggunakan desinfektan alcohol 70 % atau larutan klorin 0,5 %

 Pemulangan pasien denganinfeksi khusus: bila dipulangkan sebelum masa isolasi berakhir, maka perawat memberikan informasi kepada keluarga pasien bahwa pasien yang air borne infection hsrud di isolsdi dirumsh selama paseien tersebutmengalami gejala sampai batas waktu penularan atau hasil uji diagnosis DPJP menunjukkan bahwa psien tidak terinfeksi dengan penyakit tersebut.

PENEMPATAN PASIEN DAN PENYELENGGARAAN RUANG ISOLASI No.Dokumen No.Revisi 00 Halaman 4/4 PROSEDUR

 Keluarga : harus diajarkan cara menjaga kebersihan diri, pencegahan pengendalian infeksi serta perlindungan diri.  Pembersihan ruangan perawatan dilakukan setelah

pemulangan pasien sesuai standar pembersihan ruangan perawatan isolasi

d. Pasien dengan infeksi khusus, yang ditempatkan di ruang isolasi bertekanan positif

 Paisen infeksi khusus yag ditempakan di ruang isolasi bertekana negative adalah pasien dengan penyakit penyakit Immnodeficiency seperti HIV,AIDS yang belum ada komplikasi TB atau pasien pasien transplanstasi sumsum tulang

 Kewaspadaan standar pada penempatan pasien diuang isolasi bertekanan negative samadengan kewaspadaan pasien di ruang isolasi bertekanan positif.

UNIT TERKSIT 1. Seluruh instalasi perawatan

2. Instalasi infection center

3. Instalasi gawat darurat

4. Seluruh instalasi penunjang medic

(2)

LAMPIRAN 1

Ruang isolasi adalah ruang khusus yang terdapat di rumah sakit yang merawat pasien dengan kondisi medis tertentu terpisah dari pasien dari pasien lain ketika mereka mendapat perawatan medis dengan tujuan mencegah penyebaran penyakit atau infeksi kepada pasien dan mengurangi resiko terhadap pemberian pelayanan kesehatan.

A. Syarat syarat ruang isolasi 1. Pencahayaan

Menurut KepMenKes 1204/Menkes/SK/X?2004, intensitas cahaya untuk ruang isolasi adalah 0,1± 0,5 lux dengan warna cahaya biru. Selain itu ruang isolasi harus mendapat paparan sinar matahari yang cukup

2. Pengaturan sirkulasi udara

Pengaturan sirkulasi udara ruang isolasi pada dasarnya menggunakan prinsip tekanan yaitu teknan bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah

B. Bedasarkan tekanannya ruang isolasi dibedakan atas : 1. Ruang bertekanan negatife

Pada ruang isolasi bertekanan negative udara didalam ruang isolasi lebih rendah dibandinkan udara luar. Hal ini mengakibatkan tidak akan ada udara yang keluar dari ruang isolasi sehingga udara luar tidak terkontaminasi oleh udara dari ruang isolasi. Ruang isolasi bertekanan negative ini digunakan untuk penyakit penyakit menular khususnya yang menular melalui udara sehingga kuman kuman penyakit tidak akan mengkontaminasi udara luar. Untuk metode pembuangan udara atau sirkulasi udara di gunakan system sterilisasi dengan HEPA

2. Ruang bertekanan positif

Pada ruang isolasi bertekanan positif udara di dalam ruang isolasi lebih tinggi di bandingkan udara luar sehingga menyebabkan terjadi perpindahan udara dari dalam keluar ruang isolasi. Hal ini mengkibatkan tidak akan ada udara luar yang masuk ker uang isolasi sehingga udara ruang isolasi tidak terkontaminasi oleh udara luar.Ruang isolasi bertekanan positif ini digunakan untuk penyakit penykit immunodeficiency seperti HIV/AIDS atau pasien pasien transplantasi sum sum tulang untuk memperoleh udara dirung isolasi sehingga menghasilkan tekana positif di ruang isolasi digunakan udara luar yang sebelumnya telah di sterilisasi terlebih dahulu.

C. Ruang perawatan isolasi terdiri dari : 1. Ruang ganti umum

2. Ruang bersih dalam 3. Stasi perawat 4. Ruang rawat pasien 5. Ruang dekontaminasi 6. Kamar mandi petugas

(3)

DI RSUD HAJI MAKASSAR

PASIEN MASUK RUMAH SAKIT MELALUI IGD

ADA PENGANTAR DARI INSTITUSI LAIN TIDAK ADA PENGANTAR DARI INSTITUSI LAIN PROSES TRIASE SUSPEK DIAGNOSIS KASUS KLB BUKAN INFEKSI KHUSUS : DIARE DBD TN AFP HEPATITIS E INFEKSI KHUSUS: SARS AVIAN FLU SWINE FLU DIFTERI PEMERIKSAAN

PENUNJANG KLINIK PEMERIKSAAN PENUNJANG KLINIK

SESUAI - INSTALASI PERAWATAN - INTENSIVE CARE UNIT TIDAK SESUAI INFECTION CENTER

(4)

LAMPIRAN 2

IDENTIFIKASI INFEKSI KHUSUS

1. SARS (severe Acute REspuratory syndrome) adalah kumpulan gejala :  Batuk

 Sulit bernafas / sesak

 Demam > 38.0 derajat celcius

 Disertai gangguan pernafasan lainnya Gejala awal yang sering :

 Panas dingin dan menggigil  Batuk batuk, 2 – 3 hari awal gejala

 Demam

 Sakit kepala  Nyeri otot

2. Avian Influenza (influenza A, H5N1) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza tipe A, dengan gejala :

 Demam tinggi > 38.0 derajat celcius  Batuk  Pilek  Nyeri tenggorokan  Nyeri otot  Nyeri kepala  Gangguan pernafasan

Disertai riwayat kontak dengan unggas

3. DIFTERI adalah penyakit infeksi akut yang sangat menular yang disebabkan oleh toksin dari bakteri Corine Bacterium Dyphtheriae, dengan gejala :

 Demam 38 – 39 derajat celcius  Siara serak

 Pembengkakan kelenjar getah bening di leher

 Terbentuknya membrane tebal dan abu abu menutupi tenggorokan dan tonsil sulit bernafas

4. SWINE Influenza adalah influenza yang disebabkan oleh A1N1 virus dengan gejala :  Demam tinggi

 Batuk  Kelelahan

 Kehilangan nafsu makan  Nyeri otot

 Nyeri kepala

 Gangguan pernafasan  Mual muntah diare

5. HIV, AIDS adalah kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh penurunan kekebalan tubuh, yang disebabkan oleh virus Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan gejala :

 Penurunan berat badan  Diare yang berkelanjutan

(5)

Referensi

Dokumen terkait

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah bakteri Staphylococcus aureus hasil isolasi udara di ruang kelas dari sembilan lokasi Sekolah Dasar1. Pemilihan

Oleh karena itu, sistem tata udara di ruang isolasi airborne harus direncanakan dengan benar, untuk mengurangi kemungkinan terjadinya transmisi infeksi melalui udara

1) Ruangan tersendiri; letaknya dekat dengan kamar bedah, ruang emergensi dan ruangan perawatan lain. 2) Memiliki protokol penderita yang masuk, keluar serta rujukan.

Dalam ketetapan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Ruang Isolasi adalah ruang yang digunakan untuk perawatan pasien dengan penyakit resiko yang dapat ditularkan

Dalam ketetapan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Ruang Isolasi adalah ruang yang digunakan untuk perawatan pasien dengan penyakit resiko yang dapat ditularkan

batu. Agar temperatur udara didalam ruang palka dingin, tiap dinding ruang palka diisolasi dengan sterofoam, bahan isolasi tersebut digunakan karena dari segi

xiii Departemen Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro 2021 ABSTRAK Chalista Ayu Fatiha Gambaran Tingkat Kecemasan Perawat di Ruang Isolasi Perawatan Pasien

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari rangkaian kegiatan Sosialisasi pelaksanaan revitalisasi Standar Ruang Isolasi Covid 19 di Gedung Aerohotel dalam rangka antisipasi lonjakan