• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNIK PENGOLAHAN DAN NILAI TAMBAH NATA DE COCO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TEKNIK PENGOLAHAN DAN NILAI TAMBAH NATA DE COCO"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNIK PENGOLAHAN DAN NILAI TAMBAH NATA DE COCO

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Tasikmalaya

hidayat.tatang7@gmail.com

Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi

dedidarusman@ymail.com

Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi

enoksumarsih@yahoo.com

ABSTRACT

This Study aimed to know processing technique and the added value of nata de coco. Method used was case study in a nata de coco producer in Desa Pagerageung Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya.Processing technique of nata de coco consisted of tools and matterial preparation, filtering, boiling, pouring into tray, cooling, inoculating starter bactena, storaging, harvesting, washing, cutting, packing and pressing. The added value is Rp 288,85 per kilogram of nata de coco.The margin of factors is Rp 464,5 with percentages of labour income, other inputs contribution and producer’s profit is respectively 37,44 percent, 37,82 percent and 24,74 percent.

Keywords: processing technique, added value, margin

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknik pengolahan nata de coco dan besarnya nilai tambah yang dihasilkan dari kegiatan pengolahan tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus pada seorang pelaku usaha nata de coco yang ada di Desa pagerageung Kecamatan Pagerageung Tasikmalaya. Teknik pengolahan nata de coco terdiri atas persiapan bahan (air kelapa, cuka, sitrun, pupuk ZA, gula pasir dan starter) dan peralatan (jerigen, bak penampung, penyaring, drum, gayung, ember, baki, botol, kertas koran, tali karet, kain lap, rak, mesin pemotong dan karung), penyaringan, perebusan, penuangan, penanaman starter, inkubasi, pembukaan media, pencucian, pemotongan, pengemasan dan pengepresan. Besar nilai tambah yang dihasilkan adalah Rp 288,85 per kilogram nata de coco. Besarnya marjin yang diperoleh adalah Rp 464,5/kg. Besarnya persentase marjin pendapatan tenaga kerja, marjin sumbangan input lain dan marjin keuntungan pengusaha masing-masing sebesar 37,44 persen, 37,82 persen dan 24,74 persen.

(2)

PENDAHULUAN

Pembangunan pertanian perlu diarahkan secara konsisten untuk meningkatkan taraf hidup petani, perluasan lapangan kerja dan kesempatan berusaha. Subsektor perkebunan merupakan bagian dari sektor pertanian. Pembangunan perkebunan juga perlu digenjot agar terus berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi nasional.

Salah satu komoditi yang dihasilkan dari sub sektor perkebunan adalah kelapa (Cocos nucifera L). Kelapa memiliki peranan penting dalam kontribusinya terhadap pendapatan nasional di samping kelapa sawit, karet, kakao dan kopi. Komoditi yang satu ini telah lama dikenal dan berperan penting bagi kehidupan bangsa Indonesia baik dari aspek ekonomi maupun sosial budaya.

Kabupaten Tasikmalaya merupakan salah satu daerah yang potensial untuk pengembangan produksi kelapa. Hal tersebut didukung dengan adanya komitmen Pemerintah Daerah yang cukup besar yaitu dengan menyediakan sarana dan prasarana penunjang kegiatan, baik transportasi, komunikasi maupun energi, serta potensi lahan untuk pengembangan yang cukup luas. Luas areal dan produksi perkebunan untuk komoditas kelapa di Kabupaten Tasikmalaya dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Hasil Analisis Luas Areal dan Produksi Perkebunan Kelapa Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2011 – 2012. Tahun Luas Lahan yang ditempati (ha)

Luas Areal Tanaman (ha)

Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha) Jumlah Petani (KK) TBM TM TTM/ TR Jumlah 2011 31.390,7 3731,0 25.328,0 855,6 29.914,6 25.842,0 1,0 82.087,0 2012 29.961,8 3917,5 25.245,7 798,6 29.961,8 26.940,2 1,1 82.253,4 Sumber: Dinas Perkebunan Kabupaten Tasikmalaya, 2012.

Keterangan :

TBM = Tanaman Belum Menghasilkan TM = Tanaman Menghasilkan

TTM/TR= Tanaman Tidak Menghasilkan/Tanaman Rusak

Salah satu bagian dari kelapa yang dapat dijadikan bahan dasar makanan olahan adalah air kelapa. Air kelapa memiliki banyak kandungan yang bermanfaat bagi tubuh manusia. Unsur-unsur dalam air kelapa antara lain air, karbohidrat, protein, lemak, sejumlah nutrisi berupa sukrosa, fluktosa dan destrosa, serta vitamin B kompleks yang terdiri atas asam folat, asam pantotenat, biotin dan riboflafin.

Nata de coco merupakan salah satu hasil olahan yang menggunakan air kelapa sebagai bahan dasarnya. Pengolahan air kelapa menjadi nata de coco adalah hasil proses fermentasi dengan menggunakan bakteri Acetobacter xylinum yang bertujuan untuk

(3)

memanfaatkan air kelapa yang sering terbuang percuma dan memberikan nilai tambah (added value) terhadap kelapa itu sendiri. Menurut Sarmidi Amin (2009), setiap satu liter air kelapa yang berasal dari enam butir kelapa dapat menghasilkan nata de coco sebanyak 0,6 kilogram.

Kandungan gizi dalam nata de coco terbilang cukup rendah, sehingga aman untuk di konsumsi bagi mereka yang mengalami obesitas atau kegemukan berlebih dan mereka yang sedang menjalani program penurunan berat badan atau diet rendah kalori. Nata de Coco memiliki kandungan serat yang tinggi, sehingga baik untuk sistem pencernaan. Salah satunya dapat melancarkan pembuangan feses dalam tubuh dan mencegah timbulnya penyakit sembelit.

Melihat potensi produksi perkebunan kelapa di Kabupaten Tasikmalaya yang cukup besar terutama di daerah Tasik Selatan seharusnya dapat mendorong perkembangan agroindustri nata de coco. Sampai saat ini perkembangan usaha nata de coco tidak sesuai dengan potensi yang ada. Hal ini diperkuat dengan keterangan dari Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tasikmalaya yang menyatakan, bahwa kegiatan agroindustri sari kelapa (nata de coco) di Kabupaten Tasikmalaya tidak konsisten, sehingga data pelaku usaha nata de coco dan skala usahanya tidak tersedia. Lain halnya dengan seorang pelaku usaha nata de coco di Desa Pagerageung Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya yang konsisten mengusahakannya dan telah berjalan selama kurang lebih enam tahun.

METODE PENELITIAN Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus pada agroindustri nata de coco di Desa Pagerageung Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya.

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari responden dengan cara wawancara langsung yang dibantu menggunakan kuisioner. Data sekunder diperoleh dari dinas, pustaka dan internet.

(4)

Teknik Penentuan Responden

Teknik penentuan responden dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan bahwa pelaku usaha tersebut merupakan satu-satunya pelaku usaha nata de coco di Desa Pagerageung.

PEMBAHASAN

Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

Pendirian agroindustri nata de coco ini bermula dari hasil jerih payah responden menjadi tenaga kerja di Saudi Arabia. Beliau bekerja disana kurang lebih selama lima tahun. Jerih payahnya membuahkan hasil yang cukup besar, sehingga saat pulang ke tanah air uang yang dikumpulkannya itu hendak dimanfaatkan untuk melakukan wirausaha. Adanya peluang usaha dari pemanfaatan air kelapa menjadi makanan bernilai jual berupa nata de coco menjadikan beliau tertarik untuk menggeluti usaha tersebut. Setelah banyak belajar dari pengolah nata de coco yang ada di Cianjur, pada tahun 2008 akhirnya beliau memutuskan untuk membangun tempat pengolahan sendiri yang berlokasi di Jalan Pertigaan PLO Kampung Genteng Desa Pagerageung Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya.

Tempat pengolahan di bangun di atas tanah seluas 120 meter persegi. Bahan bangunannya terdiri dari asbes sebagai atap, anyaman bambu sebagai dinding, kayu sebagai tiang penyangga dan tembok sebagai alasnya. Bahan-bahan tersebut sengaja dipilih untuk bangunan tempat pengolahan dengan tujuan untuk mempermudah penyerapan sinar matahari agar suhu rata-rata yang dibutuhkan yaitu berkisar antara 30 sampai dengan 35 derajat celcius dapat stabil. Kisaran suhu tersebut merupakan suhu yang baik untuk proses fermentasi nata de coco di tempat pengolahan yang diteliti.

Volume produksi dalam satu kali proses produksi rata-rata sebanyak 1200 kilogram bahan baku berupa air kelapa. Luas tempat pengolahan yang ada sebenarnya masih dapat digunakan untuk volume produksi yang lebih dari itu. Hal ini tidak dapat dihindari mengingat pasokan air kelapa yang tidak selalu ada pada waktunya.

Seluruh proses produksi pada awalnya dilakukan di tempat pengolahan tersebut. Sejak petengahan 2012 , untuk pemotongan dan pengemasan dilakukan di tempat pengolahan kedua yang berlokasi di Kampung Muhara Desa Tanjung Mekar Kecamatan Jamanis Tasikmalaya. Responden telah mampu mengembangkan usaha dengan

(5)

membangun tempat pengolahan keduanya itu pada tahun 2012, sehingga ada penambahan skala usaha.

Pelanggan dari industri rumah tangga ini berasal dari berbagai daerah diantaranya Bogor, Cianjur dan Bandung. Para pelanggan adalah pengusaha pengolahan lanjutan yang mencampurkan nata de coco dengan bahan makanan lainnya untuk dijadikan makanan atau minuman kemasan siap saji dan siap jual .

Teknik Pengolahan Nata De Coco

Proses pembuatan nata de coco di tempat pengolahan yang diteliti terdiri dari beberapa tahapan. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Persiapan bahan dan alat

Bahan-bahan yang digunakan terdiri dari 1200 kilogram air kelapa, 4 liter cuka, 0,4 kilogram sitrun, 6,66 pupuk ZA, 4 kilogram gula pasir dan 50,1 liter starter. Sedangkan peralatan yang digunakan terdiri jerigen, bak penampung, penyaring, drum, gayung, ember, baki, botol, kertas koran, tali karet, kain lap, rak, mesin pemotong dan karung.

2. Penyaringan Air Kelapa

Tujuan dari proses penyaringan adalah agar air kelapa yang hendak dimasukkan ke dalam drum perebusan terpisah dengan kotoran-kotoran, sabut kelapa, pecahan batok dan serat yang sebelumnya tercampur. Penyaringan dilakukan dengan menuangkan air kelapa yang semula dari jerigen ke bak penampungan dengan menggunakan alat penyaringan.

3. Perebusan Air Kelapa dan Pencampuran Bahan Baku Penolong

Perebusan dilakukan dengan mengambil air kelapa dari bak penampungan menggunakan ember kecil, kemudian dituangkan ke dalam drum besi terbuka yang telah berada di atas tungku. Nyalakan kayu bakar yang telah dicampur dengan serbuk gergaji. Penambahan serbuk gergaji bertujuan agar api dapat menyala lebih lama, stabil dan mengeluarkan panas yang lebih besar.

Pastikan api tetap menyala agar proses perebusan dapat berlangsung lancar. Setelah air kelapa mendidih, kemudian campurkan bahan-bahan lainnya yang terdiri dari cuka, sitrun, pupuk ZA dan gula. Waktu yang diperlukan untuk proses perebusan berkisar antara satu sampai dua jam atau ketika rebusan di rasa sudah matang maka selanjutnya rebusan segera diangkat dan dilakukan perebusan berikutnya.

(6)

4. Penuangan Hasil Rebusan

Rebusan air kelapa dan campuran bahan-bahan lainnya dituangkan ke dalam ember besar yang selanjutnya dituangkan ke dalam baki plastik menggunakan gayung dengan takaran satu gayung untuk satu baki. Setelah selesai dituangkan, selanjutnya dilakukan penutupan pada baki yang telah di isi menggunakan potongan koran dan diikat dengan tali karet. Penutupan dan pengikatan dilakukan agar bahan nata de coco tidak terkontaminasi oleh kotoran yang ada di sekitarnya. Setelah itu, kemudian diletakkan secara bertumpuk dengan tumpukan maksimal 10 baki di atas rak yang terdapat di ruang penyimpanan dan dibiarkan selama satu malam.

5. Penanaman Starter

Proses ini merupakan penanaman bibit terhadap hasil pendidihan bahan-bahan yang telah dituangkan ke dalam baki. Tahap penanaman bibit ini dikenal dengan istilah inokulasi. Penanamn bibit dilakukan pada hari kedua dengan menggunakan starter biakan. Adapun takarannya untuk satu baki nata de coco dibutuhkan sebanyak 60 mililiter starter biakan (satu botol starter biakan untuk 10 baki nata de coco). Setelah selesai, baki ditutup kembali menggunakan koran yang diikat dengan karet secara cepat dan rapat untuk menghindari kontaminasi kotoran udara luar pada proses fermentasi. Setelah itu, kemudian disimpan secara bertumpuk di tempat semula dan biarkan selama satu minggu dengan suhu ruangan 30 sampai 35 derajat celcius.

6. Pembukaan Media Fermentasi

Setelah satu minggu disimpan, penutup yang menempel dan ikatannya dibuka. Kemudian lembaran nata de coco diangkat dan disimpan pada wadah berupa drum plastik untuk memudahkan proses selanjutnya yaitu pencucian.

Keberhasilan proses pembuatan nata de coco dapat dilihat di sini, dimana akan terlihat lapisan berwarna putih, rata dan halus dengan aroma berbau asam pada permukaan media fermentasi. Namun jika pada permukaannya berlubang berarti tingkat keberhasilannya tidak sempurna bahkan dapat dikatakan mengalami kegagalan. Hal ini disebabkan oleh baki atau koran yang tidak steril.

7. Pencucian Lembaran Nata De Coco

Setelah diangkat dari baki selanjutnya lembaran nata de coco dicuci menggunakan air dan di lap bagian atasnya dengan tujuan untuk membuang lendir-lendir yang menempel.

(7)

8. Pemotongan Lembaran Nata De Coco

Setelah lembaran nata de coco dicuci dan terbebas dari lendir yang menempel, selanjutnya adalah proses pemotongan dengan menggunakan mesin pemotong. Tujuannya agar diperoleh nata de coco dengan ukuran kecil menyerupai dadu dengan ukuran 0,8 sampai 1,5 centimeter atau ukuran lain sesuai permintaan dari para pembeli. Umumnya pembeli memesan dengan ukuran 1,5 centimeter. Proses pemotongan ini memakan waktu setengah jam untuk 100 kilogram nata de coco (200 kilogram/jam). 9. Pengemasan dan Pengepresan

Nata de coco dalam bentuk dadu tersebut dimasukkan ke dalam karung. Satu karung beratnya mencapai 100 kilogram. Adanya proses pengarungan selain untuk mempermudah dalam proses pengangkutan juga bertujuan untuk menghilangkan rasa asam yang berlebih dimana biasanya para pengolah lain melakukannya dengan cara perendaman. Dengan dimasukkan ke dalam karung maka secara tidak langsung telah terjadi proses pengepresan yang dapat menghilangkan rasa asam, tentunya tanpa merusak kondisi fisik nata de coco.

Nilai Tambah Nata De Coco

Hasil perhitungan nilai tambah nata de coco tersaji pada Tabel 2.

Tabel 2. Nilai Tambah Pengolahan Nata De Coco dalam Satu Kali Proses Produksi

No Variabel Nilai Jumlah

I Output, Input dan Harga

1 Output (kg) (1) 835

2 Input (kg) (2) 1200

3 Tenaga Kerja (HOK) (3) 9

4 Faktor Konversi (4) = (1)/(2) 0,695

5 Koefisien Tenaga Kerja (5) = (3)/(2) 0,0075

6 Harga Output (Rp/kg) (6) 1100

7 Upah Tenaga Kerja (Rp/HOK) (7) 23194,44

II Penerimaan dan Keuntungan

8 Harga Bahan Baku (Rp/kg) (8) 300

9 Sumbangan Input Lain (Rp/kg) (9) 175,65

10 Nilai Output (Rp/kg) (10) = (4) x (6) 764,5

11a Nilai Tambah (Rp/kg) (11a) = (10) – (9) – (8) 288,85

11b Rasio Nilai Tambah (%) (11b) = (11a)/(10) x 100% 37,78 12a Pendapatan Tenaga Kerja (Rp/kg) (12a) = (5) x (7) 173,95 12b Pangsa Tenaga Kerja (%) (12b) = (12a)/(11a) x 100% 60,22

13a Keuntungan (Rp/kg) (13a) = (11a) – (12a) 114,9

13b Tingkat Keuntungan (%) (13b) = (13a)/(11a) x 100% 39,77

III Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi

14 Marjin (Rp/kg) (14) = (10) – (8) 464,5

14a Pendapatan tenaga kerja (%) (14a) = (12a)/(14) x 100% 37,44

14b Sumbangan input lain (%) (14b) = (9/14) x 100% 37,81

(8)

Berdasarkan Tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa dalam proses pengolahan nata de coco penggunaan bahan baku utama berupa air kelapa adalah sebanyak 1200 kg/proses produksi. Penggunaan bahan baku sebanyak itu dapat menghasilkan output berupa lembaran nata de coco sebanyak 835 kg/proses produksi. Nilai faktor konversi merupakan perbandingan antara output yang dihasilkan dengan input yang dikeluarkan. Hal ini menunjukkan bahwa setiap penggunaan satu kilogram air kelapa akan menghasilkan 0,695 kilogram nata de coco.

Kegiatan pengolahan nata de coco ini memerlukan tenaga kerja sebanyak sembilan HOK dalam satu kali proses produksi. Setiap HOK jumlah jam kerjanya berbeda-beda. Hari pertama menghabiskan waktu selama lima jam, hari ke-dua 10 jam, hari ke-tiga sampai dengan hari ke-empat selama lima jam, hari ke-lima dan ke-enam dua jam, hari tujuh dan delapan lima jam, serta hari terakhir yaitu hari ke-sembilan menghabiskan waktu selama delapan jam. Maka setiap harinya dibutuhkan waktu rata-rata 5,22 jam kerja (lima jam 13 menit 12 detik).

Nilai koefisien tenaga kerja menunjukkan seberapa besar sumbangan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk mengolah satu kilogram air kelapa menjadi lembaran nata de coco. Nilai koefisien tenaga kerja pada proses pengolahan nata de coco ini adalah 0,0075 HOK/kg bahan baku.

Besarnya upah yang diberikan terhadap tenaga kerja adalah Rp 23.194,44/HOK. Besarnya pendapatan yang diterima oleh tenaga kerja didapatkan dari hasil kali antara koefisien tenaga kerja dengan besarnya upah tenaga kerja. Jadi besarnya pendapatan yang diterima oleh tenaga kerja dari pengolahan satu kilogram air kelapa menjadi nata de coco adalah Rp 173,95/kg. Persentase pangsa tenaga kerja diperoleh dari perbandingan antara pendapatan tenaga kerja dengan nilai tambah, maka pangsa tenaga kerjanya adalah sebesar 60,22 persen dari nilai tambah. Persentase ini menunjukkan besarnya bagian yang diterima tenaga kerja dari nilai tambah nata de coco.

Upah yang diberikan oleh pelaku usaha nata de coco kepada pekerjanya relatif kecil. Upah yang diberikan Rp 23.194,44/HOK atau sebesar Rp 208.750/satu kali proses produksi. Satu kali proses produksi memakan waktu selama sembilan hari, maka dalam satu bulan dapat melaksanakan tiga kali proses produksi. Jika diakumulasikan, dalam satu bulan berarti pendapatan tenaga kerja adalah Rp 626.250 dengan asumsi kapasitas produksi rata-rata sebanyak 1200 kilogram bahan baku air kelapa.

(9)

Alasan lain bahwa jumlah upah tersebut relatif kecil dapat dibandingkan dengan Upah Minimum Kabupaten (UMK) Tasikmalaya tahun 2013. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Nomor 561/Kep.1405-Bansos/2012 besarnya UMK untuk Kabupaten Tasikmalaya adalah sebesar Rp 1.035.000. Dengan demikian maka besarnya upah pekerja tersebut hanya 60,5 persen dari UMK Kabupaten Tasikmalaya.

Harga jual nata de coco dalam bentuk lembaran atau yang telah dipotong-potong seperti dadu adalah Rp 1.100/kg. Nilai output berupa lembaran nata de coco diperoleh dari hasil kali antara faktor konversi dengan harga output. Sehingga besarnya nilai output yang dihasilkan Rp 764,5/kg.

Berdasarkan perhitungan, besarnya nilai tambah yang diperoleh adalah Rp 288,85/kg. Nilai tambah tersebut didapatkan dari selisih antara nilai output per kilogram dengan sumbangan input lain per kilogram dan harga bahan baku per kilogram. Besarnya nilai tambah dipengaruhi oleh biaya yang dikeluarkan yaitu biaya untuk pembelian bahan baku dan sumbangan input lain.

Harga bahan baku berupa air kelapa adalah Rp 300/kg. Sedangkan besarnya sumbangan input lain adalah sebesar Rp 175,65/kg. Biaya input lain terdiri dari total biaya variabel kecuali bahan baku dan upah tenaga kerja. Adapun untuk input lain ini didalamnya terdiri dari biaya pembelian gula pasir, cuka, sitrun, pupuk ZA, biaya listrik, biaya untuk pembelian bahan bakar dan biaya transportasi. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 5.

Besarnya rasio nilai tambah dari kegiatan pengolahan nata de coco ini adalah 37,78 persen. Rasio nilai tambah merupakan perbandingan antara nilai tambah dengan nilai ouput. Menurut Hubies dalam Andri Apriadi (2003), nilai tambah dapat digolongkan menjadi tiga kategori. Kategori nilai tambah tersebut ditentukan oleh besarnya rasio nilai tambah. Dikatakan rendah apabila nilai rasionya kurang dari 15 persen, sedang jika nilai rasionya berkisar antara 15 persen sampai dengan 40 persen dan tinggi jika nilai rasionya lebih dari 40 persen. Berdasarkan kategori tersebut, maka industri pengolahan nata de coco ini termasuk pada kategori nilai tambah yang sedang karena rasio nilai tambahnya sebesar 37,78 persen. Tujuan dari perhitungan nilai tambah pada pengolahan nata de coco ini adalah untuk mengetahui besarnya nilai tambah dalam satu kilogram air kelapa setelah diolah menjadi nata de coco. Sehingga

(10)

dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi pelaku usaha nata de coco dalam upaya meningkatkan usahanya.

Besarnya keuntungan diperoleh dari selisih antara nilai tambah dengan pendapatan tenaga kerja. Besarnya keuntungan yang dihasilkan dari proses pengolahan nata de coco adalah Rp 114,9/kg atau sebesar 39,78 persen dari nilai tambah hasil produksi. Besarnya keuntungan tersebut mengandung arti setiap satu kilogram bahan baku air kelapa yang diolah menjadi nata de coco mampu memberikan keuntungan sebesar Rp 114,9 dari nilai tambahnya atau bagian yang diterima pengusaha dari nilai tambah itu adalah sebesar 39,78 persen. Hal ini berarti bahwa setiap produk yang memiliki nilai tambah maka produk tersebut memberikan keuntungan bagi produsennya.

Tabel perhitungan nilai tambah pengolahan nata de coco di atas juga dihitung balas jasa terhadap pemilik faktor produksi yaitu berupa marjin. Marjin diperoleh dari selisih antara nilai output dengan harga bahan baku. Besarnya marjin yang diperoleh adalah Rp 464,5/kg. Besarnya persentase marjin pendapatan tenaga kerja, marjin sumbangan input lain dan marjin keuntungan pengusaha masing-masing sebesar 37,44 persen, 37,82 persen dan 24,74 persen.

PENUTUP Kesimpulan

Teknologi yang digunakan dalam pengolahan nata de coco ini adalah teknologi semi modern. Tahapan pengolahannya meliputi persiapan bahan dan alat, penyaringan, perebusan, penuangan dalam baki, pendinginan, penanaman starter biakan, penyimpanan, pengangkatan (pemanenan), pencucian, pemotongan, pengemasan dan pengepresan. Satu kali proses produksi memerlukan waktu selama 9 hari.

Rasio nilai tambah sebesar 37,78% termasuk kategori sedang. Persentase marjin untuk pendapatan tenaga kerja, marjin sumbangan input lain dan marjin keuntungan pengusaha tidak merata tetapi cukup proporsional.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, penulis menyarankan kepada pelaku usaha nata de coco untuk memperluas pencarian bahan baku berupa air kelapa guna kontinyuitas dan peningkatan skala usaha.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Andri Apriadi. 2003. Analisis Usaha dan Nilai Tambah Pengolahan Ikan pada Industri Kerupuk Udang atau Ikan di Indramayu. Skripsi. Bogor : Fakultas Pertanian IPB (Online). (http://digilib.IPB.ac.id./ , diakses tanggal 18 Mei 2013).

Christina Lilies Sutarminingsih . 2004. Peluang Usaha Nata De Coco. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Dinas Perkebunan Kabupaten Tasikmalaya. 2012. Hasil Analisis Luas Areal dan Produksi Perkebunan Kelapa Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2011 – 2012. Nur Hidayat, Masdiana C Padaga dan Sri Suhartini. 2006. Mikrobiologi Industri.

Yogyakarta: Andi Offset.

Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya. 2013. Upah Minimum Kabupaten Tasikmalaya (Online). http://daftargaji.blogspot.com/2012/11/umk-kab-tasikmalaya-tahun-2013-rp1035000.html, diakses tanggal 22 Mei 2013)

Sarmidi Amin. 2009. Cocopreneurship – Aneka Peluang Bisnis dari Kelapa. Yogyakarta: Andi Offset.

Gambar

Tabel 2. Nilai Tambah Pengolahan Nata De Coco dalam Satu Kali Proses Produksi

Referensi

Dokumen terkait

Dalam buku Perencanaan Struktur Baja dengan Metode LRFD karangan Agus Setiawan, gording dianalisa sebagai konstruksi dua perletakan sederhana yang menerima momen

Skripsi dengan judul “Studi Perbedaan Pewarnaan Preparat Jaringan Pembuluh Trakea pada Batang Tomat ( Lycopersicum Esculentum ) dengan Metode Maserasi Menggunakan Ekstrak

Menulis atau meng-upload seluruh informasi kegiatan HIMASI baik yang akan atau sudah dilaksanakan ke dalam website HIMASI Universitas Nasional. Sehingga mahasiswa/i

Skripsi yang berjudul: ​ Pengaruh Penggunaan Media Papan Flanel Terhadap Kemampuan Menulis dan Berhitung di Kelas 1 MIN 3 Banjarmasin, ditulis oleh Muhammad Riduan,

Untuk menguji apakah hubungan atau perbedaan antara dua kelompok atau beberapa kelompok yang terkait dengan variabel eksis atau tidak, hipotesis dapat disusun sebagai

Secara umum vegetasi yang terdapat pada plot permanen Meijer merupakan hutan yang sedang beregenerasi, ditandai dengan adanya perubahan komposisi vegetasi dalam rentang

 Sistem penjualan dengan cara pelanggan berbelanja langsung di toko membutuhkan pengunjung yang banyak dalam proses penjualan.  Belum tersedianya suatu wadah

Kondisi kelas pada saat menerima pembelajaran cukup nyaman, bersih dan memiliki kipas angin, namun pada saat jam-jam 10 ke atas peserta didik mulai merasa kepanasan